BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya (State Of The Art) Dalam sebuah penelitian biasanya membutuhkan hasil penelitian sebelumnya sebagai referensi ataupun perbandingan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, perbandingan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian lainnya dirangkum dalam bentuk tabel sebagai berikut beserta nama peneliti, judul, lokasi, hasil penelitian dan perbandingan dengan penelitian: Tabel 2.1 Penelitian Pendahuluan (State Of The Art) No 1 2 Nama Peneliti Oluremi B Ayoko, Charmine E.J Hartel,Vic tor J. Callan. Judul Penelitian Resolving the Puzzle of Productive and Destructive Conflict in Vultutally Heterogeneous Workgroups: a Communicatio n Accomodation Theory Approach Nikolaus Ageng Prathama Akomodasi Komunikasi Dalam Rekonsiliasi Konflik Antar Lokasi Hasil Penelitian Australia Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin banyak kelompok menggunakan strategi manajemen wacana, setiap kelompok mempunyai strategi masingmasing dalam melakukan pendekatan yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik dan pemimpin dalam sebuah kelompok menjadi orang yang sangat berpengaruh dalam meredam konflik dalam kelompok budaya heterogen. Indonesia Penelitian ini mengungkap adanya upaya untuk memperoleh 7 Perbandingan Penelitian Perbedaan dengan penelitian ini adalah dimana dalam penelitian oleh Ayoko, Charmine dan Callan ini lebih melihat perilaku komunikatif dengan konvergensi dan divergensi sebagai suatu strategi di dalamnya sedangkan dalam penelitian ini melihat konvergensi dan divergensi bukan hanya sebagai strategi akan tetapi sebagai cara mereka beradaptasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dimana adanya upaya 8 No 3 Nama Peneliti Allan Bell Judul Penelitian etnis (Kasus: Relasi Etnis Madura Dengan Dayak) Speech Accommodatio n Theory and Audience Design Lokasi Hasil Penelitian keadaan akomodasi yang dilakukan oleh kedua pihak secara bersamasama, yaitu oleh individu Dayak dan Madura. Proses akomodasi dilakukan oleh para komunikator dalam menjalani kehidupan seharihari melalui adaptasi, asimilasi, dan kerjasama. Hal yang paling menonjol dalam relasi individu Dayak dan Madura pasca konflik ini adalah adanya kerjasama yang dilakukan oleh para tokoh untuk menjaga hubungan baik dan mencegah munculnya gejolak sosial di masyarakat, terutama yang melibatkan individu Dayak dan Madura. Auckland, Hasil penelitian New ini menyatakan Zealand bahwa sebagian besar gaya interaktif dan sosial dengan pembicara merancang gaya bicaranya dalam menanggapi lawan bicaranya, pembicara juga Perbandingan Penelitian untuk memperoleh keadaan akomodasi yang dilakukan oleh kedua pihak secara bersamasama, yaitu oleh individu Dayak dan Madura. Proses akomodasi dilakukan oleh para komunikator sedangkan dalam penelitian ini upaya untuk berakomodasi dilakukan secara langsung oleh pihak yang bersangkutan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dimana pembicara juga mungkin menggunakan bahasa untuk mengambil inisiatif dalam membentuk situasi alami dan 9 No Nama Peneliti Judul Penelitian 4 Nickola C. Overall, Chris G. Sibley Convergent and discriminant validity of the Accommodatio n Scale: Evidence from three diary studies 5 Mahanita Mahadhir, Nor Fariza Communicatio n Accommodatio n Strategies in Lokasi Hasil Penelitian mungkin menggunakan bahasa untuk mengambil inisiatif dalam membentuk situasi alami dan menjadi penentu dalam pembicaraan. Auckland, Hasil penelitian New menunjukan Zealand bahwa sistem interaktif memproses aspek komunikasi manusia, mereka belum mampu memproses dinamika kompleks yang terlibat dalam interaksi sosial, seperti adaptasi pada lawan bicara. Manusia mempunyai sistem interaktif dengan kemampuan untuk memproses dan berakomodasi, penelitian menunjukkan bahwa perubahan dinamika akomodasi selama percakapan terjadi secara alami sesuai aliran percakapan. Malaysia Hasil penelitian menunjukan bahwa data yang diperoleh dari Perbandingan Penelitian menjadi penentu dalam pembicaraan akan tetapi dalam penelitian ini kedua orang yang terkait saling berusaha memahami satu sama lain. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dimana perubahan dinamika akomodasi selama percakapan terjadi secara alami sesuai aliran percakapan akan tetapi dalam penelitian ini pembahasan dibahas lebih dalam lagi dengan melihat cara mereka berakomodasi melalui kegiatan pra pelaksanaan event. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dimana 10 No 2.2 Nama Peneliti Mohd Nor, Hazita Azman Judul Penelitian Malaysian Multiracial Family Interactions Lokasi Hasil Penelitian Perbandingan Penelitian interaksi spontan putri keturunan yang direkam multiras dibina selama delapan oleh keluarganya minggu dalam dengan rumah. Dari total menggunakan 12 jam interaksi strategi ditranskripsi, tujuh pendekatan, episode yang frekuensi dianggap berisi komunikasi dan fitur konteks antar kontrol kelompok. interpersonal Temuan akan tetapi dalam mengungkapkan penelitian ini bahwa putri kedua belah keturunan multiras pihak yang dibina oleh bersangkutan keluarganya bersama-sama dengan mencoba saling menggunakan berakomodasi. strategi pendekatan, frekuensi komunikasi dan kontrol interpersonal. Landasan Konseptual 2.2.1 Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti ”sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti ”membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi. (Mulyana, 2007 : 46). Para ahli komunikasi menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah pemahaman bersama antara orang-orang yang menyampaikan pesan dan orang yang menerima pesan. Bahkan fakta yang ada menunjukan bahwa kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communias yang artinya “bersama”. Komunikasi berusaha mencari “kebersamaan” dengan si penerima pesan. Karena itu dapat didefinisikan sebagai transisi informasi dan pemahaman melalui 11 penggunaan simbol-simbol bersama dari satu orang atau kelompok ke yang lainnya. (Romli, 2014: 9). Dalam pelaksanaan pra event seperti rapat dan briefing dalam sebuah organisasi komunikasi akan sering terjadi di antara para anggota yang terlibat di dalamnya. Maka dari itu mereka hendaknya dapat berakomodasi dalam komunikasi antara satu dan yang lainnya. 2.2.2 Komunikasi Organisasi Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat di dalam mencapai tujuan organisasi itu. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Romli, 2014: 2). Arah Aliran Informasi Menurut (pace dan Faules 2010, 7: 184-198) Dalam komunikasi organisasi terdapat lima aliran informasi yaitu komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horisontal, komunikasi lintas-saluran, dan komunikasi informal, pribadi atau selentingan. Pengertian dari ke lima aliran informasi sebagai berikut. Komunikasi ke Bawah Komunikasi ke bawah dalam sebuah oganisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotirotas lebih rendah. Biasanya terdapat anggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai. Namun dalam organisasi kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen (Davis, 1967, Pace dan Faules 2010, 7: 184). Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan (Katz & Kahn, 1966): (1) Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, (2) Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (2) Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi, (4) Informasi mengenai kinerja pegawai, dan (5) Informasi untuk 12 mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). (Pace dan Faules 2010, 7: 185). Lengel dan Daft (1988) memberi beberapa pedoman bagi manajer: 1. Kirimkan pesan-pesan ekuivokal melalui medium yang kaya (yang memungkinkan negosiasi makna). 2. Kirimkan pesan-pesan ekuivokal melalui medium yang rendah (menyampaikan data yang sulit, pengarahan resmi, dsb). 3. Jadilah seorang penerima yang kritis (menyadari bahwa pesan dapat mewarnai pemahaman karena medium yang dipilih media yang rendah dapat menyaring informasi mengenai isu-isu kritis). 4. Gunakan medium karena pesan-pesan simboliknya (harus peka terhadap budaya media organisasi dan makna yang mungkin disampaikan oleh media tersebut). 5. Evaluasilah teknologi baru secara cermat (kemampuan dan keterbatasan). (Pace dan Faules 2010, 7: 189). Komunikasi ke Atas Dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Semua pegawai dalam sebuah organisasi, kecuali mungkin mereka yang menduduki posisi puncak. Mungkin berkomunikasi ke atas yaitu, setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia. Suatu permohonan atau komentar yang di arahkan kepada individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas merupakan esensi komunikasi ke atas. (Pace dan Faules 2010, 7: 189). Pentingnya Komunikasi ke atas Komunikasi ke atas penting karena beberapa alasan: 1. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya (Sharma, 1979). 2. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik 13 bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka (Planty & Machaver, 1952). 3. Komunikasi ke atas memungkinkan omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya (Conboy, 1976). 4. Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan keada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi (Planty & Machaver, 1952). 5. Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk mementukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran komunikasi dua arah (Planty & Machaver, 1952). 6. Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut (Harriman: 1974). (Pace dan Faules 2010, 7: 190). Komunikasi Horisontal Pace dan Faules dalam bukunya, komunikasi organisasi mengatakan bahwa komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama. Komunikasi antara karyawan satu dengan yang lainnya disebut komunikasi lintas saluran, yaitu informasi diberikan melewati batas-batas unit kerja, dan di antara orang-orang yang satu sama lainnya tidak saling menjadi bawahan atau atasan. Tujuan Komunikasi Horisontal 1. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. Para anggota bagian pelatihan dan pengembangan memiliki kegiatran pelatihan utama untuk mengatur dan meyampaikan. Mereka harus saling bertemu untuk mengkoordinasikan pembagian tugas. 14 2. Berbagi Informasi mengenai rencana dan kegiatan. Bila gagasan dari bebrapa orang menjanjikan hasil yang lebih baik daripada gagasan satu orang. Komunikasi horisontal menjadi amat penting. 3. Untuk memecahkan masalah. Baru-baru ini tiga mahasiswa ditempat terpencil ditugaskan di sebuah lokasi umum yang sama. Mereka bertemu dan terikat dalam komunikasi horisontal dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perjalanan yang tidak perlu dan berbagi tumpangan kendaraan. Mereka mampu mengurangi biaya dan bekerja bersama untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi dengan kesulitan yang lebih sedikit. 4. Untuk memperoleh pemahaman bersama. Bila diusulkan perubahanperubahan sebagai persyaratan untuk suatu bidang studi utama akademik, dosen-dosen harus bekerja bersama-sama untuk menghasilkan suatu pemahaman bersama mengenai perubahan apa yang harus dibuat. Pertemuan dan pembicaraan di antara dosen-dosen yang tingkat organisasinya sama dan di jurusan yang sama, amat penting untuk mencapai tujuan bersama. 5. Untuk mendamaikan, berunding dan menangani perbedaan. Individuindividu yang sering mengembangkan pilihan dan prioritas yang akhirnya menimbulkan ketidaksepakatan. Bila ini terjadi komunikasi horisontal di antara para anggota unit kerja merupakan hal yang pokok dalam mendamaikan perbedaan. Kenyataannya, beberapa perbedaan perlu dirundingkan dan didamaikan. Hanya dengan melalui komunikasi horisontal prioritas dapat disesuaikan dengan konflik diselesaikan. 6. Untuk menumbuhkan dukungan antarpersona. Karena kita memakai sejumlah besar waktu kita untuk berinteraksi dengan orang lain dalam pekerjaan, Kita semua sampai tingkat tertentu memperoleh dukungan antarpersona dari rekan-rekan kita. Kebanyakan komunikasi horisontal kita bertujuan untuk memperkuat ikatan dan hubungangan antarpersona. Para pegawai sering makan siang bersama dan bertemu pada waktu istirahat untuk memperkuat hubungan antarpersona. Komunikasi horisontal memegang peranan penting dalam pembinaan hubungan di antara para pegawai dan mendorong terciptanya unit 15 kerja yang padu. Para pegawai yang tingkatnya sama, yang sering berinteraksi, tampaknya lebih sedikit mengalami kesulitan dalam memahami satu sama lainnya. Interaksi antarsejawat menghasilkan dukungan emosional dan psikologis. Komunikasi Lintas Saluran Dalam kebanyakan organisasi muncul keinginan pegawai untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka. Misalnya bagianbagian seperti teknik, penelitian, akunting, dan personalia mengumpulkan data, laporan, rencana persiapan, kegiataan koordinasi, dan memberi nasihat kepada manager mengenai pekerjaan pegawai di semua bagian organisasi. Mereka melintasi jalur fungsional dan berkomunikasi dengan orangorang yang diawasi dan mengawasi tetapi bukan atasan atau bawahan mereka. Mereka tidak memiliki otoritas lini untuk mengalahkan otoritas orang-orang yang berkomunikasi dengan mereka dan terutama harus mempromosikan gagasan-gagasan mereka. Namun, mereka memiliki mobilitas tinggi dalam organisasi, mereka dapat mengunjungi bagian lain atau meninggalkan kantor mereka hanya untuk terlibat dalam Komunikasi informal (Davis, 1967, Pace dan Faules 2010, 7: 197). Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas saluran karena biasanya tanggung jawab mereka muncul di beberapa rantai otoritas perintah dan jaringan yang berhubungan dengan jabatan, Unit pelatihan dan pengembangan , misalnya, berhubungan dengan produksi, penjualan, relasi industri, pembelian, penelitian, dan teknik juga dengan pelanggan, untuk pelatihan pelanggan. Spesialis staf sering berhubungan dengan manajemen puncak, yang memungkinkan mereka memperpendek rangkaian sistem otoritas. Karena terdapat banyak komunikasi lintas saluran yang dilakukan spesialis staf dam orag-orang lainnya yang perlu berhubungan dalam rantai=rantai perintah yang lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing komunikasi lintas saluran. (Pace dan Faules 2010, 7: 198). 16 Komunikasi Informal, Pribadi, atau Selentingan. Bila pegawai berkomunikasi satu sama lainnya tanpa mengindahkan posisinya dalam organisasi, faktor- faktor yang mengarahkan aliran informasi lebih bersifat pribadi. Arah aliran informasi kurang stabil.Informasi mengalir ke atas, informasi mengalir ke bawah, horisontal, dan melintasi saluran hanya dengan sedikit kalau ada perhatian pada hubungan-hubungan posisional. Karena informasi informal/personal ini muncul dari interaksi di antara orang-orang, informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat di duga, dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan. Dalam istilah komunikasi, selentingan digambarkan sebagai “metode penyamoaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh melalui saluran biasa” (Stein, 1967, hlm 616). Komunikasi informal cenderung mengandung laporan “rahasia” tentang orang-orang dan peristiwa yang tidak mengalir melalui saluran perusahaan yang formal. Informasi yang diperoleh melalui selentingan lebih memperhatikan “apa yang dikatakan atau di dengar oleh seseorang” dari pada apa yang dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan, paling tidak sumbernya terlihat “rahasia”meskipun informasi itu sendiri bukan rahasia. (Pace dan Faules 2010, 7: 200). 2.2.3 Teori Akomodasi Komunikasi Ketika dua urang berbicara, mereka seringkali meniru pembicaraan dan perilaku satu sama lain. Sering kali kita akan berbicara pada orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan kita, bertindak-tanduk mirip dan bahkan berbicara dengan kecepatan yang sama. Kita sebagai gantinya juga akan merespons dalam cara yang sama kepada lawan bicara kita. Terkadang terdapat perbedaan berdasarkan kelompok atau budaya, seperti perbedaan yang muncul pada kelompok usia, dalam aksen atau etnis atau dalam kecepatan berbicara. Apakah di dalam hubungan interpersonal, dalam kelompok kecil, atau lintas ko-budaya, orang menyesuaikan komunikasi mereka dengan orang lain. Adaptasi ini merupakan inti dari teori akomodasi komunikasi. (West & Turner, 2013: 3. 216-217). 17 Teori akomodasi berawal pada tahun 1973, ketike Gilles pertama kali memperkenalkan pemikiran mengenai “mobilitas aksen”, yang didasarkan pada berbagai aksen yang dapat didengar dalam situasi wawancara. Banyak dari teori dan penelitian yang mengikuti tetap peka terhadap berbagai akomodasi komunikasi yang dilakukan didalam percakapan di antara kelompok budaya yang beragam, termasuk orang lanjut usia, orang kulit berwarna dan tunanetra (misalnya,Gallois, Callan, & Johnstone, 1984:Gallois, Franklyn-Strokes,Giles & Coupland, 1988:Klemz, 1977;Nussbaum, Pitts, Huber, Krieger &Ohs, 2005). Teori ini dibahas dengan memperhatikan adanya keragama budaya. Dalam teori akomodasi komunikasi terdapat berbagai asumsi banyak asumsi. Asumsi Teori Akomodasi Komunikasi West & Turner dalam bukunya teori komunikasi analisis dan aplikasi mengidentifikasikan beberapa asumsi sebagai berikut ini: - Persamaan dan perbedaan berbicara dan perilaku terdapat di dalam semua percakapan. - Cara di mana kita mempersepsikan tuturan dan perilaku orang lain akan menentukan bagaimana mengevaluasi sebuah percakapan. - Bahasa dan perilaku memberikan informasi mengenai status sosial dan keanggotaan kelompok. - Akomodasi bervariasi dalam hal tingkat kesesuaian dan norma mengarahkan proses akomodasi. (West & Turner, 2013: 3. 