BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi yang meminta siswa untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Penilaian ini sangat penting dalam proses pembelajaran. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah Bab V juga menyatakan bahwa penilaian autentik (authentic assessment) adalah pendekatan penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Penilaian ini dapat memberikan informasi yang menunjukkan kemampuan atau keterampilan peserta didik pada kondisi sebenarnya. Kemampuan peserta didik yang dinilai meliputi tiga aspek penting yaitu aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kunandar (2013: 36) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran penilaian dari berbasis tes menuju penilaian autentik yang meliputi ketiga aspek tersebut yang didasarkan pada pelaksanaan proses dan hasilnya. Penilaian autentik dapat dilaksanakan dengan baik apabila didukung oleh berbagai komponen, yang meliputi komponen konteks, masukan, proses, dan hasil. Komponen konteks berasal dari need assessment atau analisis kebutuhan dari penilaian autentik itu sendiri. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya baik dari aspek sikap, pengetahuan, maupun keterampilan. Namun, fenomena menunjukkan bahwa penilaian yang selama ini dilakukan hanya dari segi pengetahuan saja. Mulyasa (2008: 61–62) menyatakan bahwa Guru menggunakan tes tertulis untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik atau berbasis paper-and-pencil test. Penilaian yang seperti ini tentu belum dapat menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Oleh sebab itu, penilaian autentik diperlukan untuk menilai kemampuan siswa yang sebenarnya karena dapat menilai siswa secara keseluruhan mulai dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Komponen 1 2 konteks dalam penilaian autentik yang sesuai dengan kebutuhan, akan mempengaruhi komponen masukan yang tepat. Komponen masukan dalam penilaian autentik berhubungan dengan teknik, instrumen, prosedur, serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam penilaian autentik. Pada pelaksanannya, guru merasa rumit dalam memilih teknik penilaian autentik yang sesuai untuk mengukur kompetensi siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Retnawati, Hadi, dan Nugraha (2016) menunjukkan bahwa guru mengalami kesulitan dalam mengatur waktu penilaian autentik dan juga dalam memilih instrumen penilian. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gilang (2014) juga membuktikan bahwa penilaian individu dalam penilaian autentik yang rumit menjadi kendala tersendiri bagi guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013.Hal ini akan mempengaruhi komponen proses penilaian autentik. Komponen proses dalam penilaian autentik berhubungan dengan pelaksanaan penilaian autentik yang sesuai dengan standarnya. Apabila komponen proses berjalan dengan baik, hasil penilaian autentik akan dapat menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada kenyataannya, penilaian autentik pada saat pelaksanaan proses pembelajaran dirasa kurang optimal. Setyowati (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa guru di SMK Negeri 6 Surakarta merasa kesulitan dengan prosedur penilaian autentik pada kurikulum 2013 sehingga pelaksanaannya kurang maksimal. Pada sekolah tersebut, guru baru melaksanakan penilaian pengamatan, penilaian tertulis, penilaian lisan, dan penilaian proyek. Di samping itu, berdasarkan penelitian Nugrahedi (2016) guru di SMK Negeri 3 Surakarta belum sepenuhnya menerapkan pedoman penilaian kurikulum 2013. Guru di sekolah tersebut tidak membuat kisi-kisi dalam melaksanakan penilaian dan tidak medeskripsikan hasil belajar siswa secara detail. Pelaksanaan yang kurang optimal akan mempengaruhi komponen hasil penilaian autentik. Komponen hasil penilaian autentik berhubungan dengan pelaporan hasil penilaian belajar. Penilaian ini diharapkan dapat menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Kemampuan tersebut bersifat menyeluruh mulai dari 3 aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Apabila pelaksanaan penilaian autentik pada komponen proses kurang optimal, maka hasil dari penilaian juga kurang mampu untuk menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Adanya fenomena-fenomena mengenai pelaksanaan penilian