Uploaded by User148077

Panggih Manten

advertisement
Upacara Panggih Manten
Pada kesempatan ini, kami akan menjelajahi Upacara Panggih Manten,
sebuah tradisi Jawa yang sarat dengan simbolisme dan makna
mendalam. Mari kita mulai!
by Tawang Priyasmara
Tujuan Upacara Panggih Manten
Upacara Panggih Manten bertujuan untuk mempersatukan dua keluarga yang akan diikat oleh ikatan
pernikahan. Ini juga merupakan momen penting untuk memperkenalkan kedua keluarga dan memulai
hubungan yang baik antara mereka.
Sanggan
Tahapan upacara Panggih Pengantin yang pertama adalah sanggan panebus panggih atau upacara
penyerahan pisang sanggan.
Dalam tahapan ini mempelai wanita akan keluar dari kediaman atau suatu tempat menunggu kehadiran
sang suami.
Kemudian pengantin pria memasuki area Panggih dengan diapit oleh sesepuh untuk penyerahan
Sanggan.
Sanggan diberikan oleh pihak pengantin pria kepada orang tua mempelai wanita sebagai bentuk tebusan
akan putrinya.
Tak hanya berisikan pisang, dalam gendongan paket sanggan juga berisikan sirih ayu, kembang telon,
bunga mawar, melati dan kenanga, serta benang lawe.
Balangan Gantal
Gantal dalam bahasa Jawa bermakna sirih yang digulung bersama sebelah buah pinang, dan diikat
dengan benang lawe. Lintingan gantal dibuat sebanyak 6 buah dalam adat Jawa Yogyakarta, masingmasing mempelai berhak melempar gantal sebanyak 3 kali. Sementara berbeda dengan adat Jawa
Solo yang memberikan 4 lintingan gantal untuk mempelai pria, sedangkan mempelai wanita memegang
3 lintingan gantal. Perbedaan prosesi balangan gantal pada adat Yogyakarta dan Solo hanya terdapat
pada jumlah lintingan gantal-nya saja, tetapi esensi yang terkandung memiliki banyak persamaan.
Misalkan saja, balangan gantal yang dilempar menuju area tubuh yang sama yaitu dahi, dada, dan
lutut. Area tubuh tersebut mempunyai arti khusus, lemparan gantal dari pengantin wanita yang
diarahkan ke lutut mempelai pria disebut dengan gantal “gondhang kasih” berupa pengharapan agar
sang suami kelak dapat mengayomi, sekaligus perwujudan baktinya kepada suami. Di lain sisi,
balangan gantal yang dilempar mempelai pria pada dada mempelai wanita dikenal pula dengan
sebutan gantal “gondang tutur” yang menyimbolkan bahwa pengantin pria telah mengambil cinta
pasangannya. Pada sasaran yang sama oleh mempelai wanita ke dada mempelai pria pun mempunyai
sebuah arti sebagai pengharapan agar rasa kasih sayang mempelai pria senantiasa tumbuh dalam
kalbunya. Lemparan gantal ke arah dahi mempelai wanita bermakna harapan agar pengantin wanita
kelak mampu menguatkan pikiran dan logika sebab seperti yang diketahui sebagian besar wanita
berpikir berdasarkan perasaan, sehingga kedepannya diharapkan logika dan pikiran jernih yang
diutamakan.
Prosesi berlangsung diawali dengan pengantin pria dan wanita yang berjalan berlawanan arah dengan
didampingi oleh masing-masing dua orang kerabat yang mengapit mempelai. Lalu pada jarak sekitar 2
meter sepasang mempelai tersebut berhenti, lalu acara saling melempar lintingan sirih atau balangan
gantal pun dimulai dengan pengantin pria mendapat giliran pertama melempar gantal yang lalu dibalas
oleh pengantin wanita hingga gantal yang dimiliki keduanya habis.
Jawat Asto
Salaman antara pengantin putra dengan penganten putri
Wiji Dadi
Ngidak Endog, Wiji dadi adalah proses pemecahan telur yang telah
diusapkan ke dahi kedua mempelai kemudian. Prosesi ini dianggap
sebagai harapan diberi keturunan.
