MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA Fakultas Program Studi MKCU PSIKOLOGI Elearning 08 Abstract 1 Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Disusun Oleh MK900022 Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Kompetensi Bab ini membahas tentang hubungan gereja dan negara, umat katolik dalam keterlibatan social, prinsip subsidiaritas, umat katolik dalam masyarakat pancasila, pemuda katolik sebagai aset negara dan kesadaran bela negara. 2015 Kode MK Mahasiswa dapat mengerti, memahami hidup bernegara dan dapat mengimplementasikan nilainilai kristiani yang diajarkan gereja katolik dalam memaknai hidup berbangsa dan bernegara. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id MATERI BAB XI MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA A. PENDAHULUAN Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dengan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam semangat persaudaraan (UU RI No. 39/1999 HAM). Hidup artinya masih terus ada, bergerak dan bekerja karena dalam diri manusia ada nyawa atau jiwa ciptaan Tuhan. Secara yuridis konstitusional menurut UUD 1945 pasal 28 A menyebutkan : Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Kehidupan itu sendiri berarti cara hidup manusia. Sebenarnya apa dan bagaimana arti cara hidup? Pertanyaan ini mengindikasikan bahwa manusia itu disamping sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial karena selalu terikat dengan orang lain, saling bergantung, mendukung dan bekerja sama yang saling menguntungkan (simbiose mutualistis, resiprokal, sosiologis). Sebagai makhluk individu, manusia sendiri terikat dengan kesendiriannya (secara psikologis). Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan untuk mewujudkan cita-cita pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. “The founding leaders” Indonesia telah meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Kita mendirikan negara Republik Indonesia untuk maksud melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita tersebut, bangsa kita telah pula bersepakat membangun kemerdekaan kebangsaan dalam susunan organisasi Negara Kesatuan 2015 2 Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Republik Indonesia sebagai Negara Hukum yang bersifat demokratis dan sebagai Negara Demokrasi konstitutional berdasarkan Pancasila. Penting bagi kita semua, terutama kaum muda Indonesia, membiasakan diri yaitu untuk mengerjakan apa saja yang semestinya kita kerjakan guna memperbaiki keadaan dan meningkatkan produktifitas kita sebagai bangsa dan negara. Setiap anak bangsa perlu bertekad melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing melebihi apa yang seharusnya dikerjakan, dengan hanya mengambil hak tidak melebihi hak yang memang seharusnya diterima. Berdasar pada pemikiran di atas sebagai pemuda (umat) katolik muncul pertanyaan bagaimana kita memaknai hidup bernegara. Sebagai umat katolik dalam memaknai hidup bernegara sesuai tugas gereja terhadap Negara Indonesia. B. GEREJA DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Sampai sekarang Gereja Indonesia masih dianggap asing atau "Barat" oleh banyak kalangan di Indonesia ini. Itu disebabkan antara lain karena Gereja datang di negeri ini bersama dengan kolonialisme Barat dan cukup lama hidup dalam pola pietisme (Pietisme berasal dari bahasa Latin “Pieta” yang artinya kesalehan) dan tradisi Gereja Barat abad lampau. Dan juga untuk banyak orang Gereja Indonesia masih kurang utuh terlibat dalam perjuangan bangsa. Dasar hubungan antara dua pihak adalah saling pengakuan sesuai kedudukan masingmasing. Gereja Katolik mengakui otonomi setiap negara di bidang hidup kemasyarakatan demi kesejahteraan rakyat seluruhnya. Otonomi itu pada hakikatnya bersumber pada rakyat, yang berhak dan bertanggung jawab dan karena itu wajib menata dan mengatur peri hidupnya sendiri sebagai perorangan maupun masyarakat. Otonomi itu berarti, bahwa negara - seperti nilai-nilai dunia lainnya - mempunyai arti, diselenggarakan