penerapan strategi pembelajaran aktif tipe assessment

advertisement
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE
ASSESSMENT SEARCH DALAM UPAYA MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
PADA MATERI FLUIDA KELAS XI IPA 3
DI SMAN 10 KOTA JAMBI
OLEH
ANNE RYANDHOSI
RSA1C310019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
MEI, 2014
Anne Ryandhosi : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE
ASSESSMENT SEARCH DALAM UPAYA MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
PADA MATERI FLUIDA KELAS XI IPA 3
DI SMAN 10 KOTA JAMBI
Oleh :
Anne Ryandhosi
(Pendidikan Fisika PMIPA FKIP Universitas Jambi)
Pembimbing : 1. Drs. Menza Hendri, M.Pd. 2. Nova Susanti, S.Pd., M.Si
ABSTRAK
Kata Kunci: Aktivitas belajar, hasil belajar, strategi pembelajaran aktif tipe assessment
search.
Penelitian dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa,
Penyebabnya adalah siswa terlihat kurang merespon terhadap pembelajaran, siswa kurang
bisa menerapkan rumus yang didapat selama pembelajaran pada penyelesaian persoalan,
sebagian besar siswa belum maksimal menerapkan yang dipelajari dari gurunya terhadap
permasalahan soal yang dihadapi. Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka
dilaksanakanlah pembelajaran aktif tipe assessment search.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar
fisika siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe assessment search pada
materi fluidakelas XI IPA 3 di SMAN 10 Kota Jambi.
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus.
Pengumpulan data dalam penelitian, untuk data kualitatif melalui pengamatan aktivitas
siswa dan pelaksanaan pembelajaran guru melalui lembar observasi dan untuk data
kuatitatif melalui penilaian hasil belajar siswa yakni melaksanakan ulangan formatif
disetiap akhir siklus.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar fisika
siswa pada tiap siklus. Pada siklus I, rata-rata persentase aktivitas siswa adalah 57,40% dan
nilai rata-rata hasil belajar 66,21 dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 14 orang
(45,16%). Pada siklus II rata-rata persentase aktivitas siswa meningkat menjadi 76,95%
dan nilai rata-rata hasil belajar 73,19 dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 19 orang
(61,29%). Pada siklus III meningkat menjadi 81,28% dan nilai rata-rata hasil belajar 76,07
dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 24 orang (77,42%).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa
dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe assessment search dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa di kelas XI IPA 3 SMAN 10 Kota
Jambi.
Anne Ryandhosi : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
I.
PENDAHULUAN
Belajar merupakan hal yang sangat mendasar yang tidak bisa lepas dari kehidupan,
dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang meningkat, serta
perkembangan teknologi yang semakin canggih pada era globalisasi saat ini, banyak
usaha-usaha yang dilakukan oleh ilmuan dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan pendidikan. Salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran adalah
dengan mengembangkan cara-cara belajar yang lebih efektif, agar lebih mudah dipahami
oleh siswa.
Mata pelajaran Fisika sering dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami dan
cenderung tidak disukai, mata pelajaran fisika bukan hanya sekedar tahu matematika tetapi
juga memahami konsep yang terkandung didalamnya, menuliskan simbol-simbol fisisnya
serta memahami permasalahan dan menyelesaikan permasalahan secara matematis maupun
secara teori. Dalam belajar fisika fakta, konsep dan prinsip-prinsip tidak bisa diterima
secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran, setiap materi harus dipahami dan
dimengerti dengan baik, karena setiap materi yang dipelajari saling berkaitan.
Berdasarkan hasil observasi dengan salah seorang guru yang mengajar mata
pelajaran fisika di SMAN 10 Kota Jambi. Seperti yang terlihat pada tabel 1.1 dibawah ini,
nilai belajar fisika siswa lebih banyak yang mengalami kegagalan dari pada yang tuntas.
Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Fisika Siswa Kelas XI IPA Semester 1
di SMAN 10 Kota Jambi Tahun Ajaran 2013/2014.
