Uploaded by User149706

LA Elektrolisis NaCl KEL13 REV 1

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA II
Materi:
Elektrolisis Larutan NaCl
Disusun oleh:
KELOMPOK 13
Arifino Decika Rachman
122280031
Rieke Dellavia Eka Putri
122280032
Khoirunnisa Fajri
122280037
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2024
ABSTRAK
Proses elektrolisis memiliki tujuan untuk memisahkan molekul dengan
mengarahkan arus listrik ke elektroda yang terendam dalam larutan elektrolit.. Pada
praktikum ini menggunakan larutan elektrolit berupa larutan NaCl dengan variasi
konsentrasi 13% dan 15% untuk diamati kuat arus dan tegangan setiap waktu dan
juga volume gas hidrogen yang terbentuk. Praktikum elektrolisis air ini terdapat 3
percobaan yaitu penentuan overpotensial minimum, penentuan gas yang terbentuk
dan penentuan konsumsi energi. Pada percobaan penentuan overpotensial minimum
diperoleh pada konsentrasi NaCl 13% tegangan yang dihasilkan konstan pada 8,725
volt sedangkan pada konsentrasi NaCl 15% tegangan yang dihasilkan konstan pada
9,118 volt yang masing-masing konstan pada waktu 26-30 menit. Pada percobaan
kedua, diperoleh konsumsi energi yang dibutuhkan pada konsentrasi NaCl 13%,
pada anoda sebesar 447,268 Watt.s/mL sedangkan pada katoda sebesar 37,272
Watt.s/mL. Pada konsentrasi NaCl 15%, diperoleh konsumsi energi pada anoda
sebesar 250,016 J/mL dan pada katoda sebesar 31,252 Watt.s/mL. Pada percobaan
ketiga yaitu penentuan gas yang terbentuk pada tabung reaksi di konsentrasi NaCl
13% gas yang terbentuk pada anoda yaitu klorin (Cl2) sebanyak 0,5 mL dan pada
katoda yaitu hidrogen (H2) sebanyak 4,1 mL sedangkan gas yang terbentuk pada
konsentrasi NaCl 15% gas yang terbentuk pada anoda yaitu klorin (Cl2) sebanyak
0,5 mL dan 5,1 mL pada katoda yaitu hidrogen (H2). Saran untuk praktikum ini
ialah pelaksanaan praktikum sebaiknya menggunakan alat yang berfungsi dengan
baik, sehingga data yang diperoleh akurat. Penggunaan baterai pada setiap
percobaan diharapkan menggunakan jenis dan merek yang sama.
Kata kunci: Elektrolisis, Konsentrasi, Listrik, Overpotensial, Tegangan
2
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. 5
DAFTAR TABEL .................................................................................................. 6
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 7
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 7
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Sasaran ....................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 9
2.1 Elektrolisis .................................................................................................... 9
2.2 Elektrolisis Air .............................................................................................. 9
2.3 Elektrolit........................................................................................................ 9
2.4 Elektroda ..................................................................................................... 10
2.5 Hukum Faraday ........................................................................................... 10
2.6 Persamaan-persamaan yang digunakan....................................................... 10
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ......................................................... 13
3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................ 13
3.2 Variabel Percobaan ...................................................................................... 14
3.3 Diagram Alir Percobaan .............................................................................. 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 18
4.1 Hasil ............................................................................................................ 18
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 20
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 28
3
5.2Saran ............................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 29
LAMPIRAN A PERHITUNGAN ..................................................................... 30
LAMPIRAN B DATA MENTAH ...................................................................... 36
LAMPIRAN C DOKUMENTASI .................................................................... 38
LAMPIRAN D MSDS ........................................................................................ 39
LAMPIRAN E RISK ASSESSMENT .............................................................. 41
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Rangkaian alat ................................................................................ 13
Gambar 3. 2 Diagram alir persiapan .................................................................... 15
Gambar 3. 3 Diagram alir penentuan overpotensial minimum ........................... 16
Gambar 3. 4 Diagram alir penentuan efisiensi arus dan konsumsi energi ........... 17
5
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Hasil percobaan pada konsentrasi NaCl 13% ...................................... 18
Tabel 4. 2 Hasil percobaam pada konsentrasi NaCl 15% ..................................... 19
Tabel B. 1 Data percobaan 1 dengan konsentrasi NaCl 13% ………………….. 36
Tabel B. 2 Data percobaan 2 dengan konsentrasi NaCl 15% ............................... 37
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kimia mempelajari struktur materi dan bagaimana berbagai proses
terjadi baik di alam maupun dalam eksperimen. Salah satu cabangnya, elektrokimia,
fokus pada bagaimana energi listrik mempengaruhi reaksi kimia. Elektrokimia
mempelajari transfer elektron melalui elektroda dalam larutan elektrolit, yang
berdampak besar pada berbagai teknologi dan aplikasi industri [1] Ini penting untuk
pengembangan teknologi baru dan pengolahan bahan kimia.
Proses elektrolisis memainkan peran kunci dalam elektrokimia, di mana
energi listrik digunakan untuk mengubah zat-zat dalam larutan elektrolit menjadi
produk kimia yang berbeda di masing-masing elektroda. Proses ini melibatkan
pemisahan reaksi kimia yang terjadi di katoda dan anoda, dengan hasil yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti potensial elektroda, konsentrasi larutan, dan
overpotensial [2]. Memahami faktor-faktor ini adalah kunci untuk meningkatkan
efisiensi dan aplikasi dari elektrolisis dalam berbagai konteks industri dan
laboratorium.
Salah satu aplikasi elektrolisis yang umum adalah elektrolisis larutan NaCl
(natrium klorida), atau garam dapur. Larutan NaCl dalam air merupakan contoh larutan
elektrolit yang baik, karena NaCl terdisosiasi menjadi ion Na⁺ dan Cl⁻ yang dapat
menghantarkan arus listrik. Selama proses elektrolisis, ion-ion ini bergerak menuju
elektroda yang berlawanan, di mana mereka mengalami reaksi kimia. Di katoda, air
(H₂O) akan menerima elektron untuk membentuk gas hidrogen (H₂) dan ion hidroksida
(OH⁻), sedangkan di anoda, ion Cl⁻ akan kehilangan elektron untuk membentuk gas
klorin (Cl₂) [3].
