1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan

advertisement
1
digunakan
BAB I
untuk
menentukan
warna
(Wiana, 2006:8-9). Misalnya, soroh pande,
PENDAHULUAN
artinya keluarga mereka pada zaman
dahulu adalah perajin.
1.1 Latar Belakang
Pulau Bali merupakan salah satu
Kerajinan mengolah logam atau
pulau dari kepulauan Indonesia yang
mamande dibedakan menjadi dua, yaitu
sangat terkenal dengan kebudayaannya di
pande besi dan pande emas/perak. Pada
seluruh dunia, disebabkan oleh kehidupan
zaman dahulu industri kerajinan mengolah
penduduknya
logam
yang
memiliki
corak
(mamande)
merupakan
mata
kebudayaan yang unik dan masyarakat
pencaharian masyarakat yang ditekuni
yang kaya akan kreativitas seni kerajinan
secara turun-temurun oleh masyarakat dari
dan banyak tersebar di pelosok-pelosok
keluarga pande. Pada zaman modern
desa maupun kota dengan masing-masing
masyarakat soroh pande khususnya di
ciri khasnya.
Kelurahan
Beratan,
Buleleng
bahkan
Mengacu pada Koentjaraningrat
mempunyai mata pencaharian pokok di
(1983) bahwa apapun bentuk karya pada
luar pekerjaan mamande, seperti PNS,
hakekatnya
Polisi maupun guide.
merupakan
bagian
dari
kebudayaan universal yang di dalamnya
Bertahannya industri kerajinan di
terkandung tiga wujud kebudayaan, yaitu
Kelurahan Beratan tidak bisa dilepaskan
sistem budaya, sosial dan budaya fisik.
dari nilai pendidikan yang berlangsung
Budaya fisik, salah satunya dihasilkan dari
dalam keluarga pande dan lingkungan
industri kerajinan, yang identik dengan
sekitarnya.
sistem mata pencaharian.
dilakukan
Masyarakat
untuk
pembelajaran
melestarikan
dan
Bali
mewariskan kebudayaan secara turun-
mengenal Catur Warna yang berarti empat
temurun (Sudjana, 2004:63-64), sehingga
pembagian tugas atau kewajiban dalam
kegiatan
mendidik
kehidupan berdasarkan atas bakat (guna)
dalam
keluarga
dan
seseorang.
menumbuhkan budaya prapen, sebagai
Sementara itu, kenyataan yang muncul
suatu usaha untuk memberikan pendidikan
dalam kehidupan masyarakat Bali adalah
informal kepada generasi penerusnya,
Wangsa, yaitu sistem kekeluargaan yang
untuk
diatur menurut garis keturunan yang
identitas perajin emas dan perak.
ketrampilan
tradisional
Kegiatan
(karma)
senantiasa
yang
berlangsung
perajin
pande,
mempertahankan
2
Produk kerajinan perhiasan Beratan
menjadikannya sebagai mata pencaharian
juga sangat unik dan khas karena banyak
pokok. Selain itu, apabila telah pensiun
dipengaruhi oleh nuansa budaya. Perajin
dari profesi mereka baik PNS maupun
masih mempertahankan ornamen atau
Polisi,
motif tradisional berupa motif flora atau
menekuni pekerjaan sebagai perajin emas
fauna pada kerajinan emas dan peraknya.
dan perak. Perajin emas dan perak ini juga
Masyarakat
Beratan
ditekuni oleh masyarakat yang bukan dari
pada
soroh pande, yang merupakan masyarakat
kerajinannya yang disebut dengan style
pendatang namun tinggal di Kelurahan
Beratan. Dimana pada setiap kerajinan
Beratan. Hal inilah yang mendorong
yang dihasilkan, terutama pada kerajinan
penulis tertarik untuk mengkaji tentang
bokor,
yang
pemertahanan identitas perajin emas dan
dinamakan bunsatmingmang dan motif
perak di Kelurahan Beratan dengan judul :
fauna berupa ukiran barong.
