BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori-teori
2.1.1 Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa
yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar
kesepakatan
bersama.
Perdagangan
internasional
didorong
oleh
adanya
perbedaan harga antar negara (Nopirin, 1997). Menurut Krugman dan
Obstfeld (2002) faktor utama yang menjadi alasan negara-negara melakukan
perdagangan internasional adalah adanya perbedaan antarnegara dan setiap negara
bertujuan mencapai skala ekonomis dalam produksinya. Perbedaan antar negara
yang mendorong terjadinya perdagangan internasional adalah perbedaan
sumberdaya alam, sumberdaya modal, tenaga kerja dan teknologi yang
mengakibatkan perbedaan efisiensi produksi antar negara (Halwani, 2005).
Perdagangan Internasional memberikan keuntungan bagi semua pelakunya
meskipun salah satu negara lebih efisien dibandingkan negara lainnya. Suatu
negara dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan internasional dengan
mengekspor komoditi yang dapat diproduksi dengan sumberdaya yang melimpah
di negara tersebut dan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan
sumberdaya yang langka di negara tersebut (Krugman dan Obstfeld, 2002).
9
Menurut Sukirno (2004) keuntungan dari melakukan perdagangan
internasional adalah :
a.
Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi dalam negeri. Beberapa
barang tidak dapat diproduksi sendiri di dalam negeri karena faktor alam
maupun pengetahuan dan teknologi.
b.
Memperoleh keuntungan dari spesialisasi karena faktor-faktor produksi yang
dimiliki setiap negara dapat digunakan dengan lebih efisien dan setiap negara
dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat diproduksi di dalam
negeri.
c.
Memperluas pasar industri-industri dalam negeri. Dengan perluasan pasar,
kapasitas produksi dapat terus ditingkatkan dengan pasar yang luas sehingga
efisiensi dari skala ekonomi dapat tercapai.
d.
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara mempelajari teknik
produksi dan manajemen yang lebih baik dari negara lain dan mengimpor
alat-alat dengan teknologi yang lebih canggih dari negara lain untuk
meningkatkan efisiensi.
Terjadinya perdagangan internasional akibat perbedaan harga antar negara
dapat dianalisis melalui analisis keseimbangan parsial. Menurut Salvatore (1996),
harga keseimbangan relatif suatu komoditi dalam perdagangan internasional
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan komoditas tersebut di pasar
internasional. Penawaran di pasar internasional akan terbentuk ketika suatu negara
mengalami kelebihan penawaran atas suatu komoditi. Sebaliknya, suatu negara
yang mengalami kelebihan permintaan atas suatu komoditi akan memenuhinya
10
melalui permintaan di pasar internasional. Proses terjadinya kesetimbangan ini
dapat dipahami dari analisis kesetimbangan parsial menggunakan kurva
permintaan dan penawaran.
Gambar 2.1 menunjukkan terciptanya keseimbangan harga relatif dengan
adanya perdagangan, ditinjau dari analisis kesetimbangan parsial. Sumbu vertikal
menunjukkan harga relatif komoditi X (Px/Py) dan sumbu horisontal menunjukkan
kuantitas komoditi X yang diminta maupun ditawarkan. Kurva D x dan Sx
menggambarkan permintaan dan penawaran atas komoditi X di pasar negara 1
dan negara 2, sementara kurva D dan S menggambarkan permintaan dan
penawaran di pasar internasional. Kondisi kesetimbangan pada saat QDx = QSx di
pasar negara 1, negara 2 dan pasar internasional berturut-turut ditunjukkan oleh
E1, E2 dan Ew.
Px/Py
Pasar Negara 1
Pasar Internasional
Pasar Negara 2
Sx
E2
Sx
P2
Ekspor
S
Ew
Pw
P1
D
Impor
Dx
E1
Dx
Qx
Sumber: Salvatore (2006)
Gambar 2.1: Analisis Kesetimbangan Parsial Atas Harga Kesetimbangan Relatif
Suatu Komoditi
11
Pada saat harga relatif di negara 1 (P1) lebih rendah daripada harga di pasar
internasional (Pw), negara 1 mengalami kelebihan penawaran komoditi X dan
kurva penawaran ekspornya (S) mengalami peningkatan. Sementara di negara 2,
harga relatif komoditi X (P2) lebih tinggi dari pada harga di pasar internasional
sehingga terjadi kelebihan permintaan atas komoditi X dan kurva permintaan
impornya (D) mengalami peningkatan.
