Kesenjangan Gender dalam Pendidikan

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
KESENJANGAN GENDER DALAM BIDANG PENDIDIKAN
RANIENCI ISTIQOMAH
Dosen
SITI AMANAH
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “Kesenjangan
Gender dalam Bidang Pendidikan” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum
pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan
tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain
kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini
saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan
pernyataan ini.
Bogor, 18 Mei 2015
Ranienci Istiqomah
NIM. I34120156
iii
ABSTRAK
RANIENCI ISTIQOMAH. Kesenjangan Gender dalam Bidang Pendidikan. Dibawah
bimbingan SITI AMANAH.
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kemajuan pembangunan, karena
pendidikan dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Berbagai
peraturan ditetapkan oleh pemerintah agar seluruh masyarakat Indonesia dapat
bersekolah. Pemerintah sudah menyediakan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yaitu
sekolah gratis. Namun pada kenyataannya, masih banyak masyarakat yang tidak
bersekolah. Dan dalam pendidikan juga terjadi permasalahan kesenjangan gender.
Perempuan memiliki partisipasi yang rendah dalam pendidikan dibanding laki-laki.
Kesenjangan gender dapat terjadi karena berbagai faktor seperti pada aspek kebijakan,
sosial-ekonomi, dan budaya. Selain itu kesenjangan gender berdampak pada pemenuhan
kebutuhan. Oleh karena itu, tulisan ini akan menganalisis kesenjangan gender yang
terjadi dalam bidang pendidikan.
Kata Kunci : pendidikan, kesenjangan gender, pemerintah
ABSTRACT
RANIENCI ISTIQOMAH. Gender Gap in Education. Supervised by SITI
AMANAH.
Education is a key to achieve development program, because education can improve
quality of human capital. A number of regulations issued by the Government of
Indonesia aimed at enabling citizens continue their school. The Government already
provided The School Operational Assistance (BOS) program. However, there are still
many people dropped out from school. There is also an issue gender gap in education.
Women have a lower participation in education than men. These factors are related to
many aspects, including policy, socio-economics, and cultural aspects. The gender gap
can occur due to various factors. Besides the gender gap have an impact on the
fufillment. Therefore, this paper will analyze the gender gaps in education.
Keywords : education, gender gap, government
iv
KESENJANGAN GENDER DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Oleh
RANIENCI ISTIQOMAH
I34120156
Laporan Studi Pustaka
sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
v
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh :
Nama Mahasiswa
: Ranienci Istiqomah
NIM
: I34120156
Judul
: Kesenjangan Gender dalam Bidang Pendidikan
dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
NIP. 19670903 199212 2 001
Mengetahui
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
NIP. 19670903 199212 2 001
Tanggal Pengesahan : ____________
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Studi Pustaka berjudul “Kesenjangan Gender dalam Bidang Pendidikan” ini dengan
baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi
Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Siti Amanah, sebagai dosen
pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan
hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan
terima kasih kepada orang tua tercinta, Papa Hafnizel dan Bunda Endrawati serta
Vivienci Istiqomah, Agung Hidayatullah, Havuzaenci Istiqomah, kakak dan adik-adikku
tersayang yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan doa bagi kelancaran
penulisan Studi Pustaka ini. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada keluarga besar
SKPM terutama teman-teman SKPM 49, teman-teman akselerasi 49, teman-teman IPB
49, dan teman-teman yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu sebagai teman
berdiskusi, saling bertukar pikiran, membantu dan memotivasi penulis dalam penulisan
dan penyelesaian Studi Pustaka ini.
Semoga laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, 18 Mei 2015
Ranienci Istiqomah
NIM. I34120156
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... ix
PENDAHULUAN ............................................................................................................1
Latar Belakang .............................................................................................................. 1
Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2
Metode Penulisan .......................................................................................................... 2
RINGKASAN PUSTAKA ...............................................................................................3
1. Jurnal ‘Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang Pendidikan dalam Menyongsong
Era Globalisasi (Herien Puspitawati 2007)’ ............................................................ 3
2. Jurmal ‘Pendidikan dan Pemajuan : Menuju Keadilan Gender (Ariefa Efianingrum
2008)’ ...................................................................................................................... 5
3. Jurmal ‘Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan (Rahmi Fitrianti & Habibullah
2012)’ ...................................................................................................................... 6
4. Jurmal ‘Kesenjangan Gender (Perempuan) dalam Mendapatkan Pendidikan pada
Masyarakat Pedesaan (Veronika Incing, Willy Trihardianto, Sugeng Rusmiwari
2013)’ ...................................................................................................................... 8
5. Prosiding ‘Analisis Situasi dan Kondisi Perempuan dalam Perspektif Gender di
Kabupaten Lampung Tengah (Endry Fatimaningsih 2008)’ ................................... 9
6.Skripsi ‘Faktor dan Dampak Ketimpangan Pendidikan Perempuan dalam
Kehidupan Perempuan (Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
(Fitri Gayatri 2008)’ .............................................................................................. 11
7. Jurmal ‘Kajian Kesetaraan Gender dalam Pendidikan di Sekolah Dasar Mitra PPL
PGSD (Dina Ampera 2012)’ ................................................................................. 13
8. Jurmal ‘Diskriminasi Gender terhadap Perempuan dalam Sektor Pekerjaan
(Khusnul Khotimah 2009)’ ................................................................................... 15
9. Jurmal ‘Narrowing The Education Gender GAP In Developing Countries’
(Elizabeth M.King, J.R. Peterson, S.M. Adioetorao, L.J. Domingo, S.H.Syed
1986) ...................................................................................................................... 16
10. Jurmal ‘Kausalitas antara Fundamental Ekonomi Daerah dan Peran Wanita dalam
Pembangunan (Amin Pujiati 2012)’ ...................................................................... 17
11. Jurmal ‘Analisis Interseksionalitas terhadap Rancangan Aksi Nasional
Penghapusan Perdagangan (Trafficking) Perempuan dan Anak (Herlina Permata
Sari 2005)’ ............................................................................................................. 19
viii
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................21
Gender ......................................................................................................................... 21
Konsep Gender ....................................................................................................... 21
Fenomena Kesenjangan Gender .............................................................................. 22
Pendidikan ................................................................................................................... 22
Konsep Pendidikan .................................................................................................. 22
Kesenjangan Gender dalam Pendidikan...................................................................... 22
Faktor Kesenjangan Gender .................................................................................... 22
Dampak Kesenjangan Gender ................................................................................. 23
SIMPULAN ....................................................................................................................24
Hasil Rangkuman dan Pembahasan ............................................................................ 24
Usulan Kerangka Baru ................................................................................................ 24
Perumusan Masalah dan Pertanayaan Penelitian Skripsi ............................................ 25
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................26
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................28
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Analisis .......................................................................................... 24
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan, pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk
mencapai 237.641. 326 juta jiwa, dengan persentase jumlah penduduk laki-laki 50,17 %
dan persentase jumlah penduduk perempuan 49,83 % (BPS 2010)1. Data tersebut
menunjukkan bahwa komposisi penduduk Indonesia laki-laki dan perempuan hampir
seimbang. Oleh karena itu pemerintah membuat kebijakan mengenai hak dan kewajiban
bagi laki-laki dan perempuan agar tidak terjadi diskriminatif. Menurut Kantor Menteri
Negara Peranan Wanita (1998) yang tercantum dalam GBHN 1993 menyebutkan bahwa
perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam
pembangunan. Dalam UU No. 7 Tahun 1984 juga telah mengesahkan konvensi
penghapusan segala bentuk diskriminasi pada perempuan. Adanya kebijakan tersebut
menunjukkan bahwa dalam pembangunan di segala bidang, laki-laki dan perempuan
mempunyai peranan yang sama dalam hal merencanakan, melaksanakan, memantau,
serta menikmati hasil-hasil pembangunan.
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya kesenjangan
gender, karena dengan pendidikan baik laki-laki dan perempuan dapat mengetahui dan
mendapatkan ilmu tentang gender. Dengan demikian, lembaga pendidikan memiliki
peran dalam mensosialisasikan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat
tidak terkecuali nilai dan norma tentang gender dalam buku-buku pelajaran dan kondisi
belajar-mengajar (Khotimah, 2008). Dalam pendidikan, hal tersebut dapat dilihat dalam
kurikulum, karena kurikulum menggambarkan tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga
pendidikan yang dijabarkan melalui materi pembelajaran, pokok bahasan, dan kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan GBHN 1999-2004 serta UU No 25 Tahun 2000 tentang
Propenas dan Kesepakatan Forum Pendidikan Dunia tekait pendidikan untuk semua
disepakati bahwa pendidikan harus menerapkan kesetaraan gender termasuk
merumuskan kurikulum yang berbasis pada kesetaraan gender (Khotimah, 2008).
Namun menurut Khotimah (2008) dari data yang diperolehnya perempuan masih
mengalami ketertinggalan. Hal tersebut dilihat dari angka partisipasi sekolah, angka
melek huruf, akses pendidikan pada seluruh jenjang pendidikan serta buku-buku bahan
ajar antara laki-laki dan perempuan. Buku bahan ajar masih bias gender. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perumusan kurikulum belum berbasis pada kesetaraan gender.
Kesenjangan gender hingga sekarang masih saja terjadi di berbagai bidang dalam
kehidupan manusia, seperti dalam bidang pertanian, perikanan dan bidang lainnya.
Pendidikan yang merupakan salah satu cara untuk dapat mewujudkan kesetaraan gender
juga masih mengalami kesenjangan gender. Berbagai hal yang dapat menyebabkan
terjadinya kesenjangan gender. Dampak yang ditimbulkan akibat kesenjangan gender
pun juga beragam. Oleh karena itu, tulisan ini akan memaparkan mengenai kesenjangan
gender dalam pendidikan.
1
http://www.sp2010.bps.go.id (diakses pada tanggal 26 Maret 2014)
2
Tujuan Penulisan
Kegiatan pembangunan tidak terlepas dari partisipasi laki-laki dan perempuan.
Namun partisipasi laki-laki dan perempuan tidak seimbang atau tidak merata dalam
pembangunnan sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan gender. Oleh karena itu
tujuan dari penulisan studi pustaka ini adalah untuk menganalisis kesenjangan gender
yang terjadi dalam pendidikan, menganalisis faktor penyebab terjadinya kesenjangan
gender, serta menganalisis dampak dari kesenjangan gender terhadap pemenuhan
kebutuhan laki-laki dan perempuan dalam pendidikan.
