BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoritis
Pada sub bab ini penulis akan membahas landasan dan rerangka teori yang
berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas di dalam skripsi, sehingga
tinjauan dan rerangka teori yang dikemukakan sejalan dengan penelitian yang
akan dilakukan.
2.1.1 Teori Harga Saham
1. Pengertian Harga Saham
Secara umum saham adalah surat tanda kepemilikan atas perusahaan.
Saham juga merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat dipilih
untuk berinvestasi dalam bentuk surat berharga (sekuritas). Dengan membeli
saham suatu perusahaan, berarti kita telah menginvestasikan dana dengan harapan
akan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan kembali saham tersebut.
Menurut Husnan (2005:29) sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan
hak pemodal (pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari
prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut, dan
berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.
Hendy (2008:30) menyatakan bahwa saham adalah surat berharga yang
menunjukkan kepemilikan seorang investor di dalam suatu perusahaan yang
artinya jika seseorang membeli saham suatu perusahaan, itu berarti dia telah
27
menyertakan modal ke dalam suatu perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham
yang dibeli.
Sebelum menginvestasikan dana di pasar modal perlu diperhatikan
mengenai harga saham. Menurut Jogiyanto (2000:8) harga saham adalah harga
yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar
dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar
modal.
2. Jenis-jenis Saham dan Harga Saham
Menurut Jogiyanto (2010:111) Saham dibedakan menjad dua yaitu:
a. Saham Preferen
Merupakan saham yang mempunyai kombinasi karakteristik gabungan dari
obligasi maupun saham biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan
yang tetap seperti obligasi dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada
saham biasa, tetapi saham preferen tidak memberikan hak suara kepada
pemegangnya untuk memilih direksi ataupun manajemen perusahaan seperti
layaknya saham biasa.
b. Saham Biasa
Merupakan saham yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa
mempunyai hak kepemilikan atas aset-aset perusahaan. Dan pemegang saham
hak suara untuk memilih direktur ataupun manajemen perusahaan dan ikut
berperan dalam pengambilan keputusan terpenting perusahaan dalam rapat
umum pemegang saham (RUPS).
28
Menurut Widiatmojo (2001:45) harga saham dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis yaitu :
a. Harga Normal
Harga normal merupakan harga yang telah ditetapkan oleh emiten untuk
menilai setiap lembar saham yang dikeluarkanya. Harga nominal ini tercantum
dalam lembar saham tersebut.
b. Harga Perdana
Harga perdana merupakan harga sebelum harga tersebut dicatat di bursa efek.
Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten dan
penjamin emisi.
c. Harga Pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu ke investor yang lain.
Harga pasar terjadi setelah saham tersebut tercatat di bursa efek.
d. Harga Pembukaan
Harga pembukaan adalah harga yang diminta penjual dari pembeli pada saat
jam bursa dibuka.
e. Harga Penutupan
Harga penutupan adalah harga yang diminta penjual dan pembeli saat akhir
hari buka.
f. Harga Tertinggi
Harga saham tidak hanya sekali atau dua kali dalam satu hari, tetap bisa berkali
dan tidak terjadi pada harga saham yang lama. Dari harga-harga yang terjadi
29
tentu ada harga yang paling tinggi pada satu hari bursa tersebut, harga itu
disebut harga tertinggi.
g. Harga Terendah
Harga terendah merupakan kebalikan dari harga tertinggi, yaitu harga yang
paling rendah pada satu hari bursa.
h. Harga Rata-rata
Harga rata-rata merupakan rata-rata harga tertinggi dan terendah. Harga ini
bisa dicatat untuk transaksi harian, bulanan, atau tahunan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Sartono (2001:9) harga saham terbentuk dipasar modal dan
ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning per
share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat
bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan
tingkat kepastian operasi perusahaan.
Menurut Alwi (2003:87) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pergerakan harga saham atau indeks harga saham. Faktor-faktor tersebut dapat
dimasukkan ke dalam faktor fundamental yang berasal dari lingkungan internal
dan faktor kondisi ekonomi yang berasal dari lingkungan eksternal. Faktor-faktor
yang mempengaruhi harga saham tersebut antara lain yaitu:
a. Faktor Fundamental (Lingkungan Internal)
1) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,
rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi,
laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
30
2) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman
yang berhubungan dengan ekuitas dan utang.
3) Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director
announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan
struktur organisasi.
4) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi
ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi
dan lainnya.
5) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset, dan penutupan usaha lainnya.
6) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru,
kontrak baru, pemogokan, dan lainnya.
7) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum
akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earnings per Share (EPS) dan
Dividend Per Share (DPS), Price Earnings Ratio (PER), Net Profit Margin
(NPM), Return on Assets (ROA), dan lainnya.
b. Faktor Kondisi Ekonomi (Lingkungan Eksternal)
1) Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga sertifikat Bank
Indonesia dan berbagai regulasi serta deregulasi ekonomi yang dikeluarkan
oleh pemerintah.
2) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan
terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan
terhadap manajernya.
31
3) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan
pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan,
pembatasan atau penundaan trading.
4) Gejolak politik-ekonomi dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di
bursa efek suatu negara.
5) Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri.
4. Penilaian Harga Saham
Sebelum menginvestasikan dananya investor melakukan analisis terhadap
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Investor juga berkepentingan
atas informasi yang berhubungan dengan kondisi atau kinerja keuangan
perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan investasi, agar dana yang
diinvestasikan tersebut mampu menghasilkan nilai tambah di masa mendatang
dalam bentuk dividen atau capital gain. Menurut Tandelilin (2001:183) dalam
penilaian saham dikenal tiga jenis nilai, yaitu:
a. Nilai buku, merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan
penerbit saham (emiten).
b. Nilai pasar, merupakan nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga
saham tersebut di pasar.
c. Nilai intrinsik atau teoritis, merupakan nilai saham yang sebenarnya atau
seharusnya terjadi.
32
Menurut Tandelilin (2001:184) terdapat dua pendekatan yang digunakan
dalam menentukan nilai intrinsik suatu saham berdasarkan analisis fundamental,
yaitu:
1) Pendekatan Nilai Sekarang
Perhitungan nilai saham dengan pendekatan nilai sekarang dilakukan dengan
mendiskontokan semua aliran kas yang diharapkan dimasa yang akan datang
dengan tingkat diskonto yang disyaratkan oleh investor. Dalam hal ini, nilai
intrinsik suatu saham akan sama dengan nilai diskonto semua aliran kas yang
akan diterima investor di masa datang. Nilai intrinsik saham menggunakan
pendekatan ini dihitung dengan rumus sebagai berikut:
CFı
Vo =
CF2
+
(1 + k) ¹
CFt
... +
(1 + k2) 2
CFn
... +
(1 + kt) t
(1 + kn) n
Keterangan :
Vo : Nilai sekarang dari suatu saham
CFt : Aliran kas yang diharapkan pada periode t
kt
: Return yang disyaratkan pada periode t
n
: Jumlah periode aliran kas.
