BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
GEREJA DI INDONESIA
Gereja di Indonesia sudah hadir sejak abad ke-2 Masehi. Pertama
kali berada di Fansur atau Barus, Sumatera Utara. Sejak saat itu,
sampai sekarang, Indonesia telah mempunyai banyak jenis gereja
(aliran atau semacamnya).
Pada umumnya gereja Kristen di Indonesia dapat dibagi ke dalam
tiga aliran utama, yaitu:
-
Gereja
Katolik
Roma dengan
sistem
episkopal
di
bawah
kepemimpinan Paus.
-
Gereja
Protestan yang
merupakan
hasil
dari Reformasi
Protestan dan berdiri mandiri.
-
Gereja Ortodoks dengan sistem episkopalnya.
Gereja-gereja dari aliran ritual Pentakosta terkadang digolongkan
terpisah dari kelompok gereja Protestan. Hal tersebut dikarenakan
adanya perbedaan ritual dan pengakuan iman. Meskipun demikian,
menurut sejarahnya, gereja Pentakosta muncul dari denominasidenominasi ajaran Protestan. Gereja Protestan dan aliran Pentakosta
terbagi-bagi menjadi unsur gereja yang lebih kecil, maka gerejagereja Kristen Protestan (dan Pentakosta) memiliki banyak cabang
bahkan di setiap daerah di Indonesia. Gereja-gereja tersebut dapat
diklasifikasikan menurut ajaran teologi, kelompok etnis, bahasa
pengantar, atau gabungan dari ketiganya.
Lain halnya dengan Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks. Gerejagereja tersebut tidak terbagi-bagi menurut denominasi sebagaimana
halnya yang terdapat pada gereja-gereja Protestan/Pentakosta.
14
2.1.1. Gereja Katolik
Gereja
Katolik
merupakan
gereja
yang
memiliki
persekutuan dengan Paus, atau Uskup Roma, yang memegang
otoritas tertinggi setelah Dewan Kardinal. Gereja Katolik terdiri
dari Gereja Katolik Roma (Ritus Latin) dan 23 Gereja Katolik
Ritus Timur. Gereja Katolik di Indonesia mengikuti Ritus Latin.
Hal ini dikarenakan secara umum Gereja Katolik di Indonesia
berasal dari Misi Portugis dan Spanyol (Santo Fransiskus
Xaverius adalah orang Spanyol). Gereja Katolik di Indonesia
terbagi dalam 37 keuskupan yang dikelompokan ke dalam 10
provinsi gerejawi ditambah dengan 1 Ordinariat Militer.
Keuskupan-keuskupan tersebut membentuk suatu organisasi
koordinatif yang disebut Konferensi Waligereja Indonesia
(KWI), beranggotakan para uskup di Indonesia.
2.1.2. Gereja Protestan (Kristen)
Protestanisme adalah
Kristen.
Mazhab
atau
sebuah
mazhab
denominasi
ini
dalam
agama
muncul
setelah
protes Martin Luther pada tahun 1517 dengan 95 dalilnya. Kata
Protestan sendiri diaplikasikan kepada umat Kristen yang
menolak ajaran maupun otoritas Gereja Katolik. Kata ini
didefinisikan sebagai gerakan agamawi yang berlandaskan
iman dan praktik Kekristenan yang berawal dari dorongan
Reformasi Protestan dalam segi doktrin, politik dan eklesiologi,
melawan apa yang dianggap sebagai penyelewengan Gereja
Katolik Roma. Hal tersebut merupakan satu dari tiga
pemisahan utama dari "Kekristenan Nicaea (Nicene), yaitu di
samping Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks. Istilah
"Protestan" merujuk kepada "surat protes" yang disampaikan
oleh para pembesar yang mendukung protes dari Martin
15
Luther melawan keputusan Diet Speyerpada tahun 1529, yang
menguatkan keputusan (edik) Diet Worms yang mengecam
ajaran Martin Luther sebagai ajaran sesat (heretik).
Pada kenyataannya, gerakan Reformasi Protestan yang
dilakukan oleh Martin Luther bukanlah yang pertama kali
terjadi di kalangan Gereja Katolik, sebab sebelumnya sudah ada
gerakan-gerakan serupa seperti yang terjadi diPerancis yang
dipimpin
oleh Peter Waldo (dan
kini
para pengikutnya
tergabung dalam Gereja Waldensis) pada pertengahan abad ke12, dan di Bohemia (kini termasuk Ceko) di bawah
pimpinan Jan Hus atau Yohanes Hus (1369-1415). Gereja
Waldensis banyak terdapat di Italia dan negara-negara yang
mempunyai banyak imigran dari Italia, seperti Uruguay.
Sementara para pengikut Yohanes Hus di Bohemia kemudian
bergabung dengan Gereja Calvinis.
Meskipun doktrin dari denominasi-denominasi Protestan
jauh dari seragam, ada beberapa keyakinan yang tersebar pada
Protestantisme yaitu doktrin sola gratia, sola fide, dan sola
scriptura.
-
Sola gratia berpegang bahwa keselamatan merupakan
anugerah dari Tuhan. Manusia tidak dapat menyelamatkan
dirinya sendiri.
-
Sola fide berpegang bahwa keselamatan yang datang hanya
melalui iman di dalam Yesus sebagai Kristus, bukan
melalui perbuatan baik.
-
Sola scriptura mempertahankan bahwa Alkitab (bukan
tradisi gereja atau interpretasi gerejawi dari Alkitab)
adalah sumber otoritas final untuk semua orang Kristen.
16
Gereja-gereja Protestan umumnya menolak doktrin Katolik
dan Ortodoks mengenai pewarisan apostolik dan pelayanan
sakramental dari klerus. Kecuali yang ditemukan pada banyak
negara, seperti di bagian selatan Eropa, yang berada di bawah
pengaruh non-Katolik jauh sebelum Reformasi.
Pendeta Protestan dan pemimpin gereja memiliki peran
dan otoritas yang sedikit berbeda di dalam komunitas mereka
dibandingkan dengan pastor dan uskup pada Katolik, Anglikan
dan Ortodoks.
