BAB I B. Latar Belakang Masalah Naskah merupakan salah satu sumber pengetahuan karena berisi berbagai data, informasi, ide, pikiran, perasaan dan pengetahuan sejarah serta budaya dari berbagai bangsa atau kelompok sosial tertentu. Ia juga mempunyai kedudukan yang penting dalam menyampaikan informasi yang lebih jelas dan lebih luas tentang kehidupan manusia di masa lampau dibandingkan dengan informasi yang berasal dari peninggalan yang berupa benda-benda lain1. Sebagai sumber informasi sosial budaya, dapat dipastikan bahwa naskah adalah salah satu unsur yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial masyarakat pada masa lampau. Secara umum naskah mengandung nilai-nilai yang berkenaan dengan sejarah, bahasa, sastra, falsafah bangsa yang melahirkannya dan keagamaan yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku baik dalam lingkungannya dalam arti luas, maupun terhadap Sang Pencipta. Lewat dokumen tertulis ini dapat dipelajari secara lebih nyata dan seksama cara berfikir bangsa yang menyusunnya, karena diceritakan oleh yang bersangkutan sendiri2. Sejalan dengan itu, ia ditulis dengan bermacam-macam aksara dan bahasa daerah yang menghasilkannya. Misalnya, di Sumatera naskah terdapat di Aceh, Batak, Minangkabau, Kerinci, Riau, Siak dan Palembang. Di Kalimantan naskah terdapat di daerah Sambas, Pontianak, Banjarmasin dan Kutai. Di Jawa naskah terdapat di Banten, Jakarta, Cirebon, Yogyakarta, Madura dan daerah nusantara lain3 . Begitu banyak naskah yang tersebar di Nusantara, namun penelitian terhadap naskah masih terbilang langka, mungkin disebabkan karena naskah-naskah tersebut dalam bentuk tulisan tangan atau menggunakan bahasa yang sulit dipahami sebagai mediumnya, misalnya bahasa Arab, aksara Jawi sehingga masyarakat lebih tertarik pada karya-karya sastra modern, karena pada umumnya naskahnya dalam bentuk cetakan, dipandang lebih sehat dan mudah dimengerti. 1 Haryati Soebadio,1975, Penelitian Naskah Lama Indonesia, dalam bulletin th.VII. Juni.hal.8 2 Mulyadi, 1991, Relevansi Pernaskahan dalam Berbagai Bidang Ilmu dalam Naskah dan Kita, Depok; fak. Sastra UI, hal.1 3 Mulyadi, , 1994, kodikologi Melayu di Indonesia, Depok: Fak. Sastra UI, hal.5 2 Pada kenyataannya memang tumpukan naskah nusantara berbanding jauh dengan jumlah penelitian yang telah dilakukan. Akibatnya, pesan-pesan dan informasi yang ada di dalam naskah-naskah nusantara baik yang berbahasa Arab, Melayu ataupun bahasa lainnya, belum dapat dipahami dan dinikmati oleh masyarakat, dan imbasnya adalah masyarakat kita kurang mengapresiasi dan memahami betapa berharganya karya sastra lama dan kerja penelitiannya, maka tak heran kalau ada anggota masyarakat kita yang dengan mudah melepas dan menjual naskah-naskah nusantara yang dimilikinya kepada bangsa lain. Oleh sebab itu, maka penelitian dan penerbitan naskah-naskah klasik menjadi sangat penting, selain sebagai upaya konservasi terhadap naskah itu sendiri bahkan identitas bangsa ini, juga untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. Naskah-naskah yang ditulis/disalin oleh orang-orang terdahulu diantaranya bertema tauhid, teologi dan fiqh. Tema-tema ini merupakan karya sastra tradisional yang dikenal dengan nama sastra kitab4 yaitu naskah yang kandungan isinya meliputi ajaran Islam yang ditulis dalam bentuk prosa maupun syair. Diantara naskah-naskah yang berupa sastra kitab tersebut adalah naskah “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” yang dikarang oleh seorang ulama bernama Usman bin Abdillah bin Aqil bin Yahya, di kampung Petamburan Betawi, ditulis dengan menggunakan bahasa Arab Melayu/Jawi. Informasi ini diketahui dari teks halaman judul. Dalam naskah ini tidak tercantum waktu/tahun kapan naskah ini dikarang. Pada halaman naskah yang terakhir tertulis nama