politik hukum - Kenotariatan USU 2014

advertisement
POLITIK HUKUM
Pendastaren Tarigan
SILABUS POLITIK HUKUM
1. PENGERTIAN HUKUM DAN POLITIK HUKUM
2. POLITIK HUKUM NASIONAL
3. RUANG LINGKUP DAN MAANFAAT POLITIK HUKUM
4. TUJUAN POLITIK HUKUM
5. HUKUM SEBAGAI PRODUK POLITIK
6. SYSTEM POLITIK DAN MEKANISME POLITIK
7. TIPELOGI HUKUM DAN POLITIK
8. PERKEMBANGAN HUKUM NASIONAL
9. ANALISIS BIDANG-BIDANG HUKUM
1. LEGISLASI
2. PELAKSANAAN HUKUM
3. JUDICIAL
BUKU BACAAN:
POLITIK HUKUM : MACFUD MD
KOFIGURASI POLITIK DAN HUKUM : MACHFUD. MD.
POLITIK HUKUM: SUNARJATI HARTONO
PENGANTAR POLITIK HUKUM : IMAM SYAUKANI
KONFIGURASI POLITIK DAN KEKUASAAN KEHAKIMAN :
OLEH BENNY K.HARTMAN
REFLEKSI TENTANG STRUKTUR ILMU HUKUM; BERNARD ARIF
SIDHARTA
LAW AND SOCIETY, PHILIPPE NONET AND PHOLIPP SELZNICK
DINAMIKA DARI HUKUM KOLONIAL KE HUKUM NASIONAL
DINAMIKA
SOSIAL-POLITIK DALAM PERKEMBANGAN HUKUM DI
INDONESIA. : OLEH
SUTANDYO WIGNYOSUBROTO
POLITIK HUKUM.M.SOLLY LUBIS
DAN LAIN-LAIN.
RUANG LINGKUP DAN
TUJUANPOLITIK HUKUM
1. PROSES PENGGALIAN NILAI-NILAI DAN
ASPIRASI MASYARAKAT
2. PROSES ARTIKULASI NILAI-NILAI DAN
ASPIRASI
3. PROSES PERUMUSAN DAN PENGESAHAN
4. PROSES SOSIALISASI
5. PROSES PELAKSANAAN
6. PROSES EVALUASI
7. PROSES PERUBAHAN/PENYESUAIAN
Apa yang diharapkan dari Politik Hukum.
1. Politik hukum adalah Politik dari Hukum, yaitu suatu Kajian hukum yang
mencoba untuk memberikan gambaran yang lebih luas eksistensi
sistem hukum.
2. Melalui pendekatan politik hukum diharapkan hukum Berfungsi secara
efektif,dipatuhi dan diterapkan dalam tindakan aktual sehari-hari.
3. Politik hukum merespons cita hukum dan meng-upayakan hukum dapat
diwujudkan sebagai kenyataan sehingga hukum benar-benar memiliki
sifat yang lebih adil.
4. Berbagai kritik yang diajukan kepada sistem hukum Konvensional
”Ajaran Imperative dari Mazhab Hukum Positif” dapat di carikan
pemecahannya lewat pendekatan politik hukum.
5. Politik hukum melihat faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi
6.
“Law in the books “ menjadi “ Law in the actions”.
Mata kuliah politik hukum ini bertujuan menggambarkan hukum
dalam konteks yang lebih luas, dimana hukum dilihat sebagai
bagian dari sub-sistem sosial.
Hukum sebagai alat yang mengatur tatanan sosial sehingga tata
tertib dan ketentraman di dalam suatu masyarakat dapat
dipelihara.
Politik hukum merupakan suatu metode untuk mempelajari
aspek-aspek yang berhubungan dengan sistem hukum, oleh
karena itu politik hukum akan sangat tergantung pada
lingkungan tempat hukum itu sendiri.
KEBIJAKAN HUKUM
(LEGAL POLICY)
1. UPAYA TERTENTU UNTUK MEREALISASIKAN
TUJUAN HUKUM ATAU IUS CONSTITUENDUM
MENJADI
IUS CONSTITUTUM.
HUKUM CITA MENJADI
HUKUM POSITIP
2. PROSES PEMBENTUKAN/EVALUASI , PENEMUAN,
MENJALANKAN DAN MENEGAKKAN HUKUM
APAKAH ARTI POLITIK HUKUM ?
POLITIK HUKUM (LEGAL POLICY): KEBIJAKAN
NEGARA/PEMERINTAH
DALAM BIDANG
HUKUM UNTUK MELAKSANAKAN PEMERINTAHAN.