Metode Penulisan
Metode yang dilakukan dalam penulisan studi pustaka ini adalah penelaahan dan
analisis data sekunder yang relevan dengan topik studi pustaka. Langkah pertama ialah
pengumpulan berbagai data sekunder berupa hasil penelitian skripsi, jurnal, artikel
ilmiah maupun buku-buku yang berkaitan dengan gender. Kemudian data sekunder
tersebut dipelajari, diringkas, dan disusun menjadi sebuah ringkasan studi pustaka yang
relevan dengan gender. Terakhir sebuah kerangka teoritis yang menjadi dasar
perumusan masalah bagi penelitian yang akan dilakukan.
RINGKASAN PUSTAKA
1. Judul
: Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang
Pendidikan dalam Menyongsong Era Globalisasi
Tahun
Jenis pustaka
Bentuk pustaka
Nama penulis
Kota dan nama
penerbit
Nama jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
: 2007
: Makalah
: Elektronik
: Herien Puspitawati
:-
Tanggal diunduh
: 24 April 2015
:: - : 21
:http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/31963
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai
pentingnya pengarusutamaan gender (PUG) di bidang pendidikan, karena pemerintah
Indonesia telah banyak mengeluarkan kebijakan untuk mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender seperti INPRES Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional untuk melakukan semua proses
pembangunan dengan melibatkan laki-laki dan perempuan, UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi
Konvensi Penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan yang menjadi
landasan kebijakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Indonesia juga mengacu
pada 8 (delapan) tujuan utama Millenium Development Goal (MDGs) sampai tahun
2015, yaitu laki-laki dan perempuan dapat mengeyam pendidikan dasar pada tahun 2015
dan mempromosikan kesetaraan dan pemberdayaan perempuan namun hal tersebut
belum terwujud.
Data statistik menunjukkan masih terjadinya kesenjangan gender di bidang
pendidikan dilihat dari aspek akses dan pemerataan pendidikan, mutu dan relevansi
serta manajemen pendidikan. Angka Gender-Related Development Index (GDI)
Indonesia pada tahun 2004 mencapai 0,704 masih rendah jika dibandingkan dengan
Vietnam, Filipina, Cina, Thailand, Malaysia. Kesenjangan aspek pemerataan pendidikan
terjadi pada Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka melek huruf. Pada mutu dan relevansi terjadi bias
gender dalam materi bahan ajar dan proses pembelajaran. Manajemen pendidikan
kesenjangan terjadi dalam pengambilan kebijakan yang lebih didominasi oleh laki-laki.
Jadi secara umum, di Indonesia masih banyak terjadi kesenjangan gender dalam
pendidikan baik di kota maupun di desa. Kebijakan pemerintah yang netral gender
secara tidak langsung akan mengacu kepada kesenjangan gender.
Pada era globalisasi ini, tuntutan SDM yang berkualitas semakin tinggi,
sehingga laki-laki dan perempuan Indonesia harus memiliki pengetahuan yang tinggi.
Oleh karena itu, penulis menekankan pentingnya pengarusutamaan gender (PUG) dalam
pendidikan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui penyusunan,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi sehingga terwujudnya SDM yang
4
berkualitas. Menganalisis kebijakan gender di bidang pendidikan dilihat dari akses yang
mengacu pada apakah semua anak laki-laki dan perempuan memperoleh peluang yang
sama dalam pendidikan, partisipasi yang mengacu pada apakah semua laki-laki dan
perempuan dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan pendidikan, kontrol atau
penguasaan mengacu pada apakah semua laki-laki dan perempuan mempunyai
kewenangan untuk mengambil keputusan bagi dirinya, dan manfaat mengacu pada
apakah semua laki-laki dan perempuan telah memperoleh manfaat dari pembangunan
pendidikan.
Kualitas SDM dilihat dari segi pendidikan yaitu afeksi, kognisi, dan psikomotor
dan segi kecerdasan yaitu kecerdasan nalas atau daya pikir (IQ), kecerdasan emosional
(EQ), kecerdasan adversity (AQ), kecerdasan finansial (FQ), dan kecerdasan emosional
spritual (ESQ). Kualitas perempuan sangatlah penting dalam menentukan tumbuh
kembang anak-anaknya sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, fisik, mental,
psikologis dan talenta perempuan harus dalam kondisi yang baik yang dimulai dari
pendidikan yang tinggi. Tantangan di era globalisasi dalam prestasi pendidikan
perempuan adalah meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan kualitas dan peran
perempuan dalam pembangunan serta mempersempit kesenjangan gender dalam akses,
partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan yang dilihat dari Gender-related
Development Index (GDI) Indonesia dan Gender Empowerment Measurement (GEM)
Indonesia.
Strategi untuk meningkat pendidikan perempuan dapat dilakukan melalui
beberapa pendekatan, yaitu; (1) Women help Women yaitu pendekatan yang dilakukan
antar perempuan untuk membantu meningkatkan kinerja sesama perempuan; (2) Men
help Women yaitu laki-laki membantu perempuan untuk meningkatkan kualitas
SDMnya; (3) Families help Women yaitu keluarga meningkatkan peran dan fungsi
untuk mendidik anak-anaknya dengan memperhatikan kebutuhan khusus; (4)
Government and Community Institutionshelp Women yaitu semua strategi pemerintah
dilandasi oleh wawasan gender sehingga kebijakan yang disusun sudah responsif
gender.
Analisis:
Dalam makalahnya, penulis menekankan bahwa pengarusutamaan gender
penting untuk dapat meningkatkan pendidikan perempuan. Kebijakan-kebijakan
pemerintah belum berjalan dengan baik. Kebijakan tersebut masih netral gender namun
secara tidak langsung mengacu pada bias gender. Penulis juga memaparkan mekanisme
PUG yang telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional serta checklist
kesetaraan gender bidang pendidikan dari tingkat keluarga dan masyarakat dan peran
perguruan tinggi dalam pendidikan. Penulis melihat dari berbagai aspek mengenai
kondisi kesenjangan gender yang terjadi dalam pendidikan. Selain itu penulis juga
menjabarkan konsep-konsep yang berhubungan dengan gender seperti pengertian dari
PUG, Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) dan lain-lain. Penulis berpendapat
bahwa mendidik perempuan sama dengan mendidik bangsa karena perempuanlah yang
mendidik dan melindungi anak-anaknya dengan menitikberatkan pada kualitas SDM
yang dapat dimulai dengan meningkatkan kualitas pendidikan perempuan. Penulis ingin
membuka wawasan pembaca dengan mencantumkan hal-hal yang harusnya kita
pikirkan terkait dengan pendidikan.
5
2. Judul
Tahun
Jenis pustaka
Bentuk pustaka
Nama penulis
Kota dan nama
penerbit
Nama jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Pendidikan dan Pemajuan : Menuju Keadilan
Gender
: 2008
: Jurnal
: Elektronik
: Ariefa Efianingrum
:: Jurnal Fondasia
: 13 halaman
:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Artikel%20F
ondasia%202008.pdf
: 7 Maret 2015
Pendidikan merupakan suatu hak asasi bagi manusia serta jalan untuk terlepas
dari kemiskinan. Dan pendidikan berhak untuk semua orang untuk dapat merubah
keadaannya. Namun pada kenyataan kesenjangan gender masih terjadi dalam
pendidikan. Kesenjangan tersebut akan menghambat perempuan untuk maju dan
melepaskan diri dari kemiskinan. Perempuan membutuhkan akses untuk dapat
berpartisipasi dalam masyarakat. Faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan
gender yaitu faktor struktural dan kultural serta kebijakan pembangunan yang kurang
sensitif gender dan masih banyaknya praktik budaya yang bias gender. Pemahaman
mengenai gender sangat diperlukan, karena perbedaan gender memiliki kaitan yang erat
dengan ketidakadilan gender. Ketika perbedaan gender melahirkan ketidakadilan
gender, hal tersebut akan menyebabkan permasalahan bagi laki-laki dan perempuan.
Ketidakadilan gender telah merambah ke berbagai bidang. Dalam bidang pendidikan,
ketidakadilan gender terlihat dari partisipasi perempuan yang rendah dalam pendidikan,
bias gender dalam buku-buku sekolah untuk anak Sekolah Dasar dan wilayah hubungan
antara pendidik dengan terdidik.
Dalam buku sekolah masih terdapat stereotipe yang berhubungan dengan
kesenjangan gender, sehingga perlu direvisi agar tercipta kesetaraan gender antara lakilaki dan perempuan. Dalam pembangunan partisipasi perempuan juga masih mengalami
hambatan walaupun sudah banyak kebijakan terkait kesetaraan dan keadilan gender.
Selain itu ketertinggalan perempuan bisa dilihat dari tingkat pendidikan perempuan
yang masih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki, angka kematian ibu hamil (AKI)
yang masih tinggi, posisi perempuan dalam politik masih rendah, peraturan yang
diskriminatif juga masih ada, tingkat kemiskinan yang masih banyak melanda
perempuan (janda, lanjut usia).
Kebijakan kesetaraan dan keadilan gender yang telah ditetapkan belum dapat
menghilangkan terjadinya kesenjangan gender. Salah satu yang menghambat
terciptanya kesetaraan dan keadilan gender adalah praktik budaya. Budaya telah
menciptakan persepsi bahwa perempuan adalah manusia yang mengurusi rumah.
Budaya tersebut dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksikan.
Perubahan sangat perlu dilakukan agar perempuan dan laki-laki mempunyai hak dan
kewajiban yang sama. Kesetaraan gender dilakukan untuk menghapus kesenjangan dan
ketidakadilan struktural. Kesadaran dan keadilan gender harus ditumbuhkan dalam
masyarakat, sehingga kesetaraan gender dapat ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
6
Penulis menyebutkan bahwa perlu pendidikan yang tidak diskriminatif.
Tujuannya adalah untuk meyetarakan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Selain
itu agar perempuan dapat menjadi agen perubahan sehingga dapat mengurangi
kemiskinan yang selama ini banyak dialami masyarakat khususnya perempuan.
Peningkatan dalam pendidikan akan meningkatkan status perempuan.
Analisis:
Kemiskinan mempunyai keterikatan dengan pendidikan. Pendidikan dapat
menentukan kesejahteraan, dan pendidikan yang rendah menjadi salah satu penyebab
kemiskinan. Pendidikan perempuan yang rendah membuat perempuan banyak berada
dalam kondisi kemiskinan. Hal tersebut karena kesenjangan gender yang terjadi dalam
pendidikan seperti kurangnya akses perempuan dalam pendidikan. Terdapat 2 faktor
penyebab kesenjangan gender yaitu faktor struktural dan faktor kultural serta kebijakan
pembangunan yang belum sensitif gender dan praktik budaya yang masih bias gender.