Menurut Denominasi Pembagian Gereja-gereja beraliaran
Protestanisme di Indonesia menurut denominasinya yaitu:
-
Gereja Reformasi atau Calvinis
-
Gereja Lutheran (Evangelikel Lutheran)
-
Gereja Injili
-
Gereja Menonit
-
Gereja Pentakosta – karismatik
-
Gereja Baptis
2.1.3. Gereja Ortodoks
Gereja
Ortodoks adalah
kelompok
Kristen/Gereja
pendatang yang paling mutakhir di Indonesia. Namun, menurut
penelitian dari pakar-pakar sejarah dan arkeologi lama,
sebetulnya Gereja Ortodoks ini justru adalah gereja yang
pertama hadir dan datang ke Indoneia yang ditandai
dengan/melalui kehadiran Gereja Nestorian yang merupakan
corak gereja Asiria di daerah Fansur (Barus), di wilayah
Mandailing, Sumatera Utara. Namun menurut A.J. Butler M.A.,
kata Fahsûr seharusnya ditulis Mansûr, yaitu sebuah negara
pada zaman kuno yang terdapat di Barat Laut India, terletak di
sekitar Sungai Indus. Mansur merupakan negara paling utama
17
yang terkenal di antara orang-orang Arab dalam hal komoditas
kamfer (al-kafur).
Tanpa
diketahui
sebab-sebabnya,
Gereja
yang
kehadirannya diketahui lewat prasasti dari tahun 600-an M ini
kemudian hilang begitu saja yang mungkin akibat faktor
peperangan dan baru muncul kembali di Indonesia sekitar
akhir tahun 1960-an dengan kedatangan Kansiah Orthodox
Syria dikota Samarinda. Di negara-negara Eropa Timur, Asia
Kecil, Anatolia, Timur Tengah, Asia Selatan dan di India, Gereja
Ortodoks telah hadir selama berabad-abad dan tidak pernah
hilang seiring zaman berganti, khususnya di Timur Tengah,
Gereja ini telah hadir sejak abad pertama ketika kali pertama
Gereja Kristen terbentuk oleh para murid Yesus.
Karena termasuk kaum minoritas di Indonesia, Gereja
Ortodoks tidak memiliki banyak tempat ibadah di tiap daerah,
sehingga umatnya lebih sering mengikuti ibadat di Gereja
Katolik.
18
2.2.
ARSITEKTURAL GEREJA
2.2.1. Pola Ruang Gereja
Berikut merupakan beberapa contoh layout ruangan
pada beberapa Gereja di dunia, pada intinya ruangan inti yang
diperlukan sebuah gereja adalah area duduk umat dan altar
(panggung).
Gambar 2.1 Skema Denah Gereja
Sumber : Data Arsitek, Ernst Neufret, jilid 2 edisi 33, tahun 2002
19
Gambar 2.2 Contoh pengolahan ruang gereja
Sumber : Time Saver Standart for Building Types 2nd Edition, tahun 1987
20
Berikut merupakan contoh standar penataan layout
bangku untuk umat, umumnya bangku ditata secara linier dan
memusat pada altar.
Gambar 2.3 Skema layout dan dimensi bangku umat
Sumber : Data Arsitek, Ernst Neufret, jilid 2 edisi 33,tahun 2002,
Time Saver Standart for Building Types 2nd Edition tahun 1987
21
Paduan suara pada gereja merupakan salah satu
kebutuhan
inti
sebuah
peribadatan.
Paduan
suara
menyanyikan lagu-lagu mazmur (pujian). Berikut merupakan
contoh kemungkinan penataan dan peletakan area paduan
suara.
Gambar 2.4 Layout kemungkinan penempatan paduan suara
Sumber : Time Saver Standart for Building Types 2nd Edition tahun 1987
2.2.2. Fasilitas untuk Difabilitas
Berikut merupakan contoh layout bangku umat yang
disisipi
ruang
untuk
para
disabilitas,
sehingga
penyandang tidak merasa disisihkan sendiri.
Gambar 2.5 Skema layout ruang untuk pengguna kursi roda
Sumber : Building Access Handbook 2007
22
para
2.3.
RETRET
Retret memiliki beberapa makna yang berkaitan, yang pada
umumnya berupa gagasan untuk sementara waktu menjauhkan diri
sendiri dari lingkungan biasanya. Sebuah retret dapat dilakukan
untuk alasan yang berhubungan dengan spritiual, stres, kesehatan,
gaya hidup, ataupun hal-hal sosial atau ekologis. Sebuah retret dapat
berarti sebuah periode pengalaman menyendiri ataupun pengalaman
mengasingkan diri bersama dengan sebuah kelompok/komunitas.
Beberapa retret dilakukan dalam kesunyian, sementara yang lainnya
dilakukan dalam suasana berbagi rasa, tergantung dari pengetahuan
dan praktik yang dilakukan oleh fasilitator dan/atau pesertanya.
Retret sering kali dilakukan di daerah pedesaan atau pedalaman, atau
di tempat-tempat retret khusus seperti sebuah biara. Retret
religius/spiritual menyediakan waktu untuk berefleksi, berdoa,
atau bermeditasi. Hal-hal ini dianggap penting dalam Budhisme, dan
juga
populer
di
kalangan
gereja-gereja Kristen,
termasuk Protestan, Katolik Roma, dan Anglikan. ( Whiteaker, 2004 )
Retret juga merupakan bentuk rekreasi, tujuannya adalah
untuk menyegarkan pikiran dan jiwa. Berbeda dengan rekreasi pada
umumnya dengan ke tempat hiburan atau wisata yang terdapat
banyak pengunjung, sedangkan retret biasanya dilakukan oleh
komunitas/kelompok tertentu ( masyarakat lingkungan tertentu,
pelayan gereja, murid sekolah, mahasiswa, dll).
23
Kegiatan dalam Retret
Berikut merupakan beberap kegiatan yang pada
umumnya dilaksanakan saat kegiatan retret :
 Ibadat
Gambar 2.6 Ibadat saat kegiatan retret
Sumber : http://news.unika.ac.id/wp-content/uploads/IMG_04051.jpg
diakses pada tanggal 5 April 2016
Hal yang pokok dan pasti dilakukan dalam retret adalah ibadat
yang berfungsi untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
Bentuk ibadat disesuaikan dengan kelompok atau komunitas
yang melakukan kegiatan retret sehingga kemasan bisa
berbeda-beda.
 Meditasi
Retret merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok masyarakat untuk menjauhkan diri sementara
dari hiruk pikuk duniawi dan keseharian mereka. Meditasi
merupakan salah satu kegiatan yang berfungsi untuk melatih
24
ketenangan diri dan berfokus agar beban pikiran dapat
dijadikan energi positif.
