BAB I

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Saat ini banyak sekali masalah yang terjadi pada berbagai kasus
bisnis yang melibatkan akuntan. Sorotan yang diberikan pada profesi ini
disebabkan
oleh
berbagai
faktor
diantaranya
praktik-praktik
yang
mengabaikan standar akuntansi bahkan etika. Perilaku tidak etis merupakan
isu yang relevan bagi profesi akuntan sekarang ini. Ludigdo (2001)
mengemukakan bahwa di Indonesia, isu mengenai etika akuntan
berkembang seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika, baik
yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, atau akuntan
pemerintah.
Akuntan mempunyai tanggungjawab untuk menjaga standar perilaku
etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi
mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri. Akuntan publik dalam
menjalankan profesinya diatur oleh kode etik profesi. Di Indonesia dikenal
dengan nama Kode Etik Akuntan Indonesia yang pertama kali dikeluarkan
pada tahun 1973, diubah pada tahun 1981 dan kemudian disempurnakan
kembali pada tahun 1986 dan yang terakhir pada tahun 1994. Dengan
adanya kode etik tersebut maka masyarakat dan pengguna jasa akan dapat
menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja sesuai dengan
independensinya dan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh
2
profesinya. Kurangnya independensi auditor dan maraknya manipulasi
akuntansi korporat akan membuat kepercayaan para pemakai laporan
keuangan auditan menurun, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti
investor dan kreditur akan mempertanyakan eksistensi akuntan publik
sebagai pihak yang independen.
Auditor menghadapi dilema etika profesional yang unik, yaitu
auditor harus bertanggungjawab melayani klien dan publik secara
bersamaan (Westra, 1986). Dilema etika profesi auditor dikarenakan auditor
dibayar oleh klien tetapi auditor harus mewakili berbagai kepentingan
konstituen, termasuk pemegang saham, pemerintah, dan masyarakat umum.
Masalah etika dalam akuntansi biasanya muncul ketika Kantor Akuntan
Publik (KAP) harus menyeimbangkan kepentingan masyarakat dan klien
(Shaub et al.,1993). Profesional cenderung lebih bersedia untuk membuat
pengorbanan pribadi untuk klien mereka (Jaworski dan Kholi, 1993), seperti
yang diungkapkan oleh Grendron et al., (2003) bahwa KAP cenderung
menganggap auditee sebagai klien, padahal klien KAP yang sebenarnya
adalah masyarakat atau publik. Oleh karena itu akuntan seharusnya
mempunyai komitmen untuk meletakkan kepentingan publik sebagai
prioritas mereka.
Fine et al. dalam Husein (2004) menyatakan bahwa analisis terhadap
sikap etis dalam profesi akuntan menunjukkan bahwa akuntan mempunyai
kesempatan untuk melakukan tindakan tidak etis dalam profesi mereka.
Louwers et al. dalam Husein (2004) mengemukakan bahwa kesadaran etika
3
dan sikap profesional memegang peran yang sangat besar bagi seorang
akuntan. Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan secara terus
menerus berhadapan dengan dilema etis yang melibatkan pilihan antara
nilai-nilai yang bertentangan.
Orientasi etika ( ethical orientation atau ethical ideology ) berarti
mengenai konsep diri dan perilaku pribadi yang berhubungan dengan
individu dalam diri seseorang. Cohen et. al. (1995 dan 1996) dalam Malikha
Widyasari (2010). Finegan (1994) dalam Malikha Widyasari (2010)
menyatakan bahwa setiap orientasi etika individu, pertama-tama ditentukan
oleh kebutuhannya. Kebutuhan tersebut berinteraksi dengan pengalaman
harapan atau tujuan dalam setiap perilakunya sehingga pada akhirnya
individu tersebut menentukan tindakan apa yang akan diambilnya.
Berbicara tentang orientasi etika berarti berbicara mengenai konsep
diri dan perilaku pribadi. Konsep diri tersebut akan sangat berpengaruh
dalam menentukan perilaku etika seseorang baik sebagai individu maupun
sebagai anggota sebuah profesi. Etika merupakan suatu ukuran yang abstrak
dan
individual,
yang
memungkinkan
banyaknya
pertimbangan-
pertimbangan subyektif untuk menilai sesuatu itu etis atau tidak etis, karena
pertimbangan subyektif itu sendiri sangat dipengaruhi oleh banyak faktor di
sekeliling profesi.
