1 digunakan BAB I untuk menentukan warna (Wiana, 2006:8-9). Misalnya, soroh pande, PENDAHULUAN artinya keluarga mereka pada zaman dahulu adalah perajin. 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu Kerajinan mengolah logam atau pulau dari kepulauan Indonesia yang mamande dibedakan menjadi dua, yaitu sangat terkenal dengan kebudayaannya di pande besi dan pande emas/perak. Pada seluruh dunia, disebabkan oleh kehidupan zaman dahulu industri kerajinan mengolah penduduknya logam yang memiliki corak (mamande) merupakan mata kebudayaan yang unik dan masyarakat pencaharian masyarakat yang ditekuni yang kaya akan kreativitas seni kerajinan secara turun-temurun oleh masyarakat dari dan banyak tersebar di pelosok-pelosok keluarga pande. Pada zaman modern desa maupun kota dengan masing-masing masyarakat soroh pande khususnya di ciri khasnya. Kelurahan Beratan, Buleleng bahkan Mengacu pada Koentjaraningrat mempunyai mata pencaharian pokok di (1983) bahwa apapun bentuk karya pada luar pekerjaan mamande, seperti PNS, hakekatnya Polisi maupun guide. merupakan bagian dari kebudayaan universal yang di dalamnya Bertahannya industri kerajinan di terkandung tiga wujud kebudayaan, yaitu Kelurahan Beratan tidak bisa dilepaskan sistem budaya, sosial dan budaya fisik. dari nilai pendidikan yang berlangsung Budaya fisik, salah satunya dihasilkan dari dalam keluarga pande dan lingkungan industri kerajinan, yang identik dengan sekitarnya. sistem mata pencaharian. dilakukan Masyarakat untuk pembelajaran melestarikan dan Bali mewariskan kebudayaan secara turun- mengenal Catur Warna yang berarti empat temurun (Sudjana, 2004:63-64), sehingga pembagian tugas atau kewajiban dalam kegiatan mendidik kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dalam keluarga dan seseorang. menumbuhkan budaya prapen, sebagai Sementara itu, kenyataan yang muncul suatu usaha untuk memberikan pendidikan dalam kehidupan masyarakat Bali adalah informal kepada generasi penerusnya, Wangsa, yaitu sistem kekeluargaan yang untuk diatur menurut garis keturunan yang identitas perajin emas dan perak. ketrampilan tradisional Kegiatan (karma) senantiasa yang berlangsung perajin pande, mempertahankan 2 Produk kerajinan perhiasan Beratan menjadikannya sebagai mata pencaharian juga sangat unik dan khas karena banyak pokok. Selain itu, apabila telah pensiun dipengaruhi oleh nuansa budaya. Perajin dari profesi mereka baik PNS maupun masih mempertahankan ornamen atau Polisi, motif tradisional berupa motif flora atau menekuni pekerjaan sebagai perajin emas fauna pada kerajinan emas dan peraknya. dan perak. Perajin emas dan perak ini juga Masyarakat Beratan ditekuni oleh masyarakat yang bukan dari pada soroh pande, yang merupakan masyarakat kerajinannya yang disebut dengan style pendatang namun tinggal di Kelurahan Beratan. Dimana pada setiap kerajinan Beratan. Hal inilah yang mendorong yang dihasilkan, terutama pada kerajinan penulis tertarik untuk mengkaji tentang bokor, yang pemertahanan identitas perajin emas dan dinamakan bunsatmingmang dan motif perak di Kelurahan Beratan dengan judul : fauna berupa ukiran barong. Pemertahanan Identitas Perajin Emas dan Kelurahan mempunyai style terdapat Dilihat tersendiri motif dari flora Sistem maka mereka akan kembali Pendataan Perak Melalui Sistem Pendidikan Keluarga Profil Desa dan Profil Kelurahan Beratan (Studi Kasus Keluarga Pande di Kelurahan tahun 2011, masyarakat Desa Beratan yang Beratan, Buleleng, Bali). terdiri dari 657 jiwa dilihat dari aspek pendidikan penduduknya telah 1.2 Rumusan Masalah mengenyam pendidikan formal dari tingkat Berdasarkan latar belakang di atas dasar hingga tingkat perguruan tinggi atau maka berikut ini akan diuraikan beberapa sarjana. Rata-rata pendidikan para perajin rumusan masalah yang akan dibahas, emas dan perak ini sampai di tingkat berikut ini : Sekolah Menengah Atas namun ada juga beberapa pendidikan perajin sampai yang mengenyam Perguruan Tinggi. 