Sumber: Tandelilin (2001:184)
2) Pendekatan Rasio Harga terhadap Earning (Price Earning Ratio)
Dalam pendekatan PER ini, dilakukan dengan menghitung berapa kali
(multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. Atau dalam
hal ini PER menggambarkan rasio atas perbandingan antara harga saham
terhadap earning perusahaan. Dengan PER, maka dapat pula diketahui berapa
33
jumlah rupiah harga yang harus dibayar untuk memperoleh setiap Rp1,00
earning perusahaan. Nilai intrinsik saham menggunakan pendekatan ini
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Harga perlembar saham
Price Earning Ratio (PER) =
Earning perlembar saham
Sumber : Tandelilin (2001:184)
Dalam hal ini investor dan analis sekuritas menghubungkan antara nilai
intrinsik saham dan nilai pasar saham saat ini untuk menilai apakah harga saham
yang ditawarkan emiten sesuai dengan harga yang wajar, murah (undervalued),
atau lebih mahal (overvalued). Jika nilai intrinsik lebih besar daripada nilai pasar
saham, maka harga saham tersebut dinilai undervalued. Dalam kondisi ini,
sebaiknya dilakukan pembelian atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
Jika nilai intrinsik lebih kecil daripada nilai pasar saham, maka harga saham
tersebut dinilai overvalued. Sehingga sebaiknya tidak dilakukan pembelian atau
dijual apabila saham tersebut telah dimiliki. Jika nilai intrinsik sama dengan nilai
pasar saham, maka saham tersebut dinilai wajar dan biasanya transaksi cenderung
tidak ada untuk saham tersebut. Pendapat lain mengenai penilaian investasi
saham, Sunariyah (2006:168-170) menyatakan bahwa ada dua pendekatan analisa
yang sering digunakan dalam penilaian investasi saham yaitu analisis fundamental
dan analisis teknikal.
a. Analisis Fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki
nilai intrinsik yang biasanya diestimasi oleh para pemodal. Nilai intrinsik
34
merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan
untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu risiko yang melekat
pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan
harga pasar yang sekarang (current market price). Harga pasar suatu saham
merupakan refleksi dari rata-rata nilai intrinsiknya.
Ada dua pendekatan fundamental yang umumnya digunakan dalam
melaksanakan penelitian saham, yaitu:
1) Pendekatan Laba (Price Earning Ratio Approach)
Pendekatan ini beranggapan bahwa expected return diperoleh dari perkiraan
laba per saham di masa yang akan datang, sehingga dapat diketahui berapa
lama investasi saham akan kembali.
2) Pendekatan Nilai Sekarang (Present Value Approach)
Dalam pendekatan ini nilai suatu saham diestimasikan dengan cara
mengkapitalisasi pendapatan (capitalization income method). Nilai sekarang
suatu saham adalah sama dengan nilai sekarang dari arus kas di masa yang
akan datang, yang pemodal harapkan diterima dari investasi saham tersebut.
b. Analisis Teknikal
Analisis teknikal (technical analysis) merupakan suatu teknik analisis yang
menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha
mengakses permintaan dan penawaran sesuatu saham tertentu atau pasar secara
keseluruhan.
Pendekatan
analisis
ini
menggunakan
data
pasar
yang
dipublikasikan, seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham
gabungan dan individu serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Oleh ebab itu
35
pendekatan ini juga disebut pendekatan analisis pasar (market analysis) atau
analisis internal (internal analysis). Asumsi yang mendasari analisis teknikal
adalah:
1) Terdapat ketergantungan sistematik di dalam return yang dapat dieksploitasi ke
return abnormal.
2) Pada pasar tidak efisien, tidak semua informasi harga masa lalu diamati ketika
memprediksi distribusi return sekuritas.
3) Nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan penawaran.
Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan analisis teknikal adalah sebagai
berikut:
1) Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan.
2) Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu. Penekanannya hanya pada
perubahan harga.
3) Teknikal analisis berfokus pada faktor-faktor internal melalui analisis
pergerakan di dalam pasar atau suatu saham.
4) Para analis teknikal cenderung lebih berkonsentrasi pada jangka pendek.
Teknik-teknik analisis teknikal dirancang untuk mendeteksi pergerakan harga
dalam jangka waktu yang relatif pendek.
2.1.2 Teori Risiko Saham
1.
Pengertian Risiko Saham
Risiko adalah sebuah konsep penting dalam analisis keuangan, terutama
dalam bagaimana hal itu mempengaruhi harga sekuritas dan tingkat pengembalian
(Harjito dan Martono, 2013:415). Pendapat lain mengenai risiko, merupakan
36
besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalianyang diharapkan (expected
return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Semakin besar
penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya (Halim, 2005:41).
Dalam hal ini konsep yang diambil adalah risiko saham individual, dengan kata
lain kita menganalisis kemungkinan tidak tercapaimya hasil (keuntungan) yang
diharapkan.
Menurut Husnan (2009:52-53) Risiko merupakan kemungkinan tingkat
keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang
diharapkan. Karena itu risiko mempunyai dua dimensi yaitu menyimpang lebih
besar maupun lebih kecil dari yang diharapkan. Salah satu instrumen pengukur
risiko adalah deviasi standar dan dinyatakan dengan symbol σ, atau apabila
dinyatakan dalam bentuk kuadrat disebut sebagai variance (=σ2). Dengan
demikian risiko dapat dirumuskan.
a. Variance (σ2i)
Apabila probabilitas setiap peristiwa sama, maka perhitungannya dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
σ2 i
: Variance saham i
Rij
: Actual return dari investasi pada saham i
E(Ri) : Expected return dari investasi pada saham i
37
N
: Banyaknya periode pengamatan
b. Pengukuran Deviasi standar dinyatakan sebagai berikut :
Keterangan :
σ
: Deviasi Standar
σ2i
: Variance saham i
Sumber: Husnan (2009:53)
2. Jenis-jenis Risiko Saham
Menurut Halim (2005:51) beberapa jenis risiko investasi yang timbul dan
perlu dipertimbangkan dalam membuat keputusan investasi adalah:
a. Risiko bisnis (business risk), merupakan risiko yang timbul akibat menurunnya
profitabilitas perusahaan emiten.
b. Risiko likuiditas (liquidity risk), risiko ini berkaitan dengan kemampuan saham
yang bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami
kerugian yang berarti.
c. Risiko tingkat bunga (interest rate risk), merupakan risiko yang timbul akibat
perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar. Biasanya risiko ini berjalan
berlawanan dengan harga-harga instrumen pasar modal.
d. Risiko pasar (market risk), merupakan risiko yang timbul akibat kondisi
perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi
perekonomian lain. Ketika indeks pasar saham (security market index)
meningkat secara terus-menerus selama jangka waktu tertentu, tren yang
meningkat ini disebut bull market. Sebaliknya, ketika indeks pasar saham turun
38
terus-menerus selama jangka waktu tertentu, tren yang menurun ini disebut
bear market. Kekuatan bull market dan bear market ini cenderung
mempengaruhi semua saham secara sistematis sehingga tingkat pengembalian
pasar menjadi berfluktuasi.
e. Risiko daya beli (purchasing power risk), merupakan risiko yang timbul akibat
pengaruh perubahan tingkat inflasi. Perubahan ini akan menyebabkan
berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang
diperoleh dari investasi sehingga nilai riil pendapatan menjadi lebih kecil.
f. Risiko mata uang (currency risk), merupakan risiko yang timbul akibat
pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik (misalnya rupiah) terhadap
mata uang negara lain (misalnya dollar Amerika Serikat).
