MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Aqidah Fakultas Program Studi Fakultas? Program Studi TatapMuka 06 Kode MK DisusunOleh Kode MK? Dra. Eva Maulina. M.M Abstract Kompetensi - - - Aqidah merupakan landasan yang mendasari seluruh aktivitas kehidupan Islami Suatu prilaku yang tidak berangkat dari landasan aqidah maka pelakunya disebut lentur Mahasiswa dapat menjelaskan dasardasar Aqidah Islam, konsep Tauhid dan Aplikasinya dalam kehidupan 2 MODUL 6 AQIDAH Artinya: Dialah Allah yang Maha Esa (1) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada Nya segala sesuatu (2) Dia tidak beranak dan tidak pula di peranakan (3) Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (4) Q.S Al Iklas (112) 1-4.1 Ayat ini dapat dikatakan sebagai konsep tauhid atau tentang konsep ke Esaan Allah SWT, yang sangat penting dalam ajaran Islam. Ayat ini menyediakan konsep Islam tentang moral manusia dan kedudukannya dalam alam ini, dan juga menyediakan kekuatan penggerak yang luar biasa yang dapat membangkitkan disiplin kepada manusia untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan hukum tata nilai Islam yang diridhai Allah SWT. Dengan meletakkan keridha’an Tuhan sebagai tujuan dari hidup manusia, maka Islam telah memberikan satu standar of morality, satu ukuran moral tertinggi kepada umat manusia dalam interaksi kehidupan. A. ARTI DAN DEFINISI AQIDAH Secara harfiah (bahasa), Aqidah berasal dari kata “Aqada ( ’udiq’ay ,(ع قد ()دقعي, aqdan ()ادقع, berarti ikatan atau keyakinan. Definisi Aqidah: ال ت صدي ق ب ال ج نان و ال قول ب ال ل سان وال عمل ب االرك ان "at-Tashdiqu bil-Jinan wal-Qoulu bil-Lisan wal-a’malu bil-Arkan” (Membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan mempraktekan dalam perbuatan/tindakan ). 2016 2 Pendidikan Agama Islam Dra. Eva Maulina,MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id lisan, dan 3 Aqidah merupakan dasar keyakinan dan komitmen tentang ke-Esa-an Allah SWT yang mengandung konsekuensi “attitude and behaviour” (sikap dan perilaku) ketauhidan dalam mennunaikan segala interaksi kehidupan. Tonggak awal sebagai fondasi rukun Iman (beraqidah) ialah keimanan kepada Allah SWT, hal ini memuat kriteria sebagai berikut : 1) Membenarkan dengan yakin akan “Ada Nya Allah”, 2) Membenarkan dengan yakin ada ke – Esaan – Allah baik dalam perbuatan, menjadikan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadah seluruh hambanya, 3) Membenarkan dengan yakin bahwa Allah bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, suci dari segala sifat kekurangan dan suci pula dari menyerupai segala yang baru2. B. DASAR-DASAR AKIDAH ISLAM Subjek yang paling mendasar dalam akidah Islam adalah iman kepada Allah SWT. Manusia yang mengapresiasi atau merespon eksistensi Allah disebut mukmin. Apresiasi dan respon itu tidak hanya pasif, melainkan aktif, bahkan proaktif. Sebab bila hanya memberi respon pasif, berarti hanya memberi pengakuan bahwa Tuhan itu hanya Allah SWT. Padahal jika respon itu aktif dan proaktif ia akan menggerakkan dirinya untuk menyembah-Nya, menghindari perbuatan durhaka, dan berprilaku mengikuti pedoman yang diberikan oleh-Nya, dan orang yang responnya aktif disebut muslim dan muhsin. Bagi orang Islam (muslim) disadari betul bahwa Allah SWT sebagai “Rabb” (perawat, pengasuh dan pendidik) bagi dirinya. Atau disadari betul bahwa Allah SWT sebagai “Khaliq” (penggerak cipta, rasa, dan karsa) bagi dirinya. Jadi seorang muslim berpikiran bahwa tiada yang buruk diberikan Allah sebagai khalik kepada dirinya, sehingga diri tetap kukuh dan gigih untuk berprestasi sebagaiman Sang Khaliq senantiasa berprestasi. Pengertian Khaliq meliputi : Pengatur dan Pemelihara serta Tuhan yang disembah {Q.S. Al An’am (6): 102}, pemberi bentuk {Q.S. Al Hasyr (59):24}, Tuhan Yang Maha Perkasa {Q.S. Ar-Ra’d (11):16} dan pemberi Rizki {Q.S. Fathir (35):3}. 