SALAH SATU ALAT PEMERINTAH UTK MEMERINTAH
ADALAH DGN MEMBUAT HUKUM. DGN
PEMBUATAN HUKUM PEMERINTAH BERUSAHA
MELAKSANAKAN SUATU KEBIJAKAN HUKUM DALAM
SUATU MASYARAKAT POLITIK TERTENTU.
APAKAH SETIAP KEBIJAKAN HUKUM TERSEBUT SUDAH
SESUAI DENGAN PRINSIP NEGARA HUKUM atau
KEHENDAK UMUM.
MASIH DIPERLUKAN PENJELASAN LEBIH LANJUT.
PERKEMBANGAN PEMBUATAN HUKUM
DI EROPAH
1.
2.
3.
PADA AWALNYA PEMBENTUKAN HUKUM DIYAKINI PEMERINTAH
HANYA MEREGISTRASI ATURAN-ATURAN YG ADA, RAJA MENETAPKAN
HUKUM SECARA TERTULIS DAN DIA TAK DAPAT MENGUBAHNYA.
PD ABAD PERTENGAHAN DIKENAL HUKUM RAJA. TITAH RAJA
BERLAKU SBG UU. RAJA BERBUAT DEMIKIAN KARENA IA TELAH
MEWAJIBKAN RAKYATNYA BERSUMPAH SETIA. KEADAAN INI
SEMAKIN KUAT SETELAH ADA KEPERCAYAAN BAHWA RAJA SBG
PENJELMAAN TUHAN. MASYARAKAT MENGHARAPKAN
KESEJAHTERAAN DARI TUHAN. “REI DEI GRATIA”. AKHIRNYA HUKUM
KEBIASAAN SEMAKIN MENGERUCUT.
PARA PENDUKUNG HKM ALAM MEMBUAT TEORI HKM MEBEDAKAN
HUKUM YG DIPAKSAKAN (IUSTUM) DAN HUKUM SUKARELA
(HONESTUM).IUSTUM BERFUNGSI MELAYANI KETENANGAN LAHIR,
KARENA ITU SANKSINYA DAPAT DIPAKSAKAN. HONESTUM
BERKAITAN DGN KESUSILAAN YG SEBAIKNYA DILAKSANAKAN TAPI
BUKAN MERUPAKAN KEWAJIBAN. DGN DEMIKIAN IUSTUM SEMAKIN
DIPERLUKAN SEHINGGA PEMBUATAN HUKUM MENEMPATI PERAN
UTAMA.
4.
DLM KENYATAANNYA PENGUASA NEGARA (TRIAS POLITIKA)
TDK MENGGUNAKAN KEKUASAAN SECARA MONOPOLI MEMBUAT
HUKUM. HAL INI DISEBABKAN ANTARA LAIN:
1.KEPERCAYAAN KPD HUKUM ALAM,
2. FUNGSI NEGARA MEMELIHARA KETERTIBAN DAN
3.SISTEM POLITIK DI PARLEMEN.
5.
MULAI ABAD KE XX PERAN PEMBUAT HUKUM (LEGISLATOR)
BUKAN HANYA MENETAPKAN KEBIASAAN-KEBIASAAN SBG ALAT
MENJAGA KETERTIBAN, TTP JUGA MELAKUKAN PERUBAHAN
MASYARAKAT. RPSCO POUND MENYATAKAN LAW AS A TOOL
SOCIAL ENGINEERING. MESKIPUN DEMIKIAN REGISTRASI
MASIH DIPERLUKAN DISAMPING UNTUK MELAKUKAN KEBIJAKAN
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN MEWUJUDKAN
KEADILAN SOSIAL.
KEUNTUNGAN HUKUM TERTULIS
1.
2.
3.
EFEKTIVITAS HUKUM
KEPASTIAN HUKUM LEBIH DAPAT
DIRAMALKAN: PERILAKU YANG AMAN DAN
PUTUSAN HAKIM YANG KONSISTEN.
NILAINYA TETAP; BAIK DARI SEGI NILAINILAI MAUPUN SEGI PEMBUKTIAN
MENURUT MOCH.MAHFUD MD.
DLM BUKUNYA MEMBANGUN POLITIK HUKUM
MENEGAKKAN KONSTITUSI
POLITIK HUKUM ADALAH ARAHAN ATAU GARIS-GARIS RESMI
YG DIJADIKAN DASAR PIJAK DAN CARA UNTUK MEMBUAT DAN
MELAKSANAKAN HUKUM DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN
BANGSA DAN NEGARA.
POLITIK HUKUM MERUPAKAN UPAYA MENJADIKAN HUKUM
SEBAGAI PROSES PENCAPAIAN TUJUAN NEGARA.
1.
2.
3.
4.
5.
