BAB II MORFOLOGI, MORFEM, PROSES MORFEMIS, DAN AFIKSASI 2.1 Morfologi Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti „bentuk‟ dan kata logi yang berarti „ilmu‟. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti „ilmu mengenai bentuk‟. (Chaer, 2008:3) Haryanta (2012:172) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. J.W.M.Verhaar mengatakan morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian kata-kata secara gramatikal, karena setiap kata dapat dibagi atas segmen yang terkecil yang disebut fonem tetapi tidak harus berupa morfem. (2008:97) L. Bloomfield (dalam Muchtar, 2008:2) menulis sebagai berikut, “By the morphology of a language we mean the constructions in which bound forms appear among the constituents.” Selanjutnya dikatakan, “By definition, the resultants forms are either bound forms or words, but never phrases.” H.A. Gleason membagi juga tata bahasa (grammar) atas morfologi dan sintaksis. Lalu mengenai morfologi ia berkata, “......: morphology the description 24 Universitas Sumatera Utara of the more intimate combinations of morphemes, roughly what are familiarly called ‘words’;.....” E.A. Nido berkata pula, ”Morphology is the study of morphemes and their arrangements informing words”. Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon ( 形 態 論 ). Keitairon merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya. Objek yang dikajinya yaitu tentang kata (語/go atau 単 語/tango) dan morfem (形態素/keitaiso). (Sutedi, 2008:42) Koizumi (1984:96) menyatakan bahwa 形態論では、語形の文責が中心 と ば る。 形 態素 を扱う 部 門 で あ って 意味を 担 う最 小 単語 に分け ら れ る。”Keitairon dewa, gokei no bunseki ga chuusin to naru. Keitaiso o atsukau bumon de atte imi o ninau saishoutango ni wakerareru.” Keitairon/morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari bentuk kata yang dapat dibagi lagi menjadi kata-kata yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa morfologi ialah ilmu yang membicarakan konstruksi kata; dalam morfologi dibicarakan bagaimana kata dibentuk dari bagian-bagiannya yang oleh Verhaar disebutnya konstituen yang sifatnya gramatikal. Bahwa hasil paduan bagian-bagian itu selalu membentuk kata; dan bukan frase. Pembicaraan mengenai morfologi tidak boleh keluar dari batas kata. 25 Universitas Sumatera Utara 2.2 Morfem Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentukbentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata dapat hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem. (Chaer, 2007:147) Samsuri (1981:170) menyatakan bahwa yang disebut dengan morfem adalah komposit bentuk pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang. Menurut Koizumi dalam Situmorang (2007:11), morfem adalah potongan yang terkecil dari kata yang mempunyai arti. Potongan kata atau morfem tersebut ada yang dapat berdiri sendiri dan ada yang tidak atau berbentuk terikat pada morfem lain. Dalam bahasa Jepang, istilah morfem disebut sebagai keitaisou/形態素. Morfem (keitaiso) merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak dapat dipecahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi. Misalnya, pada kata /daigaku/ 大学 /‟universitas‟ terdiri dari dua huruf kanji yaitu [大-/dai-] dan [学/gaku]. Banyak kosakata lainnya yang menggunakan kedua huruf tersebut, misalnya /daijin/ 大臣 /‟menteri‟ , /kakudai/ 拡大 / „pembesaran‟ , /gakukou/ 学校 / „sekolah‟ , /gakusei/ 学生 / „mahasiswa‟, dan sebagainya. Secara makna, kata /daigaku/ 大学 /‟universitas‟ terdiri dari dua satuan, yaitu [大-/dai-] dan [学/gaku], tetapi kedua satuan tersebut tidak dapat dipecahkan lagi menjadi 26 Universitas Sumatera Utara satuan yang lebih kecil yang mengandung makna. Satuan terkecil [大-/dai-] yang secara leksikal bermakna „besar‟ dan [学/gaku] yang secara leksikal bermakna „belajar/ilmu‟, masing-masing merupakan satu morfem. (Sutedi, 2008: 42-43) Jika kita teliti beberapa definisi di atas, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa morfem itu: 1. Selalu harus mempunyai makna; 2. Tidak dapat dibagi lagi atas bagian-bagian yang lebih kecil karena makna yang terkandung di dalamnya akan hilang; 3. Bentuk yang terkecil itu selalu berulang dengan pengertian yang sama. Sementara Chaer (2012:13-15) menyatakan bahwa pedoman untuk mengidentifikasi morfem adalah: 1. Dua bentuk yang sama atau lebih memiliki makna yang sama merupakan sebuah morfem. 2. Dua bentuk yang sama atau lebih bila memiliki makna yang berbeda merupakan dua morfem yang berbeda. 3. Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama, merupakan dua morfem yang berbeda. 4. Bentuk-bentuk yang mirip (berbeda sedikit) tetapi maknanya sama adalah sebuah morfem yang sama, asal perbedaan bentuk tersebut dapat djelaskan secara fonologis. 5. Bentuk yang hanya muncul dengan psangan satu-satunya adalah juga sebuah morfem. 27 Universitas Sumatera Utara 6. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar apabila memiliki makna yang sama adalah juga merupakan morfem yang sama. 7. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan bahasa yang lebih besar (klausa, kalimat) apabila maknanya berbeda secara polisemi adalah juga merupakan morfem yang sama. Menurut Chaer (2012:16), dalam kajian morfologi biasanya dibedakan adanya beberapa morfem berdasarkan kriteria tertentu, seperti kriteria kebebasan, keutuhan, makna, dan sebagainya. Berdasarkan kebebasannya, morfem dapat dibedakan menjadi morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang tanpa keterikatannya dengan morfem lain dapat langsung digunakan dalam pertuturan. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang harus terlebih dahulu bergabung dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam pertuturan. Berdasarkan keutuhan bentuknya, dibedakan adanya morfem utuh dan morfem terbagi. Morfem utuh secara fisik merupakan satu kesatuan yang utuh. Semua morfem dasar, baik bebas maupun terikat, serta prefiks, infiks, dan sufiks termasuk morfem utuh. Sedangkan yang dimaksud morfem terbagi adalah morfem yang fisiknya terbagi atau disisipi morfem lain. Berdasarkan kemungkinan menjadi dasar dalam pembentukan kata, dibedakan menjadi morfem dasar dan morfem afiks. Morfem dasar adalah morfem yang dapat menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Sedangkan yang tidak dapat menjadi dasar, melainkan hanya sebagai pembentuk disebut morfem afiks. 28 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya dibedakan adanya morfem segmental dan morfem suprasegmental atau morfem nonsegmental. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, yakni morfem yang berupa bunyi dan dapat disegmentaskan. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang terbentuk dari nada, tekanan, durasi, dan intonasi. Berdasarkan kehadirannya, secara konkret dibedakan adanya morfem wujud dan morfem tanwujud. Yang dimaksud dengan morfem wujud adalah morfem yang secara nyata ada, tetapi yang tanwujud kehadirannya tidak nyata. Berdasarkan ciri semantik dibedakan adanya morfem bermakna leksikal dan morfem tak bermakna leksikal. Sebuah morfem disebut bermakna leksikal karena di dalam dirinya, secara inheren, telah memiliki makna. Semua morfem dasar bebas termasuk morfem bermakna leksikal, sebaliknya morfem afiks termasuk morfem tak bermakna leksikal. Sutedi (2008:44) juga turut menyatakan bahwa morfem dalam bahasa Jepang dapat dibagi menjadi jiyuu keitaiso/ morfem bebas(自由形態素) dan kousoku keitaiso/ morfem terikat ( 拘 束 形 態 素 ). Jiyuu keitaiso merupakan morfem yang dapat berdiri sendiri dan dapat dijadikan sebagai kata tunggal meskipun hanya terdiri dari satu morfem, sedangkan morfem yang tidak dapat berdiri sendiri disebut kousoku keitaiso. Pemilahan lain morfem bahasa Jepang yaitu adanya naiyou keitaiso/ morfem isi (内容形態素)dan kinou keitaiso/ morfem fungsi (機能形態素). Naiyou keitaiso adalah morfem yang menunjukkan makna aslinya, seperti nomina, adverbia, dan gokan dari verba atau adjektiva, 29 Universitas Sumatera Utara sedangkan kinou keitaiso adalah morfem yang menunjukkan fungsi gramatikalnya, seperti partikel, gobi dari verba atau adjektiva, kopula,dan morfem pengekspresi kala atau jisei keitaiso. Koizumi dalam Situmorang (2007:11-12) membagi morfem sebagai berikut: 1. Morfem dasar (形態素/keitaiso) 2. Morfem terikat (結語形態/ketsugokeitai) 3. Morfem berubah (異形態/ikeitai) 4. Morfem bebas (自由形態/jiyuukeitai) Morfem dasar adalah bagian kata yang menjadi kata dasar dari perpaduan dua buah morfem atau lebih dalam proses morfologis. Morfem terikat adalah morfem yang ditambah untuk merubah arti atau makna kata dasar. Morfem ini tidak mempunyai arti apabila berdiri sendri. Morfem berubah adalah morfem yang bunyinya berubah apabila digabungkan dengan morfem lain dalam pembentukan kata. Baik morfem dasar maupun morfem terikat berubah bunyinya apabila diikatkan satu sama lain. Morfem bebas adalah morfem yang tidak berubah bunyi walaupun ada proses morfologis. 2.3 Proses Morfemis Proses morfologis ataupun disebut dengan proses morfemis adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). Proses 30 Universitas Sumatera Utara morfologi melibatkan komponen (1) bentuk dasar, (2) alat pembentuk (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi), (3) makna gramatikal, dan (4) hasil proses pembentukan. (Chaer, 2012:25) Samsuri (1994:190) mengatakan bahwa yang disebut dengan proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Situmorang (2007:11) menyatakan yang disebut dengan proses morfologis adalah apabila dua buah morfem disatukan, mengakibatkan terjadinya penyesuaian di antara kedua morfem tersebut. Proses tersebut terjadi dengan cara, 付 加 (fuka/ penambahan), 削 除 (sakujou/ penghapusan), 重 複 (jufuku/ pengulangan), ゼロ接辞(zerosetsuji/ imbuhan kosong). Sementara menurut Koizumi (1993:105-109), proses morfologis dalam bahasa Jepang terjadi melalui 6 cara, yaitu 付加(fuka/ penambahan), 削除(sakujo/ pelesapan), 置換(chikan/ pergantian), ゼロ接時(zerosetsuji imbuhan kosong), 重 複(jufuku/ pengulangan), dan 融合(yuugou/ penyatuan). Fuka/penambahan adalah proses pembentukan kata dengan menambahkan morfem pada kata dasar. Sakujo / pelesapan adalah proses pembentukan kata melalui proses morfemis yang menghilangkan morfem. Chikan/ pergantian adalah proses morfemis yang mengganti morfem dalam pembentukan kata baru. Zero setsuji/ imbuhan kosong adalah morfem khusus yang ditambahkan dalam proses morfemis. Jufuku/ pengulangan adalah proses morfemis yang mengulang morfemnya dalam membentuk kata baru. Yuugou / penyatuan adalah proses 31 Universitas Sumatera Utara morfemis yang menggabungkan atau menyatukan morfem-morfem dalam pembentukan kata. Situmorang (2007: 12) menyatakan bahwa dalam proses morfologis bahasa Jepang terdapat rumusan sebagai berikut: 1. Keduanya morfem bebas, yaitu baik morfem dasarnya maupun morfem terikatnya adalah morfem bebas. Contoh: tabe + nai Kedua morfem tersebut mempunyai arti. 2. Kata dasarnya morfem bebas kemudian diikuti oleh morfem terikat. Contoh: ike + ba 3. Kata dasarnya morfem terikat dan diikuti oleh morfem bebas. Contoh: ko + nai 4. Kedua-duanya terdiri dari morfem terikat. Contoh: se-yo Proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah gokeisei (語形成). Di atas telah disinggung bahwa dalam pembentukan kata, setsuji memegang peranan penting. Tetapi, suatu kata bisa juga dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa morfem bebas. Hasil dari pembentukan kata dalam bahasa Jepang sekurang-kurangnya ada empat macam (Sutedi, 2003: 44-46), yaitu: 1. Haseigo. 32 Universitas Sumatera Utara Kata yang terbentuk dari penggabungan naiyou keitaiso dengan setsuji disebut haseigo/ kata jadian ( 派 生 語 ). Proses pembentukannya dapat dalam bentuk settouji + morfem isi atau morfem isi + setsubiji. 2. Fukugougo/ goseigo. Kata yang terbentuk sebagai hasil penggabungan beberapa morfem isi disebut dengan fukugougo atau gokeisei. 3. Karikomi/ shouryaku. Karikomi/ shouryaku merupakan akronim yang berupa suku kata (silabis) dari kosa kata lainnya. 4. Toujigo. Toujigo merupakan singkatan singkatan huruf pertama yang dituangkan dalam huruf alfabet (romaji). 2.4 Afiksasi Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif (Chaer, 2007:177). Sementara itu Muchtar (2006:35) berpendapat bahwa yang disebut afiksasi atau pengimbuhan adalah pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada morfem dasar bak morfem bebas maupun morfem terikat. Afiks dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu awalan, sisipan, dan akhiran (Samsuri, 1981:190). Menurut Verhaar (2008: 107), afiks ada empat macam yaitu: 33 Universitas Sumatera Utara 1. Prefiks, yang diimbuhkan di sebelah kiri dasar dalam proses yang disebut prefiksasi. 2. Sufiks, yang diimbuhkan di sebelah kanan dasar dalam proses yang disebut sufiksasi. 3. Infiks, yang diimbuhkan dengan penyisipan di dalam dasar itu, dalam proses yang namanya infiksasi. 4. Konfiks, atau simulfiks, atau ambifiks, atau sirkumfiks, yang diimbuhkan untuk sebagian di sebelah kiri dasar dan untuk sebagian di sebelah kanannya, dalam proses yang dinamai konfiksasi, atau simulfiksasi, atau ambifikasi, atau sirkumfikasi. Verhaar (2008: 107) juga menyatakan bahwa afiks memiliki dua fungsi utama yaitu: 1. Fleksi, yaitu afiksasi yang membentuk alternan-alternan dari bentuk yang tetap merupakan kata, atau unsur leksikal yang sama. 2. Derivasi, yaitu afiksasi yang menurunkan kata atau unsur leksikal yang lain dari kata atau unsur leksikal tertentu. Istilah afiks dalam bahasa Jepang disebut dengan setsuji (接辞). Adapun pengertian setsuji menurut Koizumi (1993:95) adalah: 接辞は文法的な関係を示す形態素の異形態。(setsuji ha bunpouteki na kankei o shimesu suru keitaiso no ikeitai) Yang artinya: setsuji adalah morfem berubah yang menunjukkan hubungan gramatikal. 