Risiko-risiko diatas satu sama lain tidak saling berhubungan, tetapi dapat
terjadi secara bersamaan. Risiko A sampai dengan B termasuk risiko yang
dapat dihindari (risiko tidak sistematis), sedangkan risiko nomor C sampai
dengan F termasuk risiko utama yang tidak dapat dihindari (risiko sistematis).
3. Macam-macam Risiko
Menurut Halim (2005:43) pada prinsipnya risiko dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Risiko Sistematis (Systematic Risk)
Adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi,
karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat
mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya perubahan tingkat bunga,
39
kurs valuta asing, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Risiko ini bersifat
umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham yang bersangkutan.
b. Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk)
Adalah risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena
risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi
risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain.
Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat
sensivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya faktor
struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan dan
sebagainya.
Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka
dibedakan menjadi tiga Halim (2005:42) yaitu :
a. Investor yang tidak menyukai risiko atau menghindari risiko (Risk Averter).
Merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda,
maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah.
Biasanya investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan
investasinya secara matang dan terencana.
b. Investor yang menyukai risiko (Risk Seeker)
Merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda,
maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi.
Biasanya investor jenis ini bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil
40
keputusan investasi karena mereka tahu bahwa hubungan tingkat pengembalian
dan risiko adalah positif.
c. Investor yang netral terhadap risiko (Risk Neutral)
Merupakan investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang
sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor jenis ini umumnya cukup fleksibel
dan bersikap hati-hati dalam mengambil keputusa
2.1.3 Return saham
1. Pengertian Return Saham
Menurut Jogiyanto (2009:199) return merupakan hasil yang diperoleh dari
investasi. Sedangkan Menurut Samsul (2006:291) menyatakan bahwa
return
adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi.
Pendapatan investasi dalam saham ini merupakan keuntungan yang diperoleh dari
jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut
capital loss.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa return saham
merupakan tingkat pengembalian berupa imbalan yang diperoleh dari hasil jual
beli saham.
2. Jenis-jenis Return saham
Return menurut Jogiyanto (2009: 199) dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Return Realisasian (Realized Return)
Merupakan return yang telah terjadi. Return realisasian dihitung menggunakan
data historis. Return realisasian penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasian atau return hitoris ini juga
41
berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasian (expected return) dan
risiko dimasa datang. Return realisasian dapat dibedakan atas:
1) Return Total merupakan return keseluruhan dari suatu periode yang tertentu.
2) Return Relatif merupakan return yang digunakan dengan menambahkan nilai 1
terhadap nilai return total.
3) Return Kumulatif merupakan return yang mengukur akumulasi semua return
mulai dari kemakmuran awal.
4) Return Disesuaikan merupakan return yang disesuaikan dengan inflasi biasa
disebut dengan retun riel.
5) Rata-rata Geometrik return yang diperoleh dari rata-rata tingkat pertumbuhan
kumulatif dari waktu ke waktu.
b. Return Ekspektasian (expected return)
Merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi.
Return ini penting dibandingkan dengan return historis karena return
ekspektasian merupakan return yang diharapkan dari invstasi yang dilakukan.
Return ekspektasian (expected return) dapat dihitung berdasarkan beberapa
cara sebagai berikut:
1) Berdasarkan nilai ekspektasi masa depan
Yaitu mengalihkan masing-masing hasil masa depan dengan probabilitas
kejadiannya dan menjumlah semua produk perkalian tersebut.
2) Berdasarkan nilai-nilai return historis
Kenyataan menghitung hasil masa depan dan probabilitasnya merupakan hal
yang tidak mudah dan bersifat subjektif. Akibat dari perkiraan subjektif ini
42
ketidakakuratan akan terjadi. Untuk mengurangi ketidakakuratan ini, data
historis dapat digunakan sebagai dasar ekspektasi. Tiga metode dapat
diterapkan untuk menghitung antara rata-rata tertimbang (mean method) yang
tidak mempertimbangkan pertumbuhan dari return-returnnya, kedua metode
trend (trend method) yang memperhitungkan pertumbuhannya, dan ketiga
metode jalan acak (random walk method) yang memperkirakan return terakhir
akan terulang di masa depan.
3) Metode Jalan Acak
Model yang banyak digunakan adalah model indeks tunggal (harga dari suatu
sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar) dan model CAPM
(Capital Asset Pricing Model).
3. Komponen Return
Menurut Tandelilin (2001: 48), return saham terdiri dari dua komponen, yaitu:
a. Capital gain (loss)
Capital gain (loss) yaitu kenaikan (penurunan) harga suatu saham yang bisa
memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.
b. Yield
Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau
pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi saham.
4. Analisis Return Saham
a. Tingkat Return Saham Individual
Tingkat keuntungan saham yang berasal dari perubahan harga saham dan
pembagian dividen, berkorelasi karena adanya reaksi umum terhadap
43
perubahan-perubahan nilai pasar secara sistematis, perhitungan return saham
adalah sebagai berikut:
Pt-Pt-1+Dt
1) Return saham
=
Pt−1
Keterangan :
Pt atau
: Price, yaitu harga untuk waktu t
Pt−1
: Price, yaitu harga untuk waktu sebelumnya
Dt
: Dividen periodik
Sumber : Jogiyanto (2009: 201)
2) Return saham
Keterangan :
Rit
: Tingkat keuntungan saham i pada periode t
Pit
: Harga saham i pada periode t
Pit – 1
: Harga saham periode sebelumnya
Dit
: Dividen saham periode terakhir
Sumber: Husnan (2009:50)
5. Expected Return Saham Individual
Tingkat keuntungan yang diharapkan (Expected Return) adalah rata-rata
tertimbang dari berbagai return historisnya. Persamaan yang digunakan untuk
menghitung expected return adalah sebagai berikut :
44
Dalam hal ini E (Ri) adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari
investasi i, Pij adalah probabilitas memperoleh tingkat keuntungan pada investasi
i, dan M banyaknya peristiwa yang mungkin terjadi. Apabia probabilitasnya tidak
diketahui, maka bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
E(Ri)
: Expected return dari investasi pada saham i
Rij
: Actual return dari investasi pada saham i
N
: Banyaknya periode pengamatan
Sumber : Husnan (2009:51)
2.1.4 Teori Portofolio
1. Pengertian Portofolio
Dalam dunia investasi hampir semua mengandung unsur ketidakpastian atau
resiko, untuk meminimalkan hal tersebut investor atau pemodal dapat membentuk
portofolio investasi. Portofolio adalah kumpulan saham atau aset lain yang
dimiliki oleh pemodal perorangan atau lembaga (Tandelilin, 2010:157).
Menurut Husnan (2009:49) Portofolio berarti sekumpulan investasi yang
menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa
proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut.
Pemilihan banyak sekuritas (dengan kata lain pemodal melakukan diversifikasi)
dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas
45
dipengaruhi antara lain oleh preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak
dan sebagainya.
Portofolio merupakan suatu kumpulan bukti yang dikumpulkan untuk tujuan
tertentu. Bukti ini berupa dokumen yang dapat digunakan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk menyimpulkan mengenai pengetahuan, keterampilan dan
atau watak penyusunnya. Sedangkan menurut Sunariyah (2006:194) Portofolio
merupakan serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasikan dan
dipegang oleh investor baik perorangan maupun lembaga.