219). Pertama, banyak prinsip teori akomodasi komunikasi berpihak pada keyakinan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan di antara para komunikator dalam sebuah percakapan. Pengalaman sebelumnya, mungkin anda dapat mengingat kembali, membentuk bidang pengalaman seseorang. Apakah di dalam bicara atau perilaku, orang membawa berbagai bidang pengalaman mereka ke dalam sebuah percakapan (West & Turner, 2006). Pengalaman-pengalaman latar belakang yang bervariasi ini akan menentukan sejauh mana orang akan mengakomodasi orang lain. Semakin mirip sikap dan keyakinan kita dengan orang lain, maka semakin kita tertarik kepada dan mengakomodasi orang lain tersebut. Asumsi kedua terletak pada persepsi maupun evaluasi. Akomodasi komunikasi adalah teori yang mementingkan bagaimana orang mempersepsikan 18 dan mengevaluasi apa yang terjadi di dalam sebuah percakapan. Orang pertamatama mempersepsikan apa yang terjadi di dalam percakapan. Motivasi merupakan bagian kunci dari proses persepsi dan evaluasi di dalam teori akomodasi komunikasi. Maksudnya, kita mungkin akan memersepsikan tuturan dan perilaku seseorang, tetapi kita tidak selalu mengevaluasinya. Ini sering terjadi, misalnya, ketika kita menyapa orang lain, terlihat dalam bicara basa-basi, dan kemudian meneruskan perjalanan kita. Kita biasanya tidak menghabiskan waktu untuk mengevaluasi pertemuan percakapan yang demikian. Tetapi terdapat saat ketika mempersepsikan kata-kata dan perilaku menyebabkan evaluasi kita terhadap orang tersebut. Kita mungkin akan menyapa seseorang, misalnya, dan kemudian berbicara, tetapi kemudian terkejut ketika kita mendengar bahwa orang tersebut baru saja bercerai. Menurut Giles dan koleganya (1987) saat itulah ketika kita memutuskan proses evaluatif dan komunikatif kita. Kita mungkin akan mengungkapkan kebahagiaan, kesedihan, atau dukungan kita. Kita melakukan ini dengan terlibat dalam suatu gaya komunikasi yang mengakomodasi. Asumsi yang ketiga dari teori akomodasi komunikasi berkaitan dengan dampak yang dimiliki bahasa terhadap orang lain. Secara khusus, bahasa memiliki kemampuan untuk mengomunikasikan status dan keanggotaan kelompok di antara para komunikator dalam sebuah percakapan. Terakhir, asumsi keempat berfokus pada norma dan isu mengenai kepantasan sosial. Kita dapat melihat bahwa akomodasi dapat bervariasi dalam hal kepantasan sosial. Misalnya, Melanie Booth-Butterfield dan Felicia Jordan (1989) menemukan bahwa orang dari budaya yang termarginalisasi biasanya mengharapkan untuk mengadaptasi (mengakomodasi) orang lain. (West & Turner, 2013: 3. 220-221). Dari empat asumsi yang disebutkan, semua asumsi tersebut diterapkan di BeritaSatu Media Holdings. Karena terdapat persamaan dan perbedaan pada percakapan di antara para karyawan divisi Marketing Communications. Pengalaman-pengalaman latar belakang yang bervariasi dari para staf akan menentukan sejauh mana orang akan mengakomodasi orang lain. Para staf di BeritaSatu Media Holdings juga mementingkan bagaimana orang mempersepsikan dan mengevaluasi apa yang terjadi di dalam sebuah 19 percakapan dan dampak yang dimiliki bahasa terhadap orang lain. Secara khusus, bahasa memiliki kemampuan untuk mengomunikasikan status dan keanggotaan kelompok di antara para komunikator di divisi Marketing Communications dalam sebuah percakapan dan membuat mudah para staf untuk saling beradaptasi. Cara Beradaptasi Teori akomodasi komunikasi menyatakan bahwa dalam percakapan orang memiliki pilihan. Mereka mungkin menciptakan komunitas percakapan yang melibatkan penggunaan bahasa atau sistem nonverbal yang sama. Mereka mungkin akan membedakan diri mereka dari orang lain, atau mereka akan berusaha terlalu keras untuk beradaptasi. Pilihan-pilihan ini diberi label konvergensi, divergensi dan akomodasi berlebihan. Konvergensi Proses pertama yang dihubungkan dengan teori akomodasi komunikasi disebut konvergensi. Giles, Nikolas Coupland dan Justine Coupland (1981) mendefinisikan konvergensi (convergence) sebagai “strategi di mana individu beradaptasi terhadap perilaku