No
Kelas
Jumlah Siswa
1
2
3
XI IPA 1
XI IPA 2
XI IPA 3
31 orang
31 orang
31 orang
Rata-rata nilai
ulangan harian
64,69
61,19
60,76
Dari data di atas terlihat bahwa kelas yang paling tinggi nilai rata-ratanya adalah
kelas XI IPA 1 dengan rata-rata nilai ulangan harian sebesar 64,69 ini berarti kelas XI IPA
1 belum mencapai KKM. Sedangkan kelas yang paling rendah nilai rata-rata ulangan harian
yaitu kelas XI IPA 3 dengan rata-rata sebesar 60,76. Dari data di atas dapat dilihat bahwa
belum ada kelas yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Maka dapat
disimpulkan bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran fisika masih belum
maksimal dan tujuan pembelajaran belum bisa tercapai sepenuhnya. Dikarenakan pada saat
proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat kurang merespon terhadap pembelajaran
mata pelajaran fisika, siswa kurang bisa menerapkan rumus yang didapat selama
pembelajaran fisika pada penyelesaian persoalan pada mata pelajaran fisika, jika diberikan
tugas latihan atau pekerjaan rumah (PR) siswa kurang antusias mengerjakannya ataupun
kalau mengerjakannya bukan hasil dari pikiran sendiri. Penulis juga melihat sebagian besar
siswa belum maksimal menerapkan yang dipelajari dari gurunya terhadap permasalahan
soal yang dihadapi. Kebanyakan siswa bingung menggunakan rumus yang didapatkan dari
materi yang dipelajari pada saat mengerjakan soal-soal latihan mata pelajaran fisika.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa siswa, diperoleh
informasi bahwa materi tentang fluida pada mata pelajaran fisika merupakan salah satu
materi yang dianggap sulit untuk dipahami oleh siswa. Pada materi fluida, tidak semua
Anne Ryandhosi : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Tingkat pemahaman yang diperoleh
siswa rendah, hanya sebagian kecil dari siswa memahami konsep fluida.
Fluida merupakan salah satu ilmu fisika yang mempelajari tentang zat yang
mengalir. Fluida adalah zat yang dapat mengalir yang mempunyai partikel yang mudah
bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Untuk memahami tentang fluida,
siswa kesulitan dalam menerapkan pemahaman konsep pada setiap persoalan serta dalam
penyelesaiannnya. Karena siswa kurang aktif dalam bertanya, mengajukan pendapat dan
tidak mencatat hal-hal yang penting mengenai materi fluida.
Berbagai bentuk persoalan mata pelajaran fisika di sekolah, akibat yang sering
terjadi selama ini yaitu siswa memahami materi mata pelajaran fisika saat proses
pembelajaran, tetapi disaat siswa mengerjakan soal secara mandiri yang berkaitan dengan
materi, siswa mengalami kesulitan dan keraguan dalam menyelesaikan soal yang diberikan,
sehingga rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep yang dipelajari pada saat
penyelesaian permasalahan yang dihadapi siswa. Namun guru yang bertindak sebagai
tenaga pendidik mempunyai peranan yang penting dalam keberhasilan siswa untuk
menguasai mata pelajaran fisika.
Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri
sesuai dengan taraf kemampuannya. Sehingga, siswa tidak kesulitan dalam mempelajari
dan memahami materi serta menjawab soal yang berkaitan dengan materi tersebut. Untuk
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas guru harus mampu memilih
metode-metode atau strategi-strategi yang sesuai dengan kondisi siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Sebagaimana dijelaskan (Suyadi, 2013) Assessment search adalah penilaian cepat
dalam pembelajaran aktif. Strategi pembelajaran aktif tipe assessment search termasuk
dalam pembelajaran berkelompok, siswa ditugaskan untuk menyelesaikan soal dalam
kelompok, setiap siswa memiliki tugasnya masing-masing kemudian siswa akan saling
berkomunikasi dengan anggota kelompoknya untuk saling bertukaran jawaban. Setelah itu
hasil diskusi kelompoknya akan dilaporkan ke kelompok baru.
Sebagaimana yang terdapat pada hasil penelitian terdahulu diperoleh informasi
bahwa penerapan strategi pembelajaran aktif tipe assessment search dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar fisika siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun di
Sekolah Menengah Atas (SMA. Untuk itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang strategi
pembelajaran aktif tipe assessment search di SMAN 10 Kota Jambi untuk meningkatkan
hasil belajar siswa yang dituangkan dalam penelitian yang berbentuk skripsi yang berjudul
Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Assessment Search Dalam Upaya
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Materi Fluida Kelas XI
IPA 3 di SMAN 10 Kota Jambi.
