WAJAH IKLAN DAN MASYARAKAT KOTA

advertisement
WAJAH IKLAN DAN MASYARAKAT KOTA
Pengamatan iklan berwarna pada majalah tahun 1978 – 1987 (mengambil contoh acak) :
TEMPO, FEMINA, KARTINI, GADIS, PERTIWI, DEWI. Pengamatan ditujukan terutama
pada wajah/ faktor rupa; menempatkan “komponen kata” sebagai pelengkap pengamatan.
Pengamatan mencoba mencari arti dan peranan iklan pada tingkah laku dan gaya hidup
masyarakat kota Jakarta.
Kehidupan sehari hari telah dikepung oleh iklan; secara gencar mencuri “waktu” kita dan
“pemandangan” kita, telinga kita dan mata kita. Hal ini sangat jauh berbeda dengan apa
yang kita alami duapuluh tahun yang lallu.
Pada masa itu iklan tak menduduki porsi yang besar dalam keseharianperhatian kita.
Masalahsosial politik dan budaya merupakan pusat perhatian dalam berbagai “ruang” yang
dapat dijelajahi media informasi dan komunikasi.
Dalam duapuluh tahun saja keadaan telah sangat berubah. Secara fisik iklan telah menjadi
demikian penting, yang mana dapat kita lihat dari kenyataan :
Berpuluh-puluh radio swasta niaga..berbanding : 1 RRI. Menyiarkan iklan minimal tiap
jam 15 menit.. belum termasuk lewat sandiwara radio & diantara lagu-lagu.
Ketentuan Deppen untuk alokasi iklan di media Cetak.
60% berita 40% iklan
Dari media cetak merupakan batas maksimum iklan, yang bagi media “kuat” sering
lebih...banyak tempat strategisdi media cetak digunakan untuk iklan.
Taman Rekreasi : korsi, payung, dinding, papan, stiker, poster.
Tempat umum : tembok, sheleter, trminal, kendaraan umum.
Gedung Bioskop, tempat pertunjukan, Lapangan Olahraga, hampit tak ada tempat yang tak
diisi iklan, smpaipun kantong belanja, kemasan, Tshirt, baju, gelas, piring, alat tulis, buku
memo, gantungan kunci dlsb.
Pesan iklan : MEMBUJUK KITA SUPAYA MEMBELI.
Sebagai alat komunikasi perdagangan, iklan melakukan segala usaha dengan perhitungan
ekonomi yang terukur dan target yang terarah pada “transaksi dagang” : nilai ekonomi,
segman pasar dan daya saing, distribusi. Target keuntungan , sasaran pembeli, tingkah laku
& kebiasaannya, kebutuhan, motivasi, daya beli dan siasat untuk mendorong orang pada
transaksi pembelian.
Dengan cara apapun iklan berusaha menciptakan ‘kebutuhan” sebagai alasan agar suatu
produk punya nilai untuk dibeli.
Produk makin hari makinmeningkat jumlahnya, baik jenisnya, maupun jumlah merek pada
jenis yang sama. Persaingan meninggi diantara barang-barang produk itu. Semua berusaha
menyampaikan informasi akan kehadirannya. Masing-masing ingin lebih dibutuhkan dari
yang lain.
Di sini baik barang produk maupun iklan menghadapi masalahnya cara untuk menangkap
perhatian orang – menciptakan “kebutuhan “ makinhari makin perlu digarap.
Di tengah hiruk-pikuk penawaran kebutuhan ini pengiklan
berusaha keras mengatur siasat agarbisa tertangkap oleh
jutaan orang yang lalu lalang ditengah hujan informasi.
Tidaklah mengherankan bahwa iklan saat ini telah menjadi
suatu komplotan antar berbagai disiplin ilmu : ekonomi,
pemasaran, komunikasi, sosiologi dan psikologi – yang
makin hari makin PIAWAI DALAM PERKARA
MENJEBAK ORANG.
Karena lahan yang digarapadalah masyarakat kota (kasus pengamatan ini), maka dalam
memanah diperhatikan beberapa hal :
ANGAN-ANGAN, keinginan, harapan,
cita-cita, dorongan nafsu, obsesi, mimpi
dan niat-niat terpendam lain.
PIKIRAN: daya kritis terhadap sesuatu,
intelektualita/ tingkat pemahaman
PERASAAN : berbagai unsur emosi
yang bisa menerbitkan cinta pada produk
= pemenuhan keinginan = kawin dengan
produk
KEADAAN, TINGKAH LAKU,
KONDISI SASARAN
Lingkungan, dan berbagai ukuran
masyarakat + Penyakitnya....