Proses elektrolisis larutan NaCl menghasilkan produk utama berupa gas
hidrogen (H₂) dan gas klorin (Cl₂). Gas oksigen (O₂) biasanya tidak dihasilkan
langsung dari elektrolisis NaCl, tetapi dapat terbentuk jika air (H₂O) juga terlibat
dalam reaksi elektrolisis. Penambahan NaCl dalam air keran bertujuan untuk
meningkatkan konduktivitas larutan, sehingga proses elektrolisis menjadi lebih
efisien. Selain itu, memahami dan mengoptimalkan kondisi seperti konsentrasi larutan
7
dan desain elektroda dapat meningkatkan hasil dan efisiensi proses elektrolisis[4].
Oleh karena itu, mempelajari dan memahami lektrolisis NaCl penting untuk aplikasi
industri, pengembangan teknologi energi, dan pengolahan air, membantu merancang
proses yang lebih efisien dan ramah lingkungan
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini, yaitu :
1. Apa itu proses elektrolisis Nacl ?
2. Apa saja fenomena-fenomena yang terjadi pada proses elektrolisis Nacl ?
3. Bagaimana cara menghitung efisiensi arus dan konsumsi energy proses Nacl ?
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk memahami fenomena-fenomena yang
terjadi pada proses elektrolisis Nacl.
1.3.2
Sasaran
Sasaran-sasaran yang hendak dicapai melalui percobaan ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasi pengaruh jenis elektroda terhadap overpotensial
minimum proses elektrolisis Nacl.
2. Mengidentifikasi jenis dan konsentrasi elektrolit terhadap
overpotensial minimum proses elektrolisis Nacl.
3. Menghitung efisiensi arus dan konsumsi energy proses elektrolisis
Nacl.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Elektrolisis
Elektrolisis dapat diartikan sebagai reaksi penguraian zat oleh arus listrik.
Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang menggunakan sumber energi
listrik untuk mengubah reaksi kimia yang terjadi. Elektrolisis adalah proses kimia
di mana suatu senyawa diurai menjadi unsur-unsurnya dengan menggunakan energi
listrik. Proses ini terjadi pada larutan atau lelehan (cairan) senyawa ionik.
Elektrolisis mengandalkan arus listrik yang mengalir melalui elektrolit (zat yang
dapat menghantarkan listrik) untuk memicu reaksi redoks (reaksi reduksi-oksidasi)
di dalam larutan atau lelehan [5].
2.2 Elektrolisis Air
Elektrolisis air adalah proses kimia di mana air diurai menjadi dua
komponen utama, yaitu hydrogen (H2) dan oksigen (O2), dengan menggunakan arus
listrik. Proses ini memanfaatkan reaksi redoks, di mana anoda (elektroda positif)
menarik oksigen dari air dan katoda (elektroda negatif) menarik hidrogen. Gas H2
sangat pontensial digunakan sebagai sumber energi karena sifatnya yang ramah
lingkungan. Gas H2 sangat pontensial digunakan sebagai sumber energi karena
sifatnya yang ramah lingkungan. Penggunaan katalisator elektrolit kuat seperti
NaOH, KOH dan H2SO4 berfungsi mempermudah proses penguraian air menjadi
hidrogen dan oksigen karena ion-ion katalisator mampu mempengaruhi kesetabilan
molekul air menjadi ion H+ dan OH- yang lebih mudah di elektrolisis karena terjadi
penurunan energi pengaktifan [1].
2.3 Elektrolit
Elektrolit adalah zat yang menghantarkan listrik saat terlarut dalam air atau
dalam bentuk lelehan. Biasanya, elektrolit adalah senyawa ionik, seperti asam, basa,
atau garam. Saat senyawa ini terlarut, ion-ion yang terkandung dalamnya bergerak
bebas dan dapat membawa muatan listrik. Larutan elektrolit dapat dikategorikan
menjadi tiga bagian yaitu larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah dan larutan
9
bukan elektrolit . Larutan elektrolit kuat merupakan larutan yang mengandung ionion terlarut yang dapat mengantarkan arus listrik sangat baik sehingga proses serah
terima elektron berlangsung cepat dan energi yang dihasilkan relatif besar.
Sedangkan larutan elektrolit lemah merupakan larutan yang mengandung ion-ion
terlarut cenderung terionisasi sebagian sehingga dalam proses serah terima elektron
relatif lambat dan energi yang dihasilkan kecil. Namun demikian proses
elektrokimia tetap terjadi. Untuk larutan bukan elektrolit, proses serah terima
elektron tidak terjadi [6].
2.4 Elektroda
Elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk mentransfer arus listrik
dari sumber energi ke dalam larutan atau lelehan elektrolit. Elektrokimia ini
dilakukan dengan memanfaatkan proses reduksi-oksidasi, yaitu elektroda negatif
(anoda) akan mengalami reaksi oksidasi sehingga elektron pada permukaan anoda
akan terlepas dan dibawa oleh ion elektrolit menuju elektroda positif (katoda). Pada
sel elektrolisis katoda memiliki muatan negatif sedangkan anoda memiliki muatan
positif. Sesuai dengan prinsip kerja arus listrik. Terdiri dari zat yang dapat
mengalami proses ionisasi, elektrode dan sumber listrik (baterai). Listrik dialirkan
dari kutub negatif dari baterai ke katoda yang bermuatan negatif. Larutan akan
mengalami ionisasi menjadi kation dan anion. Kation di katoda akan mengalami
reduksi sedangkan di anoda akan mengalami oksidasi [7].