toko/penerbit dan lokasinya yaitu Toko Kitab Sulaiman Umar dan Syuraka’ di Surabaya Jawa, juga tidak tercantum tahun berapa naskah ini diterbitkan/dicetak oleh toko ini. Berdasarkan data ini disimpulkan bahwa naskah yang penulis temukan merupakan edisi salinan/cetakan, bukan naskah asli tulisan tangan dari Pengarang atau Penyalinnya. Naskah ini sesuai dengan judulnya “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan hari Kematian. Naskah ini terdiri dari 17(tujuh belas) halaman. Masing2 halaman rata-rata terdiri dari 19 baris. Ditulis dalam bahasa Arab Melayu bergenre prosa dengan gaya tulisan naskhi. Adapun terkait Materi tentang kematian yang dikandung naskah ini, terhimpun dalam 11 Pasal, yaitu: 1. Perihal Wasiat; 4 Liaw Yock Fang, 1991, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, Jakarta; Erlangga, hal. 286. 3 2. Kelakuan Menengok Orang sakit; 3. Kelakuan Orang yang datang Melawat; 4. Kelakuan Orang yang Kematian; 5. Mengeluarkan ongkos-ongkos mati; 6. Perihal Mengenai Bid’ah Dlalalah; 7. Kelakuan Memandikan Mayit; 8. Kelakuan Mengkafan Mayit; 9. Kelakuan Sembahyang Jenazah; 10. Kelakuan Mengiring Jenazah; 11. Perihal Kubur Naskah “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” ini merupakan khazanah sastra Melayu klasik yang sekarang tersimpan di perpustakaan Fakultas Adab IAIN Raden Fatah Palembang. Penulis belum menelusuri naskah ini tersimpan dimana saja di perpustakaan-perpustakaan lainnya atau disimpan oleh perorangan, dan belum diketahui bagaimana sejarahnya naskah ini menjadi koleksi perpustakaan Fak. Adab IAIN Raden Fatah Palembang. Naskah “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” yang bernilai tinggi ini belum disunting dan diterbitkan oleh masyarakat sekarang . Hal ini disebabkan oleh karena penelitian dan penerbitan karya sastra melayu klasik dan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra seperti ini masih sangat kurang. Naskah “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” sebagai karya sastra lamaa yang ditemukan penulis ini muncul dalam naskah salinan, jika tidak ditemukan varian lainnya yang berbeda bacaannya atau turunannya dari naskah ini, maka dianggap sebagai codec unicus atau naskah tunggal, karena itu perlu diperhatikan aspek pernaskahannya. Perhatian terhadap pernaskahannya dipandang belum cukup untuk mengenalkan karya-karya sastra lama kepada masyarakat luas. Karena itu perlu disajikan dalam bentuk penyuntingan (teks terbaca) agar buah fikiran masa lampau yang terkandung didalamnya dapat diketahui5. Setelah dilakukan penyuntingan teks, dilanjutkan dengan menganalisis konten/kandungannya secara deskriptif agar dapat menghasilkan penjelasan dan pemahaman kepada pembacanya. 5 Sangidu, 2005, Tibyan fi Ma'rifah Al-Adyan Kajian Filologis, Yogyakarta; UGM, hal. 2. 4 C. Rumusan Masalah Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah kajian Filologis dan suntingan Teks naskah “Ilmu Kemustian Perihal Kematian”? 2. Bagaimanakah analisis konten terhadap naskah “Ilmu Kemustian Perihal Kematian”? D. Pembatasan Masalah Penelitian ini dilakukan pada keseluruhan teks naskah “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” yang menjadi koleksi perpustakaan Fak. Adab IAIN Raden Fatah Palembang. E. Signifikansi Penelitian Hal-hal yang menjadikan penelitian ini signifikan untuk dilakukan adalah: 1. Sebagai upaya partisipasi dalam menyelamatkan dan melestarikan aset budaya warisan nenek moyang bangsa. Penelitian naskah-naskah nusantara seperti ini memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya melestarikan kekayaan budaya dan intelektual bangsa. 2. Penyuntingan teks naskah “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” lalu ditransliterasikan ke dalam aksara latin dimaksudkan agar teks ini dapat dengan mudah dipahami dan pesan-pesan serta informasi yang terkandung di dalamnya dapat sampai kepada masyarakat. 