Uploaded by tami

LAPORAN PENDAHULUAN KDP-ROM-converted

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN
STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI
“ROM (RANGE OF MOTION)”
DISUSUN OLEH:
TAMI WIDIATUL AZAHRA
I4B020070
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2021
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk
dapat mencapai kesejahteraan, sehingga bila kebutuhan tersebut ada yang tidak
atau belum terpenuhi maka pastilah manusia akan merasa kurang sejahtera.
Abraham Maslow, membagi kebutuhan mendasar manusia dalam lima tingkat
yang salah satunya adalah kebutuhan fisiologis, yang merupakan kebutuhan
paling mendasar dan memiliki tingkat prioritas tertinggi di dalam kebutuhan.
Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang sangat mutlak yang harus terpenuhi
oleh manusia untuk mulai bertahan hidup. Kebutuhan tersebut salah satunya
adalah pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik.
Mobilitas merupakan kebutuhan dasar manusia yang diperlukan individu
untuk melakukan aktivitas sehari-hari berupa pergerakan sendi, sikap, gaya
berjalan, latihan maupun kemampuan aktivitas (Potter & Perry 2006). Kondisi
individu yang berisiko mengalami gangguan mobilitas fisik, antara lain stroke,
cedera trauma medula spinalis, trauma, fraktur, osteoarthritis, ostemalasia, dan
keganasan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Selain itu, individu yang dapat
mengalami atau berisiko mengalami gangguan mobilitas fisik, yaitu lansia,
individu dengan penyakit yang menyebabkan penurunan kesadaran tiga hari
atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomi akibat perubahan
fisiologik, seperti kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien
pengguna kursi roda, pengguna alat eksternal, yaitu gips tau traksi, pembatasan
gerakan volunter, ataupun gangguan fungsi motorik dan rangka (Kozier, B., et
al. 2008).
Gangguan mobilitas fisik akan mengakibatkan individu mengalami
imobilisasi yang dapat mempengaruhi sistem tubuh, seperti perubahan pada
metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam
kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan sistem
pernapasan, perubahan kardiovaskular, perubahan sistem muskuloskeletal,
perubahan kulit, perubahan eliminasi, dan perubahan perilaku (Potter & Perry
2006). Kemudian, jika imobilisasi tersebut tidak mendapatkan penanganan
yang tepat dapat menimbulkan komplikasi berupa abnormalitas tonus,
orthostatic hypotension, deep vein thrombosis dan kontraktur (Potter & Perry,
2006)
Individu yang mengalami gangguan gerak akan berdampak pada aktivitas
sehari-harinya. Perlu dilakukan latihan mobilisasi untuk mencegah terjadinya
komplikasi penyakit lain. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan
kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit
khususnya penyakit degeneratif serta untuk aktualisasi diri, yaitu harga diri dan
citra tubuh (Potter & Perry 2006). Salah satu latihan mobilisasi bagian dari
proses rehabilitasi yaitu latihan Range of Motion (ROM) yang memiliki tujuan
untuk meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi ROM
2. Mengetahui tujuan dari ROM
3. Mengetahui jenis dari ROM
4. Mengetahui indikasi dari ROM
5. Mengetahui kontra indikasi dari ROM
6. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dari ROM
7. Mengetahui intensitas latihan ROM
8. Mengetahui gerakan ROM
9. Mengetahui prosedur tindakan dari ROM
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Latihan ROM adalah kegiatan latihan yang bertujuan untuk memelihara
fleksibilitas dan mobilitas sendi (Tseng, et al. 2007). Melakukan mobilisasi
persendian dengan latihan ROM dapat mencegah berbagai komplikasi seperti
nyeri karena tekanan, kontraktur, tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi
dini penting dilakukan secara rutin dan kontinyu. Memberikan latihan ROM
secara dini dapat meningkatkan kekuatan otot karena dapat menstimulasi motor
unit sehingga semakin banyak motor unit yang terlibat maka akan terjadi
peningkatan kekuatan otot, kerugian klien hemiparese bila tidak segera ditangani
maka akan terjadi kecacatan yang permanen (Potter & Perry 2009).
Latihan ROM dapat menggerakkan persendian seoptimal dan seluas mungkin
sesuai kemampuan seseorang dan tidak menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang
digerakkan. Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan terjadinya
peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi. Ketika sendi digerakkan,
permukaan kartilago antara kedua tulang akan saling bergesekan. Kartilago
banyak mengandung proteoglikans yang menempel pada asam hialuronat yang
bersifat hidrophilik. Adanya penekanan pada kartilago akan mendesak air keluar
dari matriks sinovial. Bila tekanan berhenti maka air yang keluar ke cairan
sinovial akan ditarik kembali dengan membawa nutrisi dari cairan (Smeltzer &
Bare 2008).