Jadi
investasi
portofolio
(portofolio
investment)
menurut
Sukirno
(2005:381) merupakan pembelian saham dan obligasi semata-mata yang tujuanya
untuk mendapatkan hasil dari dana yang diinvestasikan oleh para investor melalui
pasar modal. Seorang investor yang menanamkan dananya di pasar modal
biasanya tidak memilih satu saham saja karena dengan melakukan kombinasi
saham (diversifikasi), investor dapat meraih pendapatan yang optimal sekaligus
memperkecil risiko.
2. Expected Return Saham Portofolio
Setelah menghitung Expected Return dan risiko sekuritas tunggal maka
langkah selanjutnya adalah menentukan Expected Return Saham Portofolio. Kalau
kita hanya memiliki sekuritas A dan B, maka kita mengetahui bahwa tingkat
keuntungan yang diharapkan dari portofolio yang terdiri dari dua sekuritas
tersebut adalah:
46
Keterangan :
XA
: Adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada A
XB
: Adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada B
E(RA) : Adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari A
E(RB) : Adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari B
E(RP) : Adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio
Sumber: Husnan (2009:70)
Dimana tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu portofolio
merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan masingmasing sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.
3. Koefisien Korelasi Saham
Menurut Husnan (2009:66) koefisien korelasi menunjukkan hubungan
(association) antara suatu variabel dengan variabel yang lain, meskipun demikian
hubungan ini bukan merupakan hubungan sebab akibat. Sebagai contoh, kalau
harga emas naik dan US$ turun, dikatakan bahwa kedua variabel tersebut
mempunyai korelasi negatif. Korelasi negatif berarti kalau variabel yang satu
naik, yang satu akan turun dan sebaliknya. Sedangkan kalau korelasi positif, kalau
variabel yang satu naik, variabel yang lain ikut naik. Demikian pula kalau variabel
yang satu naik, varibel yang satunya akan ikut naik pula. Meskipun demikian kita
tidak bisa mengatakan bahwa kenaikan harga emas akan menurunkan nilai US$
atau sebaliknya. Kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan sebab
akibat. Kalau kita mempunyai data cardinal (yaitu data yang dinyatakan dalam
ukuran kuantitatif) seperti tingkat keuntungan investasi, nilai penjualan dan
47
48
Sumber : Husnan (2009:87)
Berdasarkan gambar di atas, garis vertikal menunjukkan besarnya tingkat
return yang diharapkan dari masing-masing jenis aset, sedangkan garis horizontal
menunjukkan risiko yang ditanggung investor. Titik Rf menunjukkan tingkat
return bebas risiko (risk free rate), untuk selanjutnya akan ditulis sebagai Rf. Rf
dalam gambar di atas menunjukkan satu pilihan investasi yang menawarkan
tingkat return yang diharapkan sebagai Rf dengan risiko sebesar 0. Maka
kesimpulan yang bisa kita ambil adalah bahwa risiko dan return yang diharapkan
mempunyai hubungan yang searah dan linier. Artinya semakin tinggi risiko,
semakin tinggi pula return yang diharapkan dan sebaliknya.
5. Risiko Portofolio
Untuk mengukur risiko portofolio yang terdiri dari 2 (dua) sekuritas, dapat
dihitung dengan deviasi standar. Return kedua sekuritas tersebut secara matematis
rumus yang bisa dipakai adalah :
Keterangan :
: Adalah deviasi standar portofolio
: Adalah deviasi standar saham A, B
: Adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada saham A dan B
: Adalah koefisien korelasi saham A dan B
Sumber: Husnan (2009:71)
6. Diversifikasi Saham
49
Menurut Tandelilin (2010:115) Model diversifikasi yang bisa digunakan
investor dalam usaha untuk melakukan penyebaran risiko antara lain :
a. Diversifikasi random
Diversifikasi random atau “diversifikasi secara naïf” terjadi ketika investor
menginvestasikan dananya secara acak pada berbagai jenis saham yang
berbeda atau pada berbagai jenis aset yang berbeda dan berharap bahwa
varians return sebagai ukuran risiko portofolio tersebut akan bisa diturunkan.
Dalam hal ini, investor memilih aset-aset yang akan dimasukkan kedalam
portofolio tanpa terlalu memperhatikan karakteristik aset-aset bersangkutan
(misalnya tingkat return yang diharapkan ataupun klasifikasi industri aset
tersebut).
Seorang
investor
yang
melakukan
diversifikasi
random
mengasumsikan, semakin banyak jenis aset dimasukkan dalam portofolio,
maka semakin besar manfaat pengurangan risiko yang akan diperoleh. Tetapi
sayangnya, manfaat diversifikasi yang diperoleh dengan penambahan jumlah
saham semakin lama semakin berkurang.
b. Diversifikasi Markowitz
Untuk memperoleh manfaat pengurangan risiko yang lebih optimal dari
diversifikasi, tentunya kita tidak bisa mengabaikan begitu saja informasiinformasi yang penting tentang karakteristik aset-aset yang dimasukkan dalam
portofolio, seperti yang dilakukan dalam diversifikasi random. Diversifikasi
Markowitz lebih efisien daripada diversifikasi random dimana Markowitz
mengatakan “Janganlah menaruh semua telur ke dalam keranjang”. Karena
kalau keranjang tersebut jatuh, maka semua telur yang ada dalam keranjang
50
tersebut akan pecah. Dalam konteks investasi, ajaran tersebut bisa diartikan
sebagai “janganlah menginvestasikan semua dana yang kita miliki hanya pada
satu aset saja, karena jika aset tersebut gagal, maka semua dana yang telah kita
investasikan akan lenyap”.
7. Pembentukan Portofolio yang Efisien
Investor dapat menetukan kombinasi dari efek-efek untuk membentuk
portofolio, baik yang efisien maupun yang tidak efisien. Pada Gambar 1
diasumsikan investor membentuk portofolio : A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J
Yang penting bagi investor adalah bagaimana menentukan portofolio yang dapat
memberikan kombinasi tingkat pengembalian dan risiko yang optimum.
Suatu portofolio dikatakan efisien apabila portofolio tersebut ketika
dibandingkan dengan portofolio lain memenuhi kondisi berikut:
a. Memberikan Expected Return terbesar dengan risiko yang sama, atau
b. Memberikan risiko terkecil dengan Expected Return yang sama.
Lebih jelasnya mengenai kondisi tersebut disajikan pada Gambar 1 tersebut
garis B, C, D, E, F disebut sebagai permukaan yang efisien (efficient frontier),
yaitu garis yang menunjukkan sejumlah portofolio yang efisien, dan semua
portofolio di bawah garis tersebut dinyatakan tidak efisien.
Misalnya, portofolio A merupakan portofolio yang tidak efisien bila
dibandingkan dengan portofolio C, karena dengan risiko yang sama, portofolio C
memberikan Expected Return yang lebih tinggi. Demikian juga portofolio H,
merupakan portofolio yang tidak efisien bila dibandingkan dengan portofolio B,
karena dengan Expected Return yang sama, portofolio H mempunyai risiko yang
51
lebih tinggi. Kumpulan kesempatan investasi digambarkan pada kurva yang
semuanya cembung terhadap sumbu E (Rp). Hal ini disebabkan karena semua
saham mempunyai koefisien korelasi ( ) antara
1 dan -1. Sehingga tidak
semua portofolio akan berada pada efficient frontier, beberapa akan mengungguli
yang lain. Portofolio akan selalu mengungguli saham individual, karena melalui
diversifikasi akan terjadi pengurangan risiko, sehingga hanya portofolio saja yang
akan berada di sepanjang kurva efficient frontier. Untuk lebih jelasnya tampak
pada gambar 2 dibawah ini.
