BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita akan berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat. Dalam keluarga kita akan bertemu dengan ayah, ibu, kakak maupun adik serta nenek dan kakek. Sedangkan dalam masyarakat kita bertemu dengan tetangga dekat maupun jauh, tokoh masyarakat, ketua RT dan lain-lain. Serta di sekolah kita akan bertemu dengan teman-teman, guru, kepala sekolah, karyawan dan lain-lain. Melihat kenyataan di atas, maka perlu adanya kecerdasan emosional dalam diri kita semua. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.1 Adapun dalam keluarga yang kehidupannya aman dan tentram, maka emosinya akan stabil serta cenderung akan bersikap dengan ramah, berkelakuan baik sesuai dengan norma yang telah diajarkan dalam keluarga, bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya. Meskipun ia berkelakuan buruk maka ia 1 Agus Nggermanto, Quantum Quetiont, (Bandung: PT. Nuansa, 2005), hal. 98. 1 2 akan berpikir ulang sebab dengan ia berbuat buruk, perbuatannya itu akan merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Apabila perkembangan emosinya dalam iklim yang kondusif, cenderung akan memperoleh perkembangan emosinya secara matang, kematangan emosi ini ditandai oleh 1). Adekuasi emosi: cinta kasih, simpati, altruis, (senang menolong orang lain), dan ramah, 2). Mengendalikan emosi, tidak mudah tersinggung, bersikap optimis dan tidak pesimis (putus asa) dan dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar.2 Kondisi diatas akan terwujud individu apabila dididik dengan keluarga yang kondusif. Sedangkan apabila dididik dengan keluarga yang (keluarga yang berantakan), maka sikapnya akan pendiam, kurang bergaul, senang mengganggu, tidak percaya diri, banyak melamun, berbuat sesuai dengan kemauannya sendiri tanpa menghiraukan orang lain, minum-minuman keras, atau obat-obatan terlarang, sulit diatur dan masih banyak lagi yang akan cenderung keperbuatan yang negatif. Dalam menghadapi ketidaknyamanan emosional tersebut tidak sedikit sikap yang mereaksi secara depensif, sebagai upaya untuk melindungi kelemahan dirinya. Reaksi itu tampil dalam tingkah laku malasuai (maladjusment) seperti, 1) Agresif: melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, dan senang mengganggu, 2 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 197-198. 3 dan 2). Melarikan diri dari kenyataan, melamun, pendiam, senang menyendiri, dan meminum-minuman keras atau obat-obatan terlarang.3 Melihat kesenjangan antara (idea, cita) dengan kenyataan (realita, fakta) yang ada di atas, maka diharapkan akan muncul sikap yang: 1. Menjamin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga (orang tua dan saudara). 2. Menerima otoritas orang tua (mau menaati peraturan yang ditetapkan orang tua karena itu baik untuk dirinya). 3. Menerima tanggung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga. 4. Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu maupun kelompok dalam mencapai tujuannya. Kemudian dalam lingkungan sekolah, sikap juga akan mempengaruhi kita ataupun diri seseorang dalam bergaul dengan teman, guru, karyawan sekolah maupun kepala sekolah. Maka dari itu, perkembangan sikap sosial yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, itu sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari. Di lingkungan sekolah kita diajarkan atau dididik dengan baik oleh bapak dan ibu guru. Apabila kita bersikap baik maka akan mendapatkan hadiah atau pujian. Sebaliknya bila berbuat buruk, maka akan mendapat hukuman. Maka 3 Ibid., hal. 197. 4 dari itu, diperlukan kebiasaan dalam bersikap. Kebiasaan adalah cara bertindak atau berbuat seragam. Menurut Wetherington, dalam pembentukan kebiasaan ada 2 macam, yaitu pengulangan dengan disengaja dan direncanakan.4 Dengan kita bersikap baik dengan siapapun dilingkungan sekolah dan dilakukan berulang-ulang tanpa memperdulikan pada siapa kita berbuat baik yang penting kita ikhlas. Maka kita akan banyak teman dan disukai banyak orang. Sebaliknya apabila kita berbuat buruk tidak banyak teman dan cenderung dijauhi teman. Maka melihat kejadian di atas, diharapkan akan muncul sikap sebagai berikut: 1. Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah 2. Berpartisipasi dalam kegiatan sekolah-sekolah 3. Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah 4. Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah, dan staf lainnya. 5. Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.5 Kemudian dalam lingkungan masyarakat, kecerdasan emosi akan sangat berguna karena emosi kita akan terkendali dan dalam berinteraksi dengan masyarakat juga mudah. Dan sebaliknya apabila kita tidak bisa mengendalikan emosi, maka dalam berinteraksi akan sulit dan cenderung akan dijauhi. Sebab 4 5 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 218. Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak . . ., hal.199. 5 kurang bisa mengendalikan emosi dan berbuat tidak sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat hal ini dapat di perjelas dengan kenyataan yang ada, bahwa dalam beberapa dasawarsa terakhir ini jumlah pembunuhan kaum remaja telah meningkat menjadi empat kali lipat. Jumlah bunuh diri telah meningkat tiga kali lipat sedangkan pemerkosaan telah berlipat dua kali. Menurut Yasin Musthofa bahwa anak-anak zaman sekarang lebih gampang untuk marah, resah, murung, memberontak, dan menurutkan dorongan kata hati.6 Dengan adanya berbagai konflik di atas, diharapkan sikap sosial yang sangat memprihatinkan akan berkurang, kedepannya akan lebih terkontrol dan itu harus dimulai dengan diri kita sendiri, dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Melihat kesenjangan antara (idea, cita) dengan kenyataan (realita, fakta) antara apa yang seharusnya ada dengan apa yang nyata-nyata ada dalam pengembangan sikap sosial remaja, dapat berupa adanya perbedaan bahkan bertentangan pemikiran terhadap suatu hal pengembangan sikap sosial remaja, sehingga akibat dari pengaruh lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat diharapkan sikap sosial remaja akan sesuai dengan norma-norma yang ada. Atas dasar tersebut, ketidak sesuaian antara yang seharusnya dengan kenyataan yang timbul dalam pengembangan sikap sosial remaja yang perlu dicari kejelasannya. Terutama hal-hal yang melatarbelakangi munculnya masalah diatas. Supaya dapat 6 Yasin Mustofa, EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PT: Sketsa, 2007), hal. 12. 6 dengan jelas diketahui duduk masalahnya dan dapat ditentukan dengan jelas pemecahannya atau penyelesaiannya dengan tepat yang secara akademis menjadi pendorong bagi penulis untuk mengkaji lebih mendalam yang hasilnya dituangkan dalam Skripsi ini dengan tema “Konsep Kecerdasan Emosional dalam Pengembangan Sikap Sosial Remaja”. B. Permasalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Untuk memperjelas yang akan diteliti lebih lanjut, maka dari latar belakang masalah di atas dapat dikenali masalah yang relatif banyak seperti di bawah ini: a. Kecerdasan Emosional dalam pengembangan sikap sosial remaja di keluarga 1) Pengertian kecerdasan emosional 2) Manfaat memiliki kecerdasan emosional 3) Ciri-ciri kecerdasan emosional 4) Dasar-dasar kecerdasan emosi dan sosial 5) Pengertian sikap sosial 6) Pembentukan dan perubahan sikap sosial 7) Ciri-ciri dan fungsi sikap sosial 8) Tinjauan tentang konsep kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap sosial 7 b. Kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap sosial remaja di sekolah 1) Pengertian sekolah 2) Pergaulan dengan guru, karyawan dan teman c. Kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap sosial remaja di masyarakat 1) Pengertian masyarakat 2) Keuntungan memiliki kecerdasan emosional di masyarakat 2. Pembatasan Masalah Agar permasalahan yang dikaji lebih lanjut dapat benar-benar memfokus maka masalah-masalah yang didentifikasi tersebut dibatasi menjadi: a. Konsep kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap sosial remaja di keluarga. b. Konsep kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap sosial remaja di sekolah. c. Konsep kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap sosial remaja di masyarakat. 