Ranupada
Ranupada merupakan prosesi pengantin wanita yang membasuh kaki pengantin pria. Prosesi ini
mencerminkan wujud bakti istri kepada suami. Istilah Ranupada berasal dari kata 'ranu' yang berarti air
dan 'pada' yang berarti membasuh kaki. Tradisi upacara wijikan sendiri memiliki makna filosofis yang
baik, yaitu bakti istri kepada suami serta perlindungan suami kepada istri.
Junjung Drajat
setelah mengelap kaki pengantin pria, pengantin putri yang masih dalm
keadaan duduuk dengan berjongkok di hadapan pengantin pria,
kemudian pengantin pria memegang kedua pundak pengantin putri dan
pengantin putri juga memegang tangan penganin pria untuk membantuya
berdiri kembali. hl ini memiliki arti tersirat bahwaasannya seorang lelaki
juga harus mengerti seorang istri dan menghormatinya, serta
memuliakannya, menutupi kesalahan seorang istri dan menasehatinya
apabila ada kesalahan dan tidak mengumbar kesalahan istri, saling
mengisi kekurangan masing-masing.
MUTERI KAPING TELU
setelah itu juru rias membereskan perlengkapan panggih, pengantin
wanita berjalan mengelilingi pengantin pria sebanyak 3 kali, setelah itu
berhenti pada sisi kiri pengantin pria, hal ini memiliki makna tersirat yaitu
pengantin pria hendaknya mengingat istrinya dalam kondisi apapapun,
begitu juga pengantin wanita hendaknya setia dan lebih senang di rumah
melayani suami
UNJUKAN TIRTO WENING
ayah pengantin putri memberikan minuman air putih kepada pengantin
pria kemudian pengantin putri, dilanjutkan dengan ibu pengantin putri
memberikan mminuman air putih kepada pengantin pria kemudian
pengantin putri.
SINGEPAN SINDUR
Ibu pengantin putri menyelimuti kedua mempelai dengan kain sindur dan
di depan kedua mempelai kain sindur di pegang sang ayah seperti
sedang menggandeng atau membopong kedua mempelai melalui kain
sindur sedangkan ibu pengantin putri memegangnya dari belakang, ayah
mempelai wanita menggiring kedua mempelai untuk duduk di pelaminan,
hal ini memiliki arti tersirat bahwa kedua orang tua berkewajiban
mempersatukan kedua insan yang memulai hidup baru menjadi sepasang
suami istri
Pangkon Timbang
Ayah pengantin putri duduk di tengah -tengah kursi pengantin dan kedua
pengantin duduk di pangkuannya , terjadilah sebuah tanya jawab antara
ayah dan ibu pengantin putri " Ibu : Abot endi bapake?", "ayah: Podo wae
". mempunyai arti bahwa sebagai mertua tidak membedakan antara anak
sendiri dan menantu,anak menantu juga dianggap sebagai anak sendiri.
kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan berikutnya, "ibu: yo'opoo
rasane, Pak?", "Ayah : Seger sumyah ora kurang sawiji opo". pertanyaan
ini mengandung makna agar dalam mengayuh bahtera rumah tangga
selalu segar sejahtera dan dalam perjodohan ini tidak ada aral melintang.
Kacar Kucur
Pengantin pria menumpahkan uang recehan logam yang bercampur
dengan bahan kacar-kucur yang lainnya di atas pangkuan pengantin
putri, diatas pangkuan pengantin putri dialaskan sindur. juru rias atau Mc
mengucapkan kata-kata : " Kacar- kucur wong liyo dadi sedulur (orang
lain jadi saudara), kacang kawak dele kawak, wong liyo dadi sanak(orang
lain menjadi keluarga ). Sindur yang berisi kacar-kucur tadi diserahkan
kepada ibu pengantin putri supaya disimpan.hal ini sebagai perlambang
bahwa seorang suami berkewajiban menyerahkan hasil jerih payahnya
atau memberikan nafkah kepada istrinya
Dahar Klimah/ Dulangan
untuk upacara ini biasanya nasi yang digunakan adalah nasi punar (nasi
kuning) beserta lauk -pauknya). Pengantin pria membuat kepelan nasi
kemudian disuapkan kepada mulut pengantin putri, begitu pula pengantin
putri membuat kepelan nasi disuapkan ke mulut suaminya. Pada jaman
modern ini banyak orang menggunakan sendok. Hal ini mengandung
perlambang agar sepasang mempelai sebagai suami istri nantinya selalu
hidup rukun dan saling menolong,seperjuangan dan sepenanggunan
dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Ngombe Rujak Degan
Setelah dulangan, prosesi panggih dalam pernikahan adat Jawa
dilanjutkan dengan upacara ngunjuk rujak yang artinya minum rujak
degan. Pada upacara ini kedua mempelai dan orangtua mempelai wanita
mencicipi rujak degan, yakni minuman yang terbuat dari serutan kelapa
muda dicampur gula merah, sehingga rasanya manis dan segar. Prosesi
ini memiliki makna kerukunan dan kebersamaan. Bahwa segala
sesuatunya yang manis tidak dinikmati sendiri, melainkan harus dibagi
bersama dengan seluruh anggota keluarga.