B. Tujuan
Menurut Tseng, et al. (2007), Rhoad & Meeker (2009), Smith, N. (2009) dan
Smeltzer & Bare (2008), tujuan latihan ROM adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi
2. Mengembalikan kontrol motorik
3. Meningkatkan/mempertahankan integritas sendi dan jaringan lunak
4. Membantu sirkulasi dan nutrisi
5. Menurunkan pembentukan kontraktur terutama pada ekstremitas yang
mengalami paralisis
6. Memaksimalkan fungsi ADL
7. Mengurangi atau menghambat nyeri
8. Mencegah bertambah buruknya system neuromuscular
9. Mengurangi gejala depresi dan kecemasan
10. Meningkatkan harga diri
11. Meningkatkan citra tubuh dan memberikan kesenangan
C. Jenis ROM
Dikenal 3 jenis latihan ROM, yaitu sebagai berikut:
1. Latihan ROM aktif
Gerak aktif adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri. Latihan
yang dilakukan oleh klien sendiri. Hal ini dapat meningkatkan kemandirian
dan kepercayaan diri klien.
2. Latihan aktif dengan pendampingan (active-assisted)
Latihan tetap dilakukan oleh klien secara mandiri dengan didampingi oleh
perawat. Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan dukungan dan
atau bantuan untuk mencapai gerakan ROM yang diinginkan.
3. Latihan ROM pasif
Pada klien yang sedang melakukan bedrest atau mengalami keterbatasan
dalam pergerakan latihan ROM pasif sangat tepat dilakukan dan akan
mendapatkan manfaat seperti terhindarnya dari kemungkinan kontraktur
pada sendi. Setiap gerakan yang dilakukan dengan range yang penuh, maka
akan meningkatkan kemampuan bergerak
dan dapat mencegah
keterbatasan dalam beraktivitas. Ketika klien tidak dapat melakukan latihan
ROM secara aktif maka perawat bisa membantunya untuk melakukan
latihan (Rhoad & Meeker 2008). Latihan dapat dilakukan oleh perawat
atau tenaga kesehatan lain. Peran perawat dalam hal ini dimulai dengan
melakukan pengkajian untuk menentukan bagian sendi yang memerlukan
latihan dan frekuensi latihan yang diperlukan.
D. Indikasi
1. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
2. Kelemahan otot
3. Fase rehabilitasi fisik
4. Klien dengan tirah baring lama
E. Kontra Indikasi
1. Trombus/emboli & keradangan pada pembuluh darah
2. Kelainan sendi atau tulang
3. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
4. Trauma baru dengan kemungkinan ada fraktur yang tersembunyi atau luka
dalam
5. Nyeri berat
6. Sendi kaku atau tidak dapat bergerak
F. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Kozier, et all. (2008), Potter & Perry (2006), Rhoad & Mekeer (2008)
menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat pada saat
melakukan latihan ROM sebagai berikut :
1. Untuk latihan ROM aktif, klien dianjurkan untuk melakukan gerakan
sesuai yang sudah diajarkan, hindari perasaan ketidaknyamanan saat
latihan dilakukan, gerakan dilakukan secara sistematis dengan urutan
yang sama dalam setiap sesi, setiap gerakan dilakukan tiga kali dengan
frekuensi dua kali sehari
2. Yakinkan bahwa klien mengetahui alasan latihan ROM dilakukan
3. Sendi tidak boleh digerakkan melebihi rentang gerak bebasnya, sendi
digerakkan ke titik tahanan dan dihentikan pada titik nyeri
4. Pilih waktu di saat klien nyaman dan bebas dari rasa nyeri untuk
meningkatkan kolaborasi klien
5. Posisikan klien dalam posisi tubuh lurus yang normal
6. Gerakan latihan harus dilakukan secara lembut, perlahan dan berirama
7. Latihan diterapkan pada sendi secara proporsional untuk menghindari
klien mengalami ketegangan dan injuri otot serta kelelahan
8. Posisi yang diberikan memungkinkan gerakan sendi secara leluasa
9. Tekankan pada klien bahwa gerakan sendi yang adekuat adalah
gerakan sampai dengan mengalami tahanan bukan nyeri
10. Tidak melakukan latihan pada sendi yang mengalami nyeri
11. Amati respons non verbal klien
12. Latihan harus segera dihentikan dan berikan kesempatan pada klien
untuk beristirahat apabila terjadi spasme otot yang dimanifestasikan
dengan kontraksi otot yang tiba-tiba dan terus menerus.