Pada dasarnya yang disasar adalah : ♥
Agar orang menjatuhkan pilihan hati pada suatu produk, lalu membeli. Tapi untuk
memanahnya dibutuhkan berbagai pemahaman mengenai situasidan kondisi yang
berpengaruh pada perasaannya. Karena sasaran bukan hanya satu orang, maka yang akan
dipengaruhi dan dikondisikan untuk disasar , PERLU DIPOLAKAN.
Pengamatan yang saya lakukan lebih tertuju pada : mencoba melihat pola komunikasi dan
bentuk orang/ masyarajat dalam “cermin iklan” – yang karena frekwensi dan volume
informasinya yang sangat besar dapat pada akhirnya menjadi pola yang secara sadar
ataupun tidak dilakukan orang/ masyarakat.
Dalam pengamatan ini saya mengambil IKLAN BERWARNA PADA MAJALAH, dari
tahun 1978-1987 yang berjumlah + 1500 buah (diambil secara acak) dari berbagai jenis
dan penampilanvisual (masing-masing satu contoh darivisual yang biasanya dimuat
berulang-ualang). Dengan tekanan pada produk/ barang konsumsi. Karena jenis ini paling
tinggi nilai kompetitifnya, dan memperlihatkan usaha keras merebut golongan menengah.
POLA KOMUNIKASI : mediator Pesan
Meski tatanan iklan merupakan racikan berbagai unsur : HURUF (slogan, headline,
keterangan, teks/nask, banner) dan GAMBAR (gambar utama, gambar pelengkap, raga
produk, logo) Tapi usaha pengamatan ini lebih ditujukan pada : BERBICARA LEWAT
APA/SIAPA
Dalam hal ini gambar utama dianggap unsur utama penyampai pesan. Secara umum ada 3
mediator dalam iklan :
 Barang itu sendiri
 Orang lain sebagai pembujuk
 Cara lain seperti : ide yang unik,
metafora, prestise dan bonus/ hadiah.
BARANG SENDIRI sebagai unsur utama dalam iklan dapat berupa :
(570 : 752)




R – meletakkan HANYA PRODUK sebagai unsur utama
BF – menampilkan bahan dasar & fungsi produk
H – menampilkan hasil sebagai akibat langsung yang mungkin didapat
TL – relasi tak langsunmg memberi sugesti pada suasana/situasi yang
diangankan dapat diperoleh melalui produk tersebut.
Pola ini digemari oleh arloji mewah, mobil, asesori busana status (LANVIN, Etienne
Aigner). Sedang bila mulai bicara fungsi, obat menyukai pola ini selain juga makanan.
DIAGRAM sering digunakan pada obat, mobil dan real estate.
Pada Real Estate terutama dilakukan MANIPULASI JARAK
Pada obat& mobil yang terutama memberi CITRA ILMIAH/OBYEKTIF,
berkesan laboratorium, ujicoba, penelitian, pembuktian. Padahal banyak
juga yang kalau diperhatikan lebih cermat, tak punya dasar logika, sulit
ditalar hubungan-hubungannya hingga lebih sering merupakan
MANIPULASI VISUAL agar produk tersebut punya citra Rasional, kritis,
gengsi intelek.
Dalam menampilkan hasil sebagai akibat penggunaan produk, tyak jarang yang
dicontohkan adalah gaya yang modern ataupun mewah dan tak jarang luar negeri
:hamburger, es-krim, sirop di gelas anggur, setting rumah yang dapurnya bersih seperti
yang biasa di majalah luar negeri misalnya : Good Housekeeping, Libelle, Margriet dlsb.
Tatacara dan sikap terhadap produk pun sering ditampilkan secara mewah : menuang kecap
menggunakan sarungtangan, mobil dan executive club, dll.
Kesan umum gambarnya modern, bercitra internasional/luarnegeri, mewah, bersih,
bergengsi. Kata-kata ASING, SUPERLATIF (hebat, ter......, mutu), dan janji mutu hidup :
modern, mewah, citra, pribadi, selera, anggun – sedikit saja yang menampilkan sebagai
akibat langsung tanpa bumbu.
CARA LAIN yang biasa dilakukan pula adalah menampilkan gambar perumpamaan/
metafora, permainan visual yang unik, meskipun jumlahnya tak banyak (57
dari 1320 iklan). Kecenderungan menghubungkan produk dengan binatang
cukup digemari : macan, burung garuda, merpati, badak, penguin, kuda.
