TATARAN LINGUISTIK (2) :

advertisement
TATARAN LINGUISTIK (2) :
MORFOLOGI
5.1
MORFEM
Morfem merupakan satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna.
5.1.1 Identifikasi Morfem
Ciri atau identitas sebuah morfem yaitu mempunyai kesaaan arti
dan kesamaan bentuk. Misalnya : kedua, ketiga, keempat; bentuk ke
tersebut bisa disebut sebuah marfem.
5.1.2 Morf dan Alomorf
Morf yaitu nama untuk semua bentuk yang belum diketahui
statusnya, sedangkan alomorf yaitu nama untuk bentuk tersebut jika sudah
diketahui status morfemnya.
5.1.3 Klasifikasi Morfem
5.1.3.1
Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa ada morfem lain dapat
muncul dalam pertuturan. Contoh : pulang, rumah, bagus.
Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung morfem lain tidak
dapat muncul dalam pertuturan. Contoh : semua afiks dalam bahasa
Indonesia.
5.1.3.2
Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Semua morfem dasar bebas maupun morfem terikat adalah
termasuk morfem utuh. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem
yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah.
Semua afiks yang disebut konfiks dan infiks merupakan morfem terbagi.
5.1.3.3
Morfem Segmental dan Suprasegmental
 Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem
segmental, seperti morfem lihat, lah, sikat, ber. Semua morfem yang
berwujud bunyi merupakan morfem segmental.
 Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsurunsur oleh suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dsb.
5.1.3.4
Morfem Beralomorf Zero
Yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi
segmental ataupun suprasegmental, tetapi berupa “kekosongan” yang
dilambangkan “0”. Alomorf zero merupakan salah satu alomorf dari
morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris.
5.1.3.5
Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem tidak Bermakna Leksikal
 Morfem bermakna leksikal adalah morfem yang secara inheren telah
memiliki makna sendiri tanpa berproses dulu dengan morfem lain.
Misalnya : {kuda}, {pergi}, {lari}.
 Morfem tidak bermakna leksikal yaitu morfem yang tidak
mempunyai makna pada dirinya sendiri. yang termasuk morfem
tidak bermakna leksikal yaitu morfem-morfem afiks, seperti {ber-},
{me-}, {ter-}.
5.1.4 Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (stem), dan Akar (root)
 Morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dangan morfem
afiks. Misalnya : bentuk-bentuk seperti {juang}, {kucing} dll.
 Bentuk dasar atau dasar (base) biasanya digunakan untuk menyebut
sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi.
Misalnya : kata keanekaragaman bentuk dasarnya aneka ragam.
 Pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses
infleksi. Contoh : kata books pangkalnya book.
 Akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat
dianalisis lebih jauh lagi. Misalnya kata “untouchable” akarnya
“touch”.
5.2
KATA
5.2.1 Hakikat Kata
Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, atau
deretan huruf yang diapit dua buah spasi dan mempunyai satu arti.
Batasan kata menyiratkan 2 hal :

Setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap, dan tidak
dapat berubah, serta tidak dapat diselipi fonem lain.

Setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat didalam kalimat,
atau tempatnya dapat digantikan kata lain.
5.2.2 Klasifikasi Kata
Klasifikasi kata adalah penggolongan kata / penjenisan kata / park
of speech. Untuk membuat klasifikasi kata menggunakan kriteria makna
dan kriteria fungsi. Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasi kelas
verba, nomina, dan ajektifa, sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk
mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, adverbial, pronominal, dll.

Verba adalah kata yang menyatakan tindakan.

Nomina adalah kata yang menyatakan benda.