3. Rumusan Masalah Berpijak kepada latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin diungkap dalam skripsi ini adalah: 8 a. Bagaimana konsep kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap sosial remaja di keluarga? b. Bagaimana konsep kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap sosial remaja di sekolah? c. Bagaimana konsep kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap sosial remaja di masyarakat? C. Tujuan Kajian Berangkat dari formulasi perumusan masalah di atas, maka ada beberapa hal mendasar yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini, yaitu: a. Untuk mengetahui konsep kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap remaja di keluarga. b. Untuk mengetahui konsep kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap remaja di sekolah. c. Untuk mengetahui konsep kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap remaja di masyarakat. D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan bagian penting dari penelitian literatur yang berfungsi untuk merujuk teori tertentu dari kajian atau hasil penelitian seseorang sebelum penulis merumuskan kembali kesimpulan hasil penelitian berdasarkan perumusan masalah. Dalam penelitian ini, penulis merujuk teori Daniel Goleman 9 tentang kajian kecerdasan emosional dan kontribusinya dalam kesuksesan hidup seseorang. Lebih dari itu peneliti juga merujuk dari beberapa teori serupa yang disampaikan oleh Ary Ginanjar, tentang konsep rukun Islam, rukun iman dan ihsan serta dalam bukunya yang lain tentang pencarian jati diri manusia bersumber dari Tuhan, yang menggabungkan antara IPTEK (Ilm Pengetahuan dan Teknologi) berbasis digital serta didukung dengan Imtak (iman dan takwa) digital. Suharsono tentang konsep dan cara-cara melejitkan tiga kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Utsman Najati tentang kecerdasan emosional, sosial dan spiritual yang dicontohkan oleh Nabi. Mas Udik Abdullah tentang kecerdasan lahir dan batin (IESQ) yang mengacu kepada keimanan dan kebersihan hati serta kejernihan akal berdasarkan pada bimbingan wahyu (Al-Qur'an). Terkait dengan masalah kecerdasan emosional dalam diri remaja. Penulis mengembangkan sikap sosial dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa teori tentang pengembangan sikap sosial yang dijadikan sumber rujukan oleh peneliti adalah Alex Sobur tentang psikologi penting agi mereka yang dalam kehidupannya selalu berhubungan dan bersama orang lain, yang dibutuhkan atau dipelajari, oleh mereka dalam tugas dan jabatannya akan bekerja bersama orang lain. Abu Ahmadi tentang menyelidiki dan mempelajari masalah-masalah sosial nyata yang tampak sehari-hari di dalam kehidupan sehari-hari. Yasin Mustofa tentang konsep kecerdasan emosional pada anak usia dini dalam pendidikan Islam adalah pendidikan Islam yang bukan hanya memahami akal anak didik saja tetapi juga 10 menanamkan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur'an dan As-Sunnah yang direalisasikan dalam sikap dan perilaku kehidupan anak semenjak usia dini. Toto Tasmara tentang proses berkelanjutan manusia dalam mengelola kecintaannya (mahabbah) kepada Allah secara kontinyu sesuai dengan manhaj-Nya (Al-Qur'an dan Sunnah) Syamsul Yusuf tentang proses perubahan sikap dan tingkah laku individu pada setiap fase perkembangannya, baik menyangkut aspek fisik, kecerdasan, emosi, sosial, kepribadian maupun moral. Perlu dipahami secara dini agar dapat dipersiapkan berbagai upaya yang memfasilitasinya atau iklim lingkungan belajar yang sehat dan kondusif. Referensi yang penulis sampaikan berisi tentang konsep umum tentang pengembangan sikap sosial bagi remaja. Dengan berbagai rujukan yang penulis sampaikan diharapkan kesimpulan akhir dapat ditarik benang merah seluruh pembahasan dalam skripsi ini. E. Penegasan Istilah Agar sejak awal para pembaca