Pada penampilan binatang, nilai emosional lebih ditonjolkan, seperti sifat
liar(macan) perkasa(garuda, kijang) jantan (kuda) erotis(burung merpati)
meski terkadang janggal juga (VTR = garuda? Arloji = badak mandi?)
GAMBAR KARTUN – yang pada tahun 50an-60an digemari, saat ini kurang digunakan
dalam iklan. Beberapa obat masih menggunakannya. Perumpamaan yang
juga dilakukan adalah metafora, mengumpamakan hidung = ledeng, sesak =
diikat, bunga bank = kembang. Banyak iklan yang lebih mengutamakan
VISUAL YANG UNIK.
Ide-ide khas ini biasanya menarik perhatian karena aneh, lucu, segar – seakan
membutuhkan daya tangkap lebih tinggi dari ide biasa. Cara seperti ini memang hanya
dilakukan oleh iklan dengan produk yang memang mahal ayau fungsinya terbatas pada
tingklat tertentu, atau juga barang baru.
PRESTISE perusahaan, produk, mertek merupakan cara meyakinkan yang dipilih pada
jenis produk yang suhu persaingannya tinggi (kosmetik, obat pusing, makanan). Hal ini
dilakuikan melalui penonjolan:
 Perolehan Medali atas mutu dari Trade Fair di luar negeri. Bila kita
amati, sebenarnya medali itu biasa saja, artinya berbagai produk pun
menampilkan medali yang sama. Tidak terlalu jelas benar kenapa medali
itu diberikan dan oleh badan kelas mana. Setidaknya : sebuah iklan
dengan medali/piala, kesannya PALING.
 Testimonial, pengakuan baik dari tokoh-tokoh terkemuka, atau
profesional, atau peneliti, dokter, ada juga konsumen pemakai biasa.
Pembuktian juga dapat melalui Pernyataan bahwa produk ini telah
tersebar diseluruh Indonesia (Bodrex) terbukti digemari sejak lama
(Corolla, DJISAMSOE) atau dipakai seluruh dunia (COLT).
HADIAH&BONUS – yang secara sporadis selalu muncul dalam usaha pemasaran, akhirakhir ini sangat banyak dilakukan lewat iklan. Dalam situasi resesi yang berkepanjangan,
cara ini memangjadi pilihan strategi jangka pendek untuk merangsangpembelian secara
cepat dan banyak. Di sini pembeli tak dibujuklewat fungsi barang tetapi
lewat”HARAPAN” keuntungan “BERJUDI NASIB”. Kita mahfum bahwa beban
sebenarnya tetap dipihak pembeli ditambahkan pada harga produk . tetapi disini kita dapat
menduga bahwa cara ini laku di pasaran, maka mamang masyarakat kota adalah
masyarakat gelisah, tertekan.
Beban itu bisa tetap tak terlalu merugikan : bonus piring, gelas, sendok dll yang merupakan
hadiah langsung, bisa juga merugikan bila berupahadiah undian : mobil, rumah, motor, tv,
komputer dlsb., karena barang itu tak lebih dari dari sebuah kupon loterei.
Bila cara pemasaran ini memang laku dan disukai, kita segera dapat memperkuat dugaan
bahwa, masyarakat kota adalah masyarakat yang gelisah, tertekan, tak puas, tak logis dan
senang dijebak dalam angan-angan dan takhayul “Karunia”.
MANUSIA sebagai mediator pesan dapat tampil dalam berbagai bentuk : wanita, pria, pria
dan wanita berduaan, keluarga, anak. Dari pilihan penyampai pesan dapat diketahui untuk
siapa atau jenis lingkup yang seperti apa suatu produk disasarkan.
Hal ini dapat dilakukan dengan : pilihan model iklan, pilihan sikap & tingkah laku, setting
lingkungan yang menjadi latar dari penampilan.
WANITA merupakan pilihan model tertinggi dalam iklan (352 dari 752
iklan yang menggunakan model = 46.8%). Jenis produk dengan model
wanita ini memang sebagioan besar kosmetik, alat rumah tangga, busana.
Dari 352 iklan wanita ini, 116 iklan menampilkan wanita Asing Barat, 10
Wanita Asing Asia (Cina, Jepang) dalam bentuk : Kosmetik (63 iklan) dan
Busana (63 iklan) terutama pakaian dalam (17 iklan).