Pemertahanan Identitas Perajin Emas dan
Kelurahan
mempunyai
style
terdapat
Dilihat
tersendiri
motif
dari
flora
Sistem
maka
mereka
akan
kembali
Pendataan
Perak Melalui Sistem Pendidikan Keluarga
Profil Desa dan Profil Kelurahan Beratan
(Studi Kasus Keluarga Pande di Kelurahan
tahun 2011, masyarakat Desa Beratan yang
Beratan, Buleleng, Bali).
terdiri dari 657 jiwa dilihat dari aspek
pendidikan
penduduknya
telah
1.2 Rumusan Masalah
mengenyam pendidikan formal dari tingkat
Berdasarkan latar belakang di atas
dasar hingga tingkat perguruan tinggi atau
maka berikut ini akan diuraikan beberapa
sarjana. Rata-rata pendidikan para perajin
rumusan masalah yang akan dibahas,
emas dan perak ini sampai di tingkat
berikut ini :
Sekolah Menengah Atas namun ada juga
beberapa
pendidikan
perajin
sampai
yang
mengenyam
Perguruan
Tinggi.
1.2.1 Bagaimanakah
belakang
latar
historis
munculnya keluarga Pande
Walaupun mereka dalam mengenyam
Beratan
suatu pendidikan formal dan menekuni
Beratan, Buleleng, Bali ?
profesi di bidang formal seperti PNS,
di
1.2.2 Mengapa masyarakat Pande
Polisi dan guide namun, diantara mereka
Beratan
juga ada yang tetap menggeluti pekerjaan
mempertahankan
sebagai
identitasnya ?
perajin
emas/perak
dan
Kelurahan
masih
3
1.2.3 Bagaimanakah
sistem
BAB II
pendidikan di lingkungan
keluarga
Pande
METODE PENELITIAN
Beratan
dalam
rangka
Metode
penelitian
adalah
cara
mempertahankan
berpikir yang digunakan untuk mencapai
identitasnya ?
tujuan, maka dalam suatu penelitian
dituntut adanya metode penelitian yang
1.3 Tujuan Penelitian
benar-benar sesuai dengan situasi dan
Berdasarkan rumusan masalah di
mampu
mengungkapkan
data
yang
atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
diperlukan untuk menghasilkan data yang
penelitian ini sebagai berikut :
akurat. Studi ini berbentuk penelitian
1.3.1 Untuk
mengetahui
belakang
latar
historis
deskritif-kualitatif,
pembicaraan
metode
munculnya keluarga Pande
beberapa
Beratan
diperhatikan yaitu.
di
Kelurahan
maka
pada
bagian
penelitian,
langkah-langkah
yang
ada
perlu
Beratan, Buleleng, Bali
1.3.2 Untuk mengetahui faktor
yang
melatarbelakangi
2.1 Teknik Penentuan Informan
Informan disusun melalui teknik
adanya
keluarga
Pande
purposive sampling, yaitu pengambilan
Beratan
yang
masih
dengan tujuan tertentu yakni dengan
mempertahankan
mempertimbangkan
identitasnya
informan/subyek
1.3.3 Untuk mengetahui sistem
kemampuan
dan
bahan
dianggap
dapat
memiliki
memahami
pendidikan di lingkungan
permasalahan yang dikaji dalam penelitian
keluarga
Beratan
ini. Prosedur penentuan informan dengan
rangka
menggunakan teknik snow ball, yakni
Pande
dalam
mempertahankan
suatu teknik dengan menentukan informan
identitasnya
kunci yang dapat memberikan informasi
dan lebih mengetahui tentang masalah
yang dikaji.
4
berbatasan dengan kelurahan-kelurahan
2.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam usaha mengumpulkan data
lain di sekitarnya seperti: (a) sebelah
digunakan beberapa teknik yaitu: observasi,
utara : Kelurahan Liligundi, (b) sebelah
wawancara mendalam (indepth interview),
selatan : Kelurahan Sukasada, (c) sebelah
studi sokumentasi dan Studi kepustakaan.
timur : Lingkungan Bakung Sukasada, dan
2.3 Teknik Validitas Data
(d) Sebelah barat : Kelurahan Paket Agung.
