INDIKASI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PESISIR KABUPATEN

advertisement
INDIKASI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PESISIR KABUPATEN BANGKALAN
MADURA
Achmad Fachruddin Syah
Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo
E-mail:[email protected], Telp: 085730230024
ABSTRACT
Any climate changes in the surface of the earth will have an impact on human
survival. One recent study that is mostly done related to the issue of global warming is about
the sea level rise. Assessment of the sea level rise and its impact on coastal areas play an
important role. This is because many people living in coastal area take the benefit from it.
Their satlement affects their way of life.Bangkalan is one of the districts in Madura that most
of its area located in the coastal and directly opposite the waters. At this area, the sea level
rises indication visible by several conditions. This will certainly affect the way and quality of
life of people living in coastal areas.
Keywords: global warming, sea leve rise, coastal area, Bangkalan
PENDAHULUAN
Naiknya muka laut (Sea level rise) merupakan salah satu permasalahan penting yang harus
dihadapi oleh negara-negara pantai atau negara kepulauan di dunia. Fenomena alam ini perlu
diperhitungkan dalam semua kegiatan pengelolaan wilayah pesisir, karena dapat berdampak langsung
pada pemunduran garis pantai serta dapat mengganggu asset-aset penduduk, mengganggu
perkembangan ekonomi penduduk bahkan menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk yang
mendiami wilayah-wilayah rentan di sepanjang pesisir.
Lingkungan pesisir merupakan daerah yang sangat rentan terhadap pengaruh aktivitas
penduduk dan kondisi alam terutama naiknya tinggi muka air laut. Hampir setengah populasi
penduduk dunia menempati daerah pesisir sampai 100 kilometer dari garis pantai. Hal ini
menyebabkan terjadinya kerawanan yang serius terhadap naiknya tinggi muka air laut akibat
pemanasan global (global warming).
Secara umum, kenaikan muka air laut merupakan dampak dari pemanasan global (global
warming) yang melanda seluruh belahan bumi ini Berdasarkan laporan IPCC (International Panel On
Climate Change) bahwa rata - rata suhu permukaan global meningkat 0,3 - 0,6 0C sejak akhir abad 19
dan sampai tahun 2100 suhu bumi diperkirakan akan naik sekitar 1,4 - 5,80C (Dahuri, 2002 dan
Bratasida, 2002). Naiknya suhu permukaan global menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan
selatan bumi sehingga terjadilah kenaikan muka laut (Sea Level Rise). Diperkirakan dari tahun 19992100 mendatang kenaikan muka air laut sekitar 1,4-5,8 m (Dahuri, 2002).
Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu kabupaten yang sebagian besar wilayahnya
terdapat di wilayah pesisir Jawa Timur, diduga akan mengalami dampak dari kenaikan paras air laut.
Hal ini mengingat terdapat beberapa wilayah yang langsung berhadapan dengan perairan, ketinggian
dari permukaan laut yang rendah serta sedikitnya lapisan mangrove sebagai pelindung pantai yang
alami.
Dari hasil survei dan analisa data diharapkan dapat diperoleh infromasi tentang penyebab,
jenis dan tingkat masalah yang terjadi akibat kenaikan muka air laut serta kemampuan adaptasi
penduduk terhadap peningkatan muka air laut.
MATERI DAN METODE
Data yang digunakan dalam studi ini adalah data anomali tinggi paras laut dari satelit
altimeter dari tahun 1993-2009 yang diperoleh dari basis data Universitas Colorado, USA.
Untuk memvisualisasi data DEM Aster digunakan perangkat lunak Global Mapper
sedangkan untuk menganasis daerah genangan pantai akibat kenaikan paras laut digunakan perangkat
lunak ArcGIS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Kabupaten Bangkalan
Kabupaten Bangkalan secara geografis terletak antara 112º40’06”–113º08’04” Bujur Timur
dan 6º51’39”–7º11’39” Lintang Selatan dengan luas wilayah 1.260,24 Km2. Dengan luas wilayah
tersebut keadaan topografinya terdiri dari daerah landai seluas 68.454 Ha (54,25%), daerah berombak
seluas 45.236 Ha (35,85%), daerah bergelombang seluas 11.773 Ha (9,33%) dan daerah berbukit
seluas 719 Ha (0,57%). Secara administrasi Kabupaten Bangkalan berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Gambar 1. Wilayah Pesisir Kabupaten Bangkalan
Kabupaten Bangkalan terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas 273 desa dan 8
kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Bangkalan. Berdasarkan keadaan topografinya, daerah
Kabupaten Bangkalan berada pada ketinggian 2 – 100 m di atas permukaan laut. Dengan melihat nilai
tinggi daratan dari permukaan lautnya, dampak tingginya paras air laut secara langsung diduga akan
berpengaruh pada wilayah dataran rendah yang berada di wilayah pesisir.
