ARTIKEL ILMIAH BAHASA INDONESIA “PENGARUH TEMPERATUR DAN MEDIA PENDINGIN (HEAT TREATMENT) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN MIKROSTRUKTUR PADA BAJA” Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Bahasa Indonesia Disusun oleh : Nama : Adam Arjun Putra Agassi Nim : 3331200046 Kelas : A JURUSAN TEKNOLOGI MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2021 PENGARUH TEMPERATUR DAN MEDIA PENDINGIN (HEAT TREATMENT) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN MIKROSTRUKTUR PADA BAJA Adam Arjun Putra Agassi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin, ABSTRACT In this paper, a simple modification process was introduced to investigate the effects of cooling media on microstructure and mechanical properties of low carbon steels. Low carbon steel sheets are formed and heated in an oven at 900 °C for 30 minutes and cooled using different cooling media, namely: water (quenching), air (normalizing) and annealing cooling. Mechanical properties, including tensile strength, impact strength and microstructure are determined using the ultimate machine tensile machine and impact machine. Microstructures of steel have also been investigated and analyzed using microscope metallurgy and have been compared with steel raw materials. The results showed that the hardness of steel using water media is higher than the other media being studied; because the deformation of the ferrite structure becomes pearlite. Inter–critical samples of annealing tests at temperatures of 900 °C exhibit ferrite–martensite double phases and exhibit excellent mechanical properties when compared to NO, QE and RM test samples. These results are useful for researchers and industrialists as a basis for the development of steel properties into desired industrial products. Keywords: Annealing, normalizing, quenching, mechanical properties and quenching ABSTRAK Dalam paper ini, proses modifikasi sederhana diperkenalkan untuk menyelidiki efek media pendinginan terhadap struktur mikro dan sifat mekanik dari baja karbon rendah. Lembaran baja karbon rendah dibentuk dan dipanaskan dalam oven pada suhu 900 oC selama 30 menit dan didinginkan meggunakan media pendinginan yang berbeda, yaitu: air (quenching), udara (normalizing) dan pendinginan dalam oven (annealing). Sifat mekanik, meliputi kekuatan tarik, kekuatan impak dan struktur mikro ditentukan menggunakan mesin ultimate tensile machine dan impact machine. Mikrostruktur baja juga telah diselidiki dan dianalisa menggunakan microscope metallurgy dan telah dibandingkan dengan bahan baku baja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan baja menggunakan media air lebih tinggi dibandingkan dengan media lain yang dipelajari; dikarenakan deformasi struktur ferrit menjadi pearlit. Inter–critical sampel uji annealing (AN) pada suhu 900 °C menunjukkan ferit–martensit fase ganda dan menunjukkan sifat mekanik yang sangat baik bila dibandingkan dengan sampel uji (NO), (QE) dan tanpa perlakuan (RM). Hasil ini bermanfaat untuk peneliti dan industriawan sebagai dasar untuk pengembangan sifat baja menjadi produk industri yang diinginkan. Kata Kunci : Annealing, normalizing, perlakuan panas, sifat mekanik dan quenching, 1 LATAR BELAKANG Meskipun sejumlah besar bahan tersedia, baja telah digunakan dalam berbagai aplikasi karena fasilitas untuk mendapatkan mereka dan juga untuk sifat berbeda yang diperoleh dengan proses perlakuan panas, termasuk biaya yang rendah, dan dengan mempertimbangkan bahan baku dan produksi baja di seluruh dunia sekitar 6x109 ton per tahun. Baja adalah paduan Fe–C (kandungan Carbon maksimum sekitar 2%) yang dapat mengandung elemen paduan lainnya, sesuai dengan aplikasinya. Bahkan variasi rendah dalam komposisi tersebut dapat menyebabkan perbedaan besar dalam sifat mekanik, karena struktur akhir dapat berubah sesuai dengan pengolahan manufaktur dan juga siklus perlakuan panas yang