Untuk memeriksa keabsahan data
Letak Kelurahan Beratan berada di daerah
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
perbukitan dengan latar belakang Gunung
teknik triangulasi, yaitu triangulasi metode
Tapak (1903 meter) yang berada di
dan triangulasi sumber.
Kecamatan
2.4 Teknik Analisis Data
kelurahan berupa sawah, ladang atau
Analisis data merupakan usaha
penggalian
yang
mendalam
dengan
tegalan.
Sukasada.
Tanah
di
Alam
sekitar
sekitar
wilayah
kelurahan pada dasarnya subur.
menganalisis data secara sistematis dan
Dilihat dari kondisi geografisnya,
intensif (seiring kalimat demi kalimat)
kelurahan ini terletak ± 750 meter di atas
terhadap
permukaan laut. Dengan demikian daerah
catatan
lapangan,
hasil
wawancara atau dokumen.
ini tergolong dataran rendah dengan suhu
2.5 Penulisan Hasil Penelitian
udara rata-rata 30-36 °C dan curah hujan
Tahapan terakhir yang dilakukan
rata-rata 1.800 mm/tahun. Luas Kelurahan
setelah data terkumpul dan dianalisis
Beratan berdasarkan monografi desa tahun
adalah penyusunan hasil penelitian tentang
2011, yaitu 16.345 Ha.
pemertahanan identitas perajin emas dan
Data Monografi Kelurahan Beratan
perak di kalangan keluarga pande di
tahun 2011 menunjukan bahwa penduduk
Kelurahan Beratan.
Kelurahan Beratan berjumlah 657 orang.
Dengan rincian jumlah laki-laki sebanyak
BAB III
342 orang dan perempuan 315 orang.
HASIL PEMBAHASAN
Sedangkan jumlah Kepala Keluarga (KK)
190 KK.
3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Keluarga pande berjumlah
sebanyak 150 KK, yang terdiri dari 210
Kelurahan Beratan termasuk dalam
orang laki-laki dan 240 orang perempuan.
wilayah Kecamatan Buleleng, Kabupaten
Sisanya 40 KK adalah warga pendatang
Buleleng,
(krama tamiu), bukan dari soroh pande
Bali.
Kelurahan
Beratan
5
dan berasal dari daerah lain tapi tinggal di
sebagian
Kelurahan Beratan. Penduduk Kelurahan
Perguruan Tinggi yang ada di Kabupaten
Beratan adalah Warga Negara Indonesia
maupun di luar kabupaten Buleleng, baik
(WNI).
negeri maupun swasta.
Penduduk
bersifat
Kelurahan
Beratan
karena
terdapat
heterogen,
penduduk yang terdiri dari etnis Bali yang
memeluk agama Hindu dan etnis Jawa
memeluk agama Kristen dan Islam.
Mata
Kelurahan
pencaharian
Beratan
penduduk
bermacam-macam,
mengingat setiap individu memiliki tingkat
pendidikan
yang
berbeda-beda
dan
kemampuan serta bakat yang berbeda-beda
pula. Adapun mata pencaharian penduduk
Kelurahan Beratan, yakni: petani, buruh
tani, perajin industri rumah, PNS, montir,
TNI, Polri, pensiunan PNS/TNI/Polri dan
dosen swasta.
pendidikan
penduduk
Kelurahan Beratan secara umum adalah
pendidikan
menunjang
sarana
umum.
Untuk
pendidikan,
di
Kelurahan Beratan telah memiliki Sekolah
Dasar, yakni Sekolah Dasar Negeri 1
Beratan.