Wilayah Kabupaten Bangkalan yang terletak di pesisir pantai diantaranya Kecamatan
Sepulu, Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar, Arosbaya, Klampis, Tanjung Bumi, dan
Labang yang mempunyai ketinggian antara 2 – 10 m di atas permukaan ait laut. Sedangkan wilayah
yang terletak di bagian tengah mempunyai ketinggian antara 19 – 100 m di atas permukaan laut,
tertinggi adalah kecamatan Geger dengan ketinggian 100 m diatas permukaan laut.
Di dalam Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2007 Bangkalan secara regional
merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang memiliki tingkat perkembangan relatif
pesat, baik di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perdagangan dan jasa serta industri dimana
sektor-sektor tersebut telah memicu perubahan dan perkembangan penggunaan lahan yang
berpengaruh pada kondisi wilayah budidaya dan wilayah lindung. Wilayah Kabupaten Bangkalan
yang berbatasan dengan ibu kota Propinsi Jawa Timur diprediksi akan berkembang pesat sebagai
dampak dari pembangunan Jembatan Suramadu khususnya wilayah pesisir selatan Kabupaten
Bangkalan. Mata pencaharian penduduk di pesisir selatan sebagian besar adalah sektor pertambakan,
pertanian, perkebunan, peternakan, perdagangan, jasa serta kegiatan industri.
Total luas wilayah kecamatan yang terletak di wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan
sekitar 9431, 12 km2 dengan kepadatan penduduk rata-rata 1047 jiwa per km2. Sedangkan
jumlah dan kepadatan penduduk di wilayah pesisir Bangkalan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Pesisir Bangkalan
Penduduk Luas Kepadatan
No Kecamatan
(Jiwa)
(km2)
per km2
1 Kamal
48101
41,4
1161
2
Labang
37159
35,23
1054
3
Kwanyar
46699
47,81
976
4
Modung
50415
78,79
639
5
Socah
58328
53,82
1083
6
Bangkalan
72914
35,01
2082
7
Arosbaya
43241
42,46
1018
8
Sepulu
45226
73,25
617
9
Klampis
53428
67,10
796
Sumber : Bangkalan dalam Angka 2008
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa tingkat kepadatan penduduk di wilayah
pesisir Bangkalan cukup tinggi terutama di Kecamatan Bangkalan yang berperan sebagai pusat
pemerintahan dan juga kecamatan Kamal sebagai pusat pelabuhan dan transportasi.
Kemampuan tanah di Kabupaten Bangkalan jika dilihat dari kemiringannya maka sebagian
besar memiliki nilai kemiringan 2 – 15% yaitu sekitar 50,45% atau 63.002 Ha dan kemiringan 0 - 2%
sekitar 45,43% atau 56.738 Ha. Apabila dilihat dari tekstur tanahnya maka sebagian besar bertekstur
sedang yaitu seluas 116.267 Ha atau sekitar 93,10% sedangkan dari kedalaman spektip tanahnya maka
prosentase terbesar adalah tanah yang kedalamannya  90 cm yaitu sekitar 64.131 Ha atau 51,35%.
Rata-rata curah hujan di Kabupaten Bangkalan tahun 2007 sebesar 5.35 mm, jauh lebih besar
dibanding tahun 2006 yang mencapai 2.281 atau naik sebesar 57.36 persen. Pada periode yang sama
rata-rata jumlah hari hujan pertahun juga mengalami kenaikan yakni dari 127 hari pada tahun 2006
menjadi 183 hari pada tahun 2007. Dengan demikian meningkatnya curah hujan tersebut seiring
dengan meningkatnya jumlah hari hujan.