E(Rp)
F
4
E
3
D
G
2
C
1
0
4
B
H
1
2
A
3
I
J
Gambar 2
Portofolio yang Efisien dan yang Tidak Efisien
Sumber : Halim (2005:55)
52
8. Pembentukan Portofolio yang Optimal
Menurut Halim (2005:54) Portofolio yang efisien yaitu portofolio yang
terletak pada efficient frontier merupakan portofolio yang efisien sehingga tidak
dapat dikatakan portofolio mana yang optimal. Pendekatan yang digunakan untuk
memilih portofolio yang optimal adalah sebagai berikut:
a. Indifference Curve
Dalam konteks manajemen investasi, kurva indiferen (indifference curve) IC
merupakan suatu kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi efek yang
memberikan tingkat pengembalian yang sama (indifference) bagi investor.
Kemiringan (slope) IC menunjukkan tingkat substitusi marginal (marginal rate of
substitution) dari tingkat pengembalian dan risiko.
Apabila tingkat pengembalian dan risiko merupakan substitution yang
sempurna, maka IC berupa garis lurus. Dalam kenyataan keduanya bukan
merupakan substitusi sempurna, karena pada suatu tingkat risiko tertentu dalam
setiap kenaikan risiko, mungkin individu akan meminta tambahan tingkat
pengembaliaan yang semakin besar, sehingga IC tidak lagi merupakan garis lurus.
Semakin besar kemiringan IC menunjukkan bahwa investor semakin hati-hati
terhadap risiko. Sebaliknya, semakin kecil kemiringan IC menunjukkan bahwa
investor semakin berani menghadapi risiko kemiringan IC positif menunjukkan
bahwa investor selalu menginginkan tingkat pengembalian yang besar sebagai
kompensasi atas risiko yang lebih besar yang harus ditanggungnya. Untuk lebih
jelasnya, kami sajikan gambar kurva indifference.
53
ER
IC-3
IC-2
IC-1
D
C
B
A
Risiko Portofolio
Gambar 3
Kurva Indifferen
Sumber : Halim (2005:62)
Kombinasi portofolio pada suatu IC akan memberikan preferensi yang
sama (indifference) bagi seorang investor, karena semua titik dalam kurva
tersebut menunjukkan seberapa besar preferensi seorang investor terhadap
risiko. Misalnya kombinasi pada IC-1, yaitu titik A dan titik B masingmasing menunjukkan kombinasi expected return dan risiko tertentu.
Expected Return dan risiko titik B lebih besar dari Expected Return dan
risiko titik A, Expected Return titik B lebih besar dari titik A, namun risiko
yang tanggung titik B juga lebih besar dari titik A. Sementara itu, jika
diamati antara titik A, C dan D ketiganya memberikan risiko yang sama,
namun titik D memberikan Expected Return lebih tinggi dari titik C dan titik
54
C memberikan Expected Return lebih tinggi dari titik A. Investor yang
rasional akan memilih titik D.
Dengan demikian, kombinasi dari portofolio pada IC tertinggi, yaitu
IC-3 akan memberikan tingkat kepuasan tertinggi, dan investasi yang
rasional akan memilih situasi tersebut. Kombinasi dari portofolio pada IC
terendah, yaitu IC-1 memberikan tingkat kepuasan terendah. Perpindahan
dari IC terendah ke IC tertinggi menunjukkan adanya peningkatan kepuasan
para investor. Semakin tinggi utilitas suatu kurva indiferen, semakin tinggi
pula tingkat pengembalian yang diharapkan pada setiap tingkat risiko.
Uraian tersebut disajikan pada Gambar 3 dibawah ini.
E(Rp)
IC-2
IC-1
IC-A2
IC-B
IC-A
Z
IC-A1
W
EF
X
Y
Risiko
Gambar 4
Portofolio yang Optimal
Sumber : Halim (2005:63)
55
Bahwa portofolio optimal investor A terletak pada titik X yang memberikan
kepuasan sebesar IC-A, karena portofolio tersebut menawarkan Expected Return
dan risiko yang sesuai dengan preferensinya. Investor A dikatakan tidak rasional
jika memilih portofolio Y, karena portofolio tersebut memberikan Expected
Return lebih rendah dengan risiko yang sama, sehingga tidak terletak pada EF dan
memberikan kepuasan sebesar IC-A1 yang lebih rendah dari IC-A, investor A
juga dikatakan tidak rasional jika memiliki portofolio Z, karena portofolio
tersebut tidak tersedia di pasar walaupun dapat memberikan Expected Return
lebih tinggi dari X dan memberikan kepuasan sebesar IC-A.
Sedangkan kurva indiferen investor B bersinggungan dengan efficient
frontier pada titik W. Artinya, portofolio optimal bagi investor tersebut terletak
pada titik W. Karena portofolio tersebut menawarkan Expected Return dan risiko
yang sesuai dengan preferensinya.
b. Karakteristik Fungsi Utilitas
Fungsi utilitas jika dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Sikap yang tidak menyukai risiko (risk averter)
2) Sikap yang netral terhadap risiko (risk neutral)
3) Sikap yang menyukai risiko (risk seeker)
Investor yang tidak menyukai risiko atau menghindari risiko (Risk Averter)
merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka
ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah. Biasanya
56
investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara
matang dan terencana.
Investor yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) merupakan investor yang
akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan
risiko. Investor jenis ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati dalam
mengambil keputusan investasi.
Investor yang menyukai risiko (Risk Seeker) merupakan investor yang
apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat
pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka
mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi. Biasanya investor jenis ini
bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi. Ketiga jenis
risiko tersebut jika dikaitkan dengan utilitas disajikan dalam gambar 5.
Indeks
Utilitas
a (risk overter)
b (risk neutral)
c (risk seeker)
0
Kekayaan
Gambar 5
Hubungan Risiko dan Utilitas
Sumber : Halim (2005:64)
57
Berdasarkan gambar 5 dapat dijelaskan bahwa investor yang tidak menyukai
risiko, bentuk kurva fungsi utilitasnya adalah melengkung dengan peningkatan
yang semakin berkurang. Untuk investor yang netral terhadap risiko, untuk kurva
fungsi utilitasnya akan berbentuk garis lurus, dan investor yang menyukai risiko,
bentuk kurva fungsi utilitasnya akan melengkung dengan peningkatan yang
semakin bertambah
2.1.5 Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal adalah lembaga keuangan yang mempunyai
kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek (surat berharga). Pasar modal
juga merupakan lembaga profesi yang berkaitan dengan transaksi jual beli efek
dan perusahan publik yang berkaitan dengan efek. Pasar modal juga merupakan
salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak
kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat,dengan adanya pasar modal
penyebaran kepemilikan perusahaan dapat menyentuh masyarakat luas bahkan
masyarakat menengah.Secara formal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk
berbagai instrumen keuangan
(sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual
belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan
pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2003:1).
Sedangkan menurut Sunariyah (2000:4) Pengertian pasar modal secara umum
adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah
bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta
keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal
58
adalah
suatu
pasar
(tempat,
berupa
gedung)
yang
disiapkan
guna
memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga
lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.
