Muatan HOTS pada Pembelajaran Tematik Materi IPA Kelas 5 Sekolah Dasar Maratul Qiftiyah [email protected] Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, STIT Darul Fattah Bandar Lampung HOTS Content on Thematic Learning for Grade 5 Elementary School Science Materials ABSTRACT This study aims to describe the content of higher order thinking skills in the fifth-grade science material on the theme of animal and human movement organs in terms of HOTS aspects. This type of research is a descriptive type of content analysis. The main source of this research is thematic books for grade V. The data were analyzed descriptively qualitatively and quantitatively. Analysis of the data of this research through three stages, namely data condensation, data display, and drawing conclusions or verification. The data collection technique in this study was reading and recording HOTS content in terms of its aspects. The results of this study found that the science material presents higher-order thinking skills at the C4-C6 level which refers to Bloom's revised taxonomy. Student thematic books also provide material to foster critical/creative thinking skills and reasoning abilities. HOTS aspects as critical and creative thinking dominate each sub-theme, while HOTS aspects as problem solving as well as the transfer of knowledge still need to be synchronized again. Keywords: HOTS, Science Materials, Class V Received date: 23 Maret 2022 Article Info Revised date: 10 Januari 2023 Accepted date: 25 Januari 2023 PENDAHULUAN Keseharian manusia selalu dihadapkan dengan masalah, ada masalah yang dianggap sederhana dan ada masalah yang cukup rumit atau bahkan membuat yang menghadapinya berpikir dan berusaha keras untuk menyelesaikannya (Samo, 2017). Munculnya pendidikan abad ke-21 akan menghadapi tantangan. Salah satu tantangannya adalah bahwa pendidikan harus mampu menghasilkan sumber daya manusia yang siap untuk memenuhi tantangan kehidupan. Memahami karakteristik pendidikan di abad ke-21 adalah salah satu kompetensi utama yang harus dikembangkan peserta didik termasuk keterampilan belajar dan inovasi, menguasai media dan informasi, keterampilan hidup dan karier (Abidin, 2014). Adapun visi pendidikan abad ke-21 yang didasarkan pada paradigma belajar untuk berpikir secara logis dan rasional, belajar bagaimana memecahkan masalah, belajar berorientasi diri untuk pembentukan karakter, dan belajar untuk hidup dengan bersikap toleransi dan sikap kerjasama. Keterampilan abad 21 dibagi menjadi empat keterampilan, yang pertama adalah pengembangan keterampilan pribadi (kreativitas, berpikir kritis, argumentasi dan pengambilan keputusan), yang kedua adalah pengembangan keterampilan sosial (komunikasi, kolaborasi, kepemimpinan, dan kepekaan), ketiga adalah informasi dan pendidikan (kolaborasi dalam pembelajaran) dan keempat digital dan literasi (Chalkiadaki, 2018). Setiap individu harus memiliki kreativitas sepanjang hidupnya karena kreativitas akan mendorong dan mengembangkan kegiatan atau usaha yang dilakukannya (Abduh & Istiqomah, 2021). Hal ini juga sejalan dengan pendapat (Muhammad Yusuf Fadhlulloh, 2021) yang menyatakan bahwa pada abad 21 setiap individu dituntut untuk memiliki kreativitas, karena dengan kreativitas individu akan lebih mudah untuk mengembangkan ide-ide yang dimilikinya. Tantangan di era ini adalah perlunya menumbuhkan pendidikan dengan berpikir kritis (keterampilan berpikir). Istilah yang sering berhubungan dengan berpikir kritis yaitu HOTS (higher order thinking skills) yang artinya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Era revolusi industri 4.0 keterampilan untuk menganalisis dan membuat keputusan dengan benar dan cepat sangat diperlukan. Keterampilan ini akan dibutuhkan untuk masa yang akan datang dan mampu membantu peserta didik mempersiapkan diri untuk bersaing. Agar tidak ketinggalan perkembangan zaman dengan mempercepat 28 Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 13 No. 1, Januari 2023: 28-38 pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, proses pembelajaran harus menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini sejalan dengan ide Kuswana bahwa keterampilan berpikir terkait dengan satu bagian dari fungsi otak. Semakin banyak otak menggunakannya, semakin mudah untuk menempatkan