hubungan karakteristik individu terhadap kadar timbal dalam darah

advertisement
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU
TERHADAP KADAR TIMBAL DALAM DARAH DAN
DAMPAKNYA PADA KADAR HEMOGLOBIN
PEKERJA PERCETAKAN DI KAWASAN
MEGAMALL CIPUTAT TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM)
Oleh :
BETTI RONAYAN ADIWIJAYANTI
1111101000108
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Juni 2015
Betti Ronayan Adiwijayanti, NIM : 1111101000108
Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Kadar Timbal dalam Darah
dan Dampaknya pada Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan di Kawasan
Megamall Ciputat Tahun 2015
(VII + 107 halaman, 12 tabel, 6 gambar, 7 lampiran)
ABSTRAK
Industri percetakan menggunakan timbal sebagai pewarna yang dikelola
dengan cara memaparkan langsung pada pekerja. Pajanan timbal dapat
menyebabkan penurunan kadar hemoglobin. Hasil studi pendahuluan
menunjukkan 80% kadar hemoglobin pekerja di bawah normal. Tujuan penelitian
untuk mengetahui hubungan karakteristik individu (usia, lama kerja dan kebiasaan
merokok) terhadap kadar timbal dalam darah dan dampaknya pada kadar
hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi dengan desain cross sectional
study. Analisis data yang digunakan adalah Partial Least Square. Penelitian
dilakukan sejak bulan Maret-Mei 2015 di Kawasan Megamall Ciputat pada
pekerja percetakan sebanyak 40 orang.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin pekerja rendah
(12,34±1,53 gr/dl) dan rata-rata kadar timbal dalam darah pekerja rendah
(2,05±1,27 g/dl). Hasil uji hubungan langsung menunjukkan variabel yang
berhubungan dengan kadar timbal dalam darah adalah lama kerja (T test = 19,6)
dan kebiasaan merokok (T test = 2,07). Sedangkan variabel yang berhubungan
dengan kadar hemoglobin adalah kebiasaan merokok (T test = 3,84). Hasil uji
hubungan tidak langsung menunjukkan tidak terdapat hubungan antara masingmasing variabel karakteristik individu dengan kadar hemoglobin melalui kadar
timbal dalam darah (usia (T test = 0,4), lama kerja (T test = 0,6) dan kebiasaan
merokok (T test = 0,5)). Hasil uji hubungan simultan menunjukkan tidak terdapat
hubungan simultan antara usia, lama kerja dan kebiasaan merokok dengan kadar
hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah (T test = 0,62).
Pada penelitian ini diketahui rata-rata pekerja bekerja lebih dari tujuh
jam/hari yaitu 11 jam/hari. Hal ini dapat meningkatkan jumlah pajanan timbal dari
lingkungan kerja. Untuk menanggulangi masalah ini perlu dilakukan penetapan
jam kerja sesuai dengan undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan. Selain itu setiap percetakan hendaknya menyediakan APD dan
mewajibkan pekerja untuk menggunakannya. Pengaturan jam kerja dan
penggunaan APD dapat mengurangi pajanan timbal dari lingkungan kerja.
Daftar bacaan : 77 (1897-2015)
Kata kunci : Kadar hemoglobin, Kadar timbal dalam darah, Percetakan
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FACULTYOF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
Undergraduate Thesis, June 2015
Betti Ronayan Adiwijayanti, NIM : 1111101000108
Relationship of The Individual Characteristics to The Blood Lead Levels and Its
Effect on Hemoglobin Levels of Printing Workers in Ciputat Megamall Region
2015
(VII + 107 pages, 12 tables, 6 charts, 7 attachment)
ABSTRACT
Printing industry using lead as a dye which is managed by exposing
directly to the worker. Exposure to lead can cause a decrease in hemoglobin
levels. The result of preliminary study showed that 80% of workers hemoglobin
levels below normal. The aim of research to determine the relationships of the
individual characteristics (age, length of employment and smoking habits) to the
blood lead levels and its effect on hemoglobin levels of printing workers in
Ciputat Megamall Region in 2015. This study is an epidemiological crosssectional study design. This study used Partial Least Square as data analysis
approach. The study conducted from March to May 2015 in Ciputat Megamall
Region with 40 printing workers.
The results showed that the average of workers hemoglobin levels below
normal (12.34±1.53 g/dl), and the average of workers blood lead level is below
the standard (2.05±1.27 g/dl). The test results of direct relationships showed
variables associated with blood lead levels is the length of work (T test = 19.6)
and smoking habits (T test = 2.07). While the variables associated with
hemoglobin levels are smoking habits (T test = 3.84). The test results of indirect
relationship showed no association between each individual characteristics
variable with hemoglobin levels through blood lead levels (ages (T test = 0.4),
duration of action (T test = 0.6) and smoking (T test = 0.5)). The test results
showed no simultaneous relationship between age, length of employment and
smoking habits with hemoglobin levels through blood lead levels (T test = 0.62).
In this study has been known that most workers work 11hours/day or more
than seven hours/day. This condition could increase the amount of lead exposure
from the working environment. Determination of work hours needs to be fit in
with Statute No. 13 of 2003 on manpower to overcome this problem. In addition,
every printing should provide PPE and make it compulsory for employees to use
it. Setting of work hours and the use of PPE can reduce lead exposure from the
working environment.
Reference : 77 (1897-2015)
Keyword : hemoglobin level, blood lead level, printing.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu”
Alhamdulillahirobbil alamin, puji sukur penulis ucapkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang berlimpah,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Hubungan
Karakteristik Individu terhadap Kadar Timbal dalam Darah dan Dampaknya
pada Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat
Tahun 2015”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW,
semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukan hanya karena usaha penulis
semata, namun banyak pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulisjuga ingin mengucapkan rasa
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat.
3. Ibu Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph.D sebagai pembimbing I yang telah
banyak memberikan masukan dan saran perbaikan terhadap skripsi ini.
4. Ibu Minsarnawati, S.KM, M.Kes sebagai pembimbing II yang telah
banyak memberikan masukan dan saran perbaikan terhadap skripsi ini.
5. Para dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen-dosen
Peminatan Kesehatan Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
i
6. Bapak Sukadi, Ibu Winarsih serta adikku tersayang Denda Mayora yang
selalu memberikan dukungan, nasehat serta doa yang selalu dipanjatkan
demi kelancaran penyusunan skripsi ini.