Berdasarkan peta tanah tinjau, secara umum jenis tanah di Kabupaten Bangkalan dibedakan
menjadi 2 (dua) kelompok yaitu tanah Zonal dan tanah Azonal. Kelompok tanah Zonal meliputi jenis
alluvial, regosol dan litosol. Sedangkan Kelompok tanah Azonal meliputi jenis-jenis tanah yang sudah
mengalami perkembangan secara lebih sempurna yaitu grumusol, mediteran dan lain sebagainya.
Mata pencaharian penduduk Kabupaten Bangkalan berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh
potensi wilayah yang bermacam-macam yang secara geografis merupakan daerah pegunungan,
dataran, dan pantai. Oleh karena kondisi geografis tersebut maka sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani, nelayan dan padagang.
Potensi Sektor Perikanan
Potensi perikanan baik laut maupun darat di Kabupaten Bangkalan sangatlah besar karena
memiliki wilayah laut cukup luas. Selain itu didukung pula sentra-sentra penangkapan ikan (nelayan)
dan perikanan darat yang tersebar di sepanjang garis pantai Kabupaten Bangkalan. Produk perikanan
laut andalan Kabupaten Bangkalan adalah: Udang, Cumi, Tongkol, Ikan Layang, Kakap, Rajungan
dan Pari. Sedangkan perikanan darat yang dihasilkan adalah: Ikan Mas, Mujair, Bandeng, Tawes dan
Udang Windu. Keseluruh hasil perikanan laut dan darat tersebut merupakan peluang yang baik bagi
investasi dan perdagangan. Karena ketersediaan suplai yang kontinyu sepanjang tahun sesuai musim.
Lokasi utama penghasil perikanan adalah: Kecamatan Klampis, Sepulu, Bangkalan, Kwanyar.
Luas areal pemeliharaan ikan darat yang dimiliki Kabupaten Bangkalan sebesar 2.327 Ha.
Perikanan darat secara keseluruhan di Kabupaten Bangkalan meliputi tambak seluas 2.210 Ha, kolam
seluas 2 Ha, dan sawah tambak seluas 115 Ha. Produksi ikan tambak payau rata-rata mencapai 1.529.2
ton per tahun, perikanan kolam sebanyak 7,76 ton dan produksi perikanan perairan ikan umum
sebanyak 133,50 ton per tahun. Perikanan laut secara keseluruhan di Kabupaten Bangkalan mencapai
23.204,10 ton per tahun dengan produksi terbesar untuk perikanan laut adalah Kecamatan Klampis
(3.619.80 ton) dan Bangkalan (3.062,90 ton) sedangkan yang paling rendah ada di Kecamatan Kamal
(92,80 ton). Perikanan tambak yang diusahakan terbesar terdapat di Kecamatan Socah seluas 540.386
Ha dan terkecil di Kecamatan Modung seluas 5.285 Ha. Khusus produksi ikan sawah tambak hanya
terdapat di Kecamatan Bangkalan. Produksi ikan di perairan umum rata-rata per tahun sebesar 133,50
ton dengan produksi terbesar di Kecamatan Bangkalan (34,30 ton) sedangkan yang terendah terletak di
Kecamatan Kwanyar, Modung dan Kecamatan Klampis dengan produksi ikan yang sama yaitu sebesar
4,30 ton.
Tinggi Paras Laut
Selama tahun 2007 dari seluruh luas daerah Bangkalan yang mengalami genangan
periodik maupun yang selalu tergenang meliputi sekitar 5,38% (Tabel 3). Genangan yang terjadi
diduga disebabkan karena pasang naik air laut dan luapan air sungai akibat tingginya curah hujan.
Berdasarkan diskusi dengan salah seorang pejabat dari Dinas Kelautan dan Perikanan Bangkalan, bila
pasang naik tinggi dan hujan deras terjadi secara bersamaan maka genangan menjadi lebih luas dan
waktu surutnya menjadi lebih lama. Bahkan ada salah satu wilayah di Kabupaten Bangkalan yang
cukup sering mengalami rob.
Tabel 3. Genangan Wilayah Pesisir
Luas
No
Genangan
(ha)
1
Tidak
pernah 118170
tergenang
2
Tergenang
2082
periodik
3
Tergenang terus
4636
%
94,62
1,67
3,71
sumber : Bangkalan dalam Angka 2008
Dilihat dari lokasinya, wilayah genangan yang terdapat pada wilayah pesisir hampir
semuanya terdapat pada wilayah yang berbatasan dengan garis pantai. Kondisi itu mengindikasikan
bahwa pengaruh pasang surut terhadap wilayah pesisir cukup dominan. Salah satu penyebabnya
adalah wilayah pesisir merupakan wilayah yang landai dan sebagain wilayahnya berada di bawah titik
pasang tertinggi.
