hubungan defisiensi g6pd dan infeksi malaria

advertisement
HUBUNGAN DEFISIENSI G6PD DAN
INFEKSI MALARIA
Dr. MUTIARA INDAH SARI
NIP: 132 296 973
2007
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN.................................................................................................1
II.
PENYAKIT MALARIA……...................................................................................3
III.
DEFISIENSI G6PD.............................................................. …………………......6
IV. MANIFESTASI KLINIK DEFISIENSI G6PD PADA ERITROSIT.....................…..8
V.
DEFISIENSI G6PD DAN MALARIA…………………..………………………….. …9
VI.
KEUNTUNGAN EVOLUSI DARI G6PD ……………….………………………….10
VII.
RANGKUMAN…………..…………………..…………..…………………………..12
DAFTAR KEPUSTAKAAN.........................................................................................13
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
I.
PENDAHULUAN
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan
manusia dapat terinfeksi oleh Plasmodium ini melalui gigitan nyamuk Anopheles, yang
melepaskan
Plasmodium
dari
dalam
salivanya
sewaktu
menggigit
manusia.
Plasmodium memasuki sel-sel hepatosit, dan kemudian melalui sirkulasi darah akan
memasuki sel-sel eritrosit. Di dalam sel-sel eritrosit plasmodium selanjutnya
berreplikasi. Replikasi ini merangsang sitolisis sel eritrosit dan menyebabkan lepasnya
hasil metabolisme Plasmodium yang bersifat toksis ke sirkulasi darah. Hal ini
mencetuskan
sejumlah
gejala
klinik
yang
ringan
sampai
berat
yang
dapat
menyebabkan kematian (Farmedia, 2005).
Seleksi natural terhadap infeksi malaria ditemukan berhubungan dengan defisiensi
enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase (Glucose 6 Phosphate Dehydrogenase/ G6PD)
(Tishkoff et al., 2001, Saunders et al., 2002, Beutler, 1996). Distribusi populasi
penderita defisiensi G6PD banyak ditemukan pada populasi di daerah endemik malaria.
Peninggian angka kejadian defisiensi G6PD di daerah endemik malaria ini menjelaskan
teori hubungan defisiensi G6PD dengan infeksi malaria. Pada penderita defisiensi
G6PD variant A- di daerah Afrika Timur dan Afrika Barat, didapati penurunan resiko
terinfeksi malaria (Ruwende et al., 1995, Ruwende, 1998 ). Ini memberi kesan bahwa
defisiensi tersebut menguntungkan pada keadaan lingkungan tertentu. Sebagai salah
satu daerah endemik malaria, kemungkinan prevalensi penderita defisiensi G6PD di
Indonesia adalah tinggi. Diperkirakan 2-6 % dari populasi di Indonesia sebagai carriers
(Beutler, 1996).
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
Defisiensi G6PD adalah kelainan akibat mutasi pada gen protein G6PD,
menyebabkan sejumlah penyakit, seperti anemia hemolitik akut, anemia hemolitik
kronik non spherositik, hiperbilirubinemia pada neonatus, kecenderungan menderita
sepsis setelah luka berat dan menderita gagal ginjal akut. Keadaan ini timbul jika
penderita terpapar oksidan akibat adanya stres oksidatif setelah pemberian obat-obatan
tertentu, infeksi tertentu, diabetes asidosis dan memakan kacang fava (Frank, 2005)
Enzim G6PD berperan sebagai enzim utama pada lintasan pentosa fosfat (PMP
shunt), yang menghasilkan ekuivalen pereduksi NADPH. Pada sel eritrosit, lintasan
pentosa fosfat merupakan satu-satunya lintasan yang menghasilkan NADPH. NADPH
berperan dalam reaksi reduksi disulfida dari glutation (GSSG) menjadi bentuk sulfhidril
(GSH), suatu anti oksidan (Murray et al., 2000 ). Kurangnya pembentukan NADPH
pada sel eritrosit defisiensi G6PD menyebabkan lingkungan sel eritrosit bersifat
oksidatif oleh karena glutathione tidak tereduksi. Parasit Plasmodium di duga rentan
terhadap lingkungan sel eritrosit yang bersifat oksidatif (Kamchonwongoaisan et al.,
1989 ).
