BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. GEREJA DI INDONESIA Gereja di Indonesia sudah hadir sejak abad ke-2 Masehi. Pertama kali berada di Fansur atau Barus, Sumatera Utara. Sejak saat itu, sampai sekarang, Indonesia telah mempunyai banyak jenis gereja (aliran atau semacamnya). Pada umumnya gereja Kristen di Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga aliran utama, yaitu: - Gereja Katolik Roma dengan sistem episkopal di bawah kepemimpinan Paus. - Gereja Protestan yang merupakan hasil dari Reformasi Protestan dan berdiri mandiri. - Gereja Ortodoks dengan sistem episkopalnya. Gereja-gereja dari aliran ritual Pentakosta terkadang digolongkan terpisah dari kelompok gereja Protestan. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan ritual dan pengakuan iman. Meskipun demikian, menurut sejarahnya, gereja Pentakosta muncul dari denominasidenominasi ajaran Protestan. Gereja Protestan dan aliran Pentakosta terbagi-bagi menjadi unsur gereja yang lebih kecil, maka gerejagereja Kristen Protestan (dan Pentakosta) memiliki banyak cabang bahkan di setiap daerah di Indonesia. Gereja-gereja tersebut dapat diklasifikasikan menurut ajaran teologi, kelompok etnis, bahasa pengantar, atau gabungan dari ketiganya. Lain halnya dengan Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks. Gerejagereja tersebut tidak terbagi-bagi menurut denominasi sebagaimana halnya yang terdapat pada gereja-gereja Protestan/Pentakosta. 14 2.1.1. Gereja Katolik Gereja Katolik merupakan gereja yang memiliki persekutuan dengan Paus, atau Uskup Roma, yang memegang otoritas tertinggi setelah Dewan Kardinal. Gereja Katolik terdiri dari Gereja Katolik Roma (Ritus Latin) dan 23 Gereja Katolik Ritus Timur. Gereja Katolik di Indonesia mengikuti Ritus Latin. Hal ini dikarenakan secara umum Gereja Katolik di Indonesia berasal dari Misi Portugis dan Spanyol (Santo Fransiskus Xaverius adalah orang Spanyol). Gereja Katolik di Indonesia terbagi dalam 37 keuskupan yang dikelompokan ke dalam 10 provinsi gerejawi ditambah dengan 1 Ordinariat Militer. Keuskupan-keuskupan tersebut membentuk suatu organisasi koordinatif yang disebut Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), beranggotakan para uskup di Indonesia. 2.1.2. Gereja Protestan (Kristen) Protestanisme adalah Kristen. Mazhab atau sebuah mazhab denominasi ini dalam agama muncul setelah protes Martin Luther pada tahun 1517 dengan 95 dalilnya. Kata Protestan sendiri diaplikasikan kepada umat Kristen yang menolak ajaran maupun otoritas Gereja Katolik. Kata ini didefinisikan sebagai gerakan agamawi yang berlandaskan iman dan praktik Kekristenan yang berawal dari dorongan Reformasi Protestan dalam segi doktrin, politik dan eklesiologi, melawan apa yang dianggap sebagai penyelewengan Gereja Katolik Roma. Hal tersebut merupakan satu dari tiga pemisahan utama dari "Kekristenan Nicaea (Nicene), yaitu di samping Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks. Istilah "Protestan" merujuk kepada "surat protes" yang disampaikan oleh para pembesar yang mendukung protes dari Martin 15 Luther melawan keputusan Diet Speyerpada tahun 1529, yang menguatkan keputusan (edik) Diet Worms yang mengecam ajaran Martin Luther sebagai ajaran sesat (heretik). Pada kenyataannya, gerakan Reformasi Protestan yang dilakukan oleh Martin Luther bukanlah yang pertama kali terjadi di kalangan Gereja Katolik, sebab sebelumnya sudah ada gerakan-gerakan serupa seperti yang terjadi diPerancis yang dipimpin oleh Peter Waldo (dan kini para pengikutnya tergabung dalam Gereja Waldensis) pada pertengahan abad ke12, dan di Bohemia (kini termasuk Ceko) di bawah pimpinan Jan Hus atau Yohanes Hus (1369-1415). Gereja Waldensis banyak terdapat di Italia dan negara-negara yang mempunyai banyak imigran dari Italia, seperti Uruguay. Sementara para pengikut Yohanes Hus di Bohemia kemudian bergabung dengan Gereja Calvinis. Meskipun doktrin dari denominasi-denominasi Protestan jauh dari seragam, ada beberapa keyakinan yang tersebar pada Protestantisme yaitu doktrin sola gratia, sola fide, dan sola scriptura. - Sola gratia berpegang bahwa keselamatan merupakan anugerah dari Tuhan. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. - Sola fide berpegang bahwa keselamatan yang datang hanya melalui iman di dalam Yesus sebagai Kristus, bukan melalui perbuatan baik. - Sola scriptura mempertahankan bahwa Alkitab (bukan tradisi gereja atau interpretasi gerejawi dari Alkitab) adalah sumber otoritas final untuk semua orang Kristen. 