7 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Sebelumnya (State Of The Art)
Dalam sebuah penelitian biasanya membutuhkan hasil penelitian sebelumnya
sebagai referensi ataupun perbandingan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam
penelitian ini, perbandingan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian
lainnya dirangkum dalam bentuk tabel sebagai berikut beserta nama peneliti, judul,
lokasi, hasil penelitian dan perbandingan dengan penelitian:
Tabel 2.1 Penelitian Pendahuluan (State Of The Art)
No
1
2
Nama
Peneliti
Oluremi B
Ayoko,
Charmine
E.J
Hartel,Vic
tor J.
Callan.
Judul
Penelitian
Resolving the
Puzzle of
Productive and
Destructive
Conflict in
Vultutally
Heterogeneous
Workgroups: a
Communicatio
n
Accomodation
Theory
Approach
Nikolaus
Ageng
Prathama
Akomodasi
Komunikasi
Dalam
Rekonsiliasi
Konflik Antar
Lokasi
Hasil Penelitian
Australia
Hasil penelitian
menunjukan
bahwa semakin
banyak kelompok
menggunakan
strategi
manajemen
wacana, setiap
kelompok
mempunyai
strategi masingmasing dalam
melakukan
pendekatan yang
bertujuan untuk
menyelesaikan
konflik dan
pemimpin dalam
sebuah kelompok
menjadi orang
yang sangat
berpengaruh
dalam meredam
konflik dalam
kelompok budaya
heterogen.
Indonesia
Penelitian ini
mengungkap
adanya upaya
untuk
memperoleh
7
Perbandingan
Penelitian
Perbedaan
dengan
penelitian ini
adalah dimana
dalam penelitian
oleh Ayoko,
Charmine dan
Callan ini lebih
melihat perilaku
komunikatif
dengan
konvergensi dan
divergensi
sebagai suatu
strategi di
dalamnya
sedangkan
dalam penelitian
ini melihat
konvergensi dan
divergensi
bukan hanya
sebagai strategi
akan tetapi
sebagai cara
mereka
beradaptasi.
Perbedaan
dengan
penelitian ini
adalah dimana
adanya upaya
8
No
3
Nama
Peneliti
Allan
Bell
Judul
Penelitian
etnis (Kasus:
Relasi Etnis
Madura
Dengan
Dayak)
Speech
Accommodatio
n Theory and
Audience
Design
Lokasi
Hasil Penelitian
keadaan
akomodasi yang
dilakukan oleh
kedua pihak
secara bersamasama, yaitu oleh
individu Dayak
dan Madura.
Proses akomodasi
dilakukan oleh
para komunikator
dalam menjalani
kehidupan seharihari melalui
adaptasi,
asimilasi, dan
kerjasama. Hal
yang paling
menonjol dalam
relasi individu
Dayak dan
Madura pasca
konflik ini adalah
adanya kerjasama
yang dilakukan
oleh para tokoh
untuk menjaga
hubungan baik
dan mencegah
munculnya
gejolak sosial di
masyarakat,
terutama yang
melibatkan
individu Dayak
dan Madura.
Auckland, Hasil penelitian
New
ini menyatakan
Zealand bahwa sebagian
besar gaya
interaktif dan
sosial dengan
pembicara
merancang gaya
bicaranya dalam
menanggapi
lawan bicaranya,
pembicara juga
Perbandingan
Penelitian
untuk
memperoleh
keadaan
akomodasi yang
dilakukan oleh
kedua pihak
secara bersamasama, yaitu oleh
individu Dayak
dan Madura.
Proses
akomodasi
dilakukan oleh
para
komunikator
sedangkan
dalam penelitian
ini upaya untuk
berakomodasi
dilakukan secara
langsung oleh
pihak yang
bersangkutan.
Perbedaan
dengan
penelitian ini
adalah dimana
pembicara juga
mungkin
menggunakan
bahasa untuk
mengambil
inisiatif dalam
membentuk
situasi alami dan
9
No
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
4
Nickola
C.
Overall,
Chris G.
Sibley
Convergent
and
discriminant
validity of the
Accommodatio
n Scale:
Evidence from
three diary
studies
5
Mahanita
Mahadhir,
Nor
Fariza
Communicatio
n
Accommodatio
n Strategies in
Lokasi
Hasil Penelitian
mungkin
menggunakan
bahasa untuk
mengambil
inisiatif dalam
membentuk
situasi alami dan
menjadi penentu
dalam
pembicaraan.
Auckland, Hasil penelitian
New
menunjukan
Zealand bahwa sistem
interaktif
memproses aspek
komunikasi
manusia, mereka
belum mampu
memproses
dinamika
kompleks yang
terlibat dalam
interaksi sosial,
seperti adaptasi
pada lawan
bicara. Manusia
mempunyai
sistem interaktif
dengan
kemampuan
untuk memproses
dan
berakomodasi,
penelitian
menunjukkan
bahwa perubahan
dinamika
akomodasi
selama
percakapan
terjadi secara
alami sesuai
aliran
percakapan.