Pasar modal merupakan pelengkap di sector keungan terhadap dua lembaga
lainnya yaitu bank dan lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan.
Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik
modal dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor). Pengertian pasar modal
menjadi tiga yaitu:
a. Dalam arti luas
Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisir, termasuk
bank-bank komersial dan semua perantara dibidang keuangan, surat
berharga/klaim panjang pendek primer dan yang tidak langsung.
b. Dalam arti menengah
Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang
memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya berjangka lebih dari satu
tahun) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotik, tabungan dan
deposito berjangka.
c. Dalam arti sempit
Pasar modal adalah tempat pasar uang terorganisir yang memperdagangakan
saham dan obligasi dengan menggunakan jasa makelar dan underwriter.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka pasar modal dapat diartikan
sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli modal / dana. Pasar modal
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
59
diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang
diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Pasar
Modal juga merupakan tempat perusahaan mencari dana segar untuk
mengingkatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak
keuntungan. Dana segar yang ada di pasar modal berasal dari masyarakat yang
disebut juga sebagai investor. Para investor melakukan berbagai tehnik analisis
dalam menentukan investasi di mana semakin tinggi kemungkinan suatu
perusahaan menghasilkan laba dan semakin kecil risiko yang dihadapi maka
semakin tinggi pula permintaan investor untuk menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut.
2. Fungsi dan Peranan Pasar Modal
Pasar modal banyak dijumpai dibanyak negara karena pasar modal
menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan (Husnan, 2009:4). Hal tersebut juga
menjadi alasan dibentuknya pasar modal. Dalam melaksanakan fungsi
ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari
pihak yang mempunyai kelebihan (lenders) ke pihak yang memerlukan dana
(borrower). Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki,
lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut.
Dari sisi borrowers terseddianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka
melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi
perusahaan. Sedangkan fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana
yang diperlukan oleh para borrowers dan para lenders menyediakan dana tanpa
harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk
60
investasi tersebut. Meskipun harus diakui perbedaan fungsi ekonomi dan ekonomi
ini sering tidak jelas.
Selain fungsi dan alasan dibentuknya pasar modal diatas, pasar modal juga
mempunyai peranan penting dalam perekonomian negara. Peranan pasar modal
adalah sebagai berikut:
a. Fungsi tabungan
Pasar modal merupakan alternatif tempat penyimpanan bagi masyarakat, dan
dana tersebut dapat digunakan untuk memperbanyak jasa dan produk-produk di
suatu sektor perekonomian.
b. Fungsi kekayaan
Pasar modal adalah salah satu cara untuk menyimpan kekayaan masyarakat
baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek, sampai dengan kekayaan
tersebut dapat dipergunakan kembali.
c. Fungsi likuiditas
Pasar modal dapat melikuidasi kekayaan yang disimpan dalam sekuritas
dengan risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan aktiva lain.
d. Fungsi pinjaman
Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan
pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat.
3. Manfaat Pasar Modal
Perkembangan ekonomi suatu negara sangat ditentukan oleh lembaga
perbankan dan keuangan termasuk didalamnya pasar modal. Menurut Sunariah
(2006:29) manfaat pasar modal, yaitu:
61
a. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
b. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
diversifikasi.
c. Menyediakan leding indikator bagi trend ekonomi negara.
d. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
e. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim
berusaha yang sehat.
f. Menciptakan lapangan kerja / profesi yang menaik.
g. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan memiliki
prospek.
4. Jenis-jenis Pasar Modal
Sunariyah (2006:12-14) menyatakan bahwa Penjualan saham (termasuk
jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Pada Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar
modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Terdapat 2 (dua) jenis pasar
modal yaitu:
a. Pasar Perdana (primary market)
Setelah izin emisi diberikan, yang berarti bahwa perusahaan yangbersangkutan
telah go public, maka efek tersebut mulai akan ditawarkan/diperdagangkan di
pasar perdana. Pasar perdana menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 859/KMK01/1989: adalah penawaran efek emiten kepada
pemodal selama masa tertentusebelum efek tersebut dicatatkan di bursa.
62
b. Pasar Sekunder (secondary market)
Dalam waktu selambat-lambatnya 90 hari setelah izin emisi diberikan maka
efek tersebut harus dicatatkan di bursa, di mana transaksi dilakukan melalui
perantara perdagangan efek dan pedagang efek yang menjadi anggota bursa.
Dengan demikian lembaga penunjang yang berperan adalah perantara
perdagangan efek. Pedagang efek, biro efek dan clearing house.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pasar Modal
Husnan (2009:8) menyatakan bahwa sebagaimana didefinisikan pasar modal
merupakan pertemuan supply dan demand akan dana jangka panjang yang
transferable. Karena itu keberhasilan pembentukan pasar modal dipengaruhi oleh
supply dan demand tersebut. Secara rinci faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pasar modal antara lain adalah:
a. Supply Sekuritas
Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan
sekuritas di pasar modal. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah (1) apakah
terdapat jumlah perusahaan yang cukup banyak di suatu negara yang
memerlukan dana yang bisa diinvestasikan dengan menguntungkan?, dan(2)
apakah mereka bersedia memenuhi persyaratan full disclosure (artinya
mengungkapkan kondisi perusahaan) yang dituntut oleh pasar modal?
b. Demand akan sekuritas
Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki
jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritassekuritas
63
yang ditawarkan. Para calon pembeli sekuritas tersebut mungkin berasal dari
individu, perusahaan non-keuangan, maupun lembaga-lembaga keuangan.
c. Kondisi politik akan ekonomi
Faktor ini akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas.
Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang
pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas.
d. Masalah hukum dan peraturan
Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang
disediakan
oleh
perusahaan-perusahaan
yang
menerbitkan
sekuritas.
Kebenaran informasi, karena itu, menjadi sangat penting, disamping kecepatan
dan kelengkapan informasi. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi
yang tidak benar dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan.
e. Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal
dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien.
Kegiatan di pasar modal dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pemilik dana dan pihak yang memerlukan dana secara langsung.
6. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Husnan (2009:9) menyatakan bahwa di pasar modal diperlukan berbagai
lembaga dan profesi agar kegiatan pasar modal dapat berjalan dengan baik.
Lembaga-lembaga tersebut adalah:
a. BAPEPAM (Badan Pengawasan Pasar Modal)
Di pasar modal Indonesia lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan
modal adalah BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal)
64
b. Bursa Efek
Lembaga yang menyelenggarakan perdagangan efek adalah Bursa Efek di
Indonesia Bursa Efek harus berbentuk Perseroan.
c. Lembaga Kliring dan Penjaminan
Lembaga ini menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi
bursa. Sama seperti kalau kita melakukan pembayaran dengan menggunakan
cheque, yang kliringnya dilakukan oleh Bank Indonesia, lembaga ini
melakukan jasa kliring untuk di jual efek di bursa efek.
d. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
Lembaga ini merupakan lembaga yang menyediakan jasa kustodian
(penyimpanan efek) sentral dan penyelesaian transaksi efek.
e. Perusahaan Efek
Perusahaan efek dapat menjalankan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek,
Perantara Pedagang Efek dan atau Manajer Investasi setelah memperoleh izin
usaha dari BAPEPAM.
f. Reksa Dana
Reksa Dana merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio
efek oleh manajer investasi.
g. Kustodian
Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Kustodian (penitipan
efek) adalah Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Efek, atau
Bank Umum yang telah memperoleh persetujuan Bapepam.