7. Mas Tri Nurdianto yang selalu memberi dukungan dan nasehat selama
penyusunan skripsi ini.
8. Jamaah kesling 2011 (Fiya, Niken, Onoy, Pewe, Ayu, Efri, Lifi, Feella,
Manyun, Dadut, Jebol, Ika, Ila, Anan, Rahmatika, Sajeng, Awal, Eka,
Chandra, Ois, Inu, Almen dan Hari)
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca.
“Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu”
Jakarta, Juni 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A.
Latar Belakang ............................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ........................................................................ 7
C.
Pertanyaan Penelitian ................................................................... 8
D.
Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
E.
F.
1.
Tujuan Umum ................................................................... 10
2.
Tujuan Khusus .................................................................. 10
Manfaat Penelitian ........................................................................ 11
1.
Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ............... 11
2.
Bagi Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat .............. 11
3.
Bagi Peneliti ..................................................................... 11
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 13
A.
Timbal (Pb) .................................................................................. 13
1.
Definisi dan Karakteristik Timbal (Pb) ............................ 13
2.
Sumber Timbal ( Pb) ........................................................ 14
3.
Manfaat Timbal (Pb) ........................................................ 16
4.
Pajanan Timbal (Pb) ......................................................... 17
5.
Metabolisme Timbal (Pb) ................................................. 20
6.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Timbal (Pb)
dalam Darah ...................................................................... 22
B.
7.
Dampak Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan ...................... 26
8.
Pencegahan Terhadap Pajanan Timbal (Pb) ..................... 30
Hemoglobin .................................................................................. 31
1.
Definisi Hemoglobin (Hb)................................................. 32
2.
Kadar Hemoglobin (Hb) .................................................... 32
3.
Atruktur Hemoglobin (Hb) ................................................ 33
iii
4.
Pembentukan Hemoglobin (Hb) ........................................ 34
5.
Fungsi Hemoglobin (Hb)................................................... 36
6.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin .... 36
7.
Dampak Kekurangan Hemoglobin (Hb) ........................... 41
C.
Timbal (Pb) dan Hemaglobin (Hb) ............................................... 43
D.
Metode Partial Least Square (PLS) .............................................. 45
E.
Kerangka Teori ............................................................................. 46
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ..... 49
A.
Kerangka Konsep ......................................................................... 49
B.
Hipotesis ....................................................................................... 50
C.
Definisi Operasional ..................................................................... 51
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 52
A. Desain Penelitian .......................................................................... 52
B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 52
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 52
D. Cara Pengukuran .......................................................................... 54
1.
Sumber Data ...................................................................... 54
2.
Pengolahan Data ................................................................ 54
3.
Instrumen Penelitian .......................................................... 55
E. Analisis Data ................................................................................ 63
1.
Analisis Univariat ............................................................. 63
2.
Analisis metode Partial Least Square (PLS) .................... 63
BAB V HASIL ............................................................................................... 69
A. Gambaran Lokasi Penelitian ......................................................... 69
B. Analisa Univariat........................................................................... 70
1.
Gambaran Kadar Hemoglobin........................................... 70
2.
Gambaran Kadar Timbal dalam Darah ............................. 70
3.
Gambaran Karakteristik Individu ...................................... 70
C. Evaluasi dengan Metode Partial Least Square (PLS) .................. 71
1.
Hubungan Langsung .............................................................. 73
2.
Hubungan Tidak Langsung .................................................... 76
iv
3.
Hubungan Simultan antara Usia, Lama Kerja (Tahun),
Kebiasaan Merokok Melalui Kadar Timbal dalam Darah
dengan Kadar Hemoglobin .................................................... 77
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................. 79
A. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 79
B. Kadar Hemoglobin pada Pekerja Percetakan di Kawasan
Megamall Ciputat Tahun 2015 ...................................................... 79
C. Kadar Timbal dalam Darah Pekerja Percetakan di Kawasan
Megamall Ciputat Tahun 2015 ...................................................... 81
D. Hubungan Usia dengan Kadar Timbal dalam Darah .................... 83
E. Hubungan Lama Kerja (Tahun) dengan Kadar Timbal dalam
Darah ............................................................................................. 85
F. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kadar Timbal dalam
Darah ............................................................................................. 87
G. Hubungan Usia dengan Kadar Hemoglobin.................................. 88
H. Hubungan Lama Kerja (Tahun) dengan Kadar Hemoglobin ........ 89
I.
Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kadar Hemoglobin......... 91
J.