Kesenjangan gender terjadi dalam berbagai hal, misalnya dalam buku bahan ajar
khusunya Sekolah Dasar (SD) yang masih memperlihatkan perbedaan antara laki-laki
da perempuan. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menghilangkan
ketidakadilan gender belum berhasil. Penghambatnya adalah budaya yang masih
melekat dengan masyarakat yang disosialisasikan dari generasi ke generasi. Oleh karena
itu, perlu pendidikan gender sejak dini kepada anak-anak agar dapat tercipta kesetaraan
dan keadilan gender.
3. Judul
Tahun
Jenis pustaka
Bentuk pustaka
Nama penulis
Kota dan nama
penerbit
Nama jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan
: 2012
: Jurnal
: Elektronik
: Rahmi Fitrianti & Habibullah
:: Jurnal Sosiokonsepsia
: 17 (01) : 16
:http://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/bbd6c37
8095e1ce3e45398f3789b5bc6.pdf
: 7 Maret 2015
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang yang
masih banyak ditemukan ketidaksetaraan gender dalam pendidikan. Sarana pendidikan
di Kecamatan Majalaya sangat terbatas. Kecamatan Majalaya hanya memiliki 17 unit
Sekolah Dasar (SD) dan 2 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP).
Ketidaksetaraan gender dalam pendidikan dapat dilihat dari informan yang
berumur 30 tahun keatas. Pada saat itu persentase tamatan SD mencapai 22%. Terdapat
lima faktor yang menyebabkan terjadinya ketidaksetaraan gender dalam pendidikan
yaitu akses, partisipasi, kontrol, manfaat dan nilai. Masyarakat melihat akses,
partisipasi, kontrol dan manfaat serta nilai antara laki-laki dan perempuan untuk
menentukan pendidikan.
7
Dari segi akses, ketersediaan sarana dan fasilitas pendidikan menjadi kendala
masyarakat di Kecamatan Majalaya. Hal tersebut mempengaruhi minat masyarakat
Majalaya baik laki-laki dan perempuan untuk bersekolah. Pertimbangan faktor jarak
(lokasi sekolah jauh dari kecamatan) dan biaya menjadi kendala bagi masyarakat untuk
memustuskan melanjutkan pendidikan. Dalam hal ini laki-laki dan perempuan
mempunyai kesamaan peluang dalam pendidikan.
Dari segi partisipasi, dilihat dari keikutsertaan dan pengambilan keputusan
dalam pendidikan. Perempuan memiliki partisipasi yang rendah dalam pendidikan
karena laki-laki yang lebih diutamakan untuk berpartisipasi dalam pendidikan.
Ketidaksetaraan berpartisipasi dalam pendidikan antara laki-laki dan perempuan
disebabkan oleh persepsi yang terbentuk dalam masyarakat bahwa laki-laki adalah
prioritas pertama dan perempuan prioritas kedua dalam keluarga, sehinggal perempuan
kurang dilibatkan dalam pendidikan.
Dari segi kontrol, perempuan tidak memiliki kontrol dalam mengambil
keputusan. Kontrol atau pengambilan keputusan didominasi oleh orang tua. Dan kontrol
orang tua untuk memacu partisipasi dalam pendidikan masih berpihak kepada laki-laki.
Selain itu orang tua masih berperan dalam pemilihan jurusan bagi anak-anaknya.
Dari segi manfaat, dilihat dari dua aspek yaitu hasil dari pendidikan yang
ditempuh dan akibat dari berhenti sekolah. Pendidikan yang ditempuh baik SD, SMP
maupun SMA, semuanya memiliki manfaat bagi para informan. Hanya saja manfaat
yang diperoleh berbeda. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh maka
semakin banyak manfaat yang didapatkan. Akibat yang ditimbulkan karena berhenti
sekolah kurang bagus, karena mereka tidak dapat membantu suami mencari nafkah
terutama yang tamatan SD. Pekerjaan–pekerjaan lebih banyak tersedia bagi laki-laki.
Dari segi nilai, dilihat dari tradisi, perbedaan peranan dalam keluarga, dan
peranan perempuan saat ini. Tradisi memegang peranan penting dalam keberlanjutan
pendidikan perempuan. Salah satunya adalah tradisi menikah muda bagi perempuan.
Tradisi menikah muda menjadi faktor pendorong yang menyebabkan ketidaksetaraan
gender dalam pendidikan. Perbedaan peranan dalam keluarga yang sejak kecil
ditanamkan kepada anak laki-laki dan anak perempuan dalam pola pengasuhan juga
merupakan tindakan ketidaksetaraan gender. Seperti mengurus pekerjaaan rumah yang
dilakukan oleh perempuan sedangkan anak laki-laki memiliki kebebasan untuk
melakukan apapun. Peranan perempuan saat ini tidak jauh berbeda dengan peranan
perempuan dulu. Perempuan masih tetap mengurus urusan rumah tangga tanpa bantuan
laki-laki. Dan laki-laki tetaplah orang yang mengambil keputusan.
Faktor yang paling berpengaruh dalam ketidaksetaraan gender adalah nilai,
karena nilai bersifat turun-temurun sehingga membentuk stereotipe dalam masyarakat
tentang peran laki-laki dan perempuan. Stereotipe tersebut menciptakan ketidakadilan
gender khususnya bagi perempuan, karena stereotipe menjadi faktor pendorong
terjadinya marjinalisasi dan pensubordinasian perempuan dalam pendidikan. Selain itu
sterotipe juga menciptakan beban kerja bagi perempuan, karena ketika perempuan
bekerja membantu mencari nafkah, pekerjaan rumah tangga tetaplah menjadi urusan
perempuan tanpa bantuan laki-laki.
8
Analisis:
Penulis menggunakan konsep gender, ketidaksetaraan gender dan bentuk
ketidaksetaraan gender dalam penelitiannya. Ketidaksetaraan gender dapat dilihat dari 5
(lima) aspek yaitu, aspek akses, aspek partisipasi, aspek kontrol, aspek manfaat dan
aspek nilai. Dari kelima aspek tersebut yang paling mendominasi dan berpengaruh
dalam ketidaksetaraan gender adalah nilai yang dilihat dari tradisi, perbedaan peranan
dalam keluarga, dan peranan perempuan saat ini. Nilai yang diwariskan secara turuntemurun membentuk streotipe yang sulit diubah dalam masyarakat. Streotipe dapat
membentuk terjadinya marjinalisasi dan pensubordinasian perempuan khususunya
dalam pendidika. Streotipe juga menciptakan beban kerja bagi perempuan. Dan dari
kelima aspek tersebut perempuan tidak memiliki peran sama sekali dalam aspek kontrol.
Kontrol sepenuhnya dimiliki oleh orang tua termasuk dalam pemilihan jurusan yang
masih dipengaruhi oleh nilai-nilai masyarakat.
4. Judul
Tahun
Jenis pustaka
Bentuk pustaka
Nama penulis
Kota dan nama
penerbit
Nama jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Kesenjangan Gender (Perempuan) dalam
Mendapatkan Pendidikan pada Masyarakat Pedesaan
: 2013
: Jurnal
: Elektronik
: Veronika Incing, Willy Trihardianto, Sugeng
Rusmiwari
:: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
: 02 (01) : 3
:http://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fisip/article/do
wnload/65/92
: 24 April 2015
Penelitian ini dilakukan di Desa Tugurerejo, Blitar, Jawa Timur. Penulis
membahas tentang faktor-faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender serta dampak
yang ditimbulkan. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat pedesaan. Penelitian
dilakukan dengan teknik wawancara terbuka dengan sumber data yang digunakan
adalah primer dan sekunder dan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Alasan penulis membahas ini adalah karena di Desa Tugurejo ini masih banyak
terjadi kesenjangan gender khususnya kesenjangan dalam bidang pendidikan. Padahal
pendidikan merupakan pondasi karena pendidikan dapat mempengaruhi bidang lainnya.
Di Desa Tugurejo ini kebanyakan ibu-ibunya tamatan Sekolah Dasar (SD), bahkan tidak
sedikit pula yang tidak merasakan mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar.
Rendahnya pendidikan perempuan-perempuan di Desa Tugurejo berdampak
pada kualitas dan kesejahteraan masyarakat disana. Oleh karena itu, kebanyakan
pekerjaan bapak-bapak Desa Tugurejo adalah sebagai petani dan ibu-ibunya sebagai ibu
rumah tangga. Desa Tugurejo termasuk salah satu desa tertinggal di Indonesia karena
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) nya rendah. Hal tersebutkan menyebabkan desa
tersebut sulit berkembang.
9
Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya
kesenjangan dalam pendidikan masyarakat Desa Tugurejo adalah faktor ekonomi,
budaya, lingkungan, pergaulan, pola pikir, serta sarana dan prasarana pendidikan yang
minim. Hal tersebut dilihat dari cara pandangan masyarakat yang masih menganggap
bahwa tugas perempuan adalah mengurusi rumah tangga, masyarakat masih belum
menyadari pentingnya pendidikan bagi dirinya sendiri, orang tua yang menganggap
bahwa keselamatan kaum perempuan belum terjaga jika jauh dari orang tua, masih
lemahnya ekonomi masyarakat, dan fasilitas pendidikan di Desa Tugurejo belum dapat
dikatakan memadai.
Dampak yang ditimbulkan oleh kesenjangan gender dalam pendidikan adalah
lemahnya kesejahteraan dan perkembangan masyarakat karena lemahnya pendidikan
masyarakat serta pembangunan yang dilakukan juga masih lemah.
Analisis:
Dalam penelitiannya, penulis memfokuskan kepada kesenjangan gender yang
terjadi di bidang pendidikan pada masyarakat pedesaan dalam mendapatkan pendidikan.
Penulis memaparkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan gender
serta dampaknya, khususnya bagi perempuan. Faktor-faktor tersebut dapat dikatakan
sebagai variabel pengaruh (X) yang mempengaruhi masyarakat dalam mendapatkan
pendidikan. Variabel pengaruhnya adalah ekonomi, budaya, lingkungan, pergaulan,
pola pikir, serta sarana dan prasarana pendidikan yang minim. Sedangkan dampak dari
kesenjangan gender tersebut dapat dikatakan sebagai variabel terpengaruhnya.Variabel
terpengaruhnya adalah kesejahteraan dan perkembangan masyarakat. Namun penulis
tidak terlalu menjelaskan secara detail faktor-faktor tersebut, seperti pengukuran
pengaruh dari faktor tersebut seperti apa sehingga dapat dikatakan bahwa faktor tersebut
mempengaruhi masyarakat dalam pendidikan. Penulis hanya memaparkannya secara
umum. Selain faktor, penulis juga menjelaskan dampak yang ditimbulkan dengan
terjadinya kesenjangan gender dalam pendidikan. Hal yang sama juga terjadi dalam
penjelasan mengenai dampak. Penulis tidak menjelaskan bagaimana dampak tersebut
bisa terjadi dan mengapa faktor tersebut (variabel pengaruh) dapat mempengaruhinya.