65
h. Biro Administrasi Efek
Kalau suatu perusahaan menerbitkan saham misalnya, maka perusahaan
tersebut perlu memelihara catatan tentang pemilik saham-saham tersebut.
i. Wali Amanat (Trustee)
Jasa Wali Amanat diperlukan untuk penerbitan obligasi.
j. Akuntan
Peran akuntan publik yang pertama adalah memeriksa laporan keuangan dan
memberikan pendapat terhadap laporan keuangan.
k. Notaris
Jasa notaris diperlukan untuk membuat berita acara Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) dan menyusun pernyataan keputusan-keputusan RUPS.
7. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
Pada awalnya perkembangan pasar modal di Indonesia, kalau diukur dengan
beberapa indikator pasar modal, seperti jumlah perusahaan yang terdaftar di bursa,
jumlah saham yang tercatat, kegiatan perdagangan, dan sebagainya, ternyata
sangat lambat pada awal-awal pengaktifan kembali pasar modal Indonesia.
Sampai dengan tahun 1988 hanya tercatat 24 perusahaan yang terdaftar du bursa.
Baru pada tahun-tahun berikutnya terjadi peningkatan jumlah perusahaan yang
terdapat di bursa.Pada tahun 1982 pemerintah memberikan insentif dalam bentuk
keringanan pajak bagi perusahaan yang bersedia menjual sahamnya di pasar
modal Indonesia. Insentif ini berakhir pada tahun 1983, karena pada tahun 1984
berlaku
sistem
perpajakan
baru.
Karena
itulah
beberapa
perusahaan
66
memanfaatkan insentif ini sehingga jumlah perusahaan meningkat dari hanya 8
perusahaan yang terdaftar di bursa, menjadi 23 perusahaan.
2.1.6 Teori Investasi Saham
1. Pengertian Investasi Saham
Investasi dalam arti luas adalah penanaman uang atau modal dalam suatu
perusahaan atau proyek untuk tujuan memeperoleh keuntungan.
Menurut Mulyadi (2001:284) investasi adalah pengaitan sumber-sumber
dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang.
Menurut Jogiyanto (2010:5) Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan
konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu
tertentu.
Menurut Simamora (2000:438) investasi adalah suatu aktiva yang
digunakan oleh perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan melalui distribusi hasil
investasi (seperti pendapatan bunga, royality, deviden, pendapatan sewa dan lainlain) untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan lain
yang ingin berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh lewat hubungan dagang.
Jadi saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang
diperbandingkan di lantai bursa efek, yang digunakan bagi perusahaan untuk
kelangsungan hidup perusahaan dalam membutuhkan dana dari masyarakat.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan mengenai definisi
investasi saham yaitu pemilikan atau pembelian saham-saham perusahaan oleh
suatu perusahaan lain atau perorangan dengan tujuan untuk memperoleh
pendapatan tambahan diluar pendapatan dari usaha pokoknya.
67
2. Tujuan Investasi
Secara umum tujuan berinvestasi adalah untuk mencari keuntungan. Tujuan
lain investasi secara luas untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan yang kita
harapkan. Pemenuhan kebutuhan dan keinginan tersebut guna meningkatkan
kualitas hidup. Ada beberapa alasan mengapa pihak-pihak tertentu melakukan
investasi antara lain sebagai berikut :
a. Bagi Perusahaan
1) Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara lain
seperti bunga, royalti, deviden, atau uang sewa dan lain-lainnya.
2) Untuk menghimpun suatu dana khusus, misalnya dana untuk kepentingan
ekspansi, kepentingan sosial.
3) Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui pemilikan
sebagian ekuitas perusahaan tersebut.
4) Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk produk
yang dihasilkan.
5) Untuk mengurangi persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang sejenis.
6) Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.
b. Bagi Investor
Tujuan investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih layak di masa datang, mengurangi tekanan inflasi, dan dorongan
untuk menghemat pajak.
3. Motif Investasi
68
Setiap orang mempunyai motif berbeda-beda dalam melakukan keputusan
investasi, secara umum tentu saja motif investasinya adalah memperoleh
keuntungan. Menurut Subagyo (2002:199) ada 4 sasaran yang ingin dicapai oleh
pemodal yaitu :
a. Seorang pemodal yang memiliki motif untuk memperoleh dividen biasanya
membeli saham perusahaan yang sudah stabil, sehingga investor memperoleh
dividen yang relative stabil.
b. Seorang investor yang memiliki motif berdagang, mereka tergolong dalam
investor yang aktif. Dimana seorang investor yang mempunyai aktivitas jual
beli di bursa efek. Pada saat harga efek rendah maka membeli efek tersebut dan
menjual kembali pada saat harganya naik. Keuntungan yang diperoleh dari
selisih positif antara harga beli dan harga jual.
c. Investor dengan motif berkepentingan dalam kepemilikan saham perusahaan
akan memilih saham perusahaan yang mempunyai nama baik, perubahan harga
saham yang relatif kecil tidak akan mendorong investor untuk menjual saham
yang dimiliki.
d. Investor dengan motif spekulatif, investasi ini biasanya memanfaatkan
perubahan trend yang terjadi di pasar, semakin fluktuasi harga suatu saham
semakin terbuka kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Investor
spekulasi lebih menyukai saham-saham yang belum berkembang, tetapi
diyakini perusahaan tersebut berkembang dengan baik di masa yang akan
datang.
4. Proses Investasi
69
Untuk melakukan investasi dalam sekuritas atau efek ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan, yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak
investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan (Husnan, 2009:47).
Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan Kebijakan Investasi
Disini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan beberapa
investasi tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara
risiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa
tujuan investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Investor harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita kerugian.
Jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.
b. Analisis Sekuritas
Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok
sekurtias. Ada dua filosofi dalam melakukan analisis sekuritas yaitu pertama
mereka yang berpendapat bahwa ada sekuritas yang mispriced (harganya salah,
mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah). Ada berbagai cara untuk
melakukan analisis yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.
c. Pembentukan Portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Dalam tahap ini pemodal melakukan
identifikasi terhadap sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa
proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut.
Adanya pemilihan sekuritas ini (dengan kata lain pemodal melakukan
diversifikasi dimaksudkan untuk meminimalkan risiko yang ditanggung).
70
Pemilihan sekuritas ini akan dipengaruhi oleh preferensi risiko, pola kebutuhan
kas dan status pajak.
d. Melakukan Revisi Portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan
maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah
dimiliki. Jika portofolio yang dimilki sekarang dirasakan tidak lagi optimal
atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat
melakukan perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio
tersebut.
e. Evaluasi Kinerja Portofolio
Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik
dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang
ditanggung. Tidak benar kalau suatu portofolio memberikan keuntungan yang
lebih tinggi selalu lebih baik dari portofolio yang lainnya. Faktor risiko perlu
dimasukkan. Karena itu diperlukan standar pengukurannya.
5. Keuntungan dan Kerugian Investasi Saham
Pada dasarnya ada 2 keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli
atau memiliki saham, yaitu:
a. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
penerbit saham (emiten) tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan,
deviden diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam
71
RUPS. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai atau
dapat pula berupa dividen stock (saham) itu sendiri.
b. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dimana harga
jual lebih tinggi dari harga beli, capital gain terbentuk dengan adanya aktifitas
perdagangan di pasar sekunder.