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
II.
PENYAKIT MALARIA
Malaria adalah salah satu penyakit infeksi, penyebab kematian sekitar 1-2 juta
penduduk dunia pertahun terutama di daerah Afrika. Setiap tahun penyakit ini
menyerang hampir 300-500 juta penduduk dunia. Manusia terserang penyakit ini akibat
terinfeksi parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles
(Farmedia, 2005).
II.1. Distribusi daerah endemik malaria
Distribusi Daerah Endemik Malaria di Dunia
Tahun 2003 (Farmedia, 2005)
Penyakit malaria merupakan penyakit yang endemisitasnya terjadi di daerah
tropis dan subtropis. Nyamuk Anopheles sebagai vektor pembawa Plasmodium dalam
penyebaran penyakit ini tidak dapat bertahan hidup di bawah suhu 20°C dan diatas
33°C. Penyebaran Plasmodium dapat ditemukan di daerah Afrika Timur, Afrika Sahara,
Asia Timur, Papua Nugini, Timur Tengah, Amerika Selatan, yang berhubungan dengan
endemisitas malaria (Farmedia, 2005).
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
Diperkirakan 300-500 juta penduduk dunia terancam terinfeksi penyakit ini setiap
tahunnya, yang dapat menyebabkan kematian pada 1-2 juta penduduk dunia pertahun.
Endemisitas penyakit ini terjadi di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika Timur,
Afrika Sahara, Asia Timur, Papua Nugini, Timur Tengah, Amerika Selatan (Farmedia,
2005).
Indonesia, sebagai negara tropis yang dilalui garis khatulistiwa yang secara
geografis terbentang dari 6°LU – 11°LS dan 95 °BT – 140°BT. Sebagai daerah tropis,
endemisitas malaria ditemukan hampir di seluruh wilayah di Indonesia sejak tahun
1960-an. Pada tahun 2003, dari 227,5 juta penduduk Indonesia, sekitar 89.8 juta tinggal
daerah endemik malaria. Diperkirakan 2,898,698 kasus malaria ditemukan di Indonesia
berdasarkan jumlah penduduk yang tinggal di daerah endemik malaria tersebut (WHO,
2003).
II.2. Patofisiologi penyakit malaria
Parasit malaria yaitu Plasmodium, menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina. Setelah nyamuk menghisap darah manusia, sporozoit-sporozoit
malaria memasuki sel-sel hepatosit (phase hepar/ phase di luar eritrosit). Di dalam selsel hepatosit, sporozoit-sporozoit akan memperbanyak diri membentuk merozoitmerozoit dan kemudian merozoit-merozoit ini meninggalkan sel-sel hepatosit memasuki
sel-sel eritrosit melalui sirkulasi darah. Di dalam sel-sel eritrosit merozoit-merozoit akan
berkembang membentuk tropozoit dan berlanjut membentuk skizont. Proses ini
berlangsung, secara periodik dan juga menyebakan pecahnya sel-sel eitrosit.
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
Ini merupakan phase eritrosit bagi siklus hidup Plasmodium. Pecahnya sel-sel eritrosit
setelah terbentuk skizont menyebabkan dilepasnya merozoit-merozoit ke sirkulasi
darah yang kemudian akan memasuki sel-sel eritrosit yang baru dan proses di atas
akan berulang secara periodik. Lepasnya merozoit-merozoit ke sirkulasi darah
menimbulkan serangan demam pada infeksi malaria setiap 3 atau 4 hari secara
simultan.
Proses ini terus berlangsung berulang-ulang sampai dihentikan oleh mekanisme
pertahanan tubuh atau pada infeksi yang berat yang sering disebabkan oleh
Plasmodium falciparum dapat menimbulkan kematian. Sebagian kecil merozoitmerozoit akan berubah menjadi gametosit-gametosit jantan dan betina. Jika seekor
nyamuk Anopheles menggigit orang yang terinfeksi ini, maka gametosit-gametosit ini
akan berpindah ke tubuh nyamuk. Fertilisasi terjadi pada tubuh nyamuk menghasilkan
sprozoit baru yang akan dibawa oleh nyamuk dalam salivanya untuk melakukan siklus
seperti di atas (Farmedia, 2005).