16 Gereja-gereja Protestan umumnya menolak doktrin Katolik dan Ortodoks mengenai pewarisan apostolik dan pelayanan sakramental dari klerus. Kecuali yang ditemukan pada banyak negara, seperti di bagian selatan Eropa, yang berada di bawah pengaruh non-Katolik jauh sebelum Reformasi. Pendeta Protestan dan pemimpin gereja memiliki peran dan otoritas yang sedikit berbeda di dalam komunitas mereka dibandingkan dengan pastor dan uskup pada Katolik, Anglikan dan Ortodoks. Menurut Denominasi Pembagian Gereja-gereja beraliaran Protestanisme di Indonesia menurut denominasinya yaitu: - Gereja Reformasi atau Calvinis - Gereja Lutheran (Evangelikel Lutheran) - Gereja Injili - Gereja Menonit - Gereja Pentakosta – karismatik - Gereja Baptis 2.1.3. Gereja Ortodoks Gereja Ortodoks adalah kelompok Kristen/Gereja pendatang yang paling mutakhir di Indonesia. Namun, menurut penelitian dari pakar-pakar sejarah dan arkeologi lama, sebetulnya Gereja Ortodoks ini justru adalah gereja yang pertama hadir dan datang ke Indoneia yang ditandai dengan/melalui kehadiran Gereja Nestorian yang merupakan corak gereja Asiria di daerah Fansur (Barus), di wilayah Mandailing, Sumatera Utara. Namun menurut A.J. Butler M.A., kata Fahsûr seharusnya ditulis Mansûr, yaitu sebuah negara pada zaman kuno yang terdapat di Barat Laut India, terletak di sekitar Sungai Indus. Mansur merupakan negara paling utama 17 yang terkenal di antara orang-orang Arab dalam hal komoditas kamfer (al-kafur). Tanpa diketahui sebab-sebabnya, Gereja yang kehadirannya diketahui lewat prasasti dari tahun 600-an M ini kemudian hilang begitu saja yang mungkin akibat faktor peperangan dan baru muncul kembali di Indonesia sekitar akhir tahun 1960-an dengan kedatangan Kansiah Orthodox Syria dikota Samarinda. Di negara-negara Eropa Timur, Asia Kecil, Anatolia, Timur Tengah, Asia Selatan dan di India, Gereja Ortodoks telah hadir selama berabad-abad dan tidak pernah hilang seiring zaman berganti, khususnya di Timur Tengah, Gereja ini telah hadir sejak abad pertama ketika kali pertama Gereja Kristen terbentuk oleh para murid Yesus. Karena termasuk kaum minoritas di Indonesia, Gereja Ortodoks tidak memiliki banyak tempat ibadah di tiap daerah, sehingga umatnya lebih sering mengikuti ibadat di Gereja Katolik. 18 2.2. ARSITEKTURAL GEREJA 2.2.1. Pola Ruang Gereja Berikut merupakan beberapa contoh layout ruangan pada beberapa Gereja di dunia, pada intinya ruangan inti yang diperlukan sebuah gereja adalah area duduk umat dan altar (panggung). Gambar 2.1 Skema Denah Gereja Sumber : Data Arsitek, Ernst Neufret, jilid 2 edisi 33, tahun 2002 19 Gambar 2.2 Contoh pengolahan ruang gereja Sumber : Time Saver Standart for Building Types 2nd Edition, tahun 1987 20 Berikut merupakan contoh standar penataan layout bangku untuk umat, umumnya bangku ditata secara linier dan memusat pada altar. Gambar 2.3 Skema layout dan dimensi bangku umat Sumber : Data Arsitek, Ernst Neufret, jilid 2 edisi 33,tahun 2002, Time Saver Standart for Building Types 2nd Edition tahun 1987 21 Paduan suara pada gereja merupakan salah satu kebutuhan inti sebuah peribadatan. Paduan suara menyanyikan lagu-lagu mazmur (pujian). Berikut merupakan contoh kemungkinan penataan dan peletakan area paduan suara. Gambar 2.4 Layout kemungkinan penempatan paduan suara Sumber : Time Saver Standart for Building Types 2nd Edition tahun 1987 2.2.2. Fasilitas untuk Difabilitas Berikut merupakan contoh layout bangku umat yang disisipi ruang untuk para disabilitas, sehingga penyandang tidak merasa disisihkan sendiri. Gambar 2.5 Skema layout ruang untuk pengguna kursi roda Sumber : Building Access Handbook 2007 22 para 2.3. RETRET Retret memiliki beberapa makna yang berkaitan, yang pada umumnya berupa gagasan untuk sementara waktu menjauhkan diri sendiri dari lingkungan biasanya. Sebuah retret dapat dilakukan untuk alasan yang berhubungan dengan spritiual, stres, kesehatan, gaya hidup, ataupun hal-hal sosial atau ekologis. Sebuah retret dapat berarti sebuah periode pengalaman menyendiri ataupun pengalaman mengasingkan diri bersama dengan sebuah kelompok/komunitas. Beberapa retret dilakukan dalam kesunyian, sementara yang lainnya dilakukan dalam suasana berbagi rasa, tergantung dari pengetahuan dan praktik yang dilakukan oleh fasilitator dan/atau pesertanya. Retret sering kali dilakukan di daerah pedesaan atau pedalaman, atau di tempat-tempat retret khusus seperti sebuah biara. Retret religius/spiritual menyediakan waktu untuk berefleksi, berdoa, atau bermeditasi. Hal-hal ini dianggap penting dalam Budhisme, dan juga populer di kalangan gereja-gereja Kristen, termasuk Protestan, Katolik Roma, dan Anglikan. ( Whiteaker, 2004 ) Retret juga merupakan bentuk rekreasi, tujuannya adalah untuk menyegarkan pikiran dan jiwa. Berbeda dengan rekreasi pada umumnya dengan ke tempat hiburan atau wisata yang terdapat banyak pengunjung, sedangkan retret biasanya dilakukan oleh komunitas/kelompok tertentu ( masyarakat lingkungan tertentu, pelayan gereja, murid sekolah, mahasiswa, dll). 23 Kegiatan dalam Retret Berikut merupakan beberap kegiatan yang pada umumnya dilaksanakan saat kegiatan retret : Ibadat Gambar 2.6 Ibadat saat kegiatan retret Sumber : http://news.unika.ac.id/wp-content/uploads/IMG_04051.jpg diakses pada tanggal 5 April 2016 Hal yang pokok dan pasti dilakukan dalam retret adalah ibadat yang berfungsi untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Bentuk ibadat disesuaikan dengan kelompok atau komunitas yang melakukan kegiatan retret sehingga kemasan bisa berbeda-beda. Meditasi Retret merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat untuk menjauhkan diri sementara dari hiruk pikuk duniawi dan keseharian mereka. Meditasi merupakan salah satu kegiatan yang berfungsi untuk melatih 24 ketenangan diri dan berfokus agar beban pikiran dapat dijadikan energi positif. Gambar 2.7 Meditasi saat kegiatan retret Sumber : http://sdksangtimurbatu.sch.id/sangtimur/wpcontent/uploads/2016/03/IMG-20160223-WA0001.jpg