keterampilan dalam berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis sangat penting melalui tahapan pengamatan, interpretasi, analisis, penarikan kesimpulan, evaluasi, penjelasan, dan metakognisi (Kuswana, 2013). Di sisi lain, pemerintah mengharapkan peserta didik memperoleh berbagai kompetensi dengan menerapkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Kompetensi ini meliputi berpikir kritis, kreatif, dan inovasi, keterampilan komunikasi, keterampilan kolaborasi, dan kepercayaan diri. Lima hal yang difokuskan oleh pemerintah untuk target peserta didik adalah sistem penilaian pada ujian nasional dan keterampilan HOTS abad ke-21 juga berlaku karena masih peringkat rendah pada Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dibandingkan dengan negara-negara lain, sehingga standar nasional untuk ujian nasional dapat ditingkatkan untuk mengatasi kekurangan (Ariyana, 2018). Pengembangan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) adalah suatu program yang dikembangkan dalam upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas lulusan. Program ini dikembangkan di bawah naungan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2018, yang bertujuan memperkuat pendidikan karakter dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Ariyana, 2018). Berubahnya kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 (K-13) kini membutuhkan fokus dasar pada buku teks sebagai bahan ajar. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru untuk membawa banyak perubahan dalam pendidikan. Salah satu hal yang mendorong terciptanya lulusan yang unggul adalah proses pembelajaran (Sayekti, 2019). Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Kementerian Agama telah menyediakan bahan ajar untuk guru dan peserta didik. Pada proses pembelajaran, bahan ajar merupakan komponen paling penting untuk dipertimbangkan saat persiapan dan pelaksanaan pembelajaran, termasuk pelatihan dan peningkatan HOTS (Susanti et al., 2014). (Arifin & Retnawati, 2015) mengemukakan bahwa untuk memunculkan suatu kemampuan diperlukan latihan, untuk mengembangkan kemampuan HOTS peserta didik diperlukan latihan berupa mengerjakan soal-soal yang memiliki muatan HOTS. Jadi, dapat dikatakan bahwa semakin banyak konten HOTS dalam bahan ajar, maka peserta didik semakin banyak berlatih dan belajar tentang HOTS. Dalam upaya mewujudkan pemahaman Ilmu Pengetahuan Alam yang berbasis HOTS diperlukan kajian mendalam dan penelitian pada bahan ajar yang digunakan guru dan peserta didik di sekolah. Ini dilakukan untuk melihat bagaimana muatan HOTS dalam bahan ajar tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian yang akan dilakukan yaitu menganalisis materi IPA kelas V yang bermuatan HOTS ditinjau dari aspeknya, diantaranya: pertama, aspek HOTS sebagai transfer of knowledge; kedua, aspek HOTS sebagai critical and creative thinking; dan ketiga, aspek HOTS sebagai keterampilan problem solving. KAJIAN PUSTAKA Kemampuan berpikir tingkat tinggi diantaranya meliputi kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah (Davidi et al., 2021). Menurut Resnick keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu “...proses berpikir kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melihatkan aktivitas mental yang paling dasar” (Ariyana, 2018; Qiftiyah, 2020). Bloom membagi keterampilan berpikir menjadi dua klasifikasi yaitu keterampilan berpikir tingkat rendah meliputi: mengingat (remembering), memahami (understanding), dan menerapkan (applying); sedangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi: menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating) (Ariyana, 2018; Yunianto et al., 2019). Dimensi kognitif meliputi C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. C1 dan C2 merupakan proses berpikir LOTS. C3 merupakan proses berpikir MOTS. Sedangkan C4, C5, dan C6 merupakan proses berpikir HOTS (Huda et al., 2021). Di samping itu, keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi 3 aspek yaitu: keterampilan transfer of knowledge, critical and creative thinking, dan problem solving (Ariyana, 2018). 