1.2.1 Bagaimanakah belakang latar historis munculnya keluarga Pande Walaupun mereka dalam mengenyam Beratan suatu pendidikan formal dan menekuni Beratan, Buleleng, Bali ? profesi di bidang formal seperti PNS, di 1.2.2 Mengapa masyarakat Pande Polisi dan guide namun, diantara mereka Beratan juga ada yang tetap menggeluti pekerjaan mempertahankan sebagai identitasnya ? perajin emas/perak dan Kelurahan masih 3 1.2.3 Bagaimanakah sistem BAB II pendidikan di lingkungan keluarga Pande METODE PENELITIAN Beratan dalam rangka Metode penelitian adalah cara mempertahankan berpikir yang digunakan untuk mencapai identitasnya ? tujuan, maka dalam suatu penelitian dituntut adanya metode penelitian yang 1.3 Tujuan Penelitian benar-benar sesuai dengan situasi dan Berdasarkan rumusan masalah di mampu mengungkapkan data yang atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam diperlukan untuk menghasilkan data yang penelitian ini sebagai berikut : akurat. Studi ini berbentuk penelitian 1.3.1 Untuk mengetahui belakang latar historis deskritif-kualitatif, pembicaraan metode munculnya keluarga Pande beberapa Beratan diperhatikan yaitu. di Kelurahan maka pada bagian penelitian, langkah-langkah yang ada perlu Beratan, Buleleng, Bali 1.3.2 Untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi 2.1 Teknik Penentuan Informan Informan disusun melalui teknik adanya keluarga Pande purposive sampling, yaitu pengambilan Beratan yang masih dengan tujuan tertentu yakni dengan mempertahankan mempertimbangkan identitasnya informan/subyek 1.3.3 Untuk mengetahui sistem kemampuan dan bahan dianggap dapat memiliki memahami pendidikan di lingkungan permasalahan yang dikaji dalam penelitian keluarga Beratan ini. Prosedur penentuan informan dengan rangka menggunakan teknik snow ball, yakni Pande dalam mempertahankan suatu teknik dengan menentukan informan identitasnya kunci yang dapat memberikan informasi dan lebih mengetahui tentang masalah yang dikaji. 4 berbatasan dengan kelurahan-kelurahan 2.2 Teknik Pengumpulan Data Dalam usaha mengumpulkan data lain di sekitarnya seperti: (a) sebelah digunakan beberapa teknik yaitu: observasi, utara : Kelurahan Liligundi, (b) sebelah wawancara mendalam (indepth interview), selatan : Kelurahan Sukasada, (c) sebelah studi sokumentasi dan Studi kepustakaan. timur : Lingkungan Bakung Sukasada, dan 2.3 Teknik Validitas Data (d) Sebelah barat : Kelurahan Paket Agung. Untuk memeriksa keabsahan data Letak Kelurahan Beratan berada di daerah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan perbukitan dengan latar belakang Gunung teknik triangulasi, yaitu triangulasi metode Tapak (1903 meter) yang berada di dan triangulasi sumber. Kecamatan 2.4 Teknik Analisis Data kelurahan berupa sawah, ladang atau Analisis data merupakan usaha penggalian yang mendalam dengan tegalan. Sukasada. Tanah di Alam sekitar sekitar wilayah kelurahan pada dasarnya subur. menganalisis data secara sistematis dan Dilihat dari kondisi geografisnya, intensif (seiring kalimat demi kalimat) kelurahan ini terletak ± 750 meter di atas terhadap permukaan