etika administrasi

advertisement
SRI SULASMIYATI, S.Sos, M.AP
http://sulasmiyati.lecture.ub.ac.id/
PENDAHULUAN
 Istilah “Etika”, berasal dari kata Yunani ethos yang
berarti sifat, adat, kebiasaan atau watak dan kata
jadian “ta ethika” yang dipakai filsuf Plato dan
Aristoteles (384 - 322 SM) untuk menerangkan studi
mereka tentang nilai-nilai dan cita-cita Yunani.
Etika dan Administrasi
 Etika adalah dunianya filsafat, nilai, dan moral. Administrasi
(bisnis) adalah dunia keputusan dan tindakan.
 Etika bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan
buruk.
 Administrasi (bisnis) adalah konkrit dan harus mewujudkan apa
yang diinginkan (get the job done).
 Pembicaraan tentang etika dalam administrasi adalah
bagaimana mengaitkan keduanya.
 Bagaimana gagasan-gagasan administrasi —seperti ketertiban,
efisiensi, kemanfaatan, produktivitas— dapat menjelaskan etika
dalam prakteknya,
 Bagaimana gagasan-gagasan dasar etika –mewujudkan yang baik
dan menghindari yang buruk itu—dapat menjelaskan hakikat
administrasi.
Pengertian Administrasi
 Hodgkinson (1978: 5). Mendefinisikan ”Administrasi
adalah aspek-aspek yang lebih banyak berurusan
dengan formulasi tujuan, masalah-masalah yang
menyangkut nilai, dan komponen manusia dalam
organisasi.
Administrasi
 hasil pemikiran penalaran manusia yang disusun
berdasarkan dengan rasionalitas dan sistematika yang
mengungkapkan kejelasan tentang objek formal, yaitu
pemikiran untuk menciptakan suatu keteraturan dari
berbagai aksi dan reaksi yang dilakoni oleh manusia
dan objek material, yaitu manusia yang melakukan
aktivitas administrasi dalam bentuk kerjasama
menuju terwujudnya tujuan tertentu.
PENGERTIAN ADM. SEBAGAI PHILOSHOPY
IN ACTION
 Administrasi adalah filsafat dalam tindakan.
 filsafat
dan
administrasi,
keduanya
saling
berhubungan dan memiliki relevansi satu sama lain.
 Filosofi adalah proses berpikir benar dan proses
penilaian rasionalitas atau logika dan nilai-nilai.
Aktivitas ini yang menjadikan administrasi menjadi
filasat.
 Administrasi dapat dipahami sebagai “rasionalitas
yang diterapkan dalam hubungan sosial” dan secara
berkelanjutan sebagai sebuah “system artificial ‘
(Thompson, 1975, 76)
Etika sebagai ilmu
 Menurut Johnson (1989) dalam Ernawan (2007,2-3)
Etika adalah merupakan suatu cabang ilmu filsafat,
tujuannya adalah mempelajari perilaku, baik moral
maupun immoral, dengan tujuan membuat
pertimbangan yang cukup beralasan dan akhirnya
sampai pada rekomendasi yang memadai yang
tentunya dapat diterima oleh suatu golongan tertentu
atau individu.
Istilah - istilah
 Moral, dari bahasa Latin mos (jamak: mores), artinya:
cara hidup atau kebiasaan.
 Norma, dalam bahasa Latin, norma berarti penyiku
atau pengukur, dalam bahasa Inggris, norm, berarti
aturan atau kaidah.
 Nilai, dalam bhs Inggris value, berarti konsep tentang
baik dan buruk baik yang berkenaan dengan proses
(instrumental) atau hasil (terminal)
DEFINISI
Menurut Bertens (2001: 6) berdasarkan penjelasan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (l988) dikemukakan tiga
arti dari kata etika sebagai berikut.
 Etika dipakai dalam arti : nilai-nlai dan norma-norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya.
 Etika sebagai kumpulan asas atau nilai moral , yaitu sebagai
kode etik.
 Etika digunakan untuk menunjuk bidang ilmu, yaitu
pengkajian secara reflektif tentang nilai –nilai moral dalam
masyarakat dengan penelitian sistematis dan metodis. Dalam
arti ini, maka etika adalah sebagai cabang filsafat yang
menjadikan moralitas sebagai kajiannya atau disebut filsafat
moral.
Etika dan moral
 Etika lebih condong kearah ilmu tentang baik dan
buruk. Selain itu etika lebih sering dikenal sebagai
kode etik.
 Moral berasal dari bahasa latin “mores” yang berarti
adat kebiasaan.
 Dalam bahasa Indonesia kata moral berarti akhlak
atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib
batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi
pembimbing tingkah laku dalam hidup
PENGERTIAN ETIKET
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “etiket”,
yaitu : Etiket (Perancis) : adat sopan santun atau tata
krama yang perlu selalu diperhatikan dalam
pergaulan agar hubungan selalu baik.
BEDA ETIKA & ETIKET
K. Bertens memberikan 4 (empat) macam perbedaan etiket dengan
etika, yaitu :
1.
Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus
dilakukan manusia. Misal : Ketika saya menyerahkan sesuatu
kepada orang lain, saya harus menyerahkannya dengan
menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya
dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket.
Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan
sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri. Misal :
Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin
karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin sama
artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri” merupakan suatu
norma etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah pencuri
tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri.
2. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak
seorang diri (ada orang lain di sekitar kita). Bila tidak
ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi
mata, maka etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang
makan bersama bersama teman sambil meletakkan
kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap
melanggat etiket. Tetapi kalau saya sedang makan
sendirian (tidak ada orang lain), maka saya tidak
melanggar etiket jika saya makan dengan cara
demikian.
 Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau
bersama orang lain. Misal: Larangan mencuri selalu
berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang lain. Atau
barang yang dipinjam selalu harus dikembalikan
meskipun si empunya barang sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan
dalam satu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan
dalam kebudayaan lain. Misal : makan dengan
tangan atau bersendawa waktu makan.
 Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan
membunuh” merupakan prinsip-prinsip etika
yang tidak bisa ditawar-tawar.
4. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah
saja. Orang yang berpegang pada etiket bisa
juga bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang
tampil sebagai “manusia berbulu ayam”, dari
luar sangat sopan dan halus, tapi di dalam
penuh kebusukan.
 Etika memandang manusia dari segi dalam.
Orang yang etis tidak mungkin bersifat
munafik, sebab orang yang bersikap etis pasti
orang yang sungguh-sungguh baik.
Konteks Etika
Sumber Etika
Agama
Tradisi
Filsafat
Etika
Hukum
Politik
Ekonomi
Sosial
Profesi
Seni
Administrasi
Penerapan Etika
16
Hukum dan Etika
 Keduanya mengatur perilaku individu
 Terdapat perbedaan: ilegalitas tidak selalu berarti tidak
etis
 Hukum bersifat eksternal dan dapat ditegakkan tanpa
melibatkan perasaan, atau kepercayaan orang (sasaran
hukum), sementara etika bersifat internal, subyektif,
digerakkan oleh keyakinan dan kesadaran individu.
17
 Hukum dalam konteks administrasi adalah soal
pemberian otoritas atau instrumen kekuasaan
 Basis dari hukum adalah etika, dan ketika hukum
diterapkan harus dikembalikan pada prinsip-prinsip
etika
 Banyak kasus, secara hukum dibenarkan tapi secara
etika dipermasalahkan [trend anak politisi yang jadi
calon anggota legislatif]
18
Empat Hirarki Etika
Makro
Etika Sosial
Etika organisasi
Etika profesi
Moralitas pribadi
Mikro
19
Moralitas Pribadi
 Konsep baik-buruk, benar-salah yang telah
terinternalisasi dalam diri individu
 Produk dari sosialisasi nilai masa lalu
 Moralitas pribadi adalah superego atau hati
nurani yang hidup dalam jiwa dan menuntun
perilaku individu
 Konsistensi pada nilai mencerminkan kualitas
kepribadian individu
 Moralitas pribadi menjadi basis penting dalam
kehidupan sosial dan organisasi
20
Etika profesi
 Nilai benar-salah dan baik-buruk yang terkait
dengan pekerjaan profesional
 Nilai-nilai tersebut terkait dengan prinsip-prinsip
profesionalisme (kapabilitas teknis, kualitas kerja,
komitmen pada profesi)
 Dapat dirumuskan ke dalam kode etik profesional
yang berlaku secara universal
 Penegakan etika profesi melalui sanksi profesi
(pencabutan lisensi)
21
Etika Organisasi
 Konsep baik-buruk dan benar-salah yang terkait




dengan kehidupan organisasi
Nilai tersebut terkait dengan prinsip-prinsip
pengelolaan organisasi modern (efisiensi, efektivitas,
keadilan, transparansi, akuntabilitas, demokrasi)
Dapat dirumuskan ke dalam kode etik organisasi
yang berlaku secara universal
Dalam praktek penegakan kode etik organisasi
dipengaruhi oleh kepentingan sempit organisasi,
kepentingan birokrat, atau kepentingan politik dari
politisi yang membawahi birokrat
Penegakan etika organisasi melalui sanksi organisasi
22
Etika Sosial
 Konsep benar-salah dan baik-buruk yang terkait




dengan hubungan-hubungan sosial
Nilai bersumber dari agama, tradisi, dan dinamika
sosial
Pada umumnya etika sosial tidak tertulis, tetapi
hidup dalam memori publik, dan terinternalisasi
melalui sosialisasi nilai di masyarakat
Etika sosial menjadi basis tertib sosial [Jepang, tidak
boleh mengganggu dan merepotkan orang lain]
Masyarakat memiliki mekanisme penegakan etika
sosial, yaitu melalui penerapan sanksi-sanksi sosial
[diberitakan sebagai tersangka]
23
THE END
24
Download