serta berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri, yang tidak dapat disamakan dengan kaidah-kaidah keagamaan. Sambil tetap dan tegas mengakui serta menghormati otonomi negara mengenai hidup kemasyarakatan, Gereja Katolik menyadari panggilannya dan ingin mempunyai keleluasaan demi kesejahteraan semua dan masing-masing warga masyarakat, dan demi keselamatan manusia secara sempurna, melayani kebutuhan mereka, terutama yang bersifat rohani, tetapi juga yang bersifat jasmani demi perkembangan kepribadian mereka secara menyeluruh. Dalam hal ini Gereja tidak mengharapkan kebebasan melebihi atau kurang dari yang berdasar UUD 2015 3 Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1945 dijamin oleh negara. Dalam negara Pancasila, agama-agama dan negara mempunyai fungsi serta menunaikan peranannya masing-masing. Keduanya menjalankan fungsi itu dalam perspektif tujuan mereka masing-masing dan dari sudut pandangan yang berbeda-beda. Perbedaan tugas dalam situasi konkret akan semakin jelas, sementara Gereja dan negara hidup bersama dan bekerja sama dengan erat. Karena negara maupun Gereja ada demi kepentingan masyarakat yang sama, maka harus hidup dalam suasana kerja sama. Pada instansi-instansi negara dan Gereja perlu ada sikap dialog, guna mengembangkan sikap saling mengerti dan menghormati serta kerukunan. Pembangunan manusia seutuhnya harus merupakan pusat perhatian negara maupun Gereja. Namun pembangunan ini dikerjakan dalam perspektif dan dimensi yang berbeda, yaitu: negara memperhatikannya terutama dari segi kesejahteraan di dunia ini pada tingkat nasional, sedangkan Gereja terutama memperhatikan kebahagiaan manusia yang bertemu dan bersatu dengan Tuhannya dalam umat-Nya di dunia ini dan akhir-nya secara langsung di akhirat. Hubungan Gereja dengan negara tidak melulu, bahkan tidak terutama berlangsung di tingkat institusional atau kelembagaan, tetapi juga dalam bekerja sama dengan semua golongan masyarakat dan dengan pemerintah, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Semua warga negara berhak ikut serta menentukan hidup kenegaraan. Dalam hal ini Gereja sejalan dengan dasar Negara dan UUD 1945 yaitu untuk semakin meratakan partisipasi rakyat dalam mengusahakan maupun menikmati pembangunan, dengan kata lain "merakyatkan negara". Maka bagi Gereja sebagai persekutuan iman dalam negara demokrasi seperti Indonesia ini, mitra utama dalam dialog ialah rakyat yang bernegara. Namun dalam dialog itu peranan pemimpin negara dan pemimpin Gereja sangat menentukan. Gereja memperjuangkan masyarakat "partisipatoris", yaitu "suatu partisipasi aktif para warga masyarakat, secara perorangan maupun bersama-sama dalam kehidupan dan pemerintahan negara mereka" (GS 73), supaya mereka dapat "bertanggungjawab" terhadap politik negara. Suatu pluralisme dalam pandangan para warga negara mengenai usulan politis (GS 76; OA 46) dianggap wajar, apalagi bila seluruh masyarakat ikut serta dalam kepentingan negaranya. Bahkan, perbedaan pendapat mengenai hal-hal politik itu di dalam kalangan umat Katolik sendiri dipandang sebagai pantas pula. Dalam rangka hubungan antara Gereja Katolik dan Negara Republik Indonesia, 2015 4 Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id beberapa bidang diberi perhatian khusus: 1. Dalam usaha pembangunan, Gereja melihat peranannya yang khas dalam usaha membangun mentalitas sehat, memberi motivasi yang tepat, kuat serta mengena, membina sikap dedikasi dan kesungguhan, menyumbangkan etika pembangunan serta memupuk sikap optimis. Oleh karena itu pimpinan Gereja mengharapkan seluruh umat beriman mau melibatkan diri dan bersikap kritis konstruktif, dengan jujur menilai tujuan dan sasaran pembangunan maupun upaya-upaya dan cara-cara melaksanakannya. 