BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Kehadiran media sejak awal memang sudah menjadi sorotan para ilmuwan. Kuatnya pengaruh media terhadap proses-proses sosial menjadi alasan para ilmuwan untuk melakukan studi terhadap media. Oleh karena itu, penulis juga tertarik untuk melakukan riset media, khususnya media cetak seperti majalah. Banyak studi media yang telah dilakukan para ilmuwan, salah satunya studi terhadap content media, seperti yang akan dilakukan penulis pada penelitian ini. Sejumlah riset terdahulu yang berhasil penulis lacak, antara lain: 1. Muatan Nilai-Nilai Dakwah pada Majalah Suara Hidayatullah dan Pengaruhnya Terhadap Pembacanya di El Rahma (Lembaga Komputer) Cabang Semarang, ditulis oleh Rondiyah (1999). Penulis memfokuskan pada rubrik editorial dan feature. Penulis menggunakan metode analisis kuantitatif, yaitu analisis Product Moment. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dakwah melalui majalah Suara Hidayatullah sangat mempengaruhi pembacanya ke arah yang lebih baik.1 2. Analisis Pesan Dakwah dalam Majalah Suara Hidayatullah Edisi Januari-Juni 2005, ditulis oleh Siti Mardiyah (2006). Penulis memfokuskan penelitian pada 1 Rondiyah, “Muatan Nilai-Nilai Dakwah pada Majalah Suara Hidayatullah dan Pengaruhnya Terhadap Pembacanya di El Rahma (Lembaga Komputer) Cabang Semarang”, Skripsi, Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 1999, t.d. 11 12 rubrik Kajian Utama dan Hikmah. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana. Dari hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa pesan yang ditemukan dalam majalah Suara Hidayatullah mempunyai relevansi antara kognisi sosial, teks dan analisis sosial. 2 3. Kecenderungan Cover Majalah Gatra (Analisis Isi Cover Majalah Gatra edisi Juni 2006 Januari 2007, ditulis oleh Afif Nur Efendi (2008). Metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis isi. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa cover yang disajikan cenderung ilustrasi. Secara visual foto/gambar yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesannya lebih sulit dimengerti jika tanpa dilengkapi judul yang sesuai. Sedangkan dalam kesesuaian foto/gambar cover dengan judul depan yang dipasangkan majalah Gatra sudah baik karena memperkuat atau menggambarkan foto/gambar covernya. 3 4. Analisis Isi Kemenarikan Bentuk Penyajian Cover Majalah Bulanan Fit, ditulis oleh Dwi Apriliani (2010). Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis isi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk penyajian cover Majalah Fit adalah Menarik. Dari hasil penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa lebih baik jika majalah Fit meningkatkan kualitasnya lagi, khususnya dalam segi pemilihan warna, karena pemilihan warna yang 2 Siti Mardiyah, “Analisis Pesan Dakwah dalam Majalah Suara Hidayatullah Edisi Januari-Juni 2005”, Skripsi, Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2006, t.d. 3 Afif Nur Efendi, “Kecenderungan Cover Majalah Gatra (Analisis Isi Cover Majalah Gatra edisi Juni 2006 Januari 2007)”, Skripsi, Jakarta: Universitas Mercu Buana Press, 2008, t.d. 13 sesuai dan seimbang serta mampu menegaskan ketajaman fokus pada objek yang diinginkan akan sangat mempengaruhi keputusan khalayak untuk membeli majalah tersebut atau tidak.4 5. Citra Perempuan di Media Cetak (Analisis Isi Iklan di Majalah Femina Edisi Oktober 2011), ditulis oleh Benazir Ayu (2012). Metode Penenelitian ini menggunakan Metodologi Kuantitatif dengan metode analisis isi. hasil temuan dari penelitian ini adalah, terdapat data yang cukup signifikan, yaitu untuk citra perempuan tampil cantik, tampil langsing, tampil awet muda, tampil bersih tergambarkan pada semua iklan di majalah Femina edisi Oktober 2011 ini. Hal ini menunjukkan bahwa media massa dan perempuan adalah dua hal yang selalu berkaitan.5 Dari sejumlah penelitian terdahulu sebagaimana disebutkan di atas, penulis berinisiatif melakukan penelitian lanjutan yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut tidak hanya terdapat pada subjek dan objek penelitian yang diteliti, namun juga pada metode yang digunakan. Subjek penelitiannya adalah majalah Suara Hidayatullah dengan objek penelitian berupa nilai-nilai dakwah. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi dengan pendekatan kuantitatif. Selain itu, penelitian kali ini lebih mengarah kepada dakwah melalui media dengan melihat nilai-nilai dakwah yang terkandung 4 Dwi Apriliani, “Analisis Isi Kemenarikan Bentuk Penyajian Cover Majalah Bulanan Fit”, Skripsi, Jakarta: Universitas SAHID, 2010, t.d. 5 Benazir Ayu, “Citra Perempuan di Media Cetak (Analisis Isi Iklan di Majalah Femina Edisi Oktober 2011)”, Skripsi, Jakarta: Universitas Paramadina, 2012, t.d. 14 dalam rubrik yang ada di majalah Suara Hidayatullah. Penelitian yang dilakukan penulis kali ini tertuang dalam judul: “REPRESENTASI NILAI-NILAI DAKWAH DALAM MAJALAH ISLAM (ANALISIS ISI MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI MEI 2011-APRIL 2012)” B. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Representasi Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, representasi artinya perbuatan mewakili atau keadaan mewakili, 6 bisa juga diartikan sebagai gambaran atau perwakilan. 7 Representasi yang dalam bahasa Inggris berasal dari kata representation juga berarti suatu pernyataan fakta, atau suatu tindakan mewakili orang lain sebagai pelaksana atau sebagainya. 8 Representasi juga diartikan sebagai suatu pernyataan yang dibuat untuk mewakili kebenaran dari pengetahuan dan dapat dipercaya.9 Ada juga yang mengartikan representasi sebagai alat-alat yang digunakan individu untuk mengorganisasikan dan menjadikan situasi-situasi lebih bermakna.10 6 R. Suyoto Bakir dan Sigit Suryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Batam: Karisma Publishing Group, 2006, h. 489. 7 Windy Novia, Kamus Ilmiah Populer: Edisi Lengkap, cet. I, t.tp: Wacana Intelektual, 2009, h. 411. 8 OP Simorangkir, Kamus Perbankan: Inggris-Indonesia, cet IV, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994, h. 265. 9 A Hasymi Ali dkk, Kamus Asuransi, cet III, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, h. 276. 10 http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mat_0700376_chapter2.pdf. (online pada hari kamis, 21 Maret 2013) 15 Dari sejumlah pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan representasi dalam penelitian ini adalah perwakilan atau penggambaran nilai-nilai dakwah melalui pesan-pesan yang disampaikan dalam majalah Suara Hidayatullah sehingga pesan yang disampaikan menjadi lebih bermakna dan dapat dipahami oleh orang lain atau pembaca. Dalam penelitian ini, penulis ingin melihat gambaran atau perwakilan nilai-nilai dakwah dalam majalah Suara Hidayatullah, sehingga dapat diketahui karakteristik pesan yang disampaikan oleh majalah tersebut. 2. Pengertian Dakwah Kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti ajakan, seruan, panggilan dan undangan. 11 Menurut A. Hasymi, “dakwah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan kaidah dan syari’ah Islam yang terlebih dahulu diamalkan pendakwah.”12 Dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka didunia dan akhirat. 13 Ada beberapa 11 M Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, cet. I, Jakarta: PT Al-Mawardi Prima, 12 A. Hasymi, Dustur Dakwah Menurut al-Qur’an, Jakarta: Bulan Bintang, 1997, h. 28. 13 M Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, h. 67. 2004, h. 67. 16 kata yang hampir sama maksudnya dengan dakwah seperti: penerangan, pendidikan, pengajaran, indoktrinasi, dan propaganda. 14 Pada dasarnya, dakwah merupakan suatu proses penyelenggaraan aktivitas atau usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dalam upaya untuk meningkatkan taraf dan tata nilai hidup manusia dengan berlandaskan ketentuan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Adapun bentuk usaha yang dilakukan tersebut meliputi: 15 a. Mengajak manusia untuk beriman, bertakwa serta mentaati segala perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. b. Melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. c. Memperbaiki dan membangun masyarakat yang Islami. 