Laporan Studi Pustaka (KPM 403) KESENJANGAN GENDER DALAM BIDANG PENDIDIKAN RANIENCI ISTIQOMAH Dosen SITI AMANAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “Kesenjangan Gender dalam Bidang Pendidikan” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, 18 Mei 2015 Ranienci Istiqomah NIM. I34120156 iii ABSTRAK RANIENCI ISTIQOMAH. Kesenjangan Gender dalam Bidang Pendidikan. Dibawah bimbingan SITI AMANAH. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kemajuan pembangunan, karena pendidikan dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Berbagai peraturan ditetapkan oleh pemerintah agar seluruh masyarakat Indonesia dapat bersekolah. Pemerintah sudah menyediakan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yaitu sekolah gratis. Namun pada kenyataannya, masih banyak masyarakat yang tidak bersekolah. Dan dalam pendidikan juga terjadi permasalahan kesenjangan gender. Perempuan memiliki partisipasi yang rendah dalam pendidikan dibanding laki-laki. Kesenjangan gender dapat terjadi karena berbagai faktor seperti pada aspek kebijakan, sosial-ekonomi, dan budaya. Selain itu kesenjangan gender berdampak pada pemenuhan kebutuhan. Oleh karena itu, tulisan ini akan menganalisis kesenjangan gender yang terjadi dalam bidang pendidikan. Kata Kunci : pendidikan, kesenjangan gender, pemerintah ABSTRACT RANIENCI ISTIQOMAH. Gender Gap in Education. Supervised by SITI AMANAH. Education is a key to achieve development program, because education can improve quality of human capital. A number of regulations issued by the Government of Indonesia aimed at enabling citizens continue their school. The Government already provided The School Operational Assistance (BOS) program. However, there are still many people dropped out from school. There is also an issue gender gap in education. Women have a lower participation in education than men. These factors are related to many aspects, including policy, socio-economics, and cultural aspects. The gender gap can occur due to various factors. Besides the gender gap have an impact on the fufillment. Therefore, this paper will analyze the gender gaps in education. Keywords : education, gender gap, government iv KESENJANGAN GENDER DALAM BIDANG PENDIDIKAN Oleh RANIENCI ISTIQOMAH I34120156 Laporan Studi Pustaka sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 v LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Ranienci Istiqomah NIM : I34120156 Judul : Kesenjangan Gender dalam Bidang Pendidikan dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui Dosen Pembimbing Dr. Ir. Siti Amanah, MSc NIP. 19670903 199212 2 001 Mengetahui Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Siti Amanah, MSc NIP. 19670903 199212 2 001 Tanggal Pengesahan : ____________ vi PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka berjudul “Kesenjangan Gender dalam Bidang Pendidikan” ini dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Siti Amanah, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada orang tua tercinta, Papa Hafnizel dan Bunda Endrawati serta Vivienci Istiqomah, Agung Hidayatullah, Havuzaenci Istiqomah, kakak dan adik-adikku tersayang yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan doa bagi kelancaran penulisan Studi Pustaka ini. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada keluarga besar SKPM terutama teman-teman SKPM 49, teman-teman akselerasi 49, teman-teman IPB 49, dan teman-teman yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu sebagai teman berdiskusi, saling bertukar pikiran, membantu dan memotivasi penulis dalam penulisan dan penyelesaian Studi Pustaka ini. Semoga laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, 18 Mei 2015 Ranienci Istiqomah NIM. I34120156 vii DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... ix PENDAHULUAN ............................................................................................................1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2 Metode Penulisan .......................................................................................................... 2 RINGKASAN PUSTAKA ...............................................................................................3 1. Jurnal ‘Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang Pendidikan dalam Menyongsong Era Globalisasi (Herien Puspitawati 2007)’ ............................................................ 3 2. Jurmal ‘Pendidikan dan Pemajuan : Menuju Keadilan Gender (Ariefa Efianingrum 2008)’ ...................................................................................................................... 5 3. Jurmal ‘Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan (Rahmi Fitrianti & Habibullah 2012)’ ...................................................................................................................... 6 4. Jurmal ‘Kesenjangan Gender (Perempuan) dalam Mendapatkan Pendidikan pada Masyarakat Pedesaan (Veronika Incing, Willy Trihardianto, Sugeng Rusmiwari 2013)’ ...................................................................................................................... 8 5. Prosiding ‘Analisis Situasi dan Kondisi Perempuan dalam Perspektif Gender di Kabupaten Lampung Tengah (Endry Fatimaningsih 2008)’ ................................... 9 6.Skripsi ‘Faktor dan Dampak Ketimpangan Pendidikan Perempuan dalam Kehidupan Perempuan (Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) (Fitri Gayatri 2008)’ .............................................................................................. 11 7. Jurmal ‘Kajian Kesetaraan Gender dalam Pendidikan di Sekolah Dasar Mitra PPL PGSD (Dina Ampera 2012)’ ................................................................................. 13 8. Jurmal ‘Diskriminasi Gender terhadap Perempuan dalam Sektor Pekerjaan (Khusnul Khotimah 2009)’ ................................................................................... 15 9. Jurmal ‘Narrowing The Education Gender GAP In Developing Countries’ (Elizabeth M.King, J.R. Peterson, S.M. Adioetorao, L.J. Domingo, S.H.Syed 1986) ...................................................................................................................... 16 10. Jurmal ‘Kausalitas antara Fundamental Ekonomi Daerah dan Peran Wanita dalam Pembangunan (Amin Pujiati 2012)’ ...................................................................... 17 11. Jurmal ‘Analisis Interseksionalitas terhadap Rancangan Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Trafficking) Perempuan dan Anak (Herlina Permata Sari 2005)’ ............................................................................................................. 19 viii RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................21 Gender ......................................................................................................................... 21 Konsep Gender ....................................................................................................... 21 Fenomena Kesenjangan Gender .............................................................................. 22 Pendidikan ................................................................................................................... 22 Konsep Pendidikan .................................................................................................. 22 Kesenjangan Gender dalam Pendidikan...................................................................... 22 Faktor Kesenjangan Gender .................................................................................... 22 Dampak Kesenjangan Gender ................................................................................. 23 SIMPULAN ....................................................................................................................24 Hasil Rangkuman dan Pembahasan ............................................................................ 24 Usulan Kerangka Baru ................................................................................................ 24 Perumusan Masalah dan Pertanayaan Penelitian Skripsi ............................................ 25 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................26 RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................28 ix DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka Analisis .......................................................................................... 24 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk mencapai 237.641. 326 juta jiwa, dengan persentase jumlah penduduk laki-laki 50,17 % dan persentase jumlah penduduk perempuan 49,83 % (BPS 2010)1. Data tersebut menunjukkan bahwa komposisi penduduk Indonesia laki-laki dan perempuan hampir seimbang. Oleh karena itu pemerintah membuat kebijakan mengenai hak dan kewajiban bagi laki-laki dan perempuan agar tidak terjadi diskriminatif. Menurut Kantor Menteri Negara Peranan Wanita (1998) yang tercantum dalam GBHN 1993 menyebutkan bahwa perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam pembangunan. Dalam UU No. 7 Tahun 1984 juga telah mengesahkan konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi pada perempuan. Adanya kebijakan tersebut menunjukkan bahwa dalam pembangunan di segala bidang, laki-laki dan perempuan mempunyai peranan yang sama dalam hal merencanakan, melaksanakan, memantau, serta menikmati hasil-hasil pembangunan. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya kesenjangan gender, karena dengan pendidikan baik laki-laki dan perempuan dapat mengetahui dan mendapatkan ilmu tentang gender. Dengan demikian, lembaga pendidikan memiliki peran dalam mensosialisasikan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat tidak terkecuali nilai dan norma tentang gender dalam buku-buku pelajaran dan kondisi belajar-mengajar (Khotimah, 2008). Dalam pendidikan, hal tersebut dapat dilihat dalam kurikulum, karena kurikulum menggambarkan tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan yang dijabarkan melalui materi pembelajaran, pokok bahasan, dan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan GBHN 1999-2004 serta UU No 25 Tahun 2000 tentang Propenas dan Kesepakatan Forum Pendidikan Dunia tekait pendidikan untuk semua disepakati bahwa pendidikan harus menerapkan kesetaraan gender termasuk merumuskan kurikulum yang berbasis pada kesetaraan gender (Khotimah, 2008). Namun menurut Khotimah (2008) dari data yang diperolehnya perempuan masih mengalami ketertinggalan. Hal tersebut dilihat dari angka partisipasi sekolah, angka melek huruf, akses pendidikan pada seluruh jenjang pendidikan serta buku-buku bahan ajar antara laki-laki dan perempuan. Buku bahan ajar masih bias gender. Hal tersebut menunjukkan bahwa perumusan kurikulum belum berbasis pada kesetaraan gender. Kesenjangan gender hingga sekarang masih saja terjadi di berbagai bidang dalam kehidupan manusia, seperti dalam bidang pertanian, perikanan dan bidang lainnya. Pendidikan yang merupakan salah satu cara untuk dapat mewujudkan kesetaraan gender juga masih mengalami kesenjangan gender. Berbagai hal yang dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan gender. Dampak yang ditimbulkan akibat kesenjangan gender pun juga beragam. Oleh karena itu, tulisan ini akan memaparkan mengenai kesenjangan gender dalam pendidikan. 1 http://www.sp2010.bps.go.id (diakses pada tanggal 26 Maret 2014) 2 Tujuan Penulisan Kegiatan pembangunan tidak terlepas dari partisipasi laki-laki dan perempuan. Namun partisipasi laki-laki dan perempuan tidak seimbang atau tidak merata dalam pembangunnan sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan gender. Oleh karena itu tujuan dari penulisan studi pustaka ini adalah untuk menganalisis kesenjangan gender yang terjadi dalam pendidikan, menganalisis faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender, serta menganalisis dampak dari kesenjangan gender terhadap pemenuhan kebutuhan laki-laki dan perempuan dalam pendidikan. Metode Penulisan Metode yang dilakukan dalam penulisan studi pustaka ini adalah penelaahan dan analisis data sekunder yang relevan dengan topik studi pustaka. Langkah pertama ialah pengumpulan berbagai data sekunder berupa hasil penelitian skripsi, jurnal, artikel ilmiah maupun buku-buku yang berkaitan dengan gender. Kemudian data sekunder tersebut dipelajari, diringkas, dan disusun menjadi sebuah ringkasan studi pustaka yang relevan dengan gender. Terakhir sebuah kerangka teoritis yang menjadi dasar perumusan masalah bagi penelitian yang akan dilakukan. RINGKASAN PUSTAKA 1. Judul : Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang Pendidikan dalam Menyongsong Era Globalisasi Tahun Jenis pustaka Bentuk pustaka Nama penulis Kota dan nama penerbit Nama jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL : 2007 : Makalah : Elektronik : Herien Puspitawati :- Tanggal diunduh : 24 April 2015 :: - : 21 :http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/31963 Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pentingnya pengarusutamaan gender (PUG) di bidang pendidikan, karena pemerintah Indonesia telah banyak mengeluarkan kebijakan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender seperti INPRES Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional untuk melakukan semua proses pembangunan dengan melibatkan laki-laki dan perempuan, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan yang menjadi landasan kebijakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Indonesia juga mengacu pada 8 (delapan) tujuan utama Millenium Development Goal (MDGs) sampai tahun 2015, yaitu laki-laki dan perempuan dapat mengeyam pendidikan dasar pada tahun 2015 dan mempromosikan kesetaraan dan pemberdayaan perempuan namun hal tersebut belum terwujud. Data statistik menunjukkan masih terjadinya kesenjangan gender di bidang pendidikan dilihat dari aspek akses dan pemerataan pendidikan, mutu dan relevansi serta manajemen pendidikan. Angka Gender-Related Development Index (GDI) Indonesia pada tahun 2004 mencapai 0,704 masih rendah jika dibandingkan dengan Vietnam, Filipina, Cina, Thailand, Malaysia. Kesenjangan aspek pemerataan pendidikan terjadi pada Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka melek huruf. Pada mutu dan relevansi terjadi bias gender dalam materi bahan ajar dan proses pembelajaran. Manajemen pendidikan kesenjangan terjadi dalam pengambilan kebijakan yang lebih didominasi oleh laki-laki. Jadi secara umum, di Indonesia masih banyak terjadi kesenjangan gender dalam pendidikan baik di kota maupun di desa. Kebijakan pemerintah yang netral gender secara tidak langsung akan mengacu kepada kesenjangan gender. Pada era globalisasi ini, tuntutan SDM yang berkualitas semakin tinggi, sehingga laki-laki dan perempuan Indonesia harus memiliki pengetahuan yang tinggi. Oleh karena itu, penulis menekankan pentingnya pengarusutamaan gender (PUG) dalam pendidikan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui penyusunan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi sehingga terwujudnya SDM yang 4 berkualitas. Menganalisis kebijakan gender di bidang pendidikan dilihat dari akses yang mengacu pada apakah semua anak laki-laki dan perempuan memperoleh peluang yang sama dalam pendidikan, partisipasi yang mengacu pada apakah semua laki-laki dan perempuan dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan pendidikan, kontrol atau penguasaan mengacu pada apakah semua laki-laki dan perempuan mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan bagi dirinya, dan manfaat mengacu pada apakah semua laki-laki dan perempuan telah memperoleh manfaat dari pembangunan pendidikan. Kualitas SDM dilihat dari segi pendidikan yaitu afeksi, kognisi, dan psikomotor dan segi kecerdasan yaitu kecerdasan nalas atau daya pikir (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan adversity (AQ), kecerdasan finansial (FQ), dan kecerdasan emosional spritual (ESQ). Kualitas perempuan sangatlah penting dalam menentukan tumbuh kembang anak-anaknya sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, fisik, mental, psikologis dan talenta perempuan harus dalam kondisi yang baik yang dimulai dari pendidikan yang tinggi. Tantangan di era globalisasi dalam prestasi pendidikan perempuan adalah meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan kualitas dan peran perempuan dalam pembangunan serta mempersempit kesenjangan gender dalam akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan yang dilihat dari Gender-related Development Index (GDI) Indonesia dan Gender Empowerment Measurement (GEM) Indonesia. Strategi untuk meningkat pendidikan perempuan dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, yaitu; (1) Women help Women yaitu pendekatan yang dilakukan antar perempuan untuk membantu meningkatkan kinerja sesama perempuan; (2) Men help Women yaitu laki-laki membantu perempuan untuk meningkatkan kualitas SDMnya; (3) Families help Women yaitu keluarga meningkatkan peran dan fungsi untuk mendidik anak-anaknya dengan memperhatikan kebutuhan khusus; (4) Government and Community Institutionshelp Women yaitu semua strategi pemerintah dilandasi oleh wawasan gender sehingga kebijakan yang disusun sudah responsif gender. Analisis: Dalam makalahnya, penulis menekankan bahwa pengarusutamaan gender penting untuk dapat meningkatkan pendidikan perempuan. Kebijakan-kebijakan pemerintah belum berjalan dengan baik. Kebijakan tersebut masih netral gender namun secara tidak langsung mengacu pada bias gender. Penulis juga memaparkan mekanisme PUG yang telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional serta checklist kesetaraan gender bidang pendidikan dari tingkat keluarga dan masyarakat dan peran perguruan tinggi dalam pendidikan. Penulis melihat dari berbagai aspek mengenai kondisi kesenjangan gender yang terjadi dalam pendidikan. Selain itu penulis juga menjabarkan konsep-konsep yang berhubungan dengan gender seperti pengertian dari PUG, Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) dan lain-lain. Penulis berpendapat bahwa mendidik perempuan sama dengan mendidik bangsa karena perempuanlah yang mendidik dan melindungi anak-anaknya dengan menitikberatkan pada kualitas SDM yang dapat dimulai dengan meningkatkan kualitas pendidikan perempuan. Penulis ingin membuka wawasan pembaca dengan mencantumkan hal-hal yang harusnya kita pikirkan terkait dengan pendidikan. 5 2. Judul Tahun Jenis pustaka Bentuk pustaka Nama penulis Kota dan nama penerbit Nama jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL Tanggal diunduh : Pendidikan dan Pemajuan : Menuju Keadilan Gender : 2008 : Jurnal : Elektronik : Ariefa Efianingrum :: Jurnal Fondasia : 13 halaman :http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Artikel%20F ondasia%202008.pdf : 7 Maret 2015 Pendidikan merupakan suatu hak asasi bagi manusia serta jalan untuk terlepas dari kemiskinan. Dan pendidikan berhak untuk semua orang untuk dapat merubah keadaannya. Namun pada kenyataan kesenjangan gender masih terjadi dalam pendidikan. Kesenjangan tersebut akan menghambat perempuan untuk maju dan melepaskan diri dari kemiskinan. Perempuan membutuhkan akses untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat. Faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan gender yaitu faktor struktural dan kultural serta kebijakan pembangunan yang kurang sensitif gender dan masih banyaknya praktik budaya yang bias gender. Pemahaman mengenai gender sangat diperlukan, karena perbedaan gender memiliki kaitan yang erat dengan ketidakadilan gender. Ketika perbedaan gender melahirkan ketidakadilan gender, hal tersebut akan menyebabkan permasalahan bagi laki-laki dan perempuan. Ketidakadilan gender telah merambah ke berbagai bidang. Dalam bidang pendidikan, ketidakadilan gender terlihat dari partisipasi perempuan yang rendah dalam pendidikan, bias gender dalam buku-buku sekolah untuk anak Sekolah Dasar dan wilayah hubungan antara pendidik dengan terdidik. Dalam buku sekolah masih terdapat stereotipe yang berhubungan dengan kesenjangan gender, sehingga perlu direvisi agar tercipta kesetaraan gender antara lakilaki dan perempuan. Dalam pembangunan partisipasi perempuan juga masih mengalami hambatan walaupun sudah banyak kebijakan terkait kesetaraan dan keadilan gender. Selain itu ketertinggalan perempuan bisa dilihat dari tingkat pendidikan perempuan yang masih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki, angka kematian ibu hamil (AKI) yang masih tinggi, posisi perempuan dalam politik masih rendah, peraturan yang diskriminatif juga masih ada, tingkat kemiskinan yang masih banyak melanda perempuan (janda, lanjut usia). Kebijakan kesetaraan dan keadilan gender yang telah ditetapkan belum dapat menghilangkan terjadinya kesenjangan gender. Salah satu yang menghambat terciptanya kesetaraan dan keadilan gender adalah praktik budaya. Budaya telah menciptakan persepsi bahwa perempuan adalah manusia yang mengurusi rumah. Budaya tersebut dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksikan. Perubahan sangat perlu dilakukan agar perempuan dan laki-laki mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Kesetaraan gender dilakukan untuk menghapus kesenjangan dan ketidakadilan struktural. Kesadaran dan keadilan gender harus ditumbuhkan dalam masyarakat, sehingga kesetaraan gender dapat ditanamkan dalam lingkungan keluarga. 