2. Gereja merasa wajib memperjuangkan dan menegakkan martabat manusia sebagai pribadi yang bernilai di hadapan Allah. Sikap dan peranan Gereja berdasarkan motivasi manusiawi dan Kristiani semata-mata. Oleh karena itu Gereja merasa prihatin atas pelanggaran hak-hak dasar dan hukum, atas kemiskinan dan keterbelakangan yang masih diderita oleh banyak warga negara. Bila demi pengembangan dan perlindungan nilai-nilai kemanusiaan, Gereja berperanan kritis, ia menghindari bertindak konfrontatif dan menggunakan jalur-jalur yang tersedia dan berusaha sendiri memberi kesaksian. 3. Pimpinan Gereja mengharapkan supaya para ahli dan tokoh masyarakat yang beragama Katolik mau berpartisipasi dalam pembangunan sesuai dengan keahlian dan panggilan masing-masing. Dalam hal ini mereka hendaknya dijiwai oleh semangat Injil dan memberi teladan kejujuran dan keadilan yang pantas dicontoh oleh generasi penerus. 4. Sesuai dengan perutusan Yesus Kristus sendiri yang diteruskan-Nya, Gereja merasa solider dengan kaum miskin. Ia membantu semua yang kurang mampu tanpa membedakan agama mereka, kalau mereka mau memanfaatkan bantuan ini untuk melangkah keluar dari lingkaran setan yang mengurung mereka. 5. Gereja mendukung sepenuhnya usaha pemerintah memupuk rasa toleransi dan kerukunan antarumat beragama. 6. Gereja mendukung segala usaha berswadaya, merangsang inisiatif dalam segala bidang hidup kemasyarakatan, budaya, dan bernegara. Dengan demikian, potensi, bakat, dan keterlibatan para warganegara dikembangkan sesuai dengan tujuan Negara Indonesia seperti dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, Gereja memegang prinsip subsidiaritas, agar apa saja yang dapat dilaksanakan oleh para warga negara sendiri atau oleh kelompok/satuan/organisasi pada tingkat yang lebih rendah, 2015 5 Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id jangan diambil alih oleh pihak yang lebih tinggi kedudukannya. Dengan demikian, bahaya etatisme dalam segala bidang dapat dicegah. C. UMAT KATOLIK DALAM KETERLIBATAN SOSIAL Sebagai persekutuan murid-murid Kristus, Gereja diutus menjadi saksi Kristus dalam masyarakat. Iman umat akan Yesus Kristus menuntut Gereja terlibat dalam kehidupan sosial. Kita sebagai anggota gereja secara langsung maupun tidak langsung dapat memaknai hidup bernegara dengan mengambil bagian dari tugas gereja dalam masyarakat atau Negara Indonesia. C.1. Situasi Umum Bagaikan pisau bermata dua, selain menghasilkan kemajuan dan keuntungan yang dinikmati sebagian anggota masyarakat, ternyata pembangunan ekonomi, politik dan sosial juga menimbulkan dampak negatif pada sebagian masyarakat lainnya. Tersingkirnya beberapa kelompok masyarakat sebagai contoh akibat pembangunan ini, membangkitkan persoalan yang cukup serius dan dapat membahayakan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Korban dalam pembangunan mungkin sebuah konsekuensi yang tak terelakkan, karena pembangunan adalah juga perjuangan yang selalu menuntut pengorbanan. Tetapi tersingkirnya sebagian kelompok masyarakat atau massa periferal ini disebabkan oleh struktur kehidupan manusia yang lebih luas daripada sekedar pembangunan ekonomi dan politik suatu negara. Dikatakan sekitar 80% masyarakat manusia, saat ini dalam keadaan terjepit dan menjadi bulan-bulanan 20% kelompok penguasa dan pengusaha. Sistem sosial, politik dan ekonomi masyarakat yang disusun penguasa dan pengusaha menciptakan ketergantungan rakyat jelata kepada-nya. (Prisma 3/1985 : 36). "Satu masalah yang dihadapi semua negara dunia ketiga adalah sangat tidak meratanya distribusi kekayaan. Sebagian terbesar kekayaan berada di tangan kelompok minoritas, sementara massa rakyat hidup dalam kemiskinan dan berada di luar struktur sosial" (Santiago S. 1986 : 8). Mereka merupakan kelompok pinggiran masyarakat yang hidup di bawah taraf layak sebagai manusia. Mereka menderita tanpa suara, hidup dari remah-remah belas kasihan orang, menggapai-gapai masa depan dalam kekelaman. Orang-orang kristen hidup dan berjuang dalam masyarakat ini. Suka dan duka 2015 6 Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id masyarakat merupakan suka dan duka orang-orang kristen. Persoalannya adalah bagaimana iman kristen main peranan dalam hidup masyarakat ? Bagaimana mereka menghayati hubungan dengan Yesus Kristus melalui pergaulan hidup dalam masyarakat ini ? Bagaimana mengintegrasikan semua golongan ke dalam struktur sosial ? Bagaimana membangun hidup bersama yang layak bagi semua orang ? Apa usaha kita untuk membendung arus keuntungan yang kian mengalir ke kantong orang kaya ? Sebagai orang kristen usaha manakah dapat kita anggarkan ? Prinsip-prinsip manakah yang akan melandasi keterlibatan kita? C.2. Demi Kepentingan Umum Gereja dipanggil dan ditugaskan untuk menjadi tanda keselamatan bagi semua orang. Dalam situasi mana pun juga Gereja tidak cukup hanya memperhatikan kepentingan umatnya sendiri, Gereja pertama-tama harus melayani kepentingan umum. Selama kepentingan umum diabaikan, khususnya nasib kaum miskin dan tertindas diabaikan, Gereja belum menjalankan tugas pengutusannya dengan semestinya, bahkan menghianati hakekatnya. Keterlibatan dan tanggung jawab Gereja dalam kehidupan sosial mempunyai tujuan yang utama dan pertama yakni kesejahteraan umum demi pribadi manusia. Manusia merupakan nilai tertinggi. Pribadi manusia, citra Allah sendiri, tidak pernah boleh dikorbankan dengan alasan mana pun juga. Manusia menurut iman kepercayaan orang kristen diciptakan dan ditempatkan Allah di dunia sebagai partner kerja-Nya untuk mengolah dunia (Kej 1:28). Atas dasar kepercayaan ini Gereja tidak hanya mengakui martabat manusia sebagai teman kerja Allah, melainkan sekaligus mengakui pula bahwa setiap orang bertanggung jawab atas perkembangan dunia ini. Nilai manusia ini diteguhkan lagi karena Yesus dari Nasaret yang menjadi puncak tanda kesetiaan Allah pada manusia. Seluruh hidup Yesus, warta dan tindakan-Nya, menyatakan siapa manusia bagi Allah itu. Manusia adalah anak kesayangan Allah Bapa. Dalam Yesus Allah tidak hanya hadir sebagai sesama manusia, melainkan Ia mengidentikkan diri-Nya dengan manusia yang terhina di mata manusia. Ia bukan hanya solider dengan nasib manusia, melainkan Ia sendiri sungguh mengalami nasib malang hidup manusia sampai wafat-Nya di salib. Dan kini Ia tetap menderita dalam manusia terhina, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya untuk Aku" (Mat 25 : 45). Maka yang melukai manusia, menghujat Allah. 2015 7 Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Iman kepercayaan orang-orang kristen akan rahasia kelahiran Putera Allah di tengahtengah kita ini mengharuskan orang-orang kristen untuk terlibat dalam perkara sosial, khususnya dalam perkara mereka yang miskin, terbelakang dan tertindas. Pokok iman kristiani terletak pada kepercayaan orang-orang kristen akan rahasia Paskah yakni wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Melalui salib dan kebangkitan Yesus Allah membebaskan manusia dari dosa. Dosa menurut penghayatan kristiani merupakan sikap dan tindakan melawan Allah. Dosa bukan hanya perkara batin saja, melainkan juga terwujud dalam tindak-tanduk manusia terhadap sesama dalam hidup sehari-hari. Sikap dan tindak yang hanya ingat diri ini mengakibatkan pemiskinan dan penindasan dalam struktur masyarakat. Dan apabila manusia secara pribadi menyetujui dan melakukan tindakan melawan Allah itu, maka ia makin mengencangkan lilitan dosa sosial dalam kehidupan manusia. Gereja diserahi tugas untuk mewartakan dan mendukung karya Allah memerdekakan manusia dari pelbagai belenggu dosa. Kepercayaan kepada Allah yang telah menebus manusia dengan wafat dan kebangkitan Yesus Kristus mendorong orang-orang kristen untuk terlibat mengatasi segala bentuk ketidakadilan dan penindasan dalam masyarakat. Yang tertindas diteguhkan agar mempunyai kepercayaan diri bahwa mereka disertai Allah untuk berjuang terus mengubah nasib malangnya. Kepada yang menciptakan beban bagi yang lemah ditawarkan pula kehidupan baru, berpaling dari egoisme dan bekerja sama dengan Allah membangun hidup yang layak bagi semua orang. Gereja mengajak semua pihak yang berkernauan baik, untuk bersamasama sejauh mampu menciptakan kondisi masyarakat yang sesuai dengan manusia, partner dan anak kesayangan Allah. C.3. Prinsip Subsidiaritas Berdasarkan pandangan iman mengenai manusia ini Gereja harus memperjuangkan dan melindungi hak individu maupun kelompok kecil, sebab segala usaha sosial semestinya menyokong kepentingan setiap pribadi, khususnya kaum lemah. Dalam usaha melindungi hak pribadi dan kelompok kecil itu Gereja berpegang pada prinsip bahwa apa yang dapat dilaksanakan oleh orang per orang atau oleh kelompok kecil, tidak boleh diserahkan kepada badan kolektif yang lebih besar. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip subsidiaritas. Prinsip subsidiaritas ini memberi kesempatan bagi pribadi atau kelompok kecil untuk mengembangkan diri. 2015 8 Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dengan memakai prinsip subsidiaritas ini mau tak mau akan menghantar Gereja dan orang-orang kristen berbenturan dengan struktur-struktur dan sistem sosial yang memepet hidup orang miskin dan lemah. Untuk itu Gereja terus-menerus mengarahkan perhatian dan usaha mengajak kaum miskin dan tertindas untuk menyadari keadaan buruk yang sedang melanda mereka, serta membangun kepercayaan diri dan harapan untuk mengubah nasib malang itu dengan memperjuangkan hidup bersama yang lebih layak sebagai manusia. Usaha penyadaran ini disebut konsientisasi. Oleh karena itu setiap orang kristen khususnya kaum terpelajar dan berpengaruh dalam masyarakat menjadi andalan dan tumpuan harapan mereka yang tidak berkutik dalam himpitan situasi sekarang ini. C.4. Umat Katolik Dalam Masyarakat Pancasila Dalam negara Indonesia umat kristen bersama dengan semua umat yang beragama dan berkeyakinan lain, sebagai warga negara wajib turut menggalang persatuan, membangun hidup bersama yang makin manusiawi. Dalam menggalang persatuan dan kesatuan hidup bernegara, bangsa Indonesia telah memilih dasar falsafah negara Indonesia yakni Pancasila. Karena disepakati bersama, maka Pancasila dapat diterima dan didukung oleh semua golongan dan semua pihak dalam masyarakat kita yang majemuk ini. "Pancasila, baik sebagai keseluruhan maupun ditinjau Sila demi Sila, mencanangkan nilai-nilai dasar hidup manusiawi sejalan dengan nilai yang dikemukakan oleh ajaran dan pandangan Gereja Katolik. Nilai-nilai percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; sikap hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda; sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan-nya seperti yang tercantum di dalam P4 sekitar Sila Pertama, demikian pula sikap saling mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa dan "tepa selira", serta sikap tidak semena-mena terhadap orang lain yang dikemukakan sekitar Sila kedua merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan ingin diwujudkan pula oleh Umat Katolik berdasarkan ajaran Gereja". (MAWI 1985 : 26, no. 54). Umat kristen menerima dan mendukung Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, bukan hanya karena Pancasila merupakan sarana penggalang persatuan bangsa, melainkan juga sebagai ungkapan nilai-nilai dasar hidup bernegara, yang jauh berakar di dalam budaya dan sejarah suku-suku bangsa kita. (MAWI 1985 : 26, no. 53). 2015 9 Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Maka juga berdasarkan keyakinan iman, umat kristen dapat menghayati nilai Pancasila, namun dengan peka dan kritis. Karena menghargai Pancasila sebagai dasar hidup kita bersama, maka kita harus menjaga, agar jangan sampai Pancasila digunakan sebagai topeng untuk melindungi kepentingan-kepentingan pribadi, kelompok atau golongan tertentu. Umat kristen wajib berusaha "menyelidiki dengan saksama tanda-tanda jaman" (Mat 16 : 4). Begitu prinsip kristiani yang mesti dijalani oleh umat kristen. Dengan bersikap peka dan kritis berdasarkan iman kepercayaannya, umat kristen menjalankan fungsinya sebagai nabi yang dengan akal sehat menilai situasi hidup dan kemajuan bangsa dalam masyarakat. Sebagai nabi, umat kristen mendapat tugas meneguhkan cinta dan keadilan serta berani