Kelurahan
Beratan
tidak
mempunyai fasilitas penunjang pendidikan
dijenjang lain, seperti TK, SMP dan SMA,
maka
Penduduk
melanjutkannya
Kelurahan
ke
Beratan
mayoritas menganut agama Hindu. Di
samping itu terdapat
juga penduduk
Kelurahan Beratan yang menganut agama
Islam dan Kristen. Penduduk Kelurahan
Beratan terdiri dari krama asli, yaitu
masyarakat dari keluarga soroh pande dan
krama tamiu, yaitu masyarakat pendatang
dan
bukan
soroh
pande.
Penduduk
Kelurahan Beratan memiliki jumlah usia
produktif
yang cukup tinggi, sehingga
memiliki tenaga kerja yang cukup banyak.
Hal ini sangat cocok bagi lapangan
pekerjaan yang bersifat padat karya seperti
Tingkat
lulusan
besar
penduduk
Kelurahan
Beratan
menyekolahkan putra dan putri mereka di
sekolah-sekolah
yang berada di luar
Kelurahan Beratan. Sedangkan bagi yang
melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi
halnya usaha kerajinan emas dan perak.
Kelurahan
struktural
merupakan
administrasi
bagian
pemerintahan,
yakni dimulai dari pemerintahan Pusat,
Provinsi,
Kabupaten,
Kecamatan,
Kelurahan/ Desa hingga ke tingkat Dusun.
Penyelenggara administrasi pemerintah di
Kelurahan Beratan terdiri dari Lurah,
Kelompok Jabatan Fungsional, Sekretaris
Lurah, dan Kepala Seksi. Di dalam
tugasnya Lurah dibantu oleh seorang
Sekretaris
Lurah,
Kelompok
Jabatan
Fungsional dan beberapa Kepala Seksi.
6
3.2 Latar Belakang Sejarah Keluarga
untuk membantu menyelesaikan yajnya
Pande Beratan
Sesuai
dengan
Prasasti
Pande
Beratan Samayaji yang menjadi sumber
asal-usul Pande Beratan dikisahkan bahwa
Brahma
Dwala
emas dan perak kepada Mpu Sadhaka
Dharma kepandean.
Setelah yajnya Angeka DaÇa Rudra
Gandring, mempunyai dua orang anak
selesai, maka para pande di beri anugrah
laki-laki, yaitu Arya Pande Beratan dan
oleh Çri Aji Bali, demikian pula Mpu
Arya
Swarnangkara pulang ke asramanya di
Sadhaka.
dari
tempat yang layak untuk melakukan
Mpu
Pande
keturunan
tersebut. Kemudian Mpu Sadhaka mencari
Pada
masa
pemerintahan raja Çri Aji Waturenggong
Beratan
yang memerintah Bali tahun 1460-1550
diantaranya yang sulung bernama Arya
Masehi
Danu,
(Kembar
Karepun,
2005:12),
dan
mempunyai
adik-adinya
bernama
Suradnya
Angeka DaÇa Ludra di Besakih atas
bergelar Pande Rsi, Pande Tusan, Pande
nasehat Padanda Çakti Wawu Rauh yang
Tonjok bekerja membuat senjata tajam.
menjadi Guru Nabe Dalem. Padanda
Yang
disertai Dalem memimpin yajnya dan
bekerja menjadi sangging.
sangging Prabhangkara, para pande besi
dan Bujangga. Namun pande emas dan
perak belum ada di Bali yang dapat
membuat
upacara
widhi-widhana
dan
pakaian perhiasan perlingga Bhatara.
terbungsu
Pendeta
Arya
beliau hendak membuat yajnya besar
mengepalai tukang kerja, seperti : undagi,
menjadi
keturunan,
bernama
(madiksa)
Ida
Wana
Ketika Ki Pasek Kayu Selem dari
Batur
melakukan
perjalanan
dagang
melalui Danau Beratan, I Gusti Pande
Beratan yang menjadi pemimpin Desa
Beratan merampok orang-orang niaga
yang bermalam di Desa Beratan, sehingga
Ada cerita yang menyatakan bahwa
terjadi perkelahian. Karena warga Pande
di Candi Kuning ada seseorang yang
Beratan tidak mampu bertahan, banyak
bernama Arya Pande Wulung datang dari
warga Pande yang lari ke daerah lain yang
Madura, anak dari Mpu Brahmana Dwala,
ada di Bali bersama anggota keluarganya.