Siklus Hidup Plasmodium
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
II.3. Manisfestasi klinik penyakit malaria
Gejala klinik malaria adalah (Farmedia, 2005) :
1. Demam
2. Berkeringat
3. Menggigil
4. Nyeri sendi
5. Muntah
6. Anemia
7. Splenomegali
Jika tidak diobati dapat menimbulkan komplikasi koma dan juga kematian
III.
DEFISIENSI G6PD
III.1. Definisi
Kelainan yang bersifat diturunkan dan terangkai kromosom X akibat mutasi yang
terjadi pada struktur tertier gen G6PD yang menurunkan aktivitas enzim, akibat
penurunan kestabilan enzim dan kemampuannya berikatan dengan substrat (Naylor et
al., 1996).
III.2. Patofisiologi defisiensi G6PD pada eritrosit
NADPH yang dihasilkan dalam lintasan pentosa fosfat oleh aktifitas G6PD
berperan dalam eritrosit untuk mereduksi bentuk disulfida dari GSSG menjadi bentuk
sulfhidril/ GSH melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim glutation reduktase. GSH
adalah suatu tripeptida dengan gugus sulfhidril bebas.
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
Melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim glutation peroksidase, H2O2 akan dirubah
membentuk molekul air dengan menggunakan molekul GSH sebagai koenzim (Murray
et al., 2000 )
Patofisiologi Defisiensi G6PD pada Eritrosit
(Lippicont Williams & Wilkins, 1994)
Stres oksidatif tambahan yang menyebabkan peningkatan H2O2 mengakibatkan
turunnya konsentrasi GSH di dalam sel ke tahap tertentu. Ini menyebabkan gugus
sulfhidril pada beberapa protein yang penting menjadi krisis dan tidak dapat
dipertahankan dalam bentuk tereduksi. Terjadi peningkatan kecepatan oksidasi
hemoglobin menjadi methemoglobin (Murray et al., 2000 ). Oksidasi ini menyebabkan
hemoglobin terdenaturasi dan dilepaskan hemin ke permukaan membran eritrosit (Chiu
and Liu, 1997) Hemoglobin yang teroksidasi mengalami pengikatan silang antara satu
dengan yang lain oleh ikatan disulfida, menyebabkan terbentuknya suatu jembatan
yang selanjutnya dioksidasi membentuk agregat, disebut sebagai badan Heinz (Heinz
body) . Ditemukannya Heinz body pada sel eritrosit dapat menegakkan diagnosa
defisiensi G6PD (Oduola and Olayinka, 2004 ).
Denaturasi oksidatif yang dialami hemoglobin juga menyebabkan hemoglobin tidak
bebas mengalir di dalam sitosol, menyebabkan pudding dari hemoglobin. Pada apusan
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
darah tepi, gambaran sel eritrosit terlihat seperti digigit (bite cel) atau berbentuk
hemiblister.
Gambaran Heinz body pada Eritrosit
Dengan terbentuknya Heinz body menyebabkan penurunan deformabilitas sel eritrosit
(Chiu and Liu, 1997) . Dalam keadaan normal, eritrosit harus mengalami deformasi,
menjadi lebih lentur untuk dapat mengalir dalam pembuluh darah yang halus Akibat
semua hal ini, membran eritrosit menjadi kaku dan mudah lisis.
IV.
MANIFESTASI KLINIK DEFISIENSI G6PD PADA ERITROSIT
Defisiensi G6PD pada eritrosit dapat menimbulkan manisfestasi klinik berupa
(Roos et al., 1999, Hundsdoerfer et al., 2002)
1. Anemia hemolitik akut
2. Anemia hemolitik kronik
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
3. Hiperbilirubinemia pada neonatus (Weng et al., 2003, Kaplan et al., 1999)
4. Manifestasi klinik yang lain (sepsis, gagal ginjal akut) (Khan, 2004)
Anemia hemolitik akut pada defisiensi G6PD dapat dicetuskan oleh stres
oksidatif
akibat setelah pemberian obat-obatan tertentu, infeksi tertentu dan setelah memakan
kacang fava.