memberantas ketidakadilan, penindasan, penyelewengan dan sebagainya yang mencemarkan wajah manusia, citra Allah. C.5. Pemuda Katolik Sebagai Aset Negara Pada masa sekarang ini, pemuda katolik merupakan aset bangsa. Pemuda adalah masa depan bangsa karena yang muda akan tua dan yang tua akan renta. Apalagi pemuda yang berada di perguruan tinggi mempunyai peranan yang penting, mereka berperan sebagai: a. Agent of Change: bertugas mengadakan perubahan-perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik. Pengetahuan yang diterima dalam pendidikan dipakai demi pengabdian manusia agar dapat hidup bermakna. Hal-hal yang tidak sesuai dan menghambat kemajuan haruslah diganti dengan hal-hal yang harus sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam mengadakan perubahan juga harus memperhatikan situasi dan kondisi di mana mereka berada. Perubahan yang memajukan negara lain belum tentu cocok dilaksanakan di Indonesia. b. Agent of Development: bertugas melancarkan pembangunan baik bersifat fisik maupun non fisik. Mahasiswa diharapkan bertindak sebagai pelopor-pelopor dalam pembangunan. Pembangunan tidak akan berjalan lancar bila manusia-manusianya tidak giat bekerja. c. Agent of Modernisation: bertugas sebagai pelopor dalam pembaruan. Pembaharuan yang akan dijalankan tidak terlepas dengan lingkungan masyarakat sekitar. Tidak semua yang telah hidup berurat dan berakar di Indonesia dapat diubah begitu saja 2015 1 0 Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dengan hal-hal yang baru. Belum tentu hal-hal yang baru itu membawa perubahan yang baik bagi bangsa, karena bisa jadi hal yang baru itu justru menjemmuskan bangsa ke jurang kesengsaraan.Oleh karena itu mahasiswa sebagai rnanusia berpendidikan seharusnya dapat memilih mana yang perlu dipertahankan dan mana yang perlu diubah. C.6. Kesadaran Bela Negara. Hal penting yang tidak bisa diupakan oleh pemuda katolik adalah bahwa Pancasila telah merumuskan semua pengalaman, pandangan hidup dan harapan bangsa. Tugas pemuda adalah untuk tetap menjaga Pancasila dan menjalankan amanat yang terkandung didalamnya. Tentunya, bagaimana menjalankan yang diamanatkan oleh Pancasila tersebut tidaklah hanya mengetahui saja dan menghafalnya, akan tetapi mengimplementasikannya dalam kehidupan kita sehinga menjadi Pancasila yang hidup. Tidak ada lagi kata lain, bahwa untuk menghidupkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini, maka pemuda harus turun ke tengah masyarakat membantu menyelesaikan persolan-persoalan yang ada karena disana banyak persolan yang membutuhkan perhatian para pemuda. Pemuda harus terdepan menyatakan penghormatan terhadap kemajemukan di negeri ini, terdepan dalam menghormati toleransi, dan banyak hal lagi yang dilakukan pemuda dalam mengimplementasikan Pancasila, satu hal penting yang harus disadari pemuda adalah bahwa pemuda tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab atas problematika bangsa yang dihadapi saat ini. Pemuda harus berperan serta dan berada dalam garis terdepan, dalam melakukan perubahan, hanya dengan demikianlah pemuda menjaga keutuhan bangsa ini, mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan yang lebih besar, untuk mengantisipasi terjadinya penjajahan gaya baru disegala aspek, atas derasnya arus globalisasi yang tak terbendung juga merupakan salah satu menjaga negara ini. Hal lain yang tak kalah pentingnya, pemuda harus memiliki kepekaan sosial dan memiliki tanggung jawab atas kondisi masyarakat saat ini, maka harus turut serta mencari solusinya. Apabila kita membangun kesadaran berbangsa, bernegara, memahami hukum yang berlaku, dan pancasila sebagai pedoman hidup, tentu tidak akan ada generasi yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang untuk memecahkan bangsa dan negaranya sendiri serta tidak ada generasi muda yang memiliki perlakuan yang menyimpang dari norma-norma umum 2015 1 1 Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dimasyarakat. Dengan membangun kesadaran berbangsa dan bernegara itulah, maka pemuda telah melakukan salah satu dari sekian banyak aspek untuk menjaga keutuhan Negara ini yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam diri masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta terhadap tanah air kita. Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain: a. Cinta Tanah Air Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik negara kita. b. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. c. Pancasila Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilainilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan. 2015 1 2 Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id d. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa. e. Memiliki Kemampuan Bela Negara Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi masing-masing. Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara ikut dalam mengamankan lingkungan sekitar seperti menjadi bagian dari siskamling, membantu korban bencana sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia sering sekali mengalami bencana alam, menjaga kebersihan minimal kebersihan tempat tinggal kita sendiri, mencegah bahaya narkoba yang merupakan musuh besar bagi generasi penerus bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok karena di Indonesia sering sekali terjadi perkelahian yang justru dilakukan oleh para pemuda, cinta produksi dalam negeri agar Indonesia tidak terus menerus mengimpor barang dari luar negeri, melestarikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang berprestasi baik pada tingkat nasional maupun internasional. D. PENUTUP Hidup manusia merupakan anugerah Allah yang diterima secara cuma-cuma. Meskipun hidup ini sifatnya cuma-cuma, namun manusia sebagai umat beriman harus mempertanggungjawabkan dihadapan Allah segala apa yang diperbuatnya. Bagi umat katolik tanggungjawab kepada Allah dapat dalam bentuk memaknai hidup bernegara, diantaranya: a. 2015 1 3 Mendukung prinsip subsidiaritas yang digunakan gereja dalam usaha melindungi Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id hak pribadi dan kelompok kecil itu. Gereja berpegang pada prinsip subsidiaritas bahwa apa yang dapat dilaksanakan oleh orang per orang atau oleh kelompok kecil, tidak boleh diserahkan kepada badan kolektif yang lebih besar. Prinsip subsidiaritas ini memberi kesempatan bagi pribadi atau kelompok kecil untuk mengembangkan diri. b. Umat kristen bersama dengan semua umat yang beragama dan berkeyakinan lain, sebagai warga negara wajib turut menggalang persatuan, membangun hidup bersama yang makin manusiawi berdasarkan Pancasila. c. Menjadi agen perubahan, agen pembangunan dan agen pembaharuan di Indonesia. d. Memiliki Kesadaran bela Negara dengan mengimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesadaran bela negara dapat diwujudkan membantu korban bencana, mencegah bahaya narkoba, mencegah perkelahian, cinta produksi dalam negeri, melestarikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang berprestasi. Daftar Pustaka 1. Afra Siauwarjaya, Dra., dan Th. Huber SY, Mengenal Iman Katolik, Obor, Jakarta, 1987. 2. Konferensi Waligereja Regio Nusa Tenggara, Katekismus Gereja Katolik, Nusa Indah, Arnoldus Ende, 2007. 3. Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik, Buku Informasi dan Referensi, KanisiusObor, Yogyakarta, 1996. 4. Yudi Latif, Negara Paripurna, Historis, Rasionalitas dan Aktualisasi Pancasila, Gramedia, Jakarta, 2012. 5. Paulus Wahana, Drs., Filsafat Pancasila, Kanisius, Yogyakarta, 1993. 6. http://balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-kediklatan/550-kesadaran-berbangsa- dan-bernegara.html 7. http://www.slideee.com/slide/peranan-pemuda-dalam-masyarakat-dan-negara 8. ---------, Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 1991. 2015 1 4 Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 24 2014 2015 1 5 Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pendidikan Agama Katolik Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id