TUJUAN NEGARA RI DI DLM UUD NEG.RI THN 1945 (PASCA
AMANDEMEN) :
MELINDUNGI SEGENAP BANGSA;
MEMAJUKAN KESEJAHTERAAN UMUM DAN
MENCERDASAN KEHIDUPAN BANGSA
MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR
MELAKSANAKAN KETERTIBAN DUNIA BERDASARKAN
KEMERDEKAAN.
POLITIK HUKUM MENCAKUP
1.
2.
3.
4.
5.
TUJUAN NEGARA ATAU MASYARAKAT INDONESIA
SISTEM HUKUM YG DIPERLUKAN UTK MENCAPAI
TUJUAN ITU
PERENCANAAN DAN KERANGKA PIKIR DLM
PERUMUSAN KEBIJAKAN HUKUM
ISI HUKUM NASIONAL DAN FAKTOR YG
MEMPENGARUHINYA.
PEMAGARAN HUKUM DGN PROLEGNAS, JUDICIAL
REVIEW, LEGISLATIF REVIEW DLL.
PEMIKIRAN POLITIK MENJADI DASAR NEGARA HUKUM
•
NEGARA
SUMBER HUKUM
HUKUM DAN
KEKUASAAN
•
KEDAULATAN NEGARA, NEGARA MEMILIKI
KEKUASAAN DIATAS SEMUA GOLONGAN. HUKUM
NEGARA BERLAKU SECARA JURIDIS.
EFEKTIVITAS HUKUM, PERILAKU NYATA ,
MEMAKSAKAN HUKUM KEPADA LENGGAR
HUKUM MODERN AD. HUKUM YG DICIPTAKAN NEGARA. HKM
MELINDUNGI HAM DAN MENEGAKKAN KEADILAN.
1. HUKUM TDK SAMA DG KEKUASAAN. PEMERINTAH
TUNDUK PADA HUKUM. ABDI HKM
2. HUKUM TDK BERTENTANGAN DG KEKUASAAN.
KEAMANAN HANYA TERJAMIN APABILA ADA
KEKUASAAN. HANYA PEMERINTAH BERKUASA
MENERTIBKAN ORG YG TDK TAAT PD HUKUM.
HUKUM DAN
MASYARAKAT
POLITIK HKM PEMERINTAH BERDASARKAN
KEPENTINGAN MASYARAKATSOSIO EKONOMI,
BUDAYA MASYARAKT.
VON SAVIGNY : HUKUM SESUAI DG VOLKGEIST
SUATU BANGSA.
PEMBUATAN HUKUM LEBIH RASIONAL DAN
OBJEKTIF.
TUJUAN POLITIK
HUKUM
MENJAMIN KEADILAN
PEMERINTAH MENGIMBANGI KEPENTINGAN UMUM
DG KEPENTINGAN LAINNYA.
KEADILAN SOSIAL TERWUJUD APABILA HAM
DIHORMATI, KEWAJIBAN DAN BEBAN DIBAGI
SECARA PANTAS TERUTAMA BERKAITAN DG ASSET
NASIONAL.
POLITIK HUKUM YG NYATA DLM SUATU NEGARA.
POLITIK HUKUM LIBERALIS
POLITIK HUKUM KOMUNALISME
POLITIK HUKUM CAMPURAN. PERIMBANGAN
INDIVIDUALISME DAN KOMUNALISME.
HUKUM DAN
KONFIGURASI
POLITIK
HUKUM SYARAT MUATAN POLITIK BAIK DALAM
TAHAP PROSES PEMBENTUKAN DI PARLEMEN
MAUPUN PENERAPAN HUKUM DLM
MEMBUAT KEPUTUSAN KONKRIT.
PROSES PEMBUATANUU DI PARLEMEN SANGAT
TERGANTUNG PD KONFIGURASI POLITIK.
SANGAT TERGANTUNG PD POLITICAL WILL DARI
REGIM PEMERINTAH YG BERKUASA.
PERTENTANGAN KEPENTINGAN YG DIUTAMAKAN
AKAN SEMAKIN JELAS DARI HASIL PENELITIAN:
•
SIAPA YG DILINDUNGI DAN DILAYANI OLEH HUKUM
•
BERAPA BESAR CAMPUR TANGAN PEMERINTAH
UNTUK MEWUJUDKAN KEMAKMURAN RAKYAT
•
DAPATKAH HUKUM DIGUNAKAN ALAT KONTROL PD
TINDAKAN PENGUASA.