29 Muatan HOTS pada Pembelajaran Tematik Materi IPA Kelas 5 Sekolah Dasar (Maratul Qiftiyah) Sajidan dan Afandi menambahkan bahwa berpikir tingkat tinggi (HOTS) merupakan keterampilan interaksional antara faktor genetik dan lingkungan belajar sehingga HOTS cenderung bersifat dinamis dan berkembang secara eksponensial sejalan dengan pengalaman dan kematangan usia (Sajidan & Afandi, 2018). High order thingking skills juga merupakan kemampuan untuk menghubungkan, memanipulasi, dan mengubah pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki secara kritis dan kreatif dalam menentukan keputusan untuk menyelesaikan masalah pada situasi baru (Saputra, 2016). Keterampilan berpikir tingkat tinggi perlu dikuasai dan dibiasakan pembelajaran di sekolah agar peserta didik dapat terlatih untuk memecahkan masalah yang sulit dalam hidup. Melalui keterampilan berpikir inilah peserta didik diharapkan dapat menemukan hal-hal baru serta ide kreatif dan inovatif dalam menyikapinya. Peserta didik yang terbiasa menggunakan berpikir tingkat tinggi dalam menghadapi masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari maka dia akan melakukannya untuk membentuk cara berpikir mereka sendiri sehingga mereka mampu menerapkan informasi yang diberikan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Melalui pembelajaran berbasis HOTS dapat merangsang pemikiran peserta didik menjadi lebih kritis, kreatif, dan memiliki kemampuan memecahkan suatu masalah (Anugraheni & Sartono, 2022; Maharani, 2019). Hal ini sejalan dengan pernyataan (Widodo et al., 2020) bahwa berpikir tingkat tinggi merupakan tahapan berpikir pada tingkat penalaran, yaitu peserta didik tidak hanya dapat memahami teori mata pelajaran di sekolah, tetapi juga dapat menerapkan pengetahuan tersebut yang telah mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, membiasakan berpikir tingkat tinggi pada peserta didik akan membuat peserta didik lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran sehingga guru mudah mengajarkan konsep (Puspitasari et al., 2020). (Khusnul & Ferina, 2017) menyatakan bahwa berdasarkan kajian lembaga Kemitraan untuk Keterampilan Abad 21, salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir kritis yang merupakan keterampilan penting dan harus dikuasai oleh peserta didik di sekolah pada era globalisasi agar mampu memilah dan memilih informasi secara efektif. bijak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maroko dalam (Widodo et al., 2020) bahwa dalam menghadapi tantangan kehidupan abad 21 setidaknya terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap orang diantaranya kemampuan berpikir kritis, keterampilan pemahaman yang tinggi, keterampilan komunikasi dan kolaborasi serta keterampilan kemampuan berpikir kreatif. Keempat kompetensi tersebut merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang harus ada dalam buku teks dan diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Penelitian terdahulu terkait keterampilan berpikir tingkat tinggi telah banyak dilakukan. Tematema yang berkaitan dengan HOTS diantaranya yaitu: instrument penilaian HOTS (Hamdu et al., 2017); pendekatan pembelajaran untuk menumbuhkan HOTS (Sahoo & Mohammed, 2018); analisis tugastugas dalam TIMSS yang membutuhkan HOTS (Tajudin & Chinnappan, 2016); hubungan HOTS dan level kecerdasan dengan literasi sains (Yuriza et al., 2018); pengembangan bahan ajar untuk menumbuhkan HOTS (Poerwanti Hadi Pratiwi, Nur Hidayah, 2017), penelitian ini membahas bahan ajar yang dikembangkan untuk menumbuhkan HOTS, sedangkan penelitian ini menganalisis buku ajar yang sudah ada apakah terdapat aspek-aspek HOTS didalam buku tematik; analisis soal-soal matematika tipe higher order thinking skill (HOTS) pada kurikulum 2013 untuk mendukung kemampuan literasi peserta didik (Suryapuspitarini et al., 2018), penelitian ini menganalisis soal-soal matematika tipe HOTS, sedangkan penelitian ini tidak hanya membahas soal saja tetapi mencakup semua muatan HOTS yang ada pada buku tematik. Pada kenyataannya soal-soal yang ada dalam buku peserta didik masih belum diketahui apakah soal-soal tersebut sudah diklasifikasikan/dikategorikan sebagai soal yang telah memenuhi kriteria HOTS. Dari berbagai tema tersebut, tema terkait analisis muatan HOTS pada bahan ajar masih kurang mendapatkan perhatian. Padahal keberadaan bahan ajar yang relevan dengan HOTS sangat penting kedudukannya dalam menentukan keberhasilan pembelajaran untuk menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif jenis content analysis. (Taylor, 2001) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penyelidikan dengan tujuan memahami masalah berdasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk kata-kata dan berusaha memahami serta menafsirkan makna suatu teks dalam latar ilmiah. Objek penelitian ini adalah materi Ilmu Pengetahuan Alam pada buku tematik peserta didik kurikulum 2013 kelas 5 SD/MI revisi tahun 2017. 