Modul Pendidikan Agama Katolik [TM13].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PENDIDIKAN AGAMA
KATOLIK
MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA
Fakultas
Program Studi
MKCU
PSIKOLOGI
Elearning
08
Abstract
1
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Disusun Oleh
MK900022
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Kompetensi
Bab ini membahas tentang hubungan
gereja dan negara, umat katolik
dalam keterlibatan social, prinsip
subsidiaritas, umat katolik dalam
masyarakat
pancasila,
pemuda
katolik sebagai aset negara dan
kesadaran bela negara.
2015
Kode MK
Mahasiswa
dapat
mengerti,
memahami hidup bernegara dan
dapat mengimplementasikan nilainilai kristiani yang diajarkan gereja
katolik dalam memaknai hidup
berbangsa dan bernegara.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
MATERI
BAB XI
MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA
A.
PENDAHULUAN
Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dengan
sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam semangat persaudaraan (UU RI No. 39/1999 HAM). Hidup artinya masih terus
ada, bergerak dan bekerja karena dalam diri manusia ada nyawa atau jiwa ciptaan Tuhan. Secara
yuridis konstitusional menurut UUD 1945 pasal 28 A menyebutkan : Setiap orang berhak untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Kehidupan itu sendiri berarti cara hidup manusia. Sebenarnya apa dan bagaimana arti
cara hidup? Pertanyaan ini mengindikasikan bahwa manusia itu disamping sebagai makhluk
individu sekaligus sebagai makhluk sosial karena selalu terikat dengan orang lain, saling
bergantung, mendukung dan bekerja sama yang saling menguntungkan (simbiose mutualistis,
resiprokal,
sosiologis).
Sebagai
makhluk
individu,
manusia
sendiri
terikat
dengan
kesendiriannya (secara psikologis).
Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap pemuda Indonesia,
baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan
pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan untuk mewujudkan cita-cita
pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. “The founding leaders” Indonesia telah
meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD
1945.
Kita mendirikan negara Republik Indonesia untuk maksud melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita tersebut, bangsa kita telah pula
bersepakat membangun kemerdekaan kebangsaan dalam susunan organisasi Negara Kesatuan
2015
2
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Republik Indonesia sebagai Negara Hukum yang bersifat demokratis dan sebagai Negara
Demokrasi konstitutional berdasarkan Pancasila.
Penting bagi kita semua, terutama kaum muda Indonesia, membiasakan diri yaitu untuk
mengerjakan apa saja yang semestinya kita kerjakan guna memperbaiki keadaan dan
meningkatkan produktifitas kita sebagai bangsa dan negara. Setiap anak bangsa perlu bertekad
melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing melebihi apa yang seharusnya dikerjakan,
dengan hanya mengambil hak tidak melebihi hak yang memang seharusnya diterima.
Berdasar pada pemikiran di atas sebagai pemuda (umat) katolik muncul pertanyaan
bagaimana kita memaknai hidup bernegara. Sebagai umat katolik dalam memaknai hidup
bernegara sesuai tugas gereja terhadap Negara Indonesia.
B.
GEREJA DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Sampai sekarang Gereja Indonesia masih dianggap asing atau "Barat" oleh banyak
kalangan di Indonesia ini. Itu disebabkan antara lain karena Gereja datang di negeri ini bersama
dengan kolonialisme Barat dan cukup lama hidup dalam pola pietisme (Pietisme berasal dari
bahasa Latin “Pieta” yang artinya kesalehan) dan tradisi Gereja Barat abad lampau. Dan juga untuk
banyak orang Gereja Indonesia masih kurang utuh terlibat dalam perjuangan bangsa.