diterapkan [1]. Aplikasi industri pembentukan lembaran baja mencari bahan dengan potensi deformasi plastis dan kekuatan tinggi. Tantangan ini tidak mudah dicapai, karena biasanya kenaikan kekuatan baja selalu disertai dengan penurunan elongasi [2]. Naeem et. al (2016)[3] telah menyelidiki baja karbon biasa yang diproses dengan teknik cathodic cage plasma nitriding (CCPN) menggunakan austenitic stainless steel cathodic cage (CC) memiliki variabel diameter (13–21 cm). Mereka melaporkan bahwa proses nitriding secara siknifikan meningkatkan kekerasan baja tanpa pra–perlakuan atau pencampuran paduan. Kemudian, Sergey et al. (2016)[4] telah mempelajari ketangguhan impak dari spesimen baja 12Cr1MoV pada temperatur mulai dari 20oC sampai 600oC. Mereka melaporkan bahwa peningkatan temperatur pengujian dari 20oC sampai 375oC dan kemudian menjadi 600oC menyebabkan ketangguhan impak dari baja menurun sebesar 1.2 dan 2.42 kali, berturut–turut. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki untuk menyelidiki efek media pendinginan terhadap struktur mikro dan sifat mekanik dari baja karbon rendah ST 37. Penelitian bermanfaat untuk peneliti dan industriawan untuk mengembangkan sifat baja menjadi produk industri yang diinginkan.. 2 FOKUS DAN PERTANYAAN PENELITIAN Pada pembuatan artikel ini, ditinjau dari pemahaman masyarakat Indonesia tentang sifat mekanik dan mikrostruktur pada baja. Pada umumnya sifat-sifat dari suatu material bergantung pada struktur mikro yang membentuk material itu sendiri. Dengan adanya struktur tersebut, suatu material akan memiliki keunggulannya tersendiri, seperti daya tahan terhadap korosi, kekerasan yang tinggi, mampu di ditempa, dan lain-lain, sehingga dibuatlah beberapa pertanyaan mengenai maknanan gulai ayam, antara lain : 1. tahukah anda apa itu baja? 2. sebutkan contoh sifat mekanis baja yang anda ketahui!? 3. menurut kamu apakah temperatur dapat mempengaruhi mikrostrukur pada baja? 4. menurut kamu apakah temperatur juga dapat mempengaruhi sifat mekanis suatu baja? 5. perlukah kita melakukan heat treatment pada sebuah material? 6. menurut kamu seberapa penting perlakuan temperatur terhadap material baja? TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari pembuatan artikel ini adalah untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan masyarakat Indonesia tentang sifat mekanis dan struktur mikro pada baja, yang dianalisis menggunakan kuesioner yang berisi tentang pertanyaan pengetahuan dan pendapat masyarakat. heat treatment sangat penting agar salah satu karakter yang dibutuhkan dari material tersebut meningkat, seperti nilai kekerasan, kekuatan dan struktur mikronya Dan juga untuk menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat proses perlakuan panas dapat mencakup keseluruhan bagian dari logam atau sebagian dari logam 3 KERANGKA TEORI Sifat Mekanik Baja Baja sebagai bahan konstruksi bangunan mempunyai beberapa sifat fisik dan mekanis yang dapat mempengaruhi kekuatan sebuah konstruksi bangunan. Berikut ini beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh baja yang meliputi : 1. Kerapuhan Baja Sifat penting pada baja adalah kuat tarik. Oleh karena daya tarik baja yang kuat maka baja dapat menahan berbagai tegangan, sehingga tingkat kerapuhan pada baja sangat rendah 2. Kekerasan Baja Kekerasan baja adalah ketahanan baja terhadap besarnya gaya yang dapat menembus permukaan baja. Baja itu sangat keras sekali sehingga banyak digunakan sebagai bahan konstruksi. Tingkat kekerasan yang tinggi sangat penting untuk benda-benda tertentu yang dibuat dari baja. Untuk dapat mencapai kekerasan yang tinggi, maka diperlukan sistem perawatan dengan panas khusus (300°C – 650°C) yang disebut dengan proses ‘pengerasan’. 