PROSES POLITIK DAN PEMBUATAN
DAN PENERAPAN HUKUM
ASPIRASI &
KEBUTUHAN RIIL
MOMEN POLITICAL
KEPENTINGAN &
TUJUAN POLITIK
SISTEM TATA HUKUM,
MENCERMINKAN
TATANAN POLITIK,SOSIAL,
EKONOMI
BUDAYA, HUKUM
PENERAPAN &
PENEMUAN HUKUM
PERISTIWA SOSIAL
KENYATAAN ALAMIAH
DAN KEMASYARAKATAN
LIMITASI/
FASILITASI
PROSES
INTERAKSI
MOMEN IDIIL
PANDANGAN HIDUP
CITA HUKUM, NILAI-NILAI
ASAS HUKUM
ATURAN UMUM
PERUNDANG-UNDANGAN
MODEL PERILAKU
TIPE KONPLIK
KONPLIK
MASALAH HUKUM
PERISTIWA SOSIAL
MASALAH HUKUM
UMPAN BALIK/
JURISPRUDENSI
PENYELESAIAN/
KEPUTUSAN HAKIM
ORGANISASI POLITIK MASYARAKAT DAN
KEKUASAAN PEMBENTUKAN HUKUM
KEKUASAAN
KHARISMATIS
PENGADAAN HUKUM MELALUI
PEWAHYUAN OLEH
KEKUASAAN
TRADISIONAL
PENGADAAN HUKUM SECARA EMPIRIS
OLEH
“LEGAL HONORATIORES”
KEKUASAAN RATIONAL
“LAW PROPHETS”
Pembentukan hukum melalui
pembebanan dari atas oleh
“kekuatan sekuler atau
teokrasi”
DEMOKRASI
PENGADAAN HUKUM MELALUI
PENGGARAPAN HUKUM SECARA
SISTEMATIS DIJALANKAN SECARA
PROFESSIONAL
PERKEMBANGAN RATIONALISASI HUKUM
MERNURUT PANDANGAN MAX WEBER
CARA PEMBINAAN
KWALITAS FORMAL
KHARISMATIS
FORMALISME MAGIS & IRRASIONAL
EMPIRIS
MENYADANDARKAN KEPADA
HONORATIONERES
TEOKRATIS
RASIONAL SUBSTANTIF TEOKRATIS
PROFESSIONAL
SUBLIMASI LOGIS : BAIK BAHAN-BAHAN
HUKUM (SUBSTANTIF) MAUPUN
PROSEDUR ENGADAANNYA (FORMAL)
SISTEM POLITIK DAN PEMBUATAN
KEIJAKAN HUKUM

Setiap masyarakat yang teratur, yang bisa menentukan pola-pola
hubungan yang bersifat tetap antara para anggotanya adalah
masyarakat yang mempunyai tujuan yang sedikit banyak cukup
jelas. Politik adalah bidang dalam kehidupan masyarakat yang
berhubungan dengan tujuan masyarakat tersebut.

Struktur politik menaruh perhatian pada pengorganisasian kegiatan
kolektif untuk mencapai tujuan - tujuan yang secara kolektif sangat
menonjol. Suatu masyarakat yang mempunyai tujuan tertentu ,
diawali dari artikulasi dari agregasi kepentingan. Jadi diperlukan
suatu proses pemilihan tujuan antara berbagai tujuan yang mungkin
terjadi. Oleh karena itu, politik adalah juga aktivitas memilih suatu
tujuan sosial tertentu.
1.
2.
3.
4.
Hukum bukanlah suatu lembaga yang sama sekali otonom, melainkan
berada pada kedudukan yang kait mengkait dengan aspek-aspek
kehidupan lain dalam masyarakat (social life aspect).
Hukum itu sangat kental dengan muatan politik baik dalam tahap proses
pembuatan penetapan isi hukum di Parlemen sangat tergantung pada
konfigurasi politik, maupun penerapan/penegakkan hukum menghadapi
suatu kasus dengan mewujudkan aturan-aturan umum sebagai keputusan
konkrit oleh lembaga yang berwenang.
Hukum berwatak politik karena hukum dapat digunakan untuk
mempromosikan berbagai kepentingan yang beraneka ragam dan
merupakan alat untuk merealisasikan berbagai maksud politik yang
berbeda-beda.
Demikin juga dalam penerapannya bahwa hukum yang sudah ditetapkan
itu memiliki sifat norma yang umum dan abstrak, sehingga berlaku dalam
keadaan individual dan konkrit lebih kurang berwatak politik (political will).
Penegakan Hukum
Hukum = kaidah pola perilaku, rujukan oleh anggota masyarakat.
Suatu SUBSTANSI peraturan perundang-undangan dapat berlaku dan sah
harus ditetapkan oleh institusi politik.
Suatu peraturan perundangan pada umumnya dipertanyakan tentang landasan
pembuatannya (political gelding van het recht).
Landasan filsafatnya dan landasan juridisnya dan lain-lain.
Tentu proses pembentukan hukum itu akan diwarnai oleh suasana kehidupan
politik.