Dasar hubungan antara dua pihak adalah saling pengakuan sesuai kedudukan masingmasing. Gereja Katolik mengakui otonomi setiap negara di bidang hidup kemasyarakatan demi
kesejahteraan rakyat seluruhnya. Otonomi itu pada hakikatnya bersumber pada rakyat, yang
berhak dan bertanggung jawab dan karena itu wajib menata dan mengatur peri hidupnya sendiri
sebagai perorangan maupun masyarakat. Otonomi itu berarti, bahwa negara - seperti nilai-nilai
dunia lainnya - mempunyai arti, diselenggarakan serta berkembang menurut hukum-hukumnya
sendiri, yang tidak dapat disamakan dengan kaidah-kaidah keagamaan.
Sambil tetap dan tegas mengakui serta menghormati otonomi negara mengenai hidup
kemasyarakatan, Gereja Katolik menyadari panggilannya dan ingin mempunyai keleluasaan
demi kesejahteraan semua dan masing-masing warga masyarakat, dan demi keselamatan
manusia secara sempurna, melayani kebutuhan mereka, terutama yang bersifat rohani, tetapi
juga yang bersifat jasmani demi perkembangan kepribadian mereka secara menyeluruh. Dalam
hal ini Gereja tidak mengharapkan kebebasan melebihi atau kurang dari yang berdasar UUD
2015
3
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1945 dijamin oleh negara.
Dalam negara Pancasila, agama-agama dan negara mempunyai fungsi serta menunaikan
peranannya masing-masing. Keduanya menjalankan fungsi itu dalam perspektif tujuan mereka
masing-masing dan dari sudut pandangan yang berbeda-beda. Perbedaan tugas dalam situasi
konkret akan semakin jelas, sementara Gereja dan negara hidup bersama dan bekerja sama
dengan erat. Karena negara maupun Gereja ada demi kepentingan masyarakat yang sama, maka
harus hidup dalam suasana kerja sama.
Pada instansi-instansi negara dan Gereja perlu ada sikap dialog, guna mengembangkan
sikap saling mengerti dan menghormati serta kerukunan. Pembangunan manusia seutuhnya
harus merupakan pusat perhatian negara maupun Gereja. Namun pembangunan ini dikerjakan
dalam perspektif dan dimensi yang berbeda, yaitu: negara memperhatikannya terutama dari segi
kesejahteraan di dunia ini pada tingkat nasional, sedangkan Gereja terutama memperhatikan
kebahagiaan manusia yang bertemu dan bersatu dengan Tuhannya dalam umat-Nya di dunia ini
dan akhir-nya secara langsung di akhirat.
Hubungan Gereja dengan negara tidak melulu, bahkan tidak terutama berlangsung di
tingkat institusional atau kelembagaan, tetapi juga dalam bekerja sama dengan semua golongan
masyarakat dan dengan pemerintah, demi kesejahteraan seluruh bangsa.
Semua warga negara berhak ikut serta menentukan hidup kenegaraan. Dalam hal ini
Gereja sejalan dengan dasar Negara dan UUD 1945 yaitu untuk semakin meratakan partisipasi
rakyat dalam mengusahakan maupun menikmati pembangunan, dengan kata lain "merakyatkan
negara". Maka bagi Gereja sebagai persekutuan iman dalam negara demokrasi seperti Indonesia
ini, mitra utama dalam dialog ialah rakyat yang bernegara. Namun dalam dialog itu peranan
pemimpin negara dan pemimpin Gereja sangat menentukan.
Gereja memperjuangkan masyarakat "partisipatoris", yaitu "suatu partisipasi aktif para
warga masyarakat, secara perorangan maupun bersama-sama dalam kehidupan dan
pemerintahan negara mereka" (GS 73), supaya mereka dapat "bertanggungjawab" terhadap
politik negara. Suatu pluralisme dalam pandangan para warga negara mengenai usulan politis
(GS 76; OA 46) dianggap wajar, apalagi bila seluruh masyarakat ikut serta dalam kepentingan
negaranya. Bahkan, perbedaan pendapat mengenai hal-hal politik itu di dalam kalangan umat
Katolik sendiri dipandang sebagai pantas pula.