5. Judul
Tahun
Jenis pustaka
Bentuk pustaka
Nama penulis
Kota dan nama
penerbit
Nama jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Analisis Situasi dan Kondisi Perempuan dalam
Perspektif Gender di Kabupaten Lampung Tengah
: 2008
: Prosiding
: Elektronik
: Endry Fatimaningsih
: FISIP Universitas Lampung
::-:8
:http://www.rudifebriamansyah.webege.com/web_doc
uments/endry_fatimaningsih_74-81.pdf
: 26 Maret 2015
10
Jika dilihat-lihat permasalahan yang ada di Indonesia banyak dialami oleh
perempuan dan anak-anak. Misalnya saja bidang pendidikan, masih banyak bahan ajar
(buku-buku) yang diskriminatif. Dalam bidang kesehatan, diperlihatkan oleh angka
kematian ibu yang tinggi dan kurangnya partisipasi laki-laki dalam kesehatan
keluarganya. Selain itu kekerasan dan perdagangan yang dialami perempuan dan anakanak juga sangat memprihatinkan. Adanya peraturan perundang-undangan yang ada
belum dapat menyelesaikan masalah-masalah di Indonesia khususnya masalah yang
dialami oleh perempuan dan anak-anak. Penelitian ini ingin mengetahui dan
menganalisis situasi dan kondisi perempuan yang berada di Kabupaten Lampung
Tengah dalam perspektif gender. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data
sekunder dari dokumen-dokumen kabupaten tersebut. penelitian ini melihat dari
beberapa aspek yaitu aspek kependudukan, bidang pendidikan, bidang kesehatan,
bidang ekonomi dan ketenagakerjaan dan bidang politik.
Dilihat dari kondisi penduduk, jumlah penduduk di Kabupaten Lampung Tengah
mengalami penambahan setiap tahunnya. Kondisi pendidikan di Kabupaten Lampung
Tengah dapat dilihat dari rata-rata lama sekolah, tingkat keaksaraan, dan APS (Angka
Partisipasi Sekolah). Rata-rata perempuan menamatkan jenjang pendidikan pada tingkat
SD (Sekolah Dasar) dan rata-rata laki-laki menamatkan pendidikan pada tingkat SMP
(Sekolah Menengah Pertama). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan
antara laki-laki dan perempuan dalam hal lama sekolah yang disebabkan oleh akses dan
kontrol yang kurang pada perempuan dalam menempuh pendidikan. Tingkat keaksaraan
dapat kita lihat dalam angka buta huruf dan angka melek aksara. Angka buta huruf pada
tahun 2003 menunjukkan perbedaan antara perempuan dan laki-laki rentang usia 10-14
dan 15-24 dengan perempuan dan laki-laki rentang usia 25 keatas. Angka buta huruf
perempuan pada rentang usia 10-14 dan 15-24 lebih rendah dibanding laki-laki tapi
angka buta huruf perempuan rentang usia 25 keatas lebih tinggi dibanding laki-laki.
Begitu juga dengan angka melek aksara. Angka melek aksara perempuan lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki. Hal yang sama juga terjadi pada APS (Angka Partisipasi
Sekolah), APS perempuan rentang usia 7-12 dan 13-15 lebih tinggi dibanding laki-laki
tapi APS perempuan rentang usia 16-18 lebih rendah dibanding laki-laki.
Bidang kesehatan dilihat dari angka keluhan penduduk (persentase penduduk
yang mempunyai keluhan), angka kesakitan dan lain-lain. Angka keluhan kesehatan dan
angka kesakitan menunjukkan perbedaan. Persentase angka keluhan lebih tinngi
perempuan, namun angka kesakitan menunjukkan persentase laki-laki lebih tinggi.
Kesenjangan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan terlihat dalam penggunaan alat
kontrasepsi. Data menunjukkan bahwa masih rendahnya partisipasi laki-laki dalam
penggunaan alat kontrasepsi.
Bidang ekonomi dan ketenagakerjaan, permasalahan-permasalahan kesenjangan
gender dapat dilihat seperti dalam jam kerja dan upah. Dalam hal ketenagakerjaan di
Kabupaten Lampung Tengah memperlihatkan adanya kesenjangan gender yang dilihat
dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki yang mengalami peningkatan
sedangkan perempuan mengalami penurunan. Selain itu dalam hal upah atau gaji juga
masih terjadi kesenjangan gender khususnya pekerja di sektor non-pertanian.
Bidang politik telah membuka kesempatan bagi perempuan untuk ikut
berpartisipasi dalam kepengurusan partai politik walaupun tidak sebesar kesempatan
yang dimiliki laki-laki. Penulis menyatakan bahwa hal tersebut karena perempuan
dianggap partisipasi pasif yang cenderung menjadi objek dari politik tersebut.
11
Analisis:
Penulis menganalisis gender di Kabupaten Lampung Tengah dengan melihat
beberapa aspek yaitu aspek kependudukan, bidang pendidikan, bidang kesehatan,
bidang ekonomi dan ketenagakerjaan dan bidang politik. Pendidikan yang ditamatkan
perempuan disana masih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. Namun saat ini
sudah mulai ada kemajuan, angka buta huruf perempuan tidak terlalu rendah,
perempuan yang bersekolah juga sudah mulai besar jumlahnya. Dalam kesehatan,
kesakitan lebih banyak dialami oleh laki-laki dibanding perempuan.Namun dalam
ketenagakerjaan, pekerja perempuan masih belum sebanyak laki-laki. Ketidakadilan
juga terdapat dalam bidang politik. Hal tersebut dilihat dari perbedaan jumlah kursi
perwakilan yang dapat ditempati oleh perempuan. Pikiran orang-orang mengenai
perempuan sebagai partisipasi pasif belum hilang. Oleh karena itu, masalah yang ada di
Indoensia kebanyakan terjadi pada perempuan dan anak-anak.
6. Judul
: Faktor dan Dampak Ketimpangan Pendidikan
Perempuan dalam Kehidupan Perempuan (Kasus:
Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Tahun
Jenis pustaka
Bentuk pustaka
Nama penulis
Kota dan nama
penerbit
Nama jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
: 2008
: Skripsi
: Elektronik
: Fitri Gayatri
: Institut Pertanian Bogor
Tanggal diunduh
: 24 April 2015
:: - :112 hal
:http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1874
Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
bertujuan untuk melihat apa saja faktor-faktor yang menyebabkan ketimpangan dalam
pendidikan dan dampak yang ditimbulkan oleh ketimpangan tersebut pada perempuan.
Alasannya karena di Kecamatan Cariu tersebut masih sangat tinggi angka ketimpangan
gender yang dilihat dari meningkatnya perbedaan jumlah siswa. Jumlah perempuan
yang bersekolah lebih sedikit dibanding laki-laki dari tingkat SMP ke tingkat SMA.
Masih terjadinya ketimpangan gender di Kecamatan Cariu karena kuatnya budaya yang
masih dipegang teguh oleh masyarakat. Oleh karena itu dilakukanlah penelitian dengan
menggunakan metode kuantitatif yang didukung oleh metode kualitatif dengan masingmasing caranya kuesioner dan wawancara mendalam kepada orang tua dan anak yang
dipilih secara acak sebanyak 30 orang responden. Responden orang tua usianya berkisar
antara 30 tahun sampai 75 tahun yang terbagi menjadi 2 kategori dengan tingkat
pendidikan secara umum tamatan SMP, sedangkan responden anak usianya berkisar
antara 15 tahun sampai 34 tahun yang juga terbagi menjadi 2 kategori.
Tingkat kepekaan orang tua dan anak dilihat dari wawasannya dalam isu gender
(marjinalisasi, subordinasi, streotipe, kekerasan, beban kerja). Dari kelima isu gender
tersebut, tiga diantaranya memperlihatkan bahwa orang tua dan anak-anak yang
memiliki tingkat kepekaan yang tinggi lebih besar daripada orang tua dan anak-anak
12
yang memiliki tingkat kepekaan yang rendah. Dua isu gender yang tingkat kepekaannya
lebih besar yang tinggi dibandingkan yang rendah adalah kekerasan dan marjinalisasi.
Isu gender memiliki keterhubungan dengan persepsi orang tua terhadap peran
pendidikan bagi anak perempuan dalam hal kepekaan orang tua. Semakin peka orang
tua terhadap isu gender maka semakin baik persepsi orang tua terhadap peran
pendidikan bagi anak perempuan.
Persepsi orang tua terhadap peran pendidikan akan menentukan pendidikan
anaknya. Pada masyarakat Kecamatan Cariu, masih banyak orang tua yang beranggapan
bahwa pendidikan tidak terlalu berperan bagi perempuan dalam memperoleh pekerjaan.
Hal tersebut dipengaruhi oleh streotipe yang masih melekat dengan masyarakat. Dalam
hal kehidupan sosial, beberapa responden masih beranggapan bahwa pendidikan tidak
mempunyai peran dalam keberlangsungan kehidupan sosial anak. Persepsi tersebut
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kepekaan responden terhadap isu gender beban
kerja. Tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya, dalam hal kehidupan berkeluarga
masih banyak responden yang beranggapan bahwa pendidikan tidaklah terlalu penting.
Persepsi tersebut dipengaruhi oleh jenis kelamin, tingkat pendapatan, dan kepekaan
orang tua terhadap isu gender beban kerja.
Persepsi anak terhadap peran pendidikan bagi perempuan dapat dikatakan masih
rendah. Responden anak-anak melihat bahwa pendidikan bagi perempuan hanya
berperan dalam memperoleh pendidikan. Hasil sebaran data menunjukkan bahwa 50%
responden anak-anak menganggap bahwa pendidikan berpengaruh dalam hal
memperoleh pendidikan. Persepsi tersebut berhubungan dengan usia, jenis kelamin, dan
kepekaan anak terhadap isu gender marjinalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan dan
beban kerja. Namun pendidikan tidak berpengaruh dalam hal kehidupan sosial dan
keluarga perempuan tersebut. Beberapa responden anak-anak beranggapan bahwa
pendidikan tidak berpengaruh dalam hal kehidupan sosial perempuan. Persepsi tersebut
berhubungan dengan kepekaan anak terhadap isu gender subordinasi, stereotipe, dan
beban kerja. Dalam kehidupan berkeluarga, persepsi responden anak-anak sama seperti
persepsi dalam hal kehidupan sosial. Masih banyak responden anak-anak tersebut tidak
menganggap pendidikan sebagai hal yang mempengaruhi kehidupan berkeluarganya.