Gambar 2.7 Meditasi saat kegiatan retret
Sumber : http://sdksangtimurbatu.sch.id/sangtimur/wpcontent/uploads/2016/03/IMG-20160223-WA0001.jpg diakses pada tanggal
5 April 2016
 Sharing
Sharing pengalaman atau pun persoalan hidup berguna untuk
belajar sebuah proses untuk diri sendiri ataupun orang lain
yang dapat digunakan sebagai pedoman di kemudian hari.
25
Gambar 2.8 Sharing saat kegiatan retret
Sumber :
http://tarakanita.or.id/pusat/images/news/12669493_1548711242110946_
8093320813252430659_n_1457354007.jpg diakses pada tanggal 5 April
2016
 Interaksi Sosial
Gambar 2.9 Salah satu bentuk interaksi sosial saat kegiatan retret
Sumber : http://news.unika.ac.id/wp-content/uploads/IMG_0320.jpg diakses
pada tanggal 5 April 2016
Selain mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, retret
berfungsi untuk mengakrabkan diri dengan individu lain. Di
26
kegiatan ini peserta diajak untuk membangun karakter
masing-masing pribadi dalam sebuah kelompok masyarakat.
 Outbond
Bentuk kerja sama sebuah kelompok dalam kegiatan outbond
menegaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling
membutuhkan antara satu dengan yang lain. Selain itu kegiatan
yang biasanya dilakukan di alam terbuka ini juga membentuk
hubungan manusia dengan alam.
Gambar 2.10 Kegiatan outbond saat kegiatan retret
Sumber : http://news.unika.ac.id/wp-content/uploads/IMG_05451.jpg
diakses pada tanggal 5 April 2016
2.4.
METAFISIKA
2.4.1. Aristoteles
Menurut
Aristoteles
(Stanford
Encyclopedia
Philosophy), metafisika mengkaji dua inti pokok, yaitu :
Being qua being; science study the being in
the purest form, there is a thing really
existed in the sense of the word not
27
of
exposed to change , or able to received by
human senses .
penglihatan
peraba
perasa
objek
NYATA
MANUSIA
penciuman
pendengaran
Tidak ada namun
ada :
kepercayaan
abstrak
Makhluk,
zat, atau ?
TUHAN
DEFINISI
?
KONKRIT
Asal muasal ?
Being insofar as it is being ; Absolute being
by definition, that does not depend on the
other, God ( substance which is can not be
received by human senses )
Kesimpulan :
objek fisik lebih mudah diterjemahkan
daripada objek abstrak. Cara mengintepretasikan objek
abstrak, pada kasus ini adalah Tuhan, dapat dilakukan dengan
menterjemahkan nilai-nilai dari ajaran agama yang terkait
sehingga dapat diwujud nyatakan dalam bentuk arsitektur.
28
2.4.2. Anthony C. Antoniades
Tujuan
metafisika
baik
melalui
filsafat atau melalui pertanyaan lainnya
adalah untuk memahami dan menafsirkan
'ketidaktahuan', posisi utama dalam ilmu
filsafat. Namun apapun definisi metafisika
tidak pernah dapat memahami apa-apa
karena 'hal tersebut selalu berada di awal
dari sebuah proses' (Poetics of Architecture
: Theory of Design).
Kesimpulan :
Metafisika merupakan bagian dari sebuah
proses. Proses kehidupan manusia juga
memiliki sisi
metafisika, hanya saja manusia tidak menyadarinya. Proses
kehidupan manusia berbeda-beda, sehingga memori yang
terekam akan berbeda-beda pula, namun ada satu titik proses
ini akan mengalami kesamaan yang akan diputar ulang dalam
arsitektur perancangan gereja dan fasilitas retret ini.
2.4.3. Y. B. Mangunwijaya
Pada tahap primer orang berpikir
dan bercitarasa dalam alam penghayatan
kosmik dan mistis, atau agama. Tidak
estetis. Namun janganlah hendaknya kita
mengira, seolah-olah alasan-alasan gaib,
mistis, atau magis itu satu-satunya alasan
atau pedoman berarsitektur bagi manusia
kuno.
Merekapun
menganalisa
realita
29
cerdas
dan
dalam
penanganan
praktis permasalahan pemukiman serta
bangunan-bangunan.
Keselarasan
dan
logis perpaduan antara dimensi-dimensi
religius dengan pandangan realistis dan
teknis praktis, segi-segi roh dan materi.
(Wastu Citra)
Kesimpulan :
Saat
ini
banyak
yang
memandang
keindahan arsitektur dari segi fisik. Dengan demikian orang
hanya akan melihat memalui mata, tanpa menggunakan hati
dan perasaan, sehingga karya tersebut juga tenggelam
termakan waktu. -Inti dalam berarsitektur adalah menciptakan
suasana-, saat seseorang dibawa ke sebuah alam dan waktu
yang berbeda dalam sebuah karya arsitektur, hal itulah yang
menjadikan karya tersebut fenomenal dan memiliki arti yang
mendalam. Benda mati yang bernyawa dan berbicara,
arsitektur bisa saja subjektif maupun objektif, tergantung pada
seberapa
dalam
individu
menjamahnya.
30
yang
ingin
mengenal
dan
2.4.4. Peter Zumthor
Peter Zumthor dalam bukunya 'Thinking Architecture'
menuliskan hal berikut
Architecture has its own realm. It
has a special physical relationship with life.
I so not think of it primarily as either a
message of a symbol, but as an envelope
and background for life, which goes on, in
and around it, a sensitive container for
rhytm of footsteps on the floor, for the
concentration of work, for the silent of
sleep.
Ada puisi balik kata-kata tersebut. Bukan hanya katakata yang menggambarkan fitur dari bangunan tertentu, tetapi
yang menggambarkan kepekaan untuk apa yang terletak di
bawah dunia nyata.
Ketika arsitektur menjadi hanya sebuah wadah dan
memungkinkan semua komponen lain dari eksistensi manusia
menjadi lebih penting, metafisik muncul.
Arsitektur tidak lagi bangunan, sekarang wadah puisi,
pikiran dan mimpi. Peter Zumthor mencapai ini dalam
desainnya. Hal pertama yang harus dipercaya untuk mengerti
adalah
Arsitektur adalah sebagian fisik dan
sebagian metafisik
31
Arsitektur terbuat dari material fisik,
namun juga menghasilkan pengalaman
yang berada diluar nalar dunia
Metafisika sebagai "sesuatu yang diluar alam fisik".