Dalam rangka hubungan antara Gereja Katolik dan Negara Republik Indonesia,
2015
4
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
beberapa bidang diberi perhatian khusus:
1.
Dalam usaha pembangunan, Gereja melihat peranannya yang khas dalam usaha
membangun mentalitas sehat, memberi motivasi yang tepat, kuat serta mengena,
membina sikap dedikasi dan kesungguhan, menyumbangkan etika pembangunan serta
memupuk sikap optimis. Oleh karena itu pimpinan Gereja mengharapkan seluruh umat
beriman mau melibatkan diri dan bersikap kritis konstruktif, dengan jujur menilai tujuan
dan sasaran pembangunan maupun upaya-upaya dan cara-cara melaksanakannya.
2.
Gereja merasa wajib memperjuangkan dan menegakkan martabat manusia
sebagai pribadi yang bernilai di hadapan Allah. Sikap dan peranan Gereja berdasarkan
motivasi manusiawi dan Kristiani semata-mata. Oleh karena itu Gereja merasa prihatin
atas pelanggaran hak-hak dasar dan hukum, atas kemiskinan dan keterbelakangan yang
masih diderita oleh banyak warga negara. Bila demi pengembangan dan perlindungan
nilai-nilai kemanusiaan, Gereja berperanan kritis, ia menghindari bertindak konfrontatif
dan menggunakan jalur-jalur yang tersedia dan berusaha sendiri memberi kesaksian.
3.
Pimpinan Gereja mengharapkan supaya para ahli dan tokoh masyarakat yang
beragama Katolik mau berpartisipasi dalam pembangunan sesuai dengan keahlian dan
panggilan masing-masing. Dalam hal ini mereka hendaknya dijiwai oleh semangat Injil
dan memberi teladan kejujuran dan keadilan yang pantas dicontoh oleh generasi
penerus.
4.
Sesuai dengan perutusan Yesus Kristus sendiri yang diteruskan-Nya, Gereja
merasa solider dengan kaum miskin. Ia membantu semua yang kurang mampu tanpa
membedakan agama mereka, kalau mereka mau memanfaatkan bantuan ini untuk
melangkah keluar dari lingkaran setan yang mengurung mereka.
5.
Gereja mendukung sepenuhnya usaha pemerintah memupuk rasa toleransi dan
kerukunan antarumat beragama.
6.
Gereja mendukung segala usaha berswadaya, merangsang inisiatif dalam segala
bidang hidup kemasyarakatan, budaya, dan bernegara. Dengan demikian, potensi, bakat,
dan keterlibatan para warganegara dikembangkan sesuai dengan tujuan Negara
Indonesia seperti dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, Gereja
memegang prinsip subsidiaritas, agar apa saja yang dapat dilaksanakan oleh para warga
negara sendiri atau oleh kelompok/satuan/organisasi pada tingkat yang lebih rendah,
2015
5
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
jangan diambil alih oleh pihak yang lebih tinggi kedudukannya. Dengan demikian,
bahaya etatisme dalam segala bidang dapat dicegah.
C.
UMAT KATOLIK DALAM KETERLIBATAN SOSIAL
Sebagai persekutuan murid-murid Kristus, Gereja diutus menjadi saksi Kristus dalam
masyarakat. Iman umat akan Yesus Kristus menuntut Gereja terlibat dalam kehidupan sosial.
Kita sebagai anggota gereja secara langsung maupun tidak langsung dapat memaknai hidup
bernegara dengan mengambil bagian dari tugas gereja dalam masyarakat atau Negara Indonesia.
C.1.
Situasi Umum
Bagaikan pisau bermata dua, selain menghasilkan kemajuan dan keuntungan yang
dinikmati sebagian anggota masyarakat, ternyata pembangunan ekonomi, politik dan sosial juga
menimbulkan dampak negatif pada sebagian masyarakat lainnya. Tersingkirnya beberapa
kelompok masyarakat sebagai contoh akibat pembangunan ini, membangkitkan persoalan yang
cukup serius dan dapat membahayakan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Korban
dalam pembangunan mungkin sebuah konsekuensi yang tak terelakkan, karena pembangunan
adalah juga perjuangan yang selalu menuntut pengorbanan.