G. Intensitas Latihan ROM
Intensitas latihan ROM yang dianjurkan menunjukkan hasil cukup
bervariasi. Secara teori tidak disebutkan secara spesifik mengenai dosis dan
intensitas latihan ROM tersebut, namun dari berbagai literatur dan
hasil
penelitian tentang manfaat latihan ROM dapat dijadikan sebagai rujukan
dalam menerapkan latihan ROM sebagai salah satu intervensi. Smeltzer & bare
(2008) menyebutkan bahwa latihan ROM dapat dilakukan 4 sampai 5 kali
sehari, dengan waktu 10 menit untuk setiap latihan, sedangkan Perry & Poter
(2006) menganjurkan untuk melakukan latihan ROM minimal 2 kali/hari.
Tseng, et al. (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dosis latihan
yang dipergunakan yaitu 2 kali sehari, 6 hari dalam seminggu selama 4 minggu
dengan intensitas masing-masing 5 gerakan untuk tiap sendi. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa responden penelitian yang melakukan latihan
tersebut mengalami perbaikan pada fungsi aktivitas, persepsi nyeri, rentang
gerakan sendi dan gejala depresi.
H. Gerakan ROM
1. Fleksi
: gerakan menekuk persendian
2. Ekstensi
: gerakan meluruskan persendian
3. Abduksi
: gerakan menjauhi sumbu tubuh
4. Adduksi
: gerakan mendekati sumbu tubuh
5. Rotasi
: gerakan memutar atau menggerakkan satu bagian melingkari
aksis tubuh
6. Pronasi
: gerakan memutar ke bawah/menelungkupkan tangan
7. Supinasi
: gerakan memutar ke atas/menengadahkan tangan
8. Inversi
: gerakan ke dalam
9. Eversi
: gerakan ke luar
I.
Prosedur Tindakan
1. Mengkaji klien dan rencanakan program latihan yang sesuai untuk klien
2. Memberitahu klien tentang tindakan yang akan dilakukan, area
digerakkan dan peran klien dalam latihan
3. Menjaga privacy klien
4. Menjaga/mengatur pakaian yang menyebabkan hambatan pergerakan
5. Mengangkat selimut sebagaimana diperlukan
6. Menganjurkan klien berbaring dalam posisi yang nyaman
7. Melakukan latihan sebagaimana dengan cara berikut :
a) Latihan sendi bahu
• Klien dalam posisi telentang
• Satu tangan perawat menopang dan
•
•
•
•
•
•
•
memegang siku, tangan yang lainnya
memegang pergelangan tangan.
Luruskan siku klien, gerakan lengan
klien menjauhi dari tubuhnya kearah
perawat (Abduksi).
Gerakkan lengan klien mendekati
tubuhnya (Adduksi).
Gerakkan lengan bawah ke bawah
sampai menyentuh tempat
tidur,
telapak tangan menghadap ke bawah
(rotasi internal).
Turunkan dan kembalikan ke posisi
semula dengan siku tetap lurus.
Gerakkan lengan bawah ke belakang
sampai menyentuh tempat
tidur,
telapak tangan menghadap ke atas
(rotasi eksternal).
Turunkan dan kembalikan ke posisi
semula dengan siku tetap lurus.
Hindari penguluran yang berlebihan
pada bahu.
• Lakukan pengulangan sebanyak 10
kali atau sesuai toleransi
b) Latihan sendi siku
• Klien dalam posisi telentang
• Perawat
memegang pergelangan
tangan klien dengan satu tangan,
tangan lainnya menahan lengan bagian
atas
• Posisi
tangan
klien
supinasi,
kemudian lakukan gerakan menekuk
(fleksi) dan meluruskan (ekstensi)
siku.
• Instruksikan agar klien tetap rileks
• Pastikan gerakan yang diberikan
berada pada midline yang benar
• Perhatikan rentang gerak sendi yang
dibentuk, apakah berada dalam jarak
yang normal atau terbatas.
Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
c) Latihan lengan
• Klien dalam posisi telentang
• Perawat memegang area siku klien
dengan satu tangan, tangan yang lain
menggenggam tangan klien ke arah
luar (telentang/supinasi) dan ke arah
dalam (telungkup/pronasi).
• Instruksikan agar klien tetap rileks
• Lakukan pengulangan sebanyak 10
kali
d) Latihan sendi pergelangan tangan
• Klien dalam posisi telentang
• Perawat memegang lengan bawah
klien dengan satu tangan, tangan
lainnya
memegang
pergelangan
tangan klien, serta tekuk pergelangan
tangan klien ke atas dan ke bawah
• Instruksikan agar klien tetap rileks
• Lakukan pengulangan sebanyak 10
kali
e) Latihan sendi jari-jari tangan
• Klien dalam posisi telentang
• Perawat
memegang pergelangan
•
•
•
•
tangan klien dengan satu tangan,
tangan lainnya membantu klien
membuat gerakan mengepal/menekuk
jari-jari tangan dan kemudian
meluruskan jari-jari tangan klien.