Golongan obat yang dapat menimbulkan keadaan anemia hemolisis akut ini
seperti antibiotik sulfonamid, antimalaria primaquin dan antipiretik tertentu (Khan, 2004).
Infeksi yang merangsang timbulnya hemolisis pada penderita diantaranya adalah
hepatitis virus, pneumonia dan demam thypoid. (Beutler, 1994)
Anemia hemolitik kronik non spherositik berhubungan dengan defisiensi G6PD jarang
ditemukan dan dapat terjadi tanpa adanya faktor pencetus stress oksidatif.
V.
DEFISIENSI G6PD DAN MALARIA
Defisiensi G6PD berhubungan dengan seleksi evolusi oleh infeksi malaria.
Di daerah endemik malaria, defisiensi G6PD ini berhubungan dengan pertahanan
terhadap infeksi malaria. Ini memberi kesan bahwa defisiensi tersebut menguntungkan
pada keadaan lingkungan tertentu.(Beutler, 1996, McKee and McKee, 2003). Orang
Persia yang bermigrasi kira-kira 1300 tahun yang lalu dari Iran, ke daerah endemik
malaria di Bombay dan Gujrat India, memiliki insiden tinggi terhadap defisiensi G6PD.
Sebaliknya insiden defisiensi G6PD rendah pada komunitas yang sama, yang tetap
tinggal di Iran (Mohanty et al., 2004)
Penelitian yang menunjukkan hubungan defisiensi G6PD dengan pertahanan
terhadap infeksi malaria ditemukan pada penderita defisiensi G6PD di daerah Afrika.
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
Dari hasil penelitian ini, pada penderita defisiensi G6PD variant A- didapati penurunan
resiko terinfeksi malaria 46-58% dari G6PD normal (Ruwende et al, 1995, Ruwende &
Hill, 1998). Pada penelitian yang dilakukan terhadap populasi ibu hamil, didapati
penurunan dari 66% terinfeksi malaria pada ibu hamil dengan G6PD normal menjadi
58% terinfeksi malaria pada penderita defisensi G6PD heterozygot dan 50% pada
penderita defisiensi G6PD homozygot (Mockenhaupt et al., 2003) .
VI.
KEUNTUNGAN EVOLUSI DARI G6PD
Walaupun defisiensi G6PD dapat terjadi pada populasi manapun di seluruh dunia,
di daerah tropis dan subtropis frekuensi kejadian defisiensi G6PD ini didapati lebih
tinggi. Tingginya frekuensi defisiensi G6PD di daerah tropis dan subtropis menyatakan
secara langsung dan tidak langsung bahwa defisiensi ini berhubungan dengan seleksi
evolusi oleh infeksi malaria.