komunikatif satu sama lain” (hal 7). Orang akan beradaptasi terhadap kecepatan bicara, jeda, senyuman, tatapan mata, dan perilaku verbal dan nonverbal lainnya. Konvergensi merupakan proses yang selektif; kita tidak selalu memilih untuk menggunakan strategi konvergen dengan orang lain. Ketika orang melakukan konvergensi, mereka bergantung pada persepsi mereka mengenai tuturn atau perilaku orang lainnya. Selain persepsi mengenai orang lain, konvergensi juga didasarkan pada ketertarikan (Giles et al, 1987). Biasanya, ketika para komunikator saling tertarik, mereka akan melakukan konvergensi dalam percakapan. Ketertarikan merupakan istilah yang luas dan mencakup beberapa karakteristik lainnya seperti kesukaan, karisma dan kredibilitas. Giles dan Smith (1979) percaya bahwa beberapa faktor mempengaruhi ketertarikan kita terhadap orang lain, misalnya, kemungkinan akan interaksi berikutnya dengan pendengar, kemampuan pembicara untuk berkomunikasi dan perbedaan status di antara kedua komunikator. 20 Memiliki keyakinan yang sama, kepribadian yang sama, atau berperilaku dalam cara yang sama menyebabkan orang tertarik satu sama lain dan sangat mungkin untuk mendorong terjadinya konvergensi. Menemukan kesamaan terjadi sejalan dengan waktu. Orang mungkin tidak langsung mengetahui apakah mereka tertarik satu sama lain dan apakah ini akan menuntun pada pengidentifikasian persamaan-persamaan mereka. Dan sejarah hubungan antara komunikator juga merupakan isu yang penting dalam konvergensi. (West & Turner, 2013: 3. 222-223). Divergensi Divergensi adalah ketika terdapat usaha untuk menunjukan persamaan antara para pembicara. Dengan kata lain, dua orang berbicara dengan satu sama lain tanpa adanya kekhawatiran mengenai akomodasi satu sama lain. Ketika orang melakukan divergensi, mereka memutukan untuk mendisosialisasikan diri mereka dari komunikator dan percakapan tersebut. Alasan-alasan untuk divergensi dapat bervariasi. Divergensi merupakan satu cara bagi para anggota komunitas budaya yang berbeda untuk mempertahankan identitas social. Giles dan koleganya (1987) mengamati bahwa ada peristiwa dimana orang-orang yaitu kelompok ras dan etnis “secara sengaja menggunakan bahasa mereka atau gaya bicara sebagai taktik simbolis untuk mempertahankan identitas, kebanggaan budaya dan keunikan mereka” (hal28). Divergensi sering terjadi dalam percakapan ketika terdapat perbedaan kekuasaan di antara para komunikator dan ketika terdapat perbedaan peranan yang jelas dalam percakapan (dokter-pasien, orang tua-anak, pewawancaraterwawancara dan seterusnya) (Street, 1991; Street & Giles. 1982). (Street (1991). Misalnya, menyatakan bahwa “para interaktan yang memiliki status lebih tinggi mungkin akan berbicara dalam jangka waktu yang lebih lama, memulai hampir semua topik pembicaraan, berbicara lebih perlahan, dan mempertahankan postur tubuh yang lebih santai dibandingkan yang kurang berkuasa” (hal 135). Divergensi cenderung terjadi karena lawan bicara dalam percakapan dipandang sebagai “anggota dari kelompok yang tidak diinginkan diangap 21 memiliki sikap-sikap yang tidak menyenangkan atau menunjukan penampilan yang jelek” (Street & Giles, 1982, hal 195). Giles dan koleganya (1987) menyatakan bahwa divergensi dugunakan untuk mengontraskan citra diri dalam suatu percakapan. (West & Turner, 2013: 3. 225-227). Akomodasi Berlebihan: Miskomunikasi Dengan Tujuan Jane Zuengler (1991) mengamati bahwa akomodasi berlebihan (overaccomodation) adalah “label” yang diberikan kepada pembicara yang dianggap pendengar terlalu berlebihan” (hal.239). Istilah ini diberikan kepada orang yang, walaupaun bertindak berdasarkan niat yang baik, malah dianggap merendahkan. Akomodasi berlebihan dapat terjadi dalam tiga bentuk, akomodasi berlebihan sensoris, akomodasi berlebihan ketergantungan, dan akomodasi berlebihan intergroup (Zuengler, 1991). Akomodasi berlebihan Sensoris (sensory accommodation) terjadi ketika seorang pembicara beradaptasi secara berlebihan pada lawan bicaranya yang dianggap terbatas dalam hal tertentu. Batasan dalam hal ini merujuk pada keterbatasan linguistic atau fisik. Yaitu, pembicara mungkin yakin bahwa ia peka terhadap ketidakmampuan berbahasa seseorang atau terhadap kekurangan fisik seseorang tetapi terlalu berlebihan dalam melakukan akomodasi. Jenis akomodasi berlebihan