Malaysia Hasil penelitian
menunjukan
bahwa data yang
diperoleh dari
Perbandingan
Penelitian
menjadi penentu
dalam
pembicaraan
akan tetapi
dalam penelitian
ini kedua orang
yang terkait
saling berusaha
memahami satu
sama lain.
Perbedaan
dengan
penelitian ini
adalah dimana
perubahan
dinamika
akomodasi
selama
percakapan
terjadi secara
alami sesuai
aliran
percakapan akan
tetapi dalam
penelitian ini
pembahasan
dibahas lebih
dalam lagi
dengan melihat
cara mereka
berakomodasi
melalui kegiatan
pra pelaksanaan
event.
Perbedaan
dengan
penelitian ini
adalah dimana
10
No
2.2
Nama
Peneliti
Mohd
Nor,
Hazita
Azman
Judul
Penelitian
Malaysian
Multiracial
Family
Interactions
Lokasi
Hasil Penelitian
Perbandingan
Penelitian
interaksi spontan
putri keturunan
yang direkam
multiras dibina
selama delapan
oleh keluarganya
minggu dalam
dengan
rumah. Dari total
menggunakan
12 jam interaksi
strategi
ditranskripsi, tujuh pendekatan,
episode yang
frekuensi
dianggap berisi
komunikasi dan
fitur konteks antar kontrol
kelompok.
interpersonal
Temuan
akan tetapi dalam
mengungkapkan
penelitian ini
bahwa putri
kedua belah
keturunan multiras pihak yang
dibina oleh
bersangkutan
keluarganya
bersama-sama
dengan
mencoba saling
menggunakan
berakomodasi.
strategi
pendekatan,
frekuensi
komunikasi dan
kontrol
interpersonal.
Landasan Konseptual
2.2.1
Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari
bahasa Latin communis yang berarti ”sama”, communico, communicatio, atau
communicare yang berarti ”membuat sama” (to make common). Istilah pertama
(communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi. (Mulyana, 2007 :
46).
Para ahli komunikasi menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah
pemahaman bersama antara orang-orang yang menyampaikan pesan dan orang
yang menerima pesan. Bahkan fakta yang ada menunjukan bahwa kata
komunikasi berasal dari bahasa Latin communias yang artinya “bersama”.
Komunikasi berusaha mencari “kebersamaan” dengan si penerima pesan.
Karena itu dapat didefinisikan sebagai transisi informasi dan pemahaman melalui
11
penggunaan simbol-simbol bersama dari satu orang atau kelompok ke yang
lainnya. (Romli, 2014: 9).
Dalam pelaksanaan pra event seperti rapat dan briefing dalam sebuah
organisasi komunikasi akan sering terjadi di antara para anggota yang terlibat di
dalamnya. Maka dari itu mereka hendaknya dapat berakomodasi dalam
komunikasi antara satu dan yang lainnya.
2.2.2
Komunikasi Organisasi
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada
peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat di dalam
mencapai tujuan organisasi itu. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
penerimaan berbagai
pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun
informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Romli, 2014: 2).
Arah Aliran Informasi
Menurut (pace dan Faules 2010, 7: 184-198) Dalam komunikasi
organisasi terdapat lima aliran informasi yaitu komunikasi ke bawah,
komunikasi ke atas, komunikasi horisontal, komunikasi lintas-saluran, dan
komunikasi informal, pribadi atau selentingan. Pengertian dari ke lima aliran
informasi sebagai berikut.
Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah dalam sebuah oganisasi berarti bahwa
informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang
berotirotas lebih rendah. Biasanya terdapat anggapan bahwa informasi
bergerak dari manajemen kepada para pegawai. Namun dalam organisasi
kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen (Davis, 1967, Pace
dan Faules 2010, 7: 184).
Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan
kepada bawahan (Katz & Kahn, 1966): (1) Informasi mengenai bagaimana
melakukan pekerjaan, (2) Informasi mengenai dasar pemikiran untuk
melakukan pekerjaan, (2) Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik
organisasi, (4) Informasi mengenai kinerja pegawai, dan (5) Informasi untuk
12
mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). (Pace dan Faules
2010, 7: 185).
Lengel dan Daft (1988) memberi beberapa pedoman bagi manajer:
1.
Kirimkan pesan-pesan ekuivokal melalui medium yang kaya (yang
memungkinkan negosiasi makna).
2.
Kirimkan pesan-pesan ekuivokal melalui medium yang rendah
(menyampaikan data yang sulit, pengarahan resmi, dsb).
3.
Jadilah seorang penerima yang kritis (menyadari bahwa pesan dapat
mewarnai pemahaman karena medium yang dipilih media yang
rendah dapat menyaring informasi mengenai isu-isu kritis).
4.
Gunakan medium karena pesan-pesan simboliknya (harus peka
terhadap budaya media organisasi dan makna yang mungkin
disampaikan oleh media tersebut).
5.
Evaluasilah
teknologi
baru
secara
cermat
(kemampuan
dan
keterbatasan). (Pace dan Faules 2010, 7: 189).
Komunikasi ke Atas
Dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari
tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia).