2.5 Hukum Faraday
Hukum Faraday terdiri dari dua hukum yang menjelaskan hubungan antara muatan
listrik dan massa zat yang dihasilkan selama proses elektrolisis [8]:
1. Hukum Faraday 1
Hukum Faraday 1 menyatakan “Massa zat yang timbul pada elektroda
karena elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah listrik yang mengalir
melaui larutan”. Secara matematis, hukum ini dapat dinyatakan dengan
rumus:
𝑊=
𝑒𝑥𝐼𝑥𝑡
𝐹
………………………………………………………... (2.1)
Keterangan :
10
W = Massa Zat (gram)
e = Berat Ekuivalen (coloumb)
I = Kuat Arus (Ampere)
t = Waktu (s)
F = Faraday (96.500)
2. Hukum Faraday II
Hukum Faraday II menyatakan bahwa “massa zat yang dihasilkan pada
suatu elektroda selama elektrolisis berbanding lurus dengan massa
ekuivalen zat tersebut”. Jika beberapa sel elektrolisis disusun secara seri
dengan arus listrik yang sama, maka perbandingan massa zat yang
dihasilkan akan sama dengan perbandingan massa ekuivalennya masingmasing. Secara matematis, hukum ini dapat dinyatakan dengan rumus:
𝑊1
𝑊2
𝑒
= 𝑒1
………………………………………………………... (2.2)
2
Keterangan :
W1 = Massa Zat 1 (gram)
W2 = Massa Zat 2 (gram)
e1 = Massa Ekuivalen Zat 1 (coloumb)
e2 = Massa Ekuivalen Zat 2 (coloumb)
2.6 Persamaan-persamaan yang digunakan
Berikut ini adalah persamaan-persamaan yang digunakan dalam praktikum
elektrolisis larutan NaCl :
1. Q (Coulomb)
𝑄=
t2−t1
2
(𝐼2 + 𝐼1)
………….………………………………… (2.3)
2. Q rata-rata
𝑄𝑎𝑣𝑒 =
Q1+Q2+Q3+⋯+Q30
30
.…………………………………… (2.4)
3. Arus rata-rata
𝐼𝑎𝑣𝑒 =
I1+I2+I3+⋯+I30
30
.…………………………………………… (2.5)
4. Tegangan rata-rata
𝑉𝑎𝑣𝑒 =
V1+V2+V3+⋯+V30
30
.…………………………………… (2.6)
5. Konsumsi energi
11
𝑉𝑎𝑣𝑒 𝑥 𝑄𝑎𝑣𝑒
𝐸 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑎𝑠
.…………..……………………………… (2.7)
6. Efisiensi arus
𝑃𝑉/𝑅𝑇
𝜇 = 𝑄/𝑛𝐹 𝑥100%
.………………………………..………… (2.8)
12
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Rangkaian alat yang digunakan dalam percobaan dapat dilihat seperti
pada gambar sebagai berikut:
Gambar 3. 1 Rangkaian alat
Alat-alat pendukung yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu:
1. Gelas kimia 1000 mL
2. Elektroda batang karbon
3. Kabel tembaga tunggal
4. Penyepit
5. Sumber listrik DC
6. Batang pengaduk
7. Voltmeter
8. Amperemeter
9. Stopwatch
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Air
2. Padatan NaCl
13
3.2 Variabel Percobaan
3.2.1 Variabel Tetap
Variabel tetap yang digunakan pada praktikum elektrolisis air ini yaitu:
1. Tekanan ruangan (660-760 mmHg)
2. Temperatur ruangan (23-30⁰C)
3. Jenis anoda: batang karbon
4. Volume eletrolit sebanyak 1000 mL
5. Jarak antar elektroda 1 cm 6. Luas permukaan elektroda
3.2.2 Variabel Bebas
Variabel bebas yang divariasikan yaitu konsentrasi elektrolit
3.3.3 Variabel Terikat
Variabel terikat yang harus diamati yaitu:
1. Volume gas hidrogen/klor yang dihasilkan
2. Tegangan kerja
3. Arus kerja
14
3.3 Diagram Alir Percobaan
3.3.1 Persiapan
Menimbang 130 gram NaCl
Menimbang 150 gram NaCl
Gambar 3. 2 Diagram alir persiapan
15
3.3.2
Penentuan Overpotensial Minimum
Gambar 3. 3 Diagram alir penentuan overpotensial minimum
16
3.3.3
Penentuan Efisiensi Arus dan Konsumsi Energi
Gambar 3. 4 Diagram alir penentuan efisiensi arus dan konsumsi energi
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4. 1 Hasil percobaan pada konsentrasi NaCl 13%
Waktu (s)
60
120
180
240
300
360
420
480
540
600
660
720
780
840
900
960
1020
1080
1140
1200
1260
1320
1380
1440
1500
1560
1620
1680
1740
1800
NaCl 13%
Tegangan (V)
Arus (mA)
6,72
0,02
7,87
0,01
8,02
0,01
8,24
0,01
8,33
0,01
8,38
0,01
8,42
0,01
8,46
0,01
8,48
0,01
8,5
0,01
8,51
0,01
8,05
0,01
8,16
0,01
8,34
0,01
8,37
0,01
8,37
0,01
8,38
0,01
8,39
0,01
8,38
0,01
8,37
0,01
8,37
0,01
8,36
0,01
8,21
0,02
8,26
0,02
8,27
0,01
8,26
0,01
8,26
0,01
8,12
0,02
8,15
0,02
8,17
0,02
18
Q(Couloumb)
1,5
0,9
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,9
1,2
0,9
0,6
0,6
0,9
1,2
1,2
Tabel 4. 2 Hasil percobaam pada konsentrasi NaCl 15%
NaCl 15%
Waktu (s)
Tegangan (V)
Arus (mA)
Q(Couloumb)
60
120
180
240
300
360
420
480
540
600
660
720
780
840
900
960
1020
1080
1140
1200
1260
1320
1380
1440
1500
1560
1620
1680
1740
1800
8,14
8,24
8,38
8,41
8,27
8,18
8,29
8,36
8,37
8,37
8,35
8,33
8,37
8,37
8,33
8,37
8,37
8,26
8,35
8,36
8,37
8,33
8,34
8,34
8,34
8,34
8,33
8,31
8,19
8,26
0,02
0,02
0,01
0,01
0,02
0,02
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,9
1,2
0,9
0,6
0,9
1,2
0,9
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
19
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penentuan Overpotensial Minimum
Percobaan penentuan overpotensial minimum ini dilakukan dengan
menggunakan elektroda karbon pada katoda dan anoda serta menggunakan variasi
konsentrasi larutan elektrolit Nacl pada konsentrasi 13% dan 15%. Selain itu juga
terdapat variasi kuat arus yang juga digunakan pada percobaan kali ini
10,20,30,40,50,60,70,80 dan 90 mA. Overpotensial minimum adalah selisih antara
potensial standar yang terjadi selama elektrolisis dengan potensial teoritis pada
katoda dan anoda. Overpotensial minimum digunakan untuk menghitung energi
yang diperlukan dalam produksi gas hidrogen melalui elektrolisis larutan elektrolit
[9]. Setelah dilakukannya percobaan menggunakan kedua variasi konsentrasi
elektrolit tersebut, diperolehlah grafik hubungan antara tegangan (Volt) yang
disajikan pada grafik di bawah ini.