Wanita sebagai sasaran iklan tidak begitu mengherankan mengingat seakan
Wanita identik dengan Belanja. Pemegang anggaran belanja di rumah pun
Wanita, dari kecil wanita telah dikondisikan sebagai makhluk belanja
(permainan pasar-pasaran).
Dalam iklan, wanita dapat muncul sebagai seorang wanita aktif, remaja
manis, ibu rumah tangga.
Setting/ lingkungan selalu masa kini, (ada satu-dua yang tradisional) perkantoran, tempat
umum yang modern, rumah yang besar, modern bersih mewah. Demikian pula dengan cara
berpakaiannya.
MUDA merupakan pilihan terbanyak dalam penampilan, sepertinya puncak kehidupan ada
pada masa muda : cantik, ceria, merangsang; dengan cara tersembunyi maupun terbuka
penampilan erotik merupakan cara yang digemari. Ada semacam pesan yang bersifat
“refleksi diri” bahwa bagaimanapun wanita harus menawan. Dari 352 iklan wanita, 154
iklan menampilkan wanita berpose/ majang. Hanya wajah, setengah badan maupun seluruh
badan; dalam posisi menghadap dan melihat kamera, miring dan melirik ke kamera,
melihat ke tempat lain dengan sikap : untuk dipandang dan dinikmati ke”kece”annya.
Sikap : “nikmat dipandang” juga tampak dalam iklan yang menampilkan aktifitas : yang
jelas seperti ke kantor, bekerja, menelepon, olahraga, maupun yang tak begitu jelas seperti
memutar tubuh, berlari kecil, berjalan, tiduran dlsb.
Meski sifat feminin/erotik tetap tampak, tapi dari berbagai tingkah laku
diatas, tampak wanita kita sikapnya “maju”, percaya diri dengan dandanan
yang “berani”. Raut wajah, lebih banyak yang berorientasi ke wanita barat,
baik hidung, bibir, warna kulit.
Sifat mandiri ini sirna begitu iklan menampilkan model pria bersama sang wanita.
Di sini wanita lebih banyak bersifat pasif, baik sebagai teman senag-senang,
tokoh yang memandang dengan kagum dan mesra pada si lelaki, atau
pandangan puas karena berhasil melayani lelaki (istri puas melihat suami
senang kopi). Jumlah iklan berkonotasi sex ini cukup banyak (109 iklan),
digemari oleh barang-barang yang dikulum (rokok, permen, pengharum
nafas), barang yang berhubungan dengan .....badan dan rambut.
Kosmetik yang menggunakan cara ini terutama yang dekat dengan urusan “kalau berdua”
seperti deodoran, parfum, pasta gigi, shampoo.
BEER pun berusaha menampilkan “kejantanan” lewat wanita yang
mesra ngobrol sampai ke yang lemah pasrah tersandardalam
kemesraan pelukan sang “jantan”.
Menampilkan mobil dalam pola sex hanya tampak pada beberapa iklan saja, baik wanita
sendiriandi mobil sebagai sebagai tokoh yang tak begitu jelas peranannya (akhirnya ditebak
sebagai teman mesra) ataupun berdua.
Mobil lebih umum ditampilkan sebagai CITRA
KELUARGA, ayah, ibu anak atau ibu anak saja,
menunjukkan keluarga bahagia adalah bermobil.
Menggunakan keluarga sebagai mediator pesan jumlahnya tak banyak (63 iklan) dan
terbatas pada jenis barang yang berhubungan dengan rumah dan anak : obat-obatan, susu,
makanan, obat nyamuk, organ, sabun, pasta gigi, juga tentu rumah/ real estate.
Bapaknya ganteng/ dandy, ibunya muda dan manis (sering-sering tampak
seperti gadis ranum malah), anak-anak sehat dan sebagian besar memakai
baju kaos/ Tshirt. Rumahbersih, modern, kadang tampak mewah, yaitu
pintu/ kursi berukiran dapur dengan oven canggih, kamar tamu dengan
wallpaper, vitrage.
Keluarga adalah yang muda, yang modern, yang menggunakan barang masa kini : organ,
oven, AC unit, wall to wall carpet; meskipun tidak ditampakkan terlalu kaya/ mewah.
LELAKI sebagai mediator pesan kebanyakan ditampilkan produk
khusus lelaki : Rokok & Bier juga baju. Tekanan sifat yang
ditunjukkan adalah Jantan, gagah, dalam pakaian seenaknya, kasar,
pandangan angkuh. Tapi dapat pula dalam “setting” kerja laki :
konstruksi, olah raga, rekreasi jantan lain, dalam bentuk kelompok
lelaki yang sedang menikmati produk. Figur orang tua jarang muncul
kecuali pada iklan Gudang garam & Herbastress.