Semua pegawai dalam sebuah organisasi, kecuali mungkin mereka yang
menduduki posisi puncak. Mungkin berkomunikasi ke atas yaitu, setiap
bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari
atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi
daripada dia. Suatu permohonan atau komentar yang di arahkan kepada
individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas merupakan
esensi komunikasi ke atas. (Pace dan Faules 2010, 7: 189).
Pentingnya Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas penting karena beberapa alasan:
1.
Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk
pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan
mengawasi kegiatan orang-orang lainnya (Sharma, 1979).
2.
Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan
mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik
13
bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka (Planty &
Machaver, 1952).
3.
Komunikasi ke atas memungkinkan omelan dan keluh kesah muncul
ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka
yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya (Conboy, 1976).
4.
Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada
organisasi dengan memberi kesempatan keada pegawai untuk
mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran
mengenai operasi organisasi (Planty & Machaver, 1952).
5.
Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk mementukan apakah
bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran komunikasi dua
arah (Planty & Machaver, 1952).
6.
Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan
mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan
mereka dan dengan organisasi tersebut (Harriman: 1974). (Pace dan
Faules 2010, 7: 190).
Komunikasi Horisontal
Pace dan Faules dalam bukunya, komunikasi organisasi mengatakan
bahwa komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian di antara rekan-rekan
sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu
yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan
mempunyai atasan yang sama. Komunikasi antara karyawan satu dengan
yang lainnya disebut komunikasi lintas saluran, yaitu informasi diberikan
melewati batas-batas unit kerja, dan di antara orang-orang yang satu sama
lainnya tidak saling menjadi bawahan atau atasan.
Tujuan Komunikasi Horisontal
1. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. Para anggota bagian
pelatihan dan pengembangan memiliki kegiatran pelatihan utama
untuk mengatur dan meyampaikan. Mereka harus saling bertemu
untuk mengkoordinasikan pembagian tugas.
14
2. Berbagi Informasi mengenai rencana dan kegiatan. Bila gagasan dari
bebrapa orang menjanjikan hasil yang lebih baik daripada gagasan
satu orang. Komunikasi horisontal menjadi amat penting.
3. Untuk memecahkan masalah. Baru-baru ini tiga mahasiswa ditempat
terpencil ditugaskan di sebuah lokasi umum yang sama. Mereka
bertemu dan terikat dalam komunikasi horisontal dengan tujuan untuk
mengurangi jumlah perjalanan yang tidak perlu dan berbagi
tumpangan kendaraan. Mereka mampu mengurangi biaya dan bekerja
bersama untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi dengan kesulitan
yang lebih sedikit.
4. Untuk memperoleh pemahaman bersama. Bila diusulkan perubahanperubahan sebagai persyaratan untuk suatu bidang studi utama
akademik,
dosen-dosen
harus
bekerja
bersama-sama
untuk
menghasilkan suatu pemahaman bersama mengenai perubahan apa
yang harus dibuat. Pertemuan dan pembicaraan di antara dosen-dosen
yang tingkat organisasinya sama dan di jurusan yang sama, amat
penting untuk mencapai tujuan bersama.
5. Untuk mendamaikan, berunding dan menangani perbedaan. Individuindividu yang sering mengembangkan pilihan dan prioritas yang
akhirnya menimbulkan ketidaksepakatan. Bila ini terjadi komunikasi
horisontal di antara para anggota unit kerja merupakan hal yang
pokok dalam mendamaikan perbedaan. Kenyataannya, beberapa
perbedaan perlu dirundingkan dan didamaikan. Hanya dengan melalui
komunikasi horisontal prioritas dapat disesuaikan dengan konflik
diselesaikan.
6. Untuk menumbuhkan dukungan antarpersona. Karena kita memakai
sejumlah besar waktu kita untuk berinteraksi dengan orang lain dalam
pekerjaan, Kita semua sampai tingkat tertentu memperoleh dukungan
antarpersona
dari
rekan-rekan
kita.
Kebanyakan
komunikasi
horisontal kita bertujuan untuk memperkuat ikatan dan hubungangan
antarpersona. Para pegawai sering makan siang bersama dan bertemu
pada waktu istirahat untuk memperkuat hubungan antarpersona.
Komunikasi horisontal memegang peranan penting dalam pembinaan
hubungan di antara para pegawai dan mendorong terciptanya unit
15
kerja yang padu. Para pegawai yang tingkatnya sama, yang sering
berinteraksi, tampaknya lebih sedikit mengalami kesulitan dalam
memahami satu sama lainnya. Interaksi antarsejawat menghasilkan
dukungan emosional dan psikologis.
Komunikasi Lintas Saluran
Dalam kebanyakan organisasi muncul keinginan pegawai untuk
berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang
tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka. Misalnya bagianbagian seperti teknik, penelitian, akunting, dan personalia mengumpulkan
data, laporan, rencana persiapan, kegiataan koordinasi, dan memberi nasihat
kepada manager mengenai pekerjaan pegawai di semua bagian organisasi.