diakses pada tanggal 5 April 2016 Sharing Sharing pengalaman atau pun persoalan hidup berguna untuk belajar sebuah proses untuk diri sendiri ataupun orang lain yang dapat digunakan sebagai pedoman di kemudian hari. 25 Gambar 2.8 Sharing saat kegiatan retret Sumber : http://tarakanita.or.id/pusat/images/news/12669493_1548711242110946_ 8093320813252430659_n_1457354007.jpg diakses pada tanggal 5 April 2016 Interaksi Sosial Gambar 2.9 Salah satu bentuk interaksi sosial saat kegiatan retret Sumber : http://news.unika.ac.id/wp-content/uploads/IMG_0320.jpg diakses pada tanggal 5 April 2016 Selain mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, retret berfungsi untuk mengakrabkan diri dengan individu lain. Di 26 kegiatan ini peserta diajak untuk membangun karakter masing-masing pribadi dalam sebuah kelompok masyarakat. Outbond Bentuk kerja sama sebuah kelompok dalam kegiatan outbond menegaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Selain itu kegiatan yang biasanya dilakukan di alam terbuka ini juga membentuk hubungan manusia dengan alam. Gambar 2.10 Kegiatan outbond saat kegiatan retret Sumber : http://news.unika.ac.id/wp-content/uploads/IMG_05451.jpg diakses pada tanggal 5 April 2016 2.4. METAFISIKA 2.4.1. Aristoteles Menurut Aristoteles (Stanford Encyclopedia Philosophy), metafisika mengkaji dua inti pokok, yaitu : Being qua being; science study the being in the purest form, there is a thing really existed in the sense of the word not 27 of exposed to change , or able to received by human senses . penglihatan peraba perasa objek NYATA MANUSIA penciuman pendengaran Tidak ada namun ada : kepercayaan abstrak Makhluk, zat, atau ? TUHAN DEFINISI ? KONKRIT Asal muasal ? Being insofar as it is being ; Absolute being by definition, that does not depend on the other, God ( substance which is can not be received by human senses ) Kesimpulan : objek fisik lebih mudah diterjemahkan daripada objek abstrak. Cara mengintepretasikan objek abstrak, pada kasus ini adalah Tuhan, dapat dilakukan dengan menterjemahkan nilai-nilai dari ajaran agama yang terkait sehingga dapat diwujud nyatakan dalam bentuk arsitektur. 28 2.4.2. Anthony C. Antoniades Tujuan metafisika baik melalui filsafat atau melalui pertanyaan lainnya adalah untuk memahami dan menafsirkan 'ketidaktahuan', posisi utama dalam ilmu filsafat. Namun apapun definisi metafisika tidak pernah dapat memahami apa-apa karena 'hal tersebut selalu berada di awal dari sebuah proses' (Poetics of Architecture : Theory of Design). Kesimpulan : Metafisika merupakan bagian dari sebuah proses. Proses kehidupan manusia juga memiliki sisi metafisika, hanya saja manusia tidak menyadarinya. Proses kehidupan manusia berbeda-beda, sehingga memori yang terekam akan berbeda-beda pula, namun ada satu titik proses ini akan mengalami kesamaan yang akan diputar ulang dalam arsitektur perancangan gereja dan fasilitas retret ini. 2.4.3. Y. B. Mangunwijaya Pada tahap primer orang berpikir dan bercitarasa dalam alam penghayatan kosmik dan mistis, atau agama. Tidak estetis. Namun janganlah hendaknya kita mengira, seolah-olah alasan-alasan gaib, mistis, atau magis itu satu-satunya alasan atau pedoman berarsitektur bagi manusia kuno. Merekapun menganalisa realita 29 cerdas dan dalam penanganan praktis permasalahan pemukiman serta bangunan-bangunan. Keselarasan dan logis perpaduan antara dimensi-dimensi religius dengan pandangan realistis dan teknis praktis, segi-segi roh dan materi. (Wastu Citra) Kesimpulan : Saat ini banyak yang memandang keindahan arsitektur dari segi fisik. Dengan demikian orang hanya akan melihat memalui mata, tanpa menggunakan hati dan perasaan, sehingga karya tersebut juga tenggelam termakan waktu. -Inti dalam berarsitektur adalah menciptakan suasana-, saat seseorang dibawa ke sebuah alam dan waktu yang berbeda dalam sebuah karya arsitektur, hal itulah yang menjadikan karya tersebut fenomenal dan memiliki arti yang mendalam. Benda mati yang bernyawa dan berbicara, arsitektur bisa saja subjektif maupun objektif, tergantung pada seberapa dalam individu menjamahnya. 30 yang ingin mengenal dan 2.4.4. Peter Zumthor Peter Zumthor dalam bukunya 'Thinking Architecture' menuliskan hal berikut Architecture has its own realm. It has a special physical relationship with life. I so not think of it primarily as either a message of a symbol, but as an envelope and background for life, which goes on, in and around it, a sensitive container for rhytm of footsteps on the floor, for the concentration of work, for the silent of sleep. Ada puisi balik kata-kata tersebut. Bukan hanya katakata yang menggambarkan fitur dari bangunan tertentu, tetapi yang menggambarkan kepekaan untuk apa yang terletak di bawah dunia nyata. Ketika arsitektur menjadi hanya sebuah wadah dan memungkinkan semua komponen lain dari eksistensi manusia menjadi lebih penting, metafisik muncul. Arsitektur tidak lagi bangunan, sekarang wadah puisi, pikiran dan mimpi. Peter Zumthor mencapai ini dalam desainnya. Hal pertama yang harus dipercaya untuk mengerti adalah Arsitektur adalah sebagian fisik dan sebagian metafisik 31 Arsitektur terbuat dari material fisik, namun juga menghasilkan pengalaman yang berada