3. Keuletan (kemudahan berubah) Baja Keuletan baja merupakan kemampuan baja untuk berdeformasi sebelum baja putus. Keuletan ini berhubungan dengan besarnya regangan/strain yang permanen sebelum baja putus. Pada umumnya baja bersifat sangat alot, sehingga tidak cepat patah. Apabila baja dipanaskan lebih lama dan suhu pemanasan yang lebih tinggi dari proses ‘pengerasan’ pada umumnya, maka kekerasan baja akan semakin berkurang, akan tetapi kealotan, kemudahan untuk dibentuk dan terutama ketahanan terhadap benturan menjadi lebih besar. Dengan demikian mutu baja menjadi lebih baik dan dapat disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. 4. Keteguhan Baja Keteguhan baja adalah hubungan antara jumlah energi yang dapat diserap oleh baja sampai baja tersebut putus. Semakin kecil energi yang diserap oleh baja, maka baja tersebut makin rapuh dan makin kecil keteguhannya. Cara ujinya dengan cara memeberi pukulan mendadak (impact/pukul takik) 5. Kelelahan Baja Tingkat kelelahan pada baja terbilang cukup rendah dikarenakan baja memiliki sifat daya tarik yang sangat kuat dan tingkat kekerasan yang tinggi sehingga 4 terjadinya kegagalan (patah) pada komponen akibat beban dinamis akan memakan waktu yang cukup lama Perlakuan Panas (Heat Treatment) Perlakuan panas atau heat treatment adalah salah satu proses untuk mengubah struktur logam dengan jalan memanaskan specimen pada electric furnace (tungku) pada temperatur rekristalisasi selama periode tertentu kemudian didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air garam, oli dan solar yang masingmasing mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda. Sifat-sifat logam terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh struktur mikro logam disamping komposisi kimianya, contoh suatu logam atau paduan akan mempunyai sifat mekanis yang berbedabeda struktur mikronya diubah. Dengan adanya pemanasan atau pendinginan dengan kecepatan tertentu maka bahan-bahan logam dan paduan memperlihatkan perubahan strukturnya. Perlakuan panas merupakan proses kombinasi antara proses pemanasan atau pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu. Untuk mendapatkan hal ini maka kecepatan pendinginan dan batas temperatur sangat menentukan sehingga penentuan bahan logam yang tepat pada hakekatnya merupakan kesepakatan antara berbagai sifat, lingkungan dan cara penggunaan hingga sampai dimana sifat bahan logam tersebut dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Sifat –sifat bahan logam perlu dikenal secara baik karena bahan logam tersebut dipakai pada berbagai kepentingan dan dalam keadaan sesuai dengan fungsinya. Tetapi terkadang sifat-sifat bahan logam ternyata kurang memenuhi persyaratan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Sehingga diperlukan suatu usaha untuk dapat meningkatkan atau memperbaiki sifat-sifat logam. Sifat-sifat logam tersebutdapat ditingkatkan dengan salah satunya adalah perlakuan panas. Perlakuan panas adalah proses untuk memperbaiki sifat dari logam dengan jalan memanaskan coran sampai temperatur yang cocok, kemudian dibiarkan beberapa waktu pada temperatur itu, kemudian didinginkan ke temperatur yang lebih rendah dengan kecepatan yang sesuai. Salah satu cara perlakuan panas pada logam paduan aluminium adalah dengan penuaan keras (age hardening). Melalui penuaan keras ( age hardening ), logam paduan aluminium akan memperoleh kekuatan dan kekerasan yang lebih baik. Dahulu orang menyebut penuaan keras (age hardening ) dengan sebutan pemuliaan atau penemperan keras. Penamaan tersebut kemudian dibakukan menjadi 5 penuaan keras (age hardening) karena penemperan keras pada logam paduan baja berbeda dengan penemperan keras yang berlangsung pada penemperan keras baja. Paduan baja yang dapat dituakeraskan atau di age hardening dibedakan atas paduan baja yang dapat dituakeraskan dalam keadaan dingin dan paduan baja yang dapat dituakeraskan dalam keadaan panas. Penuaan keras (age hardening) berlangsung dalam tiga tahap yaitu: 1. Solution Heat Treatment 2. Quenching 3. Aging Mikrostruktur Pemeriksaan metalografi memberi tahu kita banyak tentang identitas, komposisi, dan sejarah termomekanis dari logam atau paduan. Seorang Metalografer berpengalaman akan dapat memperoleh informasi tentang semua aspek ini dari pengamatan Mikrostruktur pada pembesaran yang sesuai dan menggunakan reagen etsa yang sesuai. Struktur mikro sendiri memiliki sifat-sifat mekanik yang berbeda beda. Berikut adalah jenis-jenis struktur mikro beserta sifatsifat mekanik nya.