Sebagian siklus hidup parasit malaria, plasmodium, berlangsung di dalam sel hostnya, yaitu sel hepatosit dan sel darah merah manusia. Pada sel darah merah yang
mengalami kelainan defisiensi G6PD, plasmodium tidak dapat hidup karena terjadi
penumpukan hidrogen peroksida. Lingkungan sel darah merah yang bersifat oksidatif
ini dapat dapat dengan mudah menghancurkan hidup plasmodium. Peroksida hidrogen
bersifat toksik langsung terhadap plasmodium. (Kamchonwongpaisan et al, 1989)
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
Persentase Parasit Malaria pada Sel Darah Merah
Defisiensi G6PD dan Normal (Proc. Natl. Acad. USA, 1983)
Walaupun tidak ada perbedaan invasi dan maturasi selama siklus hidup parasit di
dalam sel darah merah penderita defisiensi G6PD dibandingkan dengan sel darah
merah normal, tetapi fagositosis parasit terjadi 2,3 x lebih intens pada sel darah merah
yang defisiensi G6PD. Ini berhubungan dengan penurunan konsentrasi GSH pada sel
darah merah. Peningkatan fagositosis ini menurunkan maturasi parasit, sehingga
meningkatkan efisiensi pertahanan terhadap infeksi malaria pada penderita defisiensi
G6PD. (Cappadora et al., 1998)
Resistensi terhadap infeksi malaria pada penderita defisiensi G6PD juga
disebabkan
adanya
penurunan
sintesis
glukosa
6
fosfat
dehidrogenase-6-
fosofoglukonolaktonase parasit. (Sodeinde et al., 2003)Penderita defisiensi G6PD yang
mengkomsumsi kacang fava juga diketahui memiliki kemampuan bertahan dari infeksi
malaria. (Ginsburg et al., 1996)
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
VII
RANGKUMAN
Penyakit malaria sebagai salah satu penyakit infeksi,yang disebabkan parasit
Plasmodium, diperkiran dapat menyerang hampir 300-500 juta penduduk dunia
pertahun dan sebagai penyebab kematian sekitar 1-2 juta penduduk dunia pertahun
terutama di daerah Afrika. Manusia terserang penyakit ini akibat terinfeksi ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles
Defisiensi G6PD berhubungan dengan seleksi evolusi oleh infeksi malaria.
Di daerah endemik malaria, defisiensi G6PD ini berhubungan dengan pertahanan
terhadap infeksi malaria. Ini memberi kesan bahwa defisiensi tersebut menguntungkan
pada keadaan lingkungan tertentu. Tingginya frekuensi defisiensi G6PD di daerah tropis
dan subtropis menyatakan secara langsung dan tidak langsung bahwa defisiensi ini
berhubungan dengan seleksi evolusi oleh infeksi malaria.
Ini dapat terjadi karena sebagian siklus hidup parasit malaria, plasmodium,
berlangsung di dalam sel host-nya, yaitu sel hepatosit dan sel darah merah manusia.
Pada sel darah merah yang mengalami kelainan defisiensi G6PD, plasmodium tidak
dapat hidup karena terjadi penumpukan hidrogen peroksida. Lingkungan sel darah
merah yang bersifat oksidatif ini dapat dapat dengan mudah menghancurkan hidup
plasmodium. Peroksida hidrogen bersifat toksik langsung terhadap plasmodium.
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Beutler, E. (1996) G6PD: population genetics and clinical manifestations. Blood Review.
10(1): 45-52
Cappadoro, M., Giribaldi, G., O’Brien E., Turrini, F., Mannu, F., Ulliers, D.,
Simula, G., Luzzatto, L.,Arese, P. (1999) Early phagocytosis of glucose-6
Phosphate dehydrogenase (G6PD)-deficient erythrocytes parasitized by
Plasmodium falciparum may explain malaria protection in G6PD deficiency.
Blood. 92 (7): 2527-2534
Chiu, D.T., Liu, T.Z. (1997) Free radical and oxidative damage in human blood cells. J
Biomed Sci. 4(5): 256-259
Farmedia. (2005). Malaria Update (from basic science to clinical practice).
Available from URL: http://www.farmedia.or.id/
Frank, J.E. (2005) Diagnosis and management of G6PD deficiency.
Am Fam Physician. 72: 1277-1282
Ginsburg, H., Atamna, H., Shalmiev, G., Kanaani, J., Krugliak, M. (1996) Resistensi of
glucose-6-phosphate dehydrogenase deficiency to malaria: effects of fava bean
hydroxypyrimidine glucosides on Plasmodium falciparum growth in culture and on the
phagocytosis of infected cells. Parasitology. 113(Pt 1): 7-18
Hundsdoerfer, P., Vetter, B., Kulozik, A. (2002) Chronic haemolytic anaemia and
glucose-6-phosphate dehydrogenase deficiency. Case report and review of the
literature. Acta Haematol. 108(2): 102-105
Kamchonwongoaisan, S., Bunyaratvej, A., Wanachiwanawin, W., Yuthavong, Y. (1989)
Susceptibility to hydrogen peroxide of Plasmodium falciparum infecting glucose-6phosphate dehydrogenase-deficiencient erythrocytes. Parasitology.