Persepsi tersebut dipengaruhi kepekaan anak terhadap isu gender beban kerja.
Persepsi orang tua terhadap peran pendidikan bagi perempuan mempengaruhi
ketimpangan gender dalam pendidikan. Persepsi orang tua mengakibatkan orang tua
menjadi tidak peduli dan merasa pendidikan tidak penting bagi anak perempuannya
akan lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya. Kebanyakan orang tua di
Kecamatan Cariu akan menikahkan anaknya pada usia dini. Tidak berbeda dengan
persepsi orang tua, anak-anak juga beranggapan bahwa peran pendidikan tidak
berpengaruh besar dalam kehidupannya. Persepsi anak-anak mengenai peran pendidikan
juga menjadi penyebab ketimpangan gender dalam pendidikan karena beberapa anakanak tersebut tidak mempunyai keinginan untuk sekolah. Pengambilan keputusan dalam
menyekolahkan anak perempuannya juga dapat mengakibatkan ketimpangan gender.
Hal tersebut terjadi ketika pengambilan keputusan hanya melibatkan orang tua atau
anak yang dihubungkan dengan persepsi mereka mengenai pendidikan anak perempuan,
karena persepsi orang tua dan persepsi anak berpengaruh dalam mengambil keputusan
mengenai pendidikan anak perempuan.
13
Analisis:
Penulis menggunakan konsep gender, manifestasi ketidakadilan gender,
persepsi, pendidikan yang mencakup pengertian pendidikan, peranan keluarga dalam
pendidikan, faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap pendidikan, dampak
pendidikan terhadap kehidupan sosial budaya. Terdapat beberapa variabel pengaruh (X)
dan variabel terpengaruh (Y) yang digunakan oleh penulis. Variabel pengaruhnya, yaitu:
(1) Karateristik Orang Tua yang mencakup usia orang tua, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, kepekaan orang tua terhadap isu gender, tingkatan pendapatan orang tua;
(2) Karaketristik Anak yang mencakup usia anak, jenis kelamin anak, kepekaan anak
terhadapisu gender. Sedangkan variabel terpengaruhnya, yaitu; (1) Persepsi terhadap
Pendidikan yang mencakup persepsi orang tua terhadap pendidikan anak, persepsi anak
terhadap pendidikan, pengambilan keputusan pemberian pendidikan anak; (2)
Ketimpangan Pendidikan Perempuan; (3) Dampak Ketimpangan Pendidikan terhadap
Kehidupan Perempuan yang mencakup dampak ketimpangan pendidikan perempuan
terhadap kehidupan individu perempuan, dampak ketimpangan pendidikan perempuan,
terhadap kehidupanperempuan dalam bekeluarga, dampak ketimpangan pendidikan
perempuan terhadap kehidupan perempuan dalam bermasyarakat. Persepsi terhadap
pendidikan tersebut dikaitkan dalam memperoleh perkerjaan, dalam kehidupan sosial,
dalam hal kehidupan berkeluarga. Hasil dari penelitian dimasukkan kedalam tabel
sehingga lebih memudahkan dalam melihat ketimpangan yang terjadi dan lebih mudah
dalam mendeskripsikannya. Hasil penelitian membuktikan hipotesis penulis. Dalam
memperkuat hasil penelitiannya, penulis mencantumkan pernyataan beberapa
responden.
7. Judul
Tahun
Jenis pustaka
Bentuk pustaka
Nama penulis
Kota dan nama
penerbit
Nama jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Kajian Kesetaraan Gender dalam Pendidikan di
Sekolah Dasar Mitra PPL PGSD
: 2012
: Jurnal
: Elektronik
: Dina Ampera
:
: Jurnal Tabularasa
: 09 (02) : 18
:http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article23942-Dina%20Ampera.pdf
: 7 Maret 2015
Penelitian ini dilakukan di 3 (tiga) kota berbeda di Sumatera Utara yaitu di Kota
Medan, Binjai, dan Deli Serdang dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar yang menjadi mitra PPL Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) FIP Unimed mengenai pemahaman gender serta untuk mengungkapkan
berbagai kondisi gender yang telah lama tersosialisasi dalam sistem sosial masyarakat.
Alasan memilih lokasi tersebut karena anak-anak di perkotaan lebih responsive gender.
Responden dari penelitian ini adalah siswa-siswi SD yang aktif sekolah.
14
Sekolah adalah wadah atau tempat dimana peserta didik dapat menambah
wawasan dan pengetahuannya serta merubah pola pikir peserta didik. Pembelajaran
baiknya dilakukan sejak dini karena disanalah pembentukan awal sikap, pengetahuan
dan keterampilan dasar peserta didik seperti di Sekolah Dasar tak terkecuali
pembelajaran tentang gender. Dengan demikian, sudah tertanam dalam diri anak sikap
kesetaraan gender. Namun masih banyak bahan ajar, lingkungan, dan cara guru
mengajar yang belum responsive gender. Dengan kata lain, belum terpenuhinya
kebutuhan anak-anak tersebut untuk dapat mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.
Penerapan kesetaraan dan keadilan gender dapat lihat dari lingkungan, kegiatan, sumber
bahan ajar, guru-gurunya yang sudah berperspektif gender.
Aspek lingkungan dilihat dari pajangan positif tentang laki-laki dan perempuan,
pemisahan gender dalam bidang rutin seperti saat baris, daftar hadir, pembagian duduk
dalam kelas dan lain-lain, dominasi kegiatan tertentu, bekerjasama secara fair dengan
porsi yang sama, pembagian tugas piket. Persentase pajangan positif dan tidak bias
gender tentang laki-laki dan perempuan didominasi Kota Deli Serdang dengan 62,5%.
Pemisahan gender paling rendah di Kota Deli Serdang juga. Dengan kata lain di Kota
Deli Serdang tidak terjadi pemisahan gender saat berbaris, duduk, daftar hadir dan
pembagian duduk. Dominasi kegiatan tertentu antara laki-laki dan perempuan hanya
terjadi di Kota Medan. Dalam hal kerjasama, sekolah di ketiga kota tersebut rata-rata
siswanya bekerjasama secara merata dengan porsi yang sama. Pembagian tugas piket
juga tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Terkait bahan ajar (sumber bahan
ajar) masih terdapat bahan ajar yang memperlihatkan kesenjangan gender seperti “Ibu
memasak di dapur, Bapak membaca koran”. Hal tersebut terjadi diketiga kota tersebut.
Aspek guru dilihat dari permintaan mengerjakan sesuatu pada laki-laki dan
perempuan, kecepatan menjawab pertanyaan dari murid laki-laki dan perempuan,
keseimbangan guru memperhatikan murid laki-laki dan perempuandan lain-lain. Secara
umum di ketiga daerah tersebut, guru masih meminta siswa untuk mengerjakan
pekerjaan tertentu. Kecepatan guru menjawab pertanyaan dari murid laki-laki dan
perempuan tidak ada perbedaan jika dilihat secara keseluruhan karena lebih banyak
yang menjawab sama cepatnya. Masih ada guru yang memperlakukan muridnya tidak
sama dan hal tersebut terjadi di ketiga kota tersebut. Namun perhatian guru secara
gender ke muridnya masih besar karena mereka (murid) mengerjakan kegiatan yang
sama dengan tingkat kesulitan yang sama jadi tidak ada pilih kasih.
Analisis:
Penulis mengambil responden siswa-siswi Sekolah Dasar karena dimasa
tersebutlah pembentukan awal sikap anak-anak dan pada saat ini anak-anak dididik
sebaik-baiknya. Penulis melihat persepktif gender di Sekolah Dasar dari lingkungan
sekolah dan kelas serta sikap dan tindakan guru. Dari ketiga kota yang diteliti oleh
penulis, Sekolah Dasar di Deli Serdang sudah mulai berspektif gender. Sekolah disana
sudah memperhatikan gender dalam kegiatan di sekolah seperti berbaris, duduk, absen
dan lain-lain. Namun kesenjangan gender yang masih banyak terjadi di ketiga sekolah
ini dan sekolah lainnya adalah pada buku bahan ajar. Buku bahan ajar tersebut masih
memperlihatkan pekerjaan ibu dan bapak yang seolah-olah merupakan kodrat yang
tidak bisa diubah. Guru-guru disana juga sudah berspektif gender meskipun ada
beberapa yang belum berspektif gender dan bebrapa kegiatan yang secara tidak sadar
guru-guru tersebut melakukan perbedaan gender.
15
8. Judul
Tahun
Jenis pustaka
Bentuk pustaka
Nama penulis
Kota dan nama
penerbit
Nama jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Diskriminasi Gender terhadap Perempuan dalam
Sektor Pekerjaan
: 2009
: Jurnal
: Elektronik
: Khusnul Khotimah
: STAIN Purwokerto
: Jurnal Studi Gender & Anak
: 04 (01) : 12
:http://download.portalgaruda.org/article.php?articl
e=49166&val=3910
: 7 Maret 2015
Penulis melakukan penelitian tidak pada suatu daerah tertentu melainkan
mellihat secara keseluruhan. Jurnal ini membahas tentang kesenjangan yang terjadi pada
perempuan dalam sektor pekerjaan yang mencakup pembagian kerja, faktor-faktor yang
menyebabkan kesenjangan, serta kaitannya dengan kesetaraan dan keadilan gender.
Penulis menyimpulkan bahwa kesenjangan gender telah berlangsung sejak lama. Hal ini
dilihat dari masyarakat agraris dan masyarakat industri yang dari dulu menempatkan
pekerjaan perempuan dan laki-laki dalam ketidakseimbangan. Partisipasi perempuan
masih lemah dibanding laki-laki. Laki-laki bekerja di hulu sedangkan perempuan
bekerja di hilir. Pembagian kerja berdasarkan seksual tersebut cenderung dipertahankan
oleh masyarakat. Namun seiring dengan berjalannya waktu, terjadi sedikit perubahan
dan perbedaan. Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan. Sedikit demi
sedikit masyarakat industri khususnya perempuan mengalami kemajuan. Masyarakat
industri sudah mengupayakan agar perempuan dapat terlibat dalam ekonomi. Partisipasi
perempuan masih dianggap lemah dibandingkan dengan partisipasi laki-laki. Budaya
patriarkhi telah membentuk kesenjangan gender, walaupun dalam pekerjaan perempuan
mempunyai kontribusi yang cukup besar.