7 Sistem keyakinan dalam ajaran Islam di bangun 6 (Enam) landasan Yang lazim disebut Rukun Iman yaitu sebagai berikut: 1. Iman Kepada Allah SWT Iman kepada Allah berarti meyakini akan eksistensi Allah, Kemahaesaan- Nya, Kemahaadilan-Nya, Kemahaperkasaan-Nya, Kemahapemurahan-Nya, 4 Kemahabesaran-Nya, Kemahapengampunan-Nya dan seterusnya yang disebutkan melalui sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna. Dalam al-Qur’an terdapat sejumlah ayat yang redaksionalnya terdapat kata iman, di antaranya terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 165 : yang artinya “Orang-orang yang beriman lebih mencintai Allah”.3 Berdasarkan teks ayat ini dapat diketahui bahwa iman adalah identik dengan asyaddu hubban lillah. Yang artinya “Sikap yang menunjukkan kecintaan atau kerinduan yang luar biasa terhadap Allah SWT”.4 Orang yang, beriman kepada Allah orang yang rela menggunakan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang dituntut Allah kepadanya. Sesuai dengan Q.S. Hujurat (49) : 7 yang artinya “Allah menjadikan kamu cinta kepada iman, maka iman itu indah dalam hatimu dan jiwamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.”5 Ke - Esaan Allah Dengan meneliti ayat-ayat yang menjelaskan Asma Allah yang sembilan puluh sembilan itu maka jelas bagi kita “Bahwa Allah itu Esa dalam Dzat, Esa dalam sifat dan Esa dalam perbuatan – Nya”. Sesuai dengan keyakinan umat Islam yang didasarkan pada Syahadataini yang merupakan ikrar pertama sebagai muslim, maka konsep Tauhid atau ke Esaan Tuhan, ialah yang termaktub dalam Al-Qur'an, Q.S.Al-Ikhlas (112): 1-4. Konsep tauhid seperti tersebut di atas itu, melahirkan sikap tauhid. Pola perilaku kompetensi, hasil karya dan cipta pada setiap nilai hidup tertentu. Oleh karena itu sikap dan perilaku Muslim itu antara lain dapat digambarkan sebagai berikut : 1) Sebagai muslim harus mampu menolak dan tidak menyembah yang selain Allah. Firman Allah dalam Q.S : Al Fatihah (1) ayat 5, yang artinya : "Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan6". 2) Mampu memohon pertolongan atau berdoa hanya kepada Allah. Sebagaimana firman Allah tersebut di atas. 3) Menjadikan hukum Allah sebagai pedoman hidup. Sebagai mana Firman Allah Q.S. A—An’am : 57 4) 2016 Tidak ada yang ditakuti kecuali Allah, Q.S. At-Taubah (9):18 4 Pendidikan Agama Islam Dra. Eva Maulina,MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5 5) Tidak mencintai sesuatu atau seseorang melebihi cintanya kepada Allah dan berjuang di jalan Allah. Firman Q.S. At-Taubah (9): 24, 6) Meyakini bahwa setiap yang hidup pasti diberi rezeki dan hanya Allah yang menentukan rezeki. Firman Allah Q.S. Huud (11): 6 7) Mengakui kekuasaan Allah yang mutlak dan kekuasaan yang ada pada manusia itu nisbi serta ditentukan oleh Allah yang memberi dan mengambil kembali kekuasaan itu dari siapa pun yang dikehendaki-Nya sebagai mana firma Allah Q.S. Ali Imron (3): 26, 8) Menyakini bahwa yang menentukan hidup dan mati itu Allah dan bahwa hidup dan mati itu untuk Allah. Sebagaimana Firman Allah Q.S. Ali Imron (3):145 9) Meyakini bahwa shalat (ibadat dalam artian khusus) pengabdian (ibadat dalam arti kata luas) hidup dan mati hanya untuk Allah semata. Sebagaimana firman Allah Q.S. Al-An'am (6) :126 Dengan cermat kita mengamalkan 9 (sembilan) sikap dan prilaku dalam uraian di atas, maka iman seorang dapat bersih dan tidak tercemar oleh unsur-unsur syirik, dengan demikian bagi seorang muslim dapat berbuat ibadah, bagi dirinya keluarganya, masyarakat dan negaranya dengan baik. ت ح لق ب أخ لق هللا Tauhid yang murni yang tidak bercampur oleh unsur syirik ia akan menjadi “Pokok emersi