Kurva permintaan dan penawaran di pasar internasional menunjukkan pada
tingkat harga Pw kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh negara 2 persis
sama dengan kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan negara 1. Dengan
demikian Pw adalah harga relatif kesetimbangan atas komoditi X setelah terjadi
perdagangan internasional antara negara 1 dan negara 2.
2.1.2 Teori Perdagangan Internasional
Beberapa teori mengenai perdagangan internasional dijelaskan sebagai
berikut.
2.1.2.1 Teori Keunggulan Absolut
Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith yang menyatakan bahwa
perbedaan kemampuan memproduksi antar negara disebabkan oleh perbedaan
efisiensi dalam penggunaan input produksi. Suatu negara akan memproduksi dan
mengekspor suatu barang yang mampu dibuat dengan efisiensi input yang lebih
tinggi dibandingkan negara lain. Sementara suatu negara akan mengimpor jika
negara tersebut tidak mampu memproduksi barang tersebut dengan efisiensi input
yang lebih tinggi dibandingkan negara lain.
12
Asumsi yang berlaku pada teori ini adalah hanya ada dua negara dan dua
barang yang diproduksi. Teori keunggulan absolut memiliki kelemahan, yaitu
tidak mampu menjelaskan bagaimana proses perdagangan internasional dapat
terjadi jika suatu negara memiliki keunggulan absolut atas semua barang.
2.1.2.2 Teori Keunggulan Komparatif
Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo sebagai jawaban atas
kelemahan teori keunggulan absolut Adam Smith. Menurut David Ricardo,
perdagangan internasional akan timbul sebagai akibat perbedaan efisiensi relatif
antara dua negara dalam memproduksi dua (atau lebih) jenis barang.
Suatu negara akan melakukan ekspor barang jika mampu memproduksi
dengan kerugian absolut terkecil atau memiliki keunggulan komparatif atas
barang tersebut. Sebaliknya suatu negara akan mengimpor suatu barang ketika
tidak memiliki keunggulan komparatif atas barang tersebut.
2.1.2.3 Teori Heckscher-Ohlin (Teori H-O)
Menurut teori ini dasar terjadinya perdagangan internasional adalah
perbedaan opportunity cost masing-masing negara karena adanya perbedaan
dalam jumlah faktor produksi (tanah, tenaga kerja, dan modal) yang dimiliki oleh
masing-masing negara. Teori H-O menekankan bahwa struktur perdagangan
internasional suatu negara tergantung pada ketersediaan dan intensitas
penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh negara tersebut.
Suatu negara akan berspesialisasi dan mengekspor suatu barang ketika
negara tersebut memiliki faktor produksi utama yang relatif banyak dan akan
13
mengimpor ketika faktor produksi utama yang diperlukan untuk memproduksi
barang hanya sedikit atau tidak dimiliki oleh negara tersebut.
2.1.3 Hambatan Perdagangan Internasional
Berdasarkan teori perdagangan internasional dinyatakan bahwa
perdagangan bebas mamberikan keuntungan maksimal bagi kesejahteraan negara
yang terlibat didalamnya. Perdagaangan bebas memberikan peningkatan surplus
konsumen dan keuntungan yang diterima produsen lebih besar dibandingkan
tanpa perdagangan bebas. Namun demikian hampir setiap negara masih
menerapkan berbagai hambatan dalam perdagangan bebas. Argumen yang
dikemukakan terkait penerapan hambatan atas perdagangan bebas diantaranya
adalah kepentingan untuk melindungi industri dan tenaga kerja dalam negeri,
contohnya proteksi atas produk pertanian untuk melindungi petani dari penurunan
harga produk pertanian akibat masuknya produk impor yang lebih murah. Bentuk
hambatan perdagangan dapat berupa tarif maupun non tarif (Salvatore, 1996).
