I. LOGIKA Logika mempelajari hubungan antar pernyataan-pernyataan yang berupa kalimat-kalimat atau rumus-rumus, sehingga dapat menentukan apakah suatu pernyataan bernilai benar. Benar tidaknya suatu pernyataan lebih mengarah pada bentuknya; bukan pada arti kalimat. Waniwatining 1 1. PROPOSISI Pernyataan yang mempunyai nilai benar atau salah saja yang digunakan dalam penalaran. Pernyataan tersebut disebut Proposisi. Proposisi adalah kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi tidak keduanya. Waniwatining 2 Contoh-contoh Proposisi : 6 adalah bilangan genap Soeharto adalah Presiden Indonesia yang pertama. 2+2=4 Ibukota propinsi Jawa Barat adalah Semarang. 12 > 19 Hari ini adalah hari Kamis Waniwatining 3 Contoh-contoh bukan Proposisi: Jam berapa kereta api Argo Bromo berangkat ? Isilah gelas tersebut dengan air. X > 3 Waniwatining 4 Lambang Proposisi: Proposisi biasanya dilambangkan dengan huruf kecil seperti p, q, r,…. Contoh : p: 6 adalah bilangan genap q: 2 + 2 = 4 r : Hari ini adalah hari Kamis Waniwatining 5 2. PROPOSISI MAJEMUK Satu atau lebih proposisi dapat dikombinasikan untuk menghasilkan proposisi baru. Operator yang digunakan untuk mengkombinasikan proposisi disebut operator logika. Operator logika yang digunakan adalah : dan (and), atau (or), tidak (not). Waniwatining 6 Proposisi Majemuk : Proposisi baru yang diperoleh dari pengkombinasian. Proposisi atomik : Proposisi yang bukan merupakan kombinasi proposisi lain. Proposisi majemuk disusun dari proposisi-proposisi atomik. Waniwatining 7 Tabel Penghubung Proposisi Simbol Arti Dibaca Negasi Tidak / bukan Konjungsi Dan Disjungsi Atau Implikasi (kondisi tunggal) Jika...maka...atau... hanya jika... Biimplikasi (kondisi ganda) Waniwatining ...Jika dan hanya jika ... 8 Konjungsi Misalkan p dan q adalah proposisi. Konjungsi p dan q dinyatakan dengan notasi p q , adalah proposisi p dan q. Contoh : p:Hari ini hujan q:Murid-murid tidak sekolah pq : Hari ini hujan dan murid-murid tidak sekolah. Waniwatining 9 Disjungsi Misalkan p dan q adalah proposisi. Disjungsi p dan q dinyatakan dengan notasi pq , adalah proposisi p dan q. Contoh : p:Hari ini hujan q:Hari ini dingin pq : Hari ini hujan atau hari ini dingin. Waniwatining 10 Negasi ( Ingkaran ) Misalkan p dan q adalah proposisi. Ingkaran atau negasi dari p, dinyatakan dengan notasi p, adalah proposisi tidak p. Contoh : p: Hari ini hujan p: Tidak benar hari ini hujan. Waniwatining 11 Contoh : p: Pemuda itu tinggi q: Pemuda itu tampan Nyatakan dalam bentuk simbolik. a) Pemuda itu tinggi dan tampan. b) Pemuda itu tinggi tapi tidak tampan. c) Pemuda itu tidak tinggi maupun tampan. d) Tidak benar pemuda itu pendek atau tidak tampan. e) Pemuda itu tinggi, atau pendek dan tampan. f) Tidak benar bahwa pemuda itu pendek Waniwatining 12 maupun tampan. IMPLIKASI (Proposisi Bersyarat) Simbol adalah simbol implikasi dibaca “jika . . . maka . . .” atau “ . . . hanya jika . . .”. contoh kalimat implikasi “jika p maka q” dapat ditulis dalam bentuk simbol menjadi p q. Proposisi p disebut hipotesis (anteseden), sedangkan q disebut konklusi (konsekuen). Waniwatining 13 Biimplikasi (dwi syarat) adalah simbol bi-implikasi dibaca “. . . jika dan hanya jika . . .”. Jika terdapat proposisi majemuk “m jika dan hanya jika n”, maka dapat ditulis dalam bentuk simbol m n atau dalam bentuk (m n) (m n). Simbol Waniwatining 14 TABEL KEBENARAN p q bernilai bernilai benar jika p dan q keduanya benar, selain itu nilainya salah. Konjungsi Waniwatining p q pq T T T T F F F T F F F F 15 Disjungsi p q bernilai salah, jika p dan q keduanya salah, selain itu nilainya benar. Waniwatining p q pq T T T T F T F T T F F F 16 bersyarat p q mempunyai nilai kebenaran benar apabila nilai kebenaran hipotesis sama dengan nilai kebenaran konklusi atau nilai kebenaran hipotesis bernilai salah. Selain itu nilai kebenarannya salah. Proposisi Waniwatining p T T F F q T F T F pq T F T T 17 bi-implikasi p q, mempunyai nilai kebenaran benar (T) apabila nilai kebenaran p dan q sama. Selain itu nilai kebenarannya salah. Proposisi Waniwatining p q pq T T T T F F F T F F F T 18 3. EKUIVALENSI DUA PROPOSISI Dua buah proposisi dikatakan ekuivalen secara logika apabila kedua proposisi tersebut mempunyai nilai kebenaran yang sama. Jika proposisi p ekivalen secara logika dengan proposisi q, maka ekivalensi tsb. dapat ditulis sebagai p q atau dapat menggunakan lambang bi-implikasi seperti p q. Waniwatining 19 4.Hukum-Hukum