yang kedua, akomodasi berlebihan ketergantungan (dependency overaccomodation) yang terjadi ketika seorang pembicara secara sadar atau tidak sadar menempatkan pendengar dalam peranan status yang lebih rendah, dan pendengar dibuat tampak tergantung pada pembicara. Dalam akomodasi berlebihan ketergantungan, pendengar juga percaya bahwa pembicara mengendalikan percakapan untuk menunjukan status yang lebih tinggi. Jenis akomodasi berlebihan yang ketiga adalah akomodasi berlebihan intergroup (intergroup accommodation). Hal ini melibatkan para pembicara yang menempatkan pendengar ke dalam kelompok tertentu, dan gagal untuk memperlakukan tiap orang sebagai seorang individu, inti dari akomodasi berlebihan jenis ini adalah stereotip, dan dapat muncul dampak yang sangat 22 parah. Walaupaun mempertahankan identitas ras dan etnis merupakan hal yang penting, identitas individual juga sama pentingnya. Akomodasi berlebihan biasanya menyebabkan pendengar untuk mempersepsikan diri mereka tidak setara. Terdapat dampak yang serius dalam akomodasi berlebihan, termasuk hilangnya motivasi untuk mempelajari bahasa lebih jauh, menghindari percakapan, dan membentuk sikap negatif kepada pembicara dan juga masyarakat (Zuengler, 1991). Jika salah satu tujuan komunikasi adalah mencapai makna yang dimaksudkan, akomodasi berlebihan merupakan penghalang utama bagi tujuan tersebut. Maka dari itu dengan melakukan rapat atau briefing pra pelaksanaan event maka proses akomodasi akan terjadi secara alami yang mengarah kepada suatu event. (West & Turner, 2013: 3. 227-229). Akomodasi Akomodasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan, memodifikasi atau mengatur perilaku seseorang dalam responsnya terhadap orang lain. Akomodasi biasanya dilakukan secara tidak sadar. Kita cenderung memiliki naskah kognitif internal yang kita gunakan ketika kita berbicara pada orang lain, di mana tiap percakapan yang kita miliki membutuhkan sebuah kartu dalam memberikan respons. (West & Turner, 2013: 3. 217). Dengan mengingat bahwa akomodasi dipengaruhi oleh beberapa keadaan personal, situasional, dan budaya, yang sepenuhnya diwujudkan melalui komunikasi, maka diidentifikasikan asumsi terkait teori akomodasi yaitu teori akomodasi komunikasi. 2.2.4 Special Event/Peristiwa Khusus Special event atau peristiwa khusus merupakan kegiatan perusahaan karena mampu memuaskan minat orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan; mampu meningkatkan pengetahuan; dan memenuhi kesenangan penonton. (Moore, 2005: 2. 321-341). 23 Jenis-Jenis Peristiwa - Hari-hari dan pekan-pekan khusus Satu organisasi seringkai memiliki suatu hari atau pekan tertentu yang diresmikan untuk tujuan dan kegiatan organisasinya yang ditetapkannya secra resmi. - Pameran dan Pertunjukan Pameran dan pertunjukan barang dan jasa yang memikat minat khalayak adalah penting dari kebanyakan program. Peran dagang, bisnis dan profesi nasional, pecan raya internasional serta pameran lokal dan regional menyediakan berbagai sarana untuk dipertunjukan. - Rapat dan Konferensi Konferensi, konvensi dan rapat diselenggarakan dengan para pemuka pendapat dan tokoh masyarakat dari luar. Semua pertemuan itu memberi kesempatan kepada manajemen untuk berkomunikasi secara pribadi dengan unsur-unsur penting masyarakat guna mendengarkan berbagai pandangan dan mempertimbangkan kebijaksanaan serta program perusahaan. - Hadiah Khusus Berbagai hadiah khusus bagi para karyawan, pemilik saham, pedagang atau para pelanggan merupakan kesempatan bagi perusahaan. Tropi, sertifikat, medali, darmawisata, pesta makan dan promosi yang diberikan kepada karyawan sebagai imbalan terhadap saran, jumlah kehadiran, lamanya tugas, catatan keselamatan, prestasi penjualan dan prestasi lainnya diberikan oleh humas, baik dalam penerbitan karyawan maupun media massa. Hadiah untuk para pedagang diberikan pada saat ada pertemuan atas prestasi penjualan, kerjasama, perdagangan atau efisiensi manajemen mereka. - Kontes Berbagai kontes bagi para konsumen, pemilik saham, para karyawan dan para pedagang terkandung dalam berbagai program di beberapa organisasi. Kontes itu merangsang minat masyarakat dan menggerakkan semangat persaingan dan hasrat berprestasi. - Peresmian Peresmian sarana dan jasa baru memberikan peluang penting. (Moore, 2005: 2. 321-341). 