melakukan
Beratan
Termasuk Arya Pande Swarna pindah ke
bergelar Mpu Sadhaka ahli dalam ilmu
Buleleng menghamba pada Kyayi Ngurah
emas dan perak. Ia pun diundang oleh
Panji Sakti Alot, kemudian diberikan
Dalem ke Gelgel lalu Dalem memberikan
wilayah di Kecamatan Buleleng dan diberi
tapa
di
Gunung
7
tanah
kemudian
pekerjaan, tempat bekerja dan benda.
bernama Desa Beratan sesuai dengan asal
Sedangkan identitas simbolik berupa nama,
daerah leluhurnya.
warna dan tradisi. Bagi warga soroh pande
3.3
masing-masing
Faktor
yang
yang
Melatarbelakangi
Pemertahanan Identitas
yang
tidak
mamande,
mereka
tetap
membuat prapen yang tidak fungsional
untuk megenang dan sebagai wujud rasa
Identitas juga sering memberikan
bakti terhadap leluhur. Identitas soroh
tidak saja makna tentang pribadi seseorang
pande,
melainkan
juga
ciri
sebuah
mempunyai nama depan “pande” yang
kebudayaan
yang
melatarbelakanginya,
membedakan mereka dengan soroh lain.
dari ciri khas itulah dapat diungkap
Pada hari Raya Tumpek Landep warga
keberadaan
pande melaksanakan
orang
khas
tersebut
(Liliweri,
yaitu
nama.
Soroh
pande
persembahyangan
2003:84) sehingga perlu mempertahankan
untuk menyucikan atau membersihkan
identitas yang kita miliki. Terkait dengan
benda-benda pusaka leluhur, seperti keris,
hal tersebut, ada beberapa alasan yang
tombak, pisau, ala-alat yang digunakan
membuat masyarakat pande Beratan masih
untuk mamande, dan lain sebagainya. Pada
mempertahankan
hari Tumpek Landep warga pande juga
identitasnya,
diantaranya :
menghias
3.1 Adanya lima faktor kebutuhan yang
wastra/kain
harus terpenuhi.
lambang/simbol Brahma dan soroh pande.
prapen
merah,
mereka
yang
dengan
merupakan
Lima faktor kebutuhan tersebut
Warga pande juga selalu bersembahyang
antara lain: (1) faktor kebutuhan fisiologis,
pada prapen tempat berstananyanya Hyang
(2)
Pasupati/Bathara
faktor
kebutuhan
keamanan
dan
Brahma
sebelum
keselamatan, (3) faktor kebutuhan sosial,
bepergian maupun sebelum bekerja agar
(4) faktor kebutuhan penghargaan dan (5)
memperoleh keselamatan dan pekerjaan
faktor kebutuhan aktualisasi diri.
metaksu. Warga pande Beratan berusaha
3.2 Pemertahanan identitas sebagai wujud
mempertahankan identitas yang dimiliki
rasa bhakti terhadap leluhur.
tidak lain adalah untuk menunjukan rasa
Identitas yang terbagi menjadi dua,
bhakti kepada sang pencipta dan leluhur.
yaitu identitas fisik dan simbolik inilah
Leluhur Pande, yang sepatutnya dapat
yang dipertahankan oleh keluarga Pande
dijadikan sebagai pedoman/tuntunan bagi
Beratan.