Tetapi tersingkirnya sebagian kelompok masyarakat atau massa periferal ini disebabkan
oleh struktur kehidupan manusia yang lebih luas daripada sekedar pembangunan ekonomi dan
politik suatu negara. Dikatakan sekitar 80% masyarakat manusia, saat ini dalam keadaan terjepit
dan menjadi bulan-bulanan 20% kelompok penguasa dan pengusaha. Sistem sosial, politik dan
ekonomi masyarakat yang disusun penguasa dan pengusaha menciptakan ketergantungan rakyat
jelata kepada-nya. (Prisma 3/1985 : 36).
"Satu masalah yang dihadapi semua negara dunia ketiga adalah sangat tidak meratanya
distribusi kekayaan. Sebagian terbesar kekayaan berada di tangan kelompok minoritas,
sementara massa rakyat hidup dalam kemiskinan dan berada di luar struktur sosial" (Santiago S.
1986 : 8). Mereka merupakan kelompok pinggiran masyarakat yang hidup di bawah taraf layak
sebagai manusia. Mereka menderita tanpa suara, hidup dari remah-remah belas kasihan orang,
menggapai-gapai masa depan dalam kekelaman.
Orang-orang kristen hidup dan berjuang dalam masyarakat ini. Suka dan duka
2015
6
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
masyarakat merupakan suka dan duka orang-orang kristen. Persoalannya adalah bagaimana
iman kristen main peranan dalam hidup masyarakat ? Bagaimana mereka menghayati hubungan
dengan Yesus Kristus melalui pergaulan hidup dalam masyarakat ini ? Bagaimana
mengintegrasikan semua golongan ke dalam struktur sosial ? Bagaimana membangun hidup
bersama yang layak bagi semua orang ? Apa usaha kita untuk membendung arus keuntungan
yang kian mengalir ke kantong orang kaya ? Sebagai orang kristen usaha manakah dapat kita
anggarkan ? Prinsip-prinsip manakah yang akan melandasi keterlibatan kita?
C.2.
Demi Kepentingan Umum
Gereja dipanggil dan ditugaskan untuk menjadi tanda keselamatan bagi semua orang.
Dalam situasi mana pun juga Gereja tidak cukup hanya memperhatikan kepentingan umatnya
sendiri, Gereja pertama-tama harus melayani kepentingan umum. Selama kepentingan umum
diabaikan, khususnya nasib kaum miskin dan tertindas diabaikan, Gereja belum menjalankan
tugas pengutusannya dengan semestinya, bahkan menghianati hakekatnya.
Keterlibatan dan tanggung jawab Gereja dalam kehidupan sosial mempunyai tujuan yang
utama dan pertama yakni kesejahteraan umum demi pribadi manusia. Manusia merupakan nilai
tertinggi. Pribadi manusia, citra Allah sendiri, tidak pernah boleh dikorbankan dengan alasan
mana pun juga. Manusia menurut iman kepercayaan orang kristen diciptakan dan ditempatkan
Allah di dunia sebagai partner kerja-Nya untuk mengolah dunia (Kej 1:28). Atas dasar
kepercayaan ini Gereja tidak hanya mengakui martabat manusia sebagai teman kerja Allah,
melainkan sekaligus mengakui pula bahwa setiap orang bertanggung jawab atas perkembangan
dunia ini.