Hubungan Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar
Hemoglobin ................................................................................... 93
K. Hubungan Simultan antara Usia, Lama Kerja (Tahun), dan
Kebiasaan Merokok dengan Kadar Hemoglobin Melalui
Kadar Timbal dalam Darah ........................................................... 95
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 100
A. Simpulan........................................................................................ 100
B. Saran .............................................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 104
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Dampak Kesehatan Akibat Pajanan Timbal (Pb) .......................... 30
Tabel 3.1. Definisi Operasional ...................................................................... 51
Tabel 4.1. Jumlah Pekerja Press .................................................................... 52
Tabel 4.2. Proporsi Sampel Pekerja Press ..................................................... 53
Tabel 5.1. Distribusi Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan di Kawasan
Megamall Tahun 2015 .................................................................. 70
Tabel 5.2. Distribusi Kadar Timbal dalam Darah Pekerja Percetakan di
Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015 ...................................... 70
Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Individu Pekerja Percetakan di
Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015 ...................................... 71
Tabel 5.4. Nilai Outer Model ......................................................................... 72
Tabel 5.5. Evaluasi Inner Model .................................................................... 72
Tabel 5.6. Hasil Analisis Hubungan Langsung .............................................. 73
Tabel 5.7. Hubungan Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar
Hemoglobin ................................................................................... 75
Tabel 5.8. Hasil Uji Aroian ............................................................................ 76
Tabel 5.9. Hubungan Simultan antara Usia, Lama Kerja (Tahun),
Kebiasaan Merokok Melalui Kadar Timbal dalam Darah
dengan Kadar Hemoglobin............................................................ 78
Tabel 6.1. Peraturan Kadar Timbal dalam Darah Pekerja Berdasarkan
Usia................................................................................................ 84
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Metabolisme Timbal (Pb) dalam tubuh manusia ................... 20
Gambar 2.2. Proses Pembentukan Hemoglobin.......................................... 35
Gambar 2.3. Hematotoksisitas timbal (Pb) pada Sintesis Heme................. 43
Gambar 2.4. Kerangka Teori....................................................................... 48
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ................................................................... 49
Gambar 4.1. Skema Hubungan Langsung antar Variabel Laten................. 65
Gambar 4.2. Skema Hubungan Tidak Langsung antara Variabel Usia
dengan Variabel Kadar Hemoglobin ...................................... 86
Gambar 4.3. Skema Hubungan Tidak Langsung antara Variabel Lama
Kerja dengan Variabel Kadar Hemoglobin ............................ 67
Gambar 4.4. Skema Hubungan Tidak Langsung antara Variabel
Kebiasaan Merokok dengan Variabel Kadar Hemoglobin .... 67
Gambar 4.5. Skema Hubungan Simultan antar Variabel laten ................... 68
Gambar 5.1. Diagram Jalur ......................................................................... 72
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Timbal merupakan bahan kimia yang termasuk dalam kelompok
logam berat dan merupakan bahan pencemar utama di lingkungan (Palar,
2004). Timbal termasuk kedalam golongan IV A pada tabel periodik unsur
kimia, mempunyai nomor atom 82 dengan bobot atau berat 207,2. Timbal
(Pb) merupakan logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan
titik leleh 327° C dan titik didih 1.620° C. Pada suhu 550°-600° C timbal
menguap dan bereaksi dengan oksigen dalam udara dan membentuk timbal
oksida. Timbal dapat mencemari udara dalam dua bentuk, yaitu dalam
bentuk gas dan partikel (CDC, 2014). United States Environmental
Protection Agency (US EPA) pada tahun 2014 menyebutkan standar
kualitas udara ambien nasional untuk timbal adalah 0,15 μg/m3. Standar
tersebut berlaku untuk pengukuran timbal di udara selama tiga bulan.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
pada tahun 1992
menyebutkan Recomended Exposure Limit (REL) untuk timbal di udara
adalah 100 μg/m3.
Timbal dan senyawanya dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui
saluran pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi melalui
kulit sangat kecil (CDC, 1992). Timbal yang telah masuk kedalam tubuh
akan didistribusi ke dalam darah sebesar 95% (Palar, 2004). Centers for
1
Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 1997 menetapkan bahwa
nilai ambang batas (NAB) kadar timbal dalam darah adalah 10 μg/dL.
Standar yang ditetapkan oleh CDC mengalami perubahan dari 25 μg/dL
menjadi 10 μg/dL, hal ini disebabkan timbal sudah memberikan dampak
kesehatan pada kadar yang lebih rendah dari 10 μg/dL (CDC, 2011).
Timbal merupakan unsur alami yang banyak dimanfaatkan pada awal
kehidupan manusia. Oleh karena itu banyak industri yang menggunakan
timbal dalam kegiatan produksinya. Hal ini menyebabkan distribusi
pencemaran timbal semakin meluas (CDC, 1992). Penggunaan timbal di
bidang industri antara lain industri baterai, cat, insektisida, tinta, kosmetik
dan percetakan. Sumber utama pencemaran timbal di lingkungan berasal
dari pajanan tinta yang bertimbal (CDC, 1992). Timbal dalam bentuk Pbkarbonat dan Pb-sulfat digunakan sebagai zat warna putih, sedangkan Pbkromat digunakan sebagai warna kuning, jingga, merah dan hijau. Zat warna
ini banyak digunakan pada percetakan (Palar, 2004). Consumer Product
Safety Commission (CPSC) menyebutkan NAB timbal dalam tinta adalah
600 ppm atau 0,06 % dari berat kering tinta (ATDR, 2007).
Percetakan atau proses mencetak merupakan teknologi atau seni yang
memproduksi salinan cepat, seperti kata-kata atau gambar-gambar di atas
kertas, kain dan lainnya. Setiap harinya milyaran bahan cetak diproduksi,
termasuk buku, kalender, surat kabar, poster, undangan, dan bahan lain
(Oke, 2008). Kebutuhan masyarakat terhadap jasa percetakan yang tinggi,
meningkatkan jumlah percetakan di masyarakat. Berdasarkan data statistik
industri percetakan di Indonesia, penyebaran percetakan pada tahun 2010
2
tidak merata, sebagian besar berada di Pulau Jawa (73,3 %), kemudian
Pulau Sumatra (13,4 %) dan Kalimantan (5,8 %). Pada data tersebut jumlah
percetakan yang terdata dengan jelas sebanyak 2.585 percetakan (Ratnasari,
2011). Percetakan yang terdata tidak termasuk percetakan kecil yang setiap
tahunnya terus berkembang dan bertambah banyak (Ratnasari, 2011).
Kawasan Megamall merupakan kawasan yang menjadi pusat
percetakan di Ciputat dengan luas daerah ± 1,5 hektar. Terdapat tujuh
percetakan di Kawasan Megamall yang beroperasi selama 24 jam per hari
untuk enam hari kerja selama seminggu. Rata-rata setiap percetakan
menghasilkan 500-1000 lembar flier dan leaflet, serta 100-150 buah buku.
Kapasitas mencetak dapat meningkat sesuai dengan permintaan konsumen.
Percetakan yang terdapat di Kawasan Megamall tidak hanya mencetak flier,
leaflet dan buku, namun juga mencetak poster berbagai ukuran, spanduk,
banner, sticker dan backdrop. Rata-rata dalam sehari setiap percetakan
mencetak 200-300 lembar spanduk maupun banner.
Bahan yang digunakan untuk mencetak spanduk, banner dan
backdrop berbeda dengan bahan yang digunakan untuk mencetak flier,
leaflet dan buku. Untuk mencetak spanduk, banner dan backdrop diperlukan
tinta solvent karena bahan cetaknya terbuat dari vynil dan flexy. Tinta
solvent adalah tinta yang menggunakan pelarut (solvent) untuk memperkuat
ikatan warna pada tinta dengan bahan cetak. Tinta solvent menggunakan
pewarna tambahan yang mengandung timbal (PMAI, 2003).