3. Menjadi bahan rujukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu agama. F. Kajian Penelitian Sebelumnya Penelitian terhadap naskah “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” baik berupa suntingan, analisis konten, ataupun kajian-kajian lainnya, sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dikerjakan sebelumnya, akan tetapi pengkajian terhadap naskah–naskah klasik dengan teori filologi dan analisis konten sudah banyak dilakukan, misalnya penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh : 1. Mas Tajuddin Ahmad, Konsep Zuhud Perspektif Kiai Hasan Ulama dalam Naskah Anisul Muttaqin, Kajian Filologis dan Analisis Isi, Thesis, UIN Yogyakarta, 2016. 5 2. Uyi Khodariah, Sejarah Cijulang (Kritik Teks, Tinjauan Isi dan Tinjauan Fungsi), Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS UI, 2014. 3. Dll. Berdasarkan penelusuran penulis kajian-kajian yang menjadikan naskah “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” sebagai objek material dalam penelitiannya belum ditemukan, oleh sebab itu maka penelitian yang penulis akan lakukan ini dipandang layak untuk dilakukan. G. Kerangka Teori Penelitian ini menggunakan teori filologi dan Analisis Konten (Isi) sebagai alat analisis terhadap naskah dan teks “Ilmu Kemustian Perihal Kematian”. 1. Teori Filologi Sebagai sastra kitab “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” merupakan karya sastra lama beraksara Jawi (Arab Melayu) yang tidak begitu familiar di kalangan masyarakat masa kini. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan menyajikan teks “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” dalam bentuk suntingan dan mengungkap isi yang terkandung di dalamnya sekaligus menjelaskan kondisi pernaskahan (fisik naskah) nya. Untuk tujuan itu, penelitian ini akan memanfaatkan teori filologi untuk membuat suntingan teks-nya. Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama dan dipandang sebagai pintu gerbang yang dapat menyingkap khazanah masa lampau6. Menurut Baroroh Baried, filologi adalah suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan7. Objek penelitian filologi adalah tulisan tangan (manuskrip) yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaaan sebagai hasil budaya masa lampau dalam bentuk naskah dan teks8. 6 Edwar. Djamaris,2002, Metode Penelitian Filologi, Jakarta: Manasco, hal.3 7 Baroroh Baried, 1985, Baroroh-Baried, Siti, M. Syakir, Moeh. Masjkoer, Siti Chamamah Soeratno, Sawu. Memahami Hukayat Dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hal. 1 8 Ibid, hal.54. 6 Menurut Djamaris, naskah adalah semua bahan tulisan tangan peninggalan nenek moyang pada kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan9. Berita tentang hasil budaya yang diungkapkan oleh teks klasik dapat dibaca dalam peninggalan-peninggalan berupa tulisan yang disebut naskah10 sedangkan teks adalah terdiri atas isi dan bentuk (content and form). Isi teks adalah ide-ide, pesan atau amanat yang akan disampaikan pengarang kepada pembacanya (Mulyani, 2009: 3). Istilah teks dalam filologi berarti sesuatu yang abstrak (sesuatu yang dapat dibayangkan dan dap at diketahui isinya setelah dibaca)11 Peninggalan tulisan yang mengalami penyalinan berulang-ulang akan muncul dalam wujud bermacam-macam (varian). Mulyani menyebutkan bahwa sikap pandang gejala variasi dalam teks-teks yang tersimpan dalam naskah lama, muncul aliran filologi sebagai berikut: a. Filologi aliran tradisional memandang variasi sebagai bentuk korup, sehingga tujuan kerjanya adalah menemukan bentuk mula teks atau yang paling dekat dengan teks mula. b. Filologi aliran modern memandang variasi sebagai bentuk kreasi untuk memahami