Etimologi (asal kata) berasal dari bahasa latin “Curere” berarti “berlari” Berikutnya lahir istilah “curicle” yang berarti “kereta dua yang ditarik oleh dua ekor kuda” Setelah itu baru lahir istilah “curriculum” yang berarti “mata pelajaran yang harus dilatihkan” (course of study or training) Secara tradisional kurikulum dapat diartikan “sejumlah mata pelajaran yang disajikan oleh sekolah kepada siswa untuk memperoleh ijazah, kenaikan kelas atau tingkat”. Kurikulum diartikan segala sesuatu kegiatan yang dipertanggungjawabkan oleh lembaga pendidikan dan diberikan kepada siswa dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Cakupannya lebih luas (tidak hanya menyampaikan sederet mata pelajaran saja) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu Kurikulum sebagai ide (kurikulum sebagai buah pikiran para ahli/pengembang kurikulum) Kurikulum sebagai rencana tertulis (kurikulum sebagai pegangan guru, yang berisi: materi/bahan minimal secara nasional, sehingga guru masih ada kesempatan untuk mengembangkan) Kurikulum sebagai kegiatan (merupakan hasil terjemahan guru (operasional) tentang kurikulum di lapangan berdasarkan pada kurikulum sebagai ide atau sebagai rencana tertulis). Faktor kemampuan (pengalaman) dan sarana sekolah cukup menentukan. Kurikulum sebagai hasil belajar (berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dsb. Baik yang bersifat sementara ataupun tetap. Pencapaian tujuan pendidikan (tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional) Bagi anak (memperoleh sejumlah pengetahuan/pengalaman) Bagi guru (pedoman: mengorganisasikan belajar anak dan untuk evaluasi belajar anak) Bagi orang tua murid (agar orang tua turut membantu usaha sekolah dalam memajukan putar-putrinya) Bagi kepala sekolah, pengurus yayasan (sebagai organisator, supervisor, koordinator, dan dinamisator sekolah) kurikulum berfungsi sebagai pedoman: Mengadakan supervisi Menciptakan situasi yang harmonis Memberikan bantuan Mengembangkan kurikulum lebih lanjut Mengembangkan evaluasi kegiatan belajar mengajar Bagi sekolah tingkat atasnya: (Untuk pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan/kesinambungan yang tepat/tidak tumpang tindih) Bagi masyarakat dan pemakai lulusan (menarik perhatian dan simpati agar masyarakat dan pemakai lulusan sekolah ikut memberikan bantuannya dan dapat memberikan saran serta kritik yang membangun untuk pengembangan sekolah). Landasan yaitu nilai, tradisi, kepercayaan, dan hal-hal lain yang berpengaruh terhadap pendidikan siswa di sekolah Landasan Filosofis Landasan Psikologis Landasan Sosiologis Landasan Historis Landasan Yuridis Pancasila merupakan dasar negara di samping sebagai falsafah negara, sebagai ideologi negara, dan sebagai tata nilai bangsa Indonesia. Sistem nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum di sekolah. Kurikulum disusun untuk menumbuhkembangkan siswa melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan fisik dan jiwa siswa. Landasan psikologis terkait dengan: bagaimana siswa belajar, faktor-faktor apa yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran, teori-teori pembelajaran mana yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan tuntutan kurikulum. Sekolah didirikan tidak lepas hubungan dengan masyarakat/lingkungan sosial di suatu negara. Sekolah diharapkan mengembangkan, mewariskan nilai-nilai luhur, norma-norma kehidupan, dan kebudayaan kepada generasi muda untuk melahirkan masyarakat yang berkualitas/berkemampuan tinggi. Produk sekolah harus memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum dari waktu ke waktu senantiasa melandaskan pada evaluasi pelaksanaan kuriklum sebelumnya. Sisi kelemahan, kendala, dan sisi baik suatu kurikulum dijadikan sebagai acuan yang berharga untuk pengembangan kurikulum berikutnya. Misal kurikulum 1968 ke kurikulum 1975 ke kurikulum 1994 ke kurikulum 2004 ke kurikulum 2006 dan seterusnya … Pada dasarnya kurikulum merupakan produk yuridis yang ditetapkan melalui Kepmendiknas RI. Pengembangan kurikulum di NKRI: UUD 1945, peraturan perundang-undangan (UU Sisdiknas, UU Otonomi Daerah, SK dari Mendiknas, SK Dirjen Dikti, Perda, dsb. Prinsip Relevansi (relevan dengan tuntutan/kebutuhan