Proses mencetak merupakan langkah terpenting dari sebuah
penerbitan. Proses mencetak memanfaatkan timbal yang terbukti dapat
3
meningkatkan kualitas hasil cetakan, baik dari segi warna maupun daya
ikatnya. Timbal yang digunakan di percetakan terbuat dari persenyawaan
timbal dan antimoni (Oke, 2008). Kedua logam tersebut memiliki dampak
kesehatan yang berbeda, salah satu dampak akumulasi timbal dalam tubuh
adalah gangguan sistem hematopoietik sedangkan akumulasi antimoni akan
berdampak pada gangguan saluran pernapasan (ATSDR, 2011).
Timbal dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu organisme dan tetap
tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun. Manusia dapat
mengakumulasi timbal dari udara, air dan tanah yang terkontaminasi oleh
logam berat. Timbal dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan
sebagian akan terakumulasikan melalui berbagai perantara salah satunya
adalah melalui inhalasi udara yang tercemar timbal. Jika keadaan ini
berlangsung terus menerus dalam jangka waktu lama dapat mencapai
jumlah yang membahayakan kesehatan manusia (Fardiaz, 1992).
Menurut American Cancer Society (ACS) tahun 2014, pekerja yang
bekerja di percetakan memiliki tingkat risiko akibat pajanan timbal yang
tinggi terhadap pekerjanya. Printing Industry Association of Australia
menyebutkan bahwa bahan kimia yang digunakan di percetakan sering
dikelola dengan cara memaparkan langsung ke pekerja, orang lain, dan
lingkungan. Pajanan bahan ini dapat menyebabkan sakit kepala, mual,
gangguan pernapasan, kurang konsentrasi, kelelahan, keracunan, dan
kerusakan sistem saraf pusat (Oke, 2008).
Hasil penelitian Al-Hassani (2013) menunjukan ada peningkatan yang
signifikan terhadap kadar timbal dalam darah pada pekerja percetakan di
4
Iraq. Beberapa dampak kesehatan dari kadar timbal dalam darah yang
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) seperti penurunan Intelligence
Quotient (IQ), encephalophaty, hipertensi, gangguan sistem saraf pusat dan
sistem hematopoetik (Yartireh dan Amir, 2013). Salah satu gangguan pada
sistim hematopoetik yang disebabkan oleh timbal dalam darah adalah
gangguan pada saat pembentukan hemoglobin. Hemoglobin merupakan
komponen penting dari sel darah merah yang memiliki peran dalam
transportasi oksigen dan karbon dioksida (Yartireh dan Amir, 2013).
Kadar normal hemoglobin pada laki-laki dewasa antara 13-17 g/dL,
pada wanita dewasa tidak hamil antara 12-16 g/dL, wanita dewasa yang
hamil antara 11-13 g/dL (Estridge dkk, 2000). Kadar hemoglobin ini dapat
menurun akibat beberapa faktor, salah satunya adalah keberadaan timbal
dalam darah (Yartireh dan Amir, 2013). Timbal yang terdapat di dalam
darah
menghambat
sebagian
besar
enzim
yang
berperan
dalam
pembentukan salah satu bagian terpenting hemoglobin yaitu heme. Timbal
menghambat enzim ALAD dan ferrochelatase sehingga tidak dapat
mengubah porfobilinogen, akibatnya besi tidak dapat memasuki siklus
protoporfirin dan meningkatkan protoporfirinzinc. Pembentukan heme yang
terganggu menyebabkan kadar hemoglobin menurun (Lubis dkk, 2013).
Hampir 50% aktivitas enzim ALAD dan ferrochelatase dihambat pada
kadar timbal dalam darah sebesar 15 µg/dL (Lauwerys dan Perrine, 2001).
Timbal yang telah masuk kedalam tubuh akan didistribusi ke dalam
darah sebesar 95% yang terikat pada sel darah merah dan sisanya terikat
pada plasma darah (Palar, 2004). Setelah diserap, 99% timbal terikat pada
5
sel darah merah, dan 1% menyebar bebas ke dalam jaringan lunak dan
tulang. Oleh karena itu kadar timbal dalam darah menggambarkan kadar
timbal dalam tubuh (ATSDR, 1999). Waktu paruh timbal dalam darah yaitu
1-2 bulan, sedangkan pada jaringan lunak selama satu sampai sepuluh tahun
(CDC, 2013). Pemeriksaan timbal dalam darah merupakan jenis diagnosis
yang sangat berguna untuk melihat pajanan timbal. Kadar timbal dalam
darah digunakan sebagai indikator pajanan timbal yang sering dipakai dalam
kaitannya dengan pajanan eksternal. Kadar timbal dalam darah merupakan
petunjuk langsung jumlah timbal yang sesungguhnya masuk ke dalam tubuh
(CDPH, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Al-Hassani (2013) menunjukkan kadar
timbal dalam darah secara signifikan meningkat pada pekerja yang terpapar
timbal di lingkungan kerja. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Oke dkk
(2008) yang menunjukan adanya hubungan antara kadar timbal dalam darah
dengan penurunan kadar hemoglobin pada pekerja di percetakan dengan OR
2,31. Hal ini menunjukkan kadar timbal dalam darah memiliki risiko 2,31
kali dalam menurunkan kadar hemoglobin. Penelitian di Indonesia juga
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara kadar timbal dalam darah
dengan kadar hemoglobin pada pekerja. Penelitian tersebut dilakukan oleh
Tjahjandi (2007) dengan OR 4,714 dan Mifbakhudi (2007) dengan OR
1,358.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Suhendro dkk (2007) pada
pengemudi bus kota, hasilnya kadar timbal dalam darah yang ≥ 10 µg/dL
memiliki hubungan kuat terhadap gejala anemia yaitu pusing, sakit kepala,
6
lemas dan penurunan kadar hemoglobin. Penelitian yang dilakukan oleh AlMalki (2009) menunjukkan perubahan hubungan antara kadar timbal dalam
darah dengan kadar hemoglobin, hal ini disebabkan interaksi oleh faktor lain
yang tidak diteliti. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti ingin melihat
hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin baik
ketika berinteraksi dengan faktor lain maupun tidak. Oleh karena itu dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis Partial Least Square
agar peneliti dapat melihat hubungan antara kadar timbal dalam darah
dengan kadar hemoglobin baik langsung maupun dengan interaksi variabel
lainnya.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada pekerja
percetakan di Kawasan Megamall, terdapat 80% pekerja yang memiliki
kadar hemoglobin di bawah normal. Selain itu 80% pekerja juga merasa
lemah, letih, lesu, sakit kepala dan pusing dalam satu tahun terakhir. Hasil
studi pendahuluan juga menunjukkan percetakan di Kawasan Megamall
menggunakan tinta solvent untuk mencetak pada bahan vynil dan flexy.