Banyak bagian dari keberadaan manusia yang dapat dianggap
sebagai metafisika : pikiran, perasaan, memori, mimpi, ide,
atau apapun yang berada diluar dunia fisik dimana kita tinggal.
Manusia sudah berhadapan dengan elemen abstrak kehidupan
ini mulai dari awal kesadaran.
If a work of architecture consists of
forms and contents which combine to
create a strong fundamental mood that is
powerful enough to affect us, it may
possess the qualities of a work of art. This
art has, however nothing to do with
interesting configurations or originality. It
is
concerned
with
insights
and
understandings, and above all with truth.
Peter Zumthor memanipulasi komponen bangunan
dalam rangka untuk mempengaruhi pengalaman manusia.
Dalam arsitektur Zumthor ini ada enam unsur utama yang
berinteraksi satu sama lain untuk menghasilkan pengalaman
lengkap metafisik: konsep archetype (Pola Dasar), alam,
material, cahaya, tubuh manusia dan memori seseorang.
32
alam
archetype
manusia
Metafisika
Arsitektur
memori
material
cahaya
Kesimpulan :
menyatakan
secara
banyak
gamblang
arsitektur/arsitek
Peter
yang
Zumthor
melupakan
komponen utama dalam berarsitektur, yaitu MANUSIA.
Arsitektur dapat menjadi stimulan yang meninggalkan jejak
elemen abstrak dalam manusia baik fisik maupun psikis.
Penggunaan
manusia
secara
keseluruhan
untuk
menyampaikan pengalaman metafisika dalam arsitektur secara
fisik dapat dicapai dengan konsep archetype (Pola Dasar), alam,
material, cahaya, tubuh manusia dan memori seseorang.
Perencanaan tiap aspek diperlukan kecermatan dan ketegasan
sehingga apa yang ingin disampaikan dapat diterima dengan
baik.
33
2.5.
ARSITEKTUR POST-MODERN SEBAGAI PENERAPAN KONSEP
METAFISIKA
Post modern merupakan pemahaman idealisme barat yang
berlandaskan dari pemikiran skeptis, subjektif atau relativitas. Post
modern
merupakan
kecurigaan
terhadap
alasan-alasan
yang
berkembang dalam pemikiran general manusia.
Post modern sebagai gerakan pemikiran mempengaruhi karyakarya seni rupa, musik, literatur dan arsitektur. Dalam arsitektur post
modern adalah suatu gebrakan visual yang akan merekam atsmofier
rasa dan pandangan para pengamatnya.
Arsitektur Post Modern adalah arsitektur yang menyatupadukan Art dan Science, Craft dan Technology, Internasional dan
lokal yang merupakan hasil perkembangan sumber daya manusia
terhadap arsitektur modern.
Arsitektur post-modern merupakan inti dimana pengguna
utama sebuah wadah adalah manusia. Sehingga citra yang diberikan
pada tiap sisi desain bangunan secara keseluruhan diperuntukkan
oleh manusia sebagai sang penerima pesan.
Menurut teori yang dikemukanan oleh Charles Jenks (19771992) menjabarkan mengenai langgam yang dimiliki sebuah karya
dalam arsitektur post-modern yang pada nantinya dapat diterapkan
dalam desain gereja universal dengan konsep metafisika.
A.
IDEOLOGI
1. Multivalent form
Memiliki beberapa bentuk dasar.
2. Hybrid expression
Tampilan merupakan hasil gabungan dari beberapa unsur.
3. Shizoprenic
Penerapan bentuk – bentuk yang imajinatif, irasional, yang
menggambarkan perasaan dan pikiran manusia.
34
4. Double coding
Menggabungkan unsur-unsur modern dengan unsur-unsur lain
(vernakuler,
lokal,
komersial,
kontekstual),
juga
memperhatikan nilai -nilai yang dianut perancang dan
penghuni.
5. Ambiguity of formal reading
Ambiguitas karya yang mengajak pengguna belajar mengenal
karya sehingga cerita yang dituangkan oleh perancang dapat
dimengerti oleh pengguna.
6. Popular and plirist
Tidak terikat oleh aturan atau kaidah tertentu, tetapi punya
tingkat fleksibelitas yang tinggi, sehingga dapat menyesuaika
dengan kondisi lingkungan yang ada.
7. Tradition and choice
Bentukan yang ada mengandung unsur-unsur atau nilai-nilai
tradisi yang penerapanya secara terpilih, atau disesuaikan
dengan maksud dan tujuan perancang.
8. Artist/client
Arsitektur mengandung dua hal pokok yang menjadi tuntutan
perancang, bersifat seni (intern) dan bersifat umum (ekstern)
sehingga mudah dipahami.
9. Elitist and participative
Arsitektur lebih menonjolkan kebersamaan serta mengurangi
sifat keangkuhan.
Ideologi merupakan sebuah dasar dalam pembentukan suatu
karakter karya. Dari penjabaran kesembilan hal diatas akan
diterapkan ideologi Shizoprenic. Penerapan ideologi yang dipilih
digunakan sebagai acuan perencanaan dan peracangan arsitektur
35
yang dapat menstimulan jiwa dan raga manusia, sehingga tujuan
penulis dalam mengangkat konsep metafisika dapat tercapai.
B.
METODE
1. Fuctional mixing
Penggabungan beberapa fungsi ruang.
2. Contextual urbanism
Melibatkan
pemakai
dalam
proses
perancangan
dan
memperhatikan unsur asosiatif yang dikenal masyarakat.
3. Mannerist and baroque
Adanya kecenderungan untuk menonjolkan diri.
4. Skew space and extention
Ruang dinyatakan secara tidak nyata dan mengakomodir
perluasan.
5. Ambiguity
ragu-ragu, Timbulnya dua arti karena adanya image bangunan
dan penafsirannya, tergantung dari persepsi masing-masing
pengamat terhadap image dari obyek yang dilihat.
6. Tend to asymmetrical symmetry
Menampilkan bentuk-bentuk yang berkesan asimetris yang
seimbang.
7. Collage/collision
Merupakan gabungan / paduan elemen-elemen yang berlainan.