[1] 1. Austenit 2. Ferit 3. Sementit 4. Perlit 5. Ladeburit 6. Marsentit 7. Bainit 6 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Kuesioner merupakan alat untuk pengumpul data yang berbentuk pertanyaan yang akan diisi atau dijawab oleh responden. Beberapa alasan digunakannya kuesioner adalah : kuesioner dapat dipakai untuk mengukur variabel yang bersifat faktual, untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, dan untuk memperoleh informasi dengan validitas dan reliabilitas setinggi mungkin (Djaali dan Mulyono, 2008 : 64). Metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah penerapan analisis sifat mekanik baja serta struktur mikro dan analisis tingkat pemahan responder atau konsumen terhadap material baja tersebut. Pada penelitian ini, proses pengumpulan data dilakukan dengan cara membuat kuesioner yang akan diisi oleh responder. Kuesioner ini berisi tentang pendapat dan pemahaman responder terhadap material baja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari 7 ANALISA DATA Setelah membuat kuesioner, responder yang telah mengisi adalah sebanyak 26 orang dari berbagai kalangan usia, sehingga didapatkan data kuantitatif sebagai berikut: Pemahaman Responder Mengenai Material Baja Pemahaman responder mengenai material baja ini dapat dilihat dari data pada tabel berikut ini : Tabel 1. Hasil pendapat responder mengenai rasa material baja Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase Tahu 26 orang 100% Tidak 0 orang 0% Pemahaman Responder Mengenai Material Baja 0 (0%) tahu tidak 26(100%) Gambar 1. Grafik lingkaran dari Tabel 1 Berdasarkan dari tabel diatas menunjukan bahwa semua responder mengetahui bentuk material baja itu sendiri. 8 Pendapat Responder Mengenai Sifat Mekanik Baja Pendapat responder mengenai sifat mekanik baja ini dapat dilihat dari data pada tabel berikut ini : Tabel 2. Hasil pendapat responder mengenai sifat mekanik pada baja Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase Kerapuhan 0 orang 0% Kekerasan 13 orang 5% Keuletan 6 orang 21% Keteguhan 5 orang 17% Kelelahan 0 orang 0% Jawaban Lain 5 orang 17% Pendapat Responder Mengenai Sifat Mekanik Baja 0 (0%) 0 (0%) 5 (17%) 13 (45%) 5 (17%) 6 (21%) kerapuhan kekerasan keuletan keteguhan kelelahan jawaban lain Berdasarkan dari tabel diatas menujukan bahwa pengetahuan responder mengenai sifat mekanik pada baja sudah cukup baik. Hal ini ditunjukan dengan responder yang menjawab sifat mekanik baja tidak sesuai pada literature hanya 5 jawaban. 9 Pendapat Responder Mengenai Apakah Temperatur Dapat Mempengaruhi Mikrostrukur Pada Baja Pendapat responder mengenai apakah temperatur dapat mempengaruhi mikrostrukur pada baja dapat dilihat dari datapada tabel berikut ini : Tabel 3. Hasil pendapat responder mengenai apakah temperatur dapat mempengaruhi mikrostrukur pada baja Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase perlu 24 orang 92 % tidak 2 orang 8% Responder Mengenai Apakah Temperatur Dapat Mempengaruhi Mikrostrukur Pada Baja 2 (8%) 24 (92%) perlu tidak Gambar 3. Grafik lingkaran dari Tabel 3 Berdasarkan dari tabel diatas menujukan bahwa responder mengetahui pentingnya temperature terhadap struktur mikro pada sebuah material dengan presentase 92%, karena temperature pada saat melakukan proses metalografi sangat mempengaruhi bentuk sebuah struktur mikro pada suatu material. 