Mereka melintasi jalur fungsional dan berkomunikasi dengan orangorang yang diawasi dan mengawasi tetapi bukan atasan atau bawahan
mereka. Mereka tidak memiliki otoritas lini untuk mengalahkan otoritas
orang-orang yang berkomunikasi dengan mereka dan terutama harus
mempromosikan gagasan-gagasan mereka. Namun, mereka memiliki
mobilitas tinggi dalam organisasi, mereka dapat mengunjungi bagian lain
atau meninggalkan kantor mereka hanya untuk terlibat dalam Komunikasi
informal (Davis, 1967, Pace dan Faules 2010, 7: 197).
Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas saluran
karena biasanya tanggung jawab mereka muncul di beberapa rantai otoritas
perintah dan jaringan yang berhubungan dengan jabatan, Unit pelatihan dan
pengembangan , misalnya, berhubungan dengan produksi, penjualan, relasi
industri, pembelian, penelitian, dan teknik juga dengan pelanggan, untuk
pelatihan pelanggan. Spesialis staf sering berhubungan dengan manajemen
puncak, yang memungkinkan mereka memperpendek rangkaian sistem
otoritas.
Karena terdapat banyak komunikasi lintas saluran yang dilakukan
spesialis staf dam orag-orang lainnya yang perlu berhubungan dalam
rantai=rantai perintah yang lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk
membimbing komunikasi lintas saluran. (Pace dan Faules 2010, 7: 198).
16
Komunikasi Informal, Pribadi, atau Selentingan.
Bila pegawai berkomunikasi satu sama lainnya tanpa mengindahkan
posisinya dalam organisasi, faktor- faktor yang mengarahkan aliran informasi
lebih bersifat pribadi. Arah aliran informasi kurang stabil.Informasi mengalir
ke atas, informasi mengalir ke bawah, horisontal, dan melintasi saluran hanya
dengan sedikit kalau ada perhatian pada hubungan-hubungan posisional.
Karena informasi informal/personal ini muncul dari interaksi di antara
orang-orang, informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat
di duga, dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan.
Dalam istilah komunikasi, selentingan digambarkan sebagai “metode
penyamoaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh
melalui saluran biasa” (Stein, 1967, hlm 616). Komunikasi informal
cenderung mengandung laporan “rahasia” tentang orang-orang dan peristiwa
yang tidak mengalir melalui saluran perusahaan yang formal.
Informasi yang diperoleh melalui selentingan lebih memperhatikan
“apa yang dikatakan atau di dengar oleh seseorang” dari pada apa yang
dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan, paling tidak sumbernya terlihat
“rahasia”meskipun informasi itu sendiri bukan rahasia. (Pace dan Faules
2010, 7: 200).
2.2.3
Teori Akomodasi Komunikasi
Ketika dua urang berbicara, mereka seringkali meniru pembicaraan dan
perilaku satu sama lain. Sering kali kita akan berbicara pada orang lain yang
menggunakan bahasa yang sama dengan kita, bertindak-tanduk mirip dan
bahkan berbicara dengan kecepatan yang sama.
Kita sebagai gantinya juga akan merespons dalam cara yang sama
kepada lawan bicara kita. Terkadang terdapat perbedaan berdasarkan kelompok
atau budaya, seperti perbedaan yang muncul pada kelompok usia, dalam aksen
atau etnis atau dalam kecepatan berbicara. Apakah di dalam hubungan
interpersonal,
dalam
kelompok
kecil,
atau
lintas
ko-budaya,
orang
menyesuaikan komunikasi mereka dengan orang lain. Adaptasi ini merupakan
inti dari teori akomodasi komunikasi. (West & Turner, 2013: 3. 216-217).
17
Teori akomodasi berawal pada tahun 1973, ketike Gilles pertama kali
memperkenalkan pemikiran mengenai “mobilitas aksen”, yang didasarkan pada
berbagai aksen yang dapat didengar dalam situasi wawancara. Banyak dari teori
dan penelitian yang mengikuti tetap peka terhadap berbagai akomodasi
komunikasi yang dilakukan didalam percakapan di antara kelompok budaya
yang beragam, termasuk orang lanjut usia, orang kulit berwarna dan tunanetra
(misalnya,Gallois, Callan, & Johnstone, 1984:Gallois, Franklyn-Strokes,Giles &
Coupland, 1988:Klemz, 1977;Nussbaum, Pitts, Huber, Krieger &Ohs, 2005).
Teori ini dibahas dengan memperhatikan adanya keragama budaya. Dalam teori
akomodasi komunikasi terdapat berbagai asumsi banyak asumsi.
Asumsi Teori Akomodasi Komunikasi
West & Turner dalam bukunya teori komunikasi analisis dan aplikasi
mengidentifikasikan beberapa asumsi sebagai berikut ini:
-
Persamaan dan perbedaan berbicara dan perilaku terdapat di dalam semua
percakapan.
-
Cara di mana kita mempersepsikan tuturan dan perilaku orang lain akan
menentukan bagaimana mengevaluasi sebuah percakapan.
-
Bahasa dan perilaku memberikan informasi mengenai status sosial dan
keanggotaan kelompok.
-
Akomodasi bervariasi dalam hal tingkat kesesuaian dan norma mengarahkan
proses akomodasi. (West & Turner, 2013: 3. 219).