2.1.3.1 Hambatan Tarif
Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditi yang
diperdagangkan lintas batas teritorial. Kesepakatan perdagangan bebas antar
negara telah menyetujui pengurangan dan penghapusan hambatan tarif
perdagangan barang antar negara di dunia. Berdasarkan aspek asal komoditi tarif
terdiri atas :
14
a. Tarif impor, yaitu tarif yang dikenakan terhadap komoditi-komoditi yang
diimpor dari negara lain. Tujuan utama penerapan tarif impor adalah
melindungi produk dalam negeri.
b. Tarif ekspor, yaitu pajak untuk komoditi yang diekspor ke luar negeri. Tujuan
utama pengenaan tarif ekspor adalah untuk melindungi industri dalam negeri.
Berdasarkan mekanisme penghitungannya tarif dibedakan menjadi :
a. Tarif ad valorem, yaitu pajak yang dikenakan berdasarkan persentase tertentu
atas nilai barang yang diperdagangkan secara internasional.
b. Tarif spesifik, yaitu pajak berupa beban tetap unit barang yang diimpor tanpa
memperhatikan nilainya.
c. Tarif campuran, yaitu gabungan antara tarif ad valorem dan tarif spesifik.
2.1.3.2 Hambatan Non Tarif
Ketika hambatan tarif di seluruh dunia diturunkan melalui berbagai
kesepakatan perdagangan bebas, hambatan non tarif justru mengalami
peningkatan yang signifikan. Beberapa jenis hambatan non tarif yang sering
diterapkan adalah :
a. Kuota
Kuota adalah pembatasan secara langsung terhadap jumlah komoditi, unit
maupun nilai, yang diimpor atau diekspor. Mekanisme penerapan kuota
umumnya melalui pemberian lisensi kepada importer/eksportir tertentu.
b. Persyaratan teknis dan kandungan lokal
Negara pengimpor menerapkan aturan standard teknis dan kesehatan yang
terlalu ketat atas produk-produk yang masuk ke negara tersebut. Instrument
15
proteksi juga dapat berupa persyaratan bahwa bagian-bagian tertentu dari
produk yang diimpor harus dibuat di dalam negeri atau menggunakan bahan
baku setempat.
c. Subsidi ekspor
Subsidi ekspor adalah pembayaran langsung atau pemberian keringanan pajak
dan bantuan subsidi kepada para eksportir atau calon eksportir nasional, atau
pemberian pinjaman lunak kepada importir asing. Kebijakan ini bertujuan
untuk meningkatkan ekspor suatu negara.
2.1.4
Perdagangan Bebas dan Pembangunan Di Negara Berkembang
Di era globalisasi di mana perekonomian dunia semakin menyatu, negara-
negara didorong untuk semakin terbuka dan menghapuskan berbagai hambatan
dalam hubungan internasional. Menurut Todaro (2006), arti ekonomi dari
globalisasi adalah meningkatnya keterbukaan perekonomian suatu negara terhdap
perdagangan internasional, aliran dana internasional dan investasi langsung.
Keterbukaan perdagangan internasional atau perdagangan bebas membawa
peluang dan resiko bagi negara berkembang sehingga menimbulkan kelompok
yang mendukung dan menentang perdagangan bebas.
Berdasarkan teori-teori tradisional perdagangan neoklasik, pihak yang
mendukung perdagangan bebas menyatakan bahwa keterbukaan perdagangan
bebas mendatangkan keuntungan bagi negara berkembang sebagai berikut :
16
a. Perdagangan
bebas
meningkatkan
persaingan,
memperbaiki
alokasi
sumberdaya dan menciptakan skala ekonomi pada sektor-sektor yang
memiliki keunggulan komparatif maupun kompetitif.
b. Tekanan-tekanan yang timbul akibat persaingan dalam perdagangan bebas
akan meningkatkan efisiensi, perbaikan kualitas produk dan menyempurnakan
teknologi produksi.
c. Perdagangan bebas memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan nilai laba
dan merangsang tabungan serta investasi yang semakin memacu pertumbuhan
di masa mendatang.
d. Perdagangan bebas membuka kesempatan masuknya aliran modal, keahlian
dan teknologi dari negara maju yang sangat diperlukan oleh negara
berkembang.
e. Perdagangan bebas mendatangkan devisa melalui kegiatan ekspor yang
kemudian dapat digunakan untuk membiayai impor.
f. Perdagangan bebas cenderung menghapuskan distorsi harga yang mahal
akibat ketidaktepatan kebijakan dan intervensi pemerintah.
g. Perdagangan bebas meningkatkan pemerataan untuk mendapatkan akses ke
setiap sumberdaya yang langka, serta memperbaiki kualitas alokasi
sumberdaya secara keseluruhan.
