dunia islam REPUBLIKA ● AHAD, 27 FEBRUARI 2011 FOTO-FOTO: MUHAMMAD NAJIB masjid berharap masjid jami yang akan berdiri di Kota Ekaterinburg itu tak hanya berfungsi sebagai tempat shalat saja. Namun, masjid itu akan berfungsi sebagai Islamic Center—pusat kegiatan kaum Muslim di kota itu. Bahkan, di masjid itu pula diharapkan berdiri madrasah untuk mendidik anak-anak Muslim ilmu-ilmu keislaman. Islam di Ekaterinburg Mendambakan Masjid Jami SAAT INI, UMAT ISLAM DI KOTA EKATERINBURG MASIH BERIBADAH PADA SEBUAH MASJID SEMIPERMANEN YANG TERBUAT DARI KAYU. Oleh Muhammad Zainun Najib umat (18/2) lalu, sinar matahari tak mampu menghangatkan suhu di Kota Ekaterinburg, ibu kota Ural, salah satu negara federasi yang terletak wilayah timur Rusia. Pada musim dingin ini, wilayah Ekaterinburg benar-benar diselimuti udara dingin yang terbilang ekstrem. Hari itu, suhu Kota Ekaterinburg mencapai minus 25 derajat. Namun, cuaca yang ekstrem itu tak menyurutkan langkah umat Muslim di wilayah itu untuk menunaikan ibadah shalat Jumat di masjid. Mereka dengan penuh semangat tetap menunaikan kewajibannya sebagai seorang Muslim. Di Jalan Chapaeva–Dekabirstov, Ekaterinburg tampak beberapa orang memasuki sebuah pintu gerbang yang terbuat dari kayu. Ternyata, mereka adalah kaum Muslim yang akan menunaikan shalat Jumat di sebuah masjid kecil. Ya, di jalan itu memang terdapat sebuah masjid yang ukurannya terbilang kecil. Namanya, Masjid Nur Usman. Ukurannya sekitar 7x12 meter persegi. Masjid Nur Usman mulai dibuka dan dijadikan sebagai tempat ibadah kaum Muslim pada musim gugur 2010. Masjid tersebut dibuka oleh Mufti Rusia bernama Rovil Gainuddin. Lantaran ukurannya yang tak terlalu besar, masjid itu hanya mampu menampung sekitar 150 jamaah. Semangat Muslim di Ekanterinburg untuk menunaikan shalat Jumat terbilang amat tinggi. Jauh sebelum shalat dimulai, mereka telah datang dan berkumpul di dalam masjid. Mereka sudah berdatangan sejak pukul 11.00 waktu setempat—satu jam lebih lambat dibandingkan waktu Indonesia bagian barat. Sambil menunggu waktu shalat Jumat tiba, para jamaah yang telah hadir dalam masjid mengisinya dengan melantunkan ayat-ayat suci Alquran. Mereka membaca J surah Yasin dam Tabarak. Jam menunjukkan pukul 13.20, waktu Zuhur pun telah tiba. Seluruh jamaah telah mengisi setiap ruang yang tersedia di Masjid Nur Usman. Muazin pun segera mengumandangkan azan. Khatib berdiri di depan jamaah dan memulai khutbahnya. Meski jumlah jamaah yang shalat di masjid itu hanya sekitar 150 orang, namun mereka berasal dari beragam etnis dan kalangan. Mereka antara lain berstatus sebagai pekerja dan pelaku bisnis yang berasal dari Uzbekistan, Tajikistan, Kirgizstan, Turki, serta etnis Tatar. Setelah shalat Jumat usai, imam memimpin zikir. Sudah menjadi sebuah tradisi , Muslim di Ekaterinburg seusai menunaikan shalat Jumat saling bersalaman satu dengan yang lainnya. Setelah selesai bersalaman, mereka membuat lingkaran dan majelis ditutup dengan doa yang dibacakan oleh imam atau orang yang ditunjuk oleh imam. Pembangunan masjid jami Seiring dengan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas ibadah yang layak, Muslim di Ekaterinburg mendambakan hadirnya sebuah masjid jami. Sejatinya, ide pembangunan masjid jami di Ekaterinburg, ibu kota Ural itu, sudah mulai digulirkan sejak tahun 2008. Saat ini, di pusat kota hanya ada gereja dan sinagog. Rencananya, pemerintah kota menginginkan masjid itu hadir sebagai pelengkap tempat ibadah tiga agama yang ada di pusat Kota Ekaterinburg. Namun, rencana pembangunan masjid bisa dikatakan statis. Sementara ini, bangunannya masih semipermanen dan dipakai hanya untuk melaksanakan shalat Jumat saja. Masjid itu masih menggunakan gas tabung sebagai penghangat ruangan. Jika tabung habis atau telat datang, jamaah shalat