Pertama, banyak prinsip teori akomodasi komunikasi berpihak pada
keyakinan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan di antara para komunikator
dalam sebuah percakapan. Pengalaman sebelumnya, mungkin anda dapat
mengingat kembali, membentuk bidang pengalaman seseorang. Apakah di
dalam bicara atau perilaku, orang membawa berbagai bidang pengalaman
mereka ke dalam sebuah percakapan (West & Turner, 2006).
Pengalaman-pengalaman latar belakang yang bervariasi ini akan
menentukan sejauh mana orang akan mengakomodasi orang lain. Semakin mirip
sikap dan keyakinan kita dengan orang lain, maka semakin kita tertarik kepada
dan mengakomodasi orang lain tersebut.
Asumsi kedua terletak pada persepsi maupun evaluasi. Akomodasi
komunikasi adalah teori yang mementingkan bagaimana orang mempersepsikan
18
dan mengevaluasi apa yang terjadi di dalam sebuah percakapan. Orang pertamatama mempersepsikan apa yang terjadi di dalam percakapan.
Motivasi merupakan bagian kunci dari proses persepsi dan evaluasi di
dalam teori akomodasi komunikasi. Maksudnya, kita mungkin akan
memersepsikan tuturan dan perilaku seseorang, tetapi kita tidak selalu
mengevaluasinya. Ini sering terjadi, misalnya, ketika kita menyapa orang lain,
terlihat dalam bicara basa-basi, dan kemudian meneruskan perjalanan kita. Kita
biasanya tidak menghabiskan waktu untuk mengevaluasi pertemuan percakapan
yang demikian.
Tetapi terdapat saat ketika mempersepsikan kata-kata dan perilaku
menyebabkan evaluasi kita terhadap orang tersebut. Kita mungkin akan menyapa
seseorang, misalnya, dan kemudian berbicara, tetapi kemudian terkejut ketika
kita mendengar bahwa orang tersebut baru saja bercerai.
Menurut Giles dan koleganya (1987) saat itulah ketika kita memutuskan
proses evaluatif dan komunikatif kita. Kita mungkin akan mengungkapkan
kebahagiaan, kesedihan, atau dukungan kita. Kita melakukan ini dengan terlibat
dalam suatu gaya komunikasi yang mengakomodasi.
Asumsi yang ketiga dari teori akomodasi komunikasi berkaitan dengan
dampak yang dimiliki bahasa terhadap orang lain. Secara khusus, bahasa
memiliki kemampuan untuk mengomunikasikan status dan keanggotaan
kelompok di antara para komunikator dalam sebuah percakapan.
Terakhir, asumsi keempat berfokus pada norma dan isu mengenai
kepantasan sosial. Kita dapat melihat bahwa akomodasi dapat bervariasi dalam
hal kepantasan sosial. Misalnya, Melanie Booth-Butterfield dan Felicia Jordan
(1989) menemukan bahwa orang dari budaya yang termarginalisasi biasanya
mengharapkan untuk mengadaptasi (mengakomodasi) orang lain. (West &
Turner, 2013: 3. 220-221).
Dari empat asumsi yang disebutkan, semua asumsi tersebut diterapkan di
BeritaSatu Media Holdings. Karena terdapat persamaan dan perbedaan pada
percakapan di antara para karyawan divisi Marketing Communications.
Pengalaman-pengalaman latar belakang yang bervariasi dari para staf akan
menentukan sejauh mana orang akan mengakomodasi orang lain.
Para staf di BeritaSatu Media Holdings juga mementingkan bagaimana
orang mempersepsikan dan mengevaluasi apa yang terjadi di dalam sebuah
19
percakapan dan dampak yang dimiliki bahasa terhadap orang lain. Secara
khusus, bahasa memiliki kemampuan untuk mengomunikasikan status dan
keanggotaan kelompok
di antara para komunikator di divisi Marketing
Communications dalam sebuah percakapan dan membuat mudah para staf untuk
saling beradaptasi.
Cara Beradaptasi
Teori akomodasi komunikasi menyatakan bahwa dalam percakapan
orang memiliki pilihan. Mereka mungkin menciptakan komunitas percakapan
yang melibatkan penggunaan bahasa atau sistem nonverbal yang sama.
Mereka mungkin akan membedakan diri mereka dari orang lain, atau mereka
akan berusaha terlalu keras untuk beradaptasi. Pilihan-pilihan ini diberi label
konvergensi, divergensi dan akomodasi berlebihan.
Konvergensi
Proses
pertama
yang
dihubungkan
dengan
teori
akomodasi
komunikasi disebut konvergensi. Giles, Nikolas Coupland dan Justine
Coupland (1981) mendefinisikan konvergensi (convergence) sebagai “strategi
di mana individu beradaptasi terhadap perilaku komunikatif satu sama lain”
(hal 7). Orang akan beradaptasi terhadap kecepatan bicara, jeda, senyuman,
tatapan mata, dan perilaku verbal dan nonverbal lainnya. Konvergensi
merupakan proses yang selektif; kita tidak selalu memilih untuk
menggunakan strategi konvergen dengan orang lain. Ketika orang melakukan
konvergensi, mereka bergantung pada persepsi mereka mengenai tuturn atau
perilaku orang lainnya.