autentik yang belum dilaksanakan sepenuhnya, mengakibatkan tujuan penilaian autentik tidak dapat tercapai dengan baik. Penilaian autentik yang seharusnya mampu menggambarkan kompetensi siswa yang sebenarnya menjadi tidak valid dan obyektif. Penilaian yang asal-asalan bisa saja overvalue atau undervalue. Overvalue bisa terjadi apabila guru memberikan nilai yang terlalu tinggi dibandingkan kemampuan siswa sebenarnya. Sehingga, masyarakat menilai anak tersebut pintar padahal tidak demikian. Sebaliknya, undervalue terjadi apabila guru memberikan nilai yang terlalu rendah dibandingkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebenarnya. Sehingga, masyarakat menilai anak tersebut bodoh padahal tidak demikian. Penilaian yang dilakukan dengan asal-asalan tidak dapat menggambarkan kemampuan siswa yang senyatanya. Hal ini berakibat ilmu yang diperoleh siswa menjadi tidak bermanfaat di masyarakat. Nilai dari hasil penilaian autentik menjadi tidak dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi tersebut, agar penilaian autentik dapat memberikan informasi yang menunjukkan kemampuan atau keterampilan peserta didik pada kondisi sebenarnya maka diperlukan evaluasi program penilaian autentik. Evaluasi tersebut berfungsi untuk mengukur keefektifan penilaian autentik dengan menggunakan model CIPP (Context, Input,Pprocess, Product) mengenai “Keefektifan Penilaian Autentik pada Pembelajaran Akuntansi di SMK Negeri Kota Surakarta”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut 1. Penilaian autentik belum dilaksanakan sepenuhnya oleh guru yang menerapkan kurikulum 2013. 4 2. Hasil penilaian autentik belum mampu untuk menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya dilihat dari aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan. 3. Guru merasa penilaian autentik rumit dan memerlukan waktu yang yang relatif lama dalam pelaksanaannya. 4. Kurangnya pelatihan atau workshop yang diberikan oleh kementrian pendidikan menjadi kendala dalam pengimplementasian penilaian autentik. 5. Kendala-kendala pelaksanaan penilaian autentik di SMK Negeri Kota Surakarta dapat dipengaruhi oleh empat komponen yaitu konteks (context), masukan (input), proses (process), produk (product). C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini hanya dibatasi pada komponen-komponen sebagai berikut 1. Komponen konteks, meliputi kesesuaian penilaian autentik dengan analisis kebutuhan penilaian. 2. Komponen masukan atau pendukung pelaksanaan penilaian autentik yaitu kompetensi guru dalam memahami dan melaksanakan penilaian autentik, kemampuan peserta didik, instrumen penilaian autentik, serta sarana dan prasarana. 3. Komponen proses meliputi seluruh kegiatan dalam pelaksanaan penilaian autentik. 4. Komponen produk atau hasil adalah pelaporan dari hasil pelaksanaan penilaian autentik yang dilakukan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dijabarkan diatas, rumusan masalah yang diambil adalah “Seberapa tinggi keefektifan penilaian autentik berdasar indikator model evaluasi program CIPP?” 5 E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Mengetahui keefektifan pelaksanaan penilaian autentik pada pembelajaran Akuntansi di SMK Negeri Kota Surakarta dari segi komponen konteks. 2. Mengetahui keefektifan pelaksanaan penilaian autentik pada pembelajaran Akuntansi di SMK Negeri Kota Surakarta dari segi komponen masukan. 3. Mengetahui keefektifan pelaksanaan penilaian autentik pada pembelajaran Akuntansi di SMK Negeri Kota Surakarta dari segi komponen proses. 4. Mengetahui keefektifan pelaksanaan penilaian autentik pada pembelajaran Akuntansi di SMK Negeri Kota Surakarta dari segi komponen produk atau hasil. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis a. Memberikan khasanah ilmu pengetahuan di bidang penilaian terutama penilaian autentik pada pembelajaran akuntansi. b. Menjadi referensi bagi peneliti untuk mengembangkan penilaian autentik pada pembelajaran akuntansi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Memberikan masukan bagi pihak sekolah dalam pelaksanaan penilaian autentik yang ditinjau dari komponen konteks (context), masukan (input), proses (process), dan produk (product). b. Bagi Guru Memberikan masukan kelebihan dan kelemahan penilaian autentik sebagai bahan perbaikan dalam proses pembelajaran akuntansi.