Untuk mengetahui perkembangan daerah genangan di masa yang akan datang maka
digunakanlah data anomali tinggi paras air laut dari tahun 1993 – 2009. Data anomali tinggi paras laut
di Selat Madura Bagian Barat dari tahun 1993 hingga 2009 tertera pada Gambar 2. Data anomali
Tinggi Paras Laut (TPL) menunjukkan kenaikan TPL 3.4 mm/tahun.
Gambar 2. Trend anomali TPL di Selat Madura Bagian Barat (1993-2009)
Berdasarkan trend anomali TPL di atas maka kemudian dibuatlah simulasi genangan daerah
pantai akibat kenaikan paras laut untuk 20 dan 50 tahun kedepan. Hasil simulasi genangan daerah
pantai akibat kenaikan paras laut 20 tahun kedepan tertera pada Gambar 3. Hasil analisis menunjukkan
bahwa 20 tahun kedepan diduga akan terjadi penambahan genangan di wilayah darat sekitar 188.84
ha.
Gambar 3. Simulasi Genangan Wilayah Pesisir Jawa Timur 20 tahun kedepan
Dari gambar 3 di atas dapat juga dilihat bahwa wilayah-wilayah di Kabupaten Bangkalan
yang akan mengalami genangan pertama kali diduga yaitu Kecamatan Kamal, Socah, Bangkalan dan
Klampis. Hal ini sangat memungkinkan untuk terjadi, mengingat keempat kecamatan tersebut berada
di wilayah pesisir yang berhadapan langsung dengan perairan dan juga banyaknya aktifitas-aktifitas
yang dilakukan oleh masyarakat yang ada di wilayah tersebut seperti pertambakan, pertanian,
perkebunan, peternakan, perdagangan, jasa serta kegiatan industri yang dapat meningkatkan
kerentanan terhadap terjadinya genangan. Berikut ditampilkan gambar-gambar lokasi di kecamatan
Socah dan Kamal yang diduga akan mengalami genangan akibat semakin tingginya paras air laut.
Gambar 4. Lokasi di Kec. Kamal sisi sebelah Barat
Gambar 5. Lokasi di Kecamatan Socah
Berdasarkan Gambar 4 dan Gambar 5 di atas dapat diketahui, bahwa pada wilayah pesisir
Kecamatan Socah dan Kamal, kondisi mangrove sebagai pelindung alami pantai sangat tipis. Hal ini
tentu lambat laut akan menyebabkan abrasi yang terjadi akan semakin parah sehingga daratan akan
semakin terkikis oleh air laut. Tidak menutup kemungkinan bahwa jalan-jalan yang ada sepanjang
pesisir, tambak, pemukiman serta sarana dan prasarana lainnya juga akan terkikis oleh air laut yang
pada akhirnya akan semakin rusak.
Pada Gambar 3 tertera hasil simulasi genangan 50 puluh tahun ke depan akibat kenaikan
TPL. Hasil analisis menunjukkan bahwa diduga akan terjadi penambahan genangan wilayah darat
sekitar 953.04 ha.
Gambar 6. Simulasi Genangan Wilayah Pantai Jawa Timur 50 tahun kedepan
Berdasarkan Gambar 6 di atas dapat juga dilihat bahwa wilayah-wilayah yang pada simulasi
genangan untuk 20 tahun mengalami genangan, maka genangan tersebut akan terus meluas bahkan
genangan tersebut akan terus meluas ke kecamatan lainnya. Kecamatan-kecamatan tersebut antara lain
Kwanyar, Arosbaya dan Kecamatan Sepulu. Hal ini juga sangat memungkin untuk terjadi mengingat
pada 3 kecamatan tersebut juga banyak aktfitas-aktifitas yang dilakukan oleh para masyarakat pesisir
yang dapat meningkatkan tingkat kerentanan terhadap tingginya paras air laut seperti pertambakan,
tanah yang landai serta tipisnya mangrove sebagai pelindung pantai yang ada di wilayah tersebut.