30 Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 13 No. 1, Januari 2023: 28-38 Sedangkan fokus penelitian ini adalah mencari dan menganalisis muatan HOTS pada bahan ajar yang meliputi teks dan gambar ilustrasi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu pembacaan dan pencatatan muatan HOTS ditinjau dari aspeknya pada materi Ilmu Pengetahuan Alam. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif diperoleh dari setiap unit analisis dalam materi, contoh, dan latihan dalam materi IPA. Unit analisis dibagian materi adalah masing-masing sub-materi, sedangkan unit analisis dibagian contoh dan latihan yaitu masing-masing contoh atau item pertanyaan. Analisis kuantitatif dilakukan untuk penggunaan angka dalam bentuk tabel maupun diagram serta menentukan persentase data hasil penelitian muatan HOTS dalam materi IPA. (Sutama, 2019) teknik analisis data menggunakan tiga prosedur, pertama reduksi data berarti menunjukkan kegiatan meringkas, menentukan hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola, dan membuang data yang tidak perlu. Kedua, penyajian data yaitu kumpulan informasi yang memberikan kemungkinan untuk menarik suatu kesimpulan. Ketiga adalah penarikan kesimpulan, pada tahap ini peneliti menuangkan kesimpulan dari data yang telah diperoleh. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menyajikan tiga poin utama, diantaranya: pertama, aspek HOTS sebagai transfer of knowledge pada materi IPA kelas V tema Organ Gerak Hewan dan Manusia; kedua, aspek HOTS sebagai critical and creative thinking pada materi IPA kelas V tema Organ Gerak Hewan dan Manusia; dan ketiga, aspek HOTS sebagai keterampilan problem solving pada materi IPA kelas V tema Organ Gerak Hewan dan Manusia. Aspek HOTS sebagai Transfer of Knowledge pada Materi IPA Kelas 5 Tema Organ Gerak Hewan dan Manusia Penelitian ini menemukan bahwa ada tiga sub tema dan satu kegiatan proyek dan literasi pada materi IPA. Di mana pada masing-masing sub tema terdapat muatan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Diantaranya yaitu: sub tema 1 sebesar 31,25%, sub tema 2 sebesar 31,25%, sub tema 3 sebesar 25,00%, serta pada kegiatan proyek dan literasi sebesar 12,50%. Data selengkapnya disajikan pada Gambar 1 berikut ini. Aspek HOTS sebagai Transfer of Knowledge 35 30 25 20 15 10 5 0 31,25 31,25 25 12,5 Sub tema 1 Sub tema 2 Sub tema 3 Aspek HOTS sebagai Transfer of Knowledge ∑% Kegiatan Proyek dan Literasi Gambar 1. Muatan HOTS pada Materi IPA ditinjau dari Aspek HOTS sebagai Transfer of Knowledge Berikut ini contoh mengenai tujuan/kompetensi, kegiatan dan materi pembelajaran dalam bahan ajar tematik kelas V yang dapat menumbuhkan HOTS sebagai transfer of knowledge (transfer pengetahuan) berdasarkan kata kerja operasional diantaranya: “Membuat pola per bagian sesuai dengan bagian-bagian tubuh hewan yang kamu pilih menggunakan kertas karton. Misalnya bagian kaki sendiri, bagian badan sendiri, dan lain-lain”. (Maryanto, 2017) 31 Muatan HOTS pada Pembelajaran Tematik Materi IPA Kelas 5 Sekolah Dasar (Maratul Qiftiyah) Gambar 2. Ilustrasi Cara Membuat Pola Hewan Vertebrata Berdasarkan contoh pernyataan tersebut termasuk pada C6 yaitu menciptakan, peserta didik diminta untuk membuat pola per bagian tubuh hewan menggunakan kertas karton dengan bentuk dan ukuran yang tepat antarbagiannya agar pada saat menggabungkannya nanti dapat menempel dengan baik dan menghasilkan bentuk hewan keseluruhan yang sesuai dengan aslinya. Kemudian menggunting kertas sesuai pola lalu menggabungkan bagian-bagian yang telah digunting menjadi sebuah model kerangka hewan. Selain itu, contoh yang lain diantaranya: Gambar 3. Ilustrasi Mengamati Gambar Lalu Menemukan Perbedaan “Amati kedua hewan di atas yaitu kelinci dan siput, lalu temukan perbedaannya!” (Maryanto, 2017) Berdasarkan contoh pernyataan tersebut termasuk pada C4 yaitu menganalisis, peserta didik diminta