Sedangkan kerugian yang bisa terjadi dalam investasi pada saham, yaitu:
a. Tidak Mendapat Dividen
Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan menghasilkan
keuntungan. Jika perusahaan mengalami kerugian maka perusahaan tidak dapat
membagikan dividen. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untuk
mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
b. Capital Loss
Dalam jual beli saham, terkadang seorang investor untuk menghindari potensi
kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya harga saham,
maka investor tersebut rela menjual sahamnya dengan harga lebih rendah dari
harga belinya, istilah ini dikenal dengan Cut Loss.
c. Perusahaan Bangkrut dan Dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara
langsung kepada pemegang saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan
peraturan pencatatan saham di bursa efek. Dalam kondisi perusahaan
dilikuidasi, maka pemeganng saham akan mendapat posisi lebih rendah
72
dibandingkan kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa
baru akan dibagikan kepada pemegang saham.
d. Saham di Delist dari Bursa (Delisting)
Resiko lain yang di hadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan
dikeluarkan dari pencatatan bursa efek (delist). Suatu saham perusahaan di
delist di bursa umumnya karena kinerja perusahaan yang buruk, Adapula
perusahaan yang di delist keluar dari bursa dengan tujuan Go Private,
perusahan yang melakukan Go Private tidak merugikan investor karena
perusahaan penerbit saham tersebut melakukan Buy Back terhadap saham yang
diterbitkan.
e. Saham di Suspend
Jika suatu saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas
bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga
saham yang di suspend tersebut dicabut dari status suspend. Hal yang
menyebabkan saham di suspend yaitu suatu saham mengalami lonjakan harga
yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai
kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan sementara
perdagangan saham tersebut untuk kemudian diminta konfirmasi lainnya.
Status suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat
diperdagangkan lagi seperti semula jika setelah mendapatkan informasi yang
jelas.
73
2.2 Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
Berapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sumber dan bahan
masukan karena tema penelitian tersebut berkaitan dengan permasalahan yang
sedang dibahas dalam penelitian ini. Keinginan peneliti untuk melakukan
penelitian ini didorong oleh adanya penelitian terdahulu, yaitu:
Penelitian yang dilakukan oleh Medrofa (2012) melakukan penelitian
tentang “ Aplikasi Capital Asset Pricing Model Sebagai Alat Bantu Pembentukan
Portofolio Efisien “ (Studi Pada Saham-saham Blue Chip di Bursa Efek Indonesia
Periode tahun 2007-2011). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif.
Setelah melewati tahap purposive sampling, maka sampel yang digunakan di
dalam penelitianini adalah 5 perusahaan telekomunikasi, yaitu PT Telekomunikasi
Indonesia,Tbk., PT Indosat, Tbk., PT XL Axiata, Tbk., PT Bakrie Telecom Tbk.,
danPT Smartfren Telecom Tbk (dahulu PT Mobile-8 Telecom Tbk.). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk., di tahun
2007, 2009-2011 berada pada safe zone namun di tahun 2008 berada di gray zone.
PT Indosat, Tbk., di tahun 2007-2008 berada di gray zone dan tahun 2009-2011
berada didistress zone. PT XL Axiata, Tbk., ditahun 2007-2009 berada didistress
zone dan di tahun 2010-2011 berada di gray zone . PT Bakrie Telecom Tbk., di
tahun 2007-2008 berada digray zone dan tahun 2009-2011 berada didistress zone
Dan untuk PT SmartfrenTelecom Tbk., di tahun 2007 berada di gray zone namun
di tahun 2009-2011 berada didistress zone. Untuk PT Telekomunikasi Indonesia,
Tbk.dan PTIndosat, Tbk. variabel yang bermasalah adalah working capital to
total assets
dan EBIT to total assets .Dan untuk PT XL Axiata, Tbk., PT
74
BakrieTelecom Tbk., dan PT Smartfren Telecom Tbk, variabel yang bermasalah
adalah working capital to total assets ,retained earning to total asset,dan EBIT to
total assets.
Penelitian yang dilakukan oleh Mirah dan Wijaya (2013) melakukan
penelitian tentang “Analisis Model Indeks Tunggal Portofolio Saham di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode tahun 2009-2011”.
Sampel dalam penelitian ini menggunakan saham yang aktif berdasarkan
frekuensi transaksi perdagangan dan pembagian dividen secara berturut-turut yang
dilakukan perusahaan selama periode tahun 2009-2011 dengan menggunakan
metode model indeks tunggal. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 saham
yang menjadi kandidat portofolio dari 17 saham yang diteliti yaitu, TLKM
(Telekomunikasi Indonesia Tbk) yang mempunyai nilai ERB tertinggi sebesar
1,87%, ADRO (Adaro Energy Tbk) dengan nilai ERB sebesar 1,20%, BBCA
(Bank Central Asia Tbk) dengan nilai ERB sebesar 1,08%, PGAS (Perusahaan
Gas Negara Tbk) dengan nilai ERB sebesar 1,04%, dan yang terakhir UNTR
(United Tracktors Tbk) dengan nilai ERB sebesar 0,78%. Dari hasil uji hipotesis
yang diajukan dapat disimpulkan bahwa nampak antara risiko saham yang masuk
kandidat portofolio dengan risiko saham yang tidak masuk kandidat portofolio
tidak terdapat perbedaan yang signifikan, maka investor seharusnya memilih
saham yang mempunyai tingkat risiko rendah yaitu saham-saham yang termasuk
dalam kandidat portofolio.
75
2.3
Kerangka Pemikiran
Investasi Saham
s
Harga Saham
(HS)
Return /
Pengembalian
Risk / Risiko
Saham (RS)
Proporsi masing-masing saham
Gambar 6
Kerangka Pemikiran
Sumber: Mulyadi (2001) Pembentukan Portofolio Saham yang
Efisien (PS)
Seorang investor jika ingin berinvestasi dalam bentuk surat berharga
(sekuritas) khususnya dalam hal ini adalah investasi saham harus memperhatikan
harga saham sebagai variabel HS (variael independen) atau disebut sebagai
variabel bebas kesatu, serta risiko saham sebagai RS (variael independen) atau
disebut sebagai variabel bebas kedua dan return. Variabel-variabel tersebut dapat
digunakan untuk menilai dan menentukan berapa besarnya proporsi dari masingmasing saham yang akan di investasikan. Dan untuk meminimalkan kerugian atas
investasi tersebut maka dibentuklah portofolio saham yang efisien
sebagai
variabel PS (variabel dependen) atau disebut sebagai variabel terikat. Dengan kata
lain harga saham (variabel HS) dan risiko saham (varibel RS) sebagai variabel
76
bebas mempengaruhi pembentukan atas portofolio saham yang efisien, dalam
penelitian ini
(variabel PS) sebagai variabel terikat. Sehingga dapat tercapai
tujuan dari dibentuknya portofolio saham yang efisien.
2.4 Perumusan Hipotesis
Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007:137) hipotesis adalah pernyataan
atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang
kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji
secara empiris.
Pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan hipotesis karena jenis
penelitian yang diambil ini menggunakan metode deskriptif yaitu jenis penelitian
yang menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Dimana data yang diperoleh akan dikumpulkan, dipelajari, diolah, kemudian
dianalisis.
Download