BAB II LANDASAN TEORI Data Statistik pertanian tanaman pangan ini dikumpulkan secara bertahap melalui suatu penelitian atau observasi langsung kelapangan dengan menggunakan metode pengumpulan yang sama yaitu melalui wawancara, kuesioner, dan studi lapangan (observasi) disetiap desa yang tergabung dalam wilayah Kecamatan Cipongkor. Pengumpulan data statistik tanaman pangan dilakukan untuk memenuhi data yang akan dijadikan dokumen di Kecamatan cipongkor tersebut, melalui kerjasama mantri atau dikenal dengan program penyuluhan pertanian (PPL) dengan petani. 2.1 Pengumpulan Data 2.1.1 Pengumpulan Data Luas Tanam Data luas tanam meliputi luas tanaman akhir bulan, dipanen berhasil, rusak/puso, penanaman baru(tambah tanam) yang pelaporannya dilakukan oleh mantri tani dengan menggunakan daftar SP-1A dan SP-1B. 2.1.2 Pengumpulan Data hasil Perhektar Data hasil perhektar diperoleh dari survei ubinan yang dilakukan secara sample pada setiap sub-round. Dalam satu tahun pada 3 (tiga)sub-round, yaitu sub-round 1 (Januari-April), sub-round II (Mei-Agustus) dan sub-round III (September-Desember). 9 10 2.2 Konsep dan Definisi Ada beberapa konsep dan definisi pengumpulan data lua lahan,jumlah tenaga kerja dan produksi diantaranya adalah: 2.2.1 Definisi Luas Lahan Luas lahan adalah merupakan luas areal persawahan yang akan ditanam padi pada musim tertentu. Pada umumnya lahan sawah merupakan lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang saluran untuk menahan/ menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut( BPS.Jawabarat Dalam Angka). Luas Lahan pertanian padi terbagi pada dua Bagian diantaranya : 1. Lahan Sawah Tanah sawah adalah tanah pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air dan biasanya ditanami padi sawah, tanpa memandang dari mana diperolehnya ataupun status dari tanah tersebut. Yang termasuk pada lahan sawah diantaranya adalah : a. Sawah berpengairan teknis Sawah yang memperoleh pengairan dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Jaringan seperti ini biasanya terdiri dari saluran induk, sekunder dan tersier. Saluran induk, sekunder serta bangunannya dibangun, dikuasai dan dipelihara oleh pemerintah. 11 b. Sawah Berpengairan Setengah Teknis Sawah berpengairan teknis akan tetapi pemerintah hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan jaringan selanjutnya tidak diukur dan dikuasai pemerintah. c. Sawah Berpengairan sederhana Sawah yang memperoleh pengairan dimana cara pembagian dan pembuangan airnya belum teratur, walaupun pemerintah sudah ikut membangun sebagian dari jaringan tersebut (misalnya biaya membuat bendungannya). d. Sawah Tadah Hujan Sawah yang pengairannya tergantung pada air hujan. e. Sawah Pasang Surut Sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi pasang surutnya air laut. F. Sawah lainnya Seperti lahan sawah lebak, polder dan rawa-rawa yang ditanami padi atau rembesan dan lain-lainnya. 2. Lahan Bukan Sawah/Lahan Ladang Tanah bukan lahan sawah adalah semua tanah yang tidak termasuk tanah sawah. Tanah yang berstatus tanah sawah yang tidak berfungsi lagi sebagai tanah sawah dimasukan sebagai tanah bukan lahan sawah (JawaBarat Dalam Angka: 2002). 12 Lahan bukan sawah merupakan semua lahan selain sawah yang meliputi : 1. Kebun, yaitu lahan kering yang biasanya ditanami tanaman semusim atau tahunan dan terpisah oleh halaman rumah serta penggunaannya tidak berpindah-pindah. 2. Huma, yaitu lahan bukan sawah yang biasanya ditanami tanaman musiman dan penggunaannya hanya semusim atau dua musim, kemudian akan ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi sehingga kemungkinan lahan ini beberpa tahun kemudian akan dikerjakan kembali jika sudah subur. 3. Tegal/Kebunan/Ladang/Huma, yaitu lahan kering yang ditanami tanaman musiman seperti padi ladang, palawija /hortikultura an letaknya terpisah dengan halaman sekitar rumah. 2.2.2 Luas Tanam Akhir Bulan Yang lalu Merupakan tanaman yang ada pada tanggal terakhir dari bulan yang lalu. Tanaman akhir bulan ini harus sama luasnya dengan tanaman pada awal bulan laporan. Disini luas tanaman yang akan digunakan sebagai bibit tidak digunakan. 