Keyakinan gender yang membentuk peran gender telah membuat ketimpangan
sosial yang merugikan perempuan di berbagai sektor. Kesenjangan gender yang terjadi
pada perempuan telah merugikan perempuan dalam berbagai aspek seperti dalam
pekerjaan. Perempuan mengalami bentuk ketidakadilan gender seperti marginalisasi dan
lain-lain.
Dalam sektor pekerjaan, kesenjangan gender terjadi akibat dari: (1)
Marginalisasi dalam pekerjaan, perempuan mengalami proses penyingkiran seperti pada
program pemerintah orde baru yang menggunakan teknologi sehingga menyingkirkan
tenaga kerja perempuan; (2) Kedudukan perempuan yang subordinat dalam sosial dan
budaya, kedudukan perempuan yang dinomor-duakan karena peran gender dalam
masyarakat; (3) Stereotipe terhadap perempuan, pelabelan masyarakat terkait peran
domestik yang hanya dilakukan oleh perempuan; (4) Tingkat Pendidikan Perempuan
Rendah, rendahnya pendidikan mempersulit perempuan dalam mencari pekerjaan.
Konsep kesetaraan gender dengan disahkannya Konvensi Penghapusan segala
Kesenjangan terhadap perempuan agar mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dengan laki-laki diharapkan dapat mengurangi kesenjangan.
16
Hal yang menyebabkan semakin tingginya kesenjangan gender dalam pekerjaan
adalah modernitas. Masyarakat menggunakan sistem modern dalam pekerjaan. Oleh
karena itu perempuan semakin termarginal dalam pekerjaannya sehingga memaksa
perempuan untuk melakukan pekerjaan informal yang kurang memperhatikan
keselamatan dan keamanan perempuan itu sendiri dan upahnya yang masih rendah.
Analisis:
Kesenjangan yang terjadi pada perempuan dalam sektor pekerjaan disebabkan
oleh marginalisasi dalam pekerjaan, kedudukan perempuan yang subordinat dalam
sosial dan budaya, streotipe terhadap perempuan, dan tingkat pendidikan perempuan
yang rendah. Kesenjangan sudah terjadi sejak zaman masyarakat industri dan
masyarakat agraris. Partisipasi perempuan selalu lemah dibanding laki-laki. Kebijakan
yang telah ditetapkan saat itu agar perempuan mengalami kemajuan masih belum
berhasil karena terhambat oleh buadya patriarki. Budaya patriarki tersebut membuat
perempuan dalam poisisi yang kurang menguntungkan. Dampaknya adalah perempuan
menjadi sulit mencari pekerjaan. Penyebabnya adalah (1) Marginalisasi dalam
pekerjaan; (2) Kedudukan perempuan yang subordinat dalam sosial dan budaya; (3)
Stereotipe terhadap perempuan; (4) Tingkat Pendidikan Perempuan Rendah. Bukan
hanya dalam mencari pekerjaan, saat sudah bekerja pun kesenjangan tetap terjadi.
Misalnya, pada perempuan seperti upah atau gajian yang diterima tidak sama dengan
upah atau gaji laki-laki meskipun pekerjaan yang dilakukan sama.
9. Judul
Tahun
Jenis pustaka
Bentuk pustaka
Nama penulis
Kota dan nama
penerbit
Nama jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Narrowing The Education Gender GAP In
Developing Countries
: 1986
: Jurnal
: Elektronik
: Elizabeth M.King, J.R. Peterson, S.M. Adioetorao,
L.J. Domingo, S.H.Syed
: William and Flora Hewlwu Foundation
: Policy Brief
: - : 2 hal
:http://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/researc
h_briefs/2008/RB5005.pdf
: 11 Mei 2015
Penelitian ini dilakukan oleh RAND dengan menggunakan data rumah tangga
Indonesia, Pakistan dan Filipina yang merupakan negara berkembang. Ketiga negara ini
memiliki persamaaan dan perbedaan. Indonesia dan Pakistan memiliki persamaan dalam
agama namun kultur sosialnya berbeda. Indonesia dan Filipina memiliki kesamaan
etnik, ekonomi tetapi memiliki perbedaan keagamaan dan budaya. Posisi perempuan
diketiga negara ini berbeda-beda, di Pakistan aktivitas perempuan diluar rumah sangat
dibatasi tidak seperti di Indonesia dan Filipina. Namun saat ini pendidikan anak
perempuan sudah meningkat tidak seperti pada zaman ibu mereka. Fenomena
kesenjangan gender antara ketiga negara menunjukkan bahwa pendidikan perempuan
17
dikota lebih tinggi dibanding perempuan didesa. Dan yang paling rendah adalah
perempuan di Pakistan yang hanya 24 persen.
Penelitian menemukan tiga faktor alasan terjadinya diskriminasi gender, yaitu:
pengembalian investasi pendidikan, relevansi pendidikan, dan tekanan sosial. Orang tua
menganggap lebih untung jika anak laki-laki yang disekolahkan dibanding perempuan.
Dan juga, perempuan nantinya akan menjadi seorang istri sehingga merasa kalau
pendidikan formal bagi perempuan tidak penting. Hal lain juga ditemukan bahwa,
pendidikan perempuan, umur saat dia menikah dan yang liannya berkorelasi dengan
tingkat pendidikan anaknya. Jika pendidikan perempuan tinggi maka hal tersebut juga
terjadi pada anaknya.
Perputaran tersebut menjadi sebuah isu kebijakan, yaitu: pertama, peningkatan
manfaat pendidikan perempuan di negara-negara berkembang; kedua, anak-anak tidak
mengontrol alokasi dari sumberdaya keluarga; ketiga, mendidik seorang anak lebih
mudah dibanding memberi pelatihan kepada orang dewasa.
Kebijakan yang dapat dilakukan untuk mempersempit kesenjangan gender adalah:
(1) Pembangunan ekonomi dan keuntungan bekerja lebih besar bagi perempuan, dengan
begitu perempuan dapat membentuk tradisi sosial peraturan dan keluarga untuk
merubah kondisi; (2) Pemerintah mengurangi biaya dari pendidikan perempuan; (3)
Meningkatkan akses untuk bersekolah, pemerintah membutuhkan dorongan
pembagunan dan subsidi dari orang tua yang menyekolahkan anaknya.
Analisis:
Penulis membahas bagaimana caranya untuk mempersempit kesenjangan gender
yang terjadi dalam pendidikan di dunia ketiga (negara berkembang) seperti di Indonesia,
Pakistan dan Filipina. Kesenjangan gender yang terjadi di tiap negara berbeda-beda.
Namun penulis menemukan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan
gender ada 3 yaitu : pengembalian investasi pendidikan, relevansi pendidikan, dan
tekanan sosial. Orang tua menganggap dengan menyekolahkan anak laki-laki, uang
yang dikeluarkan untuk anak tersebut bersekolah lebih cepat kembali dibanding jika
perempuan yang bersekolah. Penulis mengungkapkan beberapa keuntungan
meningkatkan pendidikan perempuan yaitu menghasilkan tenaga kerja yang terampil,
mengurangi kelahiran (fertilitas), menurunkan tingkat kematian bayi, dan meningkatkan
perawatan pada anak-anak.
Pemerintah perlu untuk membuat kebijakan yang memperhatikan pendidikan
perempuan. Kebijakan yang dapat dilakukan, seperti: (1) Pembangunan ekonomi dan
keuntungan bekerja lebih besar bagi perempuan; (2) Pemerintah mengurangi biaya dari
pendidikan perempuan; (3) Meningkatkan akses untuk bersekolah.
10. Judul
Tahun
Jenis pustaka
Bentuk pustaka
: Kausalitas antara Fundamental Ekonomi Daerah
dan Peran Wanita dalam Pembangunan
: 2012
: Jurnal
: Elektronik
18
Nama penulis
Kota dan nama
penerbit
Nama jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
: Amin Pujiati
: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
Tanggal diunduh
: 26 Maret 2015
: Jurnal Ekonomi Pembangunan
: 13 (01) : 16
:https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/12
3456789/1729/04-Amin%20Pujiati.pdf?sequence=1
Penulisan jurnal ini bertujuan untuk menganalisis peran wanita dalam
pembangunan dan menguji hubungan kausalitas antara fundamental ekonomi daerah
dan peran wanita dalam pembangunan. Penelitian ini menggunakan data sekunder.
Capaian hasil pembangunan tidak hanya dilihat dari pertumbuhan ekonomi saja tetapi
juga dilihat dari pembangunan manusia, karena dalam pencapaian hasil pembangunan
diperlukan indikator fundamental yang meliputi pertumbuhan ekonomi, pendapatan
perkapita daerah,dan indikator pembangunan manusia. Fakta bahwa tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK) perempuan lajang lebih rendah dan pola penggajian yang
berbeda antara laki-laki dan perempuan menunjukkan masih terjadinya kesenjangan
gender dalam pembangunan.
Obyek penelitian penulis adalah kabupaten/kota yang ada di Jawa Tengah.
Penulis melihat peran wanita dalam empat indikator yaitu tingkat pendidikan, tingkat
kesehatan, peran wanita dalam sektor publik, dan potensi ketenagakerjaan. Hasilnya
adalah pendidikan wanita masih rendah jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan
laki-laki. Dilihat dari tingkat kesehatan, yaitu peserta KB juga masih rendah.
Penyebabnya adalah kurangnya informasi tentang penggunaan alat kontrasepsi. Peran
wanita dalam sektor publik masih rendah. Hal tersebut dilihat dari rendahnya persentase
wanita dalam sektor publik lainnya seperti keuangan, komunikasi, konstruksi, listrik
serta lainnya. Potensi ketenagakerjaan wanita masih rendah jika dibandingkan dengan
laki-laki. Masih banyak perempuan yang tergolong dalam pekerja tak dibayar. Penulis
menganggap bahwa budaya Jawa membuat wanita tidak perlu pendidikan tinggi.
Hasil penelitian penulis menyebutkan bahwa terdapat hubungan kausal antara
peran wanita dalam pembangunan khususnya dalam angkatan kerja dengan fundamental
daerah. Semakin banyak wanita yang bekerja, semakin meningkat peran wanita dalam
pembangunan dan semakin meningkat pertumbuhan PDRB sehingga semakin
meningkat pula fundamental ekonomi daerah.