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara kuat arus dan tegangan pada konsentrasi
NaCl 13%
Grafik 4.1 di atas menunjukkan hubungan antara kuat arus (I) terhadap tegangan
(V) pada suatu sampel dengan konsentrasi NaCl 13%. Pada awal pengukuran,
tegangan menurun dari 6,78 V ke 6,3 V saat arus meningkat dari 10 mA ke 20 mA.
Penurunan tegangan ini mungkin disebabkan oleh resistansi internal dalam larutan
atau elektroda yang belum mencapai kondisi stabil. Setelah mencapai overpotensial
minimum, tegangan mulai meningkat dari 6,3 V ke 6,9 V saat arus meningkat dari
20 mA ke 50 mA. Peningkatan tegangan ini menunjukkan bahwa sistem mulai
membutuhkan lebih banyak energi untuk mempertahankan laju elektrolisis yang
lebih tinggi [10].
20
Pada pengukuran selanjutnya, tegangan stabil pada 7 V meskipun arus terus
meningkat dari 60 mA ke 90 mA. Stabilitas tegangan ini menunjukkan bahwa
sistem telah mencapai kondisi di mana peningkatan arus tidak lagi menyebabkan
peningkatan tegangan yang signifikan, menandakan efisiensi maksimum dalam
proses elektrolisis. Penurunan tegangan awal diikuti oleh peningkatan dan stabilitas
menunjukkan adanya resistansi internal atau faktor lain yang mempengaruhi
efisiensi elektrolisis. Pada konsentrasi NaCl yang lebih tinggi, arus yang diperlukan
untuk mencapai tegangan puncak lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi
yang lebih rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan konduktivitas
larutan pada konsentrasi yang lebih tinggi, yang memungkinkan arus mengalir lebih
mudah dan efisien [11].
Overpotensial positif terjadi saat peningkatan arus listrik menyebabkan
perpindahan ion-ion ke elektroda, mempengaruhi tegangan pada arus tertentu.
Semakin besar nilai η, semakin besar potensial yang dibutuhkan untuk reaksi.
Overpotensial diakumulasikan dari energi aktivasi laju reaksi dan hambatan akibat
gelembung pada permukaan elektroda [1].
Overpotensial minimum terjadi pada tegangan 6,3 V dengan arus 20 mA.
Pada titik ini, tegangan mencapai nilai terendah sebelum mulai meningkat kembali
seiring dengan peningkatan arus. Ini menunjukkan tegangan terendah yang
diperlukan untuk memulai reaksi elektrolisis pada arus tertentu. Analisis ini
membantu menentukan kondisi optimal untuk elektrolisis NaCl pada konsentrasi
13%, yang penting untuk efisiensi proses dan penghematan energi.
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara kuat arus dan tegangan pada konsentrasi
NaCl 15%
21
Gambar 4.2 menunjukkan hubungan antara kuat arus (mA) dan tegangan
(V) pada konsentrasi NaCl 15% dalam percobaan elektrolisis. Pada awal percobaan,
arus 10 mA, tegangan tercatat sebesar 8 V. Ketika arus meningkat menjadi 20 mA,
tegangan naik signifikan menjadi 8,83 V. Peningkatan tegangan ini berlanjut hingga
arus mencapai 30 mA dengan tegangan 8,84 V. Namun, pada arus 40 mA, tegangan
sedikit menurun menjadi 8,8 V, yang mungkin disebabkan oleh fluktuasi dalam
sistem atau resistansi internal. Setelah pengukuran keempat, tegangan kembali
meningkat dan mencapai 8,85 V pada arus 50 mA. Dari arus 60 mA hingga 90 mA,
tegangan stabil pada 8,9 V. Stabilitas tegangan ini menunjukkan bahwa sistem telah
mencapai kondisi di mana peningkatan arus tidak lagi menyebabkan peningkatan
tegangan yang signifikan. Hal ini dapat diartikan bahwa sistem telah mencapai
efisiensi maksimum dalam menghasilkan gas hidrogen pada tegangan tersebut [10].
Secara keseluruhan, grafik ini menunjukkan bahwa overpotensial minimum
terjadi pada tegangan 8 V dengan arus 10 mA, dan setelah itu, tegangan cenderung
stabil pada 8,9 V meskipun arus terus meningkat. Stabilitas tegangan pada arus yang
lebih tinggi menunjukkan efisiensi sistem yang optimal dalam proses elektrolisis.
Dengan memahami titik ini, kita dapat mengoptimalkan kondisi operasional untuk
mencapai produksi gas hidrogen yang lebih efisien [12].
Mengetahui tegangan awal dan stabilitas tegangan pada berbagai
konsentrasi penting untuk menentukan kondisi optimal dalam proses elektrolisis.