untuk mengamati dari kedua gambar hewan di atas yakni kelinci dan siput. Setelah mengamati peserta didik dituntut untuk menemukan perbedaan karakteristik dari kedua hewan tersebut. Selain itu, contoh yang lain diantaranya: 32 Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 13 No. 1, Januari 2023: 28-38 “Bentuklah kelompok diskusi untuk mempersentasekan berbagai kelainan atau gangguan pada tulang dan otot manusia. Lakukan persentasi secara bergantian. Selama persentasi berlangsung, berikan kesempatan pada kelompok lain untuk memberikan tanggapan, pendapat, maupun masukan.” (Maryanto, 2017) Berdasarkan contoh pernyataan tersebut termasuk pada C5 yaitu mengevaluasi, peserta didik diminta untuk melakukan persentasi bersama kelompok tentang kelainan atau gangguan pada tulang otot dan manusia. Selama persentasi berlangsung, kelompok lain mendapat kesempatan untuk memberikan masukan, tanggapan, maupun pendapat terkait materi yang dipersentasikan. Aspek HOTS sebagai Critical and Creative Thinking pada Materi IPA Kelas 5 Tema Organ Gerak Hewan dan Manusia Penelitian ini menemukan bahwa ada tiga sub tema dan satu kegiatan proyek dan literasi pada materi IPA. Di mana pada masing-masing sub tema terdapat muatan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Diantaranya yaitu: sub tema 1 sebesar 34,29%, sub tema 2 sebesar 37,14%, sub tema 3 sebesar 11,43%, serta pada kegiatan proyek dan literasi sebesar 17,14%. Data selengkapnya disajikan pada Gambar 4 berikut ini. Aspek HOTS sebagai Critical and Creative Thinking 40 35 30 25 20 15 10 5 0 34,29 37,14 17,14 Aspek HOTS sebagai Critical and Creative Thinking ∑% 11,43 Sub tema 1 Sub tema 2 Sub tema 3 Kegiatan Proyek dan Literasi Gambar 4. Muatan HOTS pada Materi IPA ditinjau dari Aspek HOTS sebagai Critical and Creative Thinking Contoh kegiatan pembelajaran yang menumbuhkan keterampilan critical thinking (berpikir kritis) untuk tema 1 (Organ Gerak Hewan dan Manusia) subtema 1 (Organ Gerak Hewan) pembelajaran ke-5 disajikan aktivitas yang merangsang peserta didik untuk critical thinking (berpikir kritis) yaitu: “Pada pembelajaran sebelumnya kamu telah mengetahui bahwa kelinci termasuk hewan vertebrata. Lalu bagaimana dengan siput? Siput merupakan hewan avertebrata. Hewan avertebrata merupakan hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Adapun ciri-ciri hewan avertebrata lainnya antara lain biasanya susunan syarafnya berada di perut, memiliki rangka luar, dan otaknya tidak terlindungi oleh rangka. Contoh hewan avertebrata adalah siput, serangga, cacing, ubur- ubur, cumi-cumi, dan lain-lain.” (Maryanto, 2017) 33 Muatan HOTS pada Pembelajaran Tematik Materi IPA Kelas 5 Sekolah Dasar (Maratul Qiftiyah) Gambar 5. Ilustrasi Bahan Pengamatan yang Melatih Critical Thinking (Berpikir Kritis) pada Pembelajaran 5 Aktivitas di atas sejalan dengan penjelasan (Ariyana, 2018) bahwasanya berpikir kritis adalah “proses dimana segala pengetahuan dan keterampilan dikerahkan dalam memecahkan permasalahan yang muncul, mengambil keputusan, menganalisis semua asumsi yang muncul dan melakukan investigasi atau penelitian berdasarkan data dan informasi yang telah didapat sehingga menghasilkan informasi atau simpulan yang diinginkan”. Ini berarti bahwa pada materi IPA menyajikan pembelajaran yang merangsang tumbuhnya keterampilan berpikir kritis pada peserta didik kelas V. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa materi IPA kelas 5 menyajikan aktivitas yang mendorong keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Contoh aktivitas pembelajaran yang menumbuhkan keterampilan creative thinking (berpikir kreatif) pada tema 1 (Organ Gerak Hewan dan Manusia) subtema 2 (Manusia dan Lingkungan) pembelajaran ke-6 disajikan aktivitas yang merangsang peserta didik untuk creative thinking (berpikir kreatif) yaitu: “Untuk menambah pemahamanmu mengenai otot buatlah model sederhana dengan menggunakan stryrofoam. Buatlah semenarik mungkin dengan memberikan warna yang berbeda pada setiap jenis otot.” (Maryanto, 2017) Aktivitas tersebut sejalan dengan pandangan (Ariyana, 2018) yang mengungkapkan bahwa “berpikir kreatif dapat berupa pemikiran imajinatif, menghasilkan banyak kemungkinan solusi, berbeda, dan bersifat lateral”. Ini artinya, berbagai aktivitas kreatif yang disajikan melalui bahan