Rata-rata percetakan menghabiskan 200-250 liter tinta solvent dalam sehari.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan karakteristik
individu terhadap kadar timbal dalam darah dan dampaknya pada kadar
hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015.
B.
Rumusan Masalah
Kawasan Megamall merupakan kawasan percetakan di Ciputat dengan
tujuh percetakan yang beroperasi selama 24 jam/hari untuk enam hari
kerja selama seminggu. Percetakan yang terdapat di Kawasan Megamall
7
menggunakan tinta solvent yang mengandung timbal 10% sebagai tinta
untuk mencetak pada media vynil dan flexyy. Hasil studi pendahuluan
yang dilakukan oleh peneliti pada pekerja percetakan di Kawasan
Megamall, terdapat 80% pekerja yang memiliki kadar hemoglobin di
bawah normal. Selain itu 80% pekerja juga merasa lemah, letih, lesu, sakit
kepala dan pusing dalam satu tahun terakhir. Hasil studi pendahuluan juga
menunjukkan rata-rata percetakan di Kawasan Megamall menghabiskan
200-250 liter tinta solvent dalam sehari.
Timbal dari tinta solvent dapat menguap ke lingkungan dan masuk ke
dalam tubuh, sehingga menyebabkan peningkatan kadar timbal dalam
darah.
Peningkatan
ini
mengganggu
pembentukan
heme
dengan
menghambat kerja enzim ALAD yang menyebabkan terjadinya penurunan
kadar hemoglobin. Mengingat bahan kimia yang digunakan di percetakan
sering dikelola dengan cara memaparkan langsung ke pekerja, maka
diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik
individu (usia, lama kerja dan kebiasaan merokok) terhadap kadar timbal
dalam darah dan dampaknya pada kadar hemoglobin pekerja percetakan di
Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015.
C.
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan
Megamall Ciputat tahun 2015?
2. Bagaimana gambaran kadar timbal dalam darah pekerja percetakan di
Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015?
8
3. Bagaimana gambaran karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan
kebiasaan merokok) pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat
tahun 2015?
4. Apakah terdapat hubungan langsung antara karakteristik individu (usia,
lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar timbal dalam
darah pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015?
5. Apakah terdapat hubungan langsung antara karakteristik individu (usia,
lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar hemoglobin
pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015?
6. Apakah terdapat hubungan langsung antara kadar timbal dalam darah
dengan kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat
tahun 2015?
7. Apakah terdapat hubungan tidak langsung antara karakteristik individu
(usia, lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar hemoglobin
pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015?
8. Apakah terdapat hubungan simultan antara karakteristik individu (usia, lama
kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) melalui kadar timbal dalam darah
dengan kadar hemoglobin pada pekerja percetakan di Kawasan Megamall
Ciputat tahun 2015?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Berikut adalah tujuan dilakukannya penelitian ini :
9
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan karakteristik individu terhadap kadar timbal
dalam darah dan dampaknya pada kadar hemoglobin pekerja percetakan di
Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015.
2. Tujuan khusus
1. Mengetahui gambaran kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan
Megamall Ciputat tahun 2015.
2. Mengetahui gambaran kadar timbal dalam darah pekerja percetakan di
Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015.
3. Mengetahui gambaran karakteristik individu (usia, lama kerja (tahun) dan
kebiasaan merokok) pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat
tahun 2015.
4. Mengetahui hubungan langsung antara karakteristik individu (usia, lama
kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar timbal dalam darah
pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015.
5. Mengetahui hubungan langsung antara karakteristik individu (usia, lama
kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar hemoglobin pekerja
percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015.
6. Mengetahui hubungan langsung antara kadar timbal dalam darah dengan
kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat
tahun 2015.
7. Mengetahui hubungan tidak langsung antara karakteristik individu (usia,
lama kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar hemoglobin
pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015.
10
8. Mengetahui hubungan simultan antara karakteristik individu (usia, lama
kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) melalui kadar timbal dalam darah
dengan kadar hemoglobin pada pekerja percetakan di Kawasan
Megamall Ciputat tahun 2015.
E.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa FKIK mengenai
hubungan karakteristik individu dan kadar timbal dalam darah dengan
kadar hemoglobin pada pekerja percetakan.
2. Manfaat Bagi Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat
Menjadi masukan bagi percetakan dalam memberikan kenyamanan
dan keselamatan pekerjanya. Dengan mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kadar timbal dalam darah, maka percetakan dapat
melakukan langkah pencegahan terhadap penyakit akibat kerja (PAK)
dalam kasus ini adalah penurunan kadar hemoglobin.
3. Manfaat Bagi peneliti
Dapat menigkatkan pengetahuan dan kesempatan untuk aplikasi
teori kesehatan lingkungan yang telah didapat di bangku kuliah.
Informasi tentang hubungan kadar timbal darah dengan kadar
hemoglobin dapat dikembangkan peneliti selanjutnya.
F.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul “Hubungan Karakteristik Individu terhadap
Kadar Timbal dalam Darah dan Dampaknya pada Kadar Hemoglobin
Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015”. Penelitian
11
ini dilakukan oleh mahasiswa semester VIII Peminatan Kesehatan
Lingkungan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penelitian dilaksanakan bulan Maret-Mei tahun 2015 dan
dilakukan pada pekerja percetakan bagian press yang berjumlah 40 orang.
Penelitian ini merupakan penelitian epidemologi dengan desain cross
sectional study karena variabel eksogen, intervenning dan endogen akan
diukur pada waktu yang bersamaan. Analisis data menggunakan Partial
Least Square (PLS) dengan tujuan untuk melihat hubungan langsung,
hubungan tidak langsung maupun hubungan simultan setia variabelnya.