akhlak, pengertiannya adalah dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW artinya tumbuhkanlah dalam dirimu sifat-sifat Allah (Al- Hadist)7. Untuk memenuhi hadist ini yaitu menumbuhkan sifat-sifat Allah, harus diterima oleh jiwa bathin yang bersih iklas karena Allah semata karena Allah berfiman Q.S. An- Nisa (4) : 48 yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni Dosa Syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain (Syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki Nya8. Dari ayat di atas jelas bahwa Allah tidak ridha Ia dipersekutukan dengan sesuatu dalam beribadah kepada Nya, hanya dia sematalah yang berhak untuk diibadahi ditegaskan lagi dalam Q.S Al-Jin (72) : 18 yang artinya “Dan Sesungguhnya Masjid – Masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah9”. 6 “Agar dapat diterima ibadah disyaratkan harus benar, dan ibadah itu tidak benar kecuali dengan syarat. 1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil. 2. Sesuai dengan tuntunan Rasulullah”10 Lawan daripada tauhid adalah diistilahkan dengan syirik, yaitu mempersekutukan atau mempersamakan Allah dengan makhluknya yaitu: a. Percaya kepada Allah tetapi tidak mempunyai sikap dan pola perilaku seperti disebut dalam sembilan pokok di atas, sebagaimana firman Allah Q.S. Luqman (31) :25 dan 26, Misalnya pada masyarakat jahiliyah maupun masyarakat lain, zaman dahulu ataupun sekarang. Di samping itu, sebagaimana dilukiskan AlQur'an seperti Iblis yang meyakini Allah akan tetapi tidak mentaati. Allah menceritakannya dalam Al-Qur'an Q.S. Al-Baqarah (2) : 34, b. Percaya kepada Allah, melakukan dan memiliki sikap tersebut di atas akan tetapi ditunjukan tidak hanya kepada Allah, baik secara terselubung maupun terbuka, seperti firman Allah Q.S. Al-Isra (17) :111, c. Tidak percaya kepada Allah pada hakikatnya mempertuhankan selain Allah, seperti di antaranya para pemikir bebas yang mendewakan akalnya. Jadi yang disebut atheis itu adalah hakikatnya punya kepercayaan. Sebagaimana firman Allah Q.S. Al-Jaatsiyah (45):23. 2. Iman Kepada Malaikat. Iman kepada para Malaikat berarti meyakini keberadaannya sebagai makhluk Allah yang taat dan patuh kepada-Nya {Q.S. Al-Baqarah (2) :34, An-Nahl (16):491, serta mengimani tugas para Malaikat seperti mengawasi manusia { Q.S. Ar-Ra'd (13):11) dan sebagainya. Malaikat adalah makhluk sejenis ruh yang eksistensinya di luar jangkauan indera manusia sehingga tidak ada yang mampu mengetahui hakekat Malaikat kecuali Allah sendiri {Q.S. Al-Mutadatsir (74) :31). Malaikat diciptakan dari nur tertentu (H.R. Muslim) dan mempunyai kecepatan gerak luar biasa {Q.S. Al-Ma'arij (70):4}. Malaikat dalam keadaan.tertentu dapat berubah bentuk menjadi manusia, seperti ketika 2016 6 Pendidikan Agama Islam Dra. Eva Maulina,MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 7 datang dan bertamu kepada Nabi Ibrahim a.s. {Q.S Huud (11) :69-70 dan mendatangi Nabi Muhammad SAW untuk menanyakan tentang Iman, Islam dan Ihsan. Manusia dan makhluk lain bersumber dan bersifat materi dalam kemandiriannnya manusia tidak mampu menjangkau wujud Allah yang immateri, maka ia menjadikan Malaikat berasal dari cahaya memiliki dua dimensi yaitu dimensi materi dan dimensi immateri, sebagai perantara antara manusia (makhluk) dengan Allah. Dengan wujud (dimensi) materi Malaikat dapat berhubungan langsung dengan Allah. Jadi peran utama Malaikat adalah menjembatani antara Allah dan manusia (makhluk) Di antara peran Malaikat itu adalah : membisikan kebaikankebaikan kepada manusia {Q.S. Al-Qashash (28):10), juga sebagai perantara dalam menyampaikan wahyu Allah {Q.S.Asy-Syu'araa(26):193) perantara dalam melaksanakan hukum Allah {Q.S. Ali Imron (3): 42-43) sebagai penolong dan mendo'akan manusia {Q.S.: An-Najm (53):26 dan Asy-Syuura (42):5}, memberikan pertolongan kepada manusia dalam perkembangan rohaniah-Nya {Q.S AI-Ahzab (33):43}, mencatat tingkah laku dan perbuatan manusia {Q.S.Al-Infithar (82) :10-12), bertugas mencabut nyawa manusia {Q.S. An-Nisaa (4):97 dan Al-Nahl (16):28} Manusia beriman dituntut untuk bersedia patuh kepada Allah idealnya seperti kepatuhan malaikat atau secara essensial bersedia melaksanakan apa yang disampaikan malaikat kepada para Nabi baik berupa AI-Qur'an, kitab - kitab suci lainnya maupun shuhuf-shuhuf sebelumnya. 