Kelompok yang menentang perdagangan bebas berpendapat bahwa negara
berkembang tidak memperoleh keuntungan optimal dari perdagangan bebas. Hal
tersebut ditunjukkan oleh laju pertumbuhan permintaan produk primer yang
rendah dan penurunan nilai tukar perdagangan atas produk-produk primer,
17
sementara produk primer merupakan komoditas unggulan ekspor bagi negara
berkembang.
Penyebab dari lambatnya pertumbuhan permintaan ekspor produk-produk
primer dari negara berkembang adalah :
a. Adanya pergeseran pola produksi di negara maju dari teknologi rendah ke
teknologi tinggi, padat keterampilan dan hemat bahan baku sehingga
menurunkan permintaan bahan mentah dari negara berkembang.
b. Peningkatan efisiensi pemakaian bahan baku dalam berbagai sektor industri.
c. Pesatnya penemuan dan pengembangan produk dan bahan sintetis pengganti
yang lebih murah dari bahan mentah alamiahnya.
d. Rendahnya elastisitas permintaan untuk produk primer dan olahan sederhana.
e. Meningkatnya produktivitas pertanian secara pesat di negara maju.
f. Meningkatnya gejalan proteksionisme baru di negara-negara maju terutama
untuk produk pertanian serta industri padat karya.
Menurunnya nilai tukar perdagangan negara berkembang disebabkan
oleh :
a. Kontrol oligopolistik dalam pasar produk maupun faktor produksi di negaranegara maju dan munculnya sumber-sumber pemasok baru yang menjadi
pesaing bagi negara berkembang.
b. Produk ekspor negara berkembang memiliki elastisitas permintaan yang
rendah.
18
Kelompok
penentang
perdagangan
bebas
menyimpulkan
bahwa
perdagangan bebas merugikan negara berkembang berdasarkan alasan sebagai
berikut :
a. Pertumbuhan permintaan terhadap produk ekspor tradisional negara
berkembang relatif rendah sehingga peningkatan kuantitas ekspor hanya akan
mengakibatkan penurunan harga dan meningkatnya transfer pendapatan dari
negara berkembang ke negara maju.
b. Elastisitas permintaan terhadap produk impor di negara berkembang lebih
tinggi dibandingkan elastisitas permintaan atas produk ekspornya. Dengan
demikian, tanpa proteksi impor negara berkembang akan terus kesulitan
menyeimbangkan neraca pembayarannya.
c. Keunggulan komparatif negara berkembang dalam komoditi primer relatif
statis sehingga kebijakan promosi ekspor hanya akan menghambat proses
industrialisasi di negara berkembang.
d. Negara berkembang memiliki keterbatasan dalam melakukan lobi untuk
membuka pasar di negara-negara maju.
2.1.5
Teori Permintaan
Menurut Lipsey (1987) kuantitas permintaan adalah jumlah suatu komoditi
yang ingin dibeli oleh suatu rumah tangga. Permintaan seluruh rumah tangga atas
suatu komoditi dipengaruhi oleh harga komoditi itu sendiri, rata-rata pendapatan
rumah tangga, harga komoditi yang berkaitan, selera, distribusi antar rumah
tangga dan besarnya populasi. Sementara menurut Mankiw (2001) kuantitas
19
permintaan adalah jumlah barang yang ingin dan mampu dibeli oleh individu atau
rumah tangga. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas permintaan adalah
harga barang itu sendiri, pendapatan, harga barang lain yang berkaitan, selera dan
ekspektasi atas kondisi di masa mendatang.
Hukum permintaan menyatakan bahwa kuantitas yang diminta akan
meningkat apabila harga menurun dengan asumsi kondisi selain harga tetap
(ceteris paribus). Perubahan harga menyebabkan pergerakan jumlah yang diminta
di sepanjang kurva yang sama sementara perubahan pada variabel selain harga
akan menyebabkan pergeseran kurva permintaan (Lipsey, 1987). Peningkatan
pendapatan rata-rata rumah tangga akan meningkatkan permintaan meskipun
harga tidak berubah, perubahan ini digambarkan dengan pergeseran kurva
permintaan
ke
kanan.