Ekuivalensi Logika No Hukum Bentuk ekuivalensi 1 Komutatif pq qp pq qp 2 Asosiatif (p q) r p (q r) (p q) r p (q r) 3 Distributif p (q r) (p q) (p r) p (q r) (p q) (p r) 4 Identitas p True p p False p Waniwatining 20 5 Ikatan p True True p False False 6 Negasi p True p False 7 Negasi Ganda ( p) Hukum Idempoten ppp ppp p p p 8 ( p) Waniwatining 21 9 Hukum De Morgan 10 Penyerapan p(pq)p p(pq)p 11 Negasi True dan False (ppqq) (ppqq) (p q) (p q) (p q) (q p) 12 Waniwatining 22 5. TAUTOLOGI DAN KONTRADIKSI Tautologi adalah proposisi majemuk yang nilai kebenarannya selalu benar untuk setiap nilai kebenaran proposisi pembentuknya. Kontradiksi selalu mempunyai nilai kebenaran yang salah untuk setiap nilai kebenaran proposisi pembentuknya. Waniwatining 23 Contoh 1 : Dengan menggunakan tabel kebenaran buktikan bahwa ( p q ) q adalah tautologi ! Jawab : p T T q T F (pq) T F (pq)q T T F F T F F F T T Waniwatining 24 6. Konvers, Invers dan Kontraposisi. Jika terdapat implikasi p q Maka : konversnya adalah : q p inversnya adalah : pq kontraposisinya adalah : q p Contoh Jika n adalah bilangan prima 3, maka n adalah bilangan ganjil. Tentukan konvers, invers & kontraposisinya ! Waniwatining 25 Jawab Misal p : n adalah bilangan prima 3 q : n adalah bilangan ganjil Implikasi: p q jika n adalah bilangan prima 3 maka n adalah bilangan ganjil. Konvers : q p jika n adalah bilangan ganjil maka n adalah bilangan prima 3. Waniwatining 26 : p q jika n bukan bilangan prima 3 maka n bukan bilangan ganjil Invers : q p jika n bukan bilangan ganjil maka n bukan bilangan prima 3. Kontraposisi Waniwatining 27 7. Inverensi Logika 7.1. Validitas suatu argumen Argumen adalah rangkaian pernyataanpernyataan. Pernyataan terakhir disebut kesimpulan, sedangkan pernyataan sebelumnya disebut hipotesa atau premis. Waniwatining 28 Hipotesa atau premis dan kesimpulan disebut argumen. Jika dari suatu argumen semua hipotesanya benar dan kesimpulannya juga benar maka dikatakan argumen tersebut valid. Sebaliknya jika hipotesa bernilai benar dan kesimpulan nya salah, maka argumen tersebut tidak valid. Waniwatining 29 tuntunan untuk menentukan apakah suatu argumen dikatakan valid atau invalid. Tentukan hipotesa dan kesimpulan kalimat Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua hipotesa dan kesimpulan. Tandai baris kritis, yaitu baris yang nilai kebenaran hipotesa bernilai T (benar). Jika semua kesimpulan pada baris kritis benar, maka argumen bernilai valid, jika ada kesimpulan pada baris kritis salah maka argumen invalid. Waniwatining 30 7.2. Metode-metode Inferensi 7.2.1. Modus Ponens Misal hipotesis (anteseden) p pada implikasi p q bernilai benar. Agar proposisi bersyarat p q mempunyai nilai benar, maka q harus bernilai benar. Secara simbolik modus Ponens dapat dinyatakan sebagai berikut. Waniwatining 31 7.2.2. Modus Tollens modus Tollens mirip dengan modus Ponens. Bedanya terletak pada hipotesa kedua dan kesimpulan. Hipotesa kedua dan kesimpulan merupakan negasi dari masing-masing proposisi pada hipotesa pertama. Dalam bentuk simbol modus Tollens dapat ditulis sebagai berikut : Waniwatining 32 7.2.3. Contoh 1.12 Ali menguasai bahasa Pascal. Ali menguasai bahasa Pascal atau Basic 7.2.4. Penambahan Disjungtif Penyederhanaan Konjungtif Contoh 1.13 Ali menguasai bahasa Pascal dan bahasa Basic Ali menguasai bahasa Pascal Waniwatining 33 7.2.5. Silogisme Silogisme merupakan bentuk inferensi (penyimpulan ) tidak langsung yang dilakukan dengan cara menyimpulkan dua hipotesis yang dihubungkan dengan cara tertentu. Silogisme Disjungtif : peristiwa memilih diantara dua pilihan. Jika kita harus memilih diantara p atau q dan misalnya kita tidak memilih p tentulah pilihan kita adalah q. Waniwatining 34 Silogisme Hipotesis Jika nilai kebenaran dari implikasi p q dan q r adalah benar, maka implikasi p r bernilai benar pula. Contoh 1.15 Jika suatu bilangan bulat habis dibagi 9 maka bilangan tersebut habis dibagi 3. Jika suatu bilangan bulat habis dibagi 3 maka jumlah digit-digitnya habis dibagi 3. Jika suatu bilangan bulat habis dibagi 9 maka jumlah digit-digitnya habis dibagi 3 Waniwatining 35 7.2.6. Dilema Dilema mempunyai bentuk campuran antara silogisme disjungtif dan silogisme hipotesis. Contoh : Menurut ramalan, tahun depan negara kita akan mengalami kemarau panjang atau banjir. Jika kemarau panjang hasil pertanian gagal. Jika banjir hasil pertanian gagal. Tahun depan hasil pertanian gagal. Waniwatining 36