6 Penulis menyebutkan bahwa perlu pendidikan yang tidak diskriminatif. Tujuannya adalah untuk meyetarakan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu agar perempuan dapat menjadi agen perubahan sehingga dapat mengurangi kemiskinan yang selama ini banyak dialami masyarakat khususnya perempuan. Peningkatan dalam pendidikan akan meningkatkan status perempuan. Analisis: Kemiskinan mempunyai keterikatan dengan pendidikan. Pendidikan dapat menentukan kesejahteraan, dan pendidikan yang rendah menjadi salah satu penyebab kemiskinan. Pendidikan perempuan yang rendah membuat perempuan banyak berada dalam kondisi kemiskinan. Hal tersebut karena kesenjangan gender yang terjadi dalam pendidikan seperti kurangnya akses perempuan dalam pendidikan. Terdapat 2 faktor penyebab kesenjangan gender yaitu faktor struktural dan faktor kultural serta kebijakan pembangunan yang belum sensitif gender dan praktik budaya yang masih bias gender. Kesenjangan gender terjadi dalam berbagai hal, misalnya dalam buku bahan ajar khusunya Sekolah Dasar (SD) yang masih memperlihatkan perbedaan antara laki-laki da perempuan. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menghilangkan ketidakadilan gender belum berhasil. Penghambatnya adalah budaya yang masih melekat dengan masyarakat yang disosialisasikan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, perlu pendidikan gender sejak dini kepada anak-anak agar dapat tercipta kesetaraan dan keadilan gender. 3. Judul Tahun Jenis pustaka Bentuk pustaka Nama penulis Kota dan nama penerbit Nama jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL Tanggal diunduh : Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan : 2012 : Jurnal : Elektronik : Rahmi Fitrianti & Habibullah :: Jurnal Sosiokonsepsia : 17 (01) : 16 :http://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/bbd6c37 8095e1ce3e45398f3789b5bc6.pdf : 7 Maret 2015 Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang yang masih banyak ditemukan ketidaksetaraan gender dalam pendidikan. Sarana pendidikan di Kecamatan Majalaya sangat terbatas. Kecamatan Majalaya hanya memiliki 17 unit Sekolah Dasar (SD) dan 2 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP). Ketidaksetaraan gender dalam pendidikan dapat dilihat dari informan yang berumur 30 tahun keatas. Pada saat itu persentase tamatan SD mencapai 22%. Terdapat lima faktor yang menyebabkan terjadinya ketidaksetaraan gender dalam pendidikan yaitu akses, partisipasi, kontrol, manfaat dan nilai. Masyarakat melihat akses, partisipasi, kontrol dan manfaat serta nilai antara laki-laki dan perempuan untuk menentukan pendidikan. 7 Dari segi akses, ketersediaan sarana dan fasilitas pendidikan menjadi kendala masyarakat di Kecamatan Majalaya. Hal tersebut mempengaruhi minat masyarakat Majalaya baik laki-laki dan perempuan untuk bersekolah. Pertimbangan faktor jarak (lokasi sekolah jauh dari kecamatan) dan biaya menjadi kendala bagi masyarakat untuk memustuskan melanjutkan pendidikan. Dalam hal ini laki-laki dan perempuan mempunyai kesamaan peluang dalam pendidikan. Dari segi partisipasi, dilihat dari keikutsertaan dan pengambilan keputusan dalam pendidikan. Perempuan memiliki partisipasi yang rendah dalam pendidikan karena laki-laki yang lebih diutamakan untuk berpartisipasi dalam pendidikan. Ketidaksetaraan berpartisipasi dalam pendidikan antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh persepsi yang terbentuk dalam masyarakat bahwa laki-laki adalah prioritas pertama dan perempuan prioritas kedua dalam keluarga, sehinggal perempuan kurang dilibatkan dalam pendidikan. Dari segi kontrol, perempuan tidak memiliki kontrol dalam mengambil keputusan. Kontrol atau pengambilan keputusan didominasi oleh orang tua. Dan kontrol orang tua untuk memacu partisipasi dalam pendidikan masih berpihak kepada laki-laki. Selain itu orang tua masih berperan dalam pemilihan jurusan bagi anak-anaknya. Dari segi manfaat, dilihat dari dua aspek yaitu hasil dari pendidikan yang ditempuh dan akibat dari berhenti sekolah. Pendidikan yang ditempuh baik SD, SMP maupun SMA, semuanya memiliki manfaat bagi para informan. Hanya saja manfaat yang diperoleh berbeda. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh maka semakin banyak manfaat yang didapatkan. Akibat yang ditimbulkan karena berhenti sekolah kurang bagus, karena mereka tidak dapat membantu suami mencari nafkah terutama yang tamatan SD. Pekerjaan–pekerjaan lebih banyak tersedia bagi laki-laki. Dari segi nilai, dilihat dari tradisi, perbedaan peranan dalam keluarga, dan peranan perempuan saat ini. Tradisi memegang peranan penting dalam keberlanjutan pendidikan perempuan. Salah satunya adalah tradisi menikah muda bagi perempuan. Tradisi menikah muda menjadi faktor pendorong yang menyebabkan ketidaksetaraan gender dalam pendidikan. Perbedaan peranan dalam keluarga yang sejak kecil ditanamkan kepada anak laki-laki dan anak perempuan dalam pola pengasuhan juga merupakan tindakan ketidaksetaraan gender. Seperti mengurus pekerjaaan rumah yang dilakukan oleh perempuan sedangkan anak laki-laki memiliki kebebasan untuk melakukan apapun. Peranan perempuan saat ini tidak jauh berbeda dengan peranan perempuan dulu. Perempuan masih tetap mengurus urusan rumah tangga tanpa bantuan laki-laki. Dan laki-laki tetaplah orang yang mengambil keputusan. Faktor yang paling berpengaruh dalam ketidaksetaraan gender adalah nilai, karena nilai bersifat turun-temurun sehingga membentuk stereotipe dalam masyarakat tentang peran laki-laki dan perempuan. Stereotipe tersebut menciptakan ketidakadilan gender khususnya bagi perempuan, karena stereotipe menjadi faktor pendorong terjadinya marjinalisasi dan pensubordinasian perempuan dalam pendidikan. Selain itu sterotipe juga menciptakan beban kerja bagi perempuan, karena ketika perempuan bekerja membantu mencari nafkah, pekerjaan rumah tangga tetaplah menjadi urusan perempuan tanpa bantuan laki-laki. 8 Analisis: Penulis menggunakan konsep gender, ketidaksetaraan gender dan bentuk ketidaksetaraan gender dalam penelitiannya. Ketidaksetaraan gender dapat dilihat dari 5 (lima) aspek yaitu, aspek akses, aspek partisipasi, aspek kontrol, aspek manfaat dan aspek nilai. Dari kelima aspek tersebut yang paling mendominasi dan berpengaruh dalam ketidaksetaraan gender adalah nilai yang dilihat dari tradisi, perbedaan peranan dalam keluarga, dan peranan perempuan saat ini. Nilai yang diwariskan secara turuntemurun membentuk streotipe yang sulit diubah dalam masyarakat. Streotipe dapat membentuk terjadinya marjinalisasi dan pensubordinasian perempuan khususunya dalam pendidika. Streotipe juga menciptakan beban kerja bagi perempuan. Dan dari kelima aspek tersebut perempuan tidak memiliki peran sama sekali dalam aspek kontrol. Kontrol sepenuhnya dimiliki oleh orang tua termasuk dalam pemilihan jurusan yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai masyarakat. 4. Judul Tahun Jenis pustaka Bentuk pustaka Nama penulis Kota dan nama penerbit Nama jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL Tanggal diunduh : Kesenjangan Gender (Perempuan) dalam Mendapatkan Pendidikan pada Masyarakat Pedesaan : 2013 : Jurnal : Elektronik : Veronika Incing, Willy Trihardianto, Sugeng Rusmiwari :: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik : 02 (01) : 3 :http://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fisip/article/do wnload/65/92 : 24 April 2015 Penelitian ini dilakukan di Desa Tugurerejo, Blitar, Jawa Timur. Penulis membahas tentang faktor-faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender serta dampak yang ditimbulkan. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat pedesaan. Penelitian dilakukan dengan teknik wawancara terbuka dengan sumber data yang digunakan adalah primer dan sekunder dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Alasan penulis membahas ini adalah karena di Desa Tugurejo ini masih banyak terjadi kesenjangan gender khususnya kesenjangan dalam bidang pendidikan. Padahal pendidikan merupakan pondasi karena pendidikan dapat mempengaruhi bidang lainnya. Di Desa Tugurejo ini kebanyakan ibu-ibunya tamatan Sekolah Dasar (SD), bahkan tidak sedikit pula yang tidak merasakan mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar. Rendahnya pendidikan perempuan-perempuan di Desa Tugurejo berdampak pada kualitas dan kesejahteraan masyarakat disana. Oleh karena itu, kebanyakan pekerjaan bapak-bapak Desa Tugurejo adalah sebagai petani dan ibu-ibunya sebagai ibu rumah tangga. Desa Tugurejo termasuk salah satu desa tertinggal di Indonesia karena kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) nya rendah. Hal tersebutkan menyebabkan desa tersebut sulit berkembang. 