Perubahan
harga
barang
yang
berkaitan
akan
mempengaruhi jumlah barang yang diminta tergantung pada sifat barang tersebut,
apakah subtitutif atau komplementer. Kenaikan harga barang subtitusi akan
meningkatkan permintaan, sebaliknya kenaikan harga barang komplemen akan
menurunkan permintaan. Pertumbuhan penduduk tidak secara langsung
menciptakan permintaan baru, hanya tambahan penduduk yang memiliki daya beli
yang akan merubah permintaan. Peningkatan jumlah penduduk usia produktif
yang bekerja akan meningkatkan pendapatan agregat sehingga permintaan
meningkat. Dengan demikian pertumbuhan penduduk akan meningkatkan
permintaan pada berbagai tingkat harga (Lipsey,1987).
Permintaan pasar adalah jumlah dari seluruh permintaan individu atas
suatu barang atau jasa. Permintaan pasar diturunkan dari permintaan individu
20
maka permintaan pasar juga dipengaruhi faktor-faktor yang sama dengan
permintaan individu dan tergantung pula pada jumlah penduduk, karena
permintaan agregat merupakan jumlah dari seluruh permintaan individu (Mankiw,
2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional, termasuk
permintaan impor agregat, pada prinsipnya sama dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan individu maupun permintaan pasar. Dengan anggapan
bahwa harga dan tingkat bunga tetap, maka impor akan tergantung (secara positif)
pada pendapatan, makin tinggi pendapatan makin tinggi pula impor (Nopirin,
1997).
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Dayasaing Produk Pertanian Indonesia oleh Daryanto
(2009) melalui pengukuran indeks Revealed Comparative Advantage (RCA),
Domestic Resource Cost Ratio (DRCR) dan Private Cost Ratio (PCR)
memberikan kesimpulan bahwa secara umum dayasaing komoditas petanian
ditinjau dari keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif menunjukkan
kondisi yang mengkhawatirkan terutama untuk komoditas padi, kedelai dan tebu.
Komoditas padi masih memiliki keunggulan kompetitif maupun komparatif tetapi
keunggulan yang dimiliki semakin rendah dan rentan terhadap perubahan kondisi
eksternal. Keunggulan komparatif padi masih dapat diwujudkan menjadi
keunggulan kompetitif karena adanya proteksi dari pemerintah berupa subsidi
input dan tarif impor beras.
21
Azziz (2006) dalam penelitian mengenai Analisis Impor Beras serta
Pengaruhnya terhadap Harga Beras Dalam Negeri dengan metode regresi linier
berganda
menyimpulkan
bahwa
faktor-faktor
yang
signifikan
dalam
mempengaruhi impor beras adalah kebijakan perdagangan, harga beras impor dan
dalam negeri, nilai tukar rupiah dan produksi beras dalam negeri.
Nastiti (2007) menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor
Beras di Indonesia Pada Kurun Waktu 1984-2004 dengan metode Error
Correction Model (ECM). Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa
produksi beras domestik, GDP dan impor tahun sebelumnya berpengaruh secara
signifikan terhadap volume impor beras. Selama kurun waktu pencapaian
swasembada beras, volume impor beras mengalami penurunan.
Ruatiningrum (2011) melakukan penelitian mengenai Dampak Kebijakan
Pemerintah dan Perubahan Faktor Lain Terhadap Permintaan dan Penawaran
Beras dengan menggunakan metode regresi persamaan simultan. Hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa impor beras dipengaruhi secara signifikan oleh
produksi beras, jumlah penduduk, impor tahun sebelumnya dan stok beras tahun
sebelumnya.
Dutta dan Ahmed (2006) dalam penelitiannya tentang Analisis Kointegrasi
Fungsi Permintaan Impor Agregat untuk India dengan Error Correction Model
(ECM). Hasil penelitian menyatakan bahwa permintaan impor agregat
dipengaruhi oleh harga relatif dan pendapatan riil.
Jamhari (2004) meneliti tentang Liberalisasi Perdagangan dan Stabilitas
Harga Beras di Indonesia dengan mengukur koefisien variasi harga beras.