Mapag Besan
Prosesi berikutnya dari panggih dalam pernikahan adat Jawa adalah
mapag besan atau upacara besan martuwi atau upacara besan tilik pitik.
Mapag besan ini artinya menjemput besan. Prosesi ini dilakukan karena
orang tua mempelai pria tidak diperkenankan hadir selama prosesi
panggih sampai upacara ngunjuk rujak degan.
Sungkeman
Upacara ini disebut juga upacara sungkem merupakan rangkaian upacara yang tidak bisa ditinggalkan,
sebelum acara sungkeman lebih dahulu keris penganti pria dilepaskan, keris harus dilepaskan hal ini
berdasarkan cerita KI AGENG MANGIR. Mula-mula pengantin putri dan pengantin pria melakukan
sungkeman pada ayah dan ibu pengantin putri bergantian pengantin pria dan pengantin putri melakukan
sungkeman pada ayah dan ibu.
Simbolisme dalam Upacara Panggih
Manten
Kembang Turun Rojo
Cucuk Lampah
Simbol bunga merah yang melambangkan
Simbol pisau tajam yang digunakan untuk
kebahagiaan dan kecintaan dalam
"memotong" segala macam kendala dan
pernikahan.
hambatan dalam pernikahan.
Klethik Melik
Kawinmas
Simbol seutas benang yang diikatkan pada
Simbol perhiasan emas sebagai benda
tangan pengantin untuk melambangkan
berharga yang melambangkan kemakmuran
ikatan pernikahan yang kuat.
dalam pernikahan.
Persiapan Fisik dan Mental untuk
Pancen/Panggih Manten
Pancen atau Panggih Manten adalah proses dimana calon pengantin dipersiapkan secara fisik dan
mental menghadapi pernikahan. Hal ini meliputi pelatihan budaya, persiapan keuangan, serta kesiapan
fisik dan mental untuk mengarungi kehidupan berumah tangga.
Pancen dan Panggih Manten dalam
Tradisi Jawa
Pancen
Panggih Manten
Pancen adalah proses awal dari pernikahan adat
Panggih Manten adalah upacara yang mencakup
Jawa di mana kedua pasangan bertemu dan
tata cara resmi dan lengkap untuk mengikat
secara resmi memulai hubungan mereka. Ini
hubungan pernikahan di hadapan keluarga dan
adalah saat yang sakral di mana keluarga-
kerabat terdekat. Acara ini dilakukan dengan
keluarga besar berkumpul untuk memberikan
ucapan-ucapan adat dan ritual khusus.
restu dan doa.
Perubahan dalam Upacara Panggih
Manten
1
Pengaruh Globalisasi
Perkawinan lintas budaya dan
Penerapan Teknologi
2
pengaruh global telah memberikan
warna baru dalam Upacara Panggih
Manten.
Dalam era digital, penggunaan
teknologi dan media sosial semakin
umum dalam mengabadikan momen-
3
Perkembangan Gaya
momen Upacara Panggih Manten.
Tren dan gaya dalam pernikahan terus
berkembang, menghadirkan variasi
dalam Upacara Panggih Manten dari
masa ke masa.
Kesimpulan dan Pesan
Penting dalam Upacara
Panggih Manten
Upacara Panggih Manten adalah puncak dari persiapan menuju
kehidupan pernikahan. Melalui proses ini, kedua pasangan dan keluarga
dapat menjalin hubungan yang erat, mendapatkan restu, dan memulai
perjalanan baru bersama dengan persatuan dan kebahagiaan.
Daftar Pustaka
Download