34 Universitas Sumatera Utara Koizumi membagi setsuji berdasarkan bentuk (接辞の形式的分類) dan isi (接辞の内容的分類). Berdasarkan bentuk, setsuji terbagi menjadi: 1. Settouji (prefiks/ awalan), yaitu afiks yang diletakkan di depan gokan/ kata dasar. Contohnya pada kata 真 夏 manatsu yang merupakan bentukan dari morfem 真- ma- sebagai settouji dan –夏-natsu sebagai gokan. Beberapa contoh settouji yang banyak digunakan adalah 大 dai 無 mu 未 mi 格 kaku, dan lain sebagainya. 2. Setsubiji (sufiks/ akhiran), yaitu afiks yang diletakkan setelah gokan/ kata dasar. Contohnya pada kata 立たされた tatasareta yang merupakan bentukan dari tat sebagai gokan, -as- sebagai shieki setsubiji, -are- sebagai ukemi setsubiji, dan –ta sebagai kakou setsubiji. Beberapa contoh setsubiji yang banyak digunakan adalah –betsu 別, -jou 上, -chuu 中, -teki 的, dan lain sebagainya. 3. Setsuchuji (infiks/ sisipan), yaitu afiks yang disisipkan di tengah gokan/ kata dasar. Contohnya pada kata 見る yang disisipkan setsuchuuji -え- menjadi 見え る. Sedangkan setsuji yang dibagi berdasarkan isi adalah: 35 Universitas Sumatera Utara 1. Hasei setsuji, yaitu setsuji yang dapat mengganti kelas kata dan dalam kelas kata yang sama dapat memberi sifat khusus. Hasei setsuji juga terbagi atas setsuji yang dapat mengganti kelas kata (derivasi) dan setsuji yang memberi sifat khusus dalam kelas kata (infleksi). 2. Kussetsu setsuji, yaitu setsuji yang memberikan perubahan sistematis pada kata dalam kelas kata yang sama berdasarkan kategori gramatikal. 2.5. Afiksasi Bahasa Jepang Yang Menyatakan „orang‟ Makna Sufiks –in -員 Menurut Nelson (2006: 249), kanji 員 dapat dibaca menjadi en dan –in dan memiliki makna anggota; jumlah; orang yang bertugas. Menurut Vance (2004: 59), kata yang dibentuk dengan –in adalah kata benda yang mengacu pada orang yang merupakan anggota dari kelompok tertentu yang terorganisasi. Dalam penggunaannya, -in dapat digunakan dalam kasus: - Mengacu pada kelompok itu sendiri Contoh: / 機動隊員/ kidoutai-in / „polisi anti kerusuhan‟ Kata dasarnya adalah / 機動隊/ kidoutai / „satuan anti kerusuhan‟ そのデモでは学生10人と機動隊員3人が怪我をした。 Dalam aksi unjuk rasa tersebut, sepuluh mahasiswa dan tiga polisi anti kerusuhan terluka. - Mengacu pada kegiatan di mana anggota kelompok terlibat. Kelompok itu sering kali merupakan organisasi pemerintahan atau bisnis, dan dalam 36 Universitas Sumatera Utara contoh semacam itu kata yang berakhiran –in secara khusus mengacu kepada pegawai. Contoh: / 公務員/ koumu-in / „pegawai negeri‟ Kata dasarnya adalah / 公務 / koumu / „jasa umum‟ 国立大学の教授は公務員だ。 Para pengajar di universitas nasional adalah pegawai negeri. Dalam cakupan pemakaiannya, -in bertumpang tindih dengan –sha dan – kou, walaupun –sha dan –kou tidak ditambahkan pada kata dasar yang mengacu pada kelompok. Sebagai tambahan, -sha kurang memiliki arti eksplisit sebagai afiliasi kelompok (contoh / 指導者/ shidou-sha / „pemimpin‟ dan bandingkan dengan / 指導員/ shidou-in / „pengawas‟), dan –kou mengandung arti pekerjaan pabrik (contoh / 整備工/ seibi-kou / dan / 整備員/ seibi-in / „pekerja bagian pemeliharaan‟ Makna Sufiks –jin -人 Menurut Nelson (2006: 122), kanji 人 dapat dibaca menjadi jin, nin, dan hito. Kanji 人 memiliki makna orang, rakyat, manusia, kemanusiaan, kepribadian, orang berbakat, orang dewasa, orang lain, pesuruh, utusan, pengunjung. Menurut Vance (2004: 62), kata yang dibentuk dengan –jin mengacu pada orang yang tergabung dalam subgroup dari ras manusia seperti yang disebutkan kata dasarnya. Elemen ini dikenal dengan penerapannya yang reguler dengan 37 Universitas Sumatera Utara kata-kata dasar yang mengacu pada nama negara (seperti dalam / カナダ人/ kanada-jin / „orang kanada‟) atau kelompok etnis (seperti dalam / アイヌ人/ ainu-jin / „suku ainu‟), tetapi elemen ini pun memiliki cakupan pemakaian yang cukup luas. Dalam penggunaannya –jin dapat digunakan dalam kasus: - Menyatakan era atau tempat yang tersurat. Contoh: / 現代人/ gendai-jin / „manusia modern‟ Kata dasarnya adalah / 現代/ gendai / „zaman modern‟ 現代人はいつもストレスと戦っている。 