Selain itu semua dewasa muda, paling tua kira-kira 40 tahun, dewasa muda optimistik,
karier, vitalitas sex (kosmetik & minyak rambut), dandy (busana).
Obat justru sangat menggemari lelaki sebagai mediator ( 29 iklandari 97 iklan lelaki =
30%) yaitu mulai obat pusing, perut, stress, dan penambah enerji, kekuatan bekerja.
Lelakinya rata-rata karyawan/ eksekutif, berdasi, muka optimis, gaya mapan, tak jarang
dengan pandangan : Tirulah Aku!
Figur laki-laki dalam iklan berpola pada Gagah, Optimis, bergayaeksekutif, semangat
muda dan modern, tanggung jawab – dalam setting rapat, ruang kantor, meja direksi, santai
kelas(mobil sport, suasana olahraga kelas) menjadi kegemaran iklan.
Meskipun terbatas pada produk tertentu saja, mediator ANAK disukai iklan
mengingat anak dapat tampil segar/ lucu dan anak selalu mengingatkan
orang pada anaknya sendiri. Dengan demikian anak dianggap lebih mudah
menyentuh emosi terutama IBU.
Mengarahkan sasaran Langsung pada Anak tak banyak dilakukan (10 iklan).
bagian terbesar (121 iklan) menampilkan anak untuk menerbitkan rasa
sayang dari orang tua. Hingga yang disasar LEWAT ANAK UNTUK IBU.
Bapak sangat jarang muncul sebagai lambang sayang anak.
Yang langsung pada anak memanipulasi dongeng-superhero atau idola anak (unyil, kak
Seto dlsb.) menunjukkan kegiatan yang identik dengan produk : olah raga = minuman
enerji. “kegemaran baru” dll.
MENGAJARI cara menggunakan sebagai “gaya” memanipulasi sifat anak yang suka
meniru : “diremas, dibuka, ditaburi, dikocok, asyik!! (Sarimi); Tuangkan rasanya
(...banyak-banyak....) (Delmonte).
Secara visual membujuk untuk meniru pada anak sangat mudah, hal yang selalu kita dapati
dari tingkah laku dan reaksi anak terhadap iklan : pilihan sepatu, tas, minuman, makanan.
SAYANG ANAK merupakan cara penampilan untuk menjatuhkan hati orang tua –
manipulasi emosi – terutama IBU. Caranya dengan menampilkan Anak saja sedang
melakukan sesuatu : bermain, olah-raga, berpose, duduk, tidur, dll, ditunjukkan dengan
harapan menggugah simpati-senang-lucu.
IBU & ANAK (bapak & anak jarang ditampilkan) memperlihatkan
hubungan mesra antara ibu & anak – mulai dari menyusui, menimang,
memberi obat, memperhatikan anak : Makan, Main Organ, Main Komputer,
(kecenderungan mutakhir adalah anak & komputer) sambil
memeluk bahu atau leher, kepala- kadang bersama sama melihat kamera (kita) dengan
ungkapan seakan : IKUTLAH JEJAK KAMI.
Yang paling menonjol menggunakan anak adalah produk Susu dan Penambah Enerji. Obat
menempati urutan berikut dengan terutama pada Obat Turun Panas (Cafenol, Bodrexin,
AnaKonidin, Inzana dll.) meskipun persaingan sangat ketat, penampilan pola dan cara
menyampaikan pesan tak macam-macam : ibu peluk anak, anak tidur ibu mngobati, anak
lesu...ini menyebabkan daya ingat lebih terpukau bukan pada merek tapi tingkah laku ibu –
anak.
Setting tetap selalu keluarga modern, rumah kelas menengah, bersih, ubin mengkilat, meja
kursi bermutu/ seleramasa kini, anak-anak main sepatu roda, lompat tinggi, kasti,
komputer, organ, lego (kasti : lifebuoy yang kesannya domestik)
POLA TIMBAL BALIK : iklan & masyarakat
Dalam menyampaikan pesan tentu iklan mengusahakan
menampilkan bentuk, bahasa, idiom yang dikenal masyarakat agar
dapat berkomunikasi. Untuk itu dicarilah model-model ideal
masyarakat, agar menarik minat untuk menerima pesan.