99(Pt 2): 171-174
Kaplan, M., Beutler, E., Vreman, H.J., Hammerman, C., Levy-Lahad, E.,
Renbaum, P., Stevenson, D.K. (1999) Neonatal hyperbilirubinemia in glucose-6phosphate dehydrogenase deficiency heterozygotes. Pediatrics. 104: 68-74
Khan, M. (2004) Glucose 6 phosphate dehydrogenase deficiency in adult. J Coll
Physicians Surg Pak. 14(7): 400-403
Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., Rodwell, V.W. (2000) The
pentose phosphate pathway and other pathways of hexose metabolism In:
Harper’s Biochemistry. 25thed, pp 219-223. Appleton & Lange. America.
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
Mockenhaupt, F.P., Mandelkow, J., Till, H., Ehrhardt, S., Eggelte, T.A. and Bienzle, U.
(2003) Reduced prevalence of Plasmodium falciparum infection and of concomitant
anaemia in pregnant women with heterozygous G6PD deficiency. Tropical Medicine
and International Health 8(2):118-24
Mohanty, D., Mukherjee, M.B., Colah, R.B. 2004. Glucose-6-phosphate dehydrogenase
deficiency in India. India J Pediatr. 71: 525-529
Naylor, C.E., Rowland, P., Basak, A.K., Mason, P.J., Bautista, J.M., Vulliamy, T.J.,
Luzzatto, L., Adams, M.J. (1996) Glucose-6-phosphate dehydrogenase mutations
causing enzyme deficiency in a model of the tertiary structure of the human enzyme.
Blood. 7: 2974-2982
Oduola, T., Olayinka, A.A. (2004) Heinz body demonstration for glucose-6-phosphatedehydrogenase (G6PD) screening; Our experience at Ife, Nigeria. Journal of Medical
Laboratory Science. 13(1): 45-47
Roos, D., Zwieten, R., Wijnen, J.T., Gomez-Gallego, F., Boer, M.,
Stevens, D.,
Pronk-Admiraal, C.J., Rijk, T., Van Noorden, C.J.F., Weening, R.S., Vulliamy, T.J.,
Ploem, J.E., Mason, P.J., Bautista, J.M., Khan, P.M., and Beutler, E. (1999) Moleculer
basis and enzymatic propeties of Glucose-6-phosphate dehydrogenase Volendam,
leading chronic nonspherocytic anemia, granulocyte dysfuction, and increased
susceptibility to infections. Blood. 94(9): 2955-2962
Ruwende, C., Khoo, S.C., Snow, A.W., Yates, S.N.R., Kwiatkowski, D., Gupta, S.,
Warn, P., Cem, A., Gilbert, S.C., Peschu, N., Newbold, C.I., Greenwood, B.M., Marsh,
K., Hill, A.V.S. (1995) Natural-selection of hemizygotes and heterozygotes for G6PD
deficiency in Africa by resistance to severe malaria. Nature. 376(6537): 246-249
Ruwende, C & Hill, A. (1998) Glucose 6 phosphate dehydrogenase and malaria. J Mol
Med. 76(8): 581-588
Saunders, M.A., Hammer, M.F., Nachman, M.W. (2002) Nucleotide variability at G6pd
and the signature of malarial selection in humans. Genetics 162: 1849-1861
Tishkoff, S.A., Varkonyi, R., Cahinhinan, N., Abbes, S., Argyropoulos, G., Destro-Bisol,
G. (2001) Haplotype diversity and linkage disequilibrium at human G6PD: recent origin
of alleles that confer malarial resistance. Science; 293:455-462
Weng, Y.H., Chou,. YH., Lien, R.I. (2003) Hyperbilirubinemia in healthy neonates with
glucose-6-phosphate dehydrogenase deficiency. Early Human Dev. 71(2): 129-13
WHO. 2003. Indonesia-Malaria Situation in SEAR Countries.
Available from URL:http://www.whosea.org/
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
Download