Gendai-jin ha itsumo sutoresu to tatakatte iru. Manusia modern selalu berperang melawan stres. - Menyatakan bidang kehidupan atau kelompok-kelompok dalam masyarakat yang tersirat, baik dengan menunjuk bidang atau kelompok itu sendiri. Contoh: / 財界人/ zaika-jin / „ahli keuangan‟ Kata dasarnya adalah / 財界/ zaikai / „dunia keuangan‟ 新しい政策は財界人に非難された。 Atarashii seisaku ha zaika-jin ni hinan sareta. Kebijakan pemerintah baru dikecam oleh para ahli keuangan. 38 Universitas Sumatera Utara - Menunjukkan beberapa menonjol dari bidang atau kelompok tertentu. Contoh: / 国際人/ kokusai-jin / „kosmopolitan, warga dunia‟ Kata dasarnya adalah / 国際/ kokusai / „pergaulan internasional‟ これからは子供たちを本当の国際人にするべきだ。 Kore kara ha kodomo-tachi o hontou no kokusai-jin ni suru beki da. Mulai sekarang kita harus menjadikan anak-anak kita warga dunia sejati. - Menyatakan atribut yang dipakai bersama yang mendefinisikan keanggotaan dalam subgroup. Contoh: / 一般人/ ippan-jin / „orang awam, biasa‟ Kata dasarnya adalah / 一般(の)/ ippan (no) / „umum, biasa‟ そのデモには学生ばかりでなく一般人も参加した。 Tidak hanya mahasiswa , tapi orang awam pun mengambil bagian dalam aksi unjuk rasa tersebut. Makna Sufiks –ka -家 Menurut Nelson (2006: 321), kanji 家 dapat dibaca sebagai ka, ke, dan ie. Kanji 家 memiliki makna rumah, tempat tinggal/ kediaman, perumahan, keluarga, rumah tangga, nama keluarga, pedagang, orang, pribadi, profesi. 39 Universitas Sumatera Utara Menurut Vance (2004: 76), kata yang dibentuk dengan –ka mengacu kepada orang dari jenis seperti yang disebutkan kata dasarnya. Dalam penggunaannya, -ka dapat digunakan dalam kasus: - Mengacu kepada seseorang yang memiliki status sosial tinggi atau keahlian atau pengetahuan istimewa tertentu. Contoh: / 投資家/ toushi-ka / „investor, penanam modal‟ Kata dasarnya adalah / 投資/ toushi / „penanaman modal‟ このごろ投資家は慎重になっている。 Kono goro toushika ha shinchou ni natte iru. Para investor menjadi waspada belakangan ini. - Mengacu kepada sesorang yang memiliki sebuah antusiasme atau watak tertentu. Contoh: / 勉強家/ benkyou-ka / „orang yang rajin‟ Kata dasarnya adalah / 勉強/ benkyou / „belajar‟ 長男は大変な勉強家だ。 Chounan ha taihen na benkyou-ka da. Putra tertuanya seorang pekerja keras. Dalam cakupan pemakaiannya, -ka bertumpang tindih dengan beberapa elemen lainnya, termasuk –in, -sha, -shi, dan –tsu (tidak disinggung). Dalam 40 Universitas Sumatera Utara banyak kasus, terdapat perbedaan yang nyata apabila –ka bergabung dengan kata dasar tertentu yang sama sebagaimana halnya –in atau –sha. Bandingkan / 銀行家 / ginkou-ka / „banker‟ dengan / 銀行員/ ginkou-in / „pegawai bank‟, dan / 登山家/ tozan-ka / „(pakar) pendaki gunung‟ dengan / 登山者/ tozan-sha / „orang yang mendaki gunung‟. Makna Sufiks –kou -工 Menurut Nelson (2006: 352), kanji 工 dapat dibaca ku, ko, takumi, dan takumu. Kanji 工 memiliki makna tukang, montir, pabrik, pekerjaan, tukang kayu, rencana. Menurut Vance (2004: 94), kata yang dibentuk dengan –kou mengacu pada pekerja, khususnya pekerja pabrik. Dalam penggunaannya, sufiks –kou dapat digunakan dalam kasus: - Memberi spesifikasi jenis pekerjaan, yang mengacu baik pada kegiatannya sendiri. Contoh: / 印刷工/ insatsu-kou / „operator pers‟ Kata dasarnya adalah / 印刷/ insatsu / „percetakan‟ 印刷工たちはストをすることに決めた。 