dapat secara tegas memperoleh kesamaan pemahaman mengenai konsep yang terkandung dalam tema skripsi beserta yang akan dikaji atau diselidiki, sehingga pembaca tidak memberikan persepsi yang berbeda terhadapnya maka penulis merasa perlu memaparkan penegasan istilah yang menjadi kata kunci dari tema skripsi berikut: 11 1. Secara Konseptual a Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan orang lain.7 b Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan.8 c Sikap adalah pengalaman tentang suatu obyek atau persoalan.9 d Sosial adalah berkenaan dengan masyarakat perlu adanya komunikasi - dalam usaha menunjang pembangunan.10 e Menurut Salzaman mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung terhadap orang tua kearah kemandirian, minat-minat seksual, perenungan diri dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu sosial.11 2. Secara Operasional Dari judul diatas yaitu konsep kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap sosial remaja. Dititik beratkan pada remaja, agar dalam bersikap atau bertingkah laku ada pedoman atau pegangan, karena remaja sekarang mempunyai kecerdasan intelektual tinggi tetapi tidak di imbangi 7 Agus Nggermanto, Quantum Quetiont, (Bandung: PT. Nuansa, 2005), hal. 98. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 414 9 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: PT. Pustaka Setia, 2003), hal. 356. 10 Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 2002 ), hal.1085. 11 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan . . . , hal. 184 8 12 dengan kecerdasan emosional tinggi. Maka dari itu diharapkan kedepannya para remaja memiliki keseimbangan dalam menjalankan kehidupannya seharihari. Pengembangan sikap sosial adalah proses dalam bersikap sesuai dengan norma-norma yang ada, dan sikap itu dapat dibentuk melalui pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan da lembaga agama dan pengaruh faktor emosional. Maka bersikap sesuai dengan norma-norma yang ada baik itu dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dengan begitu remaja nantinya menjadi contoh yang baik. F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis a Bagi Lembaga STAIN Tulungagung Dapat diwujudkan sebagai khasanah bagi Mahasiswa dalam mengkaji dan mendalami masalah konsep kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap sosial remaja. b Bagi Masyarakat Umum Dapat dijadikan kontribusi, informasi dan pemikiran dalam masyarakat. 13 2. Secara Praktis Dapat menambah wawasan penulis dalam memahami kajian kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap sosial remaja yang akan penulis bawa nantinya. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Ditinjau dari sudut tempat aktifitas penyelidikan, penelitian ini dapat dimasukkan dalam jenis kajian pustaka. Kajian pustaka adalah telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelahaan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka dan hasil-hasil penelitian terkait dengan topik (masalah) kajian.12 Ditinjau dari sudut cara dan taraf pembahasan masalah, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola deskriptif. Dalam penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan objek sesuai dengan apa adanya.13 12 STAIN Tulungagung, Pedoman Penyusunan Skripsi, (Tulungagung: STAIN Tulungagung, 2005), hal. 35. 13 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), hal. 157. 14 Sedangkan tujuan penelitian deskriptif menurut Sukardi, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.14 2. Data dan Sumber Data Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hal pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.15 Data yang digunakan dalam penelitian kepustakaan ini adalah hasil catatan atau publikasi tentang konsep kecerdasan emosional, konsep pengembangan sikap sosial dan remaja. Adanya data tidak bisa lepas dari adanya sumber data yaitu subjek darimana data itu diperoleh.16 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Sumber data primer yaitu sumber-sumber pustaka (buku-buku atau bahanbahan pustaka lain) yang berkaitan dengan masalah penelitian yang sedang dikaji secara langsung. Sumber penelitian ini adalah al-Quran, Dadang Sulaeman dalam bukunya Psikologi Remaja Dimensi-dimensi Perkembangan. Daniel Goleman dalam bukunya Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Emosi untuk mencapai puncak sukses. Syamsul Yusuf dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. 