Keputusan politik atau kebijakan umum yang akan ditetapkan melalui suatu
proses politik.
Proses politik yang terjadi dapat di amati dari perilaku masyarakat politik, baik
sub syatem supra struktur maupun sub system infra struktur politik.
Pendekatan seperti ini disebut dengan pendekatan “sistem politik” dalam
pembuatan dan pengembangan keputusan politik
Perwujudan hukum dalam perilaku sosial, apabila kaedah-kaedah itu
benar benar berfungsi efektif di dalam perilaku para pelaku hukum
(subjek hukum). Dalam istilah hukum ada kita kenal : law in the
books dan law in the actions. Dengan demikian Hukum sebagai
sarana perilaku belum tentu terwujud dengan sendirinya. Peranan
Politik Hukum semakin lebih luas karena mencakup upaya
mengimplementasikan aturan hukum sebagai perilaku nyata
(penegakan hukum).
Perwujudan hukum dalam perilaku sosial, apabila kaedahkaedah itu benar benar berfungsi efektif di dalam perilaku
para pelaku hukum (subjek hukum). Dalam istilah hukum
ada kita kenal : law in the books dan law in the actions.
Dengan demikian Hukum sebagai sarana perilaku belum
tentu terwujud dengan sendirinya. Peranan Politik Hukum
semakin lebih luas karena mencakup upaya
mengimplementasikan aturan hukum sebagai perilaku nyata
(penegakan hukum).
Sistem politik
ialah mekanisme seperangkat fungsi
atau peranan dalam masing-masing komponen dari
struktur politik dalam hubunganya berinteraksi diantara
satu sama lain yang menunjukkan suatu proses yang
langgeng. Proses dimaksud mengandung dimensi waktu
(masa lampau, masa kini dan masa mendatang).
Pengertian struktur ialah semua aktivitas yang dapat
diobservasi atau diidentifikasi yang berpengaruh
menentukan tujuan akhir sistem politik itu sendiri.
Dengan demikian sistem politik tidak selalu sejajar dan
bersamaan dengan konsep negara, seperti juga halnya
konsep negara tidak selalu sejajar seperti konsep bangsa
1). Negara mempunyai unsur spesipiknya seperti
diutarakan Max Weber yang mempunyai legitimasi paksaan
pisik terhadap batas wilayah kekuasaan negara.

Definisi hukum menurut Weber : suatu tatanan bisa disebut hukum apabila
secara eksternal ia dijamin oleh kemungkinan, bahwa paksaan (fisik atau
psikologis) bagaimana yang ditujukan untuk mematuhi tatanan atau
menindak pelanggaran, akan diterapkan oleh suatu perangkat terdiri dari
orang-orang yang khusus menyiapkan diri untuk melakukan tugas-tugas
tersebut.
Pemerintah sebagai personifikasi negara dalam konsep ini hanya
mekanisme formal atau mesin resmi negara, disamping pranata sosial
politik lain yang kurang atau tidak resmi. Dalam sistem politik modern
pranata sosial dengan segala fenomena sosialnya merupakan salah satu
bagian dari sistem politik yang turut menentukan (dominan).




Kecenderungan mengintroduksi pendekatan baru di dalam teori politik
modern, adalah merupakan usaha guna dapat memahami kompleksitas
sistem politik dengan lebih cermat. Gabriel A Almond mengkatagorisasikan
sistem politik sebagai usaha untuk mengadakan pencarian kearah:
lingkup yang lebih luas,
realisme,
persisi (ketepatan),
ketertiban dalam teori politik agar hubungan yang terputus antara
comparative government dengan political theory ditata kembali.
SISTEM POLITIK MENURUT GABRIEL ALMOND
1.
2.
3.
Setiap sistem politik menurut Almond harus menjalankan fungsi-fungsi tertentu.
Pada kenyataannya, atas dasar efisiensilah suatu sistem politik dapat ditentukan atas
dasar fungsi-fungsi yang diberikan.
Almond mendapatkan defenisi sistem politik dari David Easton dengan ketiga
komponennya , yaitu :
Alokasi nilai-nilai (alat-alat kebijaksanaan),
Alokasi kewenangan, dan
Alokasi otoritatif sebagai suatu yang mengikat masayarakat secara keseluruhan dan
cara yang paling memuaskan.
Menurut pendapat Almond; kewenangan dimiliki setiap sistem sosial, tidak secara
jelas membedakan sistem politik dengan sistem –asosiasi lain seperti, gereja, firma
dagang yang menjalankan beberapa jenis kewenangan.
Almond mendefinisikan kembali konsep otoritas adalah sebagai paksaan pisik yang
absah atau lebih kurang diakui.