Hal ini berpengaruh pada efisiensi dan penghematan energi. Dengan
mengoptimalkan proses elektrolisis, kita dapat mencapai efisiensi maksimal dan
mengurangi konsumsi energi.Tegangan yang dihasilkan dipengaruhi oleh volume
air dan massa garam. Persamaan Nernst menyatakan bahwa potensial sel untuk
menghasilkan tegangan dipengaruhi oleh konsentrasi. Konsentrasi adalah
perbandingan antara jumlah zat pelarut dan zat terlarut. Konsentrasi NaCl yang
lebih tinggi memerlukan tegangan awal yang lebih tinggi untuk memulai reaksi
elektrolisis, namun mencapai stabilitas lebih cepat dan dengan fluktuasi yang lebih
sedikit [13].
4.2.2 Penentuan Effisiensi Arus dan Konsumsi Energi
Percobaan untuk menentukan efisiensi arus dan konsumsi energi dalam
praktikum elektrolisis larutan NaCl dilakukan menggunakan elektroda karbon pada
22
katoda dan anoda. Variasi konsentrasi larutan elektrolit NaCl yang digunakan
adalah 13% dan 18%. Pengukuran arus dan tegangan dilakukan selama 30 menit.
Hasil dari percobaan ini menunjukkan grafik hubungan antara waktu dengan kuat
arus dan tegangan kerja sebagai berikut:
0,025
Arus (mA)
0,02
0,015
0,01
0,005
0
0
500
1000
1500
2000
Waktu (s)
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara waktu (s) dengan kuat arus (mA) pada
konsentrasi larutan NaCl 13%
Gambar 4.4 Grafik hubungan antara waktu (s) dengan kuat arus (mA) pada
konsentrasi larutan NaCl 15%
Grafik hubungan tegangan arus terhadap waktu pada konsentrasi larutan
NaCL 13% dan 15% yang terdapat pada Gambar 4.3 dan 4.4, dapat dilihat nilai
23
arus dari awal hingga ke menit 30 mendapatkan kuat arus yang mengalami
fluktuasi. Pada percobaan dengan konsentarsi NaCL sebesar 13% kuat arus pada
menit pertama yaitu sebesar 0,02 mA dan mengalami penurunan menjadi 0,01 mA
pada menit ke 2 sampai menit 22 dan menit ke 25 sampai dengan menit 27.
Sedangkan pada percobaan dengan konsentrasi NaCL sebesar 15%, sama halnya
dengan variasi percobaan sebelumnya menalami kensikan dan penurunan kuat arus.
Pada percobaan ini kuat arus yang awalnya sebebasr 0,02 mA, mengalami
penurunan pada menit ke 3,4 dan pada menit ke 7 hingga akhir percobaan.
Fenomena ini terjadi karena penggunaan elektroda batang karbon sebagai anoda
dan katoda dalam proses elektrolisis, di mana NaCl berfungsi sebagai larutan
elektrolit. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena mengalami
disosiasi yang menghasilkan ion-ion bergerak bebas. Ion-ion ini memungkinkan
terjadinya konduksi listrik, sehingga ketika arus listrik dialirkan, elektron berpindah
di antara ion-ion dalam larutan, memungkinkan aliran listrik terjadi dan memicu
reaksi elektrolisis [14]. Fenomena tersebut menggambarkan inti dari proses
elektrolisis, di mana elektroda dan elektrolit berperan penting dalam
menghantarkan arus listrik serta memungkinkan reaksi kimia terjadi.
9
8
Tegangan (V))
7
6
5
4
3
2
1
0
0
500
1000
1500
2000
Waktu (s)
Gambar 4.5 Grafik hubungan antara waktu (s) dengan tegangan (mV) pada
konsentrasi larutan NaCl 13%
Pada grafik hubungan antara waktu dan tegangan pada konsentrasi larutan
NaCl 13% di Gambar 4.5, terlihat bahwa tegangan kerja mengalami peningkatan
dari menit pertama hingga menit kesebelas, kemudian menjadi konstan antara menit
ke-15 sampai dengan menit ke-21. Pada percobaan ini, dari hasil percobaan yang
24
ditunjukan grafik mengalami kenaikakan dan penurunan sehingga pada akhir
percobaan di menit ke-30 pada nilai 8,17 mV. Grafik ini sesuai dengan teori
elektrolisis, di mana tegangan awal biasanya rendah, lalu meningkat seiring
berjalannya waktu untuk menginisiasi reaksi elektrolisis pada elektroda [15].
Kemudian, tegangan mulai turun dan stabil ketika gas hidrogen (H₂) dan gas klorin
(Cl₂) mulai terbentuk selama proses elektrolisis. Pembentukan gas-gas ini menandai
bahwa reaksi elektrokimia pada elektroda telah mencapai tahap tertentu, sehingga
kebutuhan tegangan untuk mempertahankan reaksi berkurang, dan tegangan
menjadi lebih stabil [15]. Tegangan yang digunakan untuk membentuk gas hidrogen
(H₂) dan gas klorin (Cl₂) bernilai lebih rendah dibandingkan dengan tegangan yang
dibutuhkan untuk menginisiasi proses elektrolisis. Pada awal elektrolisis, tegangan
yang lebih tinggi diperlukan untuk memulai reaksi, namun setelah reaksi
berlangsung dan gas-gas tersebut mulai terbentuk, tegangan yang dibutuhkan untuk
mempertahankan reaksi menjadi lebih rendah karena reaksi sudah berjalan stabil.
[15]. Selama proses elektrolisis berlangsung, tegangan akan tetap konstan pada
tegangan minimum yang diperlukan untuk terus melanjutkan pembentukan gas
hidrogen (H₂) dan gas klorin (Cl₂). Setelah proses inisiasi, tegangan ini cukup untuk
menjaga agar reaksi elektrolisis tetap berjalan stabil, memungkinkan produksi gasgas tersebut secara kontinu tanpa memerlukan tambahan tegangan yang lebih tinggi
[15].