“Model Ideal” bagi wanita adalah wanita barat, dapur yang modern merupakan dapur yang
benar dan berbagai ukuran ideal lain seperti bahasa Ingriss lebih mahal dari bahasa
Indonesia. Semua model ideal ini diserap iklan dan ditampilkan kembali ke masyarakat.
Maka bila orang mengatakan iklan menentukan gaya hidup : Ini tak sepenuhnya benar!
Iklan memungutnya dari masyarakat sendiri.
Iklan terutama Menyeragamkan Ukuran Ideal dalam Masyarakat. Dengan menunjukkan
yang ada, membukaangan-angankita dan berbagaihal yang tadinya tersembunyi dalam diri
kita terutama kegelisahan kita, rasa kurang, dan jugamemberikan pada kitagambaran
tentang tujuanhidup yang nyata dan indah : “Dream Money Can Buy” tentunya juga iklan
bisa dianggap “dinamisator” masyarakat karenadengan rajintak kenal lelah selalu
menawarkan barang baru, fungsi baru, citra baru, cita-cita baru. Entah sudah berapa puluh
merek obat pusingyang saya minum sejak lahir dan kini belum berhenti ganti merek.
Dalam satu bulan saja kita menutup diri dari informasi, kita segera merasa “ketinggalan
jaman” dibidang musik, produk, elektronik, makanan, sejalan dengan itu iklan punsecara
rajin menawarkan pola-poladan nilai baru, tingkah laku baru, dalam kata-kata (gengsi
dong, nih ye, turbo) dalam menampilkan diri (berdandan, berbusana) menggerakkan tubuh
(mengerling, memeluk, “majang”) dan bergaul, sampai menyeragamkan pula cara kita
memilih asesori rumah, kendaraan rekreasi dlsb. Ini tentu merupakan proses timbal balik
yang tak henti-henti, baik pengiklan, produsen maupun konsumen/ masyarakat saling
berkejaran memantapkan nilai-nilai sambil mencari terus model-model idelal baru agar
roda ekonomi, khususnya keinginan membeli hidup terus.
Dengan pengamatan singkat dan seadanya saat ini, memamng tak begitu mudah mencoba
mendapatkan kesimpulan yang mendasar tentang hubungan iklan dengan gaya hidup
masyarakat kota. Beberapa catatan spekulatif yang bisa dirasakan :

Masyarakat kota adalah masyarakat gelisah, tak puas, tertekan yang
membutuhkan berbagai pelampiasan mangatasinya RASA AMAN, RASA
DITERIMA, RASA KREATIF, RASA MAJU, RASA UNGGUL. Tekanan itu
pula yang dalampenelitian Desmond Morris (Biolog) menimbulkan kompensasi
yang mengarah ke “sex”.

Iklan dengan piawaimelekatkan berbagai kebutuhan diatas pada produk menjadi
citra produk : mobil = rasa unggul; rambut rapi = dicintai, margarine = kreatif.

Sedikit demi sedikit penampilan orang barat dalamiklan makin berkurang, tetapi
tidak dalam angan-angan . busana dan kosmetik masih menampilkan citra barat
yang kuat(parfum, kosmetik, pakaian, kacamata, arloji) bahasa inggris masih
merupakan racikan ampuh baik dalam merek, slogan maupun formula lain.

Rasa kurang, terbelakang dapat diduga dari cara menawarkan citra ke arah
modern, maju, masakini, dari luar negeri dan citra yang bersifat “status symbol”
baik masa kini (internasional, barat) maupun masa lalu (tradisi = feodalisme).
Dengan adanya iklan memang masyarakat seakan memperoleh hak, demokratis dalam
memilih apa yang disukainya. Iklan memainkan peranan ini dengan baik.
Ogilvy mengatakan bahwa iklan tak mungkinmemanipulasi maupun melakukan hipnotis/
subliminal. Tapi dari apa yang terasa saat ini terutama di Jakarta (yang kebetulan diamati)
sulit kita terima pendapat itu, selera meniru, mengejar status, rasa rendah diri adalah lahan
emosional yang subur bagi iklan.
Beruntunglah TVRI melarang iklan , karena daya hipnotis “TV Commercial” jauh lebih
hebat dari iklan majalah, koran ataupun yang kita dapati saat ini, daya tembak dalam kepala
dan daya tanamnya tak bisa dipungkiri.
Iklan pada akhirnya memang jadi bagian hidup masyarakat, bagian dari gaya hidupnya hari
ini, sulit dibayangkan hidup tanpa iklan!
Download