Nilai manusia ini diteguhkan lagi karena Yesus dari Nasaret yang menjadi puncak tanda
kesetiaan Allah pada manusia. Seluruh hidup Yesus, warta dan tindakan-Nya, menyatakan siapa
manusia bagi Allah itu. Manusia adalah anak kesayangan Allah Bapa. Dalam Yesus Allah tidak
hanya hadir sebagai sesama manusia, melainkan Ia mengidentikkan diri-Nya dengan manusia
yang terhina di mata manusia. Ia bukan hanya solider dengan nasib manusia, melainkan Ia
sendiri sungguh mengalami nasib malang hidup manusia sampai wafat-Nya di salib. Dan kini Ia
tetap menderita dalam manusia terhina, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu
yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu tidak
melakukannya untuk Aku" (Mat 25 : 45). Maka yang melukai manusia, menghujat Allah.
2015
7
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Iman kepercayaan orang-orang kristen akan rahasia kelahiran Putera Allah di tengahtengah kita ini mengharuskan orang-orang kristen untuk terlibat dalam perkara sosial, khususnya
dalam perkara mereka yang miskin, terbelakang dan tertindas.
Pokok iman kristiani terletak pada kepercayaan orang-orang kristen akan rahasia Paskah
yakni wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Melalui salib dan kebangkitan Yesus Allah
membebaskan manusia dari dosa. Dosa menurut penghayatan kristiani merupakan sikap dan
tindakan melawan Allah. Dosa bukan hanya perkara batin saja, melainkan juga terwujud dalam
tindak-tanduk manusia terhadap sesama dalam hidup sehari-hari. Sikap dan tindak yang hanya
ingat diri ini mengakibatkan pemiskinan dan penindasan dalam struktur masyarakat. Dan apabila
manusia secara pribadi menyetujui dan melakukan tindakan melawan Allah itu, maka ia makin
mengencangkan lilitan dosa sosial dalam kehidupan manusia.
Gereja diserahi tugas untuk mewartakan dan mendukung karya Allah memerdekakan
manusia dari pelbagai belenggu dosa. Kepercayaan kepada Allah yang telah menebus manusia
dengan wafat dan kebangkitan Yesus Kristus mendorong orang-orang kristen untuk terlibat
mengatasi segala bentuk ketidakadilan dan penindasan dalam masyarakat. Yang tertindas
diteguhkan agar mempunyai kepercayaan diri bahwa mereka disertai Allah untuk berjuang terus
mengubah nasib malangnya. Kepada yang menciptakan beban bagi yang lemah ditawarkan pula
kehidupan baru, berpaling dari egoisme dan bekerja sama dengan Allah membangun hidup yang
layak bagi semua orang. Gereja mengajak semua pihak yang berkernauan baik, untuk bersamasama sejauh mampu menciptakan kondisi masyarakat yang sesuai dengan manusia, partner dan
anak kesayangan Allah.
C.3.
Prinsip Subsidiaritas
Berdasarkan pandangan iman mengenai manusia ini Gereja harus memperjuangkan dan
melindungi hak individu maupun kelompok kecil, sebab segala usaha sosial semestinya menyokong kepentingan setiap pribadi, khususnya kaum lemah.
Dalam usaha melindungi hak pribadi dan kelompok kecil itu Gereja berpegang pada
prinsip bahwa apa yang dapat dilaksanakan oleh orang per orang atau oleh kelompok kecil, tidak
boleh diserahkan kepada badan kolektif yang lebih besar. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip
subsidiaritas. Prinsip subsidiaritas ini memberi kesempatan bagi pribadi atau kelompok kecil
untuk mengembangkan diri.
2015
8
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dengan memakai prinsip subsidiaritas ini mau tak mau akan menghantar Gereja dan
orang-orang kristen berbenturan dengan struktur-struktur dan sistem sosial yang memepet hidup
orang miskin dan lemah. Untuk itu Gereja terus-menerus mengarahkan perhatian dan usaha
mengajak kaum miskin dan tertindas untuk menyadari keadaan buruk yang sedang melanda
mereka, serta membangun kepercayaan diri dan harapan untuk mengubah nasib malang itu
dengan memperjuangkan hidup bersama yang lebih layak sebagai manusia. Usaha penyadaran
ini disebut konsientisasi. Oleh karena itu setiap orang kristen khususnya kaum terpelajar dan
berpengaruh dalam masyarakat menjadi andalan dan tumpuan harapan mereka yang tidak
berkutik dalam himpitan situasi sekarang ini.