14 Penerangan: Mempunyai suatu tujuan yang tertentu sekurang-kurangannya menarik orang atau memberikan pengertian kepada orang lain tentang suatu hal. Penerangan lebih cenderung kepada pasif artinya tidak memerlukan reaksi yang nyata dari orang yang menerima penerangan itu. Oleh karena itu penerangan adalah suatu bagian dari bawah. Penyiaran: Salah satu bagian dari dakwah, atau salah satu cara dari pelaksanaannya. Tetapi penyiaran biasa dipergunakan untuk penjelasan yang ada pokok-pokok persoalannya dan bisa pula dipergunakan untuk menyiarkan persoalan-persoalan pokok dengan tanpa penjelasan. Sedang penerangannya dapat di pergunakan untuk penjelasan-penjelasan yang sudah ada pokoknya lebih dahulu sehingga penerangan itu datangnya di belakang. Pendidikan dan Pengajaran: Kedua-duanya juga menjadi bagian dan cara-cara atau salah satu alat dalam dakwah sekalipun didalam pendidikan itu lebih banyak ditekankan agar orang-orang yang dididik membiasakan diri bersikap sebagaimana yang dimaksud oleh si pendidik. Sedang pengajaran lebih banyak ditekankan kepada materi ilmiahnya yang memberikan kesempatan lebih banyak kepadanya untuk mempertimbangankan kebenarannya. Indoktrinasi dan propaganda: Hampir sama dengan pendidikan dan pengajaran. Indoktrinasi berasal dari kata doktrine yang berarti ajaran. Mengindoktrinasikan artinya memberikan ajaranajaran pokok yang menjadi pedoman bagi orang-orang yang menerima doktrine itu untuk bertindak selanjutnya.Demikian juga ada kata-kata yang populer yang sama maksudnya dengan dakwah secara umum. Kata-kata itu ialah propaganda yang berasal dari bahasa Yunani propragare yang artinya menyebarkan atau meluaskan. Umpamanya dikatakan: Plato telah melaksanakan propaganda artinya menyiarkan ide-idenya yang terkenal melalui pembujukan lewat syair dan katakata sastranya. Lihat M Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, h. 67-68. 15 Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah dalam Membentuk Da,i dan Khatib Profesional, cet. II, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, h. 4-5. 17 d. Menegakkan serta menyiarkan ajaran agama Islam. e. Proses penyelenggaraan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup dunia dan akhirat. 3. Pengertian Nilai Nilai (value) merupakan pandangan tertentu yang berkaitan dengan sesuatu yang penting dan yang tidak penting. Terma nilai dapat dipakai dalam pengertian psikologis seperti kepuasan dan kenikmatan. Dalam ilmu sosial, pengertian nilai terdiri dari dua subkelas, yaitu nilai sebagai objek dari tujuantujuan yang disetujui secara sosial, dan nilai sebagai sumbangan untuk mencapai kemakmuran masyarakat.16 Nilai juga dapat dipahami sebagai suatu kata benda abstrak yang mengacu pada sifat dari nilai atau sifat bernilai. Sebagai kata benda konkrit, terma nilai menunjuk pada suatu benda yang mempunyai sifat dari nilai atau suatu benda yang dinilai. Sebagai kata kerja, nilai berarti tindakan mental tertentu dalam menilai atau penilaian. Istilah nilai terkadang dilawankan dengan fakta dan juga dianggap sebanding dengan kebaikan untuk dilawankan dengan ketepatan.17 Dengan demikian, nilai pada hakikatnya merupakan sesuatu yang dipandang berharga oleh manusia atau sekelompok masyarakat. Nilai 16 Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis, cet. I, Semarang: Pustaka Pelajar, 2003, h. 141. 17 141. Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dawah, cet. I, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 18 sebenarnya adalah ide-ide yang membentuk konsep hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan suatu masyarakat. 4. Nilai-Nilai Dakwah Menurut Harold Laswell, “nilai-nilai yang terbentuk dan disebarkan membentuk ideologi yang menopang jaringan secara keseluruhan dalam masyarakat.”18 Dalam Islam, al-Qur’an dipercaya memuat nilai-nilai tertinggi yang ditetapkan oleh Allah SWT dan merupakan nilai-nilai resmi dari-Nya. Nilai-nilai tersebut akan membudaya dalam kehidupan masyarakat setelah melalui proses dakwah. Dakwah adalah suatu rekayasa sosial guna membentuk suatu persekutuan budaya yang para anggotanya mentaati kerangka ide dan nilai-nilai yang bersumber dari al-Qur’an untuk menjaga kehidupan yang harmonis dan menghindari terjadinya anarki. 19 Jadi, pada pokoknya dakwah berkaitan dengan persoalan penanaman nilai-nilai Islam atau ajaran Islam kepada masyarakat. a. Nilai-nilai Islam atau ajaran Islam itu sendiri yang disebut dengan maddah dakwah. 20 Maddah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i 18 Werner J Severin dan James W Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, pentj. Sugeng Hariyanto dari judul asli Communication Theories: Origins, Methods, and Uses in the Mass Media, cet. I, Jakarta: Kencana, 2005, h. 389. 101. 19 Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, h. 141-142. 