Semakin besar jangkauan genangan tersebut tentunya akan semakin membuat wilayah atau
darat yang terkena pengaruh akan semakin besar pula. Hal ini diprediksi akan semakin menambah
tambak, pemukiman, jalan serta sarana prasaran yang ada di sekitarnya akan rusak akibat terkikis oleh
adanya genangan air tersebut.
Perubahan garis pantai diduga juga dapat menyebabkan semakin bertambahnya genangan air
laut sampai ke darat. Perubahan garis pantai dapat terjadi oleh berbagai sebab, diantaranya akibat erosi
dan sedimentasi disebabkan arus, angin, gelombang, maupun pasang surut. Meskipun tidak terlalu
signifikan, telah terjadi erosi terutama di daerah dermaga pelabuhan Kamal maupun sekitar Suramadu.
Berdasarkan perhitungan dan analisa refraksi, pengamatan di lapangan, analisa citra landsat, dan hasil
analisa perubahan garis pantai, diduga penyebab utama terjadinya erosi adalah transformasi
gelombang akibat perubahan kontur bathimetri sejajar garis pantai, terutama pada lingkungan dengan
daya dukung yang rendah akibat rusaknya pelindung alamiah, berupa menipisnya ketebalan tanaman
mangrove (Aries, 2010). Ketebalan tanaman mangrove berkorelasi dengan stabilitas garis pantai
(Pratiwi, 2002).
Gambar 7. Lokasi di Kecamatan Klampis
Beratnya tekanan eksploitasi sumber daya pesisir serta pesatnya laju pencemaran, secara
gradual dipengaruhi oleh masukan limbah baik domestik atau dari penduduk setempat maupun
industri, yang berakibat penurunan kualitas fisik lingkungan perairan dan produktivitas ekosistem
dapat turun ke titik terendah. Dampak yang mungkin muncul adalah merosotnya kondisi sosialekonomi masyarakat setempat yang menggantungkan hidupnya pada sumberdaya alam di sekitar
perairan.
Ada beberapa aspek atau variabel yang akan dipengaruhi oleh adanya genangan. Pada aspek
fisik variabel kondisi lingkungan permukiman yang sangat dipengaruhi genangan banjir, yaitu kondisi
jalan, kondisi drainase, kondisi air bersih, kondisi fisik bangunan, dan kondisi kesehatan. Pada aspek
sosial, variabel kondisi lingkungan pemukiman yang sangat dipengaruhi genangan banjir, yaitu
kondisi kenyamanan, sedangkan pada aspek ekonomi, variabel kondisi lingkungan pemukiman yang
sangat dipengaruhi genangan banjir, yaitu kondisi pengeluaran perbaikan rumah, kondisi pengeluaran
kesehatan, kondisi pendapatan masyarakat. Secara umum, dengan melihat kondisi diatas dapat
diketahui bahwa genangan banjir akibat pasang air laut memberi dampak negatif yang signifikan
terhadap terhadap aspek fisik kondisi lingkungan pemukiman. Dampak ini menyebabkan kualitas
lingkungan yang ada semakin menurun.
Kondisi dan Kerusakan yang terjadi
Untuk mengetahui jenisi-jenis kerusakan bangunan yang dialami harus dilihat dari bencana
yang seringkali terjadi. Seperti yang terjadi di kecamatan Socah, Kamal dan Klampis bencana yang
sering terjadi adalah bencana banjir. Hal ini pada umumnya disebabkan karena kondisi mangrovenya
yang sangat tipis, pantai yang landai serta rendahnya ketinggian dari permukaan laut. Namun
demikian hingga saat ini, penduduk tidak merasakan banjir yang terjadi sebagai suatu yang
mengganggu.
Jenis kerusakan yang dialami adalah kerusakan yang umum terjadi di daerah yang terkena
genangan air, seperti dinding pasangan bata dan lantai ubin menjadi lembab yang apabila dibiarkan
dinding tersebut mengelupas, rangka-rangka kayu menjadi lapuk. Dengan kondisi demikian
genangan air juga merusak perabot-perabot dan perlengkapan yang ada di dalam rumah.
Gambar 8. Kerusakan yang terjadi di Kec.(a) Klampis, (b) Socah
Hal lain yang perlu disoroti dalam kaitannya dengan banjir yang terjadi adalah dengan
dibangunnya jalan arteri menyebabkan sampah yang dibawa air pasang tertinggal di daratan saat air
surut. Hal ini menyebabkan bertumpuknya sampah di tepi pantai.