Responden akan diwawancarai dan diambil sampel darah vena serta
kapiler untuk pemeriksaan kadar timbal dalam darah dan kadar
hemoglobin.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Timbal (Pb)
Tinjauan pustaka yang akan dibahas terkait timbal (Pb) meliputi defenisi
dan karakteristik timbal, sumber timbal, manfaat timbal, pajanan timbal,
metabolisme timbal, faktor-faktor yang mempengaruhi kadar timbal (Pb)
dalam Darah, dampak timbal terhadap kesehatan, dan pencegahan terhadap
pajanan timbal.
1. Defenisi dan Karakteristik Timbal (Pb)
Timah hitam atau timbal memiliki rumus kimia Pb, tergolong
kedalam logam berat, yang dalam sistem periodik unsur ini terletak pada
unsur golongan IV A periode ke 6. Timbal merupakan logam yang dalam
bentuk padat berwarna abu-abu mengkilat. Beberapa karakteristik timbal
sebagai berikut :
1.
Nomor atom
: 82
2.
Berat atom
: 207,19
3.
Titik leleh
: 327,5°C
4.
Titik didih
: 1740°C
5.
Kerapatan
: 11,34 gr/cm3
Timbal termasuk dalam logam berbahaya karena dalam kadar yang
kecil dapat bersifat racun dan berbahaya, selain itu timbal tidak dapat
didegradasi atau dihancurkan serta tahan terhadap korosi (ATSDR, 2007).
13
Ketika terkena air atau udara, lapisan tipis yang dibentuk senyawa timbal
melindungi timbal dari korosi. Timbal adalah logam yang sangat mudah
dibentuk, namun sangat rapuh dan mudah mengkerut pada pendinginan.
Timbal juga sulit larut dalam air dingin, air panas dan asam. Timbal dapat
larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar, 2004).
Pada suhu 550-600°C, timbal menguap dan bereaksi dengan
oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Timbal banyak digunakan
di industri biasanya terdiri dari timbal organik dan inorganik. Contoh
timbal organik antara lain timbal tetra etil (TEL: Tetra Ethyl Lead), timbal
tetra metil (TML: Tertra Methyl Lead), Pb acetat, Pb salicylate, Pb
stearate dan Pb oksalat. Timbal inorganik contohnya Pb monoxide, Pb
dioxide, Pb sulfate, Pb carbonate, Pb arsenate dan Pb chromat (Patty,
1897).
2. Sumber Timbal (Pb)
Timbal lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik
lainnya. Kadarnya dalam lingkungan mneningkat karena penambangan,
peleburan, pembersihan dan berbagai penggunaan dalam bidang industri
(Lu, 2010). Sumber utama timbal dibagi menjadi dua, yaitu :
a.
Alami
Timbal secara alamiah terdapat pada kerak bumi dalam jumlah
kecil pada batu-batuan, penguapan lava, tanah dan tumbuhan
(Widowati dkk, 2008). Biasanya kadar Pb dalam tanah berkisar antara
5 sampai 25 mg/kg, dalam air tanah dari 1 sampai 60 µg/L dan lebih
rendah dalam air permukan. Kadar timbal di udara dalam keadaan
14
normal di bawah 1 µg/m3, tetapi dapat jauh lebih tinggi di tempat
kerja dan daerah dengan lalu lintas padat (Lu, 2010).
Di alam timbal terdapat dalam bentuk senyawa sulfat (PbSO4),
karbonat (PbCO3) dan sulfida (PbS). Biji timbal yang utama adalah
galena yang mengandung PbS. Timbal dapat diperoleh dengan
memanaskan PbS pada suhu tinggi, kemudian PbO yang terbentuk
direduksi dengan karbon. Untuk memurnikannya dari logam lain,
dilakukan elektrolisis sehingga menghasilkan Pb (Palar, 2004).
b.
Antropogenik
1) Industri
Sumber
utama
pencemaran
timbal
ke
lingkungan
khususnya udara adalah kegiatan industri (McGranahan dan
Murray, 2003). Penggunaan timbal dalam industri sangat luas
digunakan, terutama pada industri pembuatan baterai, keramik
dan percetakan (Schmitz dkk, 2003). Timbal tidak pernah
ditemukan dalam bentuk murninya, selalu bergabung dengan
logam lain dalam bentuk persenyawaan. Timbal yang dipakai
pada industri baterai dalam bentuk persenyawaan timbal dengan
bismuth, untuk percetakan digunakan persenyawaan timbal
dengan krom (PbCr04), untuk keramik digunakan persenyawaan
timbal dengan silikat (Pb silikat). Selain itu timbal juga digunakan
untuk
industri
pembuatan
insektisida
dan
menggunakan
persenyawaan timbal dengan arsenat (Pb-arsenat) (Palar, 2004).
15
2) Transportasi
Sumber utama pencemaran timbal berasal dari emisis gas
buang kendaraan bermotor yang menempati 90% dari total emisis
timbal di atmosfer. Sumber pajanan ini berasal dari bahan bakar
bensin yang mengandung timbal (Widowati, 2008). Dalam bentuk
organik, Timbal Tetra Etil (TEL: Tetra Ethyl Lead) dan Timbal
Tetra Metil (TML: Tertra Methyl Lead), dipakai sebagai
campuran bahan bakar bensin. Fungsinya meningkatkan daya
pelumasan, efisiensi pembakaran juga sebagai bahan anti-knock
pada bahan bakar (Fardiaz, 1992).
3. Manfaat Timbal (Pb)
Oleh karena sifatnya yang tahan panas, tidak mudah korosi dan
mudah dibentuk, timbal banyak dimanfaatkan dalam kehidupan seharihari. Sebagai contoh timbal digunakan dalam pembuatan baterai, produkproduk logam seperti amunisi, pelapi kabel, pipa PVC, solder, bahan kimia
dan pewarna. Beberapa produk logam dibuat dari timbal murni yang
diubah menjadi berbagai bentuk, dan sebagian besar terbuat dari alloy
timbal. Solder mengandung 50-95% timbal, sedangkan sisanya adalah
timah. Logam pencetak yang digunakan dalam percetakan terdiri dari
timbal, timah dan antimony, dimana komposisinya pada umumnya terdiri
dari 85% timbal, 12% antimony, dan 3% timah. Alloy timbal yang
mempunyai titik cair rendah digunakan dalam alarm api, pemadam
kebakaran otomatis dan sekering listrik (Fardiaz, 1992).