ajar IPA kelas V tersebut memberikan rangsangan yang sinkron dan sesuai dengan kebutuhan berpikir kreatif, seperti imajinasi, berpikir divergen, berkemungkinan menyajikan solusi berbeda. Penjelasan tersebut juga berarti bahwa bahan ajar tersebut memiliki kontribusi untuk pengembangan keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Kreativitas yang tinggi akan menciptakan ide-ide yang lebih baik pula, maksudnya adalah semakin tinggi kreativitas seseorang semakin baik juga hasil yang diberikan. Dengan adanya kemampuan berpikir kreatif, maka seseorang akan mampu melahirkan buah pikiran serta imajinasi (Sidabutar, 2021). Aspek HOTS sebagai Keterampilan Problem Solving pada Materi IPA Kelas 5 Tema Organ Gerak Hewan dan Manusia Penelitian ini menemukan bahwa ada tiga sub tema dan satu kegiatan proyek dan literasi pada materi IPA. Di mana pada masing-masing sub tema terdapat muatan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Diantaranya yaitu: sub tema 1 sebesar 0%, sub tema 2 sebesar 5%, sub tema 3 sebesar 5%, serta pada kegiatan proyek dan literasi sebesar 0%. Data selengkapnya disajikan pada Gambar 6 berikut ini. 34 Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 13 No. 1, Januari 2023: 28-38 Aspek HOTS sebagai Keterampilan Problem Solving 6 5 4 3 2 1 0 5 5 0 Sub tema 1 0 Sub tema 2 Sub tema 3 Aspek HOTS sebagai Keterampilan Problem Solving ∑% Kegiatan Proyek dan Literasi Gambar 6. Muatan HOTS pada Materi IPA ditinjau dari Aspek HOTS sebagai Keterampilan Problem Solving Contoh kegiatan pembelajaran yang menumbuhkan keterampilan problem solving (memecahkan masalah) untuk tema 1 (Organ Gerak Hewan dan Manusia) subtema 2 (Manusia dan Lingkungan) pembelajaran ke-1 disajikan aktivitas yang merangsang peserta didik untuk problem solving (memecahkan masalah) yaitu: “Melakukan aktivitas atau kegiatan fisik/bergerak dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat badan kita lebih sehat. Mengapa demikian? Adakah kaitannya dengan organ gerak manusia?” (Maryanto, 2017) S Gambar 7. Ilustrasi Tema 1 untuk Menumbuhkan Keterampilan Problem Solving (Memecahkan Masalah) Aktivitas yang ditunjukkan untuk menumbuhkan keterampilan memecahkan masalah tersebut sejalan dengan pendapat (Ariyana, 2018) yang mengungkapkan, “keterampilan pemecahan masalah merupakan keterampilan para ahli yang memiliki keinginan kuat untuk dapat memecahkan masalah yang muncul pada kehidupan sehari-hari”. Penjelasan tersebut juga menegaskan bahwasanya materi IPA kelas 5 juga dapat berkontribusi untuk menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan memecahkan masalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Hal ini juga sejalan dengan pendapat (Abduh & Istiqomah, 2021) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah proses menutup kesenjangan antara apa yang bisa dan apa yang diinginkan. Ini adalah tindakan menjawab pertanyaan, menerangkan ketidakpastian atau menjelaskan sesuatu yang tidak dipahami sebelumnya. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian relevan yang dilakukan oleh (Widodo et al., 2020), hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persentase dimensi proses kognitif meskipun tidak terlalu jauh. Dalam penelitian ini juga terdapat perbedaan persentase antar dimensi proses kognitif menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6) yang tidak terlalu jauh. Riset ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Darmawan et al., 2021), hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persentase antar dimensi proses kognitif HOTS yang tidak terlalu jauh. Hal ini terjadi karena perbedaan tema buku yang dipilih 35 Muatan HOTS pada Pembelajaran Tematik Materi IPA Kelas 5 Sekolah Dasar (Maratul Qiftiyah) dan hasil muatan HOTS pada masing-masing tema tersebut. Menurut (Widodo et al., 2020), berdasarkan persentase dapat diketahui bahwa dimensi proses kognitif sudah sesuai dengan tahapan berpikir taksonomi Bloom dari tingkat berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6) karena sudah menyesuaikan dengan tahap berpikir peserta didik. Pada penelitian ini persebaran aspek HOTS pada setiap subtema tidak merata, dapat dilihat dari penyebaran aspek HOTS pada setiap pembelajaran, karena setiap pembelajaran terdiri dari dimensi proses kognitif yang terendah terlebih dahulu yaitu