Seperti yang sudah dijabarkan pada bab sebelumnya,
metode
yang akan
perancangan
digunakan
pada
perencanaan
dan
Gereja Universal dan Fasilitas Retret dengan
Pendekatan Metafisika di Bandungan adalah collage/collision
dimana menggabungkan elemen alam yang berupa pola-pola
36
dasar (archetype) guna membentuk suatu suasana dan
atmosfer tertentu bergantung pada fungsi ruang tertentu yang
dapat mengintepretasikan metafisika yang diinginkan oleh
penulis.
C.
STYLE (GAYA)
1. Pro methapor
Mendukung
bentuk-bentuk
metafora
yang
dapat
menggambarkan suatu bentuk objek tertentu baik langsung
maupun tidak langsung sehingga memberi kesan yang lebih
dinamis.
2. Pro ornament
Penggunaan elemen dekorasi untuk membuat karya lebih
menarik.
3. Pro symbolic
Penampilan yang mempertahankan olah geometris dengan
memakai symbol.
4. Pro humor
Memperlihatkan nilai-nilai humoris, sehingga dapat mengajak
pengamat untuk menikmatinya.
5. Pro historic memory
Mengingatkan pengamat pada keadaan lampau. Menampilkan
niai-nilai histori pada setiap rancangan, sehingga menjadi
penegas rancangan.
6. Eclectic
Penerapan desain bangunan yang diambil dari beberapa karya
yang sudah ada dan digabungakan menjadi bentuk yang
dinamis.
37
7. Pro representation
Merupakan
ciri-ciri
yang
gamblang,
sehingga
dapat
memperjelas arti dan fungsi.
8. Conventional and abstract form
Tampilanya menampilkan bentuk-bentuk konvensional dan
bentuk-bentuk yang popular, sehingga mudah ditangkap
artinya.
Dalam sebuah karya arsitektur, style (gaya) adalah hal yang
pertama dilihat oleh pengguna sehingga impresi atau kesan
pertama yang disajikan oleh perancang adalah bentuk desain
bangunan seperti apa yang dapat mengungkapkan ‘metafisika’
sesuai dengan keinginan perancang ke pengguna. Konsep
metafisika dari gereja dapat ditunjukkan melalui Pro-symbolic.
Simbol – simbol religiusitas maupun simbol yang terkait dengan
sebuah kehidupan dapat merepresentasikan sebuah area yang
sakral.
38
2.6.
METODE INTEPRETASI METAFISIKA KE BENTUK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR
TEORI
ARISTOTELES
ANTONY C.
Y.B
MANGUNWIJAYA
transformasi
POSTMODERN
STYLE
IDEOLOGI
ANTROPOLOGI
TEOLOGI
METODE
PETER
ZUMTHOR
ALAM
intepretasi
basis ilmu
METAFISIKA
ARSITEKTUR
MANUSIA
METAFISIKA
MATERIAL
ARCHETYPE
ALAM
METAFISIKA
ARSITEKTUR
CAHAYA
MANUSIA
MEMORI
39
2.7.
TRANSFORMASI METAFISIKA DALAM ARSITEKTUR
2.7.1. Archetype
Archetype merupakan komponen dari alam. Beberapa
contoh dari archetype (pola dasar) yang dapat digambarkan
dalam bentuk atau bagian dalam arsitektur, antara lain :

Gunung, kontur lansekap
Gambar 2.11 Bentuk arsitektur yang dianalogikan pegunungan
Sumber : http://www.big.dk/#projects-8/ diakses pada tanggal 5
April 2016
Dalam proses pengolahan bentuk arsitektur pola
ini dapat diaplikasikan dalam bentuk bangunan secara
langsung atau penataan pada lansekap.
Kecerdasan masyarakat zaman dulu tidak perlu
dipertanyakan, mereka belajar dari alam yang ada di
sekitar
mereka
dalam
menjawab
permasalahan
arsitektur.
Seperti karya arsiterktur dari BIG pada gambar
di atas dimana pola yang dipakai seperti sebuah
pegunungan yang menerapkan bentuk massif dinamis
yang
dapat
bangunan
menghilangkan
lapis
tinggi
lingkungan sekitarnya.
40
dan
keakakuan
sebuah
terintegrasi
dengan

Air
Air dibahasan ini tentu tidak dalam arti yang
sebenarnya. Pola air yang terkadang tenang, atau
bergelombang,
diam
atau
bergerak,
dan
berkesinambungan dapat dijadikan pola tersendiri
dalam membentuk arsitektur. Kombinasi massif-void
yang dinamis dapat mempengaruhi pikiran user dalam
membaca teks lisan dalam karya arsitektur.
Gambar 2.12 Bentuk dinamis berkesinambungan dengan pola air
Sumber : http://www.big.dk/#projects-xpo/ diakses pada tanggal 5
April 2016
2.7.2. Alam
Tidak mungkin dalam sebuah proses perancangan para
arsitek mengesampingkan alam lingkungan sekitarnya. Alam
merupakan bagian terbesar dari ruang, ruang yang tak
terbatas. Manusia tidak dapat hidup tanpa alam, namun alam
akan tetap bisa melanjutkan hidupnya hingga berevolusi tanpa
bantuan manusia. Maka dari itu sebisa mungkin para
perancang dalam proses berkarya tidak merusak alam, namun
menurutsertakan alam dalam bagian dari karya arsitektur.
41
Gambar 2.13 Interaksi alam dalam arsitektur
Sumber : http://www.archdaily.com/97455/ad-classics-church-on-thewater-tadao-ando/ diakses pada tanggal 5 April 2016
2.7.3. Cahaya
Gambar 2.14 Permainan cahaya alami dalam arsitektur
Sumber : http://www.archdaily.com/ diakses pada tanggal 5 April 2016
42
Tanpa adanya cahaya manusia tidak akan dapat
mendefisisikan suatu bentuk objek, warna, tekstur, dll, melalui
mata. -Cahaya adalah salah satu esensi dalam dunia arsitektur.Dengan permainan cahaya dalam ruangan arsitek dapat
menciptakan sebuah suasana tersendiri dalam ruang tersebut.
2.7.4. Material
Material adalah bagian kecil dari alam yang diproses
manusia agar dapat diaplikasikan pada karya arsitektur dan
material itu sendiri dapat terdefinisi karena adanya cahaya.
Aplikasi material dalam bangunan pasti memiliki makna
tersendiri oleh perancangnya.
.