laut. Dengan demikian daerah catatan lapangan, hasil wawancara atau dokumen. ini tergolong dataran rendah dengan suhu 2.5 Penulisan Hasil Penelitian udara rata-rata 30-36 °C dan curah hujan Tahapan terakhir yang dilakukan rata-rata 1.800 mm/tahun. Luas Kelurahan setelah data terkumpul dan dianalisis Beratan berdasarkan monografi desa tahun adalah penyusunan hasil penelitian tentang 2011, yaitu 16.345 Ha. pemertahanan identitas perajin emas dan Data Monografi Kelurahan Beratan perak di kalangan keluarga pande di tahun 2011 menunjukan bahwa penduduk Kelurahan Beratan. Kelurahan Beratan berjumlah 657 orang. Dengan rincian jumlah laki-laki sebanyak BAB III 342 orang dan perempuan 315 orang. HASIL PEMBAHASAN Sedangkan jumlah Kepala Keluarga (KK) 190 KK. 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keluarga pande berjumlah sebanyak 150 KK, yang terdiri dari 210 Kelurahan Beratan termasuk dalam orang laki-laki dan 240 orang perempuan. wilayah Kecamatan Buleleng, Kabupaten Sisanya 40 KK adalah warga pendatang Buleleng, (krama tamiu), bukan dari soroh pande Bali. Kelurahan Beratan 5 dan berasal dari daerah lain tapi tinggal di sebagian Kelurahan Beratan. Penduduk Kelurahan Perguruan Tinggi yang ada di Kabupaten Beratan adalah Warga Negara Indonesia maupun di luar kabupaten Buleleng, baik (WNI). negeri maupun swasta. Penduduk bersifat Kelurahan Beratan karena terdapat heterogen, penduduk yang terdiri dari etnis Bali yang memeluk agama Hindu dan etnis Jawa memeluk agama Kristen dan Islam. Mata Kelurahan pencaharian Beratan penduduk bermacam-macam, mengingat setiap individu memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda dan kemampuan serta bakat yang berbeda-beda pula. Adapun mata pencaharian penduduk Kelurahan Beratan, yakni: petani, buruh tani, perajin industri rumah, PNS, montir, TNI, Polri, pensiunan PNS/TNI/Polri dan dosen swasta. pendidikan penduduk Kelurahan Beratan secara umum adalah pendidikan menunjang sarana umum. Untuk pendidikan, di Kelurahan Beratan telah memiliki Sekolah Dasar, yakni Sekolah Dasar Negeri 1 Beratan. Kelurahan Beratan tidak mempunyai fasilitas penunjang pendidikan dijenjang lain, seperti TK, SMP dan SMA, maka Penduduk melanjutkannya Kelurahan ke Beratan mayoritas menganut agama Hindu. Di samping itu terdapat juga penduduk Kelurahan Beratan yang menganut agama Islam dan Kristen. Penduduk Kelurahan Beratan terdiri dari krama asli, yaitu masyarakat dari keluarga soroh pande dan krama tamiu, yaitu masyarakat pendatang dan bukan soroh pande. Penduduk Kelurahan Beratan memiliki jumlah usia produktif yang cukup tinggi, sehingga memiliki tenaga kerja yang cukup banyak. Hal ini sangat cocok bagi lapangan pekerjaan yang bersifat padat karya seperti Tingkat lulusan besar penduduk Kelurahan Beratan menyekolahkan putra dan putri mereka di sekolah-sekolah yang berada di luar Kelurahan Beratan. Sedangkan bagi yang melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi halnya usaha kerajinan emas dan perak. Kelurahan struktural merupakan administrasi bagian pemerintahan, yakni dimulai dari pemerintahan Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan/ Desa hingga ke tingkat Dusun. Penyelenggara administrasi pemerintah di Kelurahan Beratan terdiri dari Lurah, Kelompok Jabatan Fungsional, Sekretaris Lurah, dan Kepala Seksi. Di dalam tugasnya Lurah dibantu oleh seorang Sekretaris Lurah, Kelompok Jabatan Fungsional dan beberapa Kepala Seksi. 