Dari penelaahannya terhadap teori-teori sistem politik yang ada akhirnya Almond tiba
pada suatu kesimpulan dengan membuat definis sistem politik. Sistem politik adalah
sistem interaksi yang terdapat dalam seluruh sub sistem yang merdeka menjalankan
fungsi-fungsi integrasi dan adaptasi (baik secara internal maupun dalam berhadapan
dengan dunia external ) dengan alat-alat, atau ancaman paksaan pisik yang kurang
lebih absah 2).
TABEL MASUKAN DAN KELUARAN
Tujuh variabel kategori fungsional”.
Empat variabel merupakan fungsi masukan (in put) u
a. Sosialisasi politik dan rekrutmen politik;
b. Artikulasi kepentingan politik;
c. agregasi kepentingan ( Partai Politik atau asosiasi lain)
sebagai pembawa in put
d. komunikasi politik untuk mendukung atau menolak
Dan tiga fungsi keluaran yaitu;
e, pembuatan peraturan;
F, penerapan peraturan dan
g. pengawasan peraturan.
Struktur Politik Formal dan Non Formal



Fungsi-fungsi masukan dijalankan oleh sub-sub sistem
non-pemerintah, masyarakat dan lingkungan umum,
sementara fungsi keluaran merupakan fungsi yang
dijalankan pemerintah.
Fungsi yang terakhir itu merupakan fungsi yang
dijalankan oleh institusi pemerintah dalam bentuk
tradisional yaitu legislatif ( rule making); eksekutif (rule
application) dan yudikatif (rule adjudication).
Almond percaya bahwa fungsi masukan lah yang
dianggap sebagai sangat berarti, sedangkan fungsifungsi keluaran kurang penting mendapat perhatian.
Suatu sistem politik adalah suatu sistem terbuka, dan secara tetap dipengaruhi oleh
lingkungan-lingkungan sosial, budaya dan ekonomi, dimana sistem politik bekerja di
bawahnya.
Dibawah sosialisasi politik, Almond telah memasukkan apa yang disebutnya ”dimensi
psikhologis” dari sistem politik yang bernama budaya politik.
Budaya politik . mengandung nilai-nilai yaitu sikap-sikap, sistem kepercayaan ,
simbol-simbol yang dimiliki oleh individu dan beroperasi dalam seluruh masyarakat
serta harapannya.
Sosialisasi politik merupakan proses induksi ke dalam budaya politik dan membawa
pada berkembangnya serangkaian perilaku di antara para anggota sistem itu. Hal itu
dapat dijalankan oleh berbagai elemen dalam masyarakat dan dengan gaya yang
berlain-lainan.
Tahap pertama, proses sosialisasi dimaksudkan sebagai penyebar, particularistik dan
askriptif serta afektif. Dengan berkembangnya masyarakat, sosialisasi menjadi
semakin khusus, universalistik dan instrumental. Gambaran ini dapat juga diterapkan
dalam rekrutmen politik yang akan menggambarkan inisiasi para anggota dalam
politik.
Sekali proses-proses sosialisasi dan rekrutmen politik sempurna maka struktur yang
mewakilkan artikulasi kepentingan dan agregasi kepentingan mulai terorganisasikan.
UNSUR STRUKTUR NON FORMAL
Pada tahap artikulasi kepentingan fungsi-fungsi tersebut biasanya memakai
bentuk kelompok-kelompok kepentingan.
Kelompok kepentingan itu dapat berupa :
(i). Kelembagaan (Asosiasi),
(ii). Non-asosiasional (etnik, maupun relegius),
(iii). Anomis spontan,
(iv). Assosiasional kelompok bisnis.
Berfungsinya kelompok-kelompok kepentingan juga dapat berbentuk khusus
maupun luas, umum ataupun sebagian , instrumental ataupun efektif sesuai dengan
perkembangannya.
1.
2.
Agregasi kepentingan dicapai dengan :
Perumusan kebijaksanaan umum yang menggabungkan kepentingan-kepentingan ,
Rekrutmen personal yang menganut pola suatu masyarakat tertentu. Partai politik
menjalankan instrumen utama dari agregasi kepentingan.
ADAPTASI DAN PERUBAHAN
Dalam karyanya yang terakhir bidang analisa sistem , Almond
mengakomodasikan proses adaptasi dan perubahan.
Disini dia memasukkan persoalan kemampuan (capability) yang menjabarkan
hal-hal dimana suatu sistem dapat mengatasi masukan-masukan dengan
gemilang.
Segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem tidak selalu mendukung. Tuntutan
seperti itu dapat menjadi tantangan bagi sistem. Suatu sistem harus memiliki
elemen dan mekanisme untuk menghadapinya agar dapat survive .