Selain persepsi mengenai orang lain, konvergensi juga didasarkan
pada ketertarikan (Giles et al, 1987). Biasanya, ketika para komunikator
saling tertarik, mereka akan melakukan konvergensi dalam percakapan.
Ketertarikan merupakan istilah yang luas dan mencakup beberapa
karakteristik lainnya seperti kesukaan, karisma dan kredibilitas. Giles dan
Smith (1979) percaya bahwa beberapa faktor mempengaruhi ketertarikan
kita terhadap orang lain, misalnya, kemungkinan akan interaksi berikutnya
dengan pendengar, kemampuan pembicara untuk berkomunikasi dan
perbedaan status di antara kedua komunikator.
20
Memiliki keyakinan yang sama, kepribadian yang sama,
atau
berperilaku dalam cara yang sama menyebabkan orang tertarik satu sama lain
dan sangat mungkin untuk mendorong terjadinya konvergensi. Menemukan
kesamaan terjadi sejalan dengan waktu.
Orang mungkin tidak langsung mengetahui apakah mereka tertarik
satu sama lain dan apakah ini akan menuntun pada pengidentifikasian
persamaan-persamaan mereka. Dan sejarah hubungan antara komunikator
juga merupakan isu yang penting dalam konvergensi. (West & Turner, 2013:
3. 222-223).
Divergensi
Divergensi adalah ketika terdapat usaha untuk menunjukan persamaan
antara para pembicara. Dengan kata lain, dua orang berbicara dengan satu
sama lain tanpa adanya kekhawatiran mengenai akomodasi satu sama lain.
Ketika
orang
melakukan
divergensi,
mereka
memutukan
untuk
mendisosialisasikan diri mereka dari komunikator dan percakapan tersebut.
Alasan-alasan
untuk
divergensi
dapat
bervariasi.
Divergensi
merupakan satu cara bagi para anggota komunitas budaya yang berbeda
untuk mempertahankan identitas social. Giles dan koleganya (1987)
mengamati bahwa ada peristiwa dimana orang-orang yaitu kelompok ras dan
etnis “secara sengaja menggunakan bahasa mereka atau gaya bicara sebagai
taktik simbolis untuk mempertahankan identitas, kebanggaan budaya dan
keunikan mereka” (hal28).
Divergensi sering terjadi dalam percakapan ketika terdapat perbedaan
kekuasaan di antara para komunikator dan ketika terdapat perbedaan peranan
yang jelas dalam percakapan (dokter-pasien, orang tua-anak, pewawancaraterwawancara dan seterusnya) (Street, 1991; Street & Giles. 1982). (Street
(1991). Misalnya, menyatakan bahwa “para interaktan yang memiliki status
lebih tinggi mungkin akan berbicara dalam jangka waktu yang lebih lama,
memulai hampir semua topik pembicaraan, berbicara lebih perlahan, dan
mempertahankan postur tubuh yang lebih santai dibandingkan yang kurang
berkuasa” (hal 135).
Divergensi cenderung terjadi karena lawan bicara dalam percakapan
dipandang sebagai “anggota dari kelompok yang tidak diinginkan diangap
21
memiliki sikap-sikap yang tidak menyenangkan atau menunjukan penampilan
yang jelek” (Street & Giles, 1982, hal 195). Giles dan koleganya (1987)
menyatakan bahwa divergensi dugunakan untuk mengontraskan citra diri
dalam suatu percakapan. (West & Turner, 2013: 3. 225-227).
Akomodasi Berlebihan: Miskomunikasi Dengan Tujuan
Jane Zuengler (1991) mengamati bahwa akomodasi berlebihan
(overaccomodation) adalah “label” yang diberikan kepada pembicara yang
dianggap pendengar terlalu berlebihan” (hal.239). Istilah ini diberikan kepada
orang yang, walaupaun bertindak berdasarkan niat yang baik, malah dianggap
merendahkan.
Akomodasi berlebihan dapat terjadi dalam tiga bentuk, akomodasi
berlebihan sensoris, akomodasi berlebihan ketergantungan, dan akomodasi
berlebihan intergroup (Zuengler, 1991).
Akomodasi berlebihan Sensoris (sensory accommodation) terjadi
ketika seorang pembicara beradaptasi secara berlebihan pada lawan bicaranya
yang dianggap terbatas dalam hal tertentu. Batasan dalam hal ini merujuk
pada keterbatasan linguistic atau fisik. Yaitu, pembicara mungkin yakin
bahwa ia peka terhadap ketidakmampuan berbahasa seseorang atau terhadap
kekurangan fisik seseorang tetapi terlalu berlebihan dalam melakukan
akomodasi.
Jenis akomodasi berlebihan yang kedua, akomodasi berlebihan
ketergantungan (dependency overaccomodation) yang terjadi ketika seorang
pembicara secara sadar atau tidak sadar menempatkan pendengar dalam
peranan status yang lebih rendah, dan pendengar dibuat tampak tergantung
pada pembicara. Dalam akomodasi berlebihan ketergantungan, pendengar
juga percaya bahwa pembicara mengendalikan percakapan untuk menunjukan
status yang lebih tinggi.