teks, menafsirkannya, membetulkannya, mengaitkan dengan ilmu bahasa, sastra, agama, dan tata politik yang ada pada zamannya12. Berdasarkan pembagian aliran filologi di atas, maka penelitian ini termasuk dalam filologi aliran modern. Penelitian terhadap “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” ditujukan untuk menyajikan teksnya dalam bentuk suntingan (teks terbaca). Penyajian teks dalam bentuk suntingan tersebut dilengkapi dengan mengedit kata-kata, kalimatkalimat, atau bagian-bagian yang diduga penulis korup atau kurang pas, sedapat mungkin dibetulkan, lalu hasil suntingan tersebut ditranskripsikan ke dalam bahasa Indonesia serta pemberian aparat kritik. Teks “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” ditulis dengan aksara jawi berbahasa Melayu dan dianggap sebagai codec unicus, maka dalam penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan adalah (a) inventarisasi naskah (b) deskripsi naskah- 9 12 Opcit, hal. 3 10 Baroroh Baried, hal. 85. 11 Ibid, hal. 4. Hesti Muyani, 2009, "Telaah Filologi Jawa", Buku Teks pada Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, hal.6 7 deskripsi teks, (c) transliterasi teks, (d) suntingan teks, (e) terjemahan teks, dan (f) analisis teks. Pembahasannya secara lebih lanjut adalah sebagai berikut: a. Inventarisasi Naskah Langkah kerja penelitian filologi yang pertama adalah inventarisasi naskah. Inventarisasi naskah dilakukan dengan mendaftar dan mengumpulkan naskah yang judulnya sama dan sejenis untuk dijadikan objek penelitian13. Inventarisasi naskah adalah tahap pengumpulan data dengan metode studi pustaka melalui katalogus naskah, karena data penelitian filologi berupa naskah14. Menurut Mulyani, inventarisasi naskah, yaitu mendaftar semua naskah yang ditemukan, baik secara studi katalog maupun pengamatan langsung di perpustakaan-perpustakaan bagian pernaskahan guna mengetahui jumlah dan keberadaan naskah yang akan diteliti dan menentukan metode apa yang akan digunakan15. Jadi dapat disimpulkan bahwa inventarisasi naskah adalah tahap pengumpulan data dengan metode studi pustaka melalui katalog dan pengamatan langsung di perpustakaan-perpustakaan bagian pernaskahan guna mengetahui jumlah dan keberadaan naskah yang akan diteliti. Dalam hal ini “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” adalah sebagai sumber data penelitian. Selain itu, juga untuk menentukan metode apa yang akan digunakan. b. Deskripsi Naskah danTeks Deskripsi naskah ialah uraian atau deskripsi secara terperinci mengenai keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah, untuk memlilih naskah mana yang baik untuk ditransliterasikan dan digunakan untuk perbandingan naskah itu16. Darusuprapta menyebutkan bahwa kelengkapan kritiks teks, berupa: uraian tentang pengantar naskah, yaitu bagian awal di luar isi teks (manggala); penutup naskah, yaitu bagian akhir di luar isi teks (colofon); bahasa naskah, yaitu mengenai ragam bahasa yang digunakan; jenis tulisan naskah, yaitu jenis, bentuk, ukuran, goresan, dan warna tinta; ejaan naskah; uraian tentang kelainan bacaan17. 13 Nabilah Lubis, 1996, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, Jakarta: Forum Kajian Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah, hal.64. 14 Jamaris, 2002:10. 15 Mulyani, 2009, hal.28. Jamaris, 1977,. “Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi”. Bahasa dan 16 Sastra Tahun III No. 1, hal.25. 17 Danusuprapta, dkk. 1990. Ajaran Moral dalam Susastra Suluk. Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa, hal.8 8 Mulyani menyebutkan bahwa hal-hal yang penting dideskripsikan adalah sebagai berikut. 