HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP KADAR TIMBAL DALAM DARAH DAN DAMPAKNYA PADA KADAR HEMOGLOBIN PEKERJA PERCETAKAN DI KAWASAN MEGAMALL CIPUTAT TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh : BETTI RONAYAN ADIWIJAYANTI 1111101000108 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Juni 2015 Betti Ronayan Adiwijayanti, NIM : 1111101000108 Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Kadar Timbal dalam Darah dan Dampaknya pada Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015 (VII + 107 halaman, 12 tabel, 6 gambar, 7 lampiran) ABSTRAK Industri percetakan menggunakan timbal sebagai pewarna yang dikelola dengan cara memaparkan langsung pada pekerja. Pajanan timbal dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin. Hasil studi pendahuluan menunjukkan 80% kadar hemoglobin pekerja di bawah normal. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik individu (usia, lama kerja dan kebiasaan merokok) terhadap kadar timbal dalam darah dan dampaknya pada kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi dengan desain cross sectional study. Analisis data yang digunakan adalah Partial Least Square. Penelitian dilakukan sejak bulan Maret-Mei 2015 di Kawasan Megamall Ciputat pada pekerja percetakan sebanyak 40 orang. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin pekerja rendah (12,34±1,53 gr/dl) dan rata-rata kadar timbal dalam darah pekerja rendah (2,05±1,27 g/dl). Hasil uji hubungan langsung menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kadar timbal dalam darah adalah lama kerja (T test = 19,6) dan kebiasaan merokok (T test = 2,07). Sedangkan variabel yang berhubungan dengan kadar hemoglobin adalah kebiasaan merokok (T test = 3,84). Hasil uji hubungan tidak langsung menunjukkan tidak terdapat hubungan antara masingmasing variabel karakteristik individu dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah (usia (T test = 0,4), lama kerja (T test = 0,6) dan kebiasaan merokok (T test = 0,5)). Hasil uji hubungan simultan menunjukkan tidak terdapat hubungan simultan antara usia, lama kerja dan kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah (T test = 0,62). Pada penelitian ini diketahui rata-rata pekerja bekerja lebih dari tujuh jam/hari yaitu 11 jam/hari. Hal ini dapat meningkatkan jumlah pajanan timbal dari lingkungan kerja. Untuk menanggulangi masalah ini perlu dilakukan penetapan jam kerja sesuai dengan undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Selain itu setiap percetakan hendaknya menyediakan APD dan mewajibkan pekerja untuk menggunakannya. Pengaturan jam kerja dan penggunaan APD dapat mengurangi pajanan timbal dari lingkungan kerja. Daftar bacaan : 77 (1897-2015) Kata kunci : Kadar hemoglobin, Kadar timbal dalam darah, Percetakan STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FACULTYOF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH Undergraduate Thesis, June 2015 Betti Ronayan Adiwijayanti, NIM : 1111101000108 Relationship of The Individual Characteristics to The Blood Lead Levels and Its Effect on Hemoglobin Levels of Printing Workers in Ciputat Megamall Region 2015 (VII + 107 pages, 12 tables, 6 charts, 7 attachment) ABSTRACT Printing industry using lead as a dye which is managed by exposing directly to the worker. Exposure to lead can cause a decrease in hemoglobin levels. The result of preliminary study showed that 80% of workers hemoglobin levels below normal. The aim of research to determine the relationships of the individual characteristics (age, length of employment and smoking habits) to the blood lead levels and its effect on hemoglobin levels of printing workers in Ciputat Megamall Region in 2015. This study is an epidemiological crosssectional study design. This study used Partial Least Square as data analysis approach. The study conducted from March to May 2015 in Ciputat Megamall Region with 40 printing workers. The results showed that the average of workers hemoglobin levels below normal (12.34±1.53 g/dl), and the average of workers blood lead level is below the standard (2.05±1.27 g/dl). The test results of direct relationships showed variables associated with blood lead levels is the length of work (T test = 19.6) and smoking habits (T test = 2.07). While the variables associated with hemoglobin levels are smoking habits (T test = 3.84). The test results of indirect relationship showed no association between each individual characteristics variable with hemoglobin levels through blood lead levels (ages (T test = 0.4), duration of action (T test = 0.6) and smoking (T test = 0.5)). The test results showed no simultaneous relationship between age, length of employment and smoking habits with hemoglobin levels through blood lead levels (T test = 0.62). In this study has been known that most workers work 11hours/day or more than seven hours/day. This condition could increase the amount of lead exposure from the working environment. Determination of work hours needs to be fit in with Statute No. 13 of 2003 on manpower to overcome this problem. In addition, every printing should provide PPE and make it compulsory for employees to use it. Setting of work hours and the use of PPE can reduce lead exposure from the working environment. Reference : 77 (1897-2015) Keyword : hemoglobin level, blood lead level, printing. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu” Alhamdulillahirobbil alamin, puji sukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Hubungan Karakteristik Individu terhadap Kadar Timbal dalam Darah dan Dampaknya pada Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukan hanya karena usaha penulis semata, namun banyak pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulisjuga ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat. 3. Ibu Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph.D sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan dan saran perbaikan terhadap skripsi ini. 4. Ibu Minsarnawati, S.KM, M.Kes sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan saran perbaikan terhadap skripsi ini. 5. Para dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen-dosen Peminatan Kesehatan Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat. i 6. Bapak Sukadi, Ibu Winarsih serta adikku tersayang Denda Mayora yang selalu memberikan dukungan, nasehat serta doa yang selalu dipanjatkan demi kelancaran penyusunan skripsi ini. 7. Mas Tri Nurdianto yang selalu memberi dukungan dan nasehat selama penyusunan skripsi ini. 8. Jamaah kesling 2011 (Fiya, Niken, Onoy, Pewe, Ayu, Efri, Lifi, Feella, Manyun, Dadut, Jebol, Ika, Ila, Anan, Rahmatika, Sajeng, Awal, Eka, Chandra, Ois, Inu, Almen dan Hari) Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca. “Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu” Jakarta, Juni 2015 Penulis ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 7 C. Pertanyaan Penelitian ................................................................... 8 D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9 E. F. 1. Tujuan Umum ................................................................... 10 2. Tujuan Khusus .................................................................. 10 Manfaat Penelitian ........................................................................ 11 1. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ............... 11 2. Bagi Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat .............. 11 3. Bagi Peneliti ..................................................................... 11 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 13 A. Timbal (Pb) .................................................................................. 13 1. Definisi dan Karakteristik Timbal (Pb) ............................ 13 2. Sumber Timbal ( Pb) ........................................................ 14 3. Manfaat Timbal (Pb) ........................................................ 16 4. Pajanan Timbal (Pb) ......................................................... 17 5. Metabolisme Timbal (Pb) ................................................. 20 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Timbal (Pb) dalam Darah ...................................................................... 22 B. 7. Dampak Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan ...................... 26 8. Pencegahan Terhadap Pajanan Timbal (Pb) ..................... 30 Hemoglobin .................................................................................. 31 1. Definisi Hemoglobin (Hb)................................................. 32 2. Kadar Hemoglobin (Hb) .................................................... 32 3. Atruktur Hemoglobin (Hb) ................................................ 33 iii 4. Pembentukan Hemoglobin (Hb) ........................................ 34 5. Fungsi Hemoglobin (Hb)................................................... 36 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin .... 36 7. Dampak Kekurangan Hemoglobin (Hb) ........................... 41 C. Timbal (Pb) dan Hemaglobin (Hb) ............................................... 43 D. Metode Partial Least Square (PLS) .............................................. 45 E. Kerangka Teori ............................................................................. 46 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ..... 49 A. Kerangka Konsep ......................................................................... 49 B. Hipotesis ....................................................................................... 50 C. Definisi Operasional ..................................................................... 51 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 52 A. Desain Penelitian .......................................................................... 52 B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 52 C. Populasi dan Sampel .................................................................... 52 D. Cara Pengukuran .......................................................................... 54 1. Sumber Data ...................................................................... 54 2. Pengolahan Data ................................................................ 54 3. Instrumen Penelitian .......................................................... 55 E. Analisis Data ................................................................................ 63 1. Analisis Univariat ............................................................. 63 2. Analisis metode Partial Least Square (PLS) .................... 63 BAB V HASIL ............................................................................................... 69 A. Gambaran Lokasi Penelitian ......................................................... 69 B. Analisa Univariat........................................................................... 70 1. Gambaran Kadar Hemoglobin........................................... 70 2. Gambaran Kadar Timbal dalam Darah ............................. 70 3. Gambaran Karakteristik Individu ...................................... 70 C. Evaluasi dengan Metode Partial Least Square (PLS) .................. 71 1. Hubungan Langsung .............................................................. 73 2. Hubungan Tidak Langsung .................................................... 76 iv 3. Hubungan Simultan antara Usia, Lama Kerja (Tahun), Kebiasaan Merokok Melalui Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin .................................................... 77 BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................. 79 A. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 79 B. Kadar Hemoglobin pada Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015 ...................................................... 79 C. Kadar Timbal dalam Darah Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015 ...................................................... 81 D. Hubungan Usia dengan Kadar Timbal dalam Darah .................... 83 E. Hubungan Lama Kerja (Tahun) dengan Kadar Timbal dalam Darah ............................................................................................. 85 F. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kadar Timbal dalam Darah ............................................................................................. 87 G. Hubungan Usia dengan Kadar Hemoglobin.................................. 88 H. Hubungan Lama Kerja (Tahun) dengan Kadar Hemoglobin ........ 89 I. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kadar Hemoglobin......... 91 J. Hubungan Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin ................................................................................... 93 K. Hubungan Simultan antara Usia, Lama Kerja (Tahun), dan Kebiasaan Merokok dengan Kadar Hemoglobin Melalui Kadar Timbal dalam Darah ........................................................... 95 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 100 A. Simpulan........................................................................................ 100 B. Saran .............................................................................................. 102 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 104 v DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Dampak Kesehatan Akibat Pajanan Timbal (Pb) .......................... 30 Tabel 3.1. Definisi Operasional ...................................................................... 51 Tabel 4.1. Jumlah Pekerja Press .................................................................... 52 Tabel 4.2. Proporsi Sampel Pekerja Press ..................................................... 53 Tabel 5.1. Distribusi Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Tahun 2015 .................................................................. 70 Tabel 5.2. Distribusi Kadar Timbal dalam Darah Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015 ...................................... 70 Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Individu Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015 ...................................... 71 Tabel 5.4. Nilai Outer Model ......................................................................... 72 Tabel 5.5. Evaluasi Inner Model .................................................................... 72 Tabel 5.6. Hasil Analisis Hubungan Langsung .............................................. 73 Tabel 5.7. Hubungan Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin ................................................................................... 75 Tabel 5.8. Hasil Uji Aroian ............................................................................ 76 Tabel 5.9. Hubungan Simultan antara Usia, Lama Kerja (Tahun), Kebiasaan Merokok Melalui Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin............................................................ 78 Tabel 6.1. Peraturan Kadar Timbal dalam Darah Pekerja Berdasarkan Usia................................................................................................ 84 vi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Metabolisme Timbal (Pb) dalam tubuh manusia ................... 20 Gambar 2.2. Proses Pembentukan Hemoglobin.......................................... 35 Gambar 2.3. Hematotoksisitas timbal (Pb) pada Sintesis Heme................. 43 Gambar 2.4. Kerangka Teori....................................................................... 48 Gambar 3.1. Kerangka Konsep ................................................................... 49 Gambar 4.1. Skema Hubungan Langsung antar Variabel Laten................. 65 Gambar 4.2. Skema Hubungan Tidak Langsung antara Variabel Usia dengan Variabel Kadar Hemoglobin ...................................... 86 Gambar 4.3. Skema Hubungan Tidak Langsung antara Variabel Lama Kerja dengan Variabel Kadar Hemoglobin ............................ 67 Gambar 4.4. Skema Hubungan Tidak Langsung antara Variabel Kebiasaan Merokok dengan Variabel Kadar Hemoglobin .... 67 Gambar 4.5. Skema Hubungan Simultan antar Variabel laten ................... 68 Gambar 5.1. Diagram Jalur ......................................................................... 72 vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Timbal merupakan bahan kimia yang termasuk dalam kelompok logam berat dan merupakan bahan pencemar utama di lingkungan (Palar, 2004). Timbal termasuk kedalam golongan IV A pada tabel periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom 82 dengan bobot atau berat 207,2. Timbal (Pb) merupakan logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327° C dan titik didih 1.620° C. Pada suhu 550°-600° C timbal menguap dan bereaksi dengan oksigen dalam udara dan membentuk timbal oksida. Timbal dapat mencemari udara dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk gas dan partikel (CDC, 2014). United States Environmental Protection Agency (US EPA) pada tahun 2014 menyebutkan standar kualitas udara ambien nasional untuk timbal adalah 0,15 μg/m3. Standar tersebut berlaku untuk pengukuran timbal di udara selama tiga bulan. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 1992 menyebutkan Recomended Exposure Limit (REL) untuk timbal di udara adalah 100 μg/m3. Timbal dan senyawanya dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi melalui kulit sangat kecil (CDC, 1992). Timbal yang telah masuk kedalam tubuh akan didistribusi ke dalam darah sebesar 95% (Palar, 2004). Centers for 1 Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 1997 menetapkan bahwa nilai ambang batas (NAB) kadar timbal dalam darah adalah 10 μg/dL. Standar yang ditetapkan oleh CDC mengalami perubahan dari 25 μg/dL menjadi 10 μg/dL, hal ini disebabkan timbal sudah memberikan dampak kesehatan pada kadar yang lebih rendah dari 10 μg/dL (CDC, 2011). Timbal merupakan unsur alami yang banyak dimanfaatkan pada awal kehidupan manusia. Oleh karena itu banyak industri yang menggunakan timbal dalam kegiatan produksinya. Hal ini menyebabkan distribusi pencemaran timbal semakin meluas (CDC, 1992). Penggunaan timbal di bidang industri antara lain industri baterai, cat, insektisida, tinta, kosmetik dan percetakan. Sumber utama pencemaran timbal di lingkungan berasal dari pajanan tinta yang bertimbal (CDC, 1992). Timbal dalam bentuk Pbkarbonat dan Pb-sulfat digunakan sebagai zat warna putih, sedangkan Pbkromat digunakan sebagai warna kuning, jingga, merah dan hijau. Zat warna ini banyak digunakan pada percetakan (Palar, 2004). Consumer Product Safety Commission (CPSC) menyebutkan NAB timbal dalam tinta adalah 600 ppm atau 0,06 % dari berat kering tinta (ATDR, 2007). Percetakan atau proses mencetak merupakan teknologi atau seni yang memproduksi salinan cepat, seperti kata-kata atau gambar-gambar di atas kertas, kain dan lainnya. Setiap harinya milyaran bahan cetak diproduksi, termasuk buku, kalender, surat kabar, poster, undangan, dan bahan lain (Oke, 2008). Kebutuhan masyarakat terhadap jasa percetakan yang tinggi, meningkatkan jumlah percetakan di masyarakat. Berdasarkan data statistik industri percetakan di Indonesia, penyebaran percetakan pada tahun 2010 2 tidak merata, sebagian besar berada di Pulau Jawa (73,3 %), kemudian Pulau Sumatra (13,4 %) dan Kalimantan (5,8 %). Pada data tersebut jumlah percetakan yang terdata dengan jelas sebanyak 2.585 percetakan (Ratnasari, 2011). Percetakan yang terdata tidak termasuk percetakan kecil yang setiap tahunnya terus berkembang dan bertambah banyak (Ratnasari, 2011). Kawasan Megamall merupakan kawasan yang menjadi pusat percetakan di Ciputat dengan luas daerah ± 1,5 hektar. Terdapat tujuh percetakan di Kawasan Megamall yang beroperasi selama 24 jam per hari untuk enam hari kerja selama seminggu. Rata-rata setiap percetakan menghasilkan 500-1000 lembar flier dan leaflet, serta 100-150 buah buku. Kapasitas mencetak dapat meningkat sesuai dengan permintaan konsumen. Percetakan yang terdapat di Kawasan Megamall tidak hanya mencetak flier, leaflet dan buku, namun juga mencetak poster berbagai ukuran, spanduk, banner, sticker dan backdrop. Rata-rata dalam sehari setiap percetakan mencetak 200-300 lembar spanduk maupun banner. Bahan yang digunakan untuk mencetak spanduk, banner dan backdrop berbeda dengan bahan yang digunakan untuk mencetak flier, leaflet dan buku. Untuk mencetak spanduk, banner dan backdrop diperlukan tinta solvent karena bahan cetaknya terbuat dari vynil dan flexy. Tinta solvent adalah tinta yang menggunakan pelarut (solvent) untuk memperkuat ikatan warna pada tinta dengan bahan cetak. Tinta solvent menggunakan pewarna tambahan yang mengandung timbal (PMAI, 2003). Proses mencetak merupakan langkah terpenting dari sebuah penerbitan. Proses mencetak memanfaatkan timbal yang terbukti dapat 3 meningkatkan kualitas hasil cetakan, baik dari segi warna maupun daya ikatnya. Timbal yang digunakan di percetakan terbuat dari persenyawaan timbal dan antimoni (Oke, 2008). Kedua logam tersebut memiliki dampak kesehatan yang berbeda, salah satu dampak akumulasi timbal dalam tubuh adalah gangguan sistem hematopoietik sedangkan akumulasi antimoni akan berdampak pada gangguan saluran pernapasan (ATSDR, 2011). Timbal dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun. Manusia dapat mengakumulasi timbal dari udara, air dan tanah yang terkontaminasi oleh logam berat. Timbal dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan sebagian akan terakumulasikan melalui berbagai perantara salah satunya adalah melalui inhalasi udara yang tercemar timbal. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus dalam jangka waktu lama dapat mencapai jumlah yang membahayakan kesehatan manusia (Fardiaz, 1992). Menurut American Cancer Society (ACS) tahun 2014, pekerja yang bekerja di percetakan memiliki tingkat risiko akibat pajanan timbal yang tinggi terhadap pekerjanya. Printing Industry Association of Australia menyebutkan bahwa bahan kimia yang digunakan di percetakan sering dikelola dengan cara memaparkan langsung ke pekerja, orang lain, dan lingkungan. Pajanan bahan ini dapat menyebabkan sakit kepala, mual, gangguan pernapasan, kurang konsentrasi, kelelahan, keracunan, dan kerusakan sistem saraf pusat (Oke, 2008). Hasil penelitian Al-Hassani (2013) menunjukan ada peningkatan yang signifikan terhadap kadar timbal dalam darah pada pekerja percetakan di 4 Iraq. Beberapa dampak kesehatan dari kadar timbal dalam darah yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) seperti penurunan Intelligence Quotient (IQ), encephalophaty, hipertensi, gangguan sistem saraf pusat dan sistem hematopoetik (Yartireh dan Amir, 2013). Salah satu gangguan pada sistim hematopoetik yang disebabkan oleh timbal dalam darah adalah gangguan pada saat pembentukan hemoglobin. Hemoglobin merupakan komponen penting dari sel darah merah yang memiliki peran dalam transportasi oksigen dan karbon dioksida (Yartireh dan Amir, 2013). Kadar normal hemoglobin pada laki-laki dewasa antara 13-17 g/dL, pada wanita dewasa tidak hamil antara 12-16 g/dL, wanita dewasa yang hamil antara 11-13 g/dL (Estridge dkk, 2000). Kadar hemoglobin ini dapat menurun akibat beberapa faktor, salah satunya adalah keberadaan timbal dalam darah (Yartireh dan Amir, 2013). Timbal yang terdapat di dalam darah menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam pembentukan salah satu bagian terpenting hemoglobin yaitu heme. Timbal menghambat enzim ALAD dan ferrochelatase sehingga tidak dapat mengubah porfobilinogen, akibatnya besi tidak dapat memasuki siklus protoporfirin dan meningkatkan protoporfirinzinc. Pembentukan heme yang terganggu menyebabkan kadar hemoglobin menurun (Lubis dkk, 2013). Hampir 50% aktivitas enzim ALAD dan ferrochelatase dihambat pada kadar timbal dalam darah sebesar 15 µg/dL (Lauwerys dan Perrine, 2001). Timbal yang telah masuk kedalam tubuh akan didistribusi ke dalam darah sebesar 95% yang terikat pada sel darah merah dan sisanya terikat pada plasma darah (Palar, 2004). Setelah diserap, 99% timbal terikat pada 5 sel darah merah, dan 1% menyebar bebas ke dalam jaringan lunak dan tulang. Oleh karena itu kadar timbal dalam darah menggambarkan kadar timbal dalam tubuh (ATSDR, 1999). Waktu paruh timbal dalam darah yaitu 1-2 bulan, sedangkan pada jaringan lunak selama satu sampai sepuluh tahun (CDC, 2013). Pemeriksaan timbal dalam darah merupakan jenis diagnosis yang sangat berguna untuk melihat pajanan timbal. Kadar timbal dalam darah digunakan sebagai indikator pajanan timbal yang sering dipakai dalam kaitannya dengan pajanan eksternal. Kadar timbal dalam darah merupakan petunjuk langsung jumlah timbal yang sesungguhnya masuk ke dalam tubuh (CDPH, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Al-Hassani (2013) menunjukkan kadar timbal dalam darah secara signifikan meningkat pada pekerja yang terpapar timbal di lingkungan kerja. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Oke dkk (2008) yang menunjukan adanya hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan penurunan kadar hemoglobin pada pekerja di percetakan dengan OR 2,31. Hal ini menunjukkan kadar timbal dalam darah memiliki risiko 2,31 kali dalam menurunkan kadar hemoglobin. Penelitian di Indonesia juga menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin pada pekerja. Penelitian tersebut dilakukan oleh Tjahjandi (2007) dengan OR 4,714 dan Mifbakhudi (2007) dengan OR 1,358. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Suhendro dkk (2007) pada pengemudi bus kota, hasilnya kadar timbal dalam darah yang ≥ 10 µg/dL memiliki hubungan kuat terhadap gejala anemia yaitu pusing, sakit kepala, 6 lemas dan penurunan kadar hemoglobin. Penelitian yang dilakukan oleh AlMalki (2009) menunjukkan perubahan hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin, hal ini disebabkan interaksi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti ingin melihat hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin baik ketika berinteraksi dengan faktor lain maupun tidak. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis Partial Least Square agar peneliti dapat melihat hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin baik langsung maupun dengan interaksi variabel lainnya. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada pekerja percetakan di Kawasan Megamall, terdapat 80% pekerja yang memiliki kadar hemoglobin di bawah normal. Selain itu 80% pekerja juga merasa lemah, letih, lesu, sakit kepala dan pusing dalam satu tahun terakhir. Hasil studi pendahuluan juga menunjukkan percetakan di Kawasan Megamall menggunakan tinta solvent untuk mencetak pada bahan vynil dan flexy. Rata-rata percetakan menghabiskan 200-250 liter tinta solvent dalam sehari. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan karakteristik individu terhadap kadar timbal dalam darah dan dampaknya pada kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. B. Rumusan Masalah Kawasan Megamall merupakan kawasan percetakan di Ciputat dengan tujuh percetakan yang beroperasi selama 24 jam/hari untuk enam hari kerja selama seminggu. Percetakan yang terdapat di Kawasan Megamall 7 menggunakan tinta solvent yang mengandung timbal 10% sebagai tinta untuk mencetak pada media vynil dan flexyy. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada pekerja percetakan di Kawasan Megamall, terdapat 80% pekerja yang memiliki kadar hemoglobin di bawah normal. Selain itu 80% pekerja juga merasa lemah, letih, lesu, sakit kepala dan pusing dalam satu tahun terakhir. Hasil studi pendahuluan juga menunjukkan rata-rata percetakan di Kawasan Megamall menghabiskan 200-250 liter tinta solvent dalam sehari. Timbal dari tinta solvent dapat menguap ke lingkungan dan masuk ke dalam tubuh, sehingga menyebabkan peningkatan kadar timbal dalam darah. Peningkatan ini mengganggu pembentukan heme dengan menghambat kerja enzim ALAD yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin. Mengingat bahan kimia yang digunakan di percetakan sering dikelola dengan cara memaparkan langsung ke pekerja, maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik individu (usia, lama kerja dan kebiasaan merokok) terhadap kadar timbal dalam darah dan dampaknya pada kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015? 2. Bagaimana gambaran kadar timbal dalam darah pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015? 8 3. Bagaimana gambaran karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015? 4. Apakah terdapat hubungan langsung antara karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar timbal dalam darah pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015? 5. Apakah terdapat hubungan langsung antara karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015? 6. Apakah terdapat hubungan langsung antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015? 7. Apakah terdapat hubungan tidak langsung antara karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015? 8. Apakah terdapat hubungan simultan antara karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin pada pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut adalah tujuan dilakukannya penelitian ini : 9 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan karakteristik individu terhadap kadar timbal dalam darah dan dampaknya pada kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. 2. Tujuan khusus 1. Mengetahui gambaran kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. 2. Mengetahui gambaran kadar timbal dalam darah pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. 3. Mengetahui gambaran karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. 4. Mengetahui hubungan langsung antara karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar timbal dalam darah pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. 5. Mengetahui hubungan langsung antara karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. 6. Mengetahui hubungan langsung antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. 7. Mengetahui hubungan tidak langsung antara karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. 10 8. Mengetahui hubungan simultan antara karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin pada pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa FKIK mengenai hubungan karakteristik individu dan kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin pada pekerja percetakan. 2. Manfaat Bagi Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Menjadi masukan bagi percetakan dalam memberikan kenyamanan dan keselamatan pekerjanya. Dengan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kadar timbal dalam darah, maka percetakan dapat melakukan langkah pencegahan terhadap penyakit akibat kerja (PAK) dalam kasus ini adalah penurunan kadar hemoglobin. 3. Manfaat Bagi peneliti Dapat menigkatkan pengetahuan dan kesempatan untuk aplikasi teori kesehatan lingkungan yang telah didapat di bangku kuliah. Informasi tentang hubungan kadar timbal darah dengan kadar hemoglobin dapat dikembangkan peneliti selanjutnya. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berjudul “Hubungan Karakteristik Individu terhadap Kadar Timbal dalam Darah dan Dampaknya pada Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015”. Penelitian 11 ini dilakukan oleh mahasiswa semester VIII Peminatan Kesehatan Lingkungan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian dilaksanakan bulan Maret-Mei tahun 2015 dan dilakukan pada pekerja percetakan bagian press yang berjumlah 40 orang. Penelitian ini merupakan penelitian epidemologi dengan desain cross sectional study karena variabel eksogen, intervenning dan endogen akan diukur pada waktu yang bersamaan. Analisis data menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan tujuan untuk melihat hubungan langsung, hubungan tidak langsung maupun hubungan simultan setia variabelnya. Responden akan diwawancarai dan diambil sampel darah vena serta kapiler untuk pemeriksaan kadar timbal dalam darah dan kadar hemoglobin. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Timbal (Pb) Tinjauan pustaka yang akan dibahas terkait timbal (Pb) meliputi defenisi dan karakteristik timbal, sumber timbal, manfaat timbal, pajanan timbal, metabolisme timbal, faktor-faktor yang mempengaruhi kadar timbal (Pb) dalam Darah, dampak timbal terhadap kesehatan, dan pencegahan terhadap pajanan timbal. 1. Defenisi dan Karakteristik Timbal (Pb) Timah hitam atau timbal memiliki rumus kimia Pb, tergolong kedalam logam berat, yang dalam sistem periodik unsur ini terletak pada unsur golongan IV A periode ke 6. Timbal merupakan logam yang dalam bentuk padat berwarna abu-abu mengkilat. Beberapa karakteristik timbal sebagai berikut : 1. Nomor atom : 82 2. Berat atom : 207,19 3. Titik leleh : 327,5°C 4. Titik didih : 1740°C 5. Kerapatan : 11,34 gr/cm3 Timbal termasuk dalam logam berbahaya karena dalam kadar yang kecil dapat bersifat racun dan berbahaya, selain itu timbal tidak dapat didegradasi atau dihancurkan serta tahan terhadap korosi (ATSDR, 2007). 13 Ketika terkena air atau udara, lapisan tipis yang dibentuk senyawa timbal melindungi timbal dari korosi. Timbal adalah logam yang sangat mudah dibentuk, namun sangat rapuh dan mudah mengkerut pada pendinginan. Timbal juga sulit larut dalam air dingin, air panas dan asam. Timbal dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar, 2004). Pada suhu 550-600°C, timbal menguap dan bereaksi dengan oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Timbal banyak digunakan di industri biasanya terdiri dari timbal organik dan inorganik. Contoh timbal organik antara lain timbal tetra etil (TEL: Tetra Ethyl Lead), timbal tetra metil (TML: Tertra Methyl Lead), Pb acetat, Pb salicylate, Pb stearate dan Pb oksalat. Timbal inorganik contohnya Pb monoxide, Pb dioxide, Pb sulfate, Pb carbonate, Pb arsenate dan Pb chromat (Patty, 1897). 2. Sumber Timbal (Pb) Timbal lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya. Kadarnya dalam lingkungan mneningkat karena penambangan, peleburan, pembersihan dan berbagai penggunaan dalam bidang industri (Lu, 2010). Sumber utama timbal dibagi menjadi dua, yaitu : a. Alami Timbal secara alamiah terdapat pada kerak bumi dalam jumlah kecil pada batu-batuan, penguapan lava, tanah dan tumbuhan (Widowati dkk, 2008). Biasanya kadar Pb dalam tanah berkisar antara 5 sampai 25 mg/kg, dalam air tanah dari 1 sampai 60 µg/L dan lebih rendah dalam air permukan. Kadar timbal di udara dalam keadaan 14 normal di bawah 1 µg/m3, tetapi dapat jauh lebih tinggi di tempat kerja dan daerah dengan lalu lintas padat (Lu, 2010). Di alam timbal terdapat dalam bentuk senyawa sulfat (PbSO4), karbonat (PbCO3) dan sulfida (PbS). Biji timbal yang utama adalah galena yang mengandung PbS. Timbal dapat diperoleh dengan memanaskan PbS pada suhu tinggi, kemudian PbO yang terbentuk direduksi dengan karbon. Untuk memurnikannya dari logam lain, dilakukan elektrolisis sehingga menghasilkan Pb (Palar, 2004). b. Antropogenik 1) Industri Sumber utama pencemaran timbal ke lingkungan khususnya udara adalah kegiatan industri (McGranahan dan Murray, 2003). Penggunaan timbal dalam industri sangat luas digunakan, terutama pada industri pembuatan baterai, keramik dan percetakan (Schmitz dkk, 2003). Timbal tidak pernah ditemukan dalam bentuk murninya, selalu bergabung dengan logam lain dalam bentuk persenyawaan. Timbal yang dipakai pada industri baterai dalam bentuk persenyawaan timbal dengan bismuth, untuk percetakan digunakan persenyawaan timbal dengan krom (PbCr04), untuk keramik digunakan persenyawaan timbal dengan silikat (Pb silikat). Selain itu timbal juga digunakan untuk industri pembuatan insektisida dan menggunakan persenyawaan timbal dengan arsenat (Pb-arsenat) (Palar, 2004). 15 2) Transportasi Sumber utama pencemaran timbal berasal dari emisis gas buang kendaraan bermotor yang menempati 90% dari total emisis timbal di atmosfer. Sumber pajanan ini berasal dari bahan bakar bensin yang mengandung timbal (Widowati, 2008). Dalam bentuk organik, Timbal Tetra Etil (TEL: Tetra Ethyl Lead) dan Timbal Tetra Metil (TML: Tertra Methyl Lead), dipakai sebagai campuran bahan bakar bensin. Fungsinya meningkatkan daya pelumasan, efisiensi pembakaran juga sebagai bahan anti-knock pada bahan bakar (Fardiaz, 1992). 3. Manfaat Timbal (Pb) Oleh karena sifatnya yang tahan panas, tidak mudah korosi dan mudah dibentuk, timbal banyak dimanfaatkan dalam kehidupan seharihari. Sebagai contoh timbal digunakan dalam pembuatan baterai, produkproduk logam seperti amunisi, pelapi kabel, pipa PVC, solder, bahan kimia dan pewarna. Beberapa produk logam dibuat dari timbal murni yang diubah menjadi berbagai bentuk, dan sebagian besar terbuat dari alloy timbal. Solder mengandung 50-95% timbal, sedangkan sisanya adalah timah. Logam pencetak yang digunakan dalam percetakan terdiri dari timbal, timah dan antimony, dimana komposisinya pada umumnya terdiri dari 85% timbal, 12% antimony, dan 3% timah. Alloy timbal yang mempunyai titik cair rendah digunakan dalam alarm api, pemadam kebakaran otomatis dan sekering listrik (Fardiaz, 1992). 16 Penggunaan timbal dalam bentuk lainnya terbatas pada produkproduk yang harus tahan karat, seperti pipa yang mengalirkan bahan-bahan kimia yang korosif dan air. Timbal juga digunkana sebagai pelapis kabel listrik yang akan ditanam di dalam tanah dan dibawah permukaan air.komponen timbal juga digunakan sebagai pewarna cat karena kelarutannya di dalam air rendah sehingga dapat melindungi warna. Timbal juga digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelapis keramik yang disebut glaze (Fardiaz, 1992). 4. Pajanan Timbal (Pb) Penggunaan timbal yang semakin meluas akan menyebabkan jalur masuk atau pajanan timbal ke tubuh manusia semakin besar. Penggunaan timbal yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari seperti penggunaan timbal untuk lapisan saluran air, pipa air dan peralatan memasak (Harrison dan Laxen, 1981). Terdapat kemungkinan bahwa pajanan timbal pada dekade terakhir semakin besar diakibatkandari pola dan aktivitas manusia yang terus meningkat. Makanan dan minuman yang secara substansial terkontaminasi dengan timbal akan memberikan efek kesehatan yang merugikan. Meskipun timbal memiliki dampak bagi kesehatan, harus diakui bahwa logam ini dalam konsentrasi tertentu dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan tubuh(Harrison dan Laxen, 1981). Namun demikian, konsentrasi pajanan dari timbal harus diperhatikan agar tidak terjadi sindrom atau defisiensi pada kesehatan manusia. Dalam konteks ini perlu untuk memperhatikan berbagai sumber pajanan timbal ke manusia, yaitu sebagai berikut (Harrison dan Laxen, 1981): 17 a. Makanan dan minuman Timbal dapat masuk ke dalam makanan melalui kontaminasi selama proses persiapan untuk konsumsi. Sayuran dan buah menyerap timbal dari dalam tanah, selain itu mereka juga terkontaminasi timbal dari udara yang mengendap di kulit buah atau di lapisan-lapisan sayuran. Timbal pada makanan juga bersumber dari air yang digunakan untuk memasak, serta dari peralatan masak yang mengandung timbal sebagai pelapis anti karat. Makanan yang terkontaminasi timbal akan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernan atau secara ingesti. Timbal juga memasuki tubuh melalui air yang dikonsumsi, seperti air minum, susu, soft drink, minuman beralkohol dan air yang digunakan ketika memasak makanan. Konsentrasi timbal yang tinggi biasanya terdapat pada air minum yang dialirkan menggunakan pipa yang dilapisi timbal. b. Udara Transportasi dan industri merupakan faktor penyebab utama meningkatnya konsentrasi timbal di udara semakin tinggi. Senyawasenyawa timbal yang mengalami oksidasi atau perubahan bentuk menjadi gas atau partikel-partikel kecil masuk ke lingkungan dan melayang-layang di udara bebas kemudian mengendap di tanah. Timbal di udara ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia (terlebih ke dalam sistem peredaran darah) melalui saluran pernafasan. 18 c. Air Timbal dan persenyawaannya dapat berada di dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Secara alamiah, timbal dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan timbal di udara dengan bantuan air hujan dan melalui proses korosifikasi dari batuan mineral. Timbal yang masuk ke dalam badan perairan sebagai dampak dari aktivitas manusia berupa air limbah dari industri yang menggunakan timbal. Air limbah yang masih mengandung timbal masuk ke perairan melalui anak sungai kemudian menuju lautan (Palar, 2004). Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui kontak dermal, yaitu terserap melalui permukaan kulit. Biasanya ini terjadi ketika menggunakan air tercemar untuk mandi atau berenang. d. Tanah Timbal yang masuk ke dalam tanah biasanya melalui emisi hasil industri, pembuangan limbah industri dan rumah tangga. Timbal yang berbentuk partikel-partikel kecil akan bergabung dengan debu dan melayang-layang di udara kemudian mengendap di permukaan tanah. Selain itu pembuangan limbah industri dan rumah tangga yang menggunakansistem sistem landfill, dapat menghasilkan air lindih yang mengandung timbal, kemudian masuk ke dalam tanah dan mencemri kualitas tanah (ACS, 2014). Timbal yang berada di tanah diserap dan diakumulasi oleh tumbuhan. Timbal ini dapat masuk ke 19 dalam tubuh manusia jika manusia tersebut memakan tumbuhan yang tercemar timbal (ingesti). 5. Metabolisme Timbal (Pb) Timbal masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan dan dermal. Saluran pernafasan merupakan jalur pemajanan terbesar dengan tingkat absorbsi mencapai 40%. Sedangkan absorbsi timbal melalui saluran pencernaan hanya 5-10%. Timbal yang telah masuk kedalam tubuh akan didistribusi ke dalam darah sebesar 95% yang terikat pad sel darah merah, dan sisanya terikat pada plasma darah. Sebagian timbal disimpan pada jaringan lunak dan tulang. Eksresi terutama melalui ginjal dan saluran pencernaan (Palar, 2004). Gambar 2.1 : Metabolisme Timbal (Pb) dalam tubuh manusia Palar (2004) a. Absorbsi Manusia dapat terpajan timbal yang ada di lingkungan, seperti melalui udara, tanah, air, maupun makanan. Sebagian timbal di udara dapat langsung terhirup oleh manusia, sedangkan yang lainnya jatuh ke tanah dan permukaan air kemudian masuk ke dalam air tanah. Jalur 20 lain yang dilalui timbal untuk masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman serta kulit (Harrison dan Laxen, 1981). Timbal dan senyawanya masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi dan ingesti. Absorpsi melalui kulit hanya terjadi pada timbal dalam bentuk organik. Timbal yang masuk melalui inhalasi akan masuk ke dalam sistem pernapasan. Partikel < 10 µm dapat tertahan di paruparu, sedangkan partikel yang > 10 µm mengendap di saluran pernapasan bagian atas (Joko, 1995). Seseorang yang telah terpajan timbal, jika dilakukan pemeriksaan terhadap kadar timbal dalam darah, maka diketahui bahwa 1µg/m3 timbal di udara memberikan kontribusi timbal dalam darah sekitar 1-2 µg/100 ml darah. Sementara itu sekitar 100 µg timbal dari makanan memberikan kontribusi sekitar 6-18 µg/100 ml darah (WHO, 1977). b. Penyimpanan Timbal yang diabsorbsi diangkut oleh darah ke organ tubuh. 95% timbal akan diikat oleh eritrosit dalam darah, 90% diikat oleh tulang, sisanya terdeposit dalam jaringan lunak (hati, ginjal dan saraf). Waktu tinggal timbal dalam darah yaitu 35 hari, pada jaringan lunak selama 40 hari, tulang trabekular selama 3-4 tahun, dan komponen kortikal tulang selama 16-20 tahun (Lubis, 2013). Pada gusi, indikator adanya timbal dalam tubuh dapat dilihat dari lead line, yaitu pigmen berwarna abu-abu pada perbatasan antara gusi dan gigi yang merupakan tanda khas keracunan timbal (Joko, 1995). 21 c. Eksresi Ekskresi timbal melalui saluran cerna berupa tinja, melalui saluran eksresi berupa urin dan melalui keringat serta rambut. Ekskresi timbal melalui urin sebanyak 75-80%, sedangkan melalui tinja hanya 15% (Palar, 2004). Eksresi timbal melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel serta ekskresi empedu. Sedangkan proses ekskresi timbal melalui ginjal dipengaruhi oleh filtrasi glomerulus (Joko, 1995). Kadar timbal dalam urin merupakan cerminan pajanan baru sehingga pemeriksaan timbal urin dipakai untuk pajanan okupasional. Timbal memiliki waktu paruh di dalam darah kurang dari 25 tahun, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 hari. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan timbal mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan okupasional maupun non-okupasional (Joko, 1995). 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Timbal (Pb) dalam Darah Pemeriksaan timbal dalam darah merupakan jenis diagnosis yang sangat berguna untuk melihat pajanan timbal. Timbal dalam darah merefleksikan keseimbangan dinamik antara absorbsi, ekskresi dan pengendapan timbal, baik dalam jaringan lunak maupun jaringan keras. Kadar timbal dalam darah digunakan sebagai indikator pajanan timbal yang sering dipakai dalam kaitannya dengan pajanan eksternal. Kadar 22 timbal dalam darah merupakan petunjuk langsung jumlah timbal yang masuk ke dalam tubuh (CDPH, 2009). Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 1997 menetapkan bahwa ambang batas kadar timbal dalam darah adalah 10 μg/dL. Standar yang diterapkan oleh CDC mengalami perubahan dari 25 μg/dL menjadi 10 μg/dL, hal ini disebabkan timbal sudah memberikan dampak kesehatan pada kadar yang lebih rendah dari 10 μg/Dl (CDC, 2011). Australia National Health and Medical Council juga menyebutkan bahwa kadar timbal dalam darah yang diperkenankan sebesar 10 µg/dL, baik pada laki-laki, perempuan, anak-anak maupun akibat kerja (UNEP, 2014). Faktor yang mempengaruhi kadar timbal dalam darah, yaitu : a. Usia Usia dapat mempengaruhi kadar timbal dalam darah, ini dikaitkan dengan semakin bertambah usia akan menurunkan status kesehatan seseorang. Penurunan status kesehatan dikaitkan dengan penuaan yang menyebabkan penurunan berbagai fungsi organ tubuh termasuk fungsi paru (Boss dan Edwin, 1981). Murray (1986) dan Krumpe dkk (1985) menyebutkan paru-paru manusia mengalami perkembangan pada usia 10-20 tahun, alveolus berkembangan maksimal pada usia 10-12 tahun. Setelah itu sistem pernapasan akan mengalami perkembangan sampai pada fungsi yang maksimal, yaitu pada usia 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki (Janssens dkk, 1999). Paru-paru pada orang dengan usia antara 30-40 tahun akan mengalami penurunan fungsi sistem pernafasan. Penurunan ini 23 ditunjukkan dari melambatnya sistem penyaringan udara oleh silia yang terdapat di trakea dan bronkus (Boss dan Edwin, 1981). Melambatnya sistem penyaringan udara mempermudah polutan termasuk timbal untuk masuk melalui sistem pernafasan. Salah satu bagian dari sistem pernafasan yang juga mengalami penurunan fungsi adalah alveolus (Janssens dkk, 1999). Pada usia 20 tahun ke atas alveolus akan membesar hingga usia 50 tahun. Setelah usia 50 tahun serat elastis pada bronkiolus dan alveolus menjadi tidak elastis bahkan akan pecah dan bergulung (Janssens dkk, 1999). b. Jenis Kelamin Efek toksik dari logam timbal pada laki-laki berbeda dengan perempuan. Perempuan lebih rentan daripada laki-laki karena perbedaan faktor ukuran tubuh (fisiologi), keseimbangan hormonal dan perbedaan metabolisme (Saito dkk, 2006). c. Kebiasaan Merokok Rokok mengandung lebih dari 2000 substansi berbahaya termasuk timbal. Timbal yang terdapat di dalam rokok berasal dari daun tembakau selama proses penanaman (Hasan, 2013). Noor (2010) menyebutkan secara alami kandungan timbal berasal dari tanah dan udara yang memang menyimpan timbal, selain itu pupuk NPK selama proses penanaman tembakau juga mempengaruhi kandungan timbal dalam tembakau (Prasetya Online, 2011). Rokok menghasilkan asap yang mengandung 4000 bahan berbahaya, baik dalam bentuk gas maupun partikel. Beberapa bahan 24 berbahaya tersebut adalah akrolein, formaldehid, karbon monoksida, nikotin, fenol, asan sianida dan potasium. Bahan-bahan tersebut bersifat toksik terhadap epitelium yang terdapat di saluran pernafasan. Sifat toksik dari bahan-bahan berbahaya ini ditunjukkan dari penurunana fungsi silia serta menganggu proses regenerasi sel epitel dan silia (Tamashiro dkk, 2009). Penurunan fungsi dari silia menyebabkan silia tidak dapat menyaring udara yang tercemar timbal ketika masuk ke dalam saluran pernapasan, sehingga timbal akan mudah masuk ke dalam paru-paru dan bercampur dengan darah untuk kemudian diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh (Khan dkk, 2014). d. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Alat pelindung diri yang digunakan oleh pekerja untuk mengurangi pajanan timbal di lingkungan kerja seperti masker dan sarung tangan. Dengan menggunakan masker, pajanan timbal dari lingkungan kerja yang masuk melalui saluran pernapasan akan berkurang. Masker akan menyaring udara yang dihirup dan timbal dalam udara akan tersaring meskipun tidak seluruhnya tersaring (WHO, 1977). e. Lama Kerja Seseorang yang bekerja pada lingkungan dengan pajanan timbal dapat mengalami gangguan kesehatan. Hal ini terjadi akibat penumpukan timbal dalam tubuhnya. Semakin lama orang tersebut bekerja maka semakin bertambah jumlah pajanan timbal yang diterima (Patrick, 2006). 25 f. Genetik Timbal yang masuk ke dalam darah akan mempengaruhi sintesis hemoglobin terkhusus mengganggu kerja enzim ALAD. Pada enzim ALAD terdapat bagian yang disebut dengan Polymorphism, bagian ini yang sangat sensitif terhadap keberadaan timbal dalam darah. Terdapat dua jenis ALAD Polymorphism berdasarkan kodominanya, yaitu ALAD-1 dan ALAD-2 (Kelada dkk, 2001). Sekitar 20% ras kaukasian memiliki jenis ALAD yang sangat jarang yaitu ALAD-2. Perbedaan mendasar antara ALAD-1 dan ALAD-2 adalah pada jumlah alel yang dimiliki. Perbedaan alel ini menyebabkan respon tubuh yang berbeda terhadap timbal. Orang dengan ALAD-2 memiliki kadar timbal dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan ALAD-1 pada konsentrasi pajanan timbal yang sama (Wetmur, 1994). Berdasarkan penelitian Kelada dkk pada tahun 2001, orang dengan ALAD-1 menyimpan timbal dalam tulang lebih banyak daripada orang dengan ALAD-2. Hal ini menunjukkan orang dengan ALAD-1 akan lebih berisiko terhadap dampak timbal dalam jangka panjang dari pada orang dengan ALAD-2. 7. Dampak Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan Timbal merupakan bahan toksik yang mudah terakumulasi dalam tubuh manusia khususnya organ tertentu. Akibat semakin meningkatnya konsentrasi timbal dalam tubuh, akan terjadi dampak buruk bagi kesehatan (Lu, 2010). Gangguan kesehatan akibat pajanan timbal seperti: 26 1. Gangguan pada sistem hematopoeietik Dampak pajanan timbal yang paling sering terlihat pada sistem hematopoietik adalah pada pembentukan darah, yang sangat mempengaruhi produksi hemoglobin. Dua hal yang paling penting dari gangguan timbal terhadap produksi hemoglobin adalah susunan enzim Amino Laevulinic Acid Degydratase (ALAD) dan insersi zat besi pada Proroporphyrin (Harrison dan Laxen, 1981). Hal ini menyebabkan penurunan kombinasi formasi hemoglobin dan pada siklus hidup eritrosit karena terjadinya hemolisis (Sacher, 2004). Akibat dari gangguan pada produksi hemoglobin, maka manusia yang terpajan timbal akan mengalami anemia. Timbal dapat menyebabkan gejala anemia pada kadar ≥ 50 µg/dL pada orang dewasa, sedangkan pada anak-anak 20-40 µg/dL (UNEP, 2014). Menurut California Department of Public Health (2009), gejala anemia muncul dengan kadar timbal dalam darah sebesar ≥ 80 µg/dL jika pajanan kurang dari 1 tahun. Sedangkan untuk pajanan lebih atau sama dengan satu tahun akan memunculkan gejala anemia pada kadar timbal dalam darah sebesar 40-79 µg/dL. Environmental Protection Agency (EPA) menyebutkan kadar timbal dalam darah yang < 40 μg/dL dapat menyebabkan anemia pada anak-anak (CDPH, 2009). 2. Gangguan pada sistem eksresi Salah satu organ yang akan terkena dampak dari pajanan timbal adalah ginjal, yang merupakan pusat dari sitem eksresi (ACS, 2014). Senyawa timbal yang larut dalam darah akan dibawa oleh darah ke 27 seluruh tubuh dan masuk ke dalam glomerulus. Disini terjadi pemisahan akhir semua bahan yang dibawa darah, apakah masih berguna bagi tubuh atau harus dibuang karena sudah tidak digunakan lagi. Ikut sertanya timbal yang larut dalam darah ke sistem urinaria (ginjal) mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal (CDPH, 2009). Kerusakan yang terjadi disebabkan terbentuknya intranuclear inclusion bodies yang disertai dengan urin. Aminociduria dapat kembali normal setelah selang waktu beberapa minggu, tetapi intranuclear inclusion bodies membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kembali normal. Pada fase akut keracunan timbal, seringkali ada gangguan ginjal fungsional tetapi tidak dapt dipastikan apakah ada kerusakan ginjal permanen (Joko, 1995). 3. Gangguan pada sistem saraf pusat Sistem saraf pusat dianggap sebagai target utama yang dipengaruhi oleh keracunan yang disebabkan karena pajanan timbal. Efek paling berbahaya dari keracunan timbal adalah kerusakan saraf pada sistem saraf pusat. Pada pajanan yang tinggi, kerusakan sel saraf (otak) akan menyebabkan pingsan atau tidak sadarkan diri, kejang, koma dan dapat menyebabkan kematian. Lead Encephalopathy, adalah penyakit degeneratif yang menyerang otak, hal ini terjadi jika kadar kadar timbal dalam darah pada orang dewasa < 120 µg/dL. Sedangkan pada anakanak dapat terjadi pada kadar < 100 µg/dL (Harrison dan Laxen, 1981). 28 4. Gangguan pada sistem reproduksi Pajanan yang ditimbulkan dari timbal juga dapat mengakibatkan gangguan sistem reproduksi. Studi yang dilakukan pada pekerja lakilaki yang terpajan timbal menunjukkan pekerja mengalami penurunan fungsi kelenjar prostat pada kadar timbal dalam darah 40-50 µg/dL. Pajanan di tempat kerja pada tingkat yang tinggi dari timbal dapat menyebabkan aborsi spontan pada wanita hamil (EPA, 2014). Untuk wanita yang terkenan pajanan timbal dalam kadar yang tinggi, maka timbal akan disimpan dalam tulang. Pada wanita hamil, timbal yang terserap akan ditimbun dalam tulang kemudian diremobilisasi dan masuk ke peradaran darah, melalui plasnta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan menyebabkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), menghambat perkembangan otak dan intelegensia janin. Timbal yang masuk ke dalam tubuh ibu dapat diteruskan kepada bayinya melalui Air Susu Ibu (ASI) (EPA, 2014). Dampak kesehatan akibat pajanan timbal pada orang dewasa dan anak-anak ditampilkan pada tabel 2.1. 29 Tabel 2.1 Dampak Kesehatan Akibat Pajanan Timbal (Pb) (CDPH, 2009 dan UNEP, 2014) Blood Lead Level (µg/dL) 5-39 40-79 ≥ 80 Dampak Kesehatan Manusia Dewasa* Pajanan < 1 tahun Pajanan ≥ 1 tahun Aborsi spontan, menghambat perkembangan janin, Perubahan pada enzim ALAD Penurunan kemampuan neuro kognitif, abnormalitas pada sperma Encephalopathy, anemia, kolik Anak-anak** Aborsi spontan, menghambat perkembangan janin, Perubahan pada enzim ALAD, Hipertensi, gangguan fungsi ginjal, penurunan kemampuan neuro kognitif Anemia, kolik, abnormalitas pada sperma Perubahan pada enzim ALAD, Penurunan kecerdasan/IQ, anemia Encephalopathy Kolik, encephalopathy, nefritis Kolik, encephalopathy, nefritis 8. Pencegahan Terhadap Pajanan Timbal (Pb) Tindakan pencegahan yang akan diambil harus memperhatikan sumber pajanan timbal. Seperti telah disebutkan sebelumnya, sumber pajanan timbal dapat berasal dari lingkungan alami, industri, transportasi dan sumber lainnya. Untuk pengendalian pajanan timbal di area industri dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut (Harrison dan Laxen, 1981): 1. Memberlakukan standar timbal di lingkungan kerja, ini dilakukan untuk pengawasan pajanan eksternal ke pekerja di lingkungan kerja. Langkahlangkahnya dapat dilakukan melalui pengukuran kadar timbal di lingkungan kerja secara berkala dan dilakukan tindakan pencegahan ketika kadar timbal di lingkungan kerja melebihi Nilai Ambang Batas. 2. Menghilangkan, mengganti dan mengurangi penggunaan bahan baku produksi yang berasal dari timbal, seperti penggunaan tinta dan plat 30 cetak bertimbal. Hal ini dilakukan untuk mengurangi emisi atau limbah yang dihasilkan ketika produksi. 3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), salah satu langkah agar pajanan timbal tidak masuk ke dalam tubuh adalah dengan menggunakan APD. Dikarenakan karakteristik pajanan dari timbal adalah inhalasi, ingesti dan dermal, disarankan pekerja yang terpapar uap timbal menggunakan masker dan sarung tangan. NIOSH (2011) menyebutkan APD yang perlu digunakan pekerja untukmenghindari pajanan timbal di udara adalah masker. NIOSH (2011) merekomendasikan masker yang digunakan pekerja hendaknya menyesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja, yaitu : a. Half-mask dengan sistem penyaringan udara hingga 0,3 m digunakan pada konsentrasi timbal di udara ≤ 0,5 mg/m3 b. Full-facepiece dengan sistem penyaringan udara hingga 0,3 m digunakan pada konsentrasi timbal di udara ≤ 2,5 mg/m3 c. Half-mask dengan sistem penyaringan udara hingga 0,3 m dilengkapi dengan supplied-air respirator digunakan pada konsentrasi timbal di udara ≤ 50 mg/m3 4. Personal hygiene pekerja, ketika bekerja terdapat kemungkinan timbal lepas ke lingkungan dan bergabung bersama debu-debu. Oleh sebab itu kebersihan personal dari pekerja harus dijaga, agar timbal yang ada di dalam debu tidak masuk ke dalam tubuh melalui ingesti atau termakan. Cuci tangan setelah bekerja dan sebelum makan menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan. 31 Pencegahan pajanan timbal dari sumber alami dapat dilakukan dengan penggunaan masker dan penggunaan sumber air dan air minum yang sehat. Sedangkan pencegahan pajanan timbal dari transportasi dapat dilakukan dengan menggunakan bensin atau bahan bakar bebas timbal dan penggunaan masker ketika berada pada lalu lintas yang padat. B. Hemoglobin (Hb) Tinjauan pustaka yang akan dibahas terkait hemoglobin (Hb) meliputi definisi hemoglobin, kadar hemoglobin, struktur hemoglobin, pembentukan hemoglobin, fungsi hemoglobin, faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin dan dampak kekurangan hemoglobin. 1. Definisi Hemoglobin (Hb) Hemoglobin merupakan komponen penting dari sel darah merah yang memiliki peran dalam transportasi oksigen dan karbon dioksida (Yartireh dan Amir, 2013). Hemoglobin memberikan pigmen alami pada sel darah merah. Zat besi yang terdapat di hemoglobin, ketika berikatan dengan oksigen akan tampak kemerahan. Sedangkan jika zat besi tersebut berikatan dengan karbon dioksida akan berubah warna menjadi keunguan (Sherwood, 2012). Hemoglobin merupakan molekul yang memiliki dua bagian utama yaitu globin dan gugus heme. Globin merupakan suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang berlipat-lipat. Sedangkan gugus heme merupakan empat gugus nonprotein yang mengandung besi dengan masing-masing terikat ke salah satu polipeptida pada globin. 32 Masing-masing dai keempat atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan satu molekul oksigen, oleh karena itu setiap molekul hemoglobin dapat mengambil empat molekul oksigen dari alveolus di paru-paru. Selain itu hemoglobin juga mengikat bagian ion hidrogen asam dari asam karbonat terionosasi yang dihasilkan dari tingkat jeringan dari karbon dioksida. Hemoglobin menyangga asam ini sehingga pH darah tetap normal (Sherwood, 2012). 2. Kadar Hemoglobin (Hb) Kadar hemoglobin adalah jumlah total hemoglobin dalam pembuluh darah perifer dan menggambarkan jumlah total sel darah merah yang terdapat di dalam darah. Kadar hemoglobin dihitung dengan satuan gram per 100 ml (dL) darah (Muchnick, 2008). Pengukuran kadar hemoglobin dalam darah adalah salah satu uji laboratorium klinis yang sering dilakukan. Pengukuran kadar hemoglobin digunakan untuk melihat secara tidak langsung kapasitas darah dalam membawa oksigen ke sel-sel di dalam tubuh. Pemeriksaan kadar hemoglobin merupakan indikator yang menentukan seseorang menderita anemia atau tidak (Estridge dkk, 2000). Kadar normal hemoglobin pada bayi baru lahir yaitu 16-23 g/dL, pada balita menurun menjadi 10-14 g/dL (Estridge dkk, 2000). Untuk anak usia 6-14 tahun kadar normal hemoglobinnya antara 12-16 g/dL (Handayani dan Andi, 2008). Pada laki-laki dewasa kadar normal hemoglobin antara 13-17 g/dL, pada wanita dewasa tidak hamil antara 1216 g/dL, wanita dewasa yang hamil antara 11-13 g/dL (Estridge dkk, 2000). Kadar hemoglobin sangat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan 33 ras. Ras kaukasian memiliki kadar hemoglobin yang lebih tinggi daripada ras lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh unsur genetik dari setiap ras yang dapat memunculkan respon berbeda terhadap kesehatan disesuaikan dengan genetiknya (Lobato dkk, 2008). 3. Struktur Hemoglobin (Hb) Molekul hemoglobin terdiri dari dua bagian utama, yaitu heme dan globin. Globin mengandung empat rantai protein. Hemoglobin diberi nama berdasarkan struktur rantai proteinnya, sebagai contoh hemoglobin yang yang mengalami mutasi dan menyebabkan anemia sel sabit (Hb S) memiliki struktur globin yang berbeda dengan hemoglobin normal pada orang dewasa (Hb A). Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 rantai alpha-globulin dan 2 rantai, sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF (Estridge dkk, 2000). Heme dari molekul hemoglobin mengandung zat besi, zat besi yang terdapat di dalam tubuh sebagian besar terdapat di dalam hemoglobin, mioglobin dan protein otot. Hal ini dikarenakan zat besi merupakan komponen utama dalam pembentikan hemoglobin (Estridge dkk, 2000). Pusat molekul hemoglobin terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi. Porfirin yang mengandung besi inilah yang disebut heme. Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhanb hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada molekul heme inilah zat 34 besi melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui darah (Sherwood, 2012). 4. Pembentukan Hemoglobin (Hb) Hemoglobin dibentuk selama proses pematangan sel darah merah yang dimulai dari sintesis heme. Pembentukan heme dimulai di mitokondria melalui reaksi antara Glycine dan succinyl-CoA membentuk senyawa aminolevilini acid (ALAD). Enzim ALAD yang terbentuk kemudian keluar ke sitosol dan dengan perantara enzim ALAD dehydratase membentuk porphobilinogen yang merupakan prazat pertama pirol. ALAD deyidratase sangat sensitif terhadap inhibisi oleh timbal (Lauwerys dan Perrine, 2001). Empat porphobilinogen (PBG) berkondensasi membentuk tetrapirol linier yaitu hidroksi metil bilana yang dikatalisis oleh enzim PBG deaminase. Hidroksi metil bilana selanjutnya mengalami siklisasi spontan membentuk uroporfirinogen I yang simetris atau diubah menjadi uroporfirinogen III yang asimetris dan membutuhkan enzim tambahan yaitu uroporfirinogen III kosintase Pada kondisi normal hampir selalu terbentuk uroporfirinogen III. Uroporfirinogen III selanjutnya mengalami dekarboksilasi membentuk Corproporfirin yang dikatalisis oleh enzim uroporfirinogen dekarboksilase (Lauwerys dan Perrine, 2001). Corproporfirin masuk ke dalam mitokondria serta mengalami dekarboksilasi dan oksidasi. Reaksi ini dikatalisis oleh Corproporfirin oksidase dan membentuk protoporphyirinogen. Protoporphyirinogen selanjutnya mengalami proses penyatuan dengan Fe++ melalui suatu reaksi 35 yang dikatalisis oleh ferrochelatase membentuk heme. Heme bereaksi dengan globin membentuk hemoglobin (Lauwerys dan Perrine, 2001). Gambar 2.2 : Proses Pembentukan Hemoglobin (Lauwerys dan Perrine, 2001) 5. Fungsi Hemoglobin (Hb) Fungsi hemoglobin dalam tubuh antara lain (Sherwood, 2012): 1. Mengangkut oksigen dari alveolus yang terdapat di paru-paru ke selsel tubuh dengan cara membentuk oksihemogloblin. Oksihemoglobin ini akan beredar secara luas pada seluruh jaringan tubuh. Jika kandungan oksigen di dalam tubuh lebih rendah dari pada jaringan paru-paru, maka ikatan oksihemogloblin akan dibebaskan dan oksigen akan digunakan dalam metebolisme sel. 2. Mengangkut karbon dioksida dari sel-seltubuh untuk dibawa ke paruparu dan diekskresikan ke luar tubuh melalui sistem pernapasan. 3. Hemoglobin berikatan dengan ion hidrogen asan dar asam karbonat terionisasi, yang dihasilkan di tingkat jaringan dari karbondioksida. Hemoglobin menyangga asam ini sehingga asam ini tidak banyak menyebabkan perubahan pH darah. 4. Hemoglobin berikatan dengan nitat oksida yang bersifat vasodilator. Nitrat oksida dibebaskan di jaringan, tempat zat ini melemaskan dan 36 melebarkan arteriol lokal. Vasodilatasi ini membantu menjamin bahwa darah kaya oksigen dapat mengalir dengan lancar dan juga membantu menstabilkan tekanan darah. 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin (Hb) Kadar hemoglobin dalam darah dapat dipengaruhi berbagai faktor, antara lain (Estridge dkk, 2000): 1. Pola makan Untuk menjaga kadar hemoglobin normal, diperlukan asupan yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi. Zat besi merupakan elemen utama dalam pembentukan hemoglobin. Zat besi terdapat pada makanan baik yang bersumber dari hewan maupun tumbuhan (Devi, 2010). Beberapa jenis makanan memiliki kandungan zat besi yang tinggi, seperti bayam merah, beras merah, hati sapi, kacang hijau, kacang merah, kedelai, kerang, oncom, telur bebek, tempe, ikan salmon dan ikan tuna. Sumber makanan tersebut mengandung 4 mg zat besi per 100 gram (Hartono, 2006). Selain zat besi, vitamin B12 juga merupakan salah satu komponen penting dalam pembentukan hemoglobin (Sherwood, 2012). 2. Usia Bayi yang baru lahir memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dan orang dewasa. Kadar hemoglobin menurun berdasarkan peningkatan usia. Kadar hemoglobin terlihat menurun mulai dari usia 50 tahun ke atas, namun dibeberapa kondisi kadar hemoglobin pada anak-anak menurun drastis diakibatkan kebutuhan zat besi yang lebih banyak untuk pertumbuhannya (Patel, 37 2008). Penambahan usia juga mempengaruhi terhadap perubahan degeneratif fungsi tubuh, sehingga adanya polutan yang masuk ke dalam tubuh lebih sulit untuk mentoleransinya (Sacher dkk, 2004). 