14 Ibid., hal. 157. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 96 16 Ibid., hal. 96. 15 15 b. Sumber data sekunder yaitu sumber-sumber pustaka (buku-buku atau bahan pustaka lain) yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian yang sedang di kaji akan tetapi data-data tersebut diperlukan guna mendukung data primer adalah semua buku-buku yang ada hubungannya dengan judul skripsi ini secara tidak langsung. Adapun yang menjadi data sekunder penelitian ini adalah karangan Bimo Walgito dalam bukunya Psikologi Sosial Suatu Pengantar Abu Ahmadi dalam bukunya Psikologi Sosial. Sarlito Wirawan dalam bukunya Psikologi Sosial. 3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.17 Sesuai dengan metode dengan metode yang digunakan, maka pengumpulan data yang tepat digunakan kajian pustaka adalah teknik dokumentasi. Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang tertulis di dalam melaksanakan metode dokumentasi. Peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumentasi, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.18 Maka penulis akan mengumpulkan data dari buku-buku yang berkaitan dengan Konsep kecerdasan emosional dalam pengembangan sikap sosial remaja. 17 18 Moh. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hal. 174 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian . . . , hal. 135. 16 4. Metode Analisis Data Analisis data menurut Moleong, proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga ditemukan tema dan ditemukan hipotesis seperti yang disarankan oleh data.19 Dari pengumpulan data yang diperoleh ada beberapa metode yang perlu dipahami dan diperhitungkan yaitu metode deduksi dan metode induksi. a Metode deduksi adalah kesimpulan yang ditarik atas dasar dari hal yang umum ke hal yang bersifat khusus atau peristiwa.20 b Metode induksi adalah kesimpulan yang ditarik dari peristiwa khusus menuju hal yang bersifat umum, atau dari hal-hal yang khusus menuju ke hal yang bersifat umum.21 Sistematika Pembahasan Untuk melihat gambaran skripsi ini, maka ini dikemukakan tentang pokok-pokok pikiran dari keseluruhan isi skripsi ini sehingga secara garis besar dapat diketahui maksud dan gambaran umum dari skripsi ini akan penulis coba deskripsikan sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan berfungsi sebagai pola dasar keseluruhan skripsi, berisi A. Latar Belakang Masalah 19 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 130. 20 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: PT. Andi Offset, 2004), hal. 187188. 21 Ibid., hal. 187. 17 B. Permasalahan Penelitian 1 Identifikasi Masalah 2 Pembatasan Masalah 3 Rumusan Masalah C. Tujuan Kajian D. Manfaat Penelitian E. Tinjauan Pustaka F. Penegasan Istilah G. Metode Penelitian H. Sistematika Pembahasan Bab II : Kecerdasan Emosional dalam Pengembangan Sikap Sosial Remaja di Keluarga A. Pengertian kecerdasan emosional B. Manfaat memiliki kecerdasan emosional C. Ciri-ciri kecerdasan emosional D. Dasar-dasar kecerdasan emosi dan sosial E. Pengertian sikap sosial F. Pembentukan dan perubahan sikap sosial G. Ciri-ciri dan fungsi sikap sosial H. Tinjauan tentang konsep kecerdasan emosional pengembangan sikap sosial remaja di keluarga dalam 18 Bab III : Kecerdasan Emosional dalam Pengembangan Sikap Sosial Remaja di Sekolah A. Pengertian Sekolah B. Pergaulan dengan guru, karyawan dan teman Bab IV : Kecerdasan Emosional dalam Pengembangan Sikap Sosial Remaja di Masyarakat A. Pengertian Masyarakat B. Keuntungan Memiliki Kecerdasan Emosional di masyarakat Bab V : Penutup A. Kesimpulan B. Saran-saran