1) Penyimpanan, meliputi: pengoleksian, penyimpanan, dan penomoran kodeks; 2) judul naskah: berdasarkan keterangan dalam teks oleh penulis pertama; 3) pengantar: uraian pada bagian awal di luar isi teks, meliputi: waktu mulai penulisan, tempat penulisan, nama diri penulis, harapan penulis, pujaan kepada Dewa Pelindung atau Tuhan Yang Maha Esa, pujian kepada penguasa pemberi perintah atau nabi-nabi; 4) penutup: uraian pada bagian akhir di luar isi teks, meliputi waktu menyelesaikan penulisan, tempat penulisan, nama diri penulis, alasan penulisan, tujuan penulisan, harapan penulis; 5) ukuran naskah: lebar x panjang naskah, tebal naskah, jenis bahan naskah (lontar, daluwang, kertas), tanda air; 6) ukuran teks: lebar x panjang teks, jumlah halaman teks, sisa halaman kosong; 7) isi: kurang atau lengkap, terputus atau berupa fragmen, berhiasan gambar atau tidak, prosa, puisi atau drama atau kombinasi, jika prosa berapa rata-rata jumlah baris setiap halaman, jika puisi berapa jumlah pupuh, apa saja nama têmbang-nya, berapa jumlah bait pada tiap pupuh; 8) termasuk dalam golongan jenis naskah mana, bagaimana ciri-ciri jenis; 9) tulisan: jenis aksara : Jawa/Arab Pégon/Latin; bentuk aksara : persegi/bulat/runcing/kombinasi; ukuran aksara : besar/kecil/sedang; sikap aksara : tegak/miring; goresan aksara : tebal/tipis; warna tinta : hitam/coklat/biru/merah; ditulis di sisi verso/recto; mudah atau sukar dibaca, tulisan tangan terlatih atau tidak terlatih; 10) bahasa: baku, dialek, campuran, pengaruh bahasa lain; 11) catatan oleh tangan lain: di dalam teks atau di luar teks pada pias tepi (halaman berapa, di mana, bagaimana) 9 12) catatan di tempat lain: dipaparkan dalam daftar naskah/katalog/artikel yang berhubungan18. Deskripsi naskah dalam penelitian filologi bertujuan menginformasikan keadaan fisik naskah yang diteliti, sedangkan deskripsi teks bertujuan untuk menginformasikan keadaan nonfisik naskah yang diteliti karena pada kenyataannya teks mempunyai varian yang banyak akibat dari adanya tradisi salin-menyalin naskah19. Metode yang digunakan dalam deskripsi naskah adalah deskriptif, semua naskah dideskripsikan dengan pola yang sama, yaitu nomor naskah, ukuran naskah, keadaan naskah, tulisan naskah, bahasa, kolofon, dan garis besar isi cerita20. Deskripsi naskah adalah uraian/deskripsi secara terperinci mengenai keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah itu, untuk memlilih naskah mana yang baik untuk ditransliterasikan. Berdasarkan pengertian itu “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” koleksi perpustakaan Fakultas Adab UIN Raden Fatah Palembang yang dianggap codec unicus pendeskripsiannya secara singkat meliputi: penyimpanan (pengoleksian, penyimpanan, dan penomoran kodeks), judul naskah, ukuran naskah, ukuran teks, isi, penggolongan, tulisan atau jenis aksara, meliputi: bentuk aksara, ukuran aksara, sikap aksara, warna tinta, dan lain-lain. c. Alih Tulis Teks dan Metodenya Hasil kerja filologi di antaranya adalah menyajikan teks yang tercipta pada masa lampau dalam bentuk yang dapat dijangkau oleh pemahaman masyarakat sekarang, yakni berupa suntingan (alih tulis) teks21. Alih tulis terdapat dua macam metode, yaitu metode transkripsi dan metode transliterasi. 1) Transkripsi Teks Menurut Baroroh-Baried, transkripsi adalah salinan atau turunan tanpa mengganti macam tulisan (hurufnya tetap sama)22. Transkripsi adalah gubahan teks dari satu ejaan ke ejaan lain23. Metode transkripsi terdapat dua macam sebagai berikut. a) Metode transkripsi diplomatik adalah alih tulis naskah secara apa adanya sesuai dengan teks asli. 18 Mulyani, 2009, hal.30-31. 19 Ibid, hal.31 20 Jamaris, 2002, hal.11. 21 Opcit, hal.20 22 Baroroh, 1985, hal.65 23 Djamaris, 2002, hal.19. 11 b) Metode transkripsi ortografi/baku/standar adalah alih tulis naskah sesuai ejaan yang berlaku/sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (selanjutnya disingkat EYD). 