3. Jenis kelamin Dalam keadaan normal, laki-laki memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi daripada perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh fungsi fisiologis dan metabolisme laki-laki yang lebih aktif daripada perempuan. Kadar hemoglobin perempuan lebih mudah turun, karena mengalami siklus menstruasi yang rutin setiap bulannya. Ketika perempuan mengalami menstruasi banyak terjadi kehilangan zat besi, oleh karena itu kebutuhan zat besi pada perempuan lebih banyak daripada laki-laki (Estridge dkk, 2000). 4. Logam berat Logam berat yang masuk ke tubuh melalui pernafasan akan langsung berinteraksi dengan darah, sebagai contoh adalah timbal. Timbal yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari pencemaran udara dan rokok (Gusnita, 2012). Timbal yang telah masuk kedalam tubuh akan didistribusi ke dalam darah sebesar 95% yang terikat pada sel darah merah dan sisanya terikat pada plasma darah (Palar, 2004). Sistim hematopoetik sangat peka terhadap efek timbal, yaitu menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam pembentukan heme. Enzim yang terlibat dalam pembentukan heme, enzim ALAD dan ferrochelatase, sangat rentan terhadap efek penghambatan oleh timbal. Inhibisi pada enzim ALAD berhubungan dengan konsentrasi 38 timbal dalam darah. Hampir 50% aktivitas enzim ini dihambat pada kadar timbal dalam darah sebesar 15 µg/dL (Lauwerys dan Perrine, 2001). 5. Genetik Beberapa orang memiliki jenis hemoglobin yang berbeda dengan hemoglobin orang normal. Perbedaan ini menyebabkan munculnya gangguan kesehatan yang dibawa dari genetik atau keturunan, contohnya anemia sel sabit. Anemia sel sabit merupakan penyakit keturunan dimana terdapat molekul hemoglobin yang abnormal karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya, sel darah merah terdistorsi menjadi bentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang rendah. Sel-sel terdistorsi ini menutup kapilar dan mengganggu aliran darah (Sloane, 2003). 6. Lama kerja Seseorang yang bekerja di tempat dengan pajanan logam berat seperti timbal, memungkin timbulnya dampak kesehatan. Hal ini terjadi karena penumpukan logam berat dalam darahnya. Semakin lama orang tersebut bekerja maka semakin bertambah jumlah pajanan yang diterima (Patrick, 2006). Timbal memiliki waktu paruh di dalam darah kurang dari 25 tahun, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 hari. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan timbal mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan okupasional maupun non-okupasional (Joko, 1995). 7. Kebiasaan merokok 39 Terdapat beberapa teori yang membahas tentang hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin. Menurut Rizkiawati (2012) merokok dapat menyebabkan rusaknya sel silia pada saluran pernapasan yang menyaring zat-zat yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Merokok dapat merusak mekanisme tersebut dan menyebabkan aliran udara terhambat, alveoli rusak dan kapasitas paruparu menurun, menyebabkan merokok dapat peningkatan mengiritasi mukus. Mukus sel mukus yang dan berkumpul menyebabkan infeksi dan kerusakan pada paru. Kerusakan pada paru dapat mengakibatkan semakin banyak jumlah zat kimia yang terdapat dalam rokok seperti logam berat masuk ke dalam tubuh sehingga berpengaruh pula pada penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Logam berat yang terdapat di dalam rokok dapat menganggu pembentukan hemoglobin, seperti timbal, boron, kadmium, selenium, arsenik dan antimoni (Al-Malki, 2009). Menurut Suriyaprom (2007), merokok merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kadar hemoglobin. Rokok mengandung banyak zat beracun dan komponen yang menyebabkan kanker dan berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin, nitrogen oksida, karbonmonoksida, hidrogen sianida dan radikal bebas (Goel dkk, 2010). Karbonmonoksida 245 kali lebih mudah berikatan dengan hemoglobin dibandingkan oksigen dengan hemoglobin (Goel dkk, 2010). Karbonmonoksida yang berikatan dengan hemoglobin membentuk karboksilhemoglobin (COHb) yang dalam keadaan normal 40 jumlahnya di dalam darah sangat rendah (Asif, 2013). Kadar karboksilhemoglobin yang tinggi pada perokok menyebabkan rendahnya penyerapan oksigen oleh tubuh, oleh karena itu tubuh merespon keadaan ini dengan meningkatkan kadar hemoglobin (Milman dan Agnes, 2009). 7. Dampak Kekurangan Hemoglobin (Hb) Hemoglobin merupakan salah satu protein yang penting dalam tubuh manusia, karena fungsinya dalam transportasi oksigen dan karbondioksida (Hazelwood, 2001). Oleh karena itu kadar hemoglobin dalam tubuh harus pada nilai normal. Kadar hemoglobin yang di bawah normal merupakan sindrom dari penyakit anemia. Sindrom ini muncul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Beberapa dampak akut dari kekurangan hemoglobin antara lain (Handayani dan Andi, 2008): 1. Sering pusing, merupakan respon dari sistem saraf pusat akibat otak sering mengalami periode kekurangan pasokan oksigen yang di bawa hemoglobin terutama saat tubuh memerlukan energi yang banyak. 2. Mata berkunang-kunang, merupakan respon dari saraf pusat akibat kurangnya oksigen ke otak dan mengganggu pengaturan saraf mata. 3. Napas cepat atau sesak napas, merupakan respon dari sistem kardiovaskular. Jika hemoglobin kurang, maka kebutuhan oksigen untuk otot jantung juga berkurang dan kompensasinya menaikkan frekuensi nafas. 41 4. Pucat, merupakan respon dari jaringan epitel, hemoglobin yang mewarnai sel darah menjadi merah akan tampak pucat karena kekurangan yang ekstrim. Selain akibat akut yang ditimbulkan akibat kekurangan hemoglobin, terdapat dampak kesehatan yang lebih berbahaya jika tidak dilakukan upaya meningkatkan kadar hemoglobin menjadi normal seperti anemia. Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta jumlah eritrosit dan hematokrit di bawah normal (Handayani dan Andi, 2008). Terdapat tiga jenis anemia yang dipengarui oleh kadar hemoglobin, yaitu anemia sel sabit, anemia pernisiosa dan anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia sel sabit terjadi dari faktor genetik yang mempengaruhi genetik dari hemoglobin, anemia pernisiosa disebabkan tubuh tidak dapat menyerap vitanim B12, sedangkan anemia akibat kekurangan zat besi diakibatkan kurangnya pola konsumsi zat besi (Sherwood, 2012). Kekurangan kadar hemoglobin tidak hanya mengganggu sistem hematopoietik, namun juga mengganggu sistem tubuh lainnya, seperti saraf, ginjal dan hati. Pada sistem saraf, akibat kekurangan hemoglobin secara langsung menyebabkan penurunan hemoprotein seperti sitokrom. Kekurangan sitokrom menyebabakan lemahnya aktifitas sel saraf dan menghambat perkembangan sel saraf. Pada sistem eksresi yaitu ginjal, kekurangan hemoglobin dapat menurunkan proses penyerapan vitamin D 42 yang dapat mengganggu regulasi mineral seperti kalsium yang berujung pada terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi. Gangguan akibat kekurangan kadar hemoglobin pada hati langsung berdampak pada menurunnya produksi heme yang berperan dalam proses detoksifikasi di hati (Patrick, 2006). C. Timbal (Pb) dan Hemoglobin (Hb) Eritrosit dibentuk oleh logam Fe (besi) dengan gugus heme dan globin sintesa dari kompleks tersebut melibatkan 2 enzim, yaitu enzim Amino Levulinic Acid Dehidrase (ALAD) atau asam amino levulinat dehidrase dan enzim ferrokhelatase. Enzim ALAD akan bereaksi secara aktif pada tahap awal sintesa dan selama sirkulasi sel darah merah berlangsung. Sistem hematopoetik sangat peka terhadap efek timbal, yaitu menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam biosintesa heme. Enzim yang terlibat dalam pembentukan heme, enzim ALAD dan ferrochelatase, sangat rentan terhadap efek penghambatan oleh timbal. Inhibisi pada enzim ALAD berhubungan dengan konsentrasi timbal dalam darah. Hampir 50% aktivitas enzim ini dihambat pada kadar timbal dalam darah sebesar 15 µg/dL (Lauwerys dan Perrine, 2001). Gambar 2.3. Hematotoksisitas timbal (Pb) pada Sintesis Heme (EPA dalam Patrick, 2006) 43 Inhibisi timbal pada pembentukan heme dapat dilihat pada gambar 2.3, efek yang paling berperan adalah hambatan pada reaksi enzimatik terakhir dalam sintetis heme, dimana ferrochelatase mengkatalisis penggabungan besi ferro ke dalam cincin heme. Inhibisi pada ferrochelatase mengakibatkan akumulasi free erythorocyte protopornpyrin (FEP) atau zinc protoporphyrin (ZPP) dan coproporphiryn dalam urine. Selain melalui inhibisi pada sintesis heme, anemia yang terjadi pada keracunan timbal juga disebabkan adanya destruksi eritrosit atau dikenal dengan anemia hemolitik (Lauwerys dan Perrine, 2001). Anemia hemolitik yang terjadi karena keracunan timbal disebabkan oleh singkatnya masa hidup eritrosit. Patogenesis terjadinya hemolisis pada ke racunan timbal diperkirakan berhubungan dengan inhibisi pada pyrimidine-5nucleotidase. Defisiensi enzim ini secara herediter ditandai dengan basophilic stippling pada eritosit, hemolisis kronik, dan akumulasi nukleotida pirimidin diintraeritrosit. Nukleotida pirimidin ini berkompitisi dengan nukleotida adenin pada sisi aktif kinase padaglycolitic yang mengubah stabilitas membrane eritrosit (Lauwerys dan Perrine, 2001). Penurunan kadar hemoglobin pada darah juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Pada enzim ALAD terdapat bagian yang disebut dengan Polymorphism, bagian ini yang sangat sensitif terhadap keberadaan timbal dalam darah. Terdapat dua jenis ALAD Polymorphism berdasarkan kodominanya, yaitu ALAD-1 dan ALAD-2 (Kelada dkk, 2001). Sekitar 20 % ras kaukasian memiliki jenis ALAD yang sangat jarang yaitu ALAD-2. Perbedaan mendasar antara ALAD-1 dan ALAD-2 adalah pada jumlah alel 44 yang dimiliki. Perbedaan alel ini menyebabkan respon yang berbeda pada tubuh terhadap timbal dalam darah. Orang dengan ALAD-2 memiliki kadar timbal dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan ALAD-1 dengan konsentrasi pajanan timbal yang sama (Wetmur, 1994). Berdasarkan penelitian Kelada dkk tahun 2001, orang dengan ALAD-1 menyimpan timbal dalam tulang lebih banyak daripada orang denga ALAD2. Hal ini menunjukkan orang dengan ALAD-1 akan lebih berisiko terhadap dampak timbal dalam jangka panjang dari pada orang dengan ALAD-2. D. Metode Partial Least Square (PLS) Partial Least Square (PLS) merupakan salah satu pengembangan analisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). PLS merupakan metode yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel laten yang berdasarkan varian (Latan dan Imam, 2012). Wold (1998) mengembangkan PLS untuk menguji teori yang lemah dan data yang lemah seperti jumlah sampel yang kecil atau masalah pada normalitas data (Latan dan Imam, 2012). PLS-SEM dapat melihat hubungan langsung maupun tidak langsung antar variabel laten, sehingga dapat dilihat interaksi antara variabel. Interaksi tersebut dapat meningkatkan peran maupun menurunkan peran dari variabel yang dilihat dari nilai R square (Latan dan Imam, 2012). Analisis PLS-SEM terdiri dari dua sub model yaitu inner model (model struktural) dan outter model (model pengukuran). Model struktural menunjukkan kekuatan estimasi antar variabel laten dengan konstruk. Sedangkan model pengukuran menunjukkan bagaimana indikator dari setiap variabel laten dapat merepresentasikan variabel laten untuk diiukur (Latan 45 dan Imam, 2012). Peneliti menggunakan metode PLS-SEM dikarenakan berdasarkan teori simpul yang dirumuskan oleh Acmadi (2011) menunjukkan bahwa polutan dapat menimbulkan dampak pada kesehatan manusia melalui jalur migrasi dari lingkungan yang kemudian berinteraksi dengan faktor kependudukan. Menurut Achmadi (2011) patogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat digambarkan ke dalam suatu model atau paradigma yang disebut dengan paradigma kesehatan lingkungan. Paradigma tersebut menggambarkan hubungan interaksi antara komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit dengan manusia. Paradigma ini dapat digambarkan dalam teori yang disebut dengan teori simpul. Menurut teori simpul kejadian penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara faktor kependudukan (kepadatan, umur, jenis kelamin, pendidikan, genetik dan sebagainya) dan faktor lingkungan. Berdasarkan teori tersebut kadar hemoglobin dalam darah pekerja dapat dipengaruhi langsung maupun tidak langsung oleh faktor kependudukan. Faktor lingkungan pada penelitian ini menjadi variabel perantara yang diukur melalui kadar timbal dalam darah pekerja. Kadar timbal dalam darah dapat menggambarkan besarnya timbal yang masuk ke dalam tubuh. Faktor kependudukan yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin dan lama kerja. E. Kerangka Teori Kerangka teori pada penelitian ini berdasarkan pada Widowati dkk (2008), McGranahan dan Murray (2003), Schmitz dkk (2003), Harison dan Laxen 46 (1981), Palar (2004), ACS (2014), CDPH (2009), Hasan dkk (2013), UNEP (2014), Joko (1995), EPA (2014), Lauwerys dan Perrine (2001) serta Sacher (2004). Menurut Widowati dkk (2008), timbal berasal dari sumber alami dan antropogenik. Sumber alami timbal terdapat pada batuan, penguapan lava, tanah dan tumbuhan, dan sumber antropogenik berasal dari transportasi. McGranahan dan Murray (2003) serta Schmitz dkk (2003) menyebutkan sumber antropogenik timbal lainnya adalah industri. Harison dan Laxen (1981) berpendapat timbal yang keluar dari sumber masuk ke lingkungan kemudian ke tubuh manusia melalui jalur pajanan seperti makanan dan minuman (ingesti) serta udara (inhalasi). Menurut Palar (2004) dan ACS (2014), jalur pajanan timbal ke dalam tubuh juga melalui dermal. Faktor lain yang mempengaruhi timbal dalam tubuh, seperti penggunaan APD, usia, jenis kelamin, lama kerja dan rokok (Hasan dkk, 2013). Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat didiagnosis melalui pemeriksaan kadar timbal dalam darah, diagnosis ini berguna untuk melihat pajanan eksternal serta petunjuk langsung jumlah timbal yang sesunggunya masuk ke dalam tubuh (CDPH, 2009). Dampak pajanan timbal terhadap sistem hematopoeietik adalah munculnya gejala anemia (UNEP, 2014). Dampak lainnya akibat masuknya timbal ke dalam tubuh adalah gangguan sistem eksresi (Joko, 1995), gangguan sistem saraf pusat (Harison dan Laxen, 1981), dan gangguan sistem reproduksi (EPA, 2014). 47 Batuan Udara Inhalasi Air Dermal Penguapan Lava Alami Manusia (Usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, pemakaian APD, lama kerja, dan genetik) Tanah Tanah Timbal Tumbuhan Timbal dalam darah Ingesti Industri Antropogenik Makanan dan minuman Transportasi Kerusakan saluran ginjal Gangguan Sistem Eksresi Kerusakan saraf Gangguan sistem saraf Aborsi spontan dan abnormalitas sperma Gangguan reproduksi Pola makan Usia Jenis Kelamin Gangguan sistem hematopoeietik Kadar Hemoglobin Genetik Lama keja Kebiasaan merokok Gambar 2.4 Kerangka Teori Sumber : Widowati dkk (2008), McGranahan dan Murray (2003), Schmitz dkk (2003), Harison dan Laxen (1981), Palar (2004), ACS (2014), CDPH (2009), Hasan dkk (2013), UNEP (2014), Joko (1995), EPA (2014) dan Estridge (2000). 48 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Peneliti mengambil beberapa faktor dari kerangka teori pada gambar 2.4 yang selanjutnya digunakan sebagai variabel pada penelitian ini. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Berdasarkan gambar 3.1 terdapat tiga jenis variabel, yaitu variabel eksogen, endogen dan intervenning. Variabel eksogen merupakan variabel yang mempengaruhi, sedangkan variabel endogen merupakan variabel yang dipengaruhi. Variabel intervenning merupakan variabel perantara antara variabel endogen dan eksogen. Faktor yang dipilih menjadi variabel eksogen pada penelitian ini adalah karakteristik individu seperti usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok. Peneliti memilih usia, lama kerja dan kebiasaan merokok menjadi variabel eksogen karena variabel tersebut memiliki variasi dan dapat diukur. Variabel intervenning pada penelitian ini adalah kadar timbal dalam darah. Sedangkan variabel endogen pada penelitian ini adalah kadar hemoglobin. Peneliti mengambil variabel kadar timbal dalam darah karena 95% pajanan 49 timbal di udara masuk ke dalam paru dan tersimpan di dalam darah. Selain itu waktu tinggal timbal dalam darah juga cukup lama yaitu 35 hari. Pemeriksaan kadar timbal dalam darah merupakan petunjuk langsung jumlah timbal yang masuk ke dalam tubuh. Kadar timbal dalam darah yang melebihi NAB akan menunjukkan gangguan sistem hematopoeietik seperti penurunan kadar hemoglobin. Hampir 50% aktivitas enzim ALAD dan ferrochelatase dihambat pada kada timbal dalam darah sebesar 15 g/dl. Faktor jenis kelamin, penggunaan APD dan genetik tidak diteliti karena berdasarkan studi pendahuluan peneliti, tidak terdapat variasi pada faktor tersebut. Seluruh pekerja di percetakan berjenis kelamin laki-laki dan tidak ada yang menggunakan APD ketika bekerja. Berdasarkan ras tidak ada pekerja yang termasuk dalam ras kaukasian, dimana ras kaukasian memiliki perbedaan jenis alel pada enzim ALAD. Peneliti tidak meneliti faktor pola makan dikarenakan peneliti hanya ingin melihat pajanan timbal dari lingkungan kerja. B. Hipotesis 1. Ada hubungan langsung antara karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar timbal dalam darah pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 201. 2. Ada hubungan langsung antara karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. 3. Ada hubungan langsung antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. 50 4. Ada hubungan tidak langsung antara karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. 5. Ada hubungan simultan antara karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin pada pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015. C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel 1. Eksogen Usia 2. Lama kerja 3. Kebiasaan merokok 4. 5. Definisi Operasional Cara Ukur Usia responden yang Wawancara dihitung dalam tahun sejak lahir sampai pada saat penelitian dilakukan Waktu yang dihitung Wawancara dalam tahun yang telah digunakan responden untuk bekerja di bagian press Banyaknya rokok yang Wawancara dihisap oleh responden yang dihitung dalam satuan batang per hari Intervenning Kadar timbal Nilai konsentrasi timbal dalam darah yang ditemukan dalam darah responden dihitung dalam µg/dL Endogen Kadar Nilai konsentrasi hemoglobin hemoglobin yang ditemukan dalam darah responden dihitung dalam gr/dL Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Kuesioner Tahun Rasio Kuesioner Tahun Rasio Kuesioner Batang/ Rasio hari Pemeriksaan spesimen darah responden AAS (Atomic Absorbtion Spectophotometer) µg/dL Rasio Pemeriksaan spesimen darah responden Hemmocue 201+ gr/dL Rasio 51 Hb BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi dengan desain cross sectional study, karena pada penelitian ini variabel eksogen, intervenning dan endogen akan diamati pada waktu yang sama. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015 dengan lokasi penelitian di Kawasan Megamall Ciputat. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja percetakan di bagian press. Berdasarkan data terdapat tujuh percetakan di Kawasan Megamall dengan jumlah pekerja yang berbeda-beda. Jumlah pekerja di bagian press dari seluruh percetakan adalah 45 orang, dengan perincian sebagai berikut : Tabel 4.1 Jumlah Pekerja Press No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Percetakan Prima Graphia Sejahtera Asia Visual Kholam Printing Bianglala Kreasi Permaisindo Talenta Offset Jumlah 52 Jumlah Pekerja Press 4 orang 6 orang 5 orang 10 orang 9 orang 4 orang 7 orang 45 orang 2. Sampel Sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin karena populasi dari penelitian ini diketahui. Rumus slovin merupakan rumus salah satu rumus yang dapat menentukan besar sampel dari sebuah penelitian kesehatan (Adanza dan Fe, 2002). Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi, dalam penelitian ini 45 e = batas toleransi kesalahan (error tolerance) 0,005 Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh minimal sampel sebesar 40. Oleh karena terdapat tujuh percetakan dengan jumlah pekerja bagian press yang berbeda-beda, maka cara pengambilan sampel menggunakan Proporsional Random Sampling. Setiap percetakan akan diambil sampelnya dengan jumlah tertentu sesuai dengan perhitungan proporsi terhadap minimal sampel pada penelitian ini dan diuraikan sebagai berikut Tabel 4.2 Proporsi Sampel Pekerja Press No Nama Percetakan 1 2 3 4 5 6 7 Prima Graphia Sejahtera Asia Visual Kholam Printing Bianglala Kreasi Permaisindo Talenta Offset Jumlah Jumlah Pekerja Press 4 orang 6 orang 5 orang 10 orang 9 orang 4 orang 7 orang 45 orang 53 Proporsi terhadap populasi 8.89 % 13.33 % 11.11% 22.22 % 20 % 8.89 % 15.56 % 100 % Jumlah sampel 3.556 ~ 4 orang 5.332 ~ 5 orang 4.444 ~ 4 orang 8.888 ~ 9 orang 8 orang 3.556 ~ 4 orang 6.223 ~ 6 orang 40 orang D. Cara Pengukuran 1. Sumber Data Sumber data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden untuk mengetahui variabel karakteristik individu. Selain itu data primer juga diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium untuk kadar timbal dalam darah dan kadar hemoglobin. Data sekunder berisi daftar nama pekerja yang bekerja di bagian press disetiap percetakan di Kawasan Megamall. 2. Pengolahan Data Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu diolah agar data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya : a. Editing Editing adalah memeriksa data hasil pengumpulan data, meliputi kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragamana data. b. Coding Coding merupakan pemberian kode pada data hasil penelitian atau menaruh angka (numerik) sebagai kode pada setiap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. c. Entri data 54 Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam software statistik. d. Cleaning data Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalah atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat memasukkan data ke komputer. 3. Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner, Atomic Absorbtion Spectophotometer (AAS) dan hemmocue analyzer. Kuesioner digunakan untuk mengukur variabel karakteristik individu yaitu usia, lama kerja dan kebiasaan merokok. Kuesioner terdiri dari tujuh pertanyaan yang harus dijawab seluruhnya oleh responden kemudian jawaban responden langsung ditulis dalam kuesioner. AAS digunakan untuk mengukur kadar timbal dalam darah, sedangkan hemmocue Hb 201+ digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin. AAS yang digunakan adalah Polarized Zeeman Atomic Absorbtion Spectophotometer dengan merk HITACHI Z-2000 High Technologies, Tokyo, Jepang. Untuk pengukuran kadar hemoglobin peneliti menggunakan hemoglobin analyzer dengan merk hemmocue Hb 201+. Prinsip dari hemmocue Hb 201+. adalah melihat rekasi modifikasi dari azidemethemoglobin dengan panjang gelombang 570 nm dan 880 nm. Hemmocue Hb 201+ dapat mengukur kadar hemoglobin dalam rantang 025,6 g/dl. Akurasi dari hemmocue Hb 201+ telah diuji laboratorium dan menjadi mudah untuk digunakan. Pada penelitian ini akan diambil darah 55 dari para responden sebanyak 3 ml untuk pemeriksaan timbal dalam darah dan hemoglobin. a. Prosedur Pengambilan Sampel Darah Pengambilan sampel darah dilakukan oleh orang yang terlatih dan berpengalaman dibidangnya seperti analis laboratorium dan perawat. Alat yang digunakan untuk mengambil sampel darah (Lampiran 7), yaitu : 1. Spuit 2. Torniquet 3. Alcohol Swab 70% 4. Blood Tube dengan Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA) 3 ml Tempat pengambilan sampel darah yang diambil pada bagian lipatan lengan atau siku (darah vena) dengan volume pengambilan sebanyak 3 ml. Tahap-tahap pengambilan sampel darah yaitu : 1. Mengikat lengan atas responden dengan menggunakan torniquet, lalu tangan dikepalkan. 2. Menentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan Alcohol Swab 70%. 3. Menusuk jarum spuit dengan posisi 45° terhadap lengan. 4. Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit menjadi 30° terhadap lengan, hisap darah perlahann hingga volume yang diinginkan. 56 5. Setelah volume cukup, buka torniquet kemudian bersihkan dengan Alcohol Swab pada ujung jarum yang menempel dikulit kemudian tarik jarum perlahan-lahan. 6. Menekuk lengan responden dan membiarkan kapas beralkohol di tempat bekas tusukan hingga darah tidak keluar. 7. Memindahkan darah dari spuit ke blood tube, kemudian menggoyang perlahan agar bercampur. 8. Memberi nomor pada sampel darah sesuai idetitas. 9. Setelah sampel terkumpul dalam botol, kemudian masukan botol tersebut ke dalam wadah yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool box). 10. Pemeriksaan sampel darah di laboratorium. b. Prosedur Pengukuran Hemoglobin (Hb) Alat yang digunakan untuk mengukur hemoglobin adalah hemmocue Hb 201+, alat ini terdiri dari (Lampiran 7) : 1. Hemmocue Hb 201+ analyser 2. Hemmocue Hb 201+ microcuvette 3. 4 Baterai kering 1,5 volt 4. Lancet 5. Alkohol swabs 6. Sensi gloves Cara kerja hemmocue Hb 201+ yaitu : 57 1. Menggunakan jari tengah atau jari manis responden untuk pengambilan sampel dan keadaan tangan pasien santai (tidak tegang). 2. Membersihkan jari dengan alkohol lalu dikeringkan dengan kasa 3. Menekan pelan-pelan dari ujung ruas jari sampai ujung yang lainnya lalu tusuk jari menggunakan lancet. 4. Menekan pelan jari sampai tetesan darah muncul 5. Ketika tetesan darah cukup banyak, isi microcuvette dalam satu proses yang berkesinambungan, jangan isi ulang. 6. Darah yang berlebihan pada bagian luar microcuvette dibersihkan dengan kasa yang bersih dan jangan menyentuh ujung microcuvette yang terbuka, yang dapat menyebabkan darah terlarut microcuvette 7. Meletakkan microcuvvet dalam penahan cuvette 8. Menggeser penahan cuvette dengan halus ke posisi pengukuran 9. Nilai kadar Hb pada sampel yang diukur akan muncul selama 1560 detik. Hasil tersebut akan tetap muncul di layar selama proses penahanan cuvette masih dalam posisi mengukur. c. Prosedur Pengukuran Timbal (Pb) dalam Darah Pengukuran timbal dalam darah menggunakan metode dan langkah kerja SNI 7270 :2009 tentang Pengukuran kadar timah hitam dalam darah menggunakan spektrofotometer serapan atom dengan atomisasi tungku grafit (Graphite Furnace Atomization). 58 1) Peralatan a. Peralatan non gelas (Lampiran 7) 1. AAS dengan atomisasi tungku grafit (lampu katoda timbal) 2. Hot Plate dan Stirer 3. Pipa atau mangkuk grafit b. Peralatan gelas (Lampiran 7) 1. Gelas Piala 50 ml 2. Labu ukur 1000 ml, 100 ml dan 50 ml 3. Pipet mohr 4. Kaca Arloji Seluruh peralatan gelas yang akan digunakan harus direndam dengan deterjen bebas fosfat, selanjutnya dibilas dengan aquabides dan direndam dalam larutan HNO3 10% kemudian dibilas dengan aquabides. Keringkan peralatan gelas. 2) Bahan a. Triton x-100 b. HNO3 pekat 65% dan HNO3 2% c. HCL d. Larutan standar timbal konsentrasi 1000 µg/ml e. Aquabides 3) Cara kerja a) Pembuatan larutan dilusi Triton X-HCL (1) Masukkan aquabides ke dalam labu ukur 1000 ml separuh labu ukur 59 (2) Tambahkan 5 ml HCL pekat dan 5 ml triton X-100 lalu kocok sampai larutan homogen dan tanda bataskan. b) Pembuatan larutan standar (1) Larutan stok timbal 10 ppm Masukkan aquabides ke dalam labu ukur 100 ml kira-kira separuh labu ukur, kemudian tambahkan 1 ml HNO3 pekat dan 1 ml larutan standar timbal 1000 ppm, kocok sampai larutan homogen, lalu tanda bataskan. (2) Larutan standar timbal 0,5 ppm Ambil dengan pipet 2,5 ml larutan stok timbal 10 ppm ke dalam labu ukur 50 ml, kemudian tambahkan 25 ml HNO3 2% dan kocok hingga homogen lalu tanda bataskan dengan larutan HNO3 2%. (3) Larutan standar timbal 1 ppm Ambil dengan pipet 5 ml larutan stok timbal 10 ppm ke dalam labu ukur 50 ml, kemudian tambahkan 25 ml HNO3 2% dan kocok hingga homogen lalu tanda bataskan dengan larutan HNO3 2%. (4) Larutan standar timbal 2 ppm Ambil dengan pipet 10 ml larutan stok timbal 10 ppm ke dalam labu ukur 50 ml, kemudian tambahkan 25 ml HNO3 2 % dan kocok hingga homogen lalu tanda bataskan dengan larutan HNO3 2%. 60 (5) Larutan standar timbal 3 ppm Ambil dengan pipet 15 ml larutan stok timbal 10 ppm ke dalam labu ukur 50 ml, kemudian tambahkan 25 ml HNO3 2 % dan kocok hingga homogen lalu tanda bataskan dengan larutan HNO3 2%. (6) Larutan standar timbal 4 ppm Ambil dengan pipet 20 ml larutan stok timbal 10 ppm ke dalam labu ukur 50 ml, kemudian tambahkan 25 ml HNO3 2 % dan kocok hingga homogen lalu tanda bataskan dengan larutan HNO3 2%. c) Pembuatan kurva kalibrasi 1. Siapkan satu larutan blanko dan lima larutan standar yang mengandung kadar timbal berkisar antara 10-60 µg/ml dengan cara berikut : (a) Ambil larutan standar dengan pipet dan masukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi sebagai berikut : 0,2 ml larutan standar 0,5 ppm : 10 µg/100ml 0,2 ml larutan standar 1 ppm : 20 µg/100ml 0,2 ml larutan standar 2 ppm : 40 µg/100ml 0,2 ml larutan standar 3 ppm : 60 µg/100ml 0,2 ml larutan standar 4 ppm : 80 µg/100ml Kemudian kocok 3 menit dengan Hot Plate dan Stirer 61 (b) Ambil dengan pipet 9,8 ml larutan pengencer Triton XHCL dan tambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi larutan standar. (c) Ambil dengan pipet 10 ml aquabides dan masukkan dalam tabung reaksi dengan blanko dan kocok 3 menit. 2. Atur AAS dengan tungku grafit dan optimalkan untuk pengujian timbal sesuai dengan petunjuk alat. 3. Aspirasikan 10 µl larutan blanko dan standar tersebut diatas ke dalam AAS pada panjang gelombang 285 nm. 4. Buatkan kurva kalibrasi absorbansi vs konsentrasi dari data di atas dan tentukan persamaan garis lurusnya 5. Bila linieritas kurva kalibrasi (r2) lebih kecil dari 0,95 ulangi langkah pada butir 5 dan 6 (d) Persiapan sampel (Lampiran 8) 1. Ambil dengan pipet 0,2 ml darah sampel dan masukkan ke dalam tabung reaksi bertutup 15 ml tambahkan kira-kira 5ml larutan dilusi, tutup tabung reaksi 2. Kocok tabung reaksi dengan Hot Plate dan Stirer sampai larutan homogen 3. Pindahkan larutan homogen ini ke dalam labu ukur 10 ml, lalu tanda bataskan dengan larutan dilusi. (e) Analisa sampel dan perhitungannya 1. Atur AAS dan optimalkan untuk pengujian timbal sesuai dengan petunjuk alat 62 2. Aspirasikan 10 µl larutan sampel tersebut di atas ke dalam AAS pada panjang gelombang 283 nm 3. Apabila perbedaan hasil pengukuran secara duplo lebih dari 20%, periksa kondisi alat dan ulangi langkah pada butir 2 4. Apabila peerbedaannya kurang dari 20% ambil rerata hasil 5. Hitung kadar timbal dlam darah dengan cara mensubtitusi hasil pembacaan absorbansi ke kurva kalibrasi yang dihasilkan dari pengukuran absorbansi larutan standar. E. Analisis Data Analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis dengan metode Partial Least Square (PLS). 1. Analisis Univariat Analisi univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti, baik variabel eksogen, variabel intervening maupun variabel endogen. Pada penelitian ini variabel yang dilakukan ananlisis dengan univariat antara lain usia, lama kerja, kebiasaan merokok, kadar timbal dalam darah dan kadar hemoglobin pada responden. 2. Analisis dengan Metode Partial Least Square (PLS) Pada penelitian ini akan digunakan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis variance yaitu Partial Least Square (PLS). Terdapat tiga jenis variabel pada penelitian ini, yaitu variabel eksogen, intervenning dan endogen. Variabel eksogen merupakan variabel yang mempengaruhi, sedangkan variabel endogen merupakan variabel yang dipengaruhi. 63 Variabel intervenning merupakan variabel perantara antara variabel endogen dan eksogen. Menurut Latan dan Imam (2012) tahapan yang dilakukan dalam pemodelan PLS antara lain menentukan spesifikasi dan evaluasi model. Model pada penelitian dengan PLS terdiri dari dua yaitu inner model (model struktural) dan outer model (model pengukuran). Inner model dalam penelitian ini dirancang untuk melihat hubungan antara variabel laten eksogen dengan variabel laten intervenning dan variabel laten endogen. Sedangkan Outer model merupakan hubungan antara indikator dengan variabel latennya. Pada evaluasi outer model, model dianggap valid atau memenuhi syarat jika nilai cronbach’s alpha > 0.7. Pada evaluasi inner model digunakan dilai R square untuk melihat kuat dan besarnya peran variabel eksogen terhadap variabel endogen dan intervenning. Nilai R Square dikatakan kuat jika ≥ 0.5 atau dikatakan memiliki peran yang besar jika ≥ 50 %. Sedangkan nilai R Square dikatakan lemah jika < 0.5 dan dikatakan memiliki peran yang kecil jika < 50 % (Latan dan Imam, 2012). Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel eksogen, intervenning dan endogen, digunakan nilai T statistics atau T test. Pada penelitian ini digunakan nilai T table = 1.96. Jika nilai T test > T table maka terdapat hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Selain itu dapat pula ditentukan arah hubungan antar variabel dengan melihat nilai original sample. Jika nilai original sample menunjukkan nilai positif, maka hubungan memiliki arah positif. 64 Hubungan dengan arah positif menunjukkan pertambahan suatu variabel diikuti dengan pertambahan variabel lainnya. Namun jika nilai original sample menunjukkan nilai negatif, maka hubungan memiliki arah negatif. Hubungan dengan arah negatif menunjukkan pertambahan suatu variabel diikuti dengan penurunan variabel lainnya(Latan dan Imam, 2012). Pada penelitian ini akan dilihat hubungan langsung dan tidak langsung. Hubungan langsung antar variabel dilihat dari nilai T test dan Original Sample pada tabel Path Coefficients hasil bootstrapping. Hubungan tidak langsung antar variabel dilihat dari nilai T test hasil dari analisis menggunakan Sobel test dengan Aorian Version. Berikut gambar hubungan antar variabel pada penelitian ini : a) Hubungan Langsung Skema hubungan langsung antar variabel laten dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Gambar 4.1. Skema Hubungan Langsung antar Variabel Laten 65 Keterangan dari gambar 4.1. adalah : 1. Hubungan langsung antara umur dengan kadar timbal dalam darah 2. Hubungan langsung antara lama kerja dengan kadar timbal dalam darah 3. Hubungan langsung antara kebiasaan merokok dengan kadar timbal dalam darah 4. Hubungan langsung antara umur dengan kadar hemoglobin 5. Hubungan langsung antara lama kerja dengan kadar hemoglobin 6. Hubungan langsung antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin 7. Hubungan langsung antara kadar timbal dalam darah dengan kadr hemoglonbin b) Hubungan Tidak Langsung Skema hubungan tidak langsung antar variabel laten dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Gambar 4.2. Skema Hubungan Tidak Langsung antara Variabel Usia dengan Variabel Kadar Hemoglobin 66 Gambar 4.3. Skema Hubungan Tidak Langsung antara Variabel Lama Kerja dengan Variabel Kadar Hemoglobin Gambar 4.4. Skema Hubungan Tidak Langsung antara Variabel Kebiasaan Merokok dengan Variabel Kadar Hemoglobin Keterangan dari gambar 4.4. adalah : 1. Hubungan tidak langsung antara umur melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin 2. Hubungan tidak langsung antara lama kerja melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin 3. Hubungan tidak langsung antara kebiasaan merokok melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin c) Hubungan simultan antara karakteristik individu (usia, lama kerja dan kebiasaan merokok) dengan melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin 67 Skema hubungan simultan antar variabel laten dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Gambar 4.5. Skema Hubungan Simultan antar Variabel laten 68 BAB V HASIL A. Gambaran Lokasi Penelitian Kawasan Megamall beralamat di Jalan Ir. H. Juanda, Ciputat Tangerang Selatan. Kawasan ini memiliki luas ± 1,5 hektar. Kawasan Megamall merupakan kawasan yang menjadi pusat percetakan di Ciputat. Hal ini disebabkan posisi Kawasan Megamall yang dekat dengan universitas yang sering menggunakan jasa percetakan. Terdapat tujuh percetakan di Kawasan Megamall yang beroperasi selama 24 jam per hari untuk enam hari kerja selama seminggu. Percetakan tersebut antara lain Prima Graphia, Sejahtera, Asia Visual, Kholam Printing, Bianglala, Kreasi Permaisindo dan Talenta Offset. Percetakan di Kawasan Megamall menyediakan jasa percetakan dengan berbagai media cetak baik kertas maupun vinyl. Percetakan tersebut dapat mencetak flier, leaflet, buku poster berbagai ukuran, spanduk, banner, sticker, backdrop dan sablon. Rata-rata setiap percetakan menghasilkan 500-1000 lembar flier dan leaflet, serta 100-150 buah buku. Kapasitas mencetak dapat meningkat sesuai dengan permintaan konsumen. Percetakan yang terdapat di Kawasan Megamall tidak hanya mencetak flier, leaflet dan buku, namun juga mencetak poster berbagai ukuran, spanduk, banner, sticker dan backdrop. Rata-rata dalam sehari setiap percetakan mencetak 200-300 lembar spanduk maupun banner. 69 B. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti yaitu meliputi variabel usia, lama kerja, kebiasaan merokok, kadar timbal dalam darah dan kadar hemoglobin. 1. Gambaran Kadar Hemoglobin Distribusi kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1. Distribusi Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Tahun 2015 Mean 12,34 Median 12,3 Standar Deviasi 1,53 Min-Maks 10-15,9 Berdasarkan hasil analisis didapatkan rata-rata kadar hemoglobin pekerja sebesar 12,34 gr/dL. 2. Gambaran Kadar Timbal dalam Darah Distribusi kadar timbal dalam darah pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2. Distribusi Kadar Timbal dalam Darah Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015 Mean 2,05 Median 1,92 Standar Deviasi 1,27 Min-Maks 0,51-5,5 Berdasarkan hasil analisis didapatkan rata-rata kadar timbal dalam darah pekerja sebesar 2,05 g/dL. 3. Gambaran Karakteristik Individu Distribusi gambaran karakteristik individu pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat dapat dilihat pada tabel 5.3. 70 Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Individu Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015 Variabel Usia Lama Kerja (Tahun) Kebiasaan Merokok Mean 29,98 4 7 Median 26,5 3,5 6 Standar Deviasi 11,36 2,55 3,53 Min-Maks 17-59 1-10 0-12 Berdasarkan tabel 5.3. diketahui rata-rata usia dari pekerja adalah 29,98 tahun, rata-rata lama kerja 4 tahun dan rata-rata mengkonsumsi rokok sebanyak 7 batang per hari. C. Analisis dengan Metode Partial Least Square (PLS) Langkah awal yang perlu dilakukan dalam pemodelan Strutural Equation Modeling (SEM) berbasis PLS adalah menentukan spesifikasi model yang terdiri dari dua yaitu inner model (model struktural) dan outer model (model pengukuran) (Latan dan Imam, 2012). Inner model dalam penelitian ini dirancang untuk melihat hubungan antara variabel laten eksogen dengan variabel laten intervenning dan variabel laten endogen. Variabel eksogen terdiri dari usia, lama kerja dan kebiasaan merokok. Variabel intervenning pada penelitian ini adalah kadar timbal dalam darah, sedangkan variabel endogen pada penelitian ini adalah kadar hemoglobin. Outer model ialah hubungan antara indikator dengan variabel latennya (Latan dan Imam, 2012). Pada penelitian ini variabel laten merupakan variabel observed yaitu dapat diukur langsung dan memiliki satu indikator. Oleh karena itu pada penelitian ini outer model berbentuk formatif dengan asumsi setiap indikator menjelaskan karakteristik variabel latennya. Diagram jalur hubungan karakteristik individu terhadap kadar timbal dalam darah dan dampaknya pada kadar hemoglobin dapat dilihat pada gambar 5.1. 71 Gambar 5.1. Diagram Jalur Langkah selanjutnya adalah evaluasi outer model dan inner model yang telah dibuat. Nilai outer model dianggap valid atau memenuhi syarat jika nilai cronbach’s alpha > 0,7 (Latan dan Imam, 2012). Pada penelitian ini menggunakan outer model berbentuk formatif dengan satu indikator sehingga dapat dipastikan nilai cronbach’s alpha sama dengan satu (tabel 5.4). Tabel 5.4. Nilai outer model Variabel Kadar hemoglobin Kadar timbal dalam darah Usia Lama kerja Kebiasaan merokok Kadar Kadar timbal hemoglobin dalam darah 1,000000 1,000000 Lama kerja Usia Kebiasaan merokok 1,000000 1,000000 1,000000 Setelah dilakukan evaluasi outer model, selanjutnya dilakukan evaluasi inner model dengan melihat nilai R Square dari variabel laten intervenning dan variabel laten endogen (Latan dan Imam, 2012). Hasil uji inner model dapat dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5.5. Evaluasi Inner Model Variabel Kadar timbal dalam darah Kadar hemoglobin 72 R Square 0,853 0,478 Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa variabel kadar timbal dalam darah memiliki nilai R Square sebesar 0,853 yang termasuk dalam kategori kuat. Nilai R Square menunjukkan kuatnya peran usia, lama kerja dan kebiasaan merokok terhadap kadar timbal dalam darah, yaitu sebesar 85,3 %. Untuk variabel kadar hemoglobin memiliki nilai R Square sebesar 0,478 yang termasuk dalam kategori lemah. Nilai R Square menunjukkan besarnya peran variabel usia, lama kerja, merokok dan kadar timbal dalam darah terhadap kadar hemoglobin yaitu sebesar 47,8 %. 1. Hubungan Langsung Pada penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan langsung antar usia, lama kerja dan kebiasaan merokok dengan kadar timbal dalam darah dan kadar hemoglobin. Tabel 5.6. Hasil Analisis Hubungan Langsung Variabel Usia Lama kerja Kebiasaan merokok Kadar Timbal dalam Darah Original Standard T test sample error -0,067 0,067 1 0,87 0,044 19,6 0,13 0,063 2,07 Kadar Hemoglobin Original Standard T test sample error 0,15 0,10 1,51 -0,41 0,32 1,3 0,61 0,16 3,84 a. Hubungan Usia dengan Kadar Timbal dalam Darah Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6. tentang hubungan antara usia dengan kadar timbal dalam darah dapat diketahui bahwa nilai T test sebesar 1. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara usia dengan kadar timbal dalam darah pekerja (T test < 1,96). 73 b. Hubungan Lama Kerja (Tahun) dengan Kadar Timbal dalam Darah Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6. tentang hubungan antara lama kerja dengan kadar timbal dalam darah dapat diketahui bahwa nilai T test sebesar 19,6 dengan nilai original sample sebesar 0,087. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara lama kerja dengan kadar timbal dalam darah pekerja (T test > 1,96). Arah hubungan lama kerja dengan kadar timbal dalam darah adalah positif. Arah hubungan positif menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi kadar timbal dalam darah orang tersebut. c. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kadar Timbal dalam Darah Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6. tentang hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar timbal dalam darah dapat diketahui bahwa nilai T test sebesar 2,07 dengan nilai original sample sebesar 0,13. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar timbal dalam darah pekerja (T test > 1,96). Arah hubungan kebiasaan merokok dengan kadar timbal dalam darah adalah positif. Arah hubungan positif menunjukkan semakin banyak seseorang mengkonsumsi rokok dalam sehari maka semakin tinggi kadar timbal dalam darah orang tersebut. d. Hubungan Usia dengan Kadar Hemoglobin Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6. tentang hubungan antara usia dengan kadar hemoglobin dapat diketahui bahwa nilai T test sebesar 1,51. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara usia dengan kadar hemoglobin pekerja (T test < 1,96). 74 e. Hubungan Lama Kerja (Tahun) dengan Kadar Hemoglobin Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6. tentang hubungan antara lama kerja dengan kadar hemoglobin dapat diketahui bahwa nilai T test sebesar 1,3. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara lama kerja dengan kadar hemoglobin pekerja (T test < 1,96). f. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kadar Hemoglobin Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6. tentang hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin dapat diketahui bahwa nilai T test sebesar 3,84 dengan nilai original sample sebesar 0,61. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin (T test > 1,96). Arah hubungan kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin adalah positif. Arah hubungan positif menunjukkan semakin banyak seseorang mengkonsumsi rokok dalam sehari maka semakin tinggi kadar hemoglobin orang tersebut. g. Hubungan Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin Hubungan kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin dapat dilihat pada tabel 5.7. Tabel 5.7. Hubungan Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin Variabel Kadar timbal dalam darah Kadar hemoglobin Original sample T test -0,34 3,1 R square 0,12 Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.7. tentang hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin dapat diketahui bahwa nilai T test sebesar 3,1 dengan nilai original sample sebesar 75 0,34. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin (T test > 1,96). Arah hubungan kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin adalah negatif. Arah hubungan negatif menunjukkan semakin tinggi kadar timbal dalam darah seseorang maka semakin rendah kadar hemoglobin orang tersebut. Variabel kadar hemoglobin memiliki nilai R Square sebesar 0.12 termasuk kategori lemah. Nilai R Square menunjukkan peran kadar timbal dalam darah terhadap kadar hemoglobin sebesar 12 %. 2. Hubungan Tidak Langsung Pada penelitian ini dilakukan Sobel test dengan Aorian Version untuk melihat hubungan tidak langsung (indirect effect) antara variabel usia, lama kerja dan kebiasaan merokok bersama dengan kadar timbal darah terhadap kadar hemoglobin. Hasil uji Aorian dapat dilihat pada tabel 5.8. Tabel 5.8. Hasil Uji Aroian Kadar hemoglobin T test 0,4 0,6 0,5 Variabel Usia Lama kerja Kebiasaan merokok a. Hubungan Usia dengan Kadar Hemoglobin melalui Kadar Timbal dalam Darah Berdasarkan tabel 5.8. diketahui bahwa nilai T test hubungan antara usia dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah sebesar 0,4. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara usia dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah (T test < 1,96). 76 b. Hubungan lama kerja (tahun) dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah Berdasarkan tabel 5.8. diketahui bahwa nilai T test hubungan antara lama kerja dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah sebesar 0,6. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara lama kerja dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah (T test < 1,96). c. Hubungan kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin dengan variabel intervenning kadar timbal dalam darah Berdasarkan tabel 5.8. diketahui bahwa nilai T test hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah sebesar 0,5. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah (T test < 1,96). 3. Hubungan Simultan antara Usia, Lama Kerja (Tahun) dan Kebiasaan Merokok Melalui Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin Pada penelitian ini dilakukan analisis untuk melihat hubungan simultan antara usia, lama kerja, kebiasaan merokok melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin. Kadar timbal dalam darah merupakan variabel intervenning, yaitu variabel yang menjadi penghubung atau perantara variabel eksogen dengan endogen. Analisis SEM pada penelitian ini menggunakan efek mediasi yaitu hubungan antara variabel eksogen dan endogen melalui variabel intervenning. Artinya hubungan variabel eksogen dengan endogen bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung. 77 Tabel 5.9. Hubungan Simultan antara Usia, Lama Kerja (Tahun) dan Kebiasaan Merokok Melalui Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin Variabel Kadar timbal dalam darah Kadar Hemoglobin Original T test R square sample -0,21 0,62 0,478 Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.9. dapat diketahui bahwa nilai T test hubungan antara usia, lama kerja dan kebiasaan merokok kadar timbal dalam darah melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin sebesar 0,62 dengan nilai original sample sebesar -0,21. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara usia, lama kerja dan kebiasaan merokok melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin (T statistics < 1,96). Berdasarkan Nilai T test dapat ditentukan bahwa kadar timbal dalam darah merupakan variabel intervenning yang tidak kuat pada penelitian ini. 78 BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian mengenai hubungan karakteristik individu terhadap kadar timbal dalam darah dan dampaknya pada kadar hemoglobin pekerja, penulis menyadari terdapat beberapa keterbatasan, yaitu : 1. Pada penelitian ini pengukuran hemoglobin dan kadar timbal dalam darah tidak dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali untuk setiap sampelnya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan alat dan bahan. 2. Pada penelitian ini tidak dilakukan crosscheck atau melihat kartu identitas pekerja untuk memastikan usia pekerja. Hal ini disebabkan karena pekerja tidak membawa kartu identitas. 3. Pada variabel lama kerja juga tidak dilakukan crosscheck dengan data sekunder dari percetakan tempat pekerja bekerja. Hal ini disebabkan karena percetakan tidak memiliki dokumen pekerja. 4. Penelitian ini menggunaka rumus Slovin untuk menentukan besar sampel, sehingga tidak mempertimbangkan nilai prevalensi dari setiap variabelnya. B. Kadar Hemoglobin pada Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015 Hemoglobin merupakan komponen penting dari sel darah merah yang memiliki peran dalam transportasi oksigen dan karbon dioksida (Yartireh dan Amir, 2013). Pengukuran kadar hemoglobin dalam darah adalah salah satu uji laboratorium klinis yang sering dilakukan untuk melihat secara tidak 79 langsung kapasitas darah dalam membawa oksigen ke sel-sel di dalam tubuh. Pemeriksaan kadar hemoglobin merupakan salah satu indikator yang menentukan seseorang menderita anemia atau tidak (Estridge dkk, 2000). Pada laki-laki dewasa kadar normal hemoglobin berkisar antara 13-17 g/dL. Kadar hemoglobin di bawah normal merupakan sindrom dari penyakit anemia (Handayani dan Andi, 2008). Berdasarkan hasil pengukuran kadar hemoglobin pekerja didapatkan rata-rata kadar hemoglobin sebesar 12,34 g/dL, kadar hemoglobin paling rendah sebesar 10 g/dL dan paling tinggi sebesar 15,9 g/dL. Hasil analisis menunjukkan terdapat 65% pekerja memiliki kadar hemoglobin dibawah normal. ACS (2014) menyebutkan pekerja yang bekerja di percetakan memiliki tingkat risiko akibat pajanan timbal yang tinggi. Selain itu Printinng Industry Association of Australia menyebutkan bahwa bahan kimia yang digunakan di percetakan sering dikelola dengan cara memaparkan langsung ke pekerja (Oke dkk, 2008). Kekurangan hemoglobin menunjukkan dampak akut seperti sering pusing, mata berkunang-kunang dan pucat (Handayani dan Andi, 2008). Hasil analisis menunjukkan terdapat 65% pekerja yang sering merasa lemah, letih dan lesu. Sebanyak 50% pekerja sering merasa sakit kepala dan pusing dalam satu tahun terakhir. Penurunan kadar hemoglobin dari batas normalnya dapat disebabkan karena terganggunya proses pembentukan hemoglobin. Gangguan ini dapat disebabkan karena masuknya logam berat seperti timbal dalam darah yang menghambat kerja enzim ALAD pada saat pembentukan gugus heme (Lauwerys dan Perrine, 2001). 80 Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pernurunan kadar hemoglobin, faktor tersebut dapat terjadi akibat kekurangan zat besi dan vitamin B12 (Sloane, 2003). Penyebab lainnya dapat ditimbulkan dari genetik, dimana terdapat molekul hemoglobin dalam tubuhnya yang abnormal sehingga konsentrasi oksigen dalam tubuhnya rendah. Penyakit ini sering disebut dengan anemia sel sabit (Sloane, 2003). C. Kadar Timbal dalam Darah Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015 Timbal merupakan logam berat yang bersifat toksik (Lu, 2010). Timbal banyak digunakan dalam bidang industri, salah satunya adalah industri percetakan. Pada industri percetakan, timbal digunakan sebagai bahan pewarna dalam bentuk persenyawaan dengan krom (PbCr04) (Palar, 2004). Timbal yang digunakan selama proses mencetak dapat mencemari udara dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui sistem pernafasan. Selain melalui udara timbal juga dapat masuk melalui kulit ketika menyentuh langsung bahan kimia yang mengandung timbal (Harrison dan Laxen, 1981). Percetakan yang terdapat di Kawasan Megamall tidak hanya mencetak pada media kertas, namun juga mencetak pada media yang terbuat dari vynil dan flexy. Media yang terbuat dari vynil dan flexy menggunakan tinta dengan campuran pelarut dengan tujuan untuk memperkuat ikatan warna pada tinta dengan bahan cetak. Tinta dengan campuran pelarut menggunakan pewarna tambahan yang mengandung timbal dengan komposisi ± 10% (PMAI, 2003). Sebelum digunakan, tinta dengan pewarna dicampur dengan pelarut. Tinta dengan campuran pelarut dapat menguap dalam suhu ruang karena pelarut yang digunakan termasuk dalam golongan Volatile Organic Compound 81 (VOC) atau komponen organik yang mudah menguap (PMAI, 2003). Pada proses pencampuran pewarna dengan pelarut secara tidak sengaja timbal dalam pewarna dapat menguap bersama dengan pelarut (Patty, 1897). Sebagian besar VOC merupakan polutan udara yang berbahaya jika dihirup dan masuk ke dalam pernafasan manusia (PMAI, 2003). Timbal yang telah masuk kedalam tubuh akan didistribusi ke dalam darah sebesar 95% yang terikat pada sel darah merah dan sisanya terikat pada plasma darah (Palar, 2004). Oleh karena itu kadar timbal dalam darah menggambarkan kadar timbal dalam tubuh. Pemeriksaan kadar timbal dalam darah merupakan petunjuk langsung jumlah timbal yang masuk ke dalam tubuh, karena timbal dalam darah memiliki waktu tinggal selama 35 hari (Lubis, 2013). Kadar timbal dalam darah yang melebihi NAB akan menunjukkan gangguan sistem hematopoeietik seperti penurunan kadar hemoglobin. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Hassani (2013) menunjukkan kadar timbal dalam darah secara signifikan meningkat pada pekerja yang terpapar timbal di lingkungan kerja. Berdasarkan hasil pengukuran timbal dalam darah pada pekerja percetakan di Kawasan Megamall tahun 2015 terlihat bahwa rata-rata kadar timbal dalam darah pekerja sebesar 2,05 g/dL, dengan kadar terendah sebesar 0,51 g/dL dan kadar tertinggi sebesar 5,5 g/dL. CDC (2011) menetapkan bahwa ambang batas kadar timbal dalam darah adalah 10 g/dL. Namun menurut CDPH (2009) kadar timbal dalam darah sebesar 5 g/dL sudah dapat mengganggu peran enzim ALAD dalam proses pembentukan heme. Penelitian yang dilakukan oleh Schwartz dkk (2001) menunjukkan kadar 82 timbal dalam darah sebesar 5 µg/dL selain mengganggu biosintesis heme juga menurunkan fungsi kognitif pada orang dewasa (CDPH, 2009). Keberadan timbal dalam darah dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, penelitian yang dilakukan oleh Saito dkk (2006) menunjukkan bahwa faktor usia dan lama kerja mempengaruhi kadar timbal dalam darah. Hasan dkk (2013) menyebutkan faktor lain yang mempengaruhi kadar timbal dalam darah adalah jenis kelamin dan kebiasaan merokok. D. Hubungan Usia dengan Kadar Timbal dalam Darah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008) usia adalah lama waktu hidup seseorang sejak dilahirkan. Usia dapat mempengaruhi kadar timbal dalam darah, ini dikaitkan dengan semakin bertambah usia akan menurunkan status kesehatan seseorang. Penurunan status kesehatan dikaitkan dengan penuaan yang menyebabkan penurunan berbagai fungsi organ tubuh termasuk fungsi paru (Boss dan Edwin, 1981). Murray (1986) dan Krumpe dkk (1985) menyebutkan paru-paru manusia mengalami perkembangan pada usia 10-20 tahun, alveolus berkembangan maksimal pada usia 10-12 tahun. Setelah itu sistem pernapasan akan mengalami perkembangan sampai pada fungsi yang maksimal, yaitu pada usia 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki (Janssens dkk, 1999). Paru-paru pada orang dengan usia antara 30-40 tahun akan mengalami penurunan fungsi sistem pernafasan. Penurunan ini ditunjukkan dari melambatnya sistem penyaringan udara oleh silia yang terdapat di trakea dan bronkus (Boss dan Edwin, 1981). Melambatnya sistem penyaringan udara mempermudah polutan termasuk timbal untuk masuk melalui sistem 83 pernafasan. Salah satu bagian dari sistem pernafasan yang juga mengalami penurunan fungsi adalah alveolus (Janssens dkk, 1999). Berdasarkan hasil analisis hubungan usia dengan kadar timbal dalam darah diperoleh nilai T test < 1,96. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kadar timbal dalam darah. Hasil analisis ini sejalan dengan penelitian Al-Hassani (2013) yang menyebutkan tidak terdapat korelasi antara usia dengan kadar timbal dalam darah pekerja. Pencemaran timbal di udara dapat bersumber dari transportasi dan industri yang mengeluarkan emisi timbal ke udara (Harrison dan Laxen, 1981). Dari penelitian ini diketahui bahwa lama kerja menunjukkan lama pajanan timbal yang diterima pekerja. Lama pajanan yang diterima pekerja bervariasi setiap usianya, meningkatnya usia tidak diikuti dengan peningkatan lama kerja. Hal ini terjadi karena pekerja direkrut tanpa batasan usia. Terdapat kecenderungan bahwa semakin lama kerja, maka semakin tinggi kadar timbal dalam darah, karena waktu pajanan terhadap timbal di lingkungan kerja juga semakin bertambah (Patrick, 2006). Health and Safety Executive (HSE) Pemerintah Inggris pada tahun 2002 menetapkan peraturan yang disebut dengan Control of Lead at Work (CLAW) dan menyebutkan dua jenis NAB timbal dalam darah pekerja berdasarkan usia, yaitu : Tabel 6.1. Peraturan Kadar Timbal dalam Darah Pekerja Berdasarkan Usia (HSE, 2015) Suspension Level Action Level Pekerja dengan usia < 18 tahun 50 g/dL 40 g/dL 84 Pekerja dengan usia ≥ 18 tahun 60 g/dL 50 g/dL Suspension Level adalah NAB timbal dalam darah yang digunakan bagi pekerja yang terpapar timbal dari lingkungan kerjanya. Suspension Level biasa digunakan untuk memantau pekerja yang telah menjalani surveilans medis. Sedangkan Action Level merupakan NAB timbal dalam darah untuk memutuskan apakah perlu dilakukan surveilans medis terhadap pekerja (HSE, 2015). Pada penelitian ini rentang antara usia < 18 tahun dengan usia ≥ 18 tahun tidak terlalu terlihat, hal ini dikarenakan 97,5 % (39 pekerja) memiliki usia ≥ 18 tahun dan 2,5 % (1 pekerja) memiliki usia < 18 tahun. Berdasarkan tabel 6.1 terlihat bahwa terdapat perbedaan NAB pada usia dibawah 18 tahun dengan usia ≥ 18 tahun. Hal ini disebabkan oleh perbedaan usia pada rentang tertentu dapat memperlihatkan perbedaan respon tubuh terhadap kadar timbal (HSE, 2015). E. Hubungan Lama Kerja (Tahun) dengan Kadar Timbal dalam Darah Seseorang yang bekerja pada lingkungan dengan pajanan timbal dapat mengalami gangguan kesehatan. Hal ini terjadi akibat penumpukan timbal dalam tubuhnya. Semakin lama orang tersebut bekerja maka semakin bertambah jumlah pajanan timbal yang diterima (Patrick, 2006). Berdasarkan hasil analisis hubungan lama kerja dengan kadar timbal dalam darah diperoleh nilai T test > 1,96. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara lama kerja dengan kadar timbal dalam darah. Selain itu arah hubungan antara lama kerja dengan kadar timbal dalam darah menunjukkan arah positif, yaitu semakin lama seseorang bekerja maka semakin meningkatkan kadar timbal dalam darah orang tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian 85 Saito dkk (2006) dimana lama kerja menunjukkan pengaruh terhadap kadar timbal dalam darah pekerja. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) dalam peraturannya tentang Lead No. 1910.1025 menyebutkan bahwa wajib dilakukan program surveilans medis terkait dengan pekerja yang terpapar timbal di lingkungan kerjanya. Rata-rata pekerja percetakan di Kawasan Megamall telah bekerja di bagian cetak selama 4 tahun. Seluruh pekerja telah bekerja lebih dari satu tahun dan belum pernah melakukan pemeriksaan kadar timbal dalam darah terkait pajanan okupasional. Pekerja dengan lama kerja paling singkat (satu tahun) memiliki kadar timbal dalam darahnya sebesar 0,5 g/dl. Sedangkan untuk pekerja dengan lama kerja paling lama (10 tahun) memiliki kadar timbal dalam darah sebesar 5,5 g/dl. Rata-rata pekerja bekerja 11 jam dalam sehari selama seminggu dengan enam hari kerja. Hal ini tidak sesuai dengan Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang menyebutkan jam kerja untuk karyawan yang bekerja selama enam hari dalam seminggu adalah tujuh jam atau 40 jam dalam seminggu. Sedangkan untuk waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak tiga jam dalam satu hari atau 14 jam dalam seminggu. Hasil analisis juga menunjukkan terdapat 97,5% (39 pekerja) memiliki jam kerja lebih dari tujuh jam dalam sehari. Semakin lama pekerja berada di lingkungan kerja maka akan meningkatkan pajanan timbal. Pajanan ini dapat dikurangi dengan memberlakukan jam kerja sesuai dengan Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Penggunaan APD pada saat bekerja juga dapat mengurangi kontak langsung pekerja dengan bahan kimia bertimbal. 86 F. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kadar Timbal dalam Darah Rokok mengandung lebih dari 2000 substansi berbahaya termasuk timbal. Timbal yang terdapat di dalam rokok berasal dari daun tembakau selama proses penanaman (Hasan, 2013). Noor (2010) menyebutkan secara alami kandungan timbal berasal dari tanah dan udara yang memang menyimpan timbal, selain itu pupuk NPK selama proses penanaman tembakau juga mempengaruhi kandungan timbal dalam tembakau (Prasetya Online, 2011). Hasil penelitian Noor (2010) menyebutkan bahwa rata-rata konsentrasi timbal dalam rokok sebesar 8.2 mBq/batang (Prasetya Online, 2011). Berdasarkan hasil analisis hubungan kebiasaan merokok dengan kadar timbal dalam darah diperoleh nilai T test >1,96. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kadar timbal dalam darah. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hasan dkk (2013) dimana kebiasaan merokok menunjukkan korelasi terhadap kadar timbal dalam darah. Kebiasaan merokok pada penelitian ini dilihat dari jumlah rokok yang dikonsumsi oleh pekerja perhari. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pekerja merokok 5 batang perhari. Rokok menghasilkan asap yang mengandung 4000 bahan berbahaya, baik dalam bentuk gas maupun partikel. Beberapa bahan berbahaya tersebut adalah akrolein, formaldehid, karbon monoksida, nikotin, fenol, asan sianida dan potasium. Bahan-bahan tersebut bersifat toksik terhadap epitelium yang terdapat di saluran pernafasan. Sifat toksik dari bahan-bahan berbahaya ini 87 ditunjukkan dari penurunana fungsi silia serta menganggu proses regenerasi sel epitel dan silia (Tamashiro dkk, 2009). Penurunan fungsi dari silia menyebabkan silia tidak dapat menyaring udara yang tercemar timbal ketika masuk ke dalam saluran pernapasan, sehingga timbal akan mudah masuk ke dalam paru-paru dan bercampur dengan darah untuk kemudian diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh (Khan dkk, 2014). G. Hubungan Usia dengan Kadar Hemoglobin Kadar hemoglobin dalam tubuh manusia mengalami kenaikan dan penurunan seiring dengan tahap kehidupan manusia. Bayi yang baru lahir memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dan orang dewasa (Patel, 2008). Berdasarkan hasil analisis hubungan langsung usia dengan kadar hemoglobin diperoleh nilai T test < 1,96. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan langsung antara usia dengan kadar hemoglobin. Hasil analisis hubungan tidak langsung antara usia dengan kadar hemoglobin juga menunjukkan hasil yang sama. Hasil uji tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan antara usia dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah. Hasil penelitian yang dilakukan Garn dkk (1981) menunjukkan bahwa kadar hemoglobin terendah terjadi pada anak-anak, remaja dan usia lanjut. Garn dkk (1981) juga menyebutkan perubahan kadar hemoglobin pada usia tersebut sangat drastis dibandingkan dengan kadar hemoglobin pada usia dewasa. Kategori usia dewasa pada manusia menurut Hurlock (2001) dimulai dari usia 18 sampai 60 tahun. Pada usia 50 tahun ke atas fungsi fisiologis tubuh sudah mulai menurun, pada usia ini kadar hemoglobin manusia juga 88 terlihat menurun (Patel, 2008). Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan 97,5 % (39 pekerja) termasuk dalam usia dewasa dan hanya 2,5 % pekerja yang termasuk dalam usia remaja. Dari hasil tersebut diketahui bahwa rentang antara usia remaja dan dewasa tidak terlalu kelihatan, sehingga tidak memperlihatkan perbedaan kadar hemoglobin pada kelompok usia remaja dan dewasa. Pada tahap dewasa kadar hemoglobin tubuh akan stabil dikarenakan kondisi fisiologis tubuh juga stabil atau tidak mengalami pertumbuhan yang pesat (Patel, 2008). Namun dibeberapa kondisi kadar hemoglobin pada orang dewasa dapat menurun drastis diakibatkan beberapa hal seperti kurangnya konsumsi zat besi, perdarahan terlebih pada wanita yang mengalami menstruasi dan keracunan logam berat (Patel, 2008). Oleh karena itu konsumsi zat gizi sangat berpengaruh terhadap kadar hemoglobin dalam tubuh, terlebih ketika tubuh mengalami pertumbuhan dan juga ketika terjadi penurunan fungsi fisiologisnya (Patel, 2008). Konsumsi zat besi merupakan salah satu cara untuk mencegah dan mengurangi terjadinya penurunan hemoglobin atau anemia pada orang dewasa. Jika konsumsi zat besi terpenuhi maka tubuh dapat membentuk sel darah merah yang baru untuk menggantikan sel darah merah yang rusak (Garn dkk, 1981). H. Hubungan Lama Kerja (Tahun) dengan Kadar Hemoglobin Kadar nomal hemoglobin pada laki-laki dewasa berkisar antara 13 sampai 17 g/dL (Estridge dkk, 2000). Kadar hemoglobin ini dapat menurun akibat dari keracunan logam berat seperti timbal (Lauwerys dan Perrine, 2001). Seseorang yang bekerja di tempat dengan pajanan timbal sangat mungkin 89 mengalami gangguan pada produksi hemoglobin (Lauwerys dan Perrine, 2001). Semakin lama orang tersebut bekerja maka semakin bertambah jumlah pajanan timbal yang diterima tubuhnya (Patrick, 2006). Timbal memiliki waktu paruh di dalam darah kurang dari 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan timbal mudah terakumulasi dalam tubuh dan menimbulkan dampak kesehatan seperti menurunnya kadar hemoglobin (Joko, 1995). Berdasarkan hasil analisis hubungan langsung lama kerja dengan kadar hemoglobin diperoleh nilai T test < 1,96. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan langsung antara lama kerja dengan kadar hemoglobin.. Hasil analisis hubungan tidak langsung antara lama kerja dengan kadar hemoglobin juga menunjukkan hasil yang sama. Hasil uji tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan antara lama kerja dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mifbakhudin dkk (2010) dan Rizkiawati (2012) yang menyebutkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan kadar hemoglobin. Hasil analisis menunjukkan seluruh pekerja memiliki kadar timbal dalam darah di bawah NAB yang ditetapkan oleh CDC. Timbal memiliki sifat bioakumulasi, yaitu sifat dari senyawa berbahaya yang dapat pindah ke dalam tubuh organisme kemudian menumpuk dalam jaringan tubuh (Lu, 2010). Penumpukan timbal dalam tubuh dapat disebabkan oleh pajanan yang berkelanjutan dari lingkungan. Kadar timbal dalam darah menunjukkan pajanan timbal di lingkungan kerja (udara). Kadar timbal dalam darah yang rendah menggambarkan pajanan timbal yang rendah. Hal ini tidak berdampak besar terhadap penurunan kadar hemoglobin, namun kadar timbal dalam 90 darah sebesar 5 g/dL sudah dapat mengganggu peran enzim ALAD dalam proses pembentukan heme (CDPH, 2009). Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya satu (2,5%) pekerja yang memiliki kadar timbal dalam darah lebih atau sama dengan 5 g/dL. Selama bekerja pekerja tidak selalu menggunakan masker, hanya pada saat menggunakan bahan kimia yang berbau menyengat pekerja menggunakan penutup hidung dan mulut. Menggunakan masker merupakan salah satu langkah untuk mengurangi pajanan timbal dari lingkungan kerja, sehingga timbal yang masuk ke dalam tubuh berkurang dan dampak negatif dari timbal juga berkurang. I. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kadar Hemoglobin Pada pekerja di percetakan, pajanan timbal berasal dari bahan kimia yang digunakan selama bekerja (ACS, 2014). Namun, pajanan timbal juga dapat berasal dari rokok yang dikonsumsi oleh pekerja. Pada penelitian ini 92.5 % pekerja merokok, sedangkan 7.5 % pekerja tidak merokok. Berdasarkan hasil analisis hubungan langsung didapatkan nilai T test > 1,96. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan langsung antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin. Arah hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin menujukkan arah yang positif, yaitu semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi oleh pekerja maka akan meningkatkan kadar hemoglobinnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Goel dkk (2010) yang menyebutkan terdapat korelasi kuat antara perokok dengan kadar hemoglobin. Penelitian yang dilakukan Asif dkk (2013) juga menyebutkan kadar hemogologin perokok lebih tinggi dibandingkan bukan perokok. 91 Hasil analisis hubungan tidak langsung antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah. Konsentrasi hemoglobin akan meningkat pada perokok dikarenakan perokok menghirup karbon monoksida dari asap rokok (Nestel, 2002). Selain karbon monoksida, perokok juga terpapar timbal yang berasal dari rokok (Gusnita, 2012). Perokok yang terpapar timbal akan mengalami gangguan pada biosintesis heme yang menyebabkan menurunnya kadar hemoglobin (Gusnita, 2014). Berdasarkan teori yang disebutkan oleh Nestel (2002) dan Gusnita (2014) diketahui bahwa arah hubungan merokok terhadap kadar hemoglobin dengan arah hubungan timbal terhadap kadar hemoglobin tidak searah. Oleh karena itu kebiasaan merokok bersama dengan timbal memperlihatkan interaksi yang berlawanan terhadap kadar hemoglobin, sehingga tidak ada hubungan yang sigifikan antara kebiasaan merokok bersama dengan kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin. Karbon monoksida yang masuk ke dalam paru-paru memiliki afinitas yang lebih besar terhadap hemoglobin dibandingkan dengan oksigen. Karbon monoksida yang berikatan dengan hemoglobin disebut dengan karboksihemoglobin. Tubuh bereaksi terhadap tingginya karboksihemoglobin dengan menambah jumlah hemoglobin menjadi lebih banyak dengan tujuan untuk meningkatkan kadar oksigen yang diikat oleh hemoglobin. Normalnya hemoglobin hanya akan mengikat oksigen dan membentuk oksihemoglobin, namun pada perokok jumlah karboksihemoglobinnya lebih tinggi dari pada 92 oksihemoglobin (Nestel, 2002). Nordenberg dkk (1990) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perlu ditentukan kadar hemoglobin minimal pada perokok untuk menentukan apakah perokok tersebut anemia atau tidak (Goel, 2010). Kebiasaan merokok merupakan salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat, sehingga perlu pertimbangan ketika menginterpretasikan hasil analisis hematologi darah seperti hemoglobin (Goel, 2010). J. Hubungan Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin Kadar normal hemoglobin pada laki-laki dewasa antara 13-17 g/dL (Estridge dkk, 2000). Kadar hemoglobin ini dapat menurun akibat beberapa faktor, salah satunya adalah keberadaan timbal dalam darah (Yartireh dan Amir, 2013). Hasil analisis menunjukkan nilai T test > 1,96. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin. Arah hubungan kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin menujukkan arah hubungan dengan pola negatif. Artinya jika kadar timbal dalam darah pekerja meningkat maka akan diikuti dengan penurunana kadar hemoglobin, begitupula sebaliknya. Peran kadar timbal dalam darah terhadap penurunan kadar hemoglobin, yaitu sebesar 12%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Al-Hassani (2013) yang menunjukkan kadar timbal dalam darah secara signifikan meningkat pada pekerja yang terpapar timbal di lingkungan kerja. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Oke dkk (2008) yang menunjukan adanya hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan penurunan kadar hemoglobin pada pekerja di percetakan. Timbal yang 93 terdapat di dalam darah menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam pembentukan salah satu bagian terpenting hemoglobin yaitu heme. Pembentukan heme yang terganggu menyebabkan kadar hemoglobin menurun (Lubis dkk, 2013). Sistem hematopoetik sangat peka terhadap efek timbal, yaitu menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam biosintesa heme. Enzim yang terlibat dalam pembentukan heme, enzim ALAD dan ferrochelatase, sangat rentan terhadap efek penghambatan oleh timbal. Inhibisi pada enzim ALAD berhubungan dengan konsentrasi timbal dalam darah. Hampir 50% aktivitas enzim ini dihambat pada kadar timbal dalam darah sebesar 15 µg/dL (Lauwerys dan Perrine, 2001). Inhibisi timbal pada pembentukan heme menghambat reaksi enzimatik terakhir dalam sintetis heme, dimana ferrochelatase mengkatalisis penggabungan besi ferro ke dalam cincin heme. Inhibisi pada ferrochelatase mengakibatkan akumulasi free erythorocyte protopornpyrin (FEP) atau zinc protoporphyrin (ZPP) dan coproporphiryn dalam urine. Selain melalui inhibisi pada sintesis heme, penurunan kadar hemoglobin yang terjadi pada keracunan timbal juga disebabkan adanya destruksi eritrosit yang dapat menyebabkan anemia hemolitik (Lauwerys dan Perrine, 2001). Pada enzim ALAD terdapat bagian yang disebut dengan Polymorphism, bagian ini yang sangat sensitif terhadap keberadaan timbal dalam darah. Terdapat dua jenis ALAD Polymorphism berdasarkan kodominanya, yaitu ALAD-1 dan ALAD-2 (Kelada dkk, 2001). Sekitar 20% ras kaukasian memiliki jenis ALAD yang sangat jarang yaitu ALAD-2. Perbedaan mendasar antara ALAD-1 dan ALAD-2 adalah pada jumlah alel yang 94 dimiliki. Perbedaan alel ini menyebabkan respon yang berbeda pada tubuh terhadap timbal dalam darah. Orang dengan ALAD-2 memiliki kadar timbal dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan ALAD-1 dengan konsentrasi pajanan timbal yang sama (Wetmur, 1994). Oleh karena itu orang dengan ALAD-2 lebih berisiko terhadap penurunan kadar hemoglobin yang dapat menyebabkan anemia. K. Hubungan Simultan antara Usia, Lama Kerja (Tahun), Kebiasaan Merokok dengan Kadar Hemoglobin Melalui Kadar Timbal dalam Darah Hasil uji hubungan simultan antara usia, lama kerja, kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah menujukkan tidak terdapat hubungan simultan. Hasil uji tersebut juga menunjukkan bahwa kadar timbal dalam darah merupakan variabel intervenning yang tidak kuat pada penelitian ini. Peran usia, lama kerja, kebiasaan merokok dan kadar timbal dalam darah terhadap penurunan kadar hemoglobin adalah 47,8%. Hasil kedua uji yang dilakukan terhadap hubungan kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin menunjukkan perbedaan. Pada saat timbal bersama dengan variabel usia, lama kerja dan kebiasaan merokok, menujukkan peningkatan peran dari 12% menjadi 47,8% terhadap penurunan kadar hemoglobin. Peningkatan peran terjadi karena jumlah variabel yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin bertambah. Hasil uji hubungan simultan menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin setelah kadar timbal dalam darah menjadi variabel intervenning. Hasil uji ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Al-Malki (2009) yang menyebutkan tidak terdapat perubahan 95 yang signifikan pada kadar hemoglobin petugas pemadam kebakaran yang terpapar timbal dikarenakan kemungkinan interaksi variabel lain. Pada penelitian ini timbal merupakan polutan yang dapat menimbulkan dampak kesehatan. Timbal termasuk polutan karena tergolong kedalam logam berbahaya yang dalam jumlah sedikit dapat bersifat racun, selain itu timbal juga tidak dapat didegradasi di lingkungan (ATSDR, 2007). Timbal secara alamiah terdapat pada lingkungan alami dalam jumlah kecil, namun aktivitas manusia meningkatkan emisi timbal ke lingkungan (Widowati dkk, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan Kesuma (2004) pada 12 pos polisi lalu lintas di Kota Palembang menunjukkan kadar timbal di udara paling tinggi adalah 0,663 g/m3/24 jam. Timbal di udara tinggi akibat dari emisi kendaraan. Pada penelitian tersebut, pos polisi yang terdapat di daerah dengan kondisi padat kendaraan memiliki kadar timbal di udara yang tinggi dibandingkan dengan daerah yang tidak padat kendaraan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2013) yang menyebutkan terdapat perbedaan kadar timbal di udara pada lingkungan terpajan dan tidak terpajan timbal. Menurut Achmadi (2011) patogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat digambarkan ke dalam suatu model atau paradigma yang disebut dengan paradigma kesehatan lingkungan. Paradigma tersebut menggambarkan hubungan interaksi antara komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit dengan manusia. Paradigma ini dapat digambarkan dalam teori yang disebut dengan teori simpul. Menurut teori simpul kejadian penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara variabel kependudukan 96 (kepadatan, umur, jenis kelamin, pendidikan, genetik dan sebagainya) dan variabel lingkungan. Timbal di udara dapat masuk ke dalam sistem pernapasan manusia. Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia tidak hanya bersumber dari emisi kendaraan, namun juga dapat diakibatkan pajanan dari lingkungan kerja, rokok, makanan dan sebagainya (Harrison dan Laxen, 1981). Saluran pernafasan merupakan jalur pajanan timbal terbesar dengan tingkat absorbsi timbal mencapai 40%. Timbal yang telah masuk kedalam tubuh akan didistribusi ke dalam darah sebesar 95% (Palar, 2004). Oleh karena itu kadar timbal dalam darah dapat menggambarkan kadar timbal dalam tubuh. Pemeriksaan kadar timbal dalam darah merupakan petunjuk langsung jumlah timbal yang masuk ke dalam tubuh, karena timbal dalam darah memiliki waktu tinggal selama 35 hari (Lubis, 2013). Dampak pajanan timbal yang melebihi NAB paling sering terlihat pada sistem hematopoietik. Timbal menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam biosintesa heme. Enzim yang terlibat dalam pembentukan heme, enzim ALAD dan ferrochelatase, sangat rentan terhadap efek penghambatan oleh timbal. Inhibisi pada enzim ALAD berhubungan dengan konsentrasi timbal dalam darah. Hampir 50% aktivitas enzim ini dihambat pada kadar timbal dalam darah sebesar 15 µg/dL (Lauwerys dan Perrine, 2001). Inhibisi timbal pada pembentukan darah menyebabkan turunnya produksi hemoglobin (Harrison dan Laxen, 1981). Lingkungan kerja dengan pajanan timbal dapat mengakibatkan penumpukan timbal dalam tubuh pekerja (Patrick, 2006). Selain itu kebiasaan 97 merokok juga menyebabkan kadar timbal dalam darah meningkat, hal ini dikarenakan rokok mengandung timbal dengan rata-rata konsentrasi sebesar 8,2 mBq dalam setiap batang rokok (Noor, 2010 dalam Prasetya Online, 2011). Pada penelitian ini ditemukan bahwa kebiasaan merokok memiliki hubungan dengan kadar timbal dalam darah dan kadar hemoglobin. Kedua hubungan ini berpola positif, artinya semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi pekerja maka semakin tinggi kadar timbal dalam darah. Begitupula dengan kebiasaan merokok, semakin tinggi konsumsi rokok maka semakin tinggi kadar hemoglobin pekerja. Menurut Lu (2010) konsentrasi timbal dalam tubuh yang tinggi akan menurunkan kadar hemoglobin. Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori tersebut dikarenakan kebiasaan merokok dari pekerja memiliki hubungan yang berpola positif terhadap kadar hemoglobin. Merokok menghasilkan karbon monoksida yang merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan yang mengandung karbon. Karbon monoksida memiliki afinitas 200 kali lipat lebih tinggi terhadap hemoglobin daripada afinitas oksigen terhadap hemoglobin (Carallo dkk, 1998 dalam Asif dkk, 2013). Oleh karena itu, ketika seseorang merokok karbonmonoksida yang dihasilkan akan menggantikan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah dan menghasilkan karboksihemoglobin (COHb). Karboksihemoglobin menyebabkan penurunan pertukaran oksigen dalam sel dan jaringan tubuh (Cronenberge dkk, 2007 dalam Asif dkk, 2013). Konsentrasi COHb yang tinggi akan menurunkan kapasitas pengangkutan oksigen oleh hemoglobin (McDonough, 1999 dalam Milman dan Agnes, 98 2009). Kompensasi terhadap keadaan tubuh yang kekurangan oksigen, tubuh akan meningkatkan produksi hemoglobin agar pengikatan oksigen oleh hemoglobin meningkatkan (Roething dkk, 2010 dalam Asif dkk, 2013). Penelitian Shah dkk (2012) menunjukkan kadar hemoglobin pada responden yang merokok lebih tinggi daripada responden yang tidak merokok. Konsentrasi COHb dalam darah meningkat sebanding dengan jumlah rokok yang dikonsumsi dan asap yang dihirup (Milman dan Agnes, 2009). Beberapa penelitian menunjukkan merokok dapat meningkatkan kadar hemoglobin akibat meningkatnya kadar cotinine. Cotinine merupakan hasil metabolit dari nikotin pada perokok (Benowitz, 1996 dalam Clair dkk, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Clair dkk (2011) Cotinine yang terdapat dalam darah perokok menyebabkan peningkatan kadar HbA1c. Penelitian tersebut menyebutkan hubungan antara merokok dengan kenaikan kadar HbA1c disebabkan oleh nikotin yang terdapat dalam rokok. Penelitian yang dilakukan oleh Higgins dkk (2009) menyebutkan merokok secara tidak langsung dapat mempengaruhi formasi HbA1c. Merokok dapat meningkatkan kemungkinan glukosa memasuki sel darah merah melalui membaran eritrosit yang pada akhirnya meningkatkan kadar HbA1c. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok memiliki hubungan berpola positif dengan kadar hemoglobin. Berbeda dengan hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin yang menunjukkan pola negatif. Kedua variabel ini memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kadar hemoglobin. Oleh karena itu perlu dilakukan 99 penelitian terhadap peran masing-masing variabel untuk mengetahui variabel yang paling mempengaruhi kadar hemoglobin. 100 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan karakteristik individu (usia, lama kerja dan kebiasaan merokok) terhadap kadar timbal dalam darah dan dampaknya pada kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015, dapat disimpulkan bahwa : 1. Rata-rata pekerja memiliki kadar hemoglobin rendah (12.34 gr/dL). 2. Rata-rata pekerja memiliki kadar timbal dalam darah rendah (2.05 µg/dL). 3. Gambaran karakteristik individu : a. Rata-rata pekerja termasuk dalam usia dewasa (29.98 tahun) b. Rata-rata pekerja telah bekerja di bagian cetak selama 4 tahun c. Rata-rata pekerja merokok sebanyak tujuh batang/hari 4. Hubungan Langsung a. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan kadar timbal dalam darah pada pekerja (T test =1). b. Terdapat hubungan antara lama kerja (tahun) dengan kadar timbal dalam darah pada pekerja (T test =19,6) dengan arah hubungan positif, yaitu semakin lama masa kerja maka semakin tinggi kadar timbal dalam darah pekerja. 101 c. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar timbal dalam darah pada pekerja (T test =2,07) dengan arah hubungan positif, yaitu semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi dalam sehari maka semakin tinggi kadar timbal dalam darah. d. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan kadar hemoglobin pekerja (T test =1,51). e. Tidak terdapat hubungan antara lama kerja dengan kadar hemoglobin pekerja (T tes t=1,3). f. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin (T test =3,84) dengan arah hubungan positif, yaitu semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi dalam sehari maka semakin tinggi kadar hemoglobin. g. Terdapat hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin (T test =3,1) dengan arah hubungan negatif, yaitu semakin tinggi kadar timbal dalam darah seseorang maka semakin rendah kadar hemoglobin orang tersebut. 5. Hubungan Tidak Langsung a. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah (T test =0,4). b. Tidak terdapat hubungan antara lama kerja dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah (T test =0,6). c. Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah (T test =0,5). 102 6. Tidak terdapat hubungan antara usia, lama kerja dan kebiasaan merokok melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin (T test=0,62). B. Saran 1. Bagi Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat a. Menetapkan jam kerja sesuai dengan undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Dalam peraturan ini menetapkan jam kerja untuk karyawan yang bekerja selama 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari atau 40 jam dalam seminggu. b. Menyediakan APD seperti masker, sarung tangan dan baju kerja untuk mengurangi pajanan timbal di udara. c. Menggunakan tinta yang ramah lingkungan sehingga pajanan timbal dari lingkungan kerja dapat dikurangi 2. Bagi Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat a. Hendaknya gunakan APD seperti masker, sarung tangan dan baju kerja selama bekerja, tidak hanya ketika bekerja dengan bahan kimia yang berbau menyengat. Hal ini dilakukan karena timbal yang digunakan pada percetakan merupakan timbal yang bercampur dengan solvent atau pelarut yang mudah menguap pad suhu kamar. b. Hendaknya menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan setelah bekerja, memotong kuku dan membedakan pakaian kerja dengan pakaian ketika sedang tidak bekerja. Hal ini dilakukan karena timbal tidak hanya masuk melalui udara, namun juga dapat masuk melalui pencernaan atau termakan 103 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya melakukan pengukuran kadar timbal di lingkungan kerja untuk menggambarkan pajanan timbal dalam tubuh pekerja. b. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya melakukan pengukuran terhadap konsumsi zat besi ataupun zat gizi lainnya yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobi, karena pada penelitian ini konsumsi zat besi tidak dijadikan variable penelitian. c. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya mengkaji lebih dalam tentang hubungan kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin, karena pada penelitian ini ditemukan hubungan positif antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya d. Hendaknya dilakukan pengukuran kadar timbal di lingkungan kerja untuk menggambarkan pajanan timbal dalam tubuh pekerja. e. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran terhadap konsumsi zat besi. Kekurangan hemoglobin tidak hanya disebabkan karena timbal dalam darah namun juga konsumsi zat besi yang kurang. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya hendaknya dilakukan pengukuran terhadap konsumsi zat besi ataupun zat gizi lainnya yang mempengaruhi kadar hemoglobin. f. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok dan kadar timbal dalam darah menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap kadar hemoglobin. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap 104 peran masing-masing variabel untuk mengetahui variabel yang paling mempengaruhi kadar hemoglobin. 105 DAFTAR PUSTAKA Agency for Toxic Subtances and Disease Registry (ATSDR). 1999. Lead. Toronto: US Department of Health and Human Serivices. http://www.atsdr.cdc.gov/toxfaqs/TF.asp?id=331&tid=58 diakses pada 14 juli 2015. Agency for Toxic Subtances and Disease Registry (ATSDR). 2007. Public Health Statement: Lead. Toronto: US Department of Health and Human Serivices. http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp.asp?id=96&tid=22 Agency for Toxic Subtances and Disease Registry (ATSDR). 2007. Lead Toxicity. Toronto: US Department of Health and Human Serivices. http://www.atsdr.cdc.gov/csem/csem.asp?csem=7&po=8 diakses pada 14 juli 2015. Agency for Toxic Subtances and Disease Registry (ATSDR). 2011. Antimony. Toronto: US Department of Health and Human Serivices. www.atsdr.cdc.gov/substances/index.asp diakses pada 14 juli 2015. Achmadi, Umar Fahmi. 2011. Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta: Rajawali Pres. Al-Malki, Abdulrahman L. 2009. Serum Heavy Metals and Hemoglobin Related Compounds in Saudi Arabia Firefighters. Journal of Occupational Medicine and Toxicology 2009, 4:18 halaman 1-6. 106 American Cancer Society (ACS). 2014. Lead. http://www.cancer.org/cancer/cancercauses/othercarcinogens/athome/lead diakkses pada 25 Desember 2014. Asif, Muhammad dkk. 2013. Effect Of Cigarette Smoking Based On Hematological Parameters: Comparison Between Male Smokers And Nonsmokers. Turkish Journal of Biochemistry 2013; 38 (1);75–80. Al-Hassani, Ansam Naji. 2013. Survey Study of Lead Exposure Among Lead Workers in Erbil. Iraq J Pharm Vol. 13 No. 1 Hal. 51-57. Ardyanto, Denny. 2005. Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) Dalam Darah Masyarakat Yang Terpajan Timbal (Plumbum). Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No.68 1, Juli 2005 : 67 – 76. California Department of Public Health (CDPH), Occupational Lead Poisoning Prevention Program (OLPPP). 2009. Medical Guidelines for the LeadExposed Worker. www.cdph.ca.gov/programs/olppp/Documents/medgdln.pdf diakses pada 26 November 2014. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2011. NIOSH Safety and Health Topic: Adult Blood Lead Epidemiology and Surveillance (ABLES). www.cdc.gov/niosh/topics/ABLES/ables-description.html diakses pada 26 November 2014. Centers for Disease Control and Prevention Biomonitoring (CDC). 2011. National Program http://www.cdc.gov/biomonitoring/Lead_BiomonitoringSummary.html CDC 2013 diakses pada 26 November 2014. 107 Centers for Disease Control and Prevention Contaminated Soil (CDC). 2014. Impact of Lead- on Public Health http://wonder.cdc.gov/wonder/prevguid/p0000015/p0000015.asp#head00800 0000000000 diakses pada 26 November 2014. Centers for Disease Control and Prevention Environmental Medicine: (CDC). 2014. Case Studies in Lead Toxicity http://wonder.cdc.gov/wonder/prevguid/p0000017/p0000017.asp 1992 diakses pada 26 November 2014. NIOSH. 2011. Pocket Guide to Chemical Hazard-Lead. http://www.cdc.gov/niosh/npg/npgd0368.html diakses pada 18 juli 2015. Clair, Carole dkk. 2011. Relationships of Cotinine and Self-Reported Cigarette Smoking With Hemoglobin A1c in the U.S. Diabetes Care, Volume 34, hal 2250-2255 Oktober 2011. Devi, Nirmala. 2010. Nutrition and Food Gizi Untuk Keluarga. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. https://books.google.co.id/books?id=ou1eOU4oJKUC&pg=PA5&dq=gizi&hl =en&sa=X&ei=2SfMVIWaKMm8AWhyIGACg&redir_esc=y#v=onepage&q=gizi&f=false Environmental Protection Agency (EPA). 2014. Health Effect of Lead. http://www2.epa.gov/lead/learn-about-lead#effects diakses pada 16 Desember 2014 Environmental Protection Agency (EPA). 2014. Fact Sheet Proposed Decision National Ambient Air Quality 108 Standards For Lead. http://www.epa.gov/airquality/lead/pdfs/20141219fs.pdf diakses pada 16 Desember 2014 Estridge, Barbara H dkk. 2000. Basic Medical Laboratory Techniques (4th ed). Amerika : Thomson Learning. https://books.google.co.id/books?id=qMgAbOHSlsMC&printsec=frontcover #v=onepage&q&f=false Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius. Garn, Stanley M dkk. 1981. Suggested Sex and Age Appropriate Values for “Low” and “Deficient” Hemoglobin Levels1-4. The American Journal of Clinical Nutrition 34 pp 1648-1651. Gusnita, Dessy. 2012. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di Udara dan Upaya Penghapusan Bensin Bertimbal. Peneliti Bidang Komposisi Atmosfer, LAPAN Berita Dirgantara Vol. 13 No. 3 September 2012:95-101. Goel, Ashish dkk. 2010. Study Of Relationship Of Tobacco Smoking With Haemoglobin Concentration In Healthy Adults. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Sciences Vol. 01, Issue 01 halam 1-3. Handayani, wiwik, dan Andi Sulistyo Hariwibowo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguaan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. http://books.google.co.id/books?id=PwLdwyMH9K4C&printsec=frontcover# v=onepage&q&f=false Harrison, R.M dan D.P.H. Laxen. 1981. Lead Pollution Causes and Control. Cambride: University Press. 109 Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dn Diet Rumah Sakit (2nd Ed). Jakarta : EGC. https://books.google.co.id/books?id=7MPTur8qDZgC&printsec=frontcover# v=onepage&q&f=false Hasan, Wirsal. dkk. 2013. Pengaruh Jenis Kelamin dan Kebiasaan Merokok terhadap Kadar Timbal Darah. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 4, November 2013. Hazelwood, Loren F. 2001 Can’t Live Without It : The Story of Hemoglobin in Sickness and in Health. New York : NOVA. https://books.google.co.id/books?id=Sunpq5MN0y0C&printsec=frontcover# v=onepage&q&f=false Health and Safety Executive (HSE). 2015. Exposure to Lead in Great Britain 2015. http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACQ927.pdf diakses pada 06 Mei 2015 pukul 18.53. Hegazy, Amal A. dkk. 2010. Relation Between Anemia and Blood Levels of Lead, Copper, Zinc and Iron Among Children. BioMed Central Research Notes. 2010; 3: 133. Hemocue. 2013. Product Review. http://www.hemocue.com/~/media/hemocueimages/hemocuedotcom-images/product-images/hb/pdf-folders-etc/hb-201dm-system.pdf?la=en diakses adaa 15 juli 2015. Higgins, Trefor dkk. 2009. Influence of Variables on Hemoglobin A1c Values and Nonheterogeneity of Hemoglobin A1c Reference Ranges. J Diabetes Sci Technol. 2009 Jul; 3(4): 644–648. Hurlock, Elizabeth. 2001. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. 110 Jain, Nitin. dkk. 2005. Relation between Blood Lead Levels and Childhood Anemia in India. American Journal of Epidemiology. Vol. 161, No. 10. Joko, Suyono. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja (World Health Organization). Editor : Caroline Wijaya. Jakarta: EGC: Penerbit Buku Kedokteran. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kelada, Samir N dkk. 2001. Human Genome Epidemiology (HuGE) Reviews δAminolevulinic Acid Dehydratase Genotype and Lead Toxicity: A HuGE Review. American Journal of Epidemiology Volume 154 Number 1 July 1, 2001. Kesuma, Nirmala. 2004. Pengaruh Konsentrasi Pb di Udara Ambien Terhadap Kadar Pb Darah dengan Kejadian Anemia pada Polisi Lalu Lintas di Kota Palembang 2004. Tesis untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Semarang. Khan, Salim dkk. 2014. Smoking-Related Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Diversity and Equality in Health and Care 2014;11:267–7. Latan, Hengky dan Imam Ghozali. 2012. Partial Least Square Konsep, Teknik dan Aplikasi SmartPLS 2.0 M3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Lauwerys, Robert R dan Perrine Hoet. 2001. Industrial Chemical Exposure Guidelines for Biological Monitoring 3rd Ed. Amerika: CRC Press LLC. Lu. Frank, C. 2010.Toksikologi Dasar. Edisi 2. Jakarta: UI Press. 111 Lubis, Bidasari dkk. 2013. Hubungan Keracunan Timbal dengan Anemia Defisiensi Besi pada Anak. Cermin Dunia Kedokteran-200/ vol. 40 no. 1, th. 2013 hal. 17-21. Lobato, Emilio B. dkk. 2008. Complications in Anesthesiology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. https://books.google.co.id/books?id=S0usnJnJKjUC&printsec=frontcover#v= onepage&q&f=false McGranahan, Gordon dan Frank Murray. 2003. Air Pollution & Health in rapidly developing countries. London: Earthscan Publication. Mifbakhuddin. 2007. Hubungan Kadar Pb dalam Darah dengan Profil Darah pada Petugas Operator Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di Kota Semarang Timur. Vol 4 No 2 Tahun 2007. Mifbakhuddin, dkk. 2010. Hubungan Antara Pajanan Gas Buang Kendaraan (Pb) dengan Kadar Hemoglobin dan Eritrosit Berdasarkan Lama Kerja pada Petugas Operator Wanita SPBU di Wilayah Semarang Selatan. Jurnal Keehatan Masyarakat Indonesia Vol. 6 No. 2 Tahun 2010. Milman, Nils dan Agnes N. Pedersen. 2009. Blood Haemoglobin Concentrations Are Higher In Smokers And Heavy Alcohol Consumers Than In Non-Smokers And Abstainers—Should We Adjust The Reference Range?. Ann Hematol (2009) 88:687–694 hal 687-694. Muchnick, Bruce G. 2008. Clinical medicine in optometric practice (2nd ed.). St. Louis Mo.: Mosby/Elsevier. https://books.google.co.id/books?id=r8fpamEhA2wC&printsec=frontcover#v =onepage&q&f=false 112 Nelson, D. L., and Cox, M. M., The Three Dimensional Structureof Proteins. Lehninger Principles of Biochemistry (4th Ed.), W.H.Freeman & Co, New York, 2005. http://www.irb.hr/users/precali/Znanost.o.Moru/Biokemija/Literatura/Lehnin ger%20Principles%20of%20Biochemistry,%20Fourth%20Edition%20%20David%20L.%20Nelson,%20Michael%20M.%20Cox.pdf Nestel, Penelope. 2002. Adjusting Hemoglobin Values in Program Surveys. http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACQ927.pdf diakses pada 06 Mei 2015 pukul 18.53. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) Standard 1910.1025. Lead, Toxic and Hazardous Substances https://www.osha.gov/pls/oshaweb/owadisp.show_document?p_table=standar ds&p_id=10030 diakses pada 03 Mei 2015 pukul 20:33. Oke, S.A. dkk. 2008. Occupational Lead Exposure in Printing Presses: An Analytical Approach. The Pacific Journal of Science and Technology. Volume 9. Number 1. May-June 2008. Palar, Heryando. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta. Patrick, Lyn. 2006. Lead Toxicity, A Review of the Literature. Alternative Medicine Review Volume 11, Number 1 2006 Patel, Kushang V. 2008. Variability and Heritability of Hemoglobin Concentration : An Opportunity to Improve Understanding of Anemia in Older Adults. haematologica | 2008; 93 (9) halaman 1281-1283. 113 Patty, Frank Arthur. 1897. Patty’s Industrial Hygiene and Toxicology 3rd Ed. New York: A Willey Interscience Publications. Photo Marketing Association International (PMAI). 2003. Fact Sheet : Solventbased Ink and HSE Digital Ancaster. Imaging. https://www.pmai.org/WorkArea/DownloadAsset.aspx?id=5092 diakses pada 18 Januari 2015 pukul 18.53. Prasetya Online. 2011. Penelitian Dr. Johan Noor: Mengukur Konsentrasi Polonium dan Timbal Pada Tembakau. http://prasetya.ub.ac.id/berita/Penelitian-Dr-Johan-Noor-MengukurKonsentrasi-Polonium-dan-Timbal-Pada-Tembakau-2402-id.html diakses pada 06 Mei 2015 pukul 18.53. Ratnasari, Lisa. 2011. Pemetaan Percetakan dengan Menggunakan Analisis Klaster untuk Pengembangan Strategi Industri. Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister. Depok: Teknik Fakultas Teknik Program Pascasarjana Teknik Universitas Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Riset Kesehatan Dasar : RISKESDAS 2013. http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas 2013.PDF diakses pada 18 Januari 2015 pukul 18.53. Rizkiawati, Aulia. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Hemoblobin (Hb) dalam Darah pada Tukang Becak di Pasar Mranggen Demak. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 663 – 669. 114 Sacher, Ronald. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. http://books.google.co.id/books/about/Tinjauan_Klinis_Hasil_Pemeriksaan_L abora.html?id=XTQ7NuDtzEEC&redir_esc=y Saito, Hiroyuki dkk. 2006. Relationship between Blood Lead Level and Work Related Factors Using the NIIH Questionnaire System. Industrial Health 2006, 44, 619–628. Schmitz, Gery, dkk. 2003. Farmakologi dan Toksikologi 3rd Ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktern EGC. Shah, dkk. 2012. The Effects of Cigarette Smoking on Hemoglobin Levels Compared Between Smokers and Non Smokers. Sunsari Technical College Journal, Volume 1, Issue 1, hal 42-44, October 2012. Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. http://books.google.com/books?id=F13RgtrhNc8C&pg=PA222&dq=anemia+ adalah&hl=en&sa=X&ei=0fV7VLmMIZHjuQSVh4CADQ&ved=0CB0Q6A EwAA. diakses pada 26 November 2014. Janssens, dkk. 1999. Physiological Changes in Respiratory Function Associated with Ageing. European Respiratory Journal Vol. 13 h. 197-205. Boss, Gerry R dan Edwin Seegmiller. 1981. Age-Related Physiological Changes and Their Clinical Significance. The Western Journal of Medicine Vol. 135(6): h. 434–440. 115 Suhendro, dkk. 2007.Kandungan Timbal Dalam Darah Dan Dampak Kesehatan Pada Pengemudi Bus Kota Ac Dan Non Ac Di Kota Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.3, No.2, Januari 2007: 127 – 136. Suriyaprom, Kanjana. dkk. Effects Of Tobacco Smoking On Alpha-2Macroglobulin And Some Biochemical Parameters In Thai Males. Southeast Asian J Trop Med Public Health Vol 38 No. 5 September 2007. Tamashiro, Edwin dkk. 2009. Effects of Cigarette Smoking on The Respiratory Epithelium and Its Role in The Pathogenesis of Chronic Rhinosinusitis. Braz J Otorhinolaryngol. 2009;75(6):903-7. Tjahjandi, Andang. 2007. Timbal (Pb) di Udara Ambien dan Hubungannya dengan Timbal (Pb) dalam Darah serta Kejadian Anemia pada Pegawai UPTD Terminal Dinas Perhubungan Kota Sukabumi. Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Tong, Shilu. Dkk. 2000. Environmental lead exposure: a public health problem of global dimensions. Bulletin of the World Health Organization, 2000, 78(9):1068-1077. Turgut, S. 2009. Relations between Iron Deficiency Anemia and Serum Levels of Copper, Zinc, Cadmium and Lead. Polish J. of Environ. Stud. Vol. 18 No. 2, 273-277. United Nation Environment Programme (UNEP). 2014. Health aspects : lead exposure and human 116 health. http://www.chem.unep.ch/pops/pdf/lead/leadexp.pdf diakses pada 26 November 2014. Wardani, Ira. 2013. Analisis Hubungan Konsentrasi Pajanan Timbal Di Udara Ambien Terhadap Risiko Kejadian Anemia Pada Komunitas Di Kawasan Puspitek, Serpong Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat ProgramStudi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Depok: Universitas Indonesia. Wetmur, James G. 1994. Influence of the Common Human 6-Ami nolevu inate Dehyd ratase Polymorphism on Lead Body Burden. Environmental Health Perspectives Volume 102, Supplement 3, September 1994. Widowati, Wahyu, dkk. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: ANDI. World Health Organization (WHO). 1977. Environmental Health Criteria 3. Lead. Geneva. http://www.inchem.org/documents/ehc/ehc/ehc003.htm diakses pada 16 Desember 2014 pukul 04.30. World Health Organization (WHO). 2004. Assessing the iron status of populations : 2nd Geneva. ed. http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/75368/1/9789241596107_eng.pdf?ua =1&ua=1 diakses pada 18 Januari 2015 pukul 17.36. World Health Organization (WHO). 2008. Worldwide Prevalence Of Anaemia 1993–2005: WHO Global Database On Anaemia http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/9789241596657_eng.pdf diakses pada 18 Januari 2015 pukul 18.53. 117 World Health Organization (WHO). 2015. Anemia. http://www.who.int/topics/anaemia/en/ diakses pada 18 Januari 2015 pukul 17.36. Yartireh, Haji-Ali dan Amir-Hossein Hashemian. 2013. The Effect of Occupational Exposure to Lead on Blood Hemoglobin Concentration in Workers of Kermanshah Oil Refinery. Iranian Journal of Toxicology Volume 6, No 19, Winter 2013. 118 LAMPIRAN 119 Lampiran 1 LEMBAR INFORMASI PENELITIAN Hubungan Karakteristik Individu terhadap Kadar Timbal Dalam Darah dan Dampaknya pada Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015 Nomor kuesioner : Tanggal Wawancara : Nama pewawancara : Saudara, perkenalkan nama saya Betti Ronayan Adiwijayanti. Saya mahasiswa Peminatan Kesehatan lingkungan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini saya sedang melakukan pengumpulan data tentang “Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Kadar Timbal dalam Darah dan Dampaknya Pada Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015”. Penelitian ini dilaksanakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Kuliah (Skripsi). Tujuan dari penelitian ini untuk melihat hubungan antara usia, lama kerja dan kebiasaan merokok terhadap kadar timbal dalam darah serta dampaknya pada kadar hemoglobin pekerja. Untuk mendukung keperluan data penelitian anda akan mendapatkan dua perlakuan, yaitu : 1. Mengisi lembar wawancara karakteristik responden. Diharapkan agar anda sebagai responden dari penelitian ini dapat mengisi lembar wawancara tersebut dengan jujur. Lembar wawancara ini tidak bersifat wajib, namun jika anda bersedia saya wawancarai maka anda wajib menjawab seluruh pertanyaan yang ada dan melanjutkan ke perlakuan ke dua dan tiga. 2. Anda akan menjalani pengambilan darah vena sebanyak 3 ml dan darah kapiler sebanyak 5 tetes untuk pemeriksaan kadar timbal dalam darah dan kadar hemoglobin. Manfaat yang diperoleh adalah anda akan mengetahui kadar timbal dan kadar hemoglobin dalam darah anda. Risiko yang mungkin timbul adalah saat pengambilan darah akan sedikit terasa nyeri. Oleh karena itu pada saat pengambilan darah dilakukan oleh orang yang berpengalaman di bidangnya yaitu perawat. Dalam pengambilan sampel darah ini peneliti juga menggunakan alat suntik yang steril, baru dan menggunakan antiseptik yang baik. Segala biaya dalam penelitian ini ditanggung oleh peneliti. Pekerja yang bersedia menjadi responden dapat melihat hasil pemeriksaan kadar timbal dalam darah dan hemoglobin dengan menghubungi peneliti Betti (089653839056). Dengan demikian apabila anda bersedia untuk menjadi responden penelitian ini, maka diharapkan untuk menandatangani Surat Pernyataan Persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian (Informed Concent). Atas perhatian dan kerjasama anda saya ucapkan terima kasih. Hormat kami, Peneliti 120 Lampiran 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Usia : Alamat : No. HP : Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang manfaat dan risiko yang mungkin muncul dalam penelitian ini, maka saya setuju ikut serta dalam penelitian yang berjudul: “HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP KADAR TIMBAL DALAM DARAH DAN DAMPAKNYA PADA KADAR HEMOGLOBIN PEKERJA PERCETAKAN DI KAWASAN MEGAMALL CIPUTAT TAHUN 2015” Demikian surat pernyataan setuju ikut serta dalam penelitian ini saya buat agar dapat digunakan seperlunya. Jakarta, ...................................2015 (.....................................................) 121 Lampiran 3 LEMBAR WAWANCARA No Identitas Responden 1 Nama 2 Usia 3 Alamat Jawaban ....................tahun Daftar Pertanyaan 4 Jawaban Apakah anda sering mengalami gejala Ya Tidak di bawah ini dalam 1 tahun terakhir? a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah b. Nafsu makan berkurang c. Wajah pucat d. Mata berkunang-kunang e. Sakit kepala, pusing 5 Sudah berapa lama anda bekerja di .....................tahun bagian cetak? 6 Berapa jam anda bekerja dalam .................jam/hari sehari? 7 Apakah anda merokok dalama 1 tahun 1. Ya (berapa batang/hari....) terakhir? 2. Tidak Lembar Observasi Konsentrasi 8 Kadar Hemoglobin (Hb) ....................gr/dL 9 Kadar Timbal (Pb) ...................µg/dL 122 Lampiran 4 Hasil Uji Laboratorium Kesehatan Lingkungan No. Sampel Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel 6 Sampel 7 Sampel 8 Sampel 9 Sampel 10 Sampel 11 Sampel 12 Sampel 13 Sampel 14 Sampel 15 Sampel 16 Sampel 17 Sampel 18 Sampel 19 Sampel 20 Sampel 21 Sampel 22 Sampel 23 Sampel 24 Sampel 25 Sampel 26 Sampel 27 Sampel 28 Sampel 29 Sampel 30 Sampel 31 Sampel 32 Sampel 33 Sampel 34 Sampel 35 Sampel 36 Sampel 37 Sampel 38 Sampel 39 Sampel 40 Kadar Timbal dalam Darah 5.498721 3.069054 2.429668 2.429668 3.324808 2.046036 1.662404 1.534527 2.30179 1.023018 0.767263 4.603581 0.895141 2.685422 0.895141 2.5575 1.150895 3.452685 1.023018 2.173913 1.150895 2.429668 1.918159 1.150895 0.767263 1.918159 0.767263 3.452685 1.150895 4.219949 1.150895 0.767263 0.511509 3.324808 0.767263 2.941176 0.639386 4.475703 2.173913 0.767263 123 Lampiran 5 Output SPSS Descriptives Statistic USIA Std. Error Mean 29.98 95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound 26.34 5% Trimmed Mean 29.22 Median 26.50 Variance 1.796 33.61 129.051 Std. Deviation 11.360 Minimum 17 Maximum 59 Range 42 Interquartile Range 16 Skewness Kurtosis LAMA_KERJA_ Mean TAHUN 95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound 1.014 .374 .015 .733 3.9750 .40270 3.1605 4.7895 5% Trimmed Mean 3.8333 Median 3.5000 Variance 6.487 Std. Deviation 2.54687 Minimum 1.00 Maximum 10.00 Range 9.00 Interquartile Range 3.75 Skewness .637 .374 -.599 .733 7.02 .558 Kurtosis KEBIASAAN_M Mean EROKOK 95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound 5.90 8.15 5% Trimmed Mean 7.14 Median 6.00 Variance 12.435 Std. Deviation 3.526 124 Minimum 0 Maximum 12 Range 12 Interquartile Range 6 Skewness -.140 Kurtosis KADAR_HB -.650 .733 Mean 12.3425 .24192 95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound 11.8532 5% Trimmed Mean 12.2972 Median 12.3000 Variance 12.8318 2.341 Std. Deviation 1.53002 Minimum 10.00 Maximum 15.90 Range 5.90 Interquartile Range 2.00 Skewness Kurtosis KADAR_PB .374 .262 .374 -.631 .733 Mean 2.04923158E0 .200498935 95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound 1.64368420E0 5% Trimmed Mean 1.96433517E0 Median 1.91815900E0 Variance 2.45477895E0 1.608 Std. Deviation 1.268066604E0 Minimum .511509 Maximum 5.498721E0 Range 4.987212E0 Interquartile Range 1.950127E0 Skewness .875 .374 Kurtosis .120 .733 125 Lampiran 6 Output SmartPLS 126 Lampiran 7 Alat dan Bahan Atomic Absorbtion Spuit Spectophotometer (AAS) Torniquet Alcohol Swab 70% Coolbox Hemmocue analyser Lancet device Hb Blood Tube EDTA 3 ml 201+ Hemmocue Hb 201+ Baterai kering 1,5 volt microcuvette Lancet 127 Sensi gloves Hot Plate dan Stirer Gelas Piala 50 ml Labu ukur 1000 ml, 100 ml dan 50 ml Pipet mohr Bulb Kaca Arloji 128 Lampiran 8 Pengambilan dan Analisis Sampel darah Pengambilan darah vena sampel Pengambilan sampel darah Sampel darah vena kapiler 0,2 ml sampel darah vena Sampel darah diambil dimasukkan ke gelas piala vena Larutan Triton x-HCL dalam mencampurkan Larutan dimaskukkan 15 ml Larutan Triton x- Proses HCL dicampurkan larutan dengan hot plate ke dalam labu ukur dan stirrer dengan sampel darah Larutan Triton x-HCL Memberi tanda batas pada Sampel darah setelah di untuk tanda batas larutan destruksi 129 Sampel AAS darah dalam AAS Analisis kadar timbal dengan menggunakan metode GFAAS 130