10 Pendapat Responder Mengenai Apakah Temperatur Dapat Mempengaruhi Sifat Mekanik Pada Baja Pendapat responder mengenai apakah temperatur dapat mempengaruhi sifat mekanik pada baja dapat dilihat dari datapada tabel berikut ini : Tabel 4. Hasil pendapat responder mengenai apakah temperatur dapat mempengaruhi sifat mekanik pada baja Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase perlu 24 orang 92 % tidak 2 orang 8% Responder Mengenai Apakah Temperatur Dapat Mempengaruhi Sifat Mekanik Pada Baja 2 (8%) 24 (92%) perlu tidak Gambar 4. Grafik lingkaran dari Tabel 4 Berdasarkan dari tabel diatas menujukan bahwa responder mengetahui pentingnya temperature terhadap sifat mekanis pada sebuah material dengan presentase 92%, karena temperature akan mempengaruhi sifat suatu material. 11 Pendapat Responder Mengenai Perlukah Melekakuan Heat treatment Pendapat responder mengenai apakah Perlukah Melekakuan Heat treatment pada baja dapat dilihat dari datapada tabel berikut ini : Tabel 5. Hasil pendapat responder mengenai Perlukah Melekakuan Heat treatment Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase perlu 25 orang 96 % tidak 1 orang 4% Sales 1 (4%) 25 (96%) perlu tidak Gambar 5. Grafik lingkaran dari Tabel 5 Berdasarkan dari tabel diatas menujukan bahwa responder mengetahui pentingnya melakukan heat treatment pada sebuah material, karena Tujuan dilakukannya perlakuan panas (heat treatment) adalah agar salah satu karakter yang dibutuhkan dari material tersebut meningkat, seperti nilai kekerasan, kekuatan dan struktur mikronya. 12 PEMBAHASAN Perlakuan panas dapat didifinisikan suatu kombinasi proses pemanasan dan pendinginan logam/ paduanya dalam keadaan padat secara dikontrol. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan material logam sebagai produk setengah jadi agar layak diproses lanjut untuk meningkatkan umur pakai material logam sebagai produk jadi. Pertimbangan lain, dengan biaya perlakuan panas yang relatif rendah, umur pemakaiann komponen akan lebih lama. Secara umum, proses perlakuan panas adalah yang pertama Memanaskan logam / paduannya sampai suhu tertentu dengan kecepatan tertentu. Kedua, Mempertahankan pada temperatur pemanasan tesebut dalam waktu / tempo tertentu. Kemudian, Mendinginkan dengan media pendingin dengan laju tertentu. Tahap pertama dalam proses age hardening yaitu solution heat treatment atau perlakuan panas pelarutan. Solution heat treatment yaitu penasan logam aluminium dalam dapur pemanas dengan temperatur 5500C 5600 C dan dilakukan penahanan atau holding sesuai dengan jenis dan ukuran benda. pada tahap solution heat treatment terjadi pelarutan fasa-fasa yang ada, menjadi larutan padat. Tujuan dari solution heat treatment itu sendiri yaitu untuk mendapatkan larutan padat yang mendekati homogen. Proses solution heat treatment dapat dijelaskan dalam gambar 1 dimana logam paduan alumunium pertama kali dipanaskan dalam dapur pemanas hingga mencapai temperatur T1. Pada temperatur T1 fase logam paduan alumunium akan berupa kristal campuran a dalam larutan padat. Pada temperatur T1 tersebut pemanasan ditahan beberapa saat agar didapat larutan padat yang mendekati homogen. Quenching merupakan tahap yang paling kritis dalm proses perlakuan panas. Quenching dilakukan dengan cara mendinginkan logam yang telah dipanaskan dalam dapur pemanas kedalam media pendingin. Dalam proses age hardening logam yang diquenching adalah logam paduan aluminium yang telah dipanaskan dalam dapur pemanas kedalam media pendingin air. Dipilihnya air sebagai media pendingin pada proses quenching karena air merupakan media pendingin yang cocok untuk logam-logam yang memiliki tingkat kekerasan atau hardenabiliti yang relatif rendah seperti logam paduan aluminium. 