Gambar 4.6 Grafik hubungan antara waktu (s) dengan tegangan (mV) pada
konsentrasi larutan NaCl 15%
25
Pada grafik hubungan antara waktu dan tegangan pada konsentrasi larutan
NaCl 18% di Gambar 4.6, terlihat bahwa tegangan mengalami kenaikan dari menit
pertama hingga menit keempat. Namun, setelah itu, tegangan mulai berfluktuasi
dan tidak konstan hingga menit ke-30. Pada empat menit pertama, data tegangan
sesuai dengan teori elektrolisis, di mana tegangan meningkat untuk menginisiasi
proses elektrolisis. Akan tetapi, dari menit kelima hingga menit ke-30, data
tegangan tidak sesuai dengan teori, yang seharusnya menunjukkan penurunan
tegangan setelah inisiasi untuk menghasilkan gas hidrogen dan gas klorin, lalu
menjadi konstan pada tegangan minimum hingga akhir proses elektrolisis.
Fluktuasi tegangan ini kemungkinan disebabkan oleh ketidakstabilan alat
multimeter yang digunakan, sehingga hasil yang diperoleh tidak konstan. Selain itu,
penurunan kapasitas baterai setelah digunakan dalam percobaan sebelumnya juga
bisa menyebabkan tegangan yang tidak stabil, sehingga hasil yang didapatkan tidak
sesuai dengan teori [15].
4.2.3 Penentuan Gas yang Terbentuk
Dari percobaan yang telah dilakukan, pada sel elektrolisis terjadi dua jenis
reaksi, yaitu reaksi yang berlangsung di katoda dan reaksi di anoda. Dalam
percobaan ini, dua tabung reaksi diisi penuh dengan larutan elektrolit dan
ditempatkan pada masing-masing elektroda, yaitu anoda dan katoda. Pada katoda,
gas hidrogen (H₂) terbentuk, sedangkan pada anoda, gas klorin (Cl₂) dihasilkan.
Proses ini mencerminkan reaksi elektrokimia yang terjadi selama elektrolisis
larutan, di mana masing-masing elektroda memiliki reaksi spesifik yang sesuai
dengan jenis gas yang dihasilkan [16]. Gas yang terbentuk selama proses
elektrolisis menyebabkan volume air di tabung reaksi semakin berkurang,
digantikan oleh volume gas yang dihasilkan di masing-masing elektroda. Percobaan
dihentikan setelah waktu elektrolisis berlangsung selama 30 menit. Untuk
mengukur volume gas yang terbentuk, tabung reaksi diisi kembali dengan air
hingga mencapai volume yang hilang, kemudian volume air tersebut diukur
menggunakan gelas ukur. Pada percobaan ini, gas klorin terbentuk akibat oksidasi
ion Cl⁻ dari larutan NaCl, yang terurai menjadi ion Na⁺ dan Cl⁻. Ion Cl⁻ dapat
teroksidasi di anoda karena memiliki nilai potensial reduksi standar (E⁰) yang lebih
26
rendah, yaitu -1,35 V, dibandingkan dengan nilai potensial reduksi standar air yang
sebesar -1,23 V. Ini menyebabkan ion klorida lebih mudah teroksidasi daripada
molekul H₂O. Nilai potensial reduksi standar yang semakin rendah menunjukkan
bahwa senyawa tersebut lebih mudah teroksidasi. Di katoda, gas hidrogen terbentuk
dari reduksi air, yang memiliki nilai potensial reduksi standar sebesar -0,827 V,
sedangkan kation berupa ion Na⁺ memiliki nilai -2,71 V. Hal ini menunjukkan
bahwa air lebih mudah tereduksi dibandingkan dengan ion Na⁺, sehingga proses
reduksi air akan mendominasi di katoda dan menghasilkan gas hidrogen [17].
Pada percobaan kali ini, diperoleh volume gas hidrogen dan gas klorin pada
konsentrasi NaCl 13% masing-masing sebesar 4,1 mL dan 0,5 mL. Sedangkan pada
percobaan dengan konsentrasi NaCl 15%, volume gas hidrogen yang dihasilkan
mencapai 5,1 mL, sementara gas klorin tetap 0,5 mL. Hasil ini sesuai dengan teori,
di mana semakin tinggi konsentrasi larutan elektrolit, jumlah produk yang
dihasilkan dari proses elektrolisis cenderung semakin besar. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya jumlah ion yang tersedia untuk terlibat dalam reaksi elektrolisis [1].
Secara kimia, reaksi elektrolisis larutan garam (NaCl) menjadi gas hidrogen
(H₂) dan gas klorin (Cl₂) dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut:
Reaksi ionisasi NaCl : NaCl(s) → Na+(aq) + Cl-(aq)……………………..…(4.1)
Reaksi pada anoda
: 2 Cl-(aq) → Cl2(g) + 2 e- …………………………….(4.2)
Reaksi pada katoda
: 2 H2O(aq)+ 2 e- → H2(g) + 2OH-(aq)………….…….(4.3)
Persamaan reaksi total: 2 NaCl(s) + 2 H2O(aq) → 2 NaOH(aq) + H2(g) + Cl2(g)(4.4)
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum yang sudah dilakukan yaitu sebagai berikut :
1. Overpotensial minimum terjadi ketika tegangan tetap pada nilai konstan,
bahkan ketika kuat arus ditingkatkan. Dalam praktikum ini overpotensial
minimum konsentrasi 13% didapatkan pada kuat arus 20 mA dengan nilai
tegangan yang dihasilkan sebesar 6,3 V dan untuk konsentrasi 15%
didapatkan overpotensial minimum pada kuat arus 10 mA dengan nilai
tegangan yang dihasilkan sebesar
8 V. Peningkatan konsentrasi NaCl
menyebabkan overpotensial tercapai lebih cepat karena peningkatan
konduktivitas larutan.
2. Konsumsi energi pada konsentrasi NaCl 13% adalah 1,467 watt.detik/mL
(anoda) dan 12,03 watt.detik/mL (katoda). Pada NaCl 15%, konsumsi energi
menjadi 1,11 watt.detik/mL (anoda) dan 11,31 watt.detik/mL (katoda),
menunjukkan efisiensi lebih tinggi pada konsentrasi yang lebih tinggi.
3. Volume gas hidrogen dan gas klorin pada konsentrasi NaCl 13% sebesar 4,1
ml dan 0,5 ml. Volume gas hidrogen dan gas klorin pada konsentrasi NaCl
15% sebesar 5,1 ml dan 0,5 ml.