Analisis:
Penulis melakukan penelitian tanpa melakukan observasi langsung di lapang,
hanya melihat hasil penelitian orang lain atau data dari berbagai sumber. Penulis tidak
mencantumkan rumusan masalahnya, hanya mencantumkan tujuannya saja. Penulis
sangat rinci dalam menjelaskan metode penelitian. Penulis menggunakan definisi
operasional variabel fundamental ekonomi dan peran wanita. Indikator fundamental
ekonomi yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi, sedangkan indikator peran
wanita adalah tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, peran wanita di sektor publik, dan
potensi ketenagakerjaan. Tingkat pendidikan diukur dengan jumlah tenaga kerja wanita
berdasarkan tingkat pendidikan terakhir serta rasio tenaga kerja wanita dan laki-laki
berdasarkan tingkat pendidikan terakhir. Tingkat kesehatan diukur dengan jumlah
19
wanita yang mengikuti program keluarga berencana dan jumlah wanita pengikut
keluarga berencana mandiri. Peran wanita di sektor publik diukur dengan jumlah wanita
yang bekerja di berbagai bidang. Potensi ketenagakerjaan diukur dengan jumlah
angkatan kerja wanita yang bekerja, rasio angkatan kerja yang bekerja anatra wanita dan
laki-laki, dan jumlah wanita berusaha sendiri. Hubungan kausalitas antara fundamental
ekonomi daerah dan peran wanita diuji dengan menggunakan “uji kausalitas granger”
yang terdapat tiga kemungkinan arah. Variabel pengaruhnya (X) adalah peran wanita
dan variabel terpengaruhnya (Y) adalah fundamental ekonomi.
11. Judul
Tahun
Jenis pustaka
Bentuk pustaka
Nama penulis
Kota dan nama
penerbit
Nama jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Analisis Interseksionalitas terhadap Rancangan Aksi
Nasional Penghapusan Perdagangan (Trafficking)
Perempuan dan Anak
: 2005
: Jurnal
: Elektronik
: Herlina Permata Sari
:: Jurnal Kriminologi Indonesia
: 04 (01) : 7
:http://journal.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/1237
/1142
: 24 April 2015
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat masalah perdagangan
perempuan dan anak yang telah banyak terjadi khususnya di Indonesia dan
mengidentifikasi bentuk-bentuk multiple discrimination. Perdagangan perempuan dan
anak merupakan masalah besar dan menjadi isu internasional yang harus diatasi.
Besarnya keuntungan yang didapatkan dari perdagangan manusia ini dapat dilihat dari
tingginya jumlah korban. Berbagai peraturan telah dibuat untuk dapat menghapus
perdagangan manusia. Hal tersebut tertuang dalam konvensi oleh PBB. Perdagangan
perempuan dan anak merupakan tindakan kejahatan yang telah mencakup lintas negara.
Dikatakan sebagai tindakan kejahatan karena perdagangan manusia (perempuan dan
anak) telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Perdagangan manusia ini biasanya
akan berakhir pada praktek kerja paksa karena mereka akan dipekerjakan sebagai buruh
migran, pembantu rumah tangga atau pekerja seks.
Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi pemasok terbesar pekerja ke
negara lain. Oleh karena itu, buruh migran perempuan dari Indonesia tersebut rentan
menjadi korban dari perdagangan manusia. Hal-hal yang dapat terjadi pada buruh
migran Indonesia adalah penipuan agen tenaga kerja, kekerasan, penganiayaan dan
penyekapan, sehingga beberapa negara didesak untuk mensahkan Peraturan terkait
penghapusan perdagangan perempuan dan anak serta membuat kebijakan dan
melakukan tindakan yang mengacu pada penghapusan kesenjangan gender dan kelas
ekonomi.
Kebanyakan yang menjadi korban perdagangan manusia ini adalah perempuan
dan anak-anak dari golongan miskin (tidak mampu). Mereka mengalami kesenjangan
gender karena kurangnya akses terhadap pendidikan serta kelas ekonomi yang terbentuk
20
dalam masyarakat. Kurangnya akses pendidikan ini membuat perempuan sulit untuk
mendapatkan pekerjaan di negaranya sendiri serta mendapatkan penghasilan yang layak
dan membuat mereka sedikit atau sama sekali tidak memiliki keberanian untuk
melawan. Selain itu, rendahnya pendidikan mereka membuat mereka mencari orang
yang dapat membantu mereka dalam mencari atau menemukan pekerjaan untuk mereka
sehingga mereka tidak mengetahui informasi yang seharusnya mereka ketahui.
Kelas ekonomi dan diskriminasi gender tidak hanya terjadi dalam perdagangan.
Diluar hal tersebut, kelas ekonomi dan diskriminasi juga mengakibatkan terjadinya
kekerasan pada perempuan. Oleh karena itu pendidikan merupakan hal yang penting,
karena keperempuanan dan kemiskinan dapat menyebabkan terjadinya diskriminasi
pada diri mereka.
Analisis:
Perdagangan manusia merupakan hal yang harus diperhatikan, karena korban
perdagangan manusia kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak. Banyak orangorang tergiur melakukan perdagangan manusia ini karena besarnya keuntungan yang
bisa diperoleh. Penulis melihat terjadinya perdagangan manusia disebabkan oleh
kesenjangan gender dan kelas ekonomi yang terjadi dalam masyarakat. Kesenjangan
gender disebabkan oleh kurangnya akses perempuan terhadap pendidikan. Beberapa
dampak rendahnya pendidikan yang rendah adalah perempuan semakin sulit untuk
mendapatkan pekerjaan, perempuan susah untuk mendapatkan informasi mengenai
pekerjaan, perempuan tidak memiliki keberanian untuk melawan orang yang memiliki
kelas ekonomi diatasnya. Dalam tulisannya penulis menganggap bahwa peraturan
pemerintah terkait penghapusan perdagangan perempuan dan anak serta kebijakan dan
tindakan tindakan yang mengacu pada penghapusan kesenjangan gender dan kelas
ekonomi dapat mengurangi bahkan menghilangkan perdagangan manusia khususnya
perempuan dan anak-anak.
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Gender
Konsep Gender
Menurut Hubeis (2010), gender adalah suatu konstruksi sosial yang mengacu
pada perbedaan sifat perempuan dan laki-laki yang berdasarkan nilai-nilai budaya
yang menentukan peranan laki-laki dan perempuan di tiap bidang masyarakat yang
menghasilkan peran gender. Misalnya perempuan sering dipandang sebagai orang
yang keibuan, ramah, dan teliti sedangkan laki-laki dikenal sebagai orang yang
kuat, dan perkasa. Dengan kata lain, gender adalah perbedaan antara laki-laki dan
perempuan yang terbentuk di dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh lingkungan
sosial, budaya, politik dan ekonomi.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Angka Gender-Related Development
Index (GDI) Indonesia pada tahun 2004 mencapai 0,704 masih rendah jika
dibandingkan dengan Vietnam, Filipina, Cina, Thailand, Malaysia. Rendahnya GDI
di Indonesia karena kesenjangan gender yang masih banyak terjadi. Pelekatan sifat
gender pada lak-laki dan perempuan yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan
gender. Simatauw et al. (2001 dalam Octaviana, 2013), bentuk-bentuk
ketidakadilan gender :
1. Marjinalisasi (peminggiran) ekonomi : pemisahan akibat jenis kelamin
yang dapat menyebabkan salah satu jenis kelamin merasa dirugikan.
2. Subordinasi (penomorduaan) : anggapan bahwa salah satu jenis kelamin
lebih rendah dari yang lain.
3. Beban kerja lebih (beban ganda) : ketimpangan beban kerja yang lebih
banyak yang ditanggung oleh salah satu jenis kelamin.
4. Streotipe (pelabelan) : pelabelan terhadap suatu kelompok atau jenis
pekerjaan tertentu.
5. Kekerasan : bentuk penyerangan fisik atau nonfisik yang dilakukan oleh
seseorang terhadap orang lain.
Kesenjangan gender dapat terjadi diberbagai bidang seperti bidang kesehatan
dan bidang pendidikan. Kesenjangan gender terkadang terjadi tanpa disadari.
Misalnya saja dalam bahan ajar anak sekolah. Beberapa penelitian sebelumnya
menemukan bahwa masih banyak terdapat kesenjangan gender dalam bahan ajar
anak sekolah terutama Sekolah Dasar (SD). Buku bahan ajar tersebut masih
memperlihatkan pekerjaan ibu didapur dan bapak yang santai membaca koran,
seolah-olah merupakan kodrat yang tidak bisa diubah. Hal tersebut terjadi dari
tahun ke tahun sampai sekarang. Masyarakat tidak menyadari bahwa hal tersebut
termasuk kedalam kesenjangan gender sehingga tidak ada perubahan peran gender
dalam buku-buku tersebut.
22
Fenomena Kesenjangan Gender
Kesenjangan gender tidak terlepas dari pendidikan. Banyak kesenjangan gender
yang terjadi dalam bidang pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata lama
sekolah, tingkat keaksaraan, dan APS (Angka Partisipasi Sekolah). Penelitian Endry
Fatimaningsih menyebutkan bahwa di Kabupaten Lampung Tengah, rata-rata
perempuan menamatkan jenjang pendidikan pada tingkat SD (Sekolah Dasar) dan ratarata laki-laki menamatkan pendidikan pada tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama).
Angka buta huruf yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Selain angka buta
huruf, angka melek huruf juga juga terdapat kesenjangan antara laki-laki dan perempun.
Sedangkan dari sebuah penelitian beberapa kota di Sumatera Utara, guru
memperlakukan muridnya tidak sama dan hal tersebut terjadi di ketiga kota tersebut.
Namun perhatian guru secara gender ke muridnya masih besar karena mereka (murid)
mengerjakan kegiatan yang sama dengan tingkat kesulitan yang sama jadi tidak ada
pilih kasih.
Pendidikan
Konsep Pendidikan
Pendidikan merupakan hak asasi bagi manusia karena pendidikan sebagai suatu
upaya untuk dapat memperbaiki kehidupan. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) terdapat beberapa konsep pendidikan,
yaitu: (1) Pendidikan formal, yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang,
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi; (2)
Pendidikan nonformal, yaitu jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; (3) Pendidikan informal, yaitu jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pendidikan yang pertama kali didapat adalah pendidikan informal yaitu
pendidikan dari keluarga. Pendidikan tersebut mencakup bagaimana cara bersikap
kepada orang tua, kepada adik, kepada teman, bagaimana cara makan yang baik dan lain
sebagainya.