mengingat (C1) hingga mencipta (C6), sehingga tidak langsung pada berpikir tingkat tinggi. Hal ini relevan dengan penelitian (Widodo et al., 2020), bahwa setiap pembelajaran memuat dimensi proses kognitif mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, hanya saja kadar dimensi proses kognitif setiap pembelajaran berbeda-beda. Selanjutnya (Erniyanti et al., 2020) mengungkapkan bahwa peserta didik tidak hanya menguasai dimensi proses kognitif saja, tetapi juga harus mampu menguasai dimensi pengetahuan, yaitu dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa materi IPA kelas V terbukti sudah memiliki sejumlah konten, baik dari segi tujuan/kompetensi, dan kegiatan yang sejalan dengan aspek HOTS. Meskipun demikian, kuantitas konten yang sejalan dengan HOTS terutama dalam aspek problem solving sekaligus transfer of knowledge masih banyak yang perlu disinkronkan kembali. Adapun konten yang menyajikan aktivitas yang merangsang critical and creative thinking sudah memadai. Meskipun demikian, efektivitas dari buku tema organ gerak hewan dan manusia kelas V ini masih perlu dilakukan uji dan mungkin dilakukan riset lanjutan untuk menguji efektivitasnya dalam menumbuhkan HOTS pada peserta didik di jenjang SD/MI Saran yang diberikan melalui artikel ini untuk peneliti selanjutnya baik dosen maupun pendidik yaitu diharapkan mampu menyusun dan mengembangkan bahan ajar yang berorientasi pada HOTS sesuai dengan kondisi peserta didik dengan memasukkan semua kompetensi yang dibutuhkan pada abad 21. DAFTAR PUSTAKA Abduh, M., & Istiqomah, A. (2021). Analisis Muatan HOTS dan Kecakapan Abad 21 pada Buku Siswa Kelas V Tema Ekosistem di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(4), 2069–2081. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i4.1124 Abidin. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama. Anugraheni, I., & Sartono, E. K. E. (2022). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berbasis Realistik. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 12(3), 244–249. https://doi.org/10.24246/j.js.2022.v12.i3.p244-249 Arifin, Z., & Retnawati, H. (2015). Analisis Instrumen Pengukur Higher Order Thinking Skills (HOTS) Matematika Siswa SMA. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY, 20, 783–790. Ariyana, Y. (2018). Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Chalkiadaki, A. (2018). A Systematic Literature Review of 21st Century Skills and Competencies in Primary Education. International Journal of Instruction, 11(3), 1–16. https://doi.org/10.12973/iji.2018.1131a Darmawan, N. H., Hilmawan, H., & Hulwiyah, H. (2021). Profil Konten HOTS dan LOTS dalam Buku Teks Siswa Kelas V Kurikulum 2013. Jurnal Elementaria Edukasia, 4(2), 254–267. https://doi.org/10.31949/jee.v4i2.3290 36 Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 13 No. 1, Januari 2023: 28-38 Davidi, E. I. N., Sennen, E., & Supardi, K. (2021). Integrasi Pendekatan STEM (Science, Technology, Enggeenering and Mathematic) Untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 11(1), 11–22. https://doi.org/10.24246/j.js.2021.v11.i1.p11-22 Erniyanti, Junus, M., & Syam, M. (2020). Analisis Ranah Kognitif Soal Latihan. Jurnal Literasi Pendidikan Fisika, 1(2), 115–123. http://jurnal.fkip.unmul.ac.id/index.php/JLPF Hamdu, G., Lestari, A., & Nurlaila, N. (2017). Implementasi Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 16(3), 244–250. https://doi.org/10.17509/jpp.v16i3.4818 Huda, M., Purnomo, E., Anggraini, D., & ... (2021). Higher Order Thinking Skills (Hots) Dalam Materi Dan Soal Pada Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Sma Terbitan Kemendikbud Ri. Prasi: Jurnal Bahasa …, 16(02), 128–143. https://doi.org/10.23887/prasi.v15i01.40671 Khusnul, F., & Ferina, A. (2017). Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas V SD Pilot Project Kurikulum 2013 di Kota Semarang. Jurnal Kreatif, 4(1), 192–198. https://journal.upy.ac.id/index.php/es/article/view/594%0Ahttp://journal.upy.ac.id/index.php/ es/article/view/594/409 Kuswana, W. S. (2013). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Maharani, A. D. (2019). HOTS pada Assesment Pembelajaran Tematik Muatan Pembelajaran IPA Siswa Sekolah Dasar. … Nasional Pendidikan Dasar, 502–510. http://eproceedings.umpwr.ac.id/index.php/semnaspgsd/article/view/1059 Maryanto. (2017). Organ Gerak Hewan dan Manusia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Muhammad Yusuf Fadhlulloh, Y. M. H. (2021). Analisis Lembar Kerja Peserta Didik ditinjau dari Keterampilan Abad 21 dan HOTS di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(6). https://www.jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/1605/pdf Poerwanti Hadi Pratiwi, Nur Hidayah, dan A. M. (2017). Pengembangan Modul Mata Kuliah Penilaian Pembelajaran Sosiologi Berorientasi HOTS. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 2, 201–209. Puspitasari, R. P., Sutarno, & Dasna, I. W. D. (2020). Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Kelas V Sd. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(4), 503–511. Qiftiyah, M. (2020). Improving Cognitive Development of Students by Reading Corner Program in Elementary School level. MUDARRISA: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, 12(1), 18–33. https://doi.org/10.18326/mdr.v12i1.18-33 Sahoo, S., & Mohammed, C. A. (2018). Fostering Critical Thinking and Collaborative Learning Skills Among Medical Students Through a Research Protocol Writing Activity in The Curriculum. Korean Journal of Medical Education, 30(2), 109–118. https://doi.org/10.3946/kjme.2018.86 Sajidan, & Afandi. (2018). Pemberdayaan Keterampilan Beripikir Tingkat Tinggi Ditinjau dari Aspek Epigenetik dan Implikasinya dalam Pendidikan. Seminar Nasional IPA IX 1 Universitas Negeri Semarang, October, 1–10. http://ipa.unnes.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/Artikel-Prof.Sajidan-Semnas-IPA-2018.pdf Samo, D. D. (2017). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Mahasiswa Tahun Pertama dalam Memecahkan Masalah Geometri Konteks Budaya. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4(2), 141. https://doi.org/10.21831/jrpm.v4i2.13470 Saputra, H. (2016). Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global: Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (High Order Thinking Skills). SMILE’s Publishing, 1, 170–176. 37 Muatan HOTS pada Pembelajaran Tematik Materi IPA Kelas 5 Sekolah Dasar (Maratul Qiftiyah) Sayekti, I. C. (2019). Analisis Hakikat IPA Pada Buku Siswa Kelas IV Sub Tema I Tema 3 Kurikulum 2013. Profesi Pendidikan Dasar, 1(2), 129–144. https://doi.org/10.23917/ppd.v1i2.9256 Sidabutar, Y. A. (2021). Pengaruh Kemampuan Berpikir Kreatif terhadap Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(6). https://www.jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/1658/pdf Suryapuspitarini, B. K., Wardono, & Kartono. (2018). Analisis Soal-Soal Matematika Tipe Higher Order Thinking Skill ( HOTS ) pada Kurikulum 2013 untuk Mendukung Kemampuan Literasi Siswa. Prisma, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 1, 876–884. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/20393 Susanti, E., Kusumah, Y. S., Sabandar, J., & Darhim. (2014). Computer-Assisted Realistic Mathematics Education for Enhancing Students’ Higher-Order Thinking Skills (Experimental Study in Junior High School in Palembang, Indonesia ). Journal of Education and Practice, 5(18), 51– 59. Sutama. (2019). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, Mix Method, R & D. Jasmine. Tajudin, N. M., & Chinnappan, M. (2016). The Link Between Higher Order Thinking Skills, Representation and Concepts in Enhancing TIMSS Tasks. International Journal of Instruction, 9(2), 199–214. https://doi.org/10.12973/iji.2016.9214a Taylor, B. dan. (2001). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Widodo, A., Indraswati, D., Radiusman, R., Umar, U., & Nursaptini, N. (2020). Analisis Konten HOTS dalam Buku Siswa Kelas V Tema 6 “Panas dan Perpindahannya” Kurikulum 2013. Madrasah, 12(1), 1–13. https://doi.org/10.18860/mad.v12i1.7744 Yunianto, T., Maratul, Q., & Atika Nur, H. (2019). Analisis Kesulitan Guru Dalam Mengimplementasikan Penilaian Autentik Kurikulum 2013 Pada Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar. Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar, 7(I), 18–24. https://doi.org/10.25078/aw.v7ii.693 Yuriza, P. E., Adisyahputra, & Sigit, D. V. (2018). Hubungan antara Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Tingkat Kecerdasan dengan Kemampuan Literasi Sains pada Siswa SMP. BIOSFER Jurnal Pendidikan Biologi, 11(1), 13–20 38