16
Penggunaan timbal dalam bentuk lainnya terbatas pada produkproduk yang harus tahan karat, seperti pipa yang mengalirkan bahan-bahan
kimia yang korosif dan air. Timbal juga digunkana sebagai pelapis kabel
listrik yang akan ditanam di dalam tanah dan dibawah permukaan
air.komponen timbal juga digunakan sebagai pewarna cat karena
kelarutannya di dalam air rendah sehingga dapat melindungi warna.
Timbal juga digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelapis
keramik yang disebut glaze (Fardiaz, 1992).
4. Pajanan Timbal (Pb)
Penggunaan timbal yang semakin meluas akan menyebabkan jalur
masuk atau pajanan timbal ke tubuh manusia semakin besar. Penggunaan
timbal yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari seperti penggunaan
timbal untuk lapisan saluran air, pipa air dan peralatan memasak (Harrison
dan Laxen, 1981). Terdapat kemungkinan bahwa pajanan timbal pada
dekade terakhir semakin besar diakibatkandari pola dan aktivitas manusia
yang terus meningkat. Makanan dan minuman yang secara substansial
terkontaminasi dengan timbal akan memberikan efek kesehatan yang
merugikan. Meskipun timbal memiliki dampak bagi kesehatan, harus
diakui bahwa logam ini dalam konsentrasi tertentu dibutuhkan untuk
menjaga keseimbangan tubuh(Harrison dan Laxen, 1981). Namun
demikian, konsentrasi pajanan dari timbal harus diperhatikan agar tidak
terjadi sindrom atau defisiensi pada kesehatan manusia. Dalam konteks ini
perlu untuk memperhatikan berbagai sumber pajanan timbal ke manusia,
yaitu sebagai berikut (Harrison dan Laxen, 1981):
17
a.
Makanan dan minuman
Timbal dapat masuk ke dalam makanan melalui kontaminasi
selama proses persiapan untuk konsumsi. Sayuran dan buah menyerap
timbal dari dalam tanah, selain itu mereka juga terkontaminasi timbal
dari udara yang mengendap di kulit buah atau di lapisan-lapisan
sayuran. Timbal pada makanan juga bersumber dari air yang
digunakan untuk memasak, serta dari peralatan masak yang
mengandung timbal sebagai pelapis anti karat.
Makanan yang terkontaminasi timbal akan masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pencernan atau secara ingesti. Timbal juga memasuki
tubuh melalui air yang dikonsumsi, seperti air minum, susu, soft drink,
minuman beralkohol dan air yang digunakan ketika memasak
makanan. Konsentrasi timbal yang tinggi biasanya terdapat pada air
minum yang dialirkan menggunakan pipa yang dilapisi timbal.
b.
Udara
Transportasi dan industri merupakan faktor penyebab utama
meningkatnya konsentrasi timbal di udara semakin tinggi. Senyawasenyawa timbal yang mengalami oksidasi atau perubahan bentuk
menjadi gas atau partikel-partikel kecil masuk ke lingkungan dan
melayang-layang di udara bebas kemudian mengendap di tanah.
Timbal di udara ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia (terlebih ke
dalam sistem peredaran darah) melalui saluran pernafasan.
18
c.
Air
Timbal dan persenyawaannya dapat berada di dalam badan
perairan secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia.
Secara alamiah, timbal dapat masuk ke badan perairan melalui
pengkristalan timbal di udara dengan bantuan air hujan dan melalui
proses korosifikasi dari batuan mineral. Timbal yang masuk ke dalam
badan perairan sebagai dampak dari aktivitas manusia berupa air
limbah dari industri yang menggunakan timbal. Air limbah yang
masih mengandung timbal masuk ke perairan melalui anak sungai
kemudian menuju lautan (Palar, 2004). Timbal dapat masuk ke dalam
tubuh melalui kontak dermal, yaitu terserap melalui permukaan kulit.
Biasanya ini terjadi ketika menggunakan air tercemar untuk mandi
atau berenang.
d.
Tanah
Timbal yang masuk ke dalam tanah biasanya melalui emisi hasil
industri, pembuangan limbah industri dan rumah tangga. Timbal yang
berbentuk partikel-partikel kecil akan bergabung dengan debu dan
melayang-layang di udara kemudian mengendap di permukaan tanah.
Selain itu pembuangan limbah industri dan rumah tangga yang
menggunakansistem sistem landfill, dapat menghasilkan air lindih
yang mengandung timbal, kemudian masuk ke dalam tanah dan
mencemri kualitas tanah (ACS, 2014). Timbal yang berada di tanah
diserap dan diakumulasi oleh tumbuhan. Timbal ini dapat masuk ke
19
dalam tubuh manusia jika manusia tersebut memakan tumbuhan yang
tercemar timbal (ingesti).
5. Metabolisme Timbal (Pb)
Timbal masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan dermal. Saluran pernafasan merupakan jalur
pemajanan terbesar dengan tingkat absorbsi mencapai 40%. Sedangkan
absorbsi timbal melalui saluran pencernaan hanya 5-10%. Timbal yang
telah masuk kedalam tubuh akan didistribusi ke dalam darah sebesar 95%
yang terikat pad sel darah merah, dan sisanya terikat pada plasma darah.
Sebagian timbal disimpan pada jaringan lunak dan tulang. Eksresi
terutama melalui ginjal dan saluran pencernaan (Palar, 2004).
Gambar 2.1 : Metabolisme Timbal (Pb) dalam tubuh manusia
Palar (2004)
a. Absorbsi
Manusia dapat terpajan timbal yang ada di lingkungan, seperti
melalui udara, tanah, air, maupun makanan. Sebagian timbal di udara
dapat langsung terhirup oleh manusia, sedangkan yang lainnya jatuh
ke tanah dan permukaan air kemudian masuk ke dalam air tanah. Jalur
20
lain yang dilalui timbal untuk masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan dan minuman serta kulit (Harrison dan Laxen, 1981).
Timbal dan senyawanya masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi
dan ingesti. Absorpsi melalui kulit hanya terjadi pada timbal dalam
bentuk organik. Timbal yang masuk melalui inhalasi akan masuk ke
dalam sistem pernapasan. Partikel < 10 µm dapat tertahan di paruparu, sedangkan partikel yang > 10 µm mengendap di saluran
pernapasan bagian atas (Joko, 1995).