C.4.
Umat Katolik Dalam Masyarakat Pancasila
Dalam negara Indonesia umat kristen bersama dengan semua umat yang beragama dan
berkeyakinan lain, sebagai warga negara wajib turut menggalang persatuan, membangun hidup
bersama yang makin manusiawi. Dalam menggalang persatuan dan kesatuan hidup bernegara,
bangsa Indonesia telah memilih dasar falsafah negara Indonesia yakni Pancasila. Karena disepakati bersama, maka Pancasila dapat diterima dan didukung oleh semua golongan dan semua
pihak dalam masyarakat kita yang majemuk ini.
"Pancasila, baik sebagai keseluruhan maupun ditinjau Sila demi Sila, mencanangkan
nilai-nilai dasar hidup manusiawi sejalan dengan nilai yang dikemukakan oleh ajaran dan
pandangan Gereja Katolik. Nilai-nilai percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; sikap
hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda; sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai agama dan kepercayaan-nya seperti yang tercantum di dalam P4 sekitar Sila Pertama,
demikian pula sikap saling mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa dan "tepa selira",
serta sikap tidak semena-mena terhadap orang lain yang dikemukakan sekitar Sila kedua
merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan ingin diwujudkan pula oleh Umat Katolik
berdasarkan ajaran Gereja". (MAWI 1985 : 26, no. 54).
Umat kristen menerima dan mendukung Pancasila sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, bukan hanya karena Pancasila merupakan sarana penggalang persatuan
bangsa, melainkan juga sebagai ungkapan nilai-nilai dasar hidup bernegara, yang jauh berakar di
dalam budaya dan sejarah suku-suku bangsa kita. (MAWI 1985 : 26, no. 53).
2015
9
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Maka juga berdasarkan keyakinan iman, umat kristen dapat menghayati nilai Pancasila,
namun dengan peka dan kritis. Karena menghargai Pancasila sebagai dasar hidup kita bersama,
maka kita harus menjaga, agar jangan sampai Pancasila digunakan sebagai topeng untuk
melindungi kepentingan-kepentingan pribadi, kelompok atau golongan tertentu. Umat kristen
wajib berusaha "menyelidiki dengan saksama tanda-tanda jaman" (Mat 16 : 4). Begitu prinsip
kristiani yang mesti dijalani oleh umat kristen.
Dengan bersikap peka dan kritis berdasarkan iman kepercayaannya, umat kristen
menjalankan fungsinya sebagai nabi yang dengan akal sehat menilai situasi hidup dan kemajuan
bangsa dalam masyarakat. Sebagai nabi, umat kristen mendapat tugas meneguhkan cinta dan
keadilan serta berani memberantas ketidakadilan, penindasan, penyelewengan dan sebagainya
yang mencemarkan wajah manusia, citra Allah.
C.5.
Pemuda Katolik Sebagai Aset Negara
Pada masa sekarang ini, pemuda katolik merupakan aset bangsa. Pemuda adalah masa
depan bangsa karena yang muda akan tua dan yang tua akan renta. Apalagi pemuda yang berada
di perguruan tinggi mempunyai peranan yang penting, mereka berperan sebagai:
a.
Agent of Change: bertugas mengadakan perubahan-perubahan dalam masyarakat
ke arah yang lebih baik. Pengetahuan yang diterima dalam pendidikan dipakai demi
pengabdian manusia agar dapat hidup bermakna. Hal-hal yang tidak sesuai dan
menghambat kemajuan haruslah diganti dengan hal-hal yang harus sesuai dengan
tuntutan zaman. Dalam mengadakan perubahan juga harus memperhatikan situasi dan
kondisi di mana mereka berada. Perubahan yang memajukan negara lain belum tentu
cocok dilaksanakan di Indonesia.
b.