Kemampuan sistem digambarkan untuk
i.. Menyerap sumber-sumber,
ii. Mengatur individu dan kelompok, dan
iii. Membagi barang-barang publik dan pelayanan.
Disamping hal ini sistem itu juga harus memiliki kemampuan simbolis dan
responsif, baik dalam lingkup domestik maupun internasional yang berarti
bahwa sistem tersebut harus mampu berkembang dan memelihara simbolsimbol yang meningkatkan kesetiaan pada dirinya sendiri dan secara memadai
menanggapi tuntutan-tuntutan yang diajukan padanya baik lingkungan
domestik maupun internasional.
SISTEM POLITIK ALMOND
EXTERNAL
INTERNASIONAL
IN-PUT
LEGISLATIF
EKSEKUTIF
JUDIKATIF
OUT-PUT
PER-UU AN
PENERAPAN
PENGAWASAN
Sosialisas, rekrtmen,
artikulasi , komunikasi
INTERNAL
DOMESTIC/NASINAL
PHILIP SCHELZNIK & PHILIP NONET
EVOLUSI TIPE HUKUM
Di dalam suatu masyarakat yang terorganisasi secara politik
mengalami evolusi melalui 3 tahap, yaitu hukum repressif, hukum
otonom dan hukum responsif. (Law and Society :1978).
1.
2.
3.
Tatanan hukum yang repressif diperlukan untuk memecahkan
berbagai masalah fundamental dalam mendidrikan tatanan politik
yang merupakan prasyarat bagi sistem hukum dan sistem politik
untuk mencapai sasaran yang lebih besar.
Tatanan hukum yang otonom dibangun di atas hasil-hasil tatanan
hukum repressif.
Sedangkan tatanan hukum responsif adalah perkembangan terakhir
yang bertumpu pada constitutional cornerstone rule of law, tahap
persamaan dihadapan hukum hasil dari tatanan hukum otonom.
Type hukum repressif memandang hukum sebagai abdi kekuasaan repressif
dan perintah dari yang lembaga-lembaga yang berdaulat dan memiliki
kekuasaan diskressi tanpa batas. Dalam type hukum repressif maka hukum
dan negara serta hukum dan politik tidak terpisah sehingga aspek
instrumental hukum sangat dominan daripada sifat ekspressinya.
Type hukum otonomous, hukum dipandang sebagai institusi mandiri yang
mampu mengendalikan repressi dan melindungi integritasnya sendiri.
Tatanan hukum otonom pada intinya pemerintahan ”rule of law” sub
ordinasi tindakan pejabat senantiasa berdasarkan hukum, bukan sebaliknya
“rule by men.” Integritas hukum, institusi hukum serta cara berpikir bebas
memiliki batas-batas yang jelas. Keadilan prosedural sangat ditonjolkan.
Type hukum responsif, memandang hukum dijadikan sebagai fasilitator
untuk merespon atau sarana menanggapi kebutuhan dan aspirasi
masyarakat.
Hukum responsif harus mengaplikasikan dua hal :
1.
hukum itu harus fungsional, pragmatis, memiliki tujuan tertentu dan
rasional.
2. hukum menetapkan ukuran-ukuran atau standard yang bertujuan untuk
melakukan kritik terhadap pelaksanaan hukum


Jadi perubahan pembinaan hukum dari suatu negara
sangat erat berkaitan dengan iklim politik. Sistem politik
demokrasi melahirkan hukum yang responsif dimana
partisipasi kelompok-kelompok dan individu mempunyai
peran besar di dalam menentukan substansi hukum dan
pengadilan memiliki kebebasan menerapkan prosedur
hukum yang berlaku.
Sedangkan pada iklim sitem politik yang otoriter akan
mengarahkan pembinaan yang bersifat hukum repressif,
dimana hukum dijadikan pemerintah sebagai sarana
instrumental mengendalikan potensi masyarakat untuk
mendukung program-program pemerintah.
Ciri-ciri Hukum Repressif, Otonom dan Responsif
CIRI-CIRI
REPRESSIF
OTONOM
Tujuan Hukum
Ketertiban
Keabsahan
Legitimasi
Ketahanan sosial
dan Rasionalitas
Negara
Menegakkan
prosedur
Sifat
Peraturan
Umum dan meluas
tetapi hanya
mengikat
pemerintah secara
lemah
Sangat terinci,
mengikat
pemerintah yang
mengatur dan
masyarakat yang
diatur
Ad hoc , sesuai
dengan keperluan
dan berlaku pada
hal-hal spesifik
Mengikatkan diri
secara ketat kepada
otoritas hukum,
peka terhadap
formalisme dan
legisme
Penalaran/
Reasoning
RESPONSIF
Kegunaan
Substantif, keadilan
Subordinasi prinsipprinsip keadilan dan
kebijakan
Bertujuan utk
kepentingan
masyarakat,
perpaduan kemauan
politis dan otoritas
Diskressi/Penyimp
angan
Pemaksaan
Moralitas
Kaitan politik dan
hukum
Merata,
opportunistik
Dibatasi oleh
peraturanperaturan delegasi
sangat terbatas
Luas sekali
pengendalian
lemah
Dikontrol melalui
kendali hukum
Moralitas:
komunal, hukum
dan pengendalian
Moralitas
kelembagaan,
memperhatikan
integrasi proses
hukum
Hukum berada
dibawah politik
kekuasaan
Hukum bebas dari
pengaruh politik,
terdapat
pemisahan
kekuasaan.