Identitas
fisik
yaitu
berupa
8
umat/warga Pande, sebagai sesuluh hidup
laron dan ikan gabus adalah penyelamat
untuk memperkuat jati diri.
yang menyelamatkan leluhur mereka dari
3.3 Taat dan percayanya masyarakat pande
musuh selama di perjalanan dari Jawa ke
Beratan kepada mitologi-mitologi dan
Bali. Selain itu ada juga larangan dari para
Bhisama.
orang tua terhadap anak-anaknya untuk
Mitos adalah sebuah kepercayaan
tidak mencari pasangan di luar soroh
yang dipandang sebagai cerita yang benar
pande, untuk menjaga pasemetonan pande
dan sakral dari waktu ke waktu. Begitu
dan menjaga kemurnian darah pande.
halnya dengan warga Pande Beratan,
Bhisama Pande ke IV terdapat bhisama
mereka mempercayai mitos-mitos yang
Mpu Siwa Saguna kepada Brahmna Dwala
berkembang di masyarakat warga pande.
mengenai larangan menggunakan tirtha
Dalam
I
dari sulinggih lainnya. Dengan alasan
ingat
pemakaian Sri Mpu adalah penerusan
menyungsung Ida Bhatara Kawitan di Pura
tradisi leluhur, ada mantra-mantra khusus
Besakih dan Pura Penataran Pande di
yang tidak dipakai oleh sulinggih lainnya,
Besakih,
bhakti
khususnya yang berkaitan dengan Bhisama
terhadap leluhur. Dalam Bhisama Pande
Panca Bayu, warga pande memiliki aturan
ke II, bermakna agar warga pande
tersendiri
memahami ajaran Panca Bayu, ajaran
kawitan dan tata cara padiksaan di
kekuatan yang sangat penting bagi mereka
kalangan warga pande sangat berbeda
yang melakoni Dharma Kepandean, yang
dengan tata cara padiksaan dikalangan
diajarkan oleh Mpu Siwa Saguna kepada
warga
Brahmana Dwala. Bishama Pande ke III,
menyangkut tentang pasemetonan warga
yaitu mengenai larangan atau pantangan
pande. Dimana warga pande harus tetap
yang harus dihindari, yaitu perbuatan asta
menjaga
candhala, agar warga pande berhasil
pande. Kemudian dalam Bhisama Pande
menjadi
utama.
ke VI, adalah bhisama tentang cara
Diantaranya ada larangan menjadi tukang
padiksaan warga pande yang berbeda
tumbuk padi, dikarenakan profesi sebagai
dengan tata cara padiksaan warga lainnya
pande merupakan profesi yang istimewa.
di Bali (Keputusan Pesamuhan Agung IV
Ada
Maha Semaya Warga Pande, 2007)
dijelaskan
Bhisama
agar
sebagai
juga
Pande
warga
wujud
pemimpin
larangan
pande
rasa
manusia
memakan
ke
laron
(dedalu) atau ikan gabus (be jeleg), konon
dalam
lain.
pembuatan
Bhisama
pasemetonan
Pande
sesama
kajang
ke
V
warga
9
3.4 Sistem Pendidikan di Lingkungan
Keluarga Pande dalam Rangka
BAB IV
Mempertahankan Identitasnya
PENUTUP
Proses pewarisan nilai-nilai pendidikan
pada lingkungan keluarga, terutama pada
4.1 Simpulan
keluarga Pande Beratan pada umumnya
bertujuan untuk menegakkan tradisi-tradisi
keluarga
yang
kuat
serta
untuk
mempertahankan identitas dari keluarga
pande Beratan. Berdasarkan hal tersebut
maka terdapat sistem pendidikan yang
diterapkan di lingkungan keluarga, sebagai
berikut ini : (1) Orang tua, (2) peserta
didik, (3) tujuan pendidikan , (4) isi
pendidikan, (5) lingkungan pendidikan, (6)
interaksi
edukatif
peserta
didik
dan
pendidik dan (7) metode pendidik. Di
lingkungan
keluaraga,
mengajarkan
anaknya
orang
tua
keterampilan
mamande agar warisan leluhur ini tetap
terjaga.