Gambar 2.15 material terdefinisi oleh cahaya
Sumber : http://www.archdaily.com/19403/peter-zumthor-works/ diakses
pada tanggal 5 April 2016
43
2.7.5. Manusia
Manusia adalah inti dalam metafisika arsitektur. Karena
yang diwadahi oleh karya arsitektur tersebut manusia, maka
perencana haruslah tahu seluk beluk manusia. Manusia
memiliki panca indera, yaitu penglihat, pencium, pendengar,
peraba, dan perasa. Dimana panca indera tersebut apabila
distimulasi adan berdampak secara langsung pada tubuh dan
pikirannya. Arsitektur dapat memberikan stimulan dan sensasi
tersebut apabila detail direncanakan secara terperinci dengan
tujuan apa yang ingin distimulasikan perancang dalam
karyanya.

Indera Penglihat
Kembali
pada
cahaya.
Penglihatan
dapat
mendefinisikan objek yang memantulkan cahaya.
Stimulan yang paling mudah ditangkap dan dicerna oleh
pikiran manusia. Karena itu cahaya merupakan salah
satu factor esensial dalam perancangan arsitektur.
Cahaya dapat memandu user agar dapet mengerti apa
yang ingin diceritakan oleh perancang.
44
Gambar 2.16 Bentuk ruang terdefinisi karena adanya cahaya yang
masuk dalam indera penglihat
Sumber : http://static.dezeen.com/uploads/2009/10/dzn_486-MinaEl-Hosn-by-LAN-04.jpg/ diakses pada tanggal 5 April 2016

Indera Pencium
Gambar 2.17 Aroma alami dari kayu
Sumber : http://www.shutterstock.com/video/clip-3635114-stockfootage-clean-freshly-cut-woodenplanks.html?src=search/QLNO3DrFOxwtd3-BKQqNZA:1:15/gg/
diakses pada tanggal 5 April 2016
Gas adalah bentuk zat yang dapat dirasakan
melalui indera penciuman manusia. Pada kasus tertentu
seperti meditasi biasanya menggunakan bekaran aroma
terapi yang berfungsi untuk relaksasi tubuh dan pikiran
45
manusia. Material kayu tanpa selimut finishing apabila
terpapar panas matahari akan mengeluarkan aroma
tertentu yang dapat bertahan hingga bertahun-tahun.
Aroma kayu diibaratkan aroma alami alam yang
menyejukkan. Pola seperti ini dapat diaplikasikan pada
bagian dari arsitektur secara langsung yang memiliki
dampak langsung pada penggunanya.

Indera Pendengar
Melalui
indera
pendengar
manusia
dapat
menikmati alunan musik. Musik tidak hanya dimiliki
manusia, alam pun mempunyai komposisi musiknya
sendiri seperti gesekan daun yang terhembus angina,
gemericik air, suara hewan yang ada di alam bebas, dll.
Keduanya memiliki dampak secara langsung pada
pendengarnya. Musik dapat mempengaruhi mood atau
perasaan seseorang, sehingga musik dapat menjadi
stimulan juga dalam sebuah karya arsitektur.
46
Gambar 2.18 Suara gemericik air salah satu musik alam
Sumber :
http://www.last.fm/music/Sounds+Of+The+Earth/+images/43cc784
5974c4a14b6bf5a22f661556b/ diakses pada tanggal 5 April 2016

Indera Peraba
Sentuhan dilakukan manusia jika ingin memiliki
kontak fisik terhadap sebuah objek. Sebuah sentuhan
dapat membangun sebuah memori dalam pikiran
seseorang. Dalam arsitektur bahasa yang digunakan
adalah materialnya, bagaimana tekstur sebuah material
dapat
membuat
seseorang
ingin
berinteraksi
dengannya. Sehingga pada nantinya orang yang
menggunakan bangunan tersebut dapat menceritakan
mengenai karya arsitektur yang memberinya sebuah
kenangan.
47
Gambar 2.19 Dengan sentukah seseorang dapat meceritakan
sebuah material dengan lebih dalam
Sumber : http://www.archdaily.com/19403/peter-zumthorworks/1120241399_chapel2/ diakses pada tanggal 5 April 2016

Indera Perasa
Indera ini yang tidak akan banyak digunakan
manusia dalam berinteraksi dengan karya arsitektur.
Karena tidak mungkin seseorang “mencicipi” suatu
material. Namun indera ini dapat dipadukan dengan
indera pencium yang dapat merasakan aroma.
2.7.6. Memori
Memori adalah bagian dari manusia yang sangat kuat.
Kepribadian seseorang dibentuk oleh peristiwa masa lalu dan
masa depannya sangat terpengaruh oleh pengalaman di masa
lalu. Cara seseorang berpikir didasarkan pada kesalahan masa
lalu atau dari pengetahuan yang diperoleh pada sesaat lalu.
Dengan demikian, memori dalam pengalaman berarsitektur
memainkan peranan yang sangat penting yang berkaitan
dengan rangsangan yang saat ini diproduksi oleh lingkungan
48
dengan pengalaman masa lalu, sehingga perasaan atau pikiran
ini diproduksi dalam kepala seseorang.
Memori setiap orang pastilah berbeda antara satu
dengan yang lain. Namun, pasti ada satu titik ada sebuah
pengalaman yang sama pada setiap individunya, seperti
contohnya pengalaman saat sebelum terjadi hujan ada aroma
tanah basah yang terhembus angin, secara sepontan akan
muncul pikiran sebentar lagi akan turun hujan.
Gambar 2.20 Memori seseorang mengenai hujan
Sumber : https://1creativecookie.files.wordpress.com/2015/10/rain-fallingdown-best-2.jpg/ diakses pada tanggal 5 April 2016
Memori semasa kecil juga dapat ambil bagian dalam
perancangan sebuah ide arsitektur, seperti menyusun balokbalok kayu yang kemuduan dibuat rumah-rumahan atau
bentuk tertentu, kegembiraan saat itu dapat tercermin kembali
saat seseorang beranjak dewasa dan menemui aktualisasi
karya arsitektur menurut memori masa lampau tersebut.
49
Gambar 2.21 Ide dari memori semasa kanak-kanak
Sumber : http://www.archdaily.com/19403/peter-zumthorworks/625225181_hannover3/ diakses pada tanggal 5 April 2016
Penulis mencoba untuk menghubungkan masa lalu
seseorang melalui pengalaman yang menyenangkan, bahkan
ketika
orang
tersebut
menggunakan
archetypes
dari
pengalaman kuno. Dengan memicu kenangan tersebut, penulis
memastikan tujuan perancangan karya arsitektur yang
sebenarnya akan berhubungan dengan perasaan sukacita dan
menjadi hidup.