Diperluas
namun tetap dapat
dipertanggung
jawabkan untuk
kepentiangan
umum
Temuan positip
sebagai alternatif,
misalnya insentif
atau pemenuhan
kepentingan
Moralitas sivil,
moralitas
kerjasama
Integrasi politik
dan hukum
Harapan terhadap
Kepatuhan
.
Partisipasi
masyarakat
Tanpa syarat, setiap
pelanggaran harus
di- hukum sbg
pembangkang
Sebagai penurut
dan harus patuh,
kritik dianggap tidak
loyal
Bertitik tolak dari
peraturan yang sah,
menguji keabsahan
UU atau peraturan
Dibatasi prosedur
yang ada,
penyimpangan jika
terjadi krisis hukum
Kebutuhan
masyarakat
Partisipasi lebih
luas, integrasi
bantuan hukum
masyarakat politis
dan otoritas.
PERKEMBANGAN POLITIK HUKUM( MACHFUD MD).
Period
e
Rezim
pemerintahan
Demokrasi
1945 - Liberal
1959
Demokrasi
1959 - Terpimpin
1966
Orde Lama
Demokrasi
1966 - Pancasila
1998
Orde Baru
1998sekara
ng
Demokrasi
konstitusion
al Reformasi
Sistem
Politik
Pemilu
Pemda
Agraria
Demokratis
Responsif
Responsif
Responsif
Ortodoks/
Konservat
if/Elitis
Responsif
(Dengan
alasan
tertentu)
Otoriter
Ortodoks/
Konservat
if/Elitis
Ortodoks
Konservat
if
Elitis
Ortodoks/
Konservat
if
Elitis(pa
rsial)
Demokratis
Responsif
Responsif
Responsif
Otoriter
--
Konfigurasi Politik dan Karakter Produk Hukumnya
menurut Machfud Md :
Karakter hukum senantiasa berubah sejalan dengan perkembangan
konfigurasi politik meskipun klasifikasinya tidak eksak.
Ada konsistensi kecenderungan perubahan karakter itu :
karakter responsif senantiasa muncul bersamaan dengan
konfigurasi politik yang demokratis,
sedangkan karakter konservatif /ortodok/elitis muncul dalam
konfigurasi politik yang otoriter/birokratis.
1.
2.
3.
Pengecualan terhadap kesimpulan umum ini hanya terjadi dalam
hukum agraria.
Hukum agraria lahir pada masa demokrasi terpimpin yang otoriter
berkarakter responsif. Tetapi hal ini disebabkan UUPA:
disahkan berdasarkan rancangan sebelumnya,
membongkar dasar-dasar kolonialisme yang tidak sesuai dengan
alam kemerdekaan, dan
tidak menyangkut tentang hubungan kekuasaan .
PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH
PERIODE
1945 – 1959
1959 – 1966
1966 – 1971
1971 – 1998
KONFIGURASI POLITIK
DEMOKRATIS
POLA HUBUNGAN
KEKUASAAN
PRODUK HUKUM
OTONOMI LUAS,
DESENTRALISASI
UU No.1/1945UU
No.22/1948UU
No.1/1957
OTORITER
SENTRALISTIK,DEKONSEN
TRATIF
DEMOKRATIS
OTONOMI LUAS,
DESENTRALISASI
OTORITER
SENTRALISTIK,
DEKONSENTRASI
PENPRES No.6/1959UU
No.18/1965
TAP MPRS
No.XXI/1966TAP MPR
No.IV/1973
UU No.5/1974UU
No.5/1979
PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH LANJUTAN
PERIODE
KONFIGURASI POLITIK
1998 – SEKARANG
DEMOKRATIS
POLA HUBUNGAN
KEKUASAAN
OTONOMI LUAS, DAN
ADA PEMBAGIAN TUGAS
PEM.PUSAT DAN
DAERAH.
KEWAJIBAN DAN
PILIHAN PEMDA
PRODUK HUKUM
UU No. 22 /1999
DAN
UU 32/2004
UU NO.12 THN 2008
Download