Seseorang yang telah terpajan timbal, jika dilakukan pemeriksaan
terhadap kadar timbal dalam darah, maka diketahui bahwa 1µg/m3
timbal di udara memberikan kontribusi timbal dalam darah sekitar 1-2
µg/100 ml darah. Sementara itu sekitar 100 µg timbal dari makanan
memberikan kontribusi sekitar 6-18 µg/100 ml darah (WHO, 1977).
b. Penyimpanan
Timbal yang diabsorbsi diangkut oleh darah ke organ tubuh. 95%
timbal akan diikat oleh eritrosit dalam darah, 90% diikat oleh tulang,
sisanya terdeposit dalam jaringan lunak (hati, ginjal dan saraf). Waktu
tinggal timbal dalam darah yaitu 35 hari, pada jaringan lunak selama
40 hari, tulang trabekular selama 3-4 tahun, dan komponen kortikal
tulang selama 16-20 tahun (Lubis, 2013). Pada gusi, indikator adanya
timbal dalam tubuh dapat dilihat dari lead line, yaitu pigmen berwarna
abu-abu pada perbatasan antara gusi dan gigi yang merupakan tanda
khas keracunan timbal (Joko, 1995).
21
c. Eksresi
Ekskresi timbal melalui saluran cerna berupa tinja, melalui saluran
eksresi berupa urin dan melalui keringat serta rambut. Ekskresi timbal
melalui urin sebanyak 75-80%, sedangkan melalui tinja hanya 15%
(Palar, 2004). Eksresi timbal melalui saluran cerna dipengaruhi oleh
saluran aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya
di dinding usus, regenerasi sel epitel serta ekskresi empedu.
Sedangkan proses ekskresi timbal melalui ginjal dipengaruhi oleh
filtrasi glomerulus (Joko, 1995).
Kadar timbal dalam urin merupakan cerminan pajanan baru
sehingga pemeriksaan timbal urin dipakai untuk pajanan okupasional.
Timbal memiliki waktu paruh di dalam darah kurang dari 25 tahun,
pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 hari. Ekskresi
yang lambat ini menyebabkan timbal mudah terakumulasi dalam
tubuh, baik pada pajanan okupasional maupun non-okupasional (Joko,
1995).
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Timbal (Pb) dalam Darah
Pemeriksaan timbal dalam darah merupakan jenis diagnosis yang
sangat berguna untuk melihat pajanan timbal. Timbal dalam darah
merefleksikan keseimbangan dinamik antara absorbsi, ekskresi dan
pengendapan timbal, baik dalam jaringan lunak maupun jaringan keras.
Kadar timbal dalam darah digunakan sebagai indikator pajanan timbal
yang sering dipakai dalam kaitannya dengan pajanan eksternal. Kadar
22
timbal dalam darah merupakan petunjuk langsung jumlah timbal yang
masuk ke dalam tubuh (CDPH, 2009).
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun
1997 menetapkan bahwa ambang batas kadar timbal dalam darah adalah
10 μg/dL. Standar yang diterapkan oleh CDC mengalami perubahan dari
25 μg/dL menjadi 10 μg/dL, hal ini disebabkan timbal sudah memberikan
dampak kesehatan pada kadar yang lebih rendah dari 10 μg/Dl (CDC,
2011). Australia National Health and Medical Council juga menyebutkan
bahwa kadar timbal dalam darah yang diperkenankan sebesar 10 µg/dL,
baik pada laki-laki, perempuan, anak-anak maupun akibat kerja (UNEP,
2014). Faktor yang mempengaruhi kadar timbal dalam darah, yaitu :
a. Usia
Usia dapat mempengaruhi kadar timbal dalam darah, ini dikaitkan
dengan semakin bertambah usia akan menurunkan status kesehatan
seseorang. Penurunan status kesehatan dikaitkan dengan penuaan yang
menyebabkan penurunan berbagai fungsi organ tubuh termasuk fungsi
paru (Boss dan Edwin, 1981). Murray (1986) dan Krumpe dkk (1985)
menyebutkan paru-paru manusia mengalami perkembangan pada usia
10-20 tahun, alveolus berkembangan maksimal pada usia 10-12 tahun.
Setelah itu sistem pernapasan akan mengalami perkembangan sampai
pada fungsi yang maksimal, yaitu pada usia 20 tahun untuk perempuan
dan 25 tahun untuk laki-laki (Janssens dkk, 1999).
Paru-paru pada orang dengan usia antara 30-40 tahun akan
mengalami penurunan fungsi sistem pernafasan. Penurunan ini
23
ditunjukkan dari melambatnya sistem penyaringan udara oleh silia yang
terdapat di trakea dan bronkus (Boss dan Edwin, 1981). Melambatnya
sistem penyaringan udara mempermudah polutan termasuk timbal
untuk masuk melalui sistem pernafasan. Salah satu bagian dari sistem
pernafasan yang juga mengalami penurunan fungsi adalah alveolus
(Janssens dkk, 1999). Pada usia 20 tahun ke atas alveolus akan
membesar hingga usia 50 tahun. Setelah usia 50 tahun serat elastis pada
bronkiolus dan alveolus menjadi tidak elastis bahkan akan pecah dan
bergulung (Janssens dkk, 1999).
b. Jenis Kelamin
Efek toksik dari logam timbal pada laki-laki berbeda dengan
perempuan. Perempuan lebih rentan daripada laki-laki karena
perbedaan faktor ukuran tubuh (fisiologi), keseimbangan hormonal dan
perbedaan metabolisme (Saito dkk, 2006).
c. Kebiasaan Merokok
Rokok mengandung lebih dari 2000 substansi berbahaya termasuk
timbal. Timbal yang terdapat di dalam rokok berasal dari daun
tembakau selama proses penanaman (Hasan, 2013). Noor (2010)
menyebutkan secara alami kandungan timbal berasal dari tanah dan
udara yang memang menyimpan timbal, selain itu pupuk NPK selama
proses penanaman tembakau juga mempengaruhi kandungan timbal
dalam tembakau (Prasetya Online, 2011).
Rokok menghasilkan asap yang mengandung 4000 bahan
berbahaya, baik dalam bentuk gas maupun partikel. Beberapa bahan