Jumat terpaksa harus shalat dalam kondisi kedinginan. Listrik pun belum terpasang. Tempat untuk berwudhu juga belum ada. Beberapa pengurus Kota Terbesar Ketiga di Rusia Oleh Heri Ruslan mat Islam yang menyebar di berbagai wilayah Rusia tercatat sebagai komunitas Muslim terbesar di Eropa. Kaum Muslimin di negeri Beruang Merah berasal dari 40 etnis dan berjumlah sekitar 20 juta jiwa. Mayoritas komunitas Muslim Rusia tinggal di kawasan Volga-Ural dan Kaukasus Utara. Pegunungan Ural sering disebut dengan Ural atau Pegunungan Riphean dalam bahasa Greco-Roman adalah barisan rantai pegunungan yang menjalar ke bagian utara dan selatan melewati bagian barat Rusia. Pegunungan Ural adalah salah satu dari barisan pegunungan yang paling tua dan masih bertahan. Ekaterinburg adalah ibu kota dari U pegunungan Ural. Kota terbesar ketiga di Rusia itu menjadi rumah bagi umat Islam. Tak ada data pasti tentang jumlah umat Islam di Kota Ekaterinburg. Kota biasa juga dikenal dengan nama Yekaterinburg itu populasinya mencapai 1,3 juta jiwa. Di kota yang didirikan pada 1723 oleh Vasily Tatischev dan Georg Wilhelm de Gennin itu, umat Islam sudah mulai menunjukkan eksistensinya. Pertengahan 2010, di pusat kota Ekaterinburg telah dibuka sebuah toko pakaian Muslim pertama. Toko Muslim milik Ruzaliya Akhmatova itu bernama Khabiba yang berarti “Yang Tercinta”. Toko itu menawarkan berbagai jenis pakaian yang biasa dipakai oleh Muslimah. Sang pemilik toko berencana untuk mempekerjakan lebih banyak perancang jika permintaan pakaian Muslimah terus meningkat. Tak hanya itu, toko itu juga bertekad untuk menyediakan pakaian untuk pria Muslim. Tatar, Bashkir, and Kazakh adalah beberapa minoritas Muslim yang tinggal di Sverdlovsk Oblast di kawasan Ural Rusia. Sementara itu, di Chechnya, Arzhiyeva bersaudara diberi tanggung jawab oleh pemerintah setempat untuk menciptakan pakaian tradisional Chechen di Republik Muslim yang telah menjalani dua kali perang separatis dengan Moskow sejak pertengahan tahun 1990-an. “Kami mencoba untuk memasukkan standar busana Islami ke dalam koleksi kami, cocok untuk wanita Kaukasus dan Timur,” ujar Laura Arzhiyeva seperti dikutip Reuters. Diluncurkan pada bulan Oktober 2009, rumah desain mereka adalah proyek kesayangan Medni Kadyrova, istri pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov. ■ Kegiatan Muslimah Semangat menjalin ukhuwah Islamiyah juga ditunjukkan oleh Muslimah di Ekaterinburg. Bertamu dan saling mengunjungi merupakan kegiatan yang biasa dilakukan para Muslimah di kota itu. Dengan saling mengunjungi, mereka merasa mempunyai saudara seagama dan tak merasa sepi. Dalam kesehariannya, para Muslimah di Kota Ekaterinburg juga bekerja. Di tempat kerja, mereka berinteraksi dengan non-Muslim. Sebagai minoritas, tentu saja mereka sangat sulit untuk berlaku normal sebagai seorang Muslimah. Untuk itulah, sekali dalam sepekan, Muslimah di kota itu membuat agenda saling mengunjungi satu sesama lainnya. Layaknya kegiatan arisan ibu-ibu di Indonesia, acara setiap pekan itu bertujuan untuk melepas kangen dengan saudara seiman. Karena di rumah mereka pun, bisa jadi tak semuanya satu iman. Sebenarnya setiap hari Ahad mereka berkumpul di masjid untuk belajar agama (ngaji). Namun, pertemuan di masjid terasa belum cukup bagi mereka. Ketika bertemu sesama Muslimah, mereka merasa nyaman untuk berbicara karena di tempat kerja sangatlah susah untuk mengucap kata seperti astaghfirullah, alhamdulillah, subhanallah, atau zikir-zikir lain yang sudah akrab dalam keseharian mereka. Selain itu, mereka juga merasa tidak sendiri. Begitulah potret kehidupan umat Muslim di Kota Ekanterinburg, ibu kota Ural, Rusia. ■ ed: heri ruslan. Penulis adalah mahasiswa S2 Filsafat, Uralski Gosudartvenni Universitet, Ural, Sverdlovskaya Oblast, Rusia. B10