13 Pendingin dilakukan secara cepat, dari temperatur pemanas (5050C) ke temperatur yang lebih rendah, pada umumnya mendekati temperatur ruang. Tujuan dilakukan quenching adalah agar larutan padat homogen yang terbentuk pada solution heat treatment dan kekosongan atom dalam keseimbangan termal pada temperatur tinggi tetap pada tempatnya. Pada tahap quenching akan menghasilkan larutan padat lewat jenuh (Super Saturated Solid Solution) yang merupakan fasa tidak stabil pada temperatur biasa atau temperatur ruang. Pada proses quenching tidak hanya menyebabkan atom terlarut tetap ada dalam larutan, namun juga menyebabkan jumlah kekosongan atom tetap besar. Adanya kekosongan atom dalam jumlah besar dapat membantu proses difusi atom pada temperatur ruang untuk membentuk zona Guinier - Preston (Zona GP). Zona Guinier - Preston ( Zona GP) adalah kondisi didalam paduan dimana terdapat agregasi atom padat atau pengelompokan atom padat Setelah solution heat treatment dan quenching tahap selanjutnya dalam proses age hardening adalah aging atau penuaan. Perubahan sifat-sifat dengan berjalanya waktu pada umumnya dinamakan aging atau penuaan. Aging atau penuaan pada paduan aluminium dibedakan menjadi dua, yaitu penuaan alami (natural aging) dan penuaan buatan (artificial aging). Penuaan alami (natural aging) adalah penuaan untuk paduan aluminium yang di age hardening dalam keadaan dingin. Natural aging berlangsung pada temperatur ruang antara 15oC - 25oC dan dengan waktu penahanan 5 sampai 8 hari. Penuaan buatan (artifical aging) adalah penuaan untuk paduan aluminium yang di age hardening dalam keadaan panas. Artifical aging berlangsung pada temperature antara 100oC -200oC dan dengan lamanya waktu penahanan antara 1 sampai 24 jam. Pada tahap artificial aging dalam proses age hardening dapat dilakukan beberapa variasi perlakuan yang dapat mempengaruhi hasil dari proses age hardening. Salah satu variasi tersebut adalah variasitemperatur artificial aging. Temperatur artificial aging dapat ditetapkan pada temperatur saat pengkristalan paduan alumunium (1500C), di bawah temperatur pengkristalan atau di atas temperatur pengkristalan logam paduan alumunium. 14 SIMPULAN Pengerasan thermal merupakan salah satu upaya yang dapat diterapkan pada logam baja untuk meningkatkan kekerasannya. Dalam pelaksanaan prosesnya, logam tersebut akan mengalami kondisi dari temperatur ruang menjadi kondisi temperatur tinggi dan akhirnya dikondisikan lagi dalam keadaan dingin. Dengan pelakukan ini tentu logam akan mengalami suatu perubahan baik yang memang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.. SARAN Dengan dibuatnya artikel ini diharapkan pembaca dapat lebih memahami pentingnya perlakuan panas (heat treatment) pada suatu material untuk menentukan kriteria material yang di perlukan sesuai dengan kebutuhan. 15 DAFTAR PUSTAKA Afrilianan, Asmak. 2018. Teknologi Pengolahan Kopi Terkini. Yogyakarta: Deepublish Alawiah, W. 2010. Gini Lho, Varian Masakan Kambing Yang Mantappp. Yogyakarta: FlashBook Anugerah, Putri, Maria. 2016. Pengembangan Produk Gulai Ayam Kaleng Sebagai Sumber Lemak Dan Protein Pada Pangan Darurat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Institut Pernaian Bogor: Bogor Boga, Yasa. 2010. Koleksi 120 Resep Masakan Ayam. Jakarta: Gramedia Djaali, H., dan Muljono Pudji. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakrata: Grasindo Ernawati, A. S. 2010. Dapur Pintar. Jakarta: Kawahmedia Meilgaard. 2000. Sensory evaluation techniques. Boston: CRC Purwadi, Radiati, Eka, Lilik, Evanuarini, Herly, dan Andriani, Dewi, Ria. 2017. Penanganan Hasil Ternak. Malang: UB Press Suliasih, Neneng, Nurminabari, Siti, Ina, dan Kusuma, Budia, Ruhmiana, Giga. 2017. Pengaruh Formula Dan Perbandingan Bumbu Serbuk Dengan Santan Serbuk Terhadap Karakteristik Bumbu Gulai Serbuk Dengan Metode Foam-Mat Drying. Pasundan Food Technology Journal. Vol. 4 (3): 167175 Yuwono, Setyo, Sudarminto, dan Waziiroh, Elok. 2017. Teknologi Pengolahan Pangan Hasil Perkebunan. Malang: UB Press 16 LAMPIRAN Kuesioner yang diisi oleh responder Pertanyaan dan jawaban yang telah diisi oleh responder Pertanyaan dan jawaban yang telah diisi oleh responder Proses pembagian link kuesioner agar dapat diisi oleh responder