20 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, cet. I, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 19 kepada mad’u.21 Oleh karena itu, membahas maddah dakwah berarti juga membahas masalah ajaran Islam itu sendiri, karena semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan maddah dalam dakwah Islam. 22 Ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah itu pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu akidah, syariah dan akhlak.23 5. Majalah a. Pengertian Majalah Majalah merupakan media komunikasi yang menyajikan informasi (fakta dan peristiwa) secara lebih mendalam dan memiliki nilai aktualitas yang lebih lama. 24 Halaman demi halaman majalah diikat dengan kawat (dihekter).25 Majalah menggunakan kertas mengkilap dan sampul tebal, penuh warna dan desain yang cerdas. Majalah memiliki tampilan yang tampak segar, mempunyai banyak white space, dan menarik perhatian pembaca serta memuat iklan yang menarik. Selain itu, berita di majalah lebih panjang (sekitar 2000 kata) jika dibandingkan dengan berita koran yang sekitar 700-an kata. Isi beritanya tidak begitu formal dan lebih 21 Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Managemen Dakwah, cet. I, Jakarta: Kencana, 22 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, cet. I, Jakarta: Kencana, 2004, h. 94. 2006, h. 24. 23 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah: Pedoman untuk Menjadi Mujahid Dakwah, cet. I, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, h. 146. 24 25 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, cet. I, t.tp: Ghalia Indonesia, 2010, h. 29. Aceng Abdullah, Press Relations: Kiat Berhubungan dengan Media Massa, cet. II, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 12. 20 mendalam. Majalah cenderung tetap disimpan di rumah selama lebih dari sebulan atau seminggu sejak mereka diterbitkan.26 Majalah tidak hanya sebagai sarana untuk memuat jurnalisme ringan, tetapi majalah juga memuat isu serius dan beberapa jurnalisme terbaik di dunia ada di dalam majalah. 27 Majalah banyak mengandalkan pada penulis luar (orang yang menjual tulisannya, tetapi bukan staf majalah) dan hanya memiliki sedikit staf penulis dan editor. Bahkan majalah yang besar menggunakan staf editorial yang lebih sedikit dibandingkan dengan koran. Tipe suatu majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju. Artinya, sejak awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa atau untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa. Bisa juga sasaran pembacanya berasal kalangan profesi tertentu, seperti pelaku bisnis, atau pembaca dengan hobi tertentu, seperti bertani, beternak dan memasak. 28 26 Christopher K. Passante, The Complete Ideal’s Guides: Journalism, pentj. Tri Wibowo B.S., cet I, Jakarta: Prenada, 2008, h. 90. 27 28 Ibid., 89. Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar Edisi Revisi, cet. II, Bandung: Refika Offset, 2009, h. 119. 21 b. Jenis Majalah Perjalanan peradaban manusia dari waktu ke waktu turut mengiringi perkembangan media massa, khususnya majalah. Perkembangan majalah salah satunya ditandai dengan munculnya berbagai jenis majalah. Secara umum, majalah diklasifikasikan ke dalam lima jenis, yakni: 29 1) General Consumen Magazine. Konsumen majalah ini siapa saja. Mereka dapat membeli majalah tersebut di sudut-sudut outlet, mall, supermall atau toko buku lokal. Majalah konsumen umum ini menyajikan informasi tentang produk dan jasa yang diiklankan pada halaman-halaman tertentu. 2) Bissines Publication. Majalah-majalah bisnis (disebut juga trade publication) melayani secara khusus informasi bisnis, industri atau profesi. Media ini tidak dijual di mall atau supermall, pembacanya terbatas pada kaum profesional atau pelaku bisnis. Produk-produk yang diiklankan umumnya hanya dibeli oleh organisasi bisnis atau kaum profesional. 3) Literacy Reviews and Academic Journal. Merupakan majalah kritik sastra dan majalah ilmiah yang banyak diterbitkan oleh organisasi nonprofit, universitas, yayasan atau organisasi profesional, dan kebanyakan tidak menerima iklan. 29 Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa, h. 115-116. 22 4) Newsletter. Media ini dipublikasikan dengan bentuk khusus, 4 sampai 8 halaman dengan perwajahan khusus pula. Media ini didistribusikan secara gratis atau dijual secara berlangganan. 