Selain
itu,
pendidikan
di
lingkungan keluarga diajarkan melalui
pelaksanaan ritual, seperti melaksanakan
persembahyangan pada rahinan Tumpek
Landep, selalu ingat nyungsusng Ida
Bathara
Kawitan
di
Besakih
bersembahyang pada prapen
dan
tempat
berstananya Hyang Pasupati dan Bathara
Brahma,
sebelum
bepergian
maupun
sebelum melakukan kegiatan mamande
agar
memperoleh
pekerjaan metaksu.
keselamatan
dan
Berdasarkan penelitian yang telah
penulis lakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa sejarah keluarga Pande Beratan
sesuai dengan Prasasti Pande Beratan
Samayaji yang menjadi asal-usul Pande
Beratan mengisahkan bahwa, keturunan
dari Brahmana Dwala yaitu Arya Pande
Wulung yang bergelar Mpu Sadhaka ahli
dalam ilmu emas dan perak ke Gelgel
untuk menyelesaikan yajnya besar Eka
DaÇa Ludra di Besakih oleh Çri Aji
Waturenggong
yang memerintah Bali
tahun 1460-1550 M. Setelah yajnya Eka
DaÇa Ludra selesai maka para pande di
beri anugrah oleh Çri Aji Bali, demikian
pula dengan Mpu Swarnangkara pulang ke
asramanya di Beratan. Ketika Ki Pasek
Kayu
Selem
dari
Batur
melakukan
perjalanan dagang melalui Danau Beratan,
I Gusti Pande Beratan yang menjadi
pemimpin Desa Beratan merampok orangorang niaga yang bermalam di Desa
Beratan, sehingga terjadi perkelahian.
Warga
Pande
Beratan
tidak
mampu
bertahan, banyak warga pande yang lari ke
daerah lain yang ada di Bali bersama
anggota keluarganya. Salah satunya Arya
10
Pande Swarna yang pindah ke Buleleng
5.2.1 Bagi
Masyarakat
menghamba pada Kyayi Ngurah Panji
Beratan
Sakti Alot, kemudian diberikan wilayah di
Peneliti
berharap
Kelurahan
kepada
para
Kecamatan Buleleng dan diberi tanah
tokoh Desa Pakraman Beratan Samayaji
masing-masing yang kemudian bernama
khususnya dan masyarakat pada umumnya
Desa Beratan sesuai dengan asal daerah
untuk
leluhurnya.
melestarikan keterampilan mamande yang
Masyarakat Pande Beratan masih
mempertahankan identitasnya dikarenakan
ada beberapa alasan, diantaranya: (1)
adanya lima faktor kebutuhan yang harus
terpenuhi.
(2)
pemertahanan
identitas
selalu
berupaya
menjaga
dan
sudah menjadi warisan turun-temurun
keluarga
pande
Beratan
serta
tetap
mempertahankan identitas yang di miliki
oleh keluarga pande Beratan sebagai
wujud rasa bhakti terhadap leluhur.
sebagai wujud rasa bhakti kepada leluhur.
dan (3) taat dan percayanya masyarakat
pande Beratan kepada mitologi-mitologi
dan
Bhisama.
Sistem
pendidikan
di
lingkungan keluarga pande dalam rangka
mempertahankan identitasnya, dilakukan
melalui pelaksanaan ritual serta melalui
komponen-komponen
pendidikan,
diantaranya : orang tua, peserta didik,
tujuan
pendidikan,
isi
pendidikan,
lingkungan pendidikan, interaksi edukatif
peserta didik dan pendidik serta metode
pendidikan.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini,
maka dapat disampaikan beberapa hal
yang ditemui, yakni :
5.2.2
Bagi pihak-pihak terkait
Bagi
pihak-pihak
mengembangkan
yang
penelitian
akan
tentang
identitas perajin emas dan perak pande
Beratan, dapat meneliti lebih lanjut dari
sudut pendekatan yang berbeda. Tentunya
penelitian ini diharapkan dapat menjadi
acuan
untuk
selanjutnya.
penelitian-penelitian
Download