22
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa liberalisasi pasar beras di Indonesia
meningkatkan stabilitas harga di tingkat petani dan pedagang besar tetapi
membuat harga di tingkat konsumen menjadi tidak stabil.
Penelitian Rachman, et.al (2007) tentang Prospek Ketahanan Pangan
Nasional dengan metode statistik sederhana melalui pengamatan terhadap trend
dan pengukuran variabilitas antar waktu menyimpulkan bahwa pertumbuhan
ketersediaan beras relatif rendah karena stagnasi pertumbuhan produksi padi
akibat makin menyusutnya lahan pertanian padi. Meskipun kondisi ketahanan
pangan nasional relatif terjamin keberlanjutannya namun aksesibilitas rumah
tangga terhadap bahan pangan masih menjadi masalah serius
terkait dengan
masalah stabilitas harga pangan dan kemiskinan.
Penelitian oleh Warr (2005) mengenai Kebijakan Pangan dan Kemiskinan
di Indonesia menggunakan analisis keseimbangan umum (general equilibrium
analysis) menunjukkan bahwa larangan atau pembatasan impor menaikkan harga
beras di dalam negeri dan meningkatkan kemiskinan baik di perkotaan maupun
pedesaan. Diantara para petani hanya petani kaya yang menikmati keuntungan
dari proteksi ini.
Mengamati volume impor beras yang fluktuatif setiap tahun dan dampak
negatif impor beras terhadap usaha kemandirian pangan dan peningkatan
kesejahteraan petani, penelitian ini difokuskan pada impor beras dan variabelvariabel yang mempengaruhi dalam jangka panjang. Selain variabel-variabel
harga beras domestik dan internasional, produksi domestik, GDP serta nilai tukar
riil sebagaimana telah digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya,
23
penelitian ini akan memasukkan variabel konsumsi beras, pertumbuhan penduduk
dan rasio ketergantungan impor sebagai faktor-faktor yang diduga mampu
menjelaskan variabilitas impor beras dalam jangka panjang. Pengaruh kebijakan
liberalisasi perdagangan akan ditunjukkan melalui variabel dummy sebelum
liberalisasi dan setelah liberalisasi yang mulai berlaku efektif pada tahun 1999.
2.3 Kerangka Pikir
Dalam rangka memenuhi kebutuhan beras dalam negeri dan menjaga
stabilitas harga, pemerintah menerapkan kebijakan impor beras dan liberalisasi
perdagangan beras. Akan tetapi kebijakan ini berlawanan dengan usaha
pemerintah untuk mencapai kemandirian pangan dan kesejahteraan petani. Untuk
mengetahui sejauh mana ketergantungan persediaan beras terhadap impor,
penelitian ini menggunakan ukuran rasio ketergantungan impor. Ketergantungan
yang semakin besar terhadap impor beras menunjukkan dayasaing beras domestik
yang semakin rendah dan akan membahayakan ketersediaan dan stabilitas harga
dalam negeri karena pasar beras internasional sangat fluktuatif.
Untuk menganalisis hubungan jangka panjang antara impor beras dengan
faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan analisis time series dengan
Vector Error Correction Model (VECM), Impulse Response Function (IRF) dan
Forecast Error Variance Decomposition (FEVD). Hasil analisis tersebut dapat
menjadi dasar penyusunan strategi kebijakan untuk mengurangi ketergantungan
terhadap impor beras. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan dalam
Gambar 2.2.
24
Indonesia memiliki potensi dalam menghasilkan beras dari sisi SDA maupun
SDM dan produksi beras terus meningkat tetapi menjadi net importir beras
Ketergantungan terhadap impor mengancam kemandirian pangan, upaya
pencapaian swasembada beras tahun 2014 dan stabilitas harga beras dalam
negeri
Seberapa besar rasio ketergantungan impor beras Indonesia?
Bagaimana pengaruh produksi dan konsumsi beras, harga beras di pasar
domestik dan internasional, rasio ketergantungan impor, kebijakan liberalisasi
perdagangan beras, PDB, pertumbuhan penduduk serta nilai tukar riil terhadap
volume impor beras dalam jangka panjang?
Analisis deskriptif dan analisis time series dengan VECM
Strategi mengurangi ketergantungan impor beras
Gambar 2.2 : Kerangka Pikir
Download