Gambar 9. Tumpukan sampah/endapan yang terjadi karena terbawa oleh air saat pasang.
Adaptasi masyarakat terhadap kenaikan muka air laut
Sebagai salah bentuk adaptasi yang dilakukan masyarakat di Kecamatan Labang adalah
dibangunnya revetment berupa tembok dan sebagian dari konstruksi batu bertumpuk, misalnya pada
wilayah padat penduduk yang berjarak sangat dekat dengan pantai. Hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya abrasi dan naiknya air laut ke darat sehingga dapat melindungi sarana dan prasarana yang
ada di darat (Gambar 10).
Gambar 10. Lokasi di Kec. Kamal Sisi Selatan
Di wilayah Kecamatan Socah hampir setiap hari tergenang air sampai ketinggian sekitar 30
cm karena air pasang. Kondisi ini bagi masyarakat dianggap peristiwa yang rutin dan cara
mengatasinya mereka menunggu genangan air tersebut surut dengan sendirinya. Tindakan yang paling
umum dilakukan pada rumah mereka adalah meninggikan lantai bagi mereka yang mampu sehingga
lantai rumah lebih tinggi dari jalan lingkungan, seperti pada Gambar 11.
Gambar 11. Lantai rumah ditinggikan untuk mencegah genangan air masuk kedalam rumah
KESIMPULAN
Salah satu akibat yang penting untuk dicermati sebagai efek terjadinya pemanasan global
(global warming) adalah terjadinya kenaikan paras laut. Keadaan itu tentunya akan mempengaruhi
aktivitas yang berada di wilayah pesisir. Berkaitan dengan wilayah pesisir yang ada di Bangkalan,
kenaikan paras air laut akan menambah daerah genangan. Hal ini disebabkan karena tingginya tingkat
kerentanan wilayah pesisir akibat aktivitas-aktivitas yang dilakukan manusia maupun akibat kondisi
alam yang ada di wilayah pesisir tersebut.
Indikasi bahwa telah terjadi kenaikan muka air laut telah nampak dengan terlihatnya
beberapa jenis kerusakan akibat naiknya muka air laut. Oleh karena itu maka telah dilakukan
beberapa bentuk adaptasi oleh mayarakat agar dapat melanjutkan kehidupannya dengan normal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangkalan 2007-2017. Bappeda Kabupaten
Bangkalan
Anonim. 2005. Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangkalan 2005. Bappeda Kabupaten
Bangkalan Bangkalan Dalam Angka Tahun 2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangkalan
Bratasida L. 2002. Tinjauan Dampak Pemanasan Global Dari Aspek Lingkungan Hidup. Seminar
Nasional Pengaruh Global Warming terhadap Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Ditinjau dari
Kenaikan Permukaan Air Laul dan Banjir. Jakarta.
Dahuri R. 2002. Pengaruh Global Warming terhadap Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Seminar Nasional
Pengaruh Global Warming terhadap Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Ditinjau dari Kenaikan
Permukaan Air Laut dan Banjir. Jakarta
Nicholls RJ and de la Vega-Leinert Anne. 2002. Overview of The SURVAS Projet, Makalah pada
Proceeding of APN/SURVAS/LOICZ Joint Conference on Coastal Impacts of Climate Change
and Adaptation in The Asia-Pasific Region, Kobe Japan 14 – 16 November 2000
Pratiwi A. 2002. Pengaruh Wilayah Bakau Terhadap Laju Sedimentasi di Desa Tengket, Kecamatan
Arosbaya, Kabupaten Bangkalan. [Tesis Magister yang tidak dipublikasi, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya]
Siswanto AD. 2010. Analisa Stabilitas Garis Pantai di Kabupaten Bangkalan. [Tesis yang tidak
dipublikasi, Pascasarjana ITS]
Suprijanto I. 2003. Kerentanan Wilayah Tepi Air terhadap Kenaikan Permukaan Air Laut, Kasus
Wilayah Tepi Air Kota Surabaya. Jurnal Dimensi teknik Arsitektur Vol 31. No 1. Juli 2003: 28
– 37
Suprijanto I. 2002. Model Pengembangan Wilayah Kota tepi Air. Makalah pada Kolokium Hasil
Litbang PUSKIM. Puslitbang Pemukiman. Balitbang, Departemen Kimpraswil
Download