siswa, perkembangan zaman, tuntutan dunia kerja) Prinsip Efektivitas (sejauh mana tujuan pembelajaran dapat dikuasai siswa) Prinsip Efisiensi (terkait dengan persoalan tenaga, dana, sarana yang digunakan apakah sepadan dengan hasil pencapaian tujuan yang ditetapkan) Prinsip Kontinuitas (kurikulum di setiap jenjang pendidikan saling berkaitan atau saling terpadu dalam suatu mata pelajaran maupun dengan mata pelajaran yang lain) Prinsip belajar sambil melakukan (materi pelajaran akan mudah dipahami dan dikuasai apabalia setelah diterangkan secara teoritis dilanjutkan dengan aplikasi melakukan latihan/percobaan dalam kaitannya kehidupan di masyarakat) Prinsip menemukan (pembelajaran yang sesuai dengan era informasi sekarang tidak lagi menempatkan guru sebagai sumber belajar utama dan pertama) Prinsip Pemecahan Masalah (kehidupan semakin kompleks, semakin banyak masalah yang harus dipecahkan) Prinsip Latar Belakang (latar belakang sosial, budaya, keluarga, adat istiadat, penguasaan bahan, minat, tingkat kecerdasan siswa) Prinsip Perbedaan Individu (guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individu siswa) Dari mudah ke sukar (sesuai dengan perkembangan anak) Dari sederhana ke rumit (melalui pembiasaan, latihan atau keteladanan akan terbiasa hal-hal yang sifatnya sederhana) Dari kongkrit ke abstrak (siswa SD lebih mudah menerima hal-hal yang kongkrit) Dari lingkungan terdekat sampai yang luas (lingkungan keluarga ke lingkungan masyarakat Mata pelajaran adalah unit organisasi Kompetensi Dasar yang terkecil. Organisasi Kompetensi Dasar dilakukan melalui pendekatan terintegrasi. Di kelas IV, V, dan VI nama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial tercantum dalam Struktur Kurikulum dan memiliki Kompetensi Dasar masing–masing. Untuk proses pembelajaran, Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial, sebagaimana Kompetensi Dasar mata pelajaran lain, diintegrasikan ke dalam berbagai tema. Substansi muatan lokal termasuk bahasa daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Sedangkan substansi muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: › beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; › berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; › sehat, mandiri, dan percaya diri; dan › toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Struktur kurikulum adalah juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang peserta didik dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler SD/MI antara lain Pramuka (Wajib), Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah Remaja. Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masingmasing 30, 32, 34 Untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Durasi jam belajar SD/MI adalah 35 menit. Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif. Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar. Beban belajar di kelas I, II, III, IV, dan V dalam satu semester paling sedikit 18 minggu, dan paling banyak 20 minggu. Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu, dan paling banyak 20 minggu. Sementara itu untuk kelas VI di semester genap paling sedikit 14 minggu, dan paling banyak 16 minggu. Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu. Gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu: Kompetensi Inti 1 (sikap spiritual) Kompetensi Inti 2 (sikap sosial) Kompetensi Inti 3 (pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (keterampilan) Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (Kompetensi Inti 3) dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4). Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Ada empat kelompok kompetensi dasar, yaitu: › Kelompok 1 : kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI1. › Kelompok 2 : kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2 › Kelompok 3 : kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3 › Kelompok 4 : kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4 Sudah siapkah anda menjadi guru SD yang profesional? Sudah siapkah anda mengembangkan kurikulum yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran? Apa yang sudah anda lakukan untuk semua itu? Mulailah berbuat sejak detik ini …