2) Transliterasi Teks Transliterasi berarti penggantian tulisan, aksara demi aksara dari abjad yang satu ke abjad yang lain24. Transliterasi adalah penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain25 a) Metode transliterasi diplomatik , yaitu alih tulis naskah secara apa adanya sesuai dengan teks asli. b) Metode transliterasi standar, yaitu alih tulis naskah sesuai EYD. Penelitian ini hanya menggunakan metode transliterasi ortografi, yaitu alih tulis naskah sesuai ejaan sesuai EYD. Transliterasi ortografi dilakukan untuk memudahkan pemaknaan teks “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” d. Suntingan Teks Suntingan teks adalah menelaah atau mengkaji teks untuk mendapatkan bentuk teks yang otentik, yakni yang ditulis pengarangnya sendiri atau autografi26. Menurut Baroroh-Baried Metode kritik teks, terdapat lima macam, tetapi disesuaikan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Metode landasan, yaitu menafsirkan satu atau segolongan naskah yang unggul kualitasnya dibandingkan dengan naskah-naskah yang diteliti dari sudut bahasa, sastra, sejarah, dan lain sebagainya sehingga dapat dinyatakan sebagai naskah memuat paling banyak bacaan baik. 2) Metode edisi naskah tunggal, terdapat dua macam, yaitu (1) edisi diplomatik, yaitu menerbitkan suatu naskah seteliti-telitinya tanpa mengadakan perubahan, (2) edisi standar, yaitu menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahankesalahan kecil dan ketidakajegan, sedang ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku27. Sumber data dalam penelitian ini hanya satu buah naskah “Ilmu Kemustian Perihal Kematian”. Berdasarkan teori filologi, jika peneliti hanya menemukan satu naskah untuk teks yang ingin diedit, maka dalam penyuntingan teks naskah tersebut 24 Opcit, hal.65 25 Opcit, 19 26 Mulyani, 2009, 27. 27 Baroroh, 1986, hal.65-67. 11 hanya ada dua metode; edisi diplomatik atau edisi standar. Edisi diplomatik adalah: suatu cara mereproduksi teks sebagaimana adanya tanpa ada perbaikan atau perubahan dari editor, tetapi bagi pembaca modern, metode ini tidak memberikan informasi yang membantu dalam upaya memahami teks tersebut. Dan edisi standar adalah suatu usaha perbaikan dan meluruskan teks sehingga terhindar dari berbagai kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan yang timbul ketika proses penulisan. Tujuannya ialah untuk menghasilkan suatu edisi yang baru dan sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat, misalnya dengan mengadakan pembagian alenia-alenia, pungtuasi, huruf besar dan kecil, membuat penafsiran (interpretasi) setiap bagian atau kata-kata yang perlu penjelasan, sehingga teks tampak mudah dipahami oleh pembaca modern28. Sesuai dengan kondisi sumber data dan tujuan penelitian di atas, metode penyuntingan yang sesuai untuk diterapkan dalam penelitian ini adalah edisi standar terhadap naskah tunggal “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” . Setelah teks “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” tersaji dalam bentuk suntingan kemudian dianalisis isi yang terkandung di dalamnya. 2. Analisis Isi Analisis isi adalah sebuah teknik yang digunakan untuk menganalisis dan memahami teks. 29 Analisis isi juga dapat diartikan sebagai Teknik penyelidikan yang berusaha menguraikan secara objektif, sistematik dan kuantitatif. Menurut H.D. Laswell analisis seperti ini disebut dengan semantik kuntitatif.30 Analisis isi didefinisikan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi. Berikut beberapa definisi analisis isi berdasarkan pendapat dari beberapa ahli: Menurut Krippendorff, analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat direplikasi (ditiru) dan sahih datanya dengan memerhatikan konteksnya31. 28 Nabilah-Lubis, 2007, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, Jakarta; Yayasan Media Alo Indonesia, hal. 96. 