diluar nalar dunia Metafisika sebagai "sesuatu yang diluar alam fisik". Banyak bagian dari keberadaan manusia yang dapat dianggap sebagai metafisika : pikiran, perasaan, memori, mimpi, ide, atau apapun yang berada diluar dunia fisik dimana kita tinggal. Manusia sudah berhadapan dengan elemen abstrak kehidupan ini mulai dari awal kesadaran. If a work of architecture consists of forms and contents which combine to create a strong fundamental mood that is powerful enough to affect us, it may possess the qualities of a work of art. This art has, however nothing to do with interesting configurations or originality. It is concerned with insights and understandings, and above all with truth. Peter Zumthor memanipulasi komponen bangunan dalam rangka untuk mempengaruhi pengalaman manusia. Dalam arsitektur Zumthor ini ada enam unsur utama yang berinteraksi satu sama lain untuk menghasilkan pengalaman lengkap metafisik: konsep archetype (Pola Dasar), alam, material, cahaya, tubuh manusia dan memori seseorang. 32 alam archetype manusia Metafisika Arsitektur memori material cahaya Kesimpulan : menyatakan secara banyak gamblang arsitektur/arsitek Peter yang Zumthor melupakan komponen utama dalam berarsitektur, yaitu MANUSIA. Arsitektur dapat menjadi stimulan yang meninggalkan jejak elemen abstrak dalam manusia baik fisik maupun psikis. Penggunaan manusia secara keseluruhan untuk menyampaikan pengalaman metafisika dalam arsitektur secara fisik dapat dicapai dengan konsep archetype (Pola Dasar), alam, material, cahaya, tubuh manusia dan memori seseorang. Perencanaan tiap aspek diperlukan kecermatan dan ketegasan sehingga apa yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik. 33 2.5. ARSITEKTUR POST-MODERN SEBAGAI PENERAPAN KONSEP METAFISIKA Post modern merupakan pemahaman idealisme barat yang berlandaskan dari pemikiran skeptis, subjektif atau relativitas. Post modern merupakan kecurigaan terhadap alasan-alasan yang berkembang dalam pemikiran general manusia. Post modern sebagai gerakan pemikiran mempengaruhi karyakarya seni rupa, musik, literatur dan arsitektur. Dalam arsitektur post modern adalah suatu gebrakan visual yang akan merekam atsmofier rasa dan pandangan para pengamatnya. Arsitektur Post Modern adalah arsitektur yang menyatupadukan Art dan Science, Craft dan Technology, Internasional dan lokal yang merupakan hasil perkembangan sumber daya manusia terhadap arsitektur modern. Arsitektur post-modern merupakan inti dimana pengguna utama sebuah wadah adalah manusia. Sehingga citra yang diberikan pada tiap sisi desain bangunan secara keseluruhan diperuntukkan oleh manusia sebagai sang penerima pesan. Menurut teori yang dikemukanan oleh Charles Jenks (19771992) menjabarkan mengenai langgam yang dimiliki sebuah karya dalam arsitektur post-modern yang pada nantinya dapat diterapkan dalam desain gereja universal dengan konsep metafisika. A. IDEOLOGI 1. Multivalent form Memiliki beberapa bentuk dasar. 2. Hybrid expression Tampilan merupakan hasil gabungan dari beberapa unsur. 3. Shizoprenic Penerapan bentuk – bentuk yang imajinatif, irasional, yang menggambarkan perasaan dan pikiran manusia. 34 4. Double coding Menggabungkan unsur-unsur modern dengan unsur-unsur lain (vernakuler, lokal, komersial, kontekstual), juga memperhatikan nilai -nilai yang dianut perancang dan penghuni. 5. Ambiguity of formal reading Ambiguitas karya yang mengajak pengguna belajar mengenal karya sehingga cerita yang dituangkan oleh perancang dapat dimengerti oleh pengguna. 6. Popular and plirist Tidak terikat oleh aturan atau kaidah tertentu, tetapi punya tingkat fleksibelitas yang tinggi, sehingga dapat menyesuaika dengan kondisi lingkungan yang ada. 7. Tradition and choice Bentukan yang ada mengandung unsur-unsur atau nilai-nilai tradisi yang penerapanya secara terpilih, atau disesuaikan dengan maksud dan tujuan perancang. 8. Artist/client Arsitektur mengandung dua hal pokok yang menjadi tuntutan perancang, bersifat seni (intern) dan bersifat umum (ekstern) sehingga mudah dipahami. 9. Elitist and participative Arsitektur lebih menonjolkan kebersamaan serta mengurangi sifat keangkuhan. Ideologi merupakan sebuah dasar dalam pembentukan suatu karakter karya. Dari penjabaran kesembilan hal diatas akan diterapkan ideologi Shizoprenic. Penerapan ideologi yang dipilih digunakan sebagai acuan perencanaan dan peracangan arsitektur 35 yang dapat menstimulan jiwa dan raga manusia, sehingga tujuan penulis dalam mengangkat konsep metafisika dapat tercapai. B. METODE 1. Fuctional mixing Penggabungan beberapa fungsi ruang. 2. Contextual urbanism Melibatkan pemakai dalam proses perancangan dan memperhatikan unsur asosiatif yang dikenal masyarakat. 3. Mannerist and baroque Adanya kecenderungan untuk menonjolkan diri. 4. Skew space and extention Ruang dinyatakan secara tidak nyata dan mengakomodir perluasan. 5. Ambiguity ragu-ragu, Timbulnya dua arti karena adanya image bangunan dan penafsirannya, tergantung dari persepsi masing-masing pengamat terhadap image dari obyek yang dilihat. 6. Tend to asymmetrical symmetry Menampilkan bentuk-bentuk yang berkesan asimetris yang seimbang. 