Insatsu-kou tauchi ha suto o suru koto ni kimeta. Para operator pers memutuskan untuk melakukan aksi mogok. 41 Universitas Sumatera Utara - Mengacu pada objek yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Contoh: / 機械工/ kikai-kou / „ahli/ tukang mesin‟ Kata dasarnya adalah / 機械/ kikai / „mesin‟ 熟練の機械工になるには時間がかかる。 Jukuren no kikai-kou ni naru ni ha jikan ga kakaru. Membutuhkan waktu untuk menjadi tenaga teknis yang terampil. - Memberikan spesifikasi status pekerja. Contoh: / 臨時工/ rinji-kou / „pekerja temporer/ sementara‟ Kata dasarnya adalah / 臨時/ rinji(no) / „temporer/ sementara‟ この工場には臨時工がたくさんいる。 Kono koujou ni ha rinji-kou ga takusan iru. Ada banyak pekerja temporer di pabrik ini. Dalam cakupan pemakaiannya, -kou bertumpang tindih dengan –in, namun –in tidak dibatasi pada kata-kata yang mengandung arti pekerja pabrik. Makna Sufiks –nin -人 Kanji 人 memiliki makna yang sama dengan kanji 人 yang dibaca sebagai –jin namun menurut Martin dalam Vance (2004:96) adalah gagasan yang baik untuk membedakan mereka. 42 Universitas Sumatera Utara Menurut Vance (2004: 96), kata yang dibentuk dengan –nin menunjuk pada orang yang terlibat dalam suatu kegiatan seperti yang disebutkan kata dasarnya. Dalam penggunaannya, sufiks –nin digunakan untuk menunjukkan pelaku dari suatu kegiatan. Contoh: / 傍聴人/ bouchou-nin / „pendengar‟ Kata dasarnya adalah / 傍聴/ bouchou / „mendengarkan‟ 裁判で傍聴人がメモを取ることは許されている。 Saiban de bouchou-nin ga memo o toru koto ha yurusarete iru. Para pendengar diijinkan membuat catatan di pengadilan. Cakupan pemakaian –nin bertumpang tindih dengan –sha. Dalam kasuskasus seperti / 発 行 人 / hakkou-nin atau / 発 行 者 / hakkou-sha / „penerbit‟, beberapa kata dasar bergabung dengan yang mana saja, dan tidak ada perbedaan arti yang jelas. Namun walau bagaimanapun, -sha hampir selalu ditambahkan pada kata-kata dasar yang berasal dari bahasa Cina, sedangkan –nin bergabung secara bebas dengan kata-kata dasar asli bahasa Jepang. Makna Sufiks –sei –生 Menurut Nelson (2006: 616), kanji 生 dapat dibaca sho, sei, nama. Kanji 生 memiliki makna kelahiran, kehidupan, eksistensi, nafkah, siswa, mentah, segar, belum matang. 43 Universitas Sumatera Utara Menurut Vance (2004: 111), kata yang dibentuk dengan –sei mengacu kepada pelajar atau orang yang mempelajari sesuatu dari jenis yang disebutkan kata dasarnya. Contoh: / 聴講生/ choukou-sei / „auditor‟ Kata dasarnya adalah / 聴講/ choukou / „pengauditan‟ あの教授の講義には聴講生がたくさん出席している。 Ano kyouju no kougi ni ha choukou-sei ga takusan shusseki shite iru. Banyak auditor sedang menghadiri kuliah profesor itu. Makna Sufiks –sha –者 Menurut Nelson (2006: 729) dapat dibaca sha dan mono. Kanji 者 memiliki makna orang, benda, seseorang, agen, perantara, aktor, pemain. Menurut Vance (2004: 118), kata yang dibentuk dengan –sha mengacu pada orang seperti yang ditunjukkan kata dasarnya. Dalam penggunaannya, sufiks –sha dapat digunakan dalam kasus: - Menunjukkan pelaku dari sebuah perbuatan atau kegiatan. Contoh: / 視聴者/ shichou-sha / „penonton dan pendengar‟ Kata dasarnya adalah / 視聴/ shichou / „melihat dan mendengar‟ 視聴者のはがきを読むテレビ番組に人気が集まってきた。 