Jenis akomodasi berlebihan yang ketiga adalah akomodasi berlebihan
intergroup (intergroup accommodation). Hal ini melibatkan para pembicara
yang menempatkan pendengar ke dalam kelompok tertentu, dan gagal untuk
memperlakukan tiap orang sebagai seorang individu, inti dari akomodasi
berlebihan jenis ini adalah stereotip, dan dapat muncul dampak yang sangat
22
parah. Walaupaun mempertahankan identitas ras dan etnis merupakan hal
yang penting, identitas individual juga sama pentingnya.
Akomodasi berlebihan biasanya menyebabkan pendengar untuk
mempersepsikan diri mereka tidak setara. Terdapat dampak yang serius
dalam
akomodasi
berlebihan,
termasuk
hilangnya
motivasi
untuk
mempelajari bahasa lebih jauh, menghindari percakapan, dan membentuk
sikap negatif kepada pembicara dan juga masyarakat (Zuengler, 1991).
Jika salah satu tujuan komunikasi adalah mencapai makna yang
dimaksudkan, akomodasi berlebihan merupakan penghalang utama bagi
tujuan tersebut. Maka dari itu dengan melakukan rapat atau briefing pra
pelaksanaan event maka proses akomodasi akan terjadi secara alami yang
mengarah kepada suatu event. (West & Turner, 2013: 3. 227-229).
Akomodasi
Akomodasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan,
memodifikasi atau mengatur perilaku seseorang dalam responsnya terhadap
orang lain. Akomodasi biasanya dilakukan secara tidak sadar. Kita cenderung
memiliki naskah kognitif internal yang kita gunakan ketika kita berbicara pada
orang lain, di mana tiap percakapan yang kita miliki membutuhkan sebuah kartu
dalam memberikan respons. (West & Turner, 2013: 3. 217).
Dengan mengingat bahwa akomodasi dipengaruhi oleh beberapa
keadaan personal, situasional, dan budaya, yang sepenuhnya diwujudkan melalui
komunikasi, maka diidentifikasikan asumsi terkait teori akomodasi yaitu teori
akomodasi komunikasi.
2.2.4
Special Event/Peristiwa Khusus
Special event atau peristiwa khusus merupakan kegiatan perusahaan
karena mampu memuaskan minat orang untuk ikut serta dalam suatu
kesempatan; mampu meningkatkan pengetahuan; dan memenuhi kesenangan
penonton. (Moore, 2005: 2. 321-341).
23
Jenis-Jenis Peristiwa
-
Hari-hari dan pekan-pekan khusus
Satu organisasi seringkai memiliki suatu hari atau pekan tertentu yang
diresmikan untuk tujuan dan kegiatan organisasinya yang ditetapkannya secra
resmi.
-
Pameran dan Pertunjukan
Pameran dan pertunjukan barang dan jasa yang memikat minat
khalayak adalah penting dari kebanyakan program. Peran dagang, bisnis dan
profesi nasional, pecan raya internasional serta pameran lokal dan regional
menyediakan berbagai sarana untuk dipertunjukan.
-
Rapat dan Konferensi
Konferensi, konvensi dan rapat diselenggarakan dengan para pemuka
pendapat dan tokoh masyarakat dari luar. Semua pertemuan itu memberi
kesempatan kepada manajemen untuk berkomunikasi secara pribadi dengan
unsur-unsur penting masyarakat guna mendengarkan berbagai pandangan dan
mempertimbangkan kebijaksanaan serta program perusahaan.
- Hadiah Khusus
Berbagai hadiah khusus bagi para karyawan, pemilik saham, pedagang
atau para pelanggan merupakan kesempatan bagi perusahaan. Tropi,
sertifikat, medali, darmawisata, pesta makan dan promosi yang diberikan
kepada karyawan sebagai imbalan terhadap saran, jumlah kehadiran, lamanya
tugas, catatan keselamatan, prestasi penjualan dan prestasi lainnya diberikan
oleh humas, baik dalam penerbitan karyawan maupun media massa.
Hadiah untuk para pedagang diberikan pada saat ada pertemuan atas
prestasi penjualan, kerjasama, perdagangan atau efisiensi manajemen mereka.
- Kontes
Berbagai kontes bagi para konsumen, pemilik saham, para karyawan
dan para pedagang terkandung dalam berbagai program di beberapa
organisasi. Kontes itu merangsang minat masyarakat dan menggerakkan
semangat persaingan dan hasrat berprestasi.
- Peresmian
Peresmian sarana dan jasa baru memberikan peluang penting. (Moore,
2005: 2. 321-341).