50
2.8.
FENOMENOLOGI SEBAGAI PEDOMAN PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN
GEREJA
UNIVERSAL
DAN
FASILITAS
RETRET DENGAN KONSEP METAFISIKA
Manusia diciptakan Tuhan secitra
dengan-Nya. Manusia dibekali pikiran dan
akal
budi
sehingga
manusia
adalah
makhluk hidup ter-‘agung’ di bumi. Tuhan
memberikan alam dan segala isinya untuk
dimanfaatkan dalam kehidupan manusia.
Paragraf diatas merupakan sebagian kecil gambaran
mengenai manusia menurut alkitab. Manusia merupakan
makhluk sosial yang membutuhkan keberadaan orang lain.
Namun dewasa ini hanya itulah yang dibutuhkan manusia,
pencitraan individu ke individu lainnya. Padahal pada
kenyataannya manusia juga membutuhkan alam sebagai
tempatnya bernaung dan Tuhan sebagai pedoman hidup agar
tidak terjerumus dalam kesengsaraan.
Sudah lama manusia terbelenggu dalam strata sosial
antar
manusia
yang
menyebabkan
perpecahan
dalam
kelompok tersebut. Apabila semua individu di dunia ini mau
berpikir seandainya semua manusia memiliki kesamaan dan
kesetaraan apakah masih akan ada konflik? Jawaban yang
paling benar adalah ‘mungkin’ karena pada kenyataannya
semua adalah kemungkinan. Namun perbedaan yang ada
memang direncanakan Sang Pencipta agar manusia mau
belajar menghormati dan menghargai perbedaan. Itulah
hakekat manusia yang ingin disampaikan oleh perancang.
51
Perbedaan yang setara, karena pada dasarnya semua golongan
adalah ‘manusia’ yang menurut alkitab berasal dari tanah dan
akan kembali menjadi tanah.
Cara perancang dalam membawa manusia ke dalam
kesadaran paling dasar pada awal penciptaan dunia adalah
membawa mereka (umat gereja) pada sebuah ketiadaan,
ketiadaan tersebut ada agar mereka dapat kembali berpikir
dan introspeksi siapakan mereka sebenarnya, bagaimana
mereka menjadi manusia sampai seperti saat ini.
Di dalam gereja sendiri nantinya akan menggambarkan
hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan. Dimana di
dalamnya kembali diingatkan seberapa kecil dirinya di alam ini
apalagi kecilnya di hadapan Tuhan. Saat doa dan tertunduk
mereka akan melihat tanah dan diingatkan darimana mereka
berasal, sehingga siapapun orang yang ada disitu seberapa
tinggi atau rendah status sosial yang mereka miliki mereka
tetaplah ‘manusia’ yang sama. Dan saat mengangkat kepala
mereka akan dapat merasakan keaguangan dan kasih saying
Sang pencipta melalui cahaya matahari yang menuntun
mereka.
Keintiman individu dengan alam dan Tuhan pastilah
berbeda-beda. Dengan mengerti terlebih dahulu siapa dirinya
maka selanjutnya mereka akan lebih terbuka dalam mengenal
lingkungannya
kemudian
mengerti
mengapa
Tuhan
menciptakan manusia di atas dunia. Intimasi tersebut tidak
serta merta dengan melakukan ibadah rutin kemudian kita
dapat mengerti dan merasakan keberadaan Tuhan. Namun
intimasi ini merupakan sebuah proses individu dari pengertian
dan kesadaran dalam kehidupan yang membuat individu
tersebut dapat berkontemplasi. Berkontemplasi biasanya
52
dilakukan pada keadaan yang sunyi dan senyap sehingga
menciptakan suasana yang sakral. Tempat sakral tersebut
merupakan media koneksi individu dengan Tuhan. Pada
umumnya sebuah gereja memiliki tempat sakral yaitu pada
bagian altar atau panggung pemimpin ibadah. Namun pada
kasus ini perancang menginginkan keseluruhan area gereja
dibuat menjadi area sakral karena di area inilah manusia
memulai menjalin hubungan nya dengan Tuhan. Untuk
menciptakan tempat sakral tersebut pastilah membutuhkan
tempat dan waktu yang tepat. Manusia diberi waktu 24 jam
dalam satu hari. Keheningan bisanya dapat diperoleh pada
malam hari dimana aktivitas di sekitarnya sudah tidak intensif
sehingga konsentrasi lebih mudah didapatkan dan keintiman
individu dengan alam dan Tuhan dapat tercapai. Ibadah massal
biasanya dilakukan antara pagi ataupun sore hari, sehingga
perancang merencanakan bagaimana pada jam-jam tersebut
gereja ini tetap mendapatkan ke-sakral-annya dengan cara
mengolah ruang dalamnya. Umumnya gereja menggunakan
dinding massif untuk sekat ruangannya dimana sekat tersebut
dapat mengurangi kenyamanan pengguna. Sekat massif tetap
diperlukan untuk membatasi dengan area luar namun dengan
memberi jarak efektif pada area umat dan mengolah jarak
tersebut menjadi indoor landscape maka kenyamanan umat
dapat ditingkatkan dan ibadah menjadi lebih kusyuk. Gereja
yang direncanakan nantinya akan dibuka setiap saat sehingga
kapanpun umat ingin berdoa atau mendekatkan diri lebih
dekat dengan Tuhan dapat dilakukan.
Lokasi yang memiliki kontur lembah (landai) dapat
membantu dalam penciptaan ‘ruang sakral’ di seluruh kawasan
gereja. Karena dalam area geraja nantinya akan ada banyak
53
kegiatan maka berdasarkan fungsinya akan dibagi menjadi
strata sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan. Pertama, untuk
interaksi sosial manusia dan manusia akan ditempatkan pada
area dengan ketinggian tanah yang paling rendah karena
kegiatan yang diwadahi pastilah menghasilkan kebisingan yang
cukup tinggi dan masalah tersebut akan dijawab melalui desain
arsitektural yang dapat menahan kebisingan tersebut. Kegiatan
tersebut antara lain retret, administrasi dan area penerima.