5) Public Relations Magazines. Majalah PR ini diterbitkan oleh perusahaan, dan dirancang untuk sirkulasi para karyawan perusahaan, agen, pelanggan dan pemegang saham. Jenis publikasi penerbitan ini berbeda sedikit dengan periklanan, namun menjadi bagian dari promosi organisasi atau perusahaan yang mensponsori penerbitan. Seiring dengan berjalannya waktu, majalah tumbuh sebagai media khusus dengan segmen pembaca tertentu. Hal ini mengakibatkan dalam industri pers, khususnya di Indonesia, muncul berbagai jenis majalah dengan segmentasi tertentu yang berbeda satu sama lain. Sebagai salah satu negara yang penduduknya mayoritas Islam, di Indonesia terdapat salah satu jenis majalah yang segmentasi pembacanya khusus masyarakat Muslim. Majalah tersebut adalah majalah yang bernuansa Islam atau lebih dikenal dengan majalah Religius (majalah Islam). Majalah religius adalah majalah yang isinya khusus memuat artikel-artikel keagamaan. Jenis majalah ini juga bervariasi, tergantung dari kebijakan redaksi masing-masing pengelola. Ada majalah yang beraliran keras-fundamentalis dan ada juga yang beraliran lunak-kompromistis, meskipun pada dasarnya keduanya berlatar agama yang sama. Selain itu, ada juga majalah yang hanya sekedar menjadi bacaan yang ditujukan 23 kepada para pemimpin keagamaan. Walaupun hanya ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relatif terbatas dibandingkan dengan majalah umum, majalah religius merupakan salah satu pasar majalah yang cukup diminati.30 c. Fungsi Majalah Sebagai salah satu media massa, majalah juga memiliki fungsi tertentu. Jika mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama majalah akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun, pada umumnya fungsi majalah sama dengan fungsi komunikasi massa secara umum, diantaranya: 1) Fungsi Informasi, yaitu media massa atau majalah adalah penyebar informasi bagi pembacanya. Barbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. 2) Fungsi pendidikan, yaitu majalah menjadi sarana pendidikan bagi pembacanya, karena majalah menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan majalah adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pembaca. Majalah melakukannya melalui cerita maupun artikel. 3) Fungsi memengaruhi, yaitu majalah dapat mempengaruhi khalayak melalui tajuk/editorial, features, artikel, dan sebagainya. 30 2005, h. 95. Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 24 4) Fungsi hiburan (entertaint), yaitu fungsi yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali. 31 d. Karakteristik Majalah Majalah merupakan media yang memiliki organisasi paling simpel, pengelolanya relatif lebih mudah, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Majalah juga dapat diterbitkan oleh setiap kelompok masyarakat, di mana mereka dapat dengan leluasa dan luwes menentukan bentuk dan jenis sasaran khalayaknya. Selain itu, majalah juga memiliki perbedaan dengan media cetak lainnya karena majalah memilki karakteristik tersendiri, yaitu: 1) Penyajiannya lebih dalam. Frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan, dwimingguan atau bahkan bulanan (1 x sebulan). Majalah berita biasanya terbit mingguan, sehingga para reporternya punya waktu yang cukup lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa serta menganalisis beritanya. Analisis berita dapat dipercaya dan didasarkan pada referensi yang relevan dengan peristiwa. Berita dalam majalah 31 Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa, h.17. 25 disajikan lebih lengkap, karena dilengkapi dengan latar belakang peristiwa. 2) Nilai aktualitas lebih lama. Majalah memiliki aktualitas lebih lama jika dibandingkan dengan surat kabar harian. Nilai aktualitas majalah bisa mencapai satu mingguatau lebih. Sebagai contoh, surat kabar yang dibaca kemarin atau dua hari yang lalu akan dianggap usang. Sementara majalah yang terbit dua atau tiga minggu yang lalu tidak dianggap demikian. Majalah tidak pernah dibaca habis dalam sekaligus, namun memerlukan waktu tiga atau empat hari. 3) Gambar atau foto lebih banyak. Jumlah halaman majalah lebih banyak dibandingkan dengan media cetak lainnya. Sehingga majalah menyajikan berita secara mendalam, yang juga dilengkapi dengan tampilan gambar atau foto dengan ukuran yang besar dan berwarna. Foto-foto yang ditampilkan majalah memilki daya tarik tersendiri, apalagi foto tersebut sifatnya eksklusif. 