7. Collage/collision Merupakan gabungan / paduan elemen-elemen yang berlainan. Seperti yang sudah dijabarkan pada bab sebelumnya, metode yang akan perancangan digunakan pada perencanaan dan Gereja Universal dan Fasilitas Retret dengan Pendekatan Metafisika di Bandungan adalah collage/collision dimana menggabungkan elemen alam yang berupa pola-pola 36 dasar (archetype) guna membentuk suatu suasana dan atmosfer tertentu bergantung pada fungsi ruang tertentu yang dapat mengintepretasikan metafisika yang diinginkan oleh penulis. C. STYLE (GAYA) 1. Pro methapor Mendukung bentuk-bentuk metafora yang dapat menggambarkan suatu bentuk objek tertentu baik langsung maupun tidak langsung sehingga memberi kesan yang lebih dinamis. 2. Pro ornament Penggunaan elemen dekorasi untuk membuat karya lebih menarik. 3. Pro symbolic Penampilan yang mempertahankan olah geometris dengan memakai symbol. 4. Pro humor Memperlihatkan nilai-nilai humoris, sehingga dapat mengajak pengamat untuk menikmatinya. 5. Pro historic memory Mengingatkan pengamat pada keadaan lampau. Menampilkan niai-nilai histori pada setiap rancangan, sehingga menjadi penegas rancangan. 6. Eclectic Penerapan desain bangunan yang diambil dari beberapa karya yang sudah ada dan digabungakan menjadi bentuk yang dinamis. 37 7. Pro representation Merupakan ciri-ciri yang gamblang, sehingga dapat memperjelas arti dan fungsi. 8. Conventional and abstract form Tampilanya menampilkan bentuk-bentuk konvensional dan bentuk-bentuk yang popular, sehingga mudah ditangkap artinya. Dalam sebuah karya arsitektur, style (gaya) adalah hal yang pertama dilihat oleh pengguna sehingga impresi atau kesan pertama yang disajikan oleh perancang adalah bentuk desain bangunan seperti apa yang dapat mengungkapkan ‘metafisika’ sesuai dengan keinginan perancang ke pengguna. Konsep metafisika dari gereja dapat ditunjukkan melalui Pro-symbolic. Simbol – simbol religiusitas maupun simbol yang terkait dengan sebuah kehidupan dapat merepresentasikan sebuah area yang sakral. 38 2.6. METODE INTEPRETASI METAFISIKA KE BENTUK ARSITEKTUR ARSITEKTUR TEORI ARISTOTELES ANTONY C. Y.B MANGUNWIJAYA transformasi POSTMODERN STYLE IDEOLOGI ANTROPOLOGI TEOLOGI METODE PETER ZUMTHOR ALAM intepretasi basis ilmu METAFISIKA ARSITEKTUR MANUSIA METAFISIKA MATERIAL ARCHETYPE ALAM METAFISIKA ARSITEKTUR CAHAYA MANUSIA MEMORI 39 2.7. TRANSFORMASI METAFISIKA DALAM ARSITEKTUR 2.7.1. Archetype Archetype merupakan komponen dari alam. Beberapa contoh dari archetype (pola dasar) yang dapat digambarkan dalam bentuk atau bagian dalam arsitektur, antara lain : Gunung, kontur lansekap Gambar 2.11 Bentuk arsitektur yang dianalogikan pegunungan Sumber : http://www.big.dk/#projects-8/ diakses pada tanggal 5 April 2016 Dalam proses pengolahan bentuk arsitektur pola ini dapat diaplikasikan dalam bentuk bangunan secara langsung atau penataan pada lansekap. Kecerdasan masyarakat zaman dulu tidak perlu dipertanyakan, mereka belajar dari alam yang ada di sekitar mereka dalam menjawab permasalahan arsitektur. Seperti karya arsiterktur dari BIG pada gambar di atas dimana pola yang dipakai seperti sebuah pegunungan yang menerapkan bentuk massif dinamis yang dapat bangunan menghilangkan lapis tinggi lingkungan sekitarnya. 40 dan keakakuan sebuah terintegrasi dengan Air Air dibahasan ini tentu tidak dalam arti yang sebenarnya. Pola air yang terkadang tenang, atau bergelombang, diam atau bergerak, dan berkesinambungan dapat dijadikan pola tersendiri dalam membentuk arsitektur. Kombinasi massif-void yang dinamis dapat mempengaruhi pikiran user dalam membaca teks lisan dalam karya arsitektur. Gambar 2.12 Bentuk dinamis berkesinambungan dengan pola air Sumber : http://www.big.dk/#projects-xpo/ diakses pada tanggal 5 April 2016 2.7.2. Alam Tidak mungkin dalam sebuah proses perancangan para arsitek mengesampingkan alam lingkungan sekitarnya. Alam merupakan bagian terbesar dari ruang, ruang yang tak terbatas. Manusia tidak dapat hidup tanpa alam, namun alam akan tetap bisa melanjutkan hidupnya hingga berevolusi tanpa bantuan manusia. Maka dari itu sebisa mungkin para perancang dalam proses berkarya tidak merusak alam, namun menurutsertakan alam dalam bagian dari karya arsitektur. 41 Gambar 2.13 Interaksi alam dalam arsitektur Sumber : http://www.archdaily.com/97455/ad-classics-church-on-thewater-tadao-ando/ diakses pada tanggal 5 April 2016 2.7.3. Cahaya Gambar 2.14 Permainan cahaya alami dalam arsitektur Sumber : http://www.archdaily.com/ diakses pada tanggal 5 April 2016 42 Tanpa adanya cahaya manusia tidak akan dapat mendefisisikan suatu bentuk objek, warna, tekstur, dll, melalui mata. -Cahaya adalah salah satu esensi dalam dunia arsitektur.Dengan permainan cahaya dalam ruangan arsitek dapat menciptakan sebuah suasana tersendiri dalam ruang tersebut. 