Anne Ryandhosi : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mengalami perubahan tingkah laku dan
mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Definisi belajar
bergantung pada teori belajar yang dianut oleh seseorang. Menurut (Nasution, 2012) belajar
adalah sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan, belajar membawa
sesuatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah
pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,
penghargaan, minat dan penyesuaian diri.
Menurut Hilgard dan Bower dalam (Baharuddin dan Wahyuni, 2010) belajar
memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui
pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau
menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan
dan penguasaan tentang sesuatu.
2.1 Belajar Mengajar
Mengajar pada umumnya merupakan usaha guru untuk menciptakan kondisikondisi atau mengatur lingkungan belajar sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara
murid dengan lingkungannya termasuk guru, alat pelajaran dan sebagainya sehingga
tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Menurut (Nasution, 2012) mengajar
berarti mengendalikan kondisi-kondisi situasi belajar seperti menarik perhatian, menyajikan
stimulus yang serasi dan memberikan petunjuk atau penjelasan verbal dan urutan tertentu
2.3 Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori
pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Menurut (Trianto, 2007) “
teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
menstransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan
lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai”. Menurut teori
konstruktivis ini, prinsip yang paling penting adalah bahwa guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus membangun sendiri pengetahuan di
dalam benaknya.
Suprijono dalam (Diani, 2010) mengemukakan bahwa:
Pembelajaran berbasis konstruktivisme merupakan belajar artikulasi. Belajar artikulasi
adalah proses mengartikulasikan ide, pikiran, dan solusi. Belajar tidak hanya
mengkonstruksi makna dan mengembangkan pikiran, namun juga memperdalam prosesproses pemaknaan tersebut melalui pengekspresian ide-ide.
Pendapat ini juga bermaksud mengemukakan bahwa untuk dapat mengetahui
sesuatu, siswa haruslah aktif sendiri mengkonstruksi. Bagi siswa agar benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan
Anne Ryandhosi : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
masalah dan menemukan segala sesuatu untuk dirinya dengan berusaha memikirkan ideide.
2.4 Strategi Pembelajaran
Dalam konteks pendidikan, strategi dapat dimaknai sebagai perencanaan yang berisi
serangkaian kegiatan yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan.
Menurut (Suyadi, 2013) mengemukakan bahwa “Strategi pembelajaran adalah langkahlangkah yang ditempuh guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada, guna mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran terdiri dari seluruh
komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan yang digunakan oleh guru”.
Menurut (Djamarah dan Zain, 2010) secara umum strategi mempunyai pengertian
suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola
umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah digariskan. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa strategi
pembelajaran sebagai keahlian seseorang untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
atau tujuan yang telah ditentukan.
2.5 Strategi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah istilah payung bagi berbagai model pembelajaran yang
berfokus kepada siswa sebagai penanggung jawab belajar. (Warsono dan Hariyanto, 2013)
mengemukakan bahwa:
Pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran
yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, pembelajaran aktif
mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan
senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran dan
pembelajaran aktif melibatkan siswa untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang
sesuatu yang sedang dilakukannya.
Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik
untuk belajar secara aktif . Menurut (Safa’at, 2012) “Pembelajaran aktif adalah proses
belajar dengan siswa mendapatkan kesempatan lebih banyak untuk melakukan aktivitas
belajar berupa hubungan interaktif lewat materi pelajaran dan sesama pembelajar (siswa
dan guru) yang ada di ruangan kelas”.
2.6 Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Assessment Search
langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe assessment search yang akan
digunakan oleh peneliti adalah gabungan dari pendapat para ahli. Namun, secara
keseluruhan lebih dominan pada pendapat Suwandi dalam (Lestari, 2011) yaitu sebagai
berikut:
1. Guru menyiapkan tiga atau empat pertanyaan sesuai dengan anggota kelompok.
Pertanyaan tersebut dapat berupa:
 Pengetahuan siswa
Anne Ryandhosi : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
 Materi yang akan disampaikan
 Sikap siswa terhadap materi
 Pengalaman siswa yang ada hubungannya dengan materi
 Keterampilan yang telah siswa peroleh
 Latar belakang siswa
 Harapan yang ingin didapat siswa dari mata pelajaran ini.
2. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil, jumlah anggota kelompok harus sama
dengan jumlah soal yang telah dibuat.
3. Guru menjelaskan materi pelajaran
4. Guru memberikan contoh soal
5. Guru memberikan soal atau pertanyaan yang telah dibuat kepada masing-masing
kelompok. Setiap siswa dalam satu kelompok mendapat soal yang berbeda tetapi
sama terhadap kelompok lain.
6. Guru meminta siswa untuk menjawab soal atau pertanyaan yang telah diberikan.
7. Guru meminta siswa untuk mewawancarai anggota lainnya dan mendapatkan
jawaban dari pertanyaan yang ditugaskan kepada mereka masing-masing.
8. Guru meminta siswa membuat laporan.
9. Guru mengumpulkan siswa yang memiliki pertanyaan yang sama dan membentuk
kelompok baru.
10. Guru meminta kelompok baru untuk mendiskusikan pertanyaan dan menyusun
laporan.
11. Guru meminta tiap-tiap kelompok baru melaporkan hasil diskusi di depan kelas.
12. Guru mengklarifikasi jawaban siswa yang kurang tepat.
2.7 Aktivitas Belajar
Paul B. Diedrich dalam (Nasution, 2012) membuat suatu daftar yang berisi 177
macam kegiatan siswa yang antara lain dapat dogolongkan sebagai berikut:
1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan
gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3) Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik,
pidato.
4) Writting activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan,
membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam
pembelajaran sangat penting. Belajar di kelas tidak hanya sekedar mendengarkan dan
menerima materi dari guru, namun siswa harus aktif dan guru dapat mengaktifkan. Tugas guru
sebagai fasilitator dan pembimbing adalah memberikan bantuan dan arahan. Aktivitas terbaik
Anne Ryandhosi : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
oleh siswa ialah ketika siswa dapat membaca, mendengar, melihat, mengucap dan melakukan
tentang materi yang sedang dipelajarinya
2.8
Evaluasi Hasil Belajar
“Pengertian evaluasi belajar dan pembelajaran adalah proses untuk menentukan
nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian
dan/atau pengukuran belajar dan pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2009)”.
III.
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom Action
Research. Dikatakan tindakan kelas karena penelitian ini dilakukan guru didalam kelas
yang dilaksanakan secara siklus. Adapun tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yaitu: 1. Perencanaan (planning), 2. Pelaksanaan Tindakan Kelas, 3. Observasi dan
Evaluasi, 4. Analisis dan Refleksi (Reflection).
3.2 Jenis penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka jenis penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan perpaduan antara tindakan
(action) dan penelitian (research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas.
3.3. Tempat dan Waktu
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas XI IPA 3 pada semester
2 di SMAN 10 Kota Jambi tahun ajaran 2013/2014.
3.4 Subyek Penelitian.
Yang menjadi subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 di SMAN 10
Kota Jambi pada semester 2 yang berjumlah 31 orang tahun ajaran 2013/2014.
3.5
Instrumen Penelitian
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan sesuatu intrumen. Suatu intrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010).
b. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat
kemampuan tertentu yang biasanya dalam bentuk indeks. Untuk menetukan indeks
kesukaran dapat digunakan rumus yang dikemukan oleh (Purwanto,2013) yaitu:
Anne Ryandhosi : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
𝑃=
𝐵
(3.5)
𝐽𝑠
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
𝐽𝑠 = jumlah seluruh peserta tes
Untuk mengetahui besarnya indeks kesukaran, kriteria yang digunakan adalah
P = 0,00 – 0,30 = Soal sukar
P = 0,31 – 0,70 = Soal sedang
P = 0,71 – 1,00 = Soal mudah
Berdasarkan hasil analisis uji coba yang telah dilaksanakan, diperoleh soal-soal
yang tingkat kesukarannya adalah 24 soal yang dikatakan soal sukar, 14 soal yang
dikatakan soal sedang, 12 soal yang dikatakan soal mudah
c. Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda soal
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan yang dikemukan oleh (Purwanto,2013)
yaitu :
𝐷=
𝐵𝐴
𝐽𝐴
𝐵𝐵
− 𝐽𝐵 = 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵
(3.6)
Keterangan :
D = Daya beda
BA = Banyaknya kelompok atas menjawab soal dengan benar
BB = Banyaknya kelompok bawah menjawab soal dengan benar
JA = Jumlah siswa kelompok atas
JB = Jumlah siswa kelompok bawah
PA = Propersi kelompok atas yang menjawab benar
PB = Propersi kelompok bawah yang menjawab benar.