2.2.3 Luas Tanaman yang Dipanen Berhasil Merupakan tanaman yang dipungut hasilnya setelah tanaman tersebut cukup umur. Disini ternasuk juga tanaman yang hasilnya hanya sebagian saja yang dapat dipungut (minimal 11 persen dari panen normal) baik yang diakibatkan oleh serangan hama ataupun bencana alam. 13 2.2.4 Luas Tanaman Rusak/Tidak Berhasil (puso) Kategori ini termasuk tanaman yang karena serangan jasad pengganggu ataupun bencana alam sedemikian sehingga tidak lebih dari hasil normal. Termasuk disini adalah tanaman yang sengaja dirusak sebelum waktu panen, baik karena serangan jasad pengganggu, bencana alam, untuk makanan ternak,atau sebab lain. 2.2.5 Luas Tanaman Baru (tambah tanam) Merupakan luas tanaman yang betul-betul ditanam baru (sebagai tanaman baru) pada bulan laporan, baik penanaman yang bersifat normal maupun yang dilakukan untuk mengganti tanaman yang dibabat/dimusnahkan (replanting) karena serangan hama ataupun sebab lainnya. 2.3 Definisi Tenaga Kerja Adalah banyaknya tenaga kerja (petani) sawah di Desa tersebut yang membudidayakan/mengusahakan tanaman padi dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidup. Atau sebagian hasilnya untuk dijual untuk memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko sendiri (Susilo Martoyo, Manajemen sumber Daya manusia(edisi ke-2) : 1998). Tenaga kerja yang dilakukan dalam pertanian yaitu meliputi : 1. Tenaga kerja manusia yaitu pekerjaan yang dilakukan dan diselesaikan oleh tenaga manusia 2. Mesin yaitu pengolahan sawah dilakukan dengan menggunakan mesin atau alat. 14 3. Hewan/ kerbau yaitu pengolahan sawah dilakukan oleh kerbau tanpa mesin. 2.3.1 Kegunaan Dengan pengolahan sawah menggunakan tenaga manusia, mesin dan hewan akan semakin mempermudah pengolahan sawah. Indikator ini bermanfaat sebagai wacana bagi pengambil kebijakan di tingkat daerah dalam pembuatan rencana ketenagakerjaan di wilayahnya. Disamping itu, indikator ini digunakan untuk mengetahui berapa banyak tenaga kerja manusia, mesin dan hewan untuk menghasilkan perkembangan hasil panen. 2.3.2 Cara Perhitungan Penghitungan jumlah tenaga kerja, mesin dan hewan dapat dilakukan dengan menjumlahkan luas lahan yang akan digarap oleh para petani di Kecamatan cipongkor kabupaten Bandung. Angka tersebut didapatkan dari melakukan wawancara dan observasi. Sedangkan persentase tenaga kerja dalam satu Desa dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah penduduk dan total jumlah penduduk. Rumus : Jumlah Tenaga Kerja = Manusia + Mesin+ Hewan % Tenaga Kerja = Luas lahanx100 hasil produksi 2.3.3 Interpretasi Semakin besar jumlah tenaga kerja di Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung tersebut maka semakin besar peluang untuk meluaskan lahan persawahan. Apabila hal ini tidak diikuti dengan peningkatan permintaan tenaga 15 kerja (kesempatan kerja) maka kebutuhan hidup sehari-hari akan menurun . Di samping itu, semakin besar jumlah tenaga kerja maka semakin besar kapasitas pada hasil panen dan luas lahan guna menopang hasil pertanian tidak produktif. 2.4 Keterangan Luas Tanaman Dan Bentuk Hasil Dalam Badan Pusat Statistic Ada beberapa keterangan mengenai luas tanaman dan bentuk hasil diantaranya adalah: 2.4.1 Data luas panen Data tentang luas panen, baik menurut sub-round, perdesa ataupun dikecamatan itu sendiri, disajikan dalam bentuk bersih, artinya sudah dikoreksi dengan luas galengan/pematang. Untuk data luas kerusakan/puso ataupun penanaman baru, semuanya merupakan luas kotor. 2.4.2 Data Bentuk produksi Bentuk produksi(hasil) untuk masing-masing jenis tanaman adalah sebagai berikut a. Padi sawah/ladang dalam bentuk gabah kering giling 2.5 Tujuan Hasil Panen (produksi) Tujuan dari hasil produksi yaitu petani dapat memperbesar hasil sehinga kehidupan seluruh keluarganya menjadi lebih baik. Untuk mencapai tujuan ini petani selalu memperhitungkan untung ruginya walau tidak secara tertulis. Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen(penerimaan, revenue) dengan biaya(pengorbanan, cost) yang harus dikeluarkan. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi, dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya 16 produksi. Agar tujuan usahatani tercapai maka usahataninya harus produktif dan efisien. Produktif artinya usahatani itu produktivitasnya tinggi. Produktivitas secara teknis adalah perkalian antara efisinsi (usaha) dan kapasitas (tanah). Efisiensi fisi mengukur banyaknya hasil produksi(output) yang diperoleh dari satu kesatuan(input). Kapasitas tanah menggambarkan kemampuan tanah itu menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkat teknologi tertentu(www.bpsjabar.go.id). 2.6 Hasil Produksi dan Biaya Produksi Hasil produksi dibagi menjadi : 1. Hasil produksi kotor(bruto), yaitu luas tanah dikalikan hasil perkesatuan luas. 2. Hasil produksi bersih (netto), yaitu hasil produksi kotor setelah dikurangi semua biaya yang dikeluarkan. 3. Pendapatan marginal, yaitu tambahan pendapatan yang didapat degan penambahan satu kesatuan biaya. Macam efisiensi usahatani: 1. Efisiensi produksi(fisik) yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi(input) 2. efisiensi ekonomi yaitu efisiensi yan dinilai dengan uang. Apabila rasio hasil bersih (netto) dengan biaya produksi makin tinggi berarti semakin efisien. Penggunaan faktor produksi dianggap paling efisien apabila faktor-faktor produksi itu sudah dikombinasikan sedemikian rupa sehingga rasio dari tambahan hasil fisik (marginal 17 physical product) dari faktor produksi dengan harga faktor produksi sama untuk stiap faktor produksi yang dipergunakan. Biaya produksi berdasarkan alat ukurnya: a. Biaya yang berupa uang tunai b. Biaya dalam bentuk inatura Biaya berdasar penggunaanya: a. Biaya tetap, yaitu jenis yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi b. Biaya variabel, Yaitu biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi c. Biaya total, yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Biaya produksi berdasar hubunganya dengan produksi : a. Biaya total rata-rata, yaitu merupakan pembagian dari seluruh biaya dengan produksi b. Biaya tetap rata-rata, yaitu besarnya biaya tetap dibagi dengan seluruh hasil produksi c. Biaya variabel rata-rata, yaitu besarnya biaya variabel dibagi dengan seluruh hasil produksi d. Biaya batas (marginal), yaiu tambahan biaya yang harus dikeluarkan petani untuk menghasilkan satu esatuan tambahan hasil produksi 18 2.7 Fungsi Produksi Fungsi prroduksi, yaitu suatu fungsi yang menunjukan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Secara matematis fungsi produksi : Y= f (X 1 , X 2 , ..., Xn Dimana : Y =hasil produksi fisik X 1 .....X n = faktor-faktor produksi Faktor produksi meliputi : luas lahan, tenaga kerja. Fungsi produksi ini menganut hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (law of diminishing returns), yaitu prilaku kenaikan hasil produksi yang semula naik terus dan pada suatu titik tertentu kenaikan produksinya akan menurun. Hukum ini disebut juga hukum mengenai proporsi yang variabel (law of variable proportions), yaitu hukum yang menerangkan prilaku kenaikan hasil produksi tambahan, bila salah satu faktor produksi variabel dinaik turunkan dengan membiarkan faktor produksi lainnya, Sehingga perbandingan jumlah (proporsi) faktor-faktor produksi berubah. Efisiensi skala produksi dapat dibagi antara lain : a. Increasing return to scale(skala produksi yang menaik), yaitu merupakan laju kenaikan produksi yamng menaik (lebih besar dari kenaikan sebelumnya) b. Constant return to scale( skala produksi yang tetap), yaitu efisiensi skala kenaikan hasil produksi hanya sebanding atau tetap sama dengan hasil sebelumnya 19 c. Decreasing return to scale( efisiensi skala produksi yang menurun), yaitu skala kenaikan prodduksi dengan hasil produksi yang menurun (lebih kecil dari kenaikan sebelumnya). 2.8 Kombinasi Hasil-Hasil Produksi Macam kombinasi hasil produksi antara lain : a. Komoditi gabungan (joint product), yaitu komoditi-komoditi yang secara bersama-sama keluar dari satu proses produksi, misal : beras dan bekatul b. Komoditi yang bebas bersaing (competitive independent product, substitutes), yaitu komoditi-komoditi yang bersangkutan berdiri sendiri dan bahkan saling bersaing. Misal : Padi dan tebu. c. Komoditi komplementer, yaitu kenaikan komoditi yang satu malah menaikan produksi lainnya Misal : Krotolaria dan padi. d. Komoditi suplemementer, yaitu produksi satu komoditi dapat ditambah tanpa mempunyai pengaruh mengurangi atau menambah produksi komoditi lainnya. Misal : Usahatani padi dan kerajinan tangan. 20