3. Iman Kepada Kitab-Kitab Suci Iman kepada kitab-kitab suci berarti mempercayai keberadaan dan kebenaran isinya. Kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para utusannya ialah Taurat kepada Nabi Musa AS., Injil kepada Nabi Isa AS.{Q.S Ali Imron (3):3}, Zabur kepada Nabi Daud AS. {Q.S Al-Israa (17):55) dan Al Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW {Q.S. Thahaa (20):113} Kitab-kitab Allah yang disampaikan kepada para Nabi mempunyai dan mengandung prinsip yang sama yaitu mengajarkan konsep tauhid QS Al-Anbiyaa (21) : 25 dan hubungan yang harmonis sesama manusia 8 Q.S Asy-Syuura (42): 13. Iman kepada kitab-kitab Allah juga berarti manusia harus meyakini bahwa kitab-kitab yang diturunkan kepada para Nabi itu antara satu dengan yang lainnya tidak ada yang bertentangan dan bahkan saling membenarkan serta menyempurnakan. Bedanya adalah bahwa kitab-kitab Allah sebelum Al Qur'an hanya ditunjuk kepada bangsa-bangsa tertentu dan untuk dilaksanakan dalam kurun waktu yang tertentu pula, sedangkan Al Qui an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad merupakan kitab terakhir untuk seluruh umat manusia yang bersifat universal dan berlaku sampai akhir zaman. 4. Iman Kepada Para Rosul Iman kepada para rasul juga berarti meneladani jejak langkahnya Q.S: A1-Mumtahanah (60): 4 dan Q.S AI-Ahzab - (33): 21 terutama dalam akhlak dan keteguhan imannya dalam menegakan kebenaran Allah. Para Nabi dan rasul jumlahnya banyak tetapi tidak semua nama dan kisah mereka jelaskan dalam QS Al-Mu'min (40):78 dan Q.S AnNisaa (4):164. Semua Nabi dan rasul utusan Allah - merupakan mata rantai yang tidak terputus semenjak Nabi Adam - sampai Nabi Muhammad SAW dan mempunyai tugas yang - sama yaitu untuk menyampaikan risalah Ilahi dan memberikan bimbingan serta contoh teladan bagi umatnya dalam menjalani hidup di dunia ini. 5. Iman Kepada Hari Akhir. Hari akhirat adalah ruang dan waktu yang akan dialami oleh segenap makhluk, khususnya manusia setelah berakhirnya kehidupan di dunia. Menurut Abdul 'Ala al Maududi manusia tidak dilepaskan begitu saja ke atas dunia ini sebagai orang biadab yang tidak bertanggung jawab. Manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu kepada Allah. waktu untuk mempertanggungjawabkan itu telah ditentukan oleh Allah yakni ketika kehidupan manusia di atas bumi ini berakhir dan berganti dengan kehidupan ukhrawi. Iman kepada hari akhir pada dasarnya ialah meyakini bahwa pada hari akhirat itu benar-benar akan terjadi. Sekurang-kurangnya ada dua hal yang mengharuskan akal menerima adanya hari akhirat. 2016 8 Pendidikan Agama Islam Dra. Eva Maulina,MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 9 Pertama hari kiamat/akhirat adalah konsekuensi logis dari tugas manusia sebagai khalifah. Kedudukan manusia sebagai khalifah tidak ada artinya apabila kedudukan dan fungsi itu tidak dievaluasi dan tidak dipertanggungjawabkan. Kedua hari akhirat merupakan perwujudan dari sifat Allah yang Maha Adil. Iman kepada hari akhirat belum sempurna sebelum orang yang meyakini bersedia mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Persiapan menuju hari akhirat adalah dengan memperbanyak kegiatan yang baik atau