9 Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan dalam pendidikan masyarakat Desa Tugurejo adalah faktor ekonomi, budaya, lingkungan, pergaulan, pola pikir, serta sarana dan prasarana pendidikan yang minim. Hal tersebut dilihat dari cara pandangan masyarakat yang masih menganggap bahwa tugas perempuan adalah mengurusi rumah tangga, masyarakat masih belum menyadari pentingnya pendidikan bagi dirinya sendiri, orang tua yang menganggap bahwa keselamatan kaum perempuan belum terjaga jika jauh dari orang tua, masih lemahnya ekonomi masyarakat, dan fasilitas pendidikan di Desa Tugurejo belum dapat dikatakan memadai. Dampak yang ditimbulkan oleh kesenjangan gender dalam pendidikan adalah lemahnya kesejahteraan dan perkembangan masyarakat karena lemahnya pendidikan masyarakat serta pembangunan yang dilakukan juga masih lemah. Analisis: Dalam penelitiannya, penulis memfokuskan kepada kesenjangan gender yang terjadi di bidang pendidikan pada masyarakat pedesaan dalam mendapatkan pendidikan. Penulis memaparkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan gender serta dampaknya, khususnya bagi perempuan. Faktor-faktor tersebut dapat dikatakan sebagai variabel pengaruh (X) yang mempengaruhi masyarakat dalam mendapatkan pendidikan. Variabel pengaruhnya adalah ekonomi, budaya, lingkungan, pergaulan, pola pikir, serta sarana dan prasarana pendidikan yang minim. Sedangkan dampak dari kesenjangan gender tersebut dapat dikatakan sebagai variabel terpengaruhnya.Variabel terpengaruhnya adalah kesejahteraan dan perkembangan masyarakat. Namun penulis tidak terlalu menjelaskan secara detail faktor-faktor tersebut, seperti pengukuran pengaruh dari faktor tersebut seperti apa sehingga dapat dikatakan bahwa faktor tersebut mempengaruhi masyarakat dalam pendidikan. Penulis hanya memaparkannya secara umum. Selain faktor, penulis juga menjelaskan dampak yang ditimbulkan dengan terjadinya kesenjangan gender dalam pendidikan. Hal yang sama juga terjadi dalam penjelasan mengenai dampak. Penulis tidak menjelaskan bagaimana dampak tersebut bisa terjadi dan mengapa faktor tersebut (variabel pengaruh) dapat mempengaruhinya. 5. Judul Tahun Jenis pustaka Bentuk pustaka Nama penulis Kota dan nama penerbit Nama jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL Tanggal diunduh : Analisis Situasi dan Kondisi Perempuan dalam Perspektif Gender di Kabupaten Lampung Tengah : 2008 : Prosiding : Elektronik : Endry Fatimaningsih : FISIP Universitas Lampung ::-:8 :http://www.rudifebriamansyah.webege.com/web_doc uments/endry_fatimaningsih_74-81.pdf : 26 Maret 2015 10 Jika dilihat-lihat permasalahan yang ada di Indonesia banyak dialami oleh perempuan dan anak-anak. Misalnya saja bidang pendidikan, masih banyak bahan ajar (buku-buku) yang diskriminatif. Dalam bidang kesehatan, diperlihatkan oleh angka kematian ibu yang tinggi dan kurangnya partisipasi laki-laki dalam kesehatan keluarganya. Selain itu kekerasan dan perdagangan yang dialami perempuan dan anakanak juga sangat memprihatinkan. Adanya peraturan perundang-undangan yang ada belum dapat menyelesaikan masalah-masalah di Indonesia khususnya masalah yang dialami oleh perempuan dan anak-anak. Penelitian ini ingin mengetahui dan menganalisis situasi dan kondisi perempuan yang berada di Kabupaten Lampung Tengah dalam perspektif gender. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder dari dokumen-dokumen kabupaten tersebut. penelitian ini melihat dari beberapa aspek yaitu aspek kependudukan, bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang ekonomi dan ketenagakerjaan dan bidang politik. Dilihat dari kondisi penduduk, jumlah penduduk di Kabupaten Lampung Tengah mengalami penambahan setiap tahunnya. Kondisi pendidikan di Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihat dari rata-rata lama sekolah, tingkat keaksaraan, dan APS (Angka Partisipasi Sekolah). Rata-rata perempuan menamatkan jenjang pendidikan pada tingkat SD (Sekolah Dasar) dan rata-rata laki-laki menamatkan pendidikan pada tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam hal lama sekolah yang disebabkan oleh akses dan kontrol yang kurang pada perempuan dalam menempuh pendidikan. Tingkat keaksaraan dapat kita lihat dalam angka buta huruf dan angka melek aksara. Angka buta huruf pada tahun 2003 menunjukkan perbedaan antara perempuan dan laki-laki rentang usia 10-14 dan 15-24 dengan perempuan dan laki-laki rentang usia 25 keatas. Angka buta huruf perempuan pada rentang usia 10-14 dan 15-24 lebih rendah dibanding laki-laki tapi angka buta huruf perempuan rentang usia 25 keatas lebih tinggi dibanding laki-laki. Begitu juga dengan angka melek aksara. Angka melek aksara perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal yang sama juga terjadi pada APS (Angka Partisipasi Sekolah), APS perempuan rentang usia 7-12 dan 13-15 lebih tinggi dibanding laki-laki tapi APS perempuan rentang usia 16-18 lebih rendah dibanding laki-laki. Bidang kesehatan dilihat dari angka keluhan penduduk (persentase penduduk yang mempunyai keluhan), angka kesakitan dan lain-lain. Angka keluhan kesehatan dan angka kesakitan menunjukkan perbedaan. Persentase angka keluhan lebih tinngi perempuan, namun angka kesakitan menunjukkan persentase laki-laki lebih tinggi. Kesenjangan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan terlihat dalam penggunaan alat kontrasepsi. Data menunjukkan bahwa masih rendahnya partisipasi laki-laki dalam penggunaan alat kontrasepsi. Bidang ekonomi dan ketenagakerjaan, permasalahan-permasalahan kesenjangan gender dapat dilihat seperti dalam jam kerja dan upah. Dalam hal ketenagakerjaan di Kabupaten Lampung Tengah memperlihatkan adanya kesenjangan gender yang dilihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki yang mengalami peningkatan sedangkan perempuan mengalami penurunan. Selain itu dalam hal upah atau gaji juga masih terjadi kesenjangan gender khususnya pekerja di sektor non-pertanian. Bidang politik telah membuka kesempatan bagi perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam kepengurusan partai politik walaupun tidak sebesar kesempatan yang dimiliki laki-laki. Penulis menyatakan bahwa hal tersebut karena perempuan dianggap partisipasi pasif yang cenderung menjadi objek dari politik tersebut. 11 Analisis: Penulis menganalisis gender di Kabupaten Lampung Tengah dengan melihat beberapa aspek yaitu aspek kependudukan, bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang ekonomi dan ketenagakerjaan dan bidang politik. Pendidikan yang ditamatkan perempuan disana masih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. Namun saat ini sudah mulai ada kemajuan, angka buta huruf perempuan tidak terlalu rendah, perempuan yang bersekolah juga sudah mulai besar jumlahnya. Dalam kesehatan, kesakitan lebih banyak dialami oleh laki-laki dibanding perempuan.Namun dalam ketenagakerjaan, pekerja perempuan masih belum sebanyak laki-laki. Ketidakadilan juga terdapat dalam bidang politik. Hal tersebut dilihat dari perbedaan jumlah kursi perwakilan yang dapat ditempati oleh perempuan. Pikiran orang-orang mengenai perempuan sebagai partisipasi pasif belum hilang. Oleh karena itu, masalah yang ada di Indoensia kebanyakan terjadi pada perempuan dan anak-anak. 6. Judul : Faktor dan Dampak Ketimpangan Pendidikan Perempuan dalam Kehidupan Perempuan (Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Tahun Jenis pustaka Bentuk pustaka Nama penulis Kota dan nama penerbit Nama jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL : 2008 : Skripsi : Elektronik : Fitri Gayatri : Institut Pertanian Bogor Tanggal diunduh : 24 April 2015 :: - :112 hal :http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1874 Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat bertujuan untuk melihat apa saja faktor-faktor yang menyebabkan ketimpangan dalam pendidikan dan dampak yang ditimbulkan oleh ketimpangan tersebut pada perempuan. Alasannya karena di Kecamatan Cariu tersebut masih sangat tinggi angka ketimpangan gender yang dilihat dari meningkatnya perbedaan jumlah siswa. Jumlah perempuan yang bersekolah lebih sedikit dibanding laki-laki dari tingkat SMP ke tingkat SMA. Masih terjadinya ketimpangan gender di Kecamatan Cariu karena kuatnya budaya yang masih dipegang teguh oleh masyarakat. Oleh karena itu dilakukanlah penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif yang didukung oleh metode kualitatif dengan masingmasing caranya kuesioner dan wawancara mendalam kepada orang tua dan anak yang dipilih secara acak sebanyak 30 orang responden. Responden orang tua usianya berkisar antara 30 tahun sampai 75 tahun yang terbagi menjadi 2 kategori dengan tingkat pendidikan secara umum tamatan SMP, sedangkan responden anak usianya berkisar antara 15 tahun sampai 34 tahun yang juga terbagi menjadi 2 kategori. Tingkat kepekaan orang tua dan anak dilihat dari wawasannya dalam isu gender (marjinalisasi, subordinasi, streotipe, kekerasan, beban kerja). Dari kelima isu gender tersebut, tiga diantaranya memperlihatkan bahwa orang tua dan anak-anak yang memiliki tingkat kepekaan yang tinggi lebih besar daripada orang tua dan anak-anak 12 yang memiliki tingkat kepekaan yang rendah. Dua isu gender yang tingkat kepekaannya lebih besar yang tinggi dibandingkan yang rendah adalah kekerasan dan marjinalisasi. Isu gender memiliki keterhubungan dengan persepsi orang tua terhadap peran pendidikan bagi anak perempuan dalam hal kepekaan orang tua. Semakin peka orang tua terhadap isu gender maka semakin baik persepsi orang tua terhadap peran pendidikan bagi anak perempuan. Persepsi orang tua terhadap peran pendidikan akan menentukan pendidikan anaknya. Pada masyarakat Kecamatan Cariu, masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan tidak terlalu berperan bagi perempuan dalam memperoleh pekerjaan. Hal tersebut dipengaruhi oleh streotipe yang masih melekat dengan