2.7.4. Material Material adalah bagian kecil dari alam yang diproses manusia agar dapat diaplikasikan pada karya arsitektur dan material itu sendiri dapat terdefinisi karena adanya cahaya. Aplikasi material dalam bangunan pasti memiliki makna tersendiri oleh perancangnya. . Gambar 2.15 material terdefinisi oleh cahaya Sumber : http://www.archdaily.com/19403/peter-zumthor-works/ diakses pada tanggal 5 April 2016 43 2.7.5. Manusia Manusia adalah inti dalam metafisika arsitektur. Karena yang diwadahi oleh karya arsitektur tersebut manusia, maka perencana haruslah tahu seluk beluk manusia. Manusia memiliki panca indera, yaitu penglihat, pencium, pendengar, peraba, dan perasa. Dimana panca indera tersebut apabila distimulasi adan berdampak secara langsung pada tubuh dan pikirannya. Arsitektur dapat memberikan stimulan dan sensasi tersebut apabila detail direncanakan secara terperinci dengan tujuan apa yang ingin distimulasikan perancang dalam karyanya. Indera Penglihat Kembali pada cahaya. Penglihatan dapat mendefinisikan objek yang memantulkan cahaya. Stimulan yang paling mudah ditangkap dan dicerna oleh pikiran manusia. Karena itu cahaya merupakan salah satu factor esensial dalam perancangan arsitektur. Cahaya dapat memandu user agar dapet mengerti apa yang ingin diceritakan oleh perancang. 44 Gambar 2.16 Bentuk ruang terdefinisi karena adanya cahaya yang masuk dalam indera penglihat Sumber : http://static.dezeen.com/uploads/2009/10/dzn_486-MinaEl-Hosn-by-LAN-04.jpg/ diakses pada tanggal 5 April 2016 Indera Pencium Gambar 2.17 Aroma alami dari kayu Sumber : http://www.shutterstock.com/video/clip-3635114-stockfootage-clean-freshly-cut-woodenplanks.html?src=search/QLNO3DrFOxwtd3-BKQqNZA:1:15/gg/ diakses pada tanggal 5 April 2016 Gas adalah bentuk zat yang dapat dirasakan melalui indera penciuman manusia. Pada kasus tertentu seperti meditasi biasanya menggunakan bekaran aroma terapi yang berfungsi untuk relaksasi tubuh dan pikiran 45 manusia. Material kayu tanpa selimut finishing apabila terpapar panas matahari akan mengeluarkan aroma tertentu yang dapat bertahan hingga bertahun-tahun. Aroma kayu diibaratkan aroma alami alam yang menyejukkan. Pola seperti ini dapat diaplikasikan pada bagian dari arsitektur secara langsung yang memiliki dampak langsung pada penggunanya. Indera Pendengar Melalui indera pendengar manusia dapat menikmati alunan musik. Musik tidak hanya dimiliki manusia, alam pun mempunyai komposisi musiknya sendiri seperti gesekan daun yang terhembus angina, gemericik air, suara hewan yang ada di alam bebas, dll. Keduanya memiliki dampak secara langsung pada pendengarnya. Musik dapat mempengaruhi mood atau perasaan seseorang, sehingga musik dapat menjadi stimulan juga dalam sebuah karya arsitektur. 46 Gambar 2.18 Suara gemericik air salah satu musik alam Sumber : http://www.last.fm/music/Sounds+Of+The+Earth/+images/43cc784 5974c4a14b6bf5a22f661556b/ diakses pada tanggal 5 April 2016 Indera Peraba Sentuhan dilakukan manusia jika ingin memiliki kontak fisik terhadap sebuah objek. Sebuah sentuhan dapat membangun sebuah memori dalam pikiran seseorang. Dalam arsitektur bahasa yang digunakan adalah materialnya, bagaimana tekstur sebuah material dapat membuat seseorang ingin berinteraksi dengannya. Sehingga pada nantinya orang yang menggunakan bangunan tersebut dapat menceritakan mengenai karya arsitektur yang memberinya sebuah kenangan. 47 Gambar 2.19 Dengan sentukah seseorang dapat meceritakan sebuah material dengan lebih dalam Sumber : http://www.archdaily.com/19403/peter-zumthorworks/1120241399_chapel2/ diakses pada tanggal 5 April 2016 Indera Perasa Indera ini yang tidak akan banyak digunakan manusia dalam berinteraksi dengan karya arsitektur. Karena tidak mungkin seseorang “mencicipi” suatu material. Namun indera ini dapat dipadukan dengan indera pencium yang dapat merasakan aroma. 2.7.6. Memori Memori adalah bagian dari manusia yang sangat kuat. Kepribadian seseorang dibentuk oleh peristiwa masa lalu dan masa depannya sangat terpengaruh oleh pengalaman di masa lalu. Cara seseorang berpikir didasarkan pada kesalahan masa lalu atau dari pengetahuan yang diperoleh pada sesaat lalu. Dengan demikian, memori dalam pengalaman berarsitektur memainkan peranan yang sangat penting yang berkaitan dengan rangsangan yang saat ini diproduksi oleh lingkungan 48 dengan pengalaman masa lalu, sehingga perasaan atau pikiran ini diproduksi dalam kepala seseorang. Memori setiap orang pastilah berbeda antara satu dengan yang lain. Namun, pasti ada satu titik ada sebuah pengalaman yang sama pada setiap individunya, seperti contohnya pengalaman saat sebelum terjadi hujan ada aroma tanah basah yang terhembus angin, secara sepontan akan muncul pikiran sebentar lagi akan turun hujan. Gambar 2.20 Memori seseorang mengenai hujan Sumber : https://1creativecookie.files.wordpress.com/2015/10/rain-fallingdown-best-2.jpg/ diakses pada tanggal 5 April 2016 Memori semasa kecil juga dapat ambil bagian dalam perancangan sebuah ide arsitektur, seperti menyusun balokbalok kayu yang kemuduan dibuat rumah-rumahan atau bentuk tertentu, kegembiraan saat itu dapat tercermin kembali saat seseorang beranjak dewasa dan menemui aktualisasi karya arsitektur menurut memori masa lampau tersebut. 49 Gambar 2.21 Ide dari memori semasa kanak-kanak Sumber : http://www.archdaily.com/19403/peter-zumthorworks/625225181_hannover3/ diakses pada tanggal 5 April 2016 Penulis mencoba untuk menghubungkan masa lalu seseorang melalui pengalaman yang menyenangkan, bahkan ketika orang tersebut menggunakan archetypes dari pengalaman kuno. Dengan memicu kenangan tersebut, penulis memastikan tujuan perancangan karya arsitektur yang sebenarnya akan berhubungan dengan perasaan sukacita dan menjadi hidup. 