Adapun klasifikasi daya pembeda:
P = 0,00 – 0,20 = soal jelek
P = 0,21 – 0,40 = soal sedang
P = 0,41 – 0,70 = soal baik
P = 0,71 – 1,00 = soal baik sekali
Berdasarkan hasil analisis uji coba soal yang dilaksankan, berikut adalah klasifikasi soal
berdasarkan daya pembeda: 19 soal yang dikatakan soal jelek (dibuang), 21 soal yang
dikatakan soal sedang (cukup), 10 soal yang dikatakan soal baik .
d. Realibitas
Realibitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut
sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden
Anne Ryandhosi : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang
reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga (Purwanto, 2013)
𝑛
𝑟11 =
𝑆𝑡2
=
𝑀=
1−
𝑛−1
Σ𝑋 2 −
𝑀 𝑛−𝑀
𝑛𝑆 𝑡2
Σ𝑋 2
𝑁
𝑁
Σ𝑋
𝑁
(3.7)
(3.8)
(3.9)
Keterangan :
𝑟11 = Reliabilitas tes soal secara keseluruhan
N = Banyaknya butir soal
M = Mean/rata-rata skor total
X = jumlah skor yang dijawab benar oleh siswa
N = jumlah peserta tes
𝑆𝑡2 = Varians total
Σ𝑋 2 = Jumlah skor total yang dikuadratkan
Σ𝑋 2 = Nilai pengkuadratan jumlah skor total.
Kriterian penghitung tingkat realibitas soal didasarkan pada ketentuan dibawah ini:
0,00 -0,20 = Reliabilitas sangat rendah
0,21 – 0,40 = Reliabilitas rendah
0,41 – 0,60 = Reliabilitas cukup
0,61 – 0,80 = Reliabiltas tinggi
0,81 – 1,00 = Reliabilitas sangat tinggi
Dari perhitungan soal yang diuji coba didapat reliabilitas sebesar 0,97, maka dapat
dinyatakan bahwa soal yang diuji coba memiliki reliabilitas sangat tinggi.
3.6
Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Data kualitatif adalah data tentang aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar
mengajar.
2. Data kuantitatif adalah data tentang hasil belajar siswa berupa nilai yang diperoleh
pada setiap akhir siklus di kelas XI IPA 3.
b. Cara Pengambilan Data
Pengambilan data kualitatif dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa
dan lembar observasi aktivitas guru selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung
sedangkan Pengambilan data kuantitatif dalam penelitian ini adalah dengan cara
memberikan tes berupa soal-soal kepada siswa disetiap akhir siklus.
3.7
Indikator
Indikator pencapaian yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang
dilakukan adalah aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh siswa pada setiap akhir siklus.
Aktivitas dikatakan telah mencapai kategori aktif dan hasil belajar didapat dari hasil tes
yang diperoleh siswa. Sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) siswa di
Anne Ryandhosi : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
SMAN 10 Kota jambi yaitu telah mencapai skor 75 dan suatu kelas dinyatakan telah
mencapai keberhasilan jika di kelas tersebut telah terdapat 75% siswa yang telah mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rincian peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif yang diperoleh dari
penerapan strategi pembelajaran aktif tipe assessment search dapat dilihat pada tabel
berikut :
No
1
2
Tabel 4.10 Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Jumlah atau persentase
Variabel yang diamati
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Nilai rata-rata siswa
66,21
73,19
76,07
Jumlah siswa yang berhasil
14 orang
19 orang
24 orang
45,16,38%
61,29%
77,42%
Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar pada setiap siklus. Jadi pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi
pembelajaran aktif tipe assessment search pada materi fluida dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada aspek kognitif.
Tabel 4.11 Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa
No.