masyarakat. Dalam hal kehidupan sosial, beberapa responden masih beranggapan bahwa pendidikan tidak mempunyai peran dalam keberlangsungan kehidupan sosial anak. Persepsi tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kepekaan responden terhadap isu gender beban kerja. Tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya, dalam hal kehidupan berkeluarga masih banyak responden yang beranggapan bahwa pendidikan tidaklah terlalu penting. Persepsi tersebut dipengaruhi oleh jenis kelamin, tingkat pendapatan, dan kepekaan orang tua terhadap isu gender beban kerja. Persepsi anak terhadap peran pendidikan bagi perempuan dapat dikatakan masih rendah. Responden anak-anak melihat bahwa pendidikan bagi perempuan hanya berperan dalam memperoleh pendidikan. Hasil sebaran data menunjukkan bahwa 50% responden anak-anak menganggap bahwa pendidikan berpengaruh dalam hal memperoleh pendidikan. Persepsi tersebut berhubungan dengan usia, jenis kelamin, dan kepekaan anak terhadap isu gender marjinalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan dan beban kerja. Namun pendidikan tidak berpengaruh dalam hal kehidupan sosial dan keluarga perempuan tersebut. Beberapa responden anak-anak beranggapan bahwa pendidikan tidak berpengaruh dalam hal kehidupan sosial perempuan. Persepsi tersebut berhubungan dengan kepekaan anak terhadap isu gender subordinasi, stereotipe, dan beban kerja. Dalam kehidupan berkeluarga, persepsi responden anak-anak sama seperti persepsi dalam hal kehidupan sosial. Masih banyak responden anak-anak tersebut tidak menganggap pendidikan sebagai hal yang mempengaruhi kehidupan berkeluarganya. Persepsi tersebut dipengaruhi kepekaan anak terhadap isu gender beban kerja. Persepsi orang tua terhadap peran pendidikan bagi perempuan mempengaruhi ketimpangan gender dalam pendidikan. Persepsi orang tua mengakibatkan orang tua menjadi tidak peduli dan merasa pendidikan tidak penting bagi anak perempuannya akan lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya. Kebanyakan orang tua di Kecamatan Cariu akan menikahkan anaknya pada usia dini. Tidak berbeda dengan persepsi orang tua, anak-anak juga beranggapan bahwa peran pendidikan tidak berpengaruh besar dalam kehidupannya. Persepsi anak-anak mengenai peran pendidikan juga menjadi penyebab ketimpangan gender dalam pendidikan karena beberapa anakanak tersebut tidak mempunyai keinginan untuk sekolah. Pengambilan keputusan dalam menyekolahkan anak perempuannya juga dapat mengakibatkan ketimpangan gender. Hal tersebut terjadi ketika pengambilan keputusan hanya melibatkan orang tua atau anak yang dihubungkan dengan persepsi mereka mengenai pendidikan anak perempuan, karena persepsi orang tua dan persepsi anak berpengaruh dalam mengambil keputusan mengenai pendidikan anak perempuan. 13 Analisis: Penulis menggunakan konsep gender, manifestasi ketidakadilan gender, persepsi, pendidikan yang mencakup pengertian pendidikan, peranan keluarga dalam pendidikan, faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap pendidikan, dampak pendidikan terhadap kehidupan sosial budaya. Terdapat beberapa variabel pengaruh (X) dan variabel terpengaruh (Y) yang digunakan oleh penulis. Variabel pengaruhnya, yaitu: (1) Karateristik Orang Tua yang mencakup usia orang tua, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kepekaan orang tua terhadap isu gender, tingkatan pendapatan orang tua; (2) Karaketristik Anak yang mencakup usia anak, jenis kelamin anak, kepekaan anak terhadapisu gender. Sedangkan variabel terpengaruhnya, yaitu; (1) Persepsi terhadap Pendidikan yang mencakup persepsi orang tua terhadap pendidikan anak, persepsi anak terhadap pendidikan, pengambilan keputusan pemberian pendidikan anak; (2) Ketimpangan Pendidikan Perempuan; (3) Dampak Ketimpangan Pendidikan terhadap Kehidupan Perempuan yang mencakup dampak ketimpangan pendidikan perempuan terhadap kehidupan individu perempuan, dampak ketimpangan pendidikan perempuan, terhadap kehidupanperempuan dalam bekeluarga, dampak ketimpangan pendidikan perempuan terhadap kehidupan perempuan dalam bermasyarakat. Persepsi terhadap pendidikan tersebut dikaitkan dalam memperoleh perkerjaan, dalam kehidupan sosial, dalam hal kehidupan berkeluarga. Hasil dari penelitian dimasukkan kedalam tabel sehingga lebih memudahkan dalam melihat ketimpangan yang terjadi dan lebih mudah dalam mendeskripsikannya. Hasil penelitian membuktikan hipotesis penulis. Dalam memperkuat hasil penelitiannya, penulis mencantumkan pernyataan beberapa responden. 7. Judul Tahun Jenis pustaka Bentuk pustaka Nama penulis Kota dan nama penerbit Nama jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL Tanggal diunduh : Kajian Kesetaraan Gender dalam Pendidikan di Sekolah Dasar Mitra PPL PGSD : 2012 : Jurnal : Elektronik : Dina Ampera : : Jurnal Tabularasa : 09 (02) : 18 :http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article23942-Dina%20Ampera.pdf : 7 Maret 2015 Penelitian ini dilakukan di 3 (tiga) kota berbeda di Sumatera Utara yaitu di Kota Medan, Binjai, dan Deli Serdang dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan yang dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar yang menjadi mitra PPL Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FIP Unimed mengenai pemahaman gender serta untuk mengungkapkan berbagai kondisi gender yang telah lama tersosialisasi dalam sistem sosial masyarakat. Alasan memilih lokasi tersebut karena anak-anak di perkotaan lebih responsive gender. Responden dari penelitian ini adalah siswa-siswi SD yang aktif sekolah. 14 Sekolah adalah wadah atau tempat dimana peserta didik dapat menambah wawasan dan pengetahuannya serta merubah pola pikir peserta didik. Pembelajaran baiknya dilakukan sejak dini karena disanalah pembentukan awal sikap, pengetahuan dan keterampilan dasar peserta didik seperti di Sekolah Dasar tak terkecuali pembelajaran tentang gender. Dengan demikian, sudah tertanam dalam diri anak sikap kesetaraan gender. Namun masih banyak bahan ajar, lingkungan, dan cara guru mengajar yang belum responsive gender. Dengan kata lain, belum terpenuhinya kebutuhan anak-anak tersebut untuk dapat mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Penerapan kesetaraan dan keadilan gender dapat lihat dari lingkungan, kegiatan, sumber bahan ajar, guru-gurunya yang sudah berperspektif gender. Aspek lingkungan dilihat dari pajangan positif tentang laki-laki dan perempuan, pemisahan gender dalam bidang rutin seperti saat baris, daftar hadir, pembagian duduk dalam kelas dan lain-lain, dominasi kegiatan tertentu, bekerjasama secara fair dengan porsi yang sama, pembagian tugas piket. Persentase pajangan positif dan tidak bias gender tentang laki-laki dan perempuan didominasi Kota Deli Serdang dengan 62,5%. Pemisahan gender paling rendah di Kota Deli Serdang juga. Dengan kata lain di Kota Deli Serdang tidak terjadi pemisahan gender saat berbaris, duduk, daftar hadir dan pembagian duduk. Dominasi kegiatan tertentu antara laki-laki dan perempuan hanya terjadi di Kota Medan. Dalam hal kerjasama, sekolah di ketiga kota tersebut rata-rata siswanya bekerjasama secara merata dengan porsi yang sama. Pembagian tugas piket juga tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Terkait bahan ajar (sumber bahan ajar) masih terdapat bahan ajar yang memperlihatkan kesenjangan gender seperti “Ibu memasak di dapur, Bapak membaca koran”. Hal tersebut terjadi diketiga kota tersebut. Aspek guru dilihat dari permintaan mengerjakan sesuatu pada laki-laki dan perempuan, kecepatan menjawab pertanyaan dari murid laki-laki dan perempuan, keseimbangan guru memperhatikan murid laki-laki dan perempuandan lain-lain. Secara umum di ketiga daerah tersebut, guru masih meminta siswa untuk mengerjakan pekerjaan tertentu. Kecepatan guru menjawab pertanyaan dari murid laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan jika dilihat secara keseluruhan karena lebih banyak yang menjawab sama cepatnya. Masih ada guru yang memperlakukan muridnya tidak sama dan hal tersebut terjadi di ketiga kota tersebut. Namun perhatian guru secara gender ke muridnya masih besar karena mereka (murid) mengerjakan kegiatan yang sama dengan tingkat kesulitan yang sama jadi tidak ada pilih kasih. Analisis: Penulis mengambil responden siswa-siswi Sekolah Dasar karena dimasa tersebutlah pembentukan awal sikap anak-anak dan pada saat ini anak-anak dididik sebaik-baiknya. Penulis melihat persepktif gender di Sekolah Dasar dari lingkungan sekolah dan kelas serta sikap dan tindakan guru. Dari ketiga kota yang diteliti oleh penulis, Sekolah Dasar di Deli Serdang sudah mulai berspektif gender. Sekolah disana sudah memperhatikan gender dalam kegiatan di sekolah seperti berbaris, duduk, absen dan lain-lain. Namun kesenjangan gender yang masih banyak terjadi di ketiga sekolah ini dan sekolah lainnya adalah pada buku bahan ajar. Buku bahan ajar tersebut masih memperlihatkan pekerjaan ibu dan bapak yang seolah-olah merupakan kodrat yang tidak bisa diubah. Guru-guru disana juga sudah berspektif gender meskipun ada beberapa yang belum berspektif gender dan bebrapa kegiatan yang secara tidak sadar guru-guru tersebut melakukan perbedaan gender. 15 8. Judul Tahun Jenis pustaka Bentuk pustaka Nama penulis Kota dan nama penerbit Nama jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL Tanggal diunduh : Diskriminasi Gender terhadap Perempuan dalam Sektor Pekerjaan : 2009 : Jurnal : Elektronik : Khusnul Khotimah : STAIN Purwokerto : Jurnal Studi Gender & Anak : 04 (01) : 12 :http://download.portalgaruda.org/article.php?articl e=49166&val=3910 : 7 Maret 2015 Penulis melakukan penelitian tidak pada suatu daerah tertentu melainkan mellihat secara keseluruhan. Jurnal ini membahas tentang kesenjangan yang terjadi pada perempuan dalam sektor pekerjaan yang mencakup pembagian kerja, faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan, serta kaitannya dengan kesetaraan dan keadilan gender. Penulis menyimpulkan bahwa kesenjangan gender telah berlangsung sejak lama. Hal ini dilihat dari masyarakat agraris dan masyarakat industri yang dari dulu menempatkan pekerjaan perempuan dan laki-laki dalam ketidakseimbangan. Partisipasi perempuan masih lemah dibanding laki-laki. Laki-laki bekerja di hulu sedangkan perempuan bekerja di hilir. Pembagian kerja berdasarkan seksual tersebut cenderung dipertahankan oleh masyarakat. Namun seiring dengan berjalannya waktu, terjadi sedikit perubahan dan perbedaan. Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan. Sedikit demi sedikit masyarakat industri khususnya perempuan mengalami kemajuan. Masyarakat industri sudah mengupayakan agar perempuan dapat terlibat dalam ekonomi. Partisipasi perempuan masih dianggap lemah dibandingkan dengan partisipasi laki-laki. Budaya patriarkhi telah membentuk kesenjangan gender, walaupun dalam pekerjaan perempuan mempunyai kontribusi yang cukup besar. Keyakinan gender yang membentuk peran gender telah membuat ketimpangan sosial yang merugikan perempuan di berbagai sektor. Kesenjangan gender yang terjadi pada perempuan telah merugikan perempuan dalam berbagai aspek seperti dalam pekerjaan. Perempuan mengalami bentuk ketidakadilan gender seperti marginalisasi dan lain-lain. Dalam sektor pekerjaan, kesenjangan gender terjadi akibat dari: (1) Marginalisasi dalam pekerjaan, perempuan mengalami proses penyingkiran seperti pada program pemerintah orde baru yang menggunakan teknologi sehingga menyingkirkan tenaga kerja perempuan; (2) Kedudukan perempuan yang subordinat dalam sosial dan budaya, kedudukan perempuan yang dinomor-duakan karena peran gender dalam masyarakat; (3) Stereotipe terhadap perempuan, pelabelan masyarakat terkait peran domestik yang hanya dilakukan oleh perempuan; (4) Tingkat Pendidikan Perempuan Rendah, rendahnya pendidikan mempersulit perempuan dalam mencari pekerjaan. Konsep kesetaraan gender dengan disahkannya Konvensi Penghapusan segala Kesenjangan terhadap perempuan agar mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki diharapkan dapat mengurangi kesenjangan. 16 Hal yang menyebabkan semakin tingginya kesenjangan gender dalam pekerjaan adalah modernitas. Masyarakat menggunakan sistem modern dalam pekerjaan. Oleh karena itu perempuan semakin termarginal dalam pekerjaannya sehingga memaksa perempuan untuk melakukan pekerjaan informal yang kurang memperhatikan keselamatan dan keamanan perempuan itu sendiri dan upahnya yang masih rendah. Analisis: Kesenjangan yang terjadi pada perempuan dalam sektor pekerjaan disebabkan oleh marginalisasi dalam pekerjaan, kedudukan perempuan yang subordinat dalam sosial dan budaya, streotipe terhadap perempuan, dan tingkat pendidikan perempuan yang rendah. Kesenjangan sudah terjadi sejak zaman masyarakat industri dan masyarakat agraris. Partisipasi perempuan selalu lemah dibanding laki-laki. Kebijakan yang telah ditetapkan saat itu agar perempuan mengalami kemajuan masih belum berhasil karena terhambat oleh buadya patriarki. Budaya patriarki tersebut membuat perempuan dalam poisisi yang kurang menguntungkan. Dampaknya adalah perempuan menjadi sulit mencari pekerjaan. Penyebabnya adalah (1) Marginalisasi dalam pekerjaan; (2) Kedudukan perempuan yang subordinat dalam sosial dan budaya; (3) Stereotipe terhadap perempuan; (4) Tingkat Pendidikan Perempuan Rendah. Bukan hanya dalam mencari pekerjaan, saat sudah bekerja pun kesenjangan tetap terjadi. Misalnya, pada perempuan seperti upah atau gajian yang diterima tidak sama dengan upah atau gaji laki-laki meskipun pekerjaan yang dilakukan sama. 9. Judul Tahun Jenis pustaka Bentuk pustaka Nama penulis Kota dan nama penerbit Nama jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL Tanggal diunduh : Narrowing The Education Gender GAP In Developing Countries : 1986 : Jurnal : Elektronik : Elizabeth M.King, J.R. Peterson, S.M. Adioetorao, L.J. Domingo, S.H.Syed : William and Flora Hewlwu Foundation : Policy Brief : - : 2 hal :http://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/researc h_briefs/2008/RB5005.pdf : 11 Mei 2015 Penelitian ini dilakukan oleh RAND dengan menggunakan data rumah tangga Indonesia, Pakistan dan Filipina yang merupakan negara berkembang. Ketiga negara ini memiliki persamaaan dan perbedaan. Indonesia dan Pakistan memiliki persamaan dalam agama namun kultur sosialnya berbeda. Indonesia dan Filipina memiliki kesamaan etnik, ekonomi tetapi memiliki perbedaan keagamaan dan budaya. Posisi perempuan diketiga negara ini berbeda-beda, di Pakistan aktivitas perempuan diluar rumah sangat dibatasi tidak seperti di Indonesia dan Filipina. Namun saat ini pendidikan anak perempuan sudah meningkat tidak seperti pada zaman ibu mereka. Fenomena kesenjangan gender antara ketiga negara menunjukkan bahwa pendidikan perempuan 17 dikota lebih tinggi dibanding perempuan didesa. Dan yang paling rendah adalah perempuan di Pakistan yang hanya 24 persen. Penelitian menemukan tiga faktor alasan terjadinya diskriminasi gender, yaitu: pengembalian investasi pendidikan, relevansi pendidikan, dan tekanan sosial. Orang tua menganggap lebih untung jika anak laki-laki yang disekolahkan dibanding perempuan. Dan juga, perempuan nantinya akan menjadi seorang istri sehingga merasa kalau pendidikan formal bagi perempuan tidak penting. Hal lain juga ditemukan bahwa, pendidikan perempuan, umur saat dia menikah dan yang liannya berkorelasi dengan tingkat pendidikan anaknya. Jika pendidikan perempuan tinggi maka hal tersebut juga terjadi pada anaknya. Perputaran tersebut menjadi sebuah isu kebijakan, yaitu: pertama, peningkatan manfaat pendidikan perempuan di negara-negara berkembang; kedua, anak-anak tidak mengontrol alokasi dari sumberdaya keluarga; ketiga, mendidik seorang anak lebih mudah dibanding memberi pelatihan kepada orang dewasa. Kebijakan yang dapat dilakukan untuk mempersempit kesenjangan gender adalah: (1) Pembangunan ekonomi dan keuntungan bekerja lebih besar bagi perempuan, dengan begitu perempuan dapat membentuk tradisi sosial peraturan dan keluarga untuk merubah kondisi; (2) Pemerintah mengurangi biaya dari pendidikan perempuan; (3) Meningkatkan akses untuk bersekolah, pemerintah membutuhkan dorongan pembagunan dan subsidi dari orang tua yang menyekolahkan anaknya. Analisis: Penulis membahas bagaimana caranya untuk mempersempit kesenjangan gender yang terjadi dalam pendidikan di dunia ketiga (negara berkembang) seperti di Indonesia, Pakistan dan Filipina. Kesenjangan gender yang terjadi di tiap negara berbeda-beda. Namun penulis menemukan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan gender ada 3 yaitu : pengembalian investasi pendidikan, relevansi pendidikan, dan tekanan sosial. Orang tua menganggap dengan menyekolahkan anak laki-laki, uang yang dikeluarkan untuk anak tersebut bersekolah lebih cepat kembali dibanding jika perempuan yang bersekolah. Penulis mengungkapkan beberapa keuntungan meningkatkan pendidikan perempuan yaitu menghasilkan tenaga kerja yang terampil, mengurangi kelahiran (fertilitas), menurunkan tingkat kematian bayi, dan meningkatkan perawatan pada anak-anak. Pemerintah perlu untuk membuat kebijakan yang memperhatikan pendidikan perempuan. Kebijakan yang dapat dilakukan, seperti: (1) Pembangunan ekonomi dan keuntungan bekerja lebih besar bagi perempuan; (2) Pemerintah mengurangi biaya dari pendidikan perempuan; (3) Meningkatkan akses untuk bersekolah. 10. Judul Tahun Jenis pustaka Bentuk pustaka : Kausalitas antara Fundamental Ekonomi Daerah dan Peran Wanita dalam Pembangunan : 2012 : Jurnal : Elektronik 18 Nama penulis Kota dan nama penerbit Nama jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL : Amin Pujiati : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang Tanggal diunduh : 26 Maret 2015 : Jurnal Ekonomi Pembangunan : 13 (01) : 16 :https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/12 3456789/1729/04-Amin%20Pujiati.pdf?sequence=1 Penulisan jurnal ini bertujuan untuk menganalisis peran wanita dalam pembangunan dan menguji hubungan kausalitas antara fundamental ekonomi daerah dan peran wanita dalam pembangunan. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Capaian hasil pembangunan tidak hanya dilihat dari pertumbuhan ekonomi saja tetapi juga dilihat dari pembangunan manusia, karena dalam pencapaian hasil pembangunan diperlukan indikator fundamental yang meliputi pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita daerah,dan indikator pembangunan manusia. Fakta bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan lajang lebih rendah dan pola penggajian yang berbeda antara laki-laki dan perempuan menunjukkan masih terjadinya kesenjangan gender dalam pembangunan. Obyek penelitian penulis adalah kabupaten/kota yang ada di Jawa Tengah. Penulis melihat peran wanita dalam empat indikator yaitu tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, peran wanita dalam sektor publik, dan potensi ketenagakerjaan. Hasilnya adalah pendidikan wanita masih rendah jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan laki-laki. Dilihat dari tingkat kesehatan, yaitu peserta KB juga masih rendah. Penyebabnya adalah kurangnya informasi tentang penggunaan alat kontrasepsi. Peran wanita dalam sektor publik masih rendah. Hal tersebut dilihat dari rendahnya persentase wanita dalam sektor publik lainnya seperti keuangan, komunikasi, konstruksi, listrik serta lainnya. Potensi ketenagakerjaan wanita masih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. Masih banyak perempuan yang tergolong dalam pekerja tak dibayar. Penulis menganggap bahwa budaya Jawa membuat wanita tidak perlu pendidikan tinggi. Hasil penelitian penulis menyebutkan bahwa terdapat hubungan kausal antara peran wanita dalam pembangunan khususnya dalam angkatan kerja dengan fundamental daerah. Semakin banyak wanita yang bekerja, semakin meningkat peran wanita dalam pembangunan dan semakin meningkat pertumbuhan PDRB sehingga semakin meningkat pula fundamental ekonomi daerah. Analisis: Penulis melakukan penelitian tanpa melakukan observasi langsung di lapang, hanya melihat hasil penelitian orang lain atau data dari berbagai sumber. Penulis tidak mencantumkan rumusan masalahnya, hanya mencantumkan tujuannya saja. Penulis sangat rinci dalam menjelaskan metode penelitian. Penulis menggunakan definisi operasional variabel fundamental ekonomi dan peran wanita. Indikator fundamental ekonomi yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi, sedangkan indikator peran wanita adalah tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, peran wanita di sektor publik, dan potensi ketenagakerjaan. Tingkat pendidikan diukur dengan jumlah tenaga kerja wanita berdasarkan tingkat pendidikan terakhir serta rasio tenaga kerja wanita dan laki-laki berdasarkan tingkat pendidikan terakhir. Tingkat kesehatan diukur dengan jumlah 19 wanita yang mengikuti program keluarga berencana dan jumlah wanita pengikut keluarga berencana mandiri. Peran wanita di sektor publik diukur dengan jumlah wanita yang bekerja di berbagai bidang. Potensi ketenagakerjaan diukur dengan jumlah angkatan kerja wanita yang bekerja, rasio angkatan kerja yang bekerja anatra wanita dan laki-laki, dan jumlah wanita berusaha sendiri. Hubungan kausalitas antara fundamental ekonomi daerah dan peran wanita diuji dengan menggunakan “uji kausalitas granger” yang terdapat tiga kemungkinan arah. Variabel pengaruhnya (X) adalah peran wanita dan variabel terpengaruhnya (Y) adalah fundamental ekonomi. 