29 30 "What is Content Analysis?". Diakses tanggal 16 Juni 2014 (Wikipedia). Hassan Shadily. Ensiklopedia Indonesia, Jilid 7. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve. 31 Krippendorff 1980, Content Analysis An Introduction to Its Methodology. Beverly Hills, California: Sage Publication Ltd. 12 Menurut Weber, analisis isi adalah sebuah metode penelitian dengan menggunakan seperangkat prosedur untuk membuat inferensi yang valid dari teks32. Menurut Riffe, Lacy, dan Fico (1998:20), analisis isi adalah pengujian yang sistematis dan dapat direplikasi dari simbol-simbol komunikasi, di mana simbol ini diberikan nilai numerik berdasarkan pengukuran yang valid, dan analisis menggunakan metode statistik untuk menggambarkan isi komunikasi, menarik kesimpulan dan memberikan konteks, baik produksi ataupun konsumsi33. dengan masyarakat tentang banyak belajar dapat Peneliti menganalisis koran, majalah, program televisiatau musik. Para peneliti yang menggunakan analisis isi tidak mempelajari orang-orang, tetapi mempelajari komunikasi yang diciptakan oleh orang tersebut. Teknik ini terutama dipakai dalam bidang publisistik, psikologi sosial dan ilmu politik. Selain itu, Analisis isi juga digunakan untuk mengukur perubahan budaya dan mempelajari berbagai aspek budaya. Sosiolog juga menggunakannya sebagai cara tidak langsung untuk menentukan bagaimana kelompok-kelompok sosial dipandang. Misalnya mereka akan meneliti bagaimana orang Amerika-Afrika digambarkan dalam acara televisi atau bagaimana perempuan digambarkan dalam iklan.34 Analisis isi memiliki tujuan untuk : 1. Menggambarkan karakteristik pesan, yaitu: Pesan dari sumber yang sama, tetapi pada waktu yang berbeda; Pesan pada situasi yang berbeda, situasi ini dapat berupa kontek yang berbeda budaya, sosial dan politik; Pesan pada khalayak yang berbeda, khalayak ini merujuk kepada pembaca, pendengar atau pemirsa atau media yang berbeda; Pesan dari komunikator yang berbeda. 2. Menarik kesimpulan dari suatu pesan Analisis isi tidak hanya dapat dipakai untuk melihat gambaran suatu pesan, Analisis isi dapat juga digunakan untuk menarik kesimpulan penyebab dari suatu pesan. Dalam analisis isi yang menjadi fokus disini tidak deskripsi dari pesan, tetapi menjawab pertanyaan mengapa pesan (isi) muncul dalam bentuk tertentu. 32 Giddens, Anthony. 1986. Kapitalisme dan Teori sosial Modern: Suatu Analisis Karya Tulis Marx, Durkheim dan Max Weber. Terj. UI-Press. Jakarta., Lihat Weber (1994:9) 33 Riffe, Lacy, dan Fico (1998:20) 34 Wikipedia 13 3. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian literer atau studi pustaka, dengan menjadikan naskah “Ilmu Kemustian Perihal Kematian” sebagai sumber data primer. Penelitian ini menggunakan teori filologi untuk menganalisa naskah, dan dengan menggunakan analisa deskriptif. Karena teori yang digunakan adalah teori filologi, maka metode yang digunakan bersifat filologis. Kerja metode filologi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) inventarisasi naskah, (b) deskripsi naskah-deskripsi teks, (c) transliterasi teks, (d) suntingan teks, (e) terjemahan teks. Setelah dilakukan kerja filologi, maka naskah dianalisis dengan menggunakan analisis konten atau analisis isi. Krippendorff memberikan gambaran mengenai tahapan-tahapan yang ada dalam penelitian / analisis isi dalam bentuk unitizing (peng-unit-an), sampling (Pe- nyampling-an), Recording/coding(perekaman / koding), Reducing (pengurangan) data atau penyederhanaan data Abductively inferring (pengambilan simpulan); bersandar kepada analisa konstuk dengan berdasar pada konteks yang dipilih.35 35 Klaus Krippendorff. 2004. Content Analysis: An Introductions to its Methodology (Second Edition), California: Sage Publication, h. 86. 14 27