amal saleh dan meninggalkan semua perbuatan dan tingkah laku yang dilarang dan tercela. Komponen - komponen yang harus dipercaya dalam rangka iman pada hari akhir adalah a. Percaya bahwa dunia akan berakhir. b. Percaya bahwa manusia dan setiap yang bernyawa akan meninggal c. Percaya bahwa manusia akan dihidupkan kembali. d. Percaya bahwa seluruh amal manusia akan diperlihatkan. e. Percaya kepada adanya pengadilan Allah. f. Percaya kepada adanya ganjaran (pahala dan siksaan) g. Percaya kepada adanya surga dan neraka. Orang yang yakin akan adanya hari akhirat dan yakin pula bahwa ia bertanggungjawab terhadap segala perbuatan yang dilakukannya, akan membawa kesadaran terhadap adanya pengawasan yang tetap di dalam dirinya. Pengawasan itu akan memberi peringatan kepada dirinya setiap saat is menyimpang dari jalan yang benar. Kesadaran akan adanya pengawasan di dalam dirinya itu menyebabkan manusia menjadi takut kepada Allah kendatipun tidak ada orang lain yang menyaksikan perbuatannya. la akan melaksanakan kewajibannya dengan jujur dan tidak suka melakukan perbuatanperbuatan terlarang. Seandainya ia tergelincir pada suatu waktu dan terlanjur melanggar ketentuan Allah, maka ia senantiasa siap untuk bertaubat dan bertekad tidak melakukan perbuatan-perbuatan terlarang. 6. Iman Kepada Qadha dan Qadar Iman Kepada Qadha dan Qadar adalah Qadha artinya menentukan / memutuskan sesuatu, Qadha dan Qadar disebut juga 10 dengan takdir yaitu ketentuan Allah terhadap alam ini (termasuk manusia di dalamnya) menurut ukuran atau hukumhukum tertentu. Sayid Sabiq dalam bukunya “Aqidah Islam” mengatakan Qadar adalah peraturan... (ketentuan) yang telah dibuat Allah untuk segala yang ada dalam alam semesta ini berupa undang-undang umum atau kepastian yang dihubungkan dengan sebab akibat. Pengertian Qadha dan Qadar di atas mengandung arti bahwa segala sesuatu terjadi menurut ketentuan sebab musabab, kemauan manusia merupakan salah satu dari mata rantai sebab musabab itu. Dengan kata lain kepercayaan kepada takdir adalah pengakuan terhadap adanya hukum sebab akibat, pengakuan adanya hubungan yang lampau dengan sekarang dan yang akan datang. Komponen-komponen yang harus diyakini dan dilaksanakan dalam memahami qadha dan qadar adalah a. Allah memberikan sesuatu atau tidak adalah dengan dasar sunnatullah. b. Hidup dengan ikhtiar, usaha sungguh-sungguh doa dan tawakal c. Menyadari bahwa manusia di beri kebebasan oleh Allah untuk menentukan dan mewujudkan pilihannya. Dalam memahami takdir manusia harus hidup dengan ikhtiar, sebab dalam kehidupan sehari-hari nyatanya takdir Allah itu berkaitan erat dengan ikhtiar dan usaha manusia, usaha manusia itu haruslah maksimal diiringi dengan do'a dan tawakal. Tawakal yang dimaksudkan di sini adalah tawakal dalam arti menyerahkan hasil dan kesudahan usaha manusia kepada Allah dan sementara itu manusia harus terus berikhtiar serta yakin bahwa penentuan terakhir segala-galanya berada dalam kekuasaan Allah. Hikmah iman kepada qadha dan qadar terhadap kehidupan adalah : a. Memberi dorongan yang kuat dan positif untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan. Keyakinan kepada qadha dan qadar disini sebagai suatu kepercayaan yang menguatkan kekuatan pikiran untuk mengambil putusan bagi manusia dan juga akan menaikkan energi moralnya, serta mendorong manusia itu kepada tawakal dan sabar untuk mencapai tujuannya. 