6 3.2 Latar Belakang Sejarah Keluarga untuk membantu menyelesaikan yajnya Pande Beratan Sesuai dengan Prasasti Pande Beratan Samayaji yang menjadi sumber asal-usul Pande Beratan dikisahkan bahwa Brahma Dwala emas dan perak kepada Mpu Sadhaka Dharma kepandean. Setelah yajnya Angeka DaÇa Rudra Gandring, mempunyai dua orang anak selesai, maka para pande di beri anugrah laki-laki, yaitu Arya Pande Beratan dan oleh Çri Aji Bali, demikian pula Mpu Arya Swarnangkara pulang ke asramanya di Sadhaka. dari tempat yang layak untuk melakukan Mpu Pande keturunan tersebut. Kemudian Mpu Sadhaka mencari Pada masa pemerintahan raja Çri Aji Waturenggong Beratan yang memerintah Bali tahun 1460-1550 diantaranya yang sulung bernama Arya Masehi Danu, (Kembar Karepun, 2005:12), dan mempunyai adik-adinya bernama Suradnya Angeka DaÇa Ludra di Besakih atas bergelar Pande Rsi, Pande Tusan, Pande nasehat Padanda Çakti Wawu Rauh yang Tonjok bekerja membuat senjata tajam. menjadi Guru Nabe Dalem. Padanda Yang disertai Dalem memimpin yajnya dan bekerja menjadi sangging. sangging Prabhangkara, para pande besi dan Bujangga. Namun pande emas dan perak belum ada di Bali yang dapat membuat upacara widhi-widhana dan pakaian perhiasan perlingga Bhatara. terbungsu Pendeta Arya beliau hendak membuat yajnya besar mengepalai tukang kerja, seperti : undagi, menjadi keturunan, bernama (madiksa) Ida Wana Ketika Ki Pasek Kayu Selem dari Batur melakukan perjalanan dagang melalui Danau Beratan, I Gusti Pande Beratan yang menjadi pemimpin Desa Beratan merampok orang-orang niaga yang bermalam di Desa Beratan, sehingga Ada cerita yang menyatakan bahwa terjadi perkelahian. Karena warga Pande di Candi Kuning ada seseorang yang Beratan tidak mampu bertahan, banyak bernama Arya Pande Wulung datang dari warga Pande yang lari ke daerah lain yang Madura, anak dari Mpu Brahmana Dwala, ada di Bali bersama anggota keluarganya. melakukan Beratan Termasuk Arya Pande Swarna pindah ke bergelar Mpu Sadhaka ahli dalam ilmu Buleleng menghamba pada Kyayi Ngurah emas dan perak. Ia pun diundang oleh Panji Sakti Alot, kemudian diberikan Dalem ke Gelgel lalu Dalem memberikan wilayah di Kecamatan Buleleng dan diberi tapa di Gunung 7 tanah kemudian pekerjaan, tempat bekerja dan benda. bernama Desa Beratan sesuai dengan asal Sedangkan identitas simbolik berupa nama, daerah leluhurnya. warna dan tradisi. Bagi warga soroh pande 3.3 masing-masing Faktor yang yang Melatarbelakangi Pemertahanan Identitas yang tidak mamande, mereka tetap membuat prapen yang tidak fungsional untuk megenang dan sebagai wujud rasa Identitas juga sering memberikan bakti terhadap leluhur. Identitas soroh tidak saja makna tentang pribadi seseorang pande, melainkan juga ciri sebuah mempunyai nama depan “pande” yang kebudayaan yang melatarbelakanginya, membedakan mereka dengan soroh lain. dari ciri khas itulah dapat diungkap Pada hari Raya Tumpek Landep warga keberadaan pande melaksanakan orang khas tersebut (Liliweri, yaitu nama. Soroh pande persembahyangan 2003:84) sehingga perlu mempertahankan untuk menyucikan atau membersihkan identitas yang kita miliki. Terkait dengan benda-benda pusaka leluhur, seperti keris, hal tersebut, ada beberapa alasan yang tombak, pisau, ala-alat yang digunakan membuat masyarakat pande Beratan masih untuk mamande, dan lain sebagainya. Pada mempertahankan hari Tumpek Landep warga pande juga identitasnya, diantaranya : menghias 3.1 Adanya lima faktor kebutuhan yang wastra/kain harus terpenuhi. lambang/simbol Brahma dan soroh pande. prapen merah, mereka yang dengan merupakan Lima faktor kebutuhan tersebut Warga