11. Judul Tahun Jenis pustaka Bentuk pustaka Nama penulis Kota dan nama penerbit Nama jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL Tanggal diunduh : Analisis Interseksionalitas terhadap Rancangan Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Trafficking) Perempuan dan Anak : 2005 : Jurnal : Elektronik : Herlina Permata Sari :: Jurnal Kriminologi Indonesia : 04 (01) : 7 :http://journal.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/1237 /1142 : 24 April 2015 Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat masalah perdagangan perempuan dan anak yang telah banyak terjadi khususnya di Indonesia dan mengidentifikasi bentuk-bentuk multiple discrimination. Perdagangan perempuan dan anak merupakan masalah besar dan menjadi isu internasional yang harus diatasi. Besarnya keuntungan yang didapatkan dari perdagangan manusia ini dapat dilihat dari tingginya jumlah korban. Berbagai peraturan telah dibuat untuk dapat menghapus perdagangan manusia. Hal tersebut tertuang dalam konvensi oleh PBB. Perdagangan perempuan dan anak merupakan tindakan kejahatan yang telah mencakup lintas negara. Dikatakan sebagai tindakan kejahatan karena perdagangan manusia (perempuan dan anak) telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Perdagangan manusia ini biasanya akan berakhir pada praktek kerja paksa karena mereka akan dipekerjakan sebagai buruh migran, pembantu rumah tangga atau pekerja seks. Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi pemasok terbesar pekerja ke negara lain. Oleh karena itu, buruh migran perempuan dari Indonesia tersebut rentan menjadi korban dari perdagangan manusia. Hal-hal yang dapat terjadi pada buruh migran Indonesia adalah penipuan agen tenaga kerja, kekerasan, penganiayaan dan penyekapan, sehingga beberapa negara didesak untuk mensahkan Peraturan terkait penghapusan perdagangan perempuan dan anak serta membuat kebijakan dan melakukan tindakan yang mengacu pada penghapusan kesenjangan gender dan kelas ekonomi. Kebanyakan yang menjadi korban perdagangan manusia ini adalah perempuan dan anak-anak dari golongan miskin (tidak mampu). Mereka mengalami kesenjangan gender karena kurangnya akses terhadap pendidikan serta kelas ekonomi yang terbentuk 20 dalam masyarakat. Kurangnya akses pendidikan ini membuat perempuan sulit untuk mendapatkan pekerjaan di negaranya sendiri serta mendapatkan penghasilan yang layak dan membuat mereka sedikit atau sama sekali tidak memiliki keberanian untuk melawan. Selain itu, rendahnya pendidikan mereka membuat mereka mencari orang yang dapat membantu mereka dalam mencari atau menemukan pekerjaan untuk mereka sehingga mereka tidak mengetahui informasi yang seharusnya mereka ketahui. Kelas ekonomi dan diskriminasi gender tidak hanya terjadi dalam perdagangan. Diluar hal tersebut, kelas ekonomi dan diskriminasi juga mengakibatkan terjadinya kekerasan pada perempuan. Oleh karena itu pendidikan merupakan hal yang penting, karena keperempuanan dan kemiskinan dapat menyebabkan terjadinya diskriminasi pada diri mereka. Analisis: Perdagangan manusia merupakan hal yang harus diperhatikan, karena korban perdagangan manusia kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak. Banyak orangorang tergiur melakukan perdagangan manusia ini karena besarnya keuntungan yang bisa diperoleh. Penulis melihat terjadinya perdagangan manusia disebabkan oleh kesenjangan gender dan kelas ekonomi yang terjadi dalam masyarakat. Kesenjangan gender disebabkan oleh kurangnya akses perempuan terhadap pendidikan. Beberapa dampak rendahnya pendidikan yang rendah adalah perempuan semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan, perempuan susah untuk mendapatkan informasi mengenai pekerjaan, perempuan tidak memiliki keberanian untuk melawan orang yang memiliki kelas ekonomi diatasnya. Dalam tulisannya penulis menganggap bahwa peraturan pemerintah terkait penghapusan perdagangan perempuan dan anak serta kebijakan dan tindakan tindakan yang mengacu pada penghapusan kesenjangan gender dan kelas ekonomi dapat mengurangi bahkan menghilangkan perdagangan manusia khususnya perempuan dan anak-anak. RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Gender Konsep Gender Menurut Hubeis (2010), gender adalah suatu konstruksi sosial yang mengacu pada perbedaan sifat perempuan dan laki-laki yang berdasarkan nilai-nilai budaya yang menentukan peranan laki-laki dan perempuan di tiap bidang masyarakat yang menghasilkan peran gender. Misalnya perempuan sering dipandang sebagai orang yang keibuan, ramah, dan teliti sedangkan laki-laki dikenal sebagai orang yang kuat, dan perkasa. Dengan kata lain, gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang terbentuk di dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial, budaya, politik dan ekonomi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, Angka Gender-Related Development Index (GDI) Indonesia pada tahun 2004 mencapai 0,704 masih rendah jika dibandingkan dengan Vietnam, Filipina, Cina, Thailand, Malaysia. Rendahnya GDI di Indonesia karena kesenjangan gender yang masih banyak terjadi. Pelekatan sifat gender pada lak-laki dan perempuan yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan gender. Simatauw et al. (2001 dalam Octaviana, 2013), bentuk-bentuk ketidakadilan gender : 1. Marjinalisasi (peminggiran) ekonomi : pemisahan akibat jenis kelamin yang dapat menyebabkan salah satu jenis kelamin merasa dirugikan. 2. Subordinasi (penomorduaan) : anggapan bahwa salah satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain. 3. Beban kerja lebih (beban ganda) : ketimpangan beban kerja yang lebih banyak yang ditanggung oleh salah satu jenis kelamin. 4. Streotipe (pelabelan) : pelabelan terhadap suatu kelompok atau jenis pekerjaan tertentu. 5. Kekerasan : bentuk penyerangan fisik atau nonfisik yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain. Kesenjangan gender dapat terjadi diberbagai bidang seperti bidang kesehatan dan bidang pendidikan. Kesenjangan gender terkadang terjadi tanpa disadari. Misalnya saja dalam bahan ajar anak sekolah. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa masih banyak terdapat kesenjangan gender dalam bahan ajar anak sekolah terutama Sekolah Dasar (SD). Buku bahan ajar tersebut masih memperlihatkan pekerjaan ibu didapur dan bapak yang santai membaca koran, seolah-olah merupakan kodrat yang tidak bisa diubah. Hal tersebut terjadi dari tahun ke tahun sampai sekarang. Masyarakat tidak menyadari bahwa hal tersebut termasuk kedalam kesenjangan gender sehingga tidak ada perubahan peran gender dalam buku-buku tersebut. 22 Fenomena Kesenjangan Gender Kesenjangan gender tidak terlepas dari pendidikan. Banyak kesenjangan gender yang terjadi dalam bidang pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata lama sekolah, tingkat keaksaraan, dan APS (Angka Partisipasi Sekolah). Penelitian Endry Fatimaningsih menyebutkan bahwa di Kabupaten Lampung Tengah, rata-rata perempuan menamatkan jenjang pendidikan pada tingkat SD (Sekolah Dasar) dan ratarata laki-laki menamatkan pendidikan pada tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Angka buta huruf yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Selain angka buta huruf, angka melek huruf juga juga terdapat kesenjangan antara laki-laki dan perempun. Sedangkan dari sebuah penelitian beberapa kota di Sumatera Utara, guru memperlakukan muridnya tidak sama dan hal tersebut terjadi di ketiga kota tersebut. Namun perhatian guru secara gender ke muridnya masih besar karena mereka (murid) mengerjakan kegiatan yang sama dengan tingkat kesulitan yang sama jadi tidak ada pilih kasih. Pendidikan Konsep Pendidikan Pendidikan merupakan hak asasi bagi manusia karena pendidikan sebagai suatu upaya untuk dapat memperbaiki kehidupan. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) terdapat beberapa konsep pendidikan, yaitu: (1) Pendidikan formal, yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi; (2) Pendidikan nonformal, yaitu jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; (3) Pendidikan informal, yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan yang pertama kali didapat adalah pendidikan informal yaitu pendidikan dari keluarga. Pendidikan tersebut mencakup bagaimana cara bersikap kepada orang tua, kepada adik, kepada teman, bagaimana cara makan yang baik dan lain sebagainya. Pemerataan pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka melek huruf. Dalam menganalisis kebijakan pemerintah terkait pendidikan dapat dilihat dari akses yang mengacu pada apakah semua anak laki-laki dan perempuan memperoleh peluang yang sama dalam pendidikan, partisipasi yang mengacu pada apakah semua laki-laki dan perempuan dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan pendidikan, kontrol atau penguasaan mengacu pada apakah semua laki-laki dan perempuan mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan bagi dirinya, dan manfaat mengacu pada apakah semua laki-laki dan perempuan telah memperoleh manfaat dari pembangunan pendidikan. Kesenjangan Gender dalam Pendidikan Faktor Kesenjangan Gender Kesenjangan gender dalam pendidikan dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang dipandang dari sudut berbeda. Penelitian Efianingrum (2008) mengungkapkan 23 bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan gender adalah faktor struktural dan kultural serta kebijakan pembangunan yang kurang sensitif gender dan masih banyaknya praktik budaya yang bias gender. Penelitian yang lainnya menyebutkan bahwa faktor yang mneyebabkan kesenjangan gender adalah akses, partisipasi, kontrol, manfaat dan nilai. Kelima faktor tersebut mempunyai hubungan dalam menentukan pendidikan seseorang yang dapat menyebabkan kesenjangan gender. Namun yang paling berpengaruh adalah nilai, karena nilai yang turun menurun nantinya membentuk ketidakadilan gender dalam masyarakat seperti peran gender yang tercipta pada masyarakat yang hingga kini sulit untuk dirubah. Faktor penyebab kesenjangan gender lainnya adalah faktor ekonomi, budaya, lingkungan, pergaulan, pola pikir, serta sarana dan prasarana pendidikan yang minim. Penelitian Fitri Gayatri menemukan bahwa karakteristik orang tua dan anak yang mencakup usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan tingkat kepekaan mempunyai pengaruh dalam membentuk kesenjangan yang terjadi dalam masyarakat khususnya dalam pendidikan. Dampak Kesenjangan Gender Kesenjangan gender yang terjadi dalam pendidikan memberikan dampak yang merugikan bagi orang–orang yang mengalami kesenjangan tersebut. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa kesenjangan gender dalam pendidikan mengakibatkan lemahnya kesejahteraan dan perkembangan masyarakat karena lemahnya pendidikan masyarakat serta pembangunan yang dilakukan juga masih lemah. Kesenjangan tersebut juga membuat perempuan menjadi sulit dalam memperoleh pekerjaan. SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Pembangunan tidak bisa dilepaskan dari pendidikan dan peran serta laki-laki dan perempuan dalam prosesnya. Pendidikan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan terutama dalam membentuk dan menciptakan sumberdaya manusia. Namun partisipasi laki-laki dan perempuan dalam pendidikan tidak seimbang dan mengalami kesenjangan. Hal tersebut dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka melek huruf. Padahal pemerintah sudah menetapkan kebijakan agar laki-laki dan perempuan sudah menetapkan bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak emdapatkan pendidikan yang layak. Kesenjangan gender termanifestasikan dalam bentuk ketidakadilan gender yaitu stereotipe, subordinasi, marginalisasi, kekerasan dan beban ganda. Kesenjangan gender terjadi karena berbagai faktor. Dalam pendidikan, kesenjangan gender terjadi karena faktor kultural dan struktural serta praktik budaya masyarakat, karena faktor akses, partisipasi, kontrol, manfaat, dan nilai. Selain itu juga bisa karena faktor ekonomi, budaya, lingkungan, pergaulan, pola pikir, serta sarana dan prasarana pendidikan yang minim. Usulan Kerangka Baru Pendidikan merupakan hal yang penting bagi seseorang untuk dapat memperbaiki kehidupannya. Dibeberapa daerah, pendidikan mengalami berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut seperti kesenjangan gender. Kesenjangan gender terjadi ketika salah satu jenis kelamin lebih unggul atau lebih tinggi dibanding jenis kelaminnya. Dalam pendidikan hal tersebut seperti angka partisispasi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Dalam pelaksanaannya, kesenjangan gender disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut menyebabkan kesenjangan gender. Hal tersebut juga tidak terlepas dari dampak yang ditimbulkan kesenjangan gender. Dampak kesenjangan gender dilihat dari pemenuhkan kebutuhan oleh laki-laki dan perempuan dalam pendidikan. Secara ringkas kerangka analisis disajikan pada gambar dibawah ini: Faktor: a. Ekonomi b. Kebijakan pemerintah c. Isu Gender Kesenjangan Gender Bidang Pemdidikan Pemenuhan Kebutuhan - Kebutuhan Praktis - Kebutuhan Strategis Analisis Gender Keterangan : : Menyebabkan : Mempengaruhi Gambar 1 Kerangka analisis 25 Perumusan Masalah dan Pertanayaan Penelitian Skripsi Berdasarkan kerangka analisis yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana faktor-faktor tersebut menyebabkan kesenjangan gender dalam pendidikan? 2. Bagaimana dampak kesenjangan gender dalam memenuhi kebutuhan seseorang di bidang pendidikan? DAFTAR PUSTAKA Ampera, Dina. 2012. Kajian Kesetaraan Gender dalam Pendidikan di Sekolah Dasar Mitra PPL PGSD [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada tanggal 7 Maret 2015 tersedia di http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-23942Dina%20Ampera.pdf Badan Pusat Statistik. 2010. Sensus Penduduk 2010. Diakses pada tangal 26 Maret 2014 tersedia di http://www.sp2010.bps.go.id Darwin, Muhadjir M. 2006. Memperkecil Kesenjangan Gender Melalui Kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG). [Internet]. Diunduh pada tanggal 26 September 2014 tersedia di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/42845 Efianingrum, Ariefa. 2008. Pendidikan dan Pemajuan : Menuju Keadilan Gender [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada tanggal 7 Maret 2015 tersedia di http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Artikel%20Fondasia%202008.pdf Fatimaningsih, Endry. 2008. Analisis Situasi dan Kondisi Perempuan dalam Perspektif Gender di Kabupaten Lampung Tengah [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada tanggal 26 Maret 2015 tersedia di http://www.rudifebriamansyah.webege.com/web_documents/endry_fatimaning sih_74-81.pdf Gayatri, Fitri. 2008. Faktor dan Dampak Ketimpangan Pendidikan Perempuan dalam Kehidupan Perempuan (Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada tanggal 24 April 2015 tersedia di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1874 Habibullah dan Rahmi Fitrianti. 2012. Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada tanggal 7 Maret 2015 tersedia di http://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/bbd6c378095e1ce3e45398f3789b5 bc6.pdf Hubeis, Aida VS. 2010. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor [ID]: IPB Press. Incing, Veronika dkk. 2013. Kesenjangan Gender (Perempuan) dalam Mendapatkan Pendidikan pada Masyarakat Pedesaan Globalisasi [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada 24 April 2015 tersedia di http://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fisip/article/download/65/92 Khotimah, Khusnul. 2009. Kesenjangan Gender terhadap Perempuan dalam Sektor Pekerjaan [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada tanggal 7 Maret 2015 tersedia di http://download.portalgaruda.org/article.php?article=49166&val=3910 King, Elizabeth M. 1986. Narrowing The Education Gender GAP In Developing Countries [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada 11 Mei 2015 tersedia di http://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/research_briefs/2008/RB5005.pdf Kurniasih, Dewi. Perwujudan Keadilan dan Kesetaraan Gender [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada tanggal 8 Oktober 2014 tersedia di 27 http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/659/jbptunikompp-gdl-dewikurnia-32909-1artikel-r.pdf Octaviana, Resty Nur. 2013. Analisis Gender terhadap Keberhasilan Program Diklat FPTP Pusbindiklat LIPI [skripsi]. [Internet]. Diunduh pada 28 September 2014 tersedia di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/66315 Pujiati, Amin. 2012. Kausalitas antara Fundamental Ekonomi Daerah dan Peran Wanita dalam Pembangunan [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada 26 Maret 2015 tersedia di https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/1729/04Amin%20Pujiati.pdf?sequence=1 Puspitawati, Herien. 2007. Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang Pendidikan dalam Menyongsong Era Globalisasi [jurnal]. [Internet]. Diunduh pada 24 April 2015 tersedia di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/31963 Sari, Herlina Permata. 2005. Analisis Interseksionalitas terhadap Rancangan Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Trafficking) Perempuan dan Anak[jurnal]. [Internet]. Diunduh pada 24 April 2015 tersedia di http://journal.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/1237/1142 28 Riwayat Hidup Ranienci Istiqomah dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 21 Februari 1995. Penulis adalah anak kedua dari pasangan Hafnizel dan Endrawati. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis adalah SD Negeri 024 Simpang Tiga (Pekanbaru) periode 2000-2006, SMP Negeri 1 Siak Hulu periode 2006-2007, SMP Negeri 1 Sungayang periode 2007-2009, dan SMA Negeri 1 Sungayang periode 2009-2012. Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTM IPB). Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti berbagai macam kegiatan dan organisasi. Penulis pernah menjadi anggota kepanitiaan LES VIII periode 2013-2014 Divisi Akademik dan Program. Penulis juga pernah menjadi anggota kepanitiaan Jurnalistic Fair periode 2013-2014 Divisi Creative. Penulis juga aktif sebagai anggota HIMASIERA Divisi Community Development pada periode 2013-2014. Penulis juga mengikuti organisasi Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Minang (IPMM). Saat ini penulis aktif sebagai anggota kepanitiaan Green Enviromental Magazine (BEM KM IPB) Divisi Sponsorship periode 2014-2015. Penulis merupakan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi sejak tahun 2014.