2016 10 Pendidikan Agama Islam Dra. Eva Maulina,MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 11 b. Mendorong seseorang untuk berusaha dengan giat dan sungguhsungguh serta mendorong untuk selalu berbuat baik. c. Memberikan keseimbangan kepada manusia dalam menerima nikmat dan cobaan, dalam arti bila ditimpa cobaan dia tidak akan mengeluh dan menyesal serta tidak akan putus asa, karena cobaan itu disebabkan kelalaian mereka sendiri, bila dapat nikmati ia tidak akan sombong, karena semua itu disebabkan kasih sayang Allah Q.S.AnNisa (4): 79. Baik dan buruk (jahat) bukanlah bikinan yang harus dicari-cari, semua itu adalah realitas-realitas yang cukup dikenal, dan bersamaan dengan itu cukup dipahami oleh semua orang11. kenyataan diatas telah disebut dalam firman Allah SWT. QS. A-Syam : (91) 8, Yang artinya adapun dan adapun orang-orang bakhil merasa dirinya cukup12 yang dimaksud dengan dirinya cukup ialah tidak memerluan lagi pertolongan Allah SWT atau tidak bertakwa kepada Nya. C. TINGKATAN DAN PERANAN AKIDAH DALAM KEHIDUPAN Kualitas akidah atau iman yang dimiliki seseorang itu berbeda antara satu dengan yang lain, sebab iman itu pada dasarnya berkembang dan tumbuh subur atau sebaliknya. Oleh sebab itu bila dilihat dari segi kualitas aqidah dapat dibedakan menjadi empat tingkatan yaitu 1. Tingkat Taqlid, yaitu berakidah yang hanya didasarkan atas pendapat orang lain tanpa dipikirkan lagi dan tidak mempunyai pendapat sendiri. Keimanan seseorang pada tingkat ini mudah tergoyahkan oleh situasi dan kondisi tertentu. 2. Tingkat yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas bukti dan dalil yang jelas tetapi belum sampai menemukan hubungan yang kuat antara obyek keyakinan dengan dalil yang diperolehnya, sehingga memungkinkan seseorang terpedaya oleh sanggahan-sanggahan atau dalil lain yang lebih rasional dan mendalam. 3. Tingkat ainul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas dalildalil rasional, ilmiah dan mendalam, sehingga mampu membuktikan hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang rasional terhadap sangahan-sanggahan 12 yang datang, sehingga tidak mungkin terpedaya oleh argumentasi, lain yang dihadapkan kepadanya. 4. Tingkat haqqul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang disamping didasarkan atas dalil-dalil rasional, ilmiah dan mendalam, juga mampu membuktikan hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang rasional kemanusiaan dapat menemukan dan merasakan keyakinan tersebut melalui pengalaman batin dalam pengalaman ajaran agama. Orang-orang yang telah memiliki akidah pada tingkat haqqul yakin tidak akan mungkin tergoyahkan oleh siapapun dan dari sisi manapun datangnya gangguan, ia akan berani berbeda dengan orang lain sekalipun hanya seorang diri dan ia akan berani mati untuk membela akidah itu sekalipun tidak ada orang yang mendukung dan berpihak kepadanya. Peranan dan pengaruh akidah terhadap kehidupan seorang muslim lebih lanjut dijelaskan oleh Abdul 'Ala al Maududi sebagai berikut : a. Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik b. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan sadar akan harga dan martabat diri. c. Menumbuhkan sifat rendah hati dan khidmat. d. Membentuk manusia menjadi jujur dan adil. e. Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi. f. Membentuk pendirian yang teguh, ketabahan dan optimisme. g. Menanamkan sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko, bahkan tidak takut pada maut. h. Menciptakan hidup damai dan ridha. i. Membentuk manusia menjadi patuh, taat dan disiplin menjalankan peraturan ilahi. D. FAKTOR-FAKTOR PEMBINAAN AKIDAH Iman seseorang itu tidak selalu tetap, ada kalanya iman itu kokoh dan baik atau dapat lemah dan turun. Untuk itu iman harus dibina terus menerus agar iman tetap kokoh dan mampu mengarahkan seseorang kepada perbuatan dan 2016 12 Pendidikan Agama Islam Dra. Eva Maulina,MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 13 prilaku yang baik dan terpuji. Di antara faktor yang dapat memperkokoh iman adalah : 1. Melaksanakan dan meningkatkan kualitas ibadah. Ibadah-ibadah