5.2 Saran
Berikut ini beberapa saran yang diberikan dari praktikum elektrolisis larutan
NaCl, yaitu:
1. Sebelum melakukan percobaan, praktikan disarankan untuk memeriksa
peralatan yang akan digunakan untuk menghindari kemungkinan kesalahan
peralatan saat percobaan dilakukan.
1. Praktikan diharapkan untuk tidak menyenggol alat-alat percobaan, karena hal
tersebut dapat mempengaruhi hasil voltnya dan arus.
3. Disarankan percobaan dilakukan dengan alat yang lebih baik agar data yang
didapatkan lebih optimal.
28
DAFTAR PUSTAKA
[1] H. S. E. H. Yoyon Wahyono, “Produksi gas hydrogen menggunakan metode
elektrolisis dari elektrolit air dan air laut dengan penambahan katalis NaOH,”
Youngster Physics Journal, vol. 6, no. 4, pp. 353-359, 2017.
[2] F. Natasha, E. S. Hutajulu dan H. Pardi, “Produksi Hidrogen Dari Air Laut
Menggunakan Elektrolisis Berbantuan Elektrokatalis,” JEBT: Jurnal Energi
Baru & Terbarukan Vol 5, No.2, pp. 115-129, 2024.
[3] K. R. Hidayat, D. J. Winarno dan D. I. Kusumastuti, “Analisis Kualitas Air
Hasil Pengolahan Air Hujan Dengan Metode Elektrolisis Menjadi Air
Minum,” Journal Rekayasa Sipil Dan Desain (JRSDD) ,Vol.8, No.4, pp. 693702, 2020.
[4] R. Manurung, L. P. A, G. D. Nugrah, E. R. H, J. Juhensen dan M. R. M. P,
“Produksi Gas Hidrogen Dengan Metode Elektrolisis Menggunakan
Elektrolit Air Dengan Penambahan Katalis NaOH,” KURVATEK Vol. 7, No.
2, pp. 45-50, 2020.
[5] E. W. N. S. F. Deny Puspitasari, “Pembuatan Desinfektan Menggunakan
Metode Elektrolisis Larutan Garam,” Indonesian Journal of Laboratory, vol.
1, no. 3, p. 219, 2024.
[6] M. R. Harahap, “Sel Elektrokimia: Karakteristik dan Aplikasi,” CIRCUIT:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, vol. 2, no. 1, pp. 177-180, 2016.
[7] A. R. K. A. S. Gurum Ahmad Pauzi, “Desain dan Realisasi Akumulator
Elektrolit Air Laut dengan Penambahan Sodium Bicarbonate (NaHCO3)
sebagai Sumber Energi Alternatif,” Jurnal Fisika, vol. 8, no. 2, pp. 78-85,
2018.
[8] G. Alfani, “Pengaruh Gas Hidrogen Dari Larutan Sodium Hidroksida
Terhadap Emisi Gas Buang Dan Konsumsi Bahan Bakar Pada Kendaraan
Bermotor,” JURNAL SIMETRIK VOL 11, NO. 1, pp. 417-421, 2021.
29
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A. Menghitung Konsentrasi NaCl
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
1000
M = 𝑀𝑟 x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
1. Konsentrasi NaCl 13%
13
Massa = 100 x 1000
Massa = 130 gram
2. Konsentrasi NaCl 15%
15
Massa = 100 x 1000
Massa = 150 gram
B. Menghitung Q (Coulomb)
𝑡2−𝑡1
Q = 2 x(I2+I1)
1. Konsentrasi NaCl 15%
60−0
• Q = 2 × (0,02+0,03) = 01,5 C
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
120−60
× (0,01+0,02) = 0,9 C
2
180−120
2
240−180
2
300−240
2
360−300
2
420−360
2
480−420
2
540−480
2
600−540
2
660−600
2
720−660
2
780−720
2
840−720
2
900−840
2
960−900
2
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
30
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
1020−960
× (0,01+0,01) = 0,6 C
2
1080−1020
2
1140−1080
2
1200−1140
2
1260−1200
2
1320−1260
2
1380−1320
2
1440−1380
2
1500−1440
2
1560−1500
2
1620−1560
2
1680−1620
2
1740−1680
2
1800−1740
2
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,02+0,01) = 0,9 C
× (0,02+0,02) = 1,2 C
× (0,01+0,02) = 0,9 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,02+0,01) = 0,9 C
× (0,02+0,02) = 1,2 C
× (0,02+0,02) = 1,2 C
2. Konsentrasi NaCl 15%
60−0
• Q = 2 × (0,02+0,01) = 0,9 C
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
120−60
× (0,02+0,02) = 1,2 C
2
180−120
2
240−180
2
300−240
2
360−300
2
420−360
2
480−420
2
540−480
2
600−540
2
660−600
2
720−660
2
780−720
2
840−720
2
900−840
2
960−900
2
× (0,01+0,02) = 0,9 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,02+0,01) = 0,9 C
× (0,02+0,02) = 1,2 C
× (0,01+0,02) = 0,9 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
31
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
•
Q=
1020−960
× (0,01+0,01) = 0,6 C
2
1080−1020
2
1140−1080
2
1200−1140
2
1260−1200
2
1320−1260
2
1380−1320
2
1440−1380
2
1500−1440
2
1560−1500
2
1620−1560
2
1680−1620
2
1740−1680
2
1800−1740
2
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
× (0,01+0,01) = 0,6 C
C. Menghitung Arus Rata-rata (mA)
1. Konsentrasi NaCl 13%
𝐼1+𝐼2+𝐼3+...+𝐼30
Iave =
30
(0,02 + 0,01+ 0,01 + 0,01 + 0,02 + 0,02 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 +