Pemerataan pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah
(APS), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
melek huruf. Dalam menganalisis kebijakan pemerintah terkait pendidikan dapat dilihat
dari akses yang mengacu pada apakah semua anak laki-laki dan perempuan memperoleh
peluang yang sama dalam pendidikan, partisipasi yang mengacu pada apakah semua
laki-laki dan perempuan dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan pendidikan,
kontrol atau penguasaan mengacu pada apakah semua laki-laki dan perempuan
mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan bagi dirinya, dan manfaat
mengacu pada apakah semua laki-laki dan perempuan telah memperoleh manfaat dari
pembangunan pendidikan.
Kesenjangan Gender dalam Pendidikan
Faktor Kesenjangan Gender
Kesenjangan gender dalam pendidikan dapat disebabkan oleh berbagai faktor
yang dipandang dari sudut berbeda. Penelitian Efianingrum (2008) mengungkapkan
23
bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan gender adalah faktor struktural
dan kultural serta kebijakan pembangunan yang kurang sensitif gender dan masih
banyaknya praktik budaya yang bias gender. Penelitian yang lainnya menyebutkan
bahwa faktor yang mneyebabkan kesenjangan gender adalah akses, partisipasi, kontrol,
manfaat dan nilai. Kelima faktor tersebut mempunyai hubungan dalam menentukan
pendidikan seseorang yang dapat menyebabkan kesenjangan gender. Namun yang
paling berpengaruh adalah nilai, karena nilai yang turun menurun nantinya membentuk
ketidakadilan gender dalam masyarakat seperti peran gender yang tercipta pada
masyarakat yang hingga kini sulit untuk dirubah.
Faktor penyebab kesenjangan gender lainnya adalah faktor ekonomi, budaya,
lingkungan, pergaulan, pola pikir, serta sarana dan prasarana pendidikan yang minim.
Penelitian Fitri Gayatri menemukan bahwa karakteristik orang tua dan anak yang
mencakup usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan tingkat
kepekaan mempunyai pengaruh dalam membentuk kesenjangan yang terjadi dalam
masyarakat khususnya dalam pendidikan.
Dampak Kesenjangan Gender
Kesenjangan gender yang terjadi dalam pendidikan memberikan dampak yang
merugikan bagi orang–orang yang mengalami kesenjangan tersebut. Beberapa
penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa kesenjangan gender dalam pendidikan
mengakibatkan lemahnya kesejahteraan dan perkembangan masyarakat karena
lemahnya pendidikan masyarakat serta pembangunan yang dilakukan juga masih lemah.
Kesenjangan tersebut juga membuat perempuan menjadi sulit dalam memperoleh
pekerjaan.
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Pembangunan tidak bisa dilepaskan dari pendidikan dan peran serta laki-laki dan
perempuan dalam prosesnya. Pendidikan salah satu kunci keberhasilan dalam
pembangunan terutama dalam membentuk dan menciptakan sumberdaya manusia.
Namun partisipasi laki-laki dan perempuan dalam pendidikan tidak seimbang dan
mengalami kesenjangan. Hal tersebut dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah
(APS), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
melek huruf. Padahal pemerintah sudah menetapkan kebijakan agar laki-laki dan
perempuan sudah menetapkan bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak emdapatkan
pendidikan yang layak. Kesenjangan gender termanifestasikan dalam bentuk
ketidakadilan gender yaitu stereotipe, subordinasi, marginalisasi, kekerasan dan beban
ganda. Kesenjangan gender terjadi karena berbagai faktor. Dalam pendidikan,
kesenjangan gender terjadi karena faktor kultural dan struktural serta praktik budaya
masyarakat, karena faktor akses, partisipasi, kontrol, manfaat, dan nilai. Selain itu juga
bisa karena faktor ekonomi, budaya, lingkungan, pergaulan, pola pikir, serta sarana dan
prasarana pendidikan yang minim.
Usulan Kerangka Baru
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi seseorang untuk dapat
memperbaiki kehidupannya. Dibeberapa daerah, pendidikan mengalami berbagai
permasalahan. Permasalahan tersebut seperti kesenjangan gender. Kesenjangan gender
terjadi ketika salah satu jenis kelamin lebih unggul atau lebih tinggi dibanding jenis
kelaminnya. Dalam pendidikan hal tersebut seperti angka partisispasi laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan. Dalam pelaksanaannya, kesenjangan gender disebabkan
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut menyebabkan kesenjangan gender. Hal
tersebut juga tidak terlepas dari dampak yang ditimbulkan kesenjangan gender. Dampak
kesenjangan gender dilihat dari pemenuhkan kebutuhan oleh laki-laki dan perempuan
dalam pendidikan. Secara ringkas kerangka analisis disajikan pada gambar dibawah ini:
Faktor:
a. Ekonomi
b. Kebijakan
pemerintah
c. Isu Gender
Kesenjangan
Gender Bidang
Pemdidikan
Pemenuhan Kebutuhan
-
Kebutuhan Praktis
-
Kebutuhan Strategis
Analisis Gender
Keterangan :
: Menyebabkan
: Mempengaruhi
Gambar 1 Kerangka analisis
25
Perumusan Masalah dan Pertanayaan Penelitian Skripsi
Berdasarkan kerangka analisis yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana faktor-faktor tersebut menyebabkan kesenjangan gender dalam
pendidikan?
2. Bagaimana dampak kesenjangan gender dalam memenuhi kebutuhan
seseorang di bidang pendidikan?
DAFTAR PUSTAKA
Ampera, Dina. 2012. Kajian Kesetaraan Gender dalam Pendidikan di Sekolah Dasar
Mitra PPL PGSD [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada tanggal 7 Maret 2015
tersedia
di
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-23942Dina%20Ampera.pdf
Badan Pusat Statistik. 2010. Sensus Penduduk 2010. Diakses pada tangal 26 Maret 2014
tersedia di http://www.sp2010.bps.go.id
Darwin, Muhadjir M. 2006. Memperkecil Kesenjangan Gender Melalui Kebijakan
Pengarusutamaan Gender (PUG). [Internet]. Diunduh pada tanggal 26
September 2014 tersedia di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/42845
Efianingrum, Ariefa. 2008. Pendidikan dan Pemajuan : Menuju Keadilan Gender
[jurnal]. [Internet]. Diunduh pada tanggal 7 Maret 2015 tersedia di
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Artikel%20Fondasia%202008.pdf
Fatimaningsih, Endry. 2008. Analisis Situasi dan Kondisi Perempuan dalam Perspektif
Gender di Kabupaten Lampung Tengah [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada
tanggal
26
Maret
2015
tersedia
di
http://www.rudifebriamansyah.webege.com/web_documents/endry_fatimaning
sih_74-81.pdf
Gayatri, Fitri. 2008. Faktor dan Dampak Ketimpangan Pendidikan Perempuan dalam
Kehidupan Perempuan (Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat) [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada tanggal 24 April 2015 tersedia di
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1874
Habibullah dan Rahmi Fitrianti. 2012. Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan
[jurnal]. [Internet]. Diunduh pada tanggal 7 Maret 2015 tersedia di
http://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/bbd6c378095e1ce3e45398f3789b5
bc6.pdf
Hubeis, Aida VS. 2010. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor [ID]:
IPB Press.
Incing, Veronika dkk. 2013. Kesenjangan Gender (Perempuan) dalam Mendapatkan
Pendidikan pada Masyarakat Pedesaan Globalisasi [jurnal]. [Internet]. Diunduh
pada
24
April
2015
tersedia
di
http://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fisip/article/download/65/92
Khotimah, Khusnul. 2009. Kesenjangan Gender terhadap Perempuan dalam Sektor
Pekerjaan [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada tanggal 7 Maret 2015 tersedia di
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=49166&val=3910
King, Elizabeth M. 1986. Narrowing The Education Gender GAP In Developing
Countries [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada 11 Mei 2015 tersedia di
http://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/research_briefs/2008/RB5005.pdf
Kurniasih, Dewi. Perwujudan Keadilan dan Kesetaraan Gender [jurnal]. [Internet].
Diunduh
pada
tanggal
8
Oktober
2014
tersedia
di
27
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/659/jbptunikompp-gdl-dewikurnia-32909-1artikel-r.pdf
Octaviana, Resty Nur. 2013. Analisis Gender terhadap Keberhasilan Program Diklat
FPTP Pusbindiklat LIPI [skripsi]. [Internet]. Diunduh pada 28 September 2014
tersedia di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/66315
Pujiati, Amin. 2012. Kausalitas antara Fundamental Ekonomi Daerah dan Peran Wanita
dalam Pembangunan [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada 26 Maret 2015 tersedia
di
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/1729/04Amin%20Pujiati.pdf?sequence=1
Puspitawati, Herien. 2007. Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang Pendidikan dalam
Menyongsong Era Globalisasi [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada 24 April 2015
tersedia di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/31963
Sari, Herlina Permata. 2005. Analisis Interseksionalitas terhadap Rancangan Aksi
Nasional Penghapusan Perdagangan (Trafficking) Perempuan dan
Anak[jurnal]. [Internet]. Diunduh pada 24 April 2015 tersedia di
http://journal.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/1237/1142
28
Riwayat Hidup
Ranienci Istiqomah dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 21 Februari 1995.
Penulis adalah anak kedua dari pasangan Hafnizel dan Endrawati. Pendidikan formal
yang pernah dijalani penulis adalah SD Negeri 024 Simpang Tiga (Pekanbaru) periode
2000-2006, SMP Negeri 1 Siak Hulu periode 2006-2007, SMP Negeri 1 Sungayang
periode 2007-2009, dan SMA Negeri 1 Sungayang periode 2009-2012. Pada tahun
2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTM IPB). Selain aktif dalam perkuliahan, penulis
juga aktif mengikuti berbagai macam kegiatan dan organisasi. Penulis pernah menjadi
anggota kepanitiaan LES VIII periode 2013-2014 Divisi Akademik dan Program.
Penulis juga pernah menjadi anggota kepanitiaan Jurnalistic Fair periode 2013-2014
Divisi Creative. Penulis juga aktif sebagai anggota HIMASIERA Divisi Community
Development pada periode 2013-2014. Penulis juga mengikuti organisasi Ikatan Pelajar
dan Mahasiswa Minang (IPMM). Saat ini penulis aktif sebagai anggota kepanitiaan
Green Enviromental Magazine (BEM KM IPB) Divisi Sponsorship periode 2014-2015.
Penulis merupakan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi sejak tahun 2014.
Download