wajib seperti sholat dan puasa bila dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dihayati dan ditambah dengan ibadah-ibadah sunat berarti menambah kedekatan diri kepada Allah dan akhirnya akan memperkokoh iman. 2. Mempelajari dan mendengar Al-Qur’an Mempelajari dan mendengar Al-Qur’an berarti menunjukkan seseorang telah bersedia untuk meningkatkan keyakinan terhadap Allah dan tandatanda kekuasaan-Nya serta akan lebih mendekatkan diri kepada Nya. 3. Zikir dan pikir. Zikir berarti mengingat, mengagungkan serta menyadari bahwa Allah selalu dekat dan mengetahui semua gerak-gerik perbuatan dan hati manusia. Pikir yang dimaksud disini merenungkan keindahan, kerapihan, keanekaragaman dan keteraturan alam semesta ini, dan juga merenungkan kejadian-kejadian di alam ini termasuk yang dialami oleh manusia. Kesadaran dan renungan-renungan yang disebut di atas akan mengantarkan seseorang semakin kenal dan dekat dengan Allah. 4. Amal Shaleh. Aural shaleh adalah amal yang benar, amal yang ada hubungannya dengan kebaikan seperti menolong orang, menengok orang sakit, menghindarkan orang dari kemungkinan ditimpa malapetaka, pekerjaan sosial dan sebagainya Pengertian amal shaleh mempunyai arti yang sangat luas yaitu semua perbuatan atau pelaksanaan amal yang benar dan baik sesuai dengan dasar-dasar keimanan. Dengan melaksanakan amal shaleh adalah bukti dari keimanan seseorang. Dengan kata lain semakin banyak amal shaleh – dilaksanakan dengan sendirinya semakin kokoh iman seseorang karena imanlah yang mendorong orang untuk melaksanakan amal shaleh tersebut. 5. Ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berasal dari renungan, penelitian, observasi dan pengamatan yang dilakukan manusia terhadap alam semesta ini dan termasuk manusia serta masyarakat. Ilmu pengetahuan yang 14 dikembangkan secara murni akan menggugah dan memperkuat kesadaran keimanan kepada Allah, karena yang direnungkan, diteliti, diobservasi dan diamati adalah ciptaan Allah. Keimanan yang didukung oleh ilmu akan mengangkat manusia ke derajat yang lebih mulia Q.S.Al-Mujadalah (58)11 EVALUASI 1. Jelaskan Pengertian Aqidah. 2. Ajaran Islam disebut Tauhid, menunjukkan Ke – Esaan Allah. Jelaskan / uraikan ke Esaan Allah tersebut ? 3. Q.S. Al-Ikhlas (112) 1-4 adalah konsep Tauhid. Terangkan bahwa konsep Tauhid harus melahirkan sikap Tauhid. 4. Jelaskan bahwa Tauhid yang murni tanpa tercemar oleh Syirik adalah akan menjadi pokok emersi akhlak. 5. Terangkan tingkatan dan peranan akidah dalam kehidupan seorang muslim. 6. Apa lawan dari pada Tauhid, jelaskan dengan contohnya. 7. Jelaskan bahwa dengan fikir dan dzikir orang akan sampai pada mengenal Allah. DAFTAR KUTIPAN Buku Sumber Al-Qur’an, Al-Hadist, dan Undang-undang. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya ( Jakarta: 1 Tim Perbaikan dan penyempurnaan Al-Qur’a, 1993), Edisi Baru, h. 1118 2 Hasbi Ashidiqi, Al-Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), Cet. Ke-1, hal. 45-46. 3 Departemen Agama RI, Op Cit, h. 41. 4 Tim Diknas, Iman dan Taqwa, (Jakarta: SK Dirjen Pendidikan Nasional RI (SK. No38/Dikti/Kep/2002), t.h. 5 Departemen Agama RI, Op. Cit., h 846 6 Zakiyah Derajat dan Tim, Buku Daras Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum, ( Jakarta: CV. Kuning Emas), h. 118. 2016 14 Pendidikan Agama Islam Dra. Eva Maulina,MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 15 7 T.M. Usman EL. Muhammadi, Ilmu Ketuhanan Yang Maha Esa (Jakarta, Penerbit Agus Salim, 1984), h. 85. 8 Departemen Agama RI , Op Cit, h, 126 9 Ibid. h. 982 10 Ibid, h. 818 Abul A’la Maududi, Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim , Edisi 11 terjemahan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 38 12 Departemen Agama RI, Op Cit., h. 1067