Kemudian yang kedua adalah area ibadah atau gereja itu
sendiri yang merupakan area utama perancangan. Seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya gereja ini akan berfungsi untuk
mengingatkan manusia akan hakekatnya sendiri. Dengan
demikian tiap individu dapat membuka pikiran mereka agar
dapat lebih mengenal alam tempatnya bernaung dan Tuhan
sebagai penciptanya. Penterjemahan cahaya yang diaplikasikan
pada rancangan berguna agar atmosfer dalam ruang tersebut
lebih sakral sehingga dapat beibadah dengan lebih kusyuk.
Maka dari itu area ini diletakkan pada bagian tengah dimana
merupakan space transisi manusia dengan manusia, alam, dan
Tuhan Dengan desain post-modern yang diambil dari beberapa
pola dasar (archetype) nantinya dapat menggambarkan gereja
ini adalah sebuah perlindungan dari Tuhan untuk manusia,
sebuah ruang yang nyaman dan aman sehingga perasaan akan
lebih tenang yang dapat mengurangi stress dan beban pikiran.
Dan yang terakhir, ketiga adalah area meditasi yang
mencangkup area meditasi itu sendiri dan area devosi bunda
maria. Area ini dianggap perancang merupakan area paling
sakral karena proses individu yang pada kesadarannya sudah
masuk tahap kontemplasi atau keintiman dengan alam dan
Tuhan. Sehingga area ini diletakkan paling atas pada ketinggian
54
tanah yang paling tinggi serta ruang terbuka yang tidak
terbatas untuk menggambarkan keagungan Sang Pencipta.
Namun posisi lokasi yang malah dekat dengan kebisingan dari
luar kawasan memerlukan perencanaan arsitektural yang
dapat memecahkan masalah kebisingan tersebut dengan
beberapa cara missal penggunaan greenwall dan penempatan
vegetasi tinggi pada area luar yang diketahui memiliki
kebisingan tinggi.
55
2.9.
PRESEDEN METAFISIKA ARSITEKTUR
2.9.1. Holy Redeemer Church
Gambar 2.22 Desain eksterior bangunan holy redeemer church
Sumber : http://www.archdaily.com/268091/holy-redeemer-church-menisarquitectos/ diakses pada tanggal 5 April 2016
Arsitek (Firma): Menis Arquitectos
Lokasi: San Cristóbal de la Laguna, Tenerife, Spanyol
Arsitek: Fernando Menis
56
Bentuk bangunan didesain diibaratkan goa kuburan
Yesus. Bangunan tidak berhenti pada bentuk dasar kotak saja,
namun ada transformasi bentuk, yaitu pemecahan sisi,
pengubahan skala, rotasi, dan pelubangan, sehingga tidak
membuat bangunan menjadi terlalu kaku. Material concrete
yang alami menguatkan analogi bangunan tersebut.
Perhatian detail yang dilakukan pada desain interior
pun menjadi fenomenal karena permainan cahaya, skala, dan
material yang konsisten dengan konsep.
Gambar 2.23 Desain interior bangunan holy redeemer church
Sumber : http://www.archdaily.com/268091/holy-redeemer-church-menisarquitectos/ diakses pada tanggal 5 April 2016
57
Gambar 2.24 Desain interior bangunan holy redeemer church
Sumber : http://www.archdaily.com/268091/holy-redeemer-church-menisarquitectos/ diakses pada tanggal 5 April 2016
58
2.9.2. Bruder Klaus Chapel
Gambar 2.25 Desain eksterior bangunan bruder klaus chapel
Sumber : http://www.archdaily.com/106352/bruder-klaus-field-chapelpeter-zumthor/ diakses pada tanggal 5 April 2016
Arsitek : Peter Zumthor
Lokasi: Mechernich, Jerman
Sejenak jika diperhatikan bangunan ini memiliki bentuk
yang sangat sederhana. Namun jika ditelisik bangunan tersebut
bak monument yang berada di tengah-tengah padang rumput
yang hijau, kontras.
Jika dipelajari lebih jauh bangunan ini sebenarnya
sangat kompleks, berdasarkan prosesnya. Proses itulah yang
sebenarnya pada tiap karya berharga. Makna dan cerita
tersirat dalam tiap senti bangunan tersebut.
59
Gambar 2.26 Desain interior bangunan bruder klaus chapel
Sumber : http://www.archdaily.com/106352/bruder-klaus-field-chapelpeter-zumthor/ diakses pada tanggal 5 April 2016
60
2.9.3. Swiss Pavilion ‘Music Box’
Gambar 2.27 Desain eksterior bangunan Swiss Pavilion ‘Music Box’
Sumber : http://www.archdaily.com/19403/peter-zumthor-works/ diakses
pada tanggal 5 April 2016
Arsitek : Peter Zumthor
Lokasi: Graubünden, Switzerland
61
Konstruksi temporer didesain berdasarkan pada tema
utama eksibisi, yaitu sustainability (berkelanjutan). Bediri dari
144 kilometer kayu basah (dipanen secara berkelanjutan dan
bertanggung jawab), dengan ukuran batang 20 x 10 cm, Secara
keseluruhan bangunan terdiri dari 45,000 papan dengan 2,800
meter kubik kayu pinus dari hutan Swiss. Yang lebih menarik
dari desai pavilion ini adalah disusun tanpa menggunakan lem,
sekrup, maupun paku. Dinding setinggi 9 meter yang membagi
peruangan
di
dalamnya.
Kayu-kayu
tersebut
ditahan
menggunakan kabel baja yang dihubungkan dengan ikatan per
dengan desain minimalis yang elegan ‘mengikuti kayu alami
sebagai perubahan, material yang hidup’. Setelah penutupan
ekspo, bangunan tersebut dibongkar dan balok kayu dijual
sebagai kayu kering.
62
Gambar 2.28 Konstruksi bangunan Swiss Pavilion ‘Music Box’
Sumber : http://www.archdaily.com/19403/peter-zumthor-works/ diakses
pada tanggal 5 April 2016
Keinginan
utama
sang
arsitek,
Zumthor
adalah
membuat kombinasi ideal dari pertunjukan seni, musik, drama,
dan dekor ke dalam satu bentuk ‘teater total’. Efek ini dicapai
melalui estetika dari bangunan beserta konstruksinya, serta
dari hasil modul struktur yang berkelanjutan.
63
Gambar 2.29 Interior bangunan Swiss Pavilion ‘Music Box’
Sumber : http://www.archdaily.com/19403/peter-zumthor-works/ diakses
pada tanggal 5 April 2016
64
Download