44 Universitas Sumatera Utara Shinchou-sha no hagaki o yomu terebi bangumi ni ninki ga atsumatte kita. Acara televisi di mana kartu pos dari penontonnya dibacakan telah menjadi populer. - Beberapa kata dengan –sha memiliki kata dasar yang mengacu pada atribut. Contoh: / 重傷者/ juushou-sha / „orang yang terluka parah‟ Kata dasarnya adalah / 重傷/ juushou / „luka parah‟ この事故で重傷者が3人でた。 Kono jiko de juushou-sha ga sannin deta. Tiga orang terluka parah dalam kecelakaan ini. - Memiliki pengertian suatu perbuatan tetapi tidak mengacu kepada si pelaku. Contoh: / 容疑者/ yougi-sha / „orang yang dicurigai‟ Kata dasarnya adalah / 容疑/ yougi / „kecurigaan‟ 容疑者はまもなく逮捕された。 Yougi-sha ha mamonaku taiho sareta. Orang yang dicurigai itu segera ditahan. Dalam cakupan pemakaiannya, -sha bertumpang tindih dengan sejumlah elemen lain, termasuk –in, -ka, dan –shi. Sinonim terdekatnya adalah –nin, namun 45 Universitas Sumatera Utara tidak seperti –nin, -sha bergabung secara hampir eksklusif dengan kata-kata dasar yang berasal dari bahasa Cina. Makna Sufiks –shi –士 Menurut Nelson (2006: 280), kanji 士 dapat dibaca sebagai shi. Kanji 士 memiliki makna samurai, laki-laki, pria yang baik, sarjana, ksatria, dan sebagai akhiran dapat digunakan untuk gelar akademis. Menurut Vance (2004: 121), kata yang dibentuk dengan –shi mengacu kepada orang yang melakukan pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan atau keahlian khusus. Dalam penggunaannya, sufiks –shi dapat digunakan dalam kasus: - Mengandung arti lisensi dari jenis tertentu, kata dasarnya pada khususnya mengacu pada kegiatan yang terlibat dalam pekerjaan itu. Contoh: / 操縦士/ soujuu-shi / „pilot‟ Kata dasarnya adalah / 操縦/ soujuu / „operasi, penyetiran‟ ジャンボ機はベテラン操縦士のおかげで無事に着陸した。 Janbo-ki ha beteran soujuu-shi no okage de buji ni chakuriku shita. Berkat pilot veteran itu, jumbo jet-nya mendarat dengan selamat. - Dapat digunakan untuk mengacu pada bidang keahlian tertentu, Contoh: / 栄養士/ eiyou-shi / „ahli gizi‟ 46 Universitas Sumatera Utara Kata dasarnya adalah / 栄養/ eiyou / „nutrisi‟ 次女は病院で栄養士をしている。 Jijo ha byouin de eiyoushi o shite iru. Putri keduanya bekerja sebagai ahli gizi di sebuah rumah sakit. - Beberapa elemen lainnya umumnya digunakan dalam kata-kata yang mengacu pada orang yang melakukan pekerjaan. Kata-kata dengan –shi berbeda dalam hal bahwa mereka merupakan istilah penghormatan, dan adalah tidak umum –shi digunakan dalam tempat elemenelemen lain ini untuk memberikan nuansa penghormatan. Makna Sufiks –shi –師 Menurut Nelson (2006: 73), kanji 師 dapat dibaca sebagai shi dan memiliki makna guru, tuan, majikan, teladan, tentara. Menurut Vance (2004: 123), kata yang dibentuk dengan –shi mengacu pada orang yang pekerjaan atau kegiatannya menuntut pengetahuan atau keahlian khusus. Dalam cakupan pemakaiannya, sufiks –shi dapat digunakan dalam kasus: - Mengacu pada orang yang kegiatannya tidak diinginkan atau ilegal. Contoh: / 詐欺師/ sagi-shi / „penipu‟ Kata dasarnya adalah / 詐欺/ sagi / „penipuan‟ 47 Universitas Sumatera Utara その詐欺師はやっと逮捕された。 Sono sagi-shi ha yatto taiho sareta. Penipu itu akhirnya ditahan. - Mengacu pada kegiatan itu sendiri. Contoh: / マッサージ師/ massaaji-shi / „pembawa pesan‟ Kata dasarnya adalah / マッサージ/ massaaji / „pesan‟ ヨーロッパではスカンジナビアのマッサージ師がいいという。 Yoroppa de ha sukanjinabia no massaaji-shi ga ii to iu. Di eropa, katanya pembawa pesan berkebangsaan Skandinavia itu bagus. - Elemen –shi juga digunakan sebagai titel pemimpin agama. 48 Universitas Sumatera Utara