4) Kover sebagai daya tarik. Selain foto, kover atau sampul majalah juga merupakan daya tarik tersendiri. Kover adalah ibarat pakaian dan aksesorisnya pada manusia. Kover majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik. Menarik tidaknya kover suatu 26 majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya, serta konsistensi majalah tersebut dapat menampilkan ciri khasnya. Jadi, pada intinya dikemukakan bahwa kover merupakan salah satu faktor daya tarik suatu majalah yang menunjukkan ciri khas suatu majalah, sehingga secara sepintas pembaca dapat mengidentifikasi majalah tersebut.32 6. Dakwah melalui Majalah Islam Majalah merupakan media dakwah yang bersifat tulisan. Majalah Islam merupakan media dakwah yang dimiliki oleh lembaga dakwah yang khusus menggunakan jurnalistik sebagai metodenya. Struktur organisasinya sama dengan bentuk struktur yang dianut oleh pers pada umumnya. Hanya saja semua produk jurnalistiknya khusus bernuansa Islam. 33 Oleh karena itu, majalah Islam memuat dan menyajikan berbagai macam informasi keagamaan yang dibutuhkan oleh masyarakat selaku konsumen. Banyak artikel keagamaan yang dimuat dalam majalah Islam. 34 Sebagai salah satu media komunikasi massa, majalah Islam memiliki karakteristik psikologi yang khas, yang berbeda dengan komunikasi interpersonal. Karakteristik utama dari dakwah melalui majalah adalah arus informasi atau pesan dakwah yang akan disampaikan berada di bawah kendali 32 Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa, h. 121-123. 33 Kustadi Suhandang, Manajemen Pers Dakwah: Dari Perencanaan Hingga Pengawasan, Bandung: MARJA, 2007, h. 29. 34 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h. 95. 27 da’i atau pemberi pesan. Dengan demikian, da’i bertindak sebagai programer dalam dakwah di media massa, khususnya majalah.35 Sebagai media dakwah, majalah memiliki keunggulan dibandingkan media massa lainnya, diantaranya: a. Mudah dijangkau oleh masyarakat, karena harganya relatif murah dibandingkan media massa yang lain. b. Sesuai dengan sifat atau karakteristiknya, majalah dapat dijadikan publikasi yang beraneka ragam, misalnya dengan rubrik khusus mimbar agama, karikatur, artikel biasa yang bernafaskan dakwah dan sebagainya. c. Dapat dibaca berulang kali, sehingga dapat dipahami dan dihafal sampai mendetail. Inilah yang menjadi ciri khas majalah sebagai media dakwah. 36 d. Majalah juga dapat disimpan dan dibaca pada setiap kesempatan. 37 e. Majalah juga mampu memberikan informasi yang lebih lengkap dan bisa dibawa kemana-mana. 38 f. Memberi kesempatan kepada pembaca untuk memilih materi sesuai dengan kemampuan dan kepentingan (the readererd control the exposer). 35 36 Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, cet. III, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002, h. 154. Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, t.tp, h. 178. 37 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, cet XV, Bandung: PT Remaa Rosdakarya, 2001, h. 145. 38 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, cet. I, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998, h. 139. 28 g. Tidak terikat oleh waktu dalam mengikat khalayak (exposer may be and often be repeated). h. Dapat mengembangkan suatu topik yang diinginkan (treatment may be fuller). i. Kebebasan gaya yang lebih dalam memenuhi selera pembaca (specialized appearance is possible). j. Membentuk prestise yang tinggi dalam memberikan perhatian dan kesenangan bagi para pembacanya (possible greater prestige).39 k. Lebih dalam pengaruhnya dari gelombang-gelombang suara lisan ahli pidato. l. Tulisan cukup berbicara satu kali dan akan melekat terus menerus dalam hati serta bisa menjadi buah tutur setiap hari. m. Bahasa tulisan lewat media cetak lebih rapi dan lebih teratur daripada bahasa lisan, karena menulis adalah berpikir dengan teratur.40 Selain itu, majalah juga memiliki beberapa kelemahan atau keterbatasan, diantaranya: a. Hanya terbatas pada orang-orang yang bisa membaca dan yang dapat memahami bahasa pers. 39 40 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, h. 108. Faris Khoirul Anam, Fikih Jurnalistik: Etika dan Kebebasan Pers Menurut Islam, cet I, Jakarta: Al-Kautsar, 2008, h. 23. 29 b. Jika majalah rutin dibaca, bisa menghabiskan uang yang relatif banyak jika dibandingkan dengan media lainnya. 41 41 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi, h. 178-179.