50 2.8. FENOMENOLOGI SEBAGAI PEDOMAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEREJA UNIVERSAL DAN FASILITAS RETRET DENGAN KONSEP METAFISIKA Manusia diciptakan Tuhan secitra dengan-Nya. Manusia dibekali pikiran dan akal budi sehingga manusia adalah makhluk hidup ter-‘agung’ di bumi. Tuhan memberikan alam dan segala isinya untuk dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Paragraf diatas merupakan sebagian kecil gambaran mengenai manusia menurut alkitab. Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan keberadaan orang lain. Namun dewasa ini hanya itulah yang dibutuhkan manusia, pencitraan individu ke individu lainnya. Padahal pada kenyataannya manusia juga membutuhkan alam sebagai tempatnya bernaung dan Tuhan sebagai pedoman hidup agar tidak terjerumus dalam kesengsaraan. Sudah lama manusia terbelenggu dalam strata sosial antar manusia yang menyebabkan perpecahan dalam kelompok tersebut. Apabila semua individu di dunia ini mau berpikir seandainya semua manusia memiliki kesamaan dan kesetaraan apakah masih akan ada konflik? Jawaban yang paling benar adalah ‘mungkin’ karena pada kenyataannya semua adalah kemungkinan. Namun perbedaan yang ada memang direncanakan Sang Pencipta agar manusia mau belajar menghormati dan menghargai perbedaan. Itulah hakekat manusia yang ingin disampaikan oleh perancang. 51 Perbedaan yang setara, karena pada dasarnya semua golongan adalah ‘manusia’ yang menurut alkitab berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah. Cara perancang dalam membawa manusia ke dalam kesadaran paling dasar pada awal penciptaan dunia adalah membawa mereka (umat gereja) pada sebuah ketiadaan, ketiadaan tersebut ada agar mereka dapat kembali berpikir dan introspeksi siapakan mereka sebenarnya, bagaimana mereka menjadi manusia sampai seperti saat ini. Di dalam gereja sendiri nantinya akan menggambarkan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan. Dimana di dalamnya kembali diingatkan seberapa kecil dirinya di alam ini apalagi kecilnya di hadapan Tuhan. Saat doa dan tertunduk mereka akan melihat tanah dan diingatkan darimana mereka berasal, sehingga siapapun orang yang ada disitu seberapa tinggi atau rendah status sosial yang mereka miliki mereka tetaplah ‘manusia’ yang sama. Dan saat mengangkat kepala mereka akan dapat merasakan keaguangan dan kasih saying Sang pencipta melalui cahaya matahari yang menuntun mereka. Keintiman individu dengan alam dan Tuhan pastilah berbeda-beda. Dengan mengerti terlebih dahulu siapa dirinya maka selanjutnya mereka akan lebih terbuka dalam mengenal lingkungannya kemudian mengerti mengapa Tuhan menciptakan manusia di atas dunia. Intimasi tersebut tidak serta merta dengan melakukan ibadah rutin kemudian kita dapat mengerti dan merasakan keberadaan Tuhan. Namun intimasi ini merupakan sebuah proses individu dari pengertian dan kesadaran dalam kehidupan yang membuat individu tersebut dapat berkontemplasi. Berkontemplasi biasanya 52 dilakukan pada keadaan yang sunyi dan senyap sehingga menciptakan suasana yang sakral. Tempat sakral tersebut merupakan media koneksi individu dengan Tuhan. Pada umumnya sebuah gereja memiliki tempat sakral yaitu pada bagian altar atau panggung pemimpin ibadah. Namun pada kasus ini perancang menginginkan keseluruhan area gereja dibuat menjadi area sakral karena di area inilah manusia memulai menjalin hubungan nya dengan Tuhan. Untuk menciptakan tempat sakral tersebut pastilah membutuhkan tempat dan waktu yang tepat. Manusia diberi waktu 24 jam dalam satu hari. Keheningan bisanya dapat diperoleh pada malam hari dimana aktivitas di sekitarnya sudah tidak intensif sehingga konsentrasi lebih mudah didapatkan dan keintiman individu dengan alam dan Tuhan dapat tercapai. Ibadah massal biasanya dilakukan antara pagi ataupun sore hari, sehingga perancang merencanakan bagaimana pada jam-jam tersebut gereja ini tetap mendapatkan ke-sakral-annya dengan cara mengolah ruang dalamnya. Umumnya gereja menggunakan dinding massif untuk sekat ruangannya dimana sekat tersebut dapat mengurangi kenyamanan pengguna. Sekat massif tetap diperlukan untuk membatasi dengan area luar namun dengan memberi jarak efektif pada area umat dan mengolah jarak tersebut menjadi indoor landscape maka kenyamanan umat dapat ditingkatkan dan ibadah menjadi lebih kusyuk. Gereja yang direncanakan nantinya akan dibuka setiap saat sehingga kapanpun umat ingin berdoa atau mendekatkan diri lebih dekat dengan Tuhan dapat dilakukan. Lokasi yang memiliki kontur lembah (landai) dapat membantu dalam penciptaan ‘ruang sakral’ di seluruh kawasan gereja. Karena dalam area geraja nantinya akan ada banyak 53 kegiatan maka berdasarkan fungsinya akan dibagi menjadi strata sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan. Pertama, untuk interaksi sosial manusia dan manusia akan ditempatkan pada area dengan ketinggian tanah yang paling rendah karena kegiatan yang diwadahi pastilah menghasilkan kebisingan yang cukup tinggi dan masalah tersebut akan dijawab melalui desain arsitektural yang dapat menahan kebisingan tersebut. Kegiatan tersebut antara lain retret, administrasi dan area penerima. Kemudian yang kedua adalah area ibadah atau gereja itu sendiri yang merupakan area utama