Agent of Development: bertugas melancarkan pembangunan baik bersifat fisik
maupun non fisik. Mahasiswa diharapkan bertindak sebagai pelopor-pelopor dalam
pembangunan. Pembangunan tidak akan berjalan lancar bila manusia-manusianya tidak
giat bekerja.
c.
Agent of Modernisation: bertugas sebagai pelopor dalam pembaruan.
Pembaharuan yang akan dijalankan tidak terlepas dengan lingkungan masyarakat sekitar.
Tidak semua yang telah hidup berurat dan berakar di Indonesia dapat diubah begitu saja
2015
1
0
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan hal-hal yang baru. Belum tentu hal-hal yang baru itu membawa perubahan yang
baik bagi bangsa, karena bisa jadi hal yang baru itu justru menjemmuskan bangsa ke
jurang kesengsaraan.Oleh karena itu mahasiswa sebagai rnanusia berpendidikan
seharusnya dapat memilih mana yang perlu dipertahankan dan mana yang perlu diubah.
C.6.
Kesadaran Bela Negara.
Hal penting yang tidak bisa diupakan oleh pemuda katolik adalah bahwa Pancasila telah
merumuskan semua pengalaman, pandangan hidup dan harapan bangsa. Tugas pemuda adalah
untuk tetap menjaga Pancasila dan menjalankan amanat yang terkandung didalamnya. Tentunya,
bagaimana menjalankan yang diamanatkan oleh Pancasila tersebut tidaklah hanya mengetahui
saja dan menghafalnya, akan tetapi mengimplementasikannya dalam kehidupan kita sehinga
menjadi Pancasila yang hidup. Tidak ada lagi kata lain, bahwa untuk menghidupkan Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini, maka pemuda harus turun ke tengah masyarakat
membantu menyelesaikan persolan-persoalan yang ada karena disana banyak persolan yang
membutuhkan perhatian para pemuda. Pemuda harus terdepan menyatakan penghormatan
terhadap kemajemukan di negeri ini, terdepan dalam menghormati toleransi, dan banyak hal lagi
yang dilakukan pemuda dalam mengimplementasikan Pancasila, satu hal penting yang harus
disadari pemuda adalah bahwa pemuda tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab atas
problematika bangsa yang dihadapi saat ini.
Pemuda harus berperan serta dan berada dalam garis terdepan, dalam melakukan
perubahan, hanya dengan demikianlah pemuda menjaga keutuhan bangsa ini, mempersiapkan
diri dalam menghadapi tantangan yang lebih besar, untuk mengantisipasi terjadinya penjajahan
gaya baru disegala aspek, atas derasnya arus globalisasi yang tak terbendung juga merupakan
salah satu menjaga negara ini.
Hal lain yang tak kalah pentingnya, pemuda harus memiliki kepekaan sosial dan
memiliki tanggung jawab atas kondisi masyarakat saat ini, maka harus turut serta mencari
solusinya. Apabila kita membangun kesadaran berbangsa, bernegara, memahami hukum yang
berlaku, dan pancasila sebagai pedoman hidup, tentu tidak akan ada generasi yang bisa
dimanfaatkan oleh orang-orang untuk memecahkan bangsa dan negaranya sendiri serta tidak ada
generasi muda yang memiliki perlakuan yang menyimpang dari norma-norma umum
2015
1
1
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dimasyarakat. Dengan membangun kesadaran berbangsa dan bernegara itulah, maka pemuda
telah melakukan salah satu dari sekian banyak aspek untuk menjaga keutuhan Negara ini yaitu
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk mempertahankan negara kita
dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan atas
cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan
nasionalisme di dalam diri masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran,
penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta terhadap tanah air kita.
Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam kehidupan
masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
a.
Cinta Tanah Air
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai. Kesadaran bela
negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air
kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita
sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya
menjaga nama baik negara kita.
b.
Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang harus sesuai
dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup
bangsanya. Kita dapat mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar
perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di
tingkat nasional maupun internasional.
c.
Pancasila
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar biasa,
pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman
yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilainilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.
2015
1
2
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d.
Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk bangsa dan
negara. Contoh nyatanya seperti sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet
bekerja keras untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus
merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui
bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga memiliki
pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama menghabiskan waktunya
antri hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung langsung para atlet yang berlaga
demi mengharumkan nama bangsa.
e.
Memiliki Kemampuan Bela Negara
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap menjaga
kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi masing-masing.
Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara ikut dalam mengamankan
lingkungan sekitar seperti menjadi bagian dari siskamling, membantu korban bencana
sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia sering sekali mengalami bencana alam,
menjaga kebersihan minimal kebersihan tempat tinggal kita sendiri, mencegah bahaya
narkoba yang merupakan musuh besar bagi generasi penerus bangsa, mencegah
perkelahian antar perorangan atau antar kelompok karena di Indonesia sering sekali
terjadi perkelahian yang justru dilakukan oleh para pemuda, cinta produksi dalam negeri
agar Indonesia tidak terus menerus mengimpor barang dari luar negeri, melestarikan
budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang berprestasi baik pada tingkat
nasional maupun internasional.
D.
PENUTUP
Hidup manusia merupakan anugerah Allah yang diterima secara cuma-cuma. Meskipun
hidup
ini
sifatnya
cuma-cuma,
namun
manusia
sebagai
umat
beriman
harus
mempertanggungjawabkan dihadapan Allah segala apa yang diperbuatnya. Bagi umat katolik
tanggungjawab kepada Allah dapat dalam bentuk memaknai hidup bernegara, diantaranya:
a.
2015
1
3
Mendukung prinsip subsidiaritas yang digunakan gereja dalam usaha melindungi
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
hak pribadi dan kelompok kecil itu. Gereja berpegang pada prinsip subsidiaritas bahwa
apa yang dapat dilaksanakan oleh orang per orang atau oleh kelompok kecil, tidak boleh
diserahkan kepada badan kolektif yang lebih besar. Prinsip subsidiaritas ini memberi
kesempatan bagi pribadi atau kelompok kecil untuk mengembangkan diri.
b.
Umat kristen bersama dengan semua umat yang beragama dan berkeyakinan lain,
sebagai warga negara wajib turut menggalang persatuan, membangun hidup bersama
yang makin manusiawi berdasarkan Pancasila.
c.
Menjadi agen perubahan, agen pembangunan dan agen pembaharuan di
Indonesia.
d.
Memiliki Kesadaran bela Negara dengan mengimplementasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kesadaran bela negara dapat diwujudkan membantu korban
bencana, mencegah bahaya narkoba, mencegah perkelahian, cinta produksi dalam negeri,
melestarikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang berprestasi.
Daftar Pustaka
1.
Afra Siauwarjaya, Dra., dan Th. Huber SY, Mengenal Iman Katolik, Obor, Jakarta, 1987.
2.
Konferensi Waligereja Regio Nusa Tenggara, Katekismus Gereja Katolik, Nusa Indah,
Arnoldus Ende, 2007.
3.
Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik, Buku Informasi dan Referensi, KanisiusObor, Yogyakarta, 1996.
4.
Yudi Latif, Negara Paripurna, Historis, Rasionalitas dan Aktualisasi Pancasila,
Gramedia, Jakarta, 2012.
5.
Paulus Wahana, Drs., Filsafat Pancasila, Kanisius, Yogyakarta, 1993.
6.
http://balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-kediklatan/550-kesadaran-berbangsa-
dan-bernegara.html
7.
http://www.slideee.com/slide/peranan-pemuda-dalam-masyarakat-dan-negara
8.
---------, Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 1991.
2015
1
4
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
24
2014
2015
1
5
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download