24 Kebijakan dan Tujuan Peristiwa Khusus Kebijakan dan tujuan khusus untuk peristiwa khusus ditetapkan oleh suatu panitia guna pengarahan manajemen dan staf dalam merencanakan dan menetapkan peristiwa-peristiwa khusus. Adalah kebijaksanaan perusahaan untuk menyelenggarakan peresmian gedung, mengadakan perjalanan, dan berperan serta dalam beberapa peristiwa khusus yang memberi kita suatu kesmepatan untuk memperlihatkan itikad baik kita kepada masyarakat dan juga untuk memperoleh rekan dan pelanggan baru. Dalam perencanaan peristiwa khusus suatu pernyataan yang luas tentang tujuan penyelenggaraan sangatlah penting dalam menetapkan tema, perhatian, jangkauan dan program. Tujuan tersebut tersebut sebaiknya mempertimbangkan minat khusus, latar belakang dan pengetahuan orangorang yang diundang. Persiapan pada Persitiwa Khusus - Penunjukan coordinator keseluruhan Sang coordinator bertanggung jawab untuk menentukan beberapa tujuan peristiwa tersebut, memberi nama peristiwa tersebut, memilih hari, menentukan tamu-tamunya, dan mengatur transportasi dan parkir, resepsi, pemberitaan, kerjasama masyarakat, program dan tindakan lanjutan peristiwa tersebut. - Pemberian Nama Peristiwa Nama sebuah peristiwa khusus menunjukan tujuan atau tamu yang diundang pada peristiwa tersebut. - Tema dan Pembicara Tema dan pembicara serta peserta diskusi untuk keseluruhan pertemuan sebaiknya ditetapkan sekurang-kurangnya enam bulan sebelum hari pelaksanaan. - Pemilihan hari Hari sebaiknya dipilih yang tidak akan berbenturan dengan hari libur yang resmi atau peristiwa penting lainnya dalam masyarakat. Penyelesaian berbagai sarana yang dibutuhkan sebaiknya dipertimbangkan, seperti adanya para pelaksana utama dan waktu yang dibutuhkan dalam persiapan. 25 - Perkiraan Biaya Daftarkan semua kemungkinan pengeluaran di luar anggaran, ini semua meliputi biaya perangko, makanan, jamuan waktu istirahat, upah para teknisi audiovisual, dan seterusnya. - Daftar Fasilitas Ruangan untuk pertemuan, jamuan makan, jamuan ringan, waktu istirahat, penyegaran dan pendaftaran, sebaiknya disediakan dan perkiraan jumlah undangan sebaiknya diperhatikan. - Korespondensi Dengan Pembicara Kirimkan undangan kepada para pembicara yang meliputi hari, tanggal, jam dan tempat, honorarium, serta informasi mengenai transportasi. - Tamu Tujuan peristiwa khusus menentukan siapa saja yang sebaiknya diundang. - Pengaturan Cetakan Undangan atau formulir pendaftaran untuk suatu pertemuan sebaiknya dikirimkan sekurang-kurangnya tujuh minggu sebelum pertemuan dilaksanakan. - Penunjukan Staf Akhir Beritahukan pada para teknisi audiovisual secara tertulis mengenai daftar peralatan khusus. Pilihlah staf untuk pendaftaran. Aturlah distribusi lencana dan acara. Tentukan seseorang untuk mengawasi rincian yang tak terduga. - Resepsi Panitia resepsi menyambut sendiri semua tamu, mendaftar tamu penting, dan memberikan tanda nama dan daftar acara. - Makanan dan Minuman Serta Cenderamata Makanan dan minuman disajikan kepada para tamu selama masa selang dalam suatu program singkat atau pada akhir acara. - Publisitas Praperistiwa Media publisitas praperistiwa diselenggarakan oleh bagian yang berwenang 30 atau 60 hari sebelum peristiwa berlangsung. - Kerjasama Komunitas 26 Suatu subpanitia dari panitia peristiwa khusus yang terdiri dari para pemuka pendapat setempat ditunjuk untuk membantu perencanaan. (Moore, 2005: 2. 321-341). Selain akomodasi komunikasi agar mencapai makna, kegiatan yang dilakukan Marketing Communications BeritaSatu Media Holdings, diperlukan sinkronisasi komunikasi yang baik antar anggota. 27 2.2.5 Kerangka Konsep Komunikasi Komunikasi Organisasi Komunikasi ke Bawah Komunikasi ke Atas Konvergensi Komunikasi Horisontal Komunikasi Selentingan Teori Akomodasi Komunikasi Komunikasi Lintas Saluran Divergensi Event Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pada penelitian yang membahas mengenai pola komunikasi akomodasi pra pelaksanaan eventi ini di dasari oleh teori akomodasi komunikasi yang terdapat konvergensi dan divergensi di dalamnya dan hal tersebut terjadi dalam komunikasi dalam organisasi dengan pola melalui rapat, briefing pra event dan kegiatan seharihari di ruang lingkup pekerjaan atau luar pekerjaan dengan alur komunikasi horisontal dengan landasan keberhasilan komunikasi yang terjadi adalah sebuah event. 28