perancangan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya gereja ini akan berfungsi untuk mengingatkan manusia akan hakekatnya sendiri. Dengan demikian tiap individu dapat membuka pikiran mereka agar dapat lebih mengenal alam tempatnya bernaung dan Tuhan sebagai penciptanya. Penterjemahan cahaya yang diaplikasikan pada rancangan berguna agar atmosfer dalam ruang tersebut lebih sakral sehingga dapat beibadah dengan lebih kusyuk. Maka dari itu area ini diletakkan pada bagian tengah dimana merupakan space transisi manusia dengan manusia, alam, dan Tuhan Dengan desain post-modern yang diambil dari beberapa pola dasar (archetype) nantinya dapat menggambarkan gereja ini adalah sebuah perlindungan dari Tuhan untuk manusia, sebuah ruang yang nyaman dan aman sehingga perasaan akan lebih tenang yang dapat mengurangi stress dan beban pikiran. Dan yang terakhir, ketiga adalah area meditasi yang mencangkup area meditasi itu sendiri dan area devosi bunda maria. Area ini dianggap perancang merupakan area paling sakral karena proses individu yang pada kesadarannya sudah masuk tahap kontemplasi atau keintiman dengan alam dan Tuhan. Sehingga area ini diletakkan paling atas pada ketinggian 54 tanah yang paling tinggi serta ruang terbuka yang tidak terbatas untuk menggambarkan keagungan Sang Pencipta. Namun posisi lokasi yang malah dekat dengan kebisingan dari luar kawasan memerlukan perencanaan arsitektural yang dapat memecahkan masalah kebisingan tersebut dengan beberapa cara missal penggunaan greenwall dan penempatan vegetasi tinggi pada area luar yang diketahui memiliki kebisingan tinggi. 55 2.9. PRESEDEN METAFISIKA ARSITEKTUR 2.9.1. Holy Redeemer Church Gambar 2.22 Desain eksterior bangunan holy redeemer church Sumber : http://www.archdaily.com/268091/holy-redeemer-church-menisarquitectos/ diakses pada tanggal 5 April 2016 Arsitek (Firma): Menis Arquitectos Lokasi: San Cristóbal de la Laguna, Tenerife, Spanyol Arsitek: Fernando Menis 56 Bentuk bangunan didesain diibaratkan goa kuburan Yesus. Bangunan tidak berhenti pada bentuk dasar kotak saja, namun ada transformasi bentuk, yaitu pemecahan sisi, pengubahan skala, rotasi, dan pelubangan, sehingga tidak membuat bangunan menjadi terlalu kaku. Material concrete yang alami menguatkan analogi bangunan tersebut. Perhatian detail yang dilakukan pada desain interior pun menjadi fenomenal karena permainan cahaya, skala, dan material yang konsisten dengan konsep. Gambar 2.23 Desain interior bangunan holy redeemer church Sumber : http://www.archdaily.com/268091/holy-redeemer-church-menisarquitectos/ diakses pada tanggal 5 April 2016 57 Gambar 2.24 Desain interior bangunan holy redeemer church Sumber : http://www.archdaily.com/268091/holy-redeemer-church-menisarquitectos/ diakses pada tanggal 5 April 2016 58 2.9.2. Bruder Klaus Chapel Gambar 2.25 Desain eksterior bangunan bruder klaus chapel Sumber : http://www.archdaily.com/106352/bruder-klaus-field-chapelpeter-zumthor/ diakses pada tanggal 5 April 2016 Arsitek : Peter Zumthor Lokasi: Mechernich, Jerman Sejenak jika diperhatikan bangunan ini memiliki bentuk yang sangat sederhana. Namun jika ditelisik bangunan tersebut bak monument yang berada di tengah-tengah padang rumput yang hijau, kontras. Jika dipelajari lebih jauh bangunan ini sebenarnya sangat kompleks, berdasarkan prosesnya. Proses itulah yang sebenarnya pada tiap karya berharga. Makna dan cerita tersirat dalam tiap senti bangunan tersebut. 59 Gambar 2.26 Desain interior bangunan bruder klaus chapel Sumber : http://www.archdaily.com/106352/bruder-klaus-field-chapelpeter-zumthor/ diakses pada tanggal 5 April 2016 60 2.9.3. Swiss Pavilion ‘Music Box’ Gambar 2.27 Desain eksterior bangunan Swiss Pavilion ‘Music Box’ Sumber : http://www.archdaily.com/19403/peter-zumthor-works/ diakses pada tanggal 5 April 2016 Arsitek : Peter Zumthor Lokasi: Graubünden, Switzerland 61 Konstruksi temporer didesain berdasarkan pada tema utama eksibisi, yaitu sustainability (berkelanjutan). Bediri dari 144 kilometer kayu basah (dipanen secara berkelanjutan dan bertanggung jawab), dengan ukuran batang 20 x 10 cm, Secara keseluruhan bangunan terdiri dari 45,000 papan dengan 2,800 meter kubik kayu pinus dari hutan Swiss. Yang lebih menarik dari desai pavilion ini adalah disusun tanpa menggunakan lem, sekrup, maupun paku. Dinding setinggi 9 meter yang membagi peruangan di dalamnya. Kayu-kayu tersebut ditahan menggunakan kabel baja yang dihubungkan dengan ikatan per dengan desain minimalis yang elegan ‘mengikuti kayu alami sebagai perubahan, material yang hidup’. Setelah penutupan ekspo, bangunan tersebut dibongkar dan balok kayu dijual sebagai kayu kering. 62 Gambar 2.28 Konstruksi bangunan Swiss Pavilion ‘Music Box’ Sumber : http://www.archdaily.com/19403/peter-zumthor-works/ diakses pada tanggal 5 April 2016 Keinginan utama sang arsitek, Zumthor adalah membuat kombinasi ideal dari pertunjukan seni, musik, drama, dan dekor ke dalam satu bentuk ‘teater total’. Efek ini dicapai melalui estetika dari bangunan beserta konstruksinya, serta dari hasil modul struktur yang berkelanjutan. 63 Gambar 2.29 Interior bangunan Swiss Pavilion ‘Music Box’ Sumber : http://www.archdaily.com/19403/peter-zumthor-works/ diakses pada tanggal 5 April 2016 64