0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01+
0,01 + 0,01 + 0,02 + 0,02 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,02 + 0,02 + 0,02)
Iave =
30
Iave = 0,012 mA
2. Konsentrasi NaCl 15%
𝐼1+𝐼2+𝐼3+...+𝐼30
Iave =
30
(0,02 + 0,02 + 0,01 + 0,01 + 0,02 + 0,02 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 +
0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01+
0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01)
Iave =
30
Iave = 0,0113 mA
D. Menghitung Tegangan Rata-rata (V)
32
1. Konsentrasi NaCl 13%
𝑉1+𝑉2+𝑉3+...+𝑉30
Vave =
30
(6,72 + 7,87 + 8,02 + 8,24 + 8,33 + 8,38 + 8,42 + 8,46 + 8,48 + 8,50 +
8,51 + 8,05 + 8,16 + 8,34 + 8,37 + 8,37 + 8,38 + 8,39 + 8,38 + 8,37+
8,37 + 8,36 + 8,21 + 8,26 + 8,27 + 8,26 + 8,26 + 8,12 + 8,15 +8,17)
Vave =
30
Vave = 8,24 volt
2. Konsentrasi NaCl 15%
𝑉1+𝑉2+𝑉3+...+𝑉30
Vave =
30
(8,14 + 8,24 + 8,38 + 8,41 + 8,27 + 8,18 + 8,29 + 8,36 + 8,37 + 8,37 +
8,35 + 8,33 + 8,37 + 8,37 + 8,33 + 8,37 + 8,37 + 8,26 + 8,35 + 8,36+
8,37 + 8,33 + 8,34 + 8,34 + 8,34 + 8,34 + 8,33 + 8,31 + 8,19 +8,26)
Vave =
30
Vave = 8,32 volt
E. Menghitung Q Rata-rata (Coulomb)
1. Konsentrasi NaCl 13%
𝑄1+𝑄2+𝑄3+...+𝑄30
Qave =
30
(1,5 + 0,9 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 +
0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 +
0,6 + 0,6 + 0,9 + 1,2 + 0,9 + 0,6 + 0,6 + 0,9 + 1,2 + 1,2)
Qave =
30
Qave = 0,73 C
2. Konsentrasi NaCl 15%
𝑄1+𝑄2+𝑄3+...+𝑄30
Qave =
30
(0,9 + 1,2 + 0,9 + 0,6 + 0,9 + 1,2 + 0,9 + 0,6 + 0,6 + 0,6 +
0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 +
0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6 + 0,6)
Qave =
30
Qave = 0,68 C
F. Menghitung Konsumsi Energi
1. Konsentrasi NaCl 13%
•
𝑉𝑎𝑣𝑒 𝑥 𝑄𝑎𝑣𝑒
E = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑎𝑛𝑜𝑑𝑎
E=
8,24 𝑥 0,73
4,1
E = 1,467 watt.detik/ml
33
•
𝑉𝑎𝑣𝑒 𝑥 𝑄𝑎𝑣𝑒
E = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑡𝑜𝑑𝑎
E=
8,24 𝑥 0,73
0,5
E = 12,03 watt.detik/ml
2. Konsentrasi NaCl 15%
𝑉𝑎𝑣𝑒 𝑥 𝑄𝑎𝑣𝑒
• E = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑎𝑛𝑜𝑑𝑎
E=
8,32 𝑥 0,68
5,1
E = 1,11 watt.detik/ml
•
E=
E=
𝑉𝑎𝑣𝑒 𝑥 𝑄𝑎𝑣𝑒
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑡𝑜𝑑𝑎
8,32 𝑥 0,68
0,5
E = 11,31 watt.detik/ml
G. Menghitung Efisiensi Arus
1. Konsentrasi NaCl 13%
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖
Qteoritis = 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖
Qteoritis =
1620
9
Qteoritis = 180 C
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘
μ = 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 x 100%
𝑝𝑣 / 𝑅𝑇
μ = 𝑄 / 𝑛𝐹 𝑥 100%
μ=
(1 𝑥 4,6) / (82,057 𝑥 303,15 )
180 / (2 𝑥 96500)
𝑥 100%
μ =19,83%
2. Konsentrasi NaCl 15%
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖
Qteoritis = 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖
Qteoritis =
1620
9
Qteoritis = 180 C
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘
μ = 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 x 100%
𝑝𝑣 / 𝑅𝑇
μ = 𝑄 / 𝑛𝐹 𝑥 100%
34
μ=
(1 𝑥 5,6) / (82,057 𝑥 303,15 )
180 / (2 𝑥 96500)
𝑥 100%
μ = 24,14%
35
LAMPIRAN B
DATA MENTAH
Tabel B. 1 Data percobaan 1 dengan konsentrasi NaCl 13%
Waktu (s)
60
120
180
240
300
360
420
480
540
600
660
720
780
840
900
960
1020
1080
1140
1200
1260
1320
1380
1440
1500
1560
1620
1680
1740
1800
NaCl 13%
Tegangan (V)
6,72
7,87
8,02
8,24
8,33
8,38
8,42
8,46
8,48
8,5
8,51
8,05
8,16
8,34
8,37
8,37
8,38
8,39
8,38
8,37
8,37
8,36
8,21
8,26
8,27
8,26
8,26
8,12
8,15
8,17
36
Arus (mA)
0,02
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,02
0,02
0,01
0,01
0,01
0,02
0,02
0,02
Tabel B. 2 Data percobaan 2 dengan konsentrasi NaCl 15%
NaCl 15%
Waktu (s)
Tegangan (V)
Arus (mA)
60
120
180
240
300
360
420
480
540
600
660
720
780
840
900
960
1020
1080
1140
1200
1260
1320
1380
1440
1500
1560
1620
1680
1740
1800
8,14
8,24
8,38
8,41
8,27
8,18
8,29
8,36
8,37
8,37
8,35
8,33
8,37
8,37
8,33
8,37
8,37
8,26
8,35
8,36
8,37
8,33
8,34
8,34
8,34
8,34
8,33
8,31
8,19
8,26
0,02
0,02
0,01
0,01
0,02
0,02
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
37
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
Gambar C. 1 Rangkaian alat elektrolisis
Gambar C. 2 Larutan elektrolit NaCl
Gambar C. 3 Proses elektrolisis larutan NaCl
38
LAMPIRAN D
MSDS
39
40
LAMPIRAN E
RISK ASSESSMENT
41
42
43
44
45
46
47
Download