Penelitian yang sejalan dengn penelitian ini dilakukan oleh malikha
widyasari (2010), yang menyatakan bahwa orientasi etika menunjukkan
pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor.
4
Dalam
berprofesi
seseorang
harus
mempunyai
komitmen
profesional, karena dengan berpegang pada sebuah komitmen profesional
yang tinggi maka orang tersebut akan berusaha memberikan yang terbaik
bagi profesinya. Komitmen profesional merupakan tingkat loyalitas individu
pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut. Selain itu
dengan adanya kode etik akuntan juga dapat menjadi aturan-aturan moral
bagi profesi auditor yang diharapkan dapat menuntun anggotanya agar dapat
bersikap seperti apa yang dinginkan oleh pihak pengguna jasa tersebut.
Komitmen profesional diartikan sebagai intensitas identifikasi dan
keterlibatan individu dengan profesinya. Identifikasi ini membutuhkan
beberapa tingkat kesepakatan antara individu dengan tujuan dan nilai-nilai
yang ada dalam profesi termasuk nilai moral dan etika. Jeffrey dan
Weatherholt (1996) dalam Malikha Widyasari (2010) mengemukakan
bahwa definisi komitmen profesional banyak digunakan dalam literatur
akuntansi adalah sebagai : 1) suatu keyakinan dan penerimaan tujuan dan
nilali-nilai di dalam organisasi profesi 2)kemauan untukmemainkan peran
tertentu atas nama organisasi profesi 3) gairah untuk mempertahankan
keanggotaan pada organisasi profesi.
Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini dilakukan oleh Fatoni,
Rizky A (2005), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif
yang kuat antara komitmen profesional terhadap kinerja auditor. Selain itu
terdapat pula penelitian Kalbers dan Fogarty (1995) dalam Gunawan
Cahyasumirat
(2006)
mengemukakan bahwa
komitmen profesional
5
berhubungan positif dengan kinerja. Adapun penelitian yang bertentangan
dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih
(2004) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
dari komitmen profesional terhadap kinerja auditor.
Dengan adanya pemahaman etika yang baik dan didukung oleh
komitmen yang tinggi dalam berprofesi maka seorang auditor akan
mempunyai suatu perasaan bertanggung jawab untuk selalu menjalankan
profesinya dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan apa yang diharapkan dari
dirinya dan pengguna jasa, sehingga akan meningkatkan kinerjanya. Kinerja
KAP yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja auditor.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti termotivasi untuk
melakukan penelitian ini karena hasil kerja auditor masih menjadi sorotan
karena banyaknya skandal dan pelanggaran akuntansi dan pelanggaran oleh
akuntan publik. Berbagai penelitian sebelumnya juga belum menunjukkan
hasil yang konsisten mengenai pengaruh orientasi etika dan komitmen
profesional terhadap kinerja auditor. Selain itu, masih sedikit penelitian
yang mengaitkan antara orientasi etika dengan kinerja auditor sehingga
peneliti tertarik untuk meneliti kembali apakah orientasi etika berpengaruh
terhadap kinerja auditor. Maka skripsi ini diberi judul: “Pengaruh
Orientasi Etika dan Komitmen Profesional Terhadap Kinerja
Auditor.”
6
B.
PERUMUSAN MASALAH
Sehingga berdasarkan hal tersebut diatas maka perumusan masalah
yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah terdapat pengaruh positif dari orientasi etika terhadap kinerja
auditor?
2.
Apakah terdapat pengaruh positif dari komitmen profesional terhadap
kinerja auditor?
C.
TUJUAN PENELITIAN.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan bukti empiris tentang:
1.
Orientasi etika yang berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.
2.
Komitmen profesional yang berpengaruh positif terhadap kinerja
auditor.
D.
MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi auditor (akuntan publik), diharapkan supaya dalam menjalankan
profesinya dapat lebih berorientasi pada etika dan memiliki komitmen
profesional yang tinggi sehingga lebih meningkatkan kinerja profesinya.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
dalam melakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam.
Download