Perawat memegang telapak tangan dan
keempat jari klien dengan
satu
tangan, tangan lainnya memutar ibu
jari tangan.
Tangan
perawat membantu
melebarkan
jari-jari
klien kemudian merapatkan kembali.
Instruksikan agar klien tetap rileks
Lakukan pengulangan sebanyak 10
kali
f) Latihan sendi pangkal paha
• Klien dalam posisi telentang
• Letakkan satu tangan perawat
•
•
•
•
•
•
•
•
•
di
bawah lutut klien dan satu tangan pada
tumit.
Jaga posisi kaki klien lurus, angkat
kaki kurang lebih 8 cm dari tempat
tidur, gerakkan kaki menjauhi badan
klien
Gerakkan kaki mendekati badan klien
Kembali ke posisi semula
Kemudian letakkan satu tangan
perawat pada pergelangan kaki dan
satu tangan yang lain di atas lutut.
Putar kaki menjauhi perawat.
Putar kaki ke arah perawat
Kembali ke posisi semula
Hindari pengangkatan yang
berlebihan pada kaki.
Lakukan pengulangan sebanyak 10
kali atau sesuai toleransi
g) Latihan sendi lutut
• Klien dalam posisi telentang
• Satu tangan perawat di bawah lutut
klien dan pegang tumit klien dengan
tangan yang lain
• Angkat kaki, tekuk pada lutut dan
pangkal paha.
• Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada
sejauh mungkin
• Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut
dengan mengangkat kaki ke atas
• Instruksikan agar klien tetap rileks
• Pastikan gerakan yang diberikan
berada pada midline yang benar
• Perhatikan rentang gerak sendi yang
dibentuk, apakah berada dalam jarak
yang normal atau terbatas.
• Lakukan pengulangan sebanyak 10
kali
h) Latihan sendi pergelangan kaki
• Klien dalam posisi telentang
• Perawat memegang separuh bagian
atas kaki klien dengan satu jari dan
pegang pergelangan kaki dengan
tangan satunya.
• Putar kaki ke dalam sehingga telapak
kaki menghadap ke kaki lainnya
(infersi)
• Kembalikan ke posisi semula
• Putar kaki keluar sehingga bagian
telapak kaki menjauhi kaki yang lain
(efersi)
• Kembalikan ke posisi semula
• Kemudian letakkan
satu tangan
perawat pada telapak kaki klien dan
satu tangan yang lain di atas
pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan
rilek.
• Tekuk pergelangan kaki, arahkan jarijari kaki ke arah dada klien (dorso
fleksi).
• Kembalikan ke posisi semula
• Tekuk pergelangan kaki menjauhi
dada klien (plantar fleksi)
• Kembalikan ke posisi semula
• Instruksikan agar klien tetap rileks
• Lakukan pengulangan sebanyak 10
kali
i) Latihan sendi jari-jari kaki
• Klien dalam posisi telentang
• Perawat memegang pergelangan kaki
klien dengan satu tangan, tangan
lainnya membantu klien membuat
gerakan menekuk jari-jari kaki dan
kemudian meluruskan jari-jari kaki
klien.
• Tangan
perawat
membantu
melebarkan jari-jari kaki klien
kemudian merapatkan kembali.
• Instruksikan agar klien tetap rileks
• Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
Daftar Pustaka
Kozier, B., et al. (2008). Kozier and Erb’s Fundamentals of nursing, concept,
process and practic, eighth edtion. New Jersey : Pearson Education.
Potter, A.P., & Perry, A. (2006). Fundamental of nursing. 4th edition. St.Louis
Missouri: Mosby-Year Book, Inc.
Rhoads, J. & Meeker,B.J., (2008). Davids guide to clinical nursing skills.
Philadeplphia : F.A. Davis Company.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L. & Cheever, K.H. (2008) Brunner &
Suddarth’s Textbook of medical-surgical nursing. 11th Edition.
Philadelphia : Lippincott William & Wilkins.
Smith, N. (2009). Range of motion, exercise. Published by Cinahl Information
Systems. http://web.ebscohost.com
Tseng, C.-N., Chen, C. C.-H., Wu, S.-C., & Lin, L.-C. (2007). Effects of a
range- of-motion exercise programme. Journal of Advanced Nursing,
57(2), 181-19.
Download