1.
2.
3.
Rata – rata aktivitas siswa (%)
57.4
76.95
81.28
Rata – rata hasil belajar siswa
66.21
73.19
76.07
Tabel di atas menjelaskan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa tiap siklus
mengalami peningkatan. Rata – rata persentase aktivitas siswa pada siklus I yaitu 57,4%
meningkat menjadi 76,95% pada siklus II dan kemudian menjadi 81,28 % pada siklus III.
Hal ini sejalan dengan hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan pada tiap siklusnya
yaitu 66,21 pada siklus I menjadi 73,19 pada siklus II dan menjadi 76,07 pada siklus III.
Hal ini menenjukkan bahwa usaha yang dilakukan untuk meningkatkan hasil aktivitas dan
hasil belajar siswa telah terlaksana dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan.
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Peningkatan nilai rata-rata persentase aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus I,
rata-rata persentase aktivitas siswa adalah 57,40% dan nilai rata-rata hasil belajar 66,21
dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 14 orang (45,16%). Pada siklus II rata-rata
persentase aktivitas siswa meningkat menjadi 76,95% dan nilai rata-rata hasil belajar 73,19
dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 19 orang (61,29%). Pada siklus III meningkat
menjadi 81,28% dan nilai rata-rata hasil belajar 76,07 dengan jumlah siswa yang berhasil
sebanyak 24 orang (77,42%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran
aktif tipe assessment search dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa
pada materi Fluida di SMAN 10 Kota Jambi.
Anne Ryandhosi : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh di atas serta untuk lebih meningkatkan
hasil belajar fisika siswa, maka penulis menyarankan beberapa hal:
1). Guru fisika dapat menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe assessment search pada
saat proses pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar fisika
siswa, terutama pada materi fluida.
2). Karena penelitian ini hanya dilakukan hanya pada materi fluida, maka diharapkan
penelitian yang serupa dapat pula dilaksanakan pada materi yang lain.
3). Penelitian ini masih terbatas pada aktivitas dan hasil belajar siswa pada aspek kognitif,
diharapkan lebih lanjut dilakukan penelitian terhadap hasil belajar pada aspek afektif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
_________., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Cipta
Aunurrahman., 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Rineka
Baharuddin dan Wahyuni, E.N., 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: ArRuzz Media
Daryanto., 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Djamarah, S.B dan Aswan Zain., 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Diani, R., 2010, Upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada konsep cahaya
dan alat-alat optik dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe inquiring
minds want to know di kelas VIIID SMP Negeri 17 Kota Jambi, Skripsi,
Universitas Jambi, Jambi
Dimyati dan Mudjiono., 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kanginan, M., 2010. Physics For Senior High School. Jakarta: Erlangga
Lestari, N., 2011, Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa dengan
Menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif tipe Assessment Search di SMP N VII
Muaro Jambi, Skripsi, Universitas Jambi, Jambi
Nasution., 2012. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Ngalimun., 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressido.
Nilawati, N., Rahmi,. Zulfitri. 2012. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa
Menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Pertanyaan Penilaian Dengan
Anne Ryandhosi : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
Tipe Berbagi Pengetahuan Secara AKtif Siswa Kelas VII SMPN 7 Kabupaten
Solok Selatan.
Nurkencana, W., 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Purwanto., 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Resnick, H., Pantur Silaban, dkk., 1985. Fisika. Jakarta: Erlangga.
Safa’at, A., 2012. Stop Menjadi Guru. Jakarta: PT. Tangga Pustaka
Sadirman.,2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Silberman, M., 2010. 101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT.
Indeks
____________, 2013. Pembelajaran Aktif 101 strategi Untuk Mengajar Aktif. Jakarta
: PT. Indeks
Supriadie, D dan Darmawan, D., 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Suyadi., 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran., 2011. Kurikulum dan
Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Trianto., 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta :
Prestasi Pustaka
Warsono dan Hariyanto., 2013. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Young dan Freedman., 2002. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.
Zaini, H., Munthe, B., Aryani, S.A., 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani
http://www.buatskripsi.com/2011/02/alasan-pentingnya-keaktifan-siswa-dalam.html.
Diakses tanggal 12 Desember 2013.
Anne Ryandhosi : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
Download