pande juga selalu bersembahyang antara lain: (1) faktor kebutuhan fisiologis, pada prapen tempat berstananyanya Hyang (2) Pasupati/Bathara faktor kebutuhan keamanan dan Brahma sebelum keselamatan, (3) faktor kebutuhan sosial, bepergian maupun sebelum bekerja agar (4) faktor kebutuhan penghargaan dan (5) memperoleh keselamatan dan pekerjaan faktor kebutuhan aktualisasi diri. metaksu. Warga pande Beratan berusaha 3.2 Pemertahanan identitas sebagai wujud mempertahankan identitas yang dimiliki rasa bhakti terhadap leluhur. tidak lain adalah untuk menunjukan rasa Identitas yang terbagi menjadi dua, bhakti kepada sang pencipta dan leluhur. yaitu identitas fisik dan simbolik inilah Leluhur Pande, yang sepatutnya dapat yang dipertahankan oleh keluarga Pande dijadikan sebagai pedoman/tuntunan bagi Beratan. Identitas fisik yaitu berupa 8 umat/warga Pande, sebagai sesuluh hidup laron dan ikan gabus adalah penyelamat untuk memperkuat jati diri. yang menyelamatkan leluhur mereka dari 3.3 Taat dan percayanya masyarakat pande musuh selama di perjalanan dari Jawa ke Beratan kepada mitologi-mitologi dan Bali. Selain itu ada juga larangan dari para Bhisama. orang tua terhadap anak-anaknya untuk Mitos adalah sebuah kepercayaan tidak mencari pasangan di luar soroh yang dipandang sebagai cerita yang benar pande, untuk menjaga pasemetonan pande dan sakral dari waktu ke waktu. Begitu dan menjaga kemurnian darah pande. halnya dengan warga Pande Beratan, Bhisama Pande ke IV terdapat bhisama mereka mempercayai mitos-mitos yang Mpu Siwa Saguna kepada Brahmna Dwala berkembang di masyarakat warga pande. mengenai larangan menggunakan tirtha Dalam I dari sulinggih lainnya. Dengan alasan ingat pemakaian Sri Mpu adalah penerusan menyungsung Ida Bhatara Kawitan di Pura tradisi leluhur, ada mantra-mantra khusus Besakih dan Pura Penataran Pande di yang tidak dipakai oleh sulinggih lainnya, Besakih, bhakti khususnya yang berkaitan dengan Bhisama terhadap leluhur. Dalam Bhisama Pande Panca Bayu, warga pande memiliki aturan ke II, bermakna agar warga pande tersendiri memahami ajaran Panca Bayu, ajaran kawitan dan tata cara padiksaan di kekuatan yang sangat penting bagi mereka kalangan warga pande sangat berbeda yang melakoni Dharma Kepandean, yang dengan tata cara padiksaan dikalangan diajarkan oleh Mpu Siwa Saguna kepada warga Brahmana Dwala. Bishama Pande ke III, menyangkut tentang pasemetonan warga yaitu mengenai larangan atau pantangan pande. Dimana warga pande harus tetap yang harus dihindari, yaitu perbuatan asta menjaga candhala, agar warga pande berhasil pande. Kemudian dalam Bhisama Pande menjadi utama. ke VI, adalah bhisama tentang cara Diantaranya ada larangan menjadi tukang padiksaan warga pande yang berbeda tumbuk padi, dikarenakan profesi sebagai dengan tata cara padiksaan warga lainnya pande merupakan profesi yang istimewa. di Bali (Keputusan Pesamuhan Agung IV Ada Maha Semaya Warga Pande, 2007) dijelaskan Bhisama agar sebagai juga Pande warga wujud pemimpin larangan pande rasa manusia memakan ke laron (dedalu) atau ikan gabus (be jeleg), konon dalam lain. pembuatan Bhisama pasemetonan Pande sesama kajang ke V warga 9 3.4 Sistem Pendidikan di Lingkungan Keluarga Pande dalam Rangka BAB IV Mempertahankan Identitasnya PENUTUP Proses pewarisan nilai-nilai pendidikan pada lingkungan keluarga, terutama pada 4.1 Simpulan keluarga Pande Beratan pada umumnya bertujuan untuk menegakkan tradisi-tradisi keluarga yang kuat serta untuk mempertahankan identitas dari keluarga pande Beratan. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat sistem pendidikan yang diterapkan di lingkungan keluarga, sebagai berikut ini : (1) Orang tua, (2) peserta didik, (3) tujuan pendidikan , (4) isi pendidikan, (5) lingkungan pendidikan, (6) interaksi edukatif peserta didik dan pendidik dan (7) metode pendidik. Di lingkungan keluaraga, mengajarkan anaknya orang tua keterampilan mamande agar warisan leluhur ini tetap terjaga. Selain itu, pendidikan di lingkungan keluarga diajarkan melalui pelaksanaan ritual, seperti melaksanakan persembahyangan pada rahinan Tumpek Landep, selalu ingat nyungsusng Ida Bathara Kawitan di Besakih bersembahyang pada prapen dan tempat berstananya Hyang Pasupati dan Bathara Brahma, sebelum bepergian maupun sebelum melakukan kegiatan mamande agar memperoleh pekerjaan metaksu. keselamatan dan Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa sejarah keluarga Pande Beratan sesuai dengan Prasasti Pande Beratan Samayaji yang menjadi asal-usul Pande Beratan mengisahkan bahwa, keturunan dari Brahmana Dwala yaitu Arya Pande Wulung yang bergelar Mpu Sadhaka ahli dalam ilmu emas dan perak ke Gelgel untuk menyelesaikan yajnya besar Eka DaÇa Ludra di Besakih oleh Çri Aji Waturenggong yang memerintah Bali tahun 1460-1550 M. Setelah yajnya Eka DaÇa Ludra selesai maka para pande di beri anugrah oleh Çri Aji Bali, demikian pula dengan Mpu Swarnangkara pulang ke asramanya di Beratan. Ketika Ki Pasek Kayu Selem dari Batur melakukan perjalanan dagang melalui Danau Beratan, I Gusti Pande Beratan yang menjadi pemimpin Desa Beratan merampok orangorang niaga yang bermalam di Desa Beratan, sehingga terjadi perkelahian. Warga Pande Beratan tidak mampu bertahan, banyak warga pande yang lari ke daerah lain yang ada di Bali bersama anggota keluarganya. Salah satunya Arya 10 Pande Swarna yang pindah ke Buleleng 5.2.1 Bagi Masyarakat menghamba pada Kyayi Ngurah Panji Beratan Sakti Alot, kemudian diberikan wilayah di Peneliti berharap Kelurahan kepada para Kecamatan Buleleng dan diberi tanah tokoh Desa Pakraman Beratan Samayaji masing-masing yang kemudian bernama khususnya dan masyarakat pada umumnya Desa Beratan sesuai dengan asal daerah untuk leluhurnya. melestarikan keterampilan mamande yang Masyarakat Pande Beratan masih mempertahankan identitasnya dikarenakan ada beberapa alasan, diantaranya: (1) adanya lima faktor kebutuhan yang harus terpenuhi. (2) pemertahanan identitas selalu berupaya menjaga dan sudah menjadi warisan turun-temurun keluarga pande Beratan serta tetap mempertahankan identitas yang di miliki oleh keluarga pande Beratan sebagai wujud rasa bhakti terhadap leluhur. sebagai wujud rasa bhakti kepada leluhur. dan (3) taat dan percayanya masyarakat pande Beratan kepada mitologi-mitologi dan Bhisama. Sistem pendidikan di lingkungan keluarga pande dalam rangka mempertahankan identitasnya, dilakukan melalui pelaksanaan ritual serta melalui komponen-komponen pendidikan, diantaranya : orang tua, peserta didik, tujuan pendidikan, isi pendidikan, lingkungan pendidikan, interaksi edukatif peserta didik dan pendidik serta metode pendidikan. 4.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disampaikan beberapa hal yang ditemui, yakni : 5.2.2 Bagi pihak-pihak terkait Bagi pihak-pihak mengembangkan yang penelitian akan tentang identitas perajin emas dan perak pande Beratan, dapat meneliti lebih lanjut dari sudut pendekatan yang berbeda. Tentunya penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk selanjutnya. penelitian-penelitian