24
Kebijakan dan Tujuan Peristiwa Khusus
Kebijakan dan tujuan khusus untuk peristiwa khusus ditetapkan oleh
suatu panitia guna pengarahan manajemen dan staf dalam merencanakan dan
menetapkan peristiwa-peristiwa khusus. Adalah kebijaksanaan perusahaan
untuk menyelenggarakan peresmian gedung, mengadakan perjalanan, dan
berperan serta dalam beberapa peristiwa khusus yang memberi kita suatu
kesmepatan untuk memperlihatkan itikad baik kita kepada masyarakat dan
juga untuk memperoleh rekan dan pelanggan baru.
Dalam perencanaan peristiwa khusus suatu pernyataan yang luas
tentang tujuan penyelenggaraan sangatlah penting dalam menetapkan tema,
perhatian, jangkauan dan program. Tujuan tersebut tersebut sebaiknya
mempertimbangkan minat khusus, latar belakang dan pengetahuan orangorang yang diundang.
Persiapan pada Persitiwa Khusus
-
Penunjukan coordinator keseluruhan
Sang coordinator bertanggung jawab untuk menentukan beberapa
tujuan peristiwa tersebut, memberi nama peristiwa tersebut, memilih hari,
menentukan tamu-tamunya, dan mengatur transportasi dan parkir, resepsi,
pemberitaan, kerjasama masyarakat, program dan tindakan lanjutan
peristiwa tersebut.
-
Pemberian Nama Peristiwa
Nama sebuah peristiwa khusus menunjukan tujuan atau tamu yang
diundang pada peristiwa tersebut.
-
Tema dan Pembicara
Tema dan pembicara serta peserta diskusi untuk keseluruhan
pertemuan sebaiknya ditetapkan sekurang-kurangnya enam bulan sebelum
hari pelaksanaan.
-
Pemilihan hari
Hari sebaiknya dipilih yang tidak akan berbenturan dengan hari libur
yang resmi atau peristiwa penting lainnya dalam masyarakat. Penyelesaian
berbagai sarana yang dibutuhkan sebaiknya dipertimbangkan, seperti
adanya para pelaksana utama dan waktu yang dibutuhkan dalam persiapan.
25
-
Perkiraan Biaya
Daftarkan semua kemungkinan pengeluaran di luar anggaran, ini semua
meliputi biaya perangko, makanan, jamuan waktu istirahat, upah para
teknisi audiovisual, dan seterusnya.
-
Daftar Fasilitas
Ruangan untuk pertemuan, jamuan makan, jamuan ringan, waktu
istirahat, penyegaran dan pendaftaran, sebaiknya disediakan dan perkiraan
jumlah undangan sebaiknya diperhatikan.
-
Korespondensi Dengan Pembicara
Kirimkan undangan kepada para pembicara yang meliputi hari, tanggal,
jam dan tempat, honorarium, serta informasi mengenai transportasi.
-
Tamu
Tujuan peristiwa khusus menentukan siapa saja yang sebaiknya
diundang.
-
Pengaturan Cetakan
Undangan atau formulir pendaftaran untuk suatu pertemuan sebaiknya
dikirimkan sekurang-kurangnya tujuh minggu sebelum pertemuan
dilaksanakan.
-
Penunjukan Staf Akhir
Beritahukan pada para teknisi audiovisual secara tertulis mengenai
daftar peralatan khusus. Pilihlah staf untuk pendaftaran. Aturlah distribusi
lencana dan acara. Tentukan seseorang untuk mengawasi rincian yang tak
terduga.
-
Resepsi
Panitia resepsi menyambut sendiri semua tamu, mendaftar tamu
penting, dan memberikan tanda nama dan daftar acara.
-
Makanan dan Minuman Serta Cenderamata
Makanan dan minuman disajikan kepada para tamu selama masa
selang dalam suatu program singkat atau pada akhir acara.
-
Publisitas Praperistiwa
Media publisitas praperistiwa diselenggarakan oleh bagian yang
berwenang 30 atau 60 hari sebelum peristiwa berlangsung.
-
Kerjasama Komunitas
26
Suatu subpanitia dari panitia peristiwa khusus yang terdiri dari para
pemuka pendapat setempat ditunjuk untuk membantu perencanaan.
(Moore, 2005: 2. 321-341). Selain akomodasi komunikasi agar mencapai
makna, kegiatan yang dilakukan Marketing Communications BeritaSatu
Media Holdings, diperlukan sinkronisasi komunikasi yang baik antar
anggota.
27
2.2.5
Kerangka Konsep
Komunikasi
Komunikasi
Organisasi
Komunikasi
ke Bawah
Komunikasi
ke Atas
Konvergensi
Komunikasi
Horisontal
Komunikasi
Selentingan
Teori Akomodasi
Komunikasi
Komunikasi
Lintas
Saluran
Divergensi
Event
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Pada penelitian yang membahas mengenai pola komunikasi akomodasi pra
pelaksanaan eventi ini di dasari oleh teori akomodasi komunikasi yang terdapat
konvergensi dan divergensi di dalamnya dan hal tersebut terjadi dalam komunikasi
dalam organisasi dengan pola melalui rapat, briefing pra event dan kegiatan seharihari di ruang lingkup pekerjaan atau luar pekerjaan dengan alur komunikasi
horisontal dengan landasan keberhasilan komunikasi yang terjadi adalah sebuah
event.
28
Download