Konjungsi adalah kata yang berfungsi menghubungkan kata dengan
kata.
Secara umum, fungsi subjek diisi oleh kelas nomina, fungsi predikat diisi
oleh verba atu adjektifa, fungsi objek oleh kelas nomina, dan fungsi
keterangan oleh adverbia.
5.2.3 Pembentukan Kata
Pembentukan kata mempunyai 2 sifat, yaitu membentuk kata yang
bersifat inflektif dan derivatif.
5.2.3.1
Inflektif
Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk pada kata-kata
dalam bahasa berefleksi (bahasa Arab, Latin, dan Sansekerta) yaitu berupa
afiks (prefiks, infiks, sufiks) atau berupa modifikasi internal yakni
peubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar.
Perubahan bentuk pada verba disebut konyugasi, sedangkan
perubahan bentuk pada nomina dan ajektiva disebut deklinasi.
Konyugasi berhubungan dengan kala (tense), aspek modus,
diatesis, persona, jumlah dan jenis, sedangkan deklinasi berhubungan
dengan jumlah, jenis, dan kasus.
Bahasa Indonesia bukan bahasa berfleksi, sehingga tidak ada
masalah konyugasi dan deklinasi dalam bahasa Indonesia. Namun banyak
penulis Barat menyatakan bahwa bentuk seperti membaca, dibaca, terbaca,
kaubaca, dan bacalah adalah paradigma infleksional. Jadi, prefiks me-, di-,
ter-, ku-, dan kau- adalah infleksional yang mempunyai identitas dan
leksikal yang sama.
5.2.3.2
Derivatif
Pembentukan kata secara derivatif akan membentuk kata baru, kata
yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya.
Contoh :
 Dalam bahasa Inggris => dari kata “sing” terbentuk kata “singer”
kedua kata tersebut selain maknanya berbeda, kelasnya juga berbeda.
Sing berkelas verba, sedangkan singer berkelas nomina.
 Dalam bahasa Indonesia
-
air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang
berkelas verba.
-
belajar dan mengajar, kelasnya sama-sama verba tetapi makna
tidak sama.
5.3
PROSES MORFEMIS
5.3.1 Afiksasi
Yaitu proses pembubuhan afiks pada sebuah bentuk dasar. Dalam
proses ini terlibat unsur-unsur dasar / bentuk dasar, afiks, dan makna
gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan juga
derivatif. Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar dibedakan
adanya prefiks, infiks, sufiks, konfiks, interfiks, dan transfiks.
 Prefiks yaitu afiks yang dibutuhkan di depan bentuk dasar
contoh : ber- pada kata beraturan, me- pada kata membaca.
 Infiks yaitu afiks yang di imbuhkan ditengah bentuk dasar
contoh : el- pada kata telunjuk.
 Sufiks yaitu afiks yang diimbuhkan pada akhir bentuk dasar.
 Konfiks yaitu afiks yang berupa morfem terbagi, bagian pertama di
awal bentuk dasar dan bagian kedua di akhir bentuk dasar.
contoh : per- / -an pada kata pertemuan.
 Interfiks yaitu sejenis infiks yang muncul dalam proses penggabungan
dua buah unsur. Interfiks dijumpai dalam bahasa Indo German.
contoh : unsur 1 = Tag;
unsur 2 = Reise;
gabungan = Tag.e reise
makna = day’s journey
 Transfiks yaitu afiks yang berwujud vocal-vokal yang diimbuhkan
pada keseluruhan dasardan banyak dijumpai dalam bahasa Arab dan
Ibrani.
contoh : katab = ‘dia laki-laki menulis’
jiktib = ‘dia laki-laki akan menulis’
5.3.2 Reduplikasi
Yaitu proses morfemis yang mengulang bentuk dasar.
misal : meja-meja, lelaki, bolak-balik, dll.
Reduplikasi bisa bersifat paradigmatic dan derivasional.
 Reduplikasi paradigmatic tidak mengubah identitas leksikal, tapi hanya
memberi makna gramatikal. Misal ‘meja-meja’ berarti ‘banyak meja’.
 Reduplikasi derivasional membentuk kata baru yang identitas
leksikalnya berbeda dengan bentuk dasarnya. Misal : laba-laba, purapura.
5.3.3 Komposisi
Yaitu hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar.
Misalnya : rumah sakit, lalu lintas, daya juang, dll.
5.3.4 Konversi, Modifikasi Internal, dan Suplesi

Konversi / derivasi zero / transmutasi / transposisi yaitu proses
pembentukan kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental.
contoh : kata ‘cangkul’ adalah nomina dalam kalimat ‘ayah
membeli cangkul baru’.
kata ‘cangkul’ adalah verba dalam kalimat ‘cangkul dulu
tanah itu’.

Modifikasi internal yaitu proses pembentukan kata dengan
penambahan unsur-unsur (berupa vokal) ke dalam morfem yang
berkerangka tetap (berupa konsunan).
contoh : Dalam bahasa Arab dengan morfem dasar k-t-b ‘tulis’
menjadi katab ‘dia laki-laki menulis’.
maktu = b ‘sudah ditulis’.
5.3.5 Pemendekan
Yaitu proses penanggalan leksem sehingga menjadi bentuk singkat,
tetapi meknanya tetap sama. Hasil proses proses ini disebut kependekan,
yang dibedakan menjadi :

Penggalan = kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku
pertama.
misal = lab (laboratorium), perpus (perpustakaan) dll.

Singkatan = hasil proses pemendekan.
misal = km (kilometer), bhs (bahasa), Ny (nyonya) dll.

Akronim = hasil pemendekan yang berupa kata.
misal = wagub (wakil gubernur), inpres (instruksi presiden)
5.3.6 Produktivitas Proses Morfemis
Yaitu dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, digunakan
berulang-ulang secara relatif tak terbatas.
Proses inflektif bersifat tertutup sehingga prosesnya tidak produktif,
sedangkan proses derivasi bersifat terbuka sehingga prosesnya produktif.
5.4
MORFOFONEMIK
Morfofonemik / morfonemik / morfofonologi / morfologi yaitu
peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam proses morfologis (afiksasi,
reduplikasi, dan komposisi). Misalnya prefiks me- akan berubah menjadi
men-, meng-, meny-, menge-, atau tetap me-.
Perubahan fonem dalam proses morfofonemik dapat berwujud :
1. Pemunculan fonem, misal me- + baca menjadi membaca.
2. Pelepasan fonem, misal sejarah + wan menjadi sejarawan.
3. Peluluhan fonem, misal me- + sikat menjadi menyikat.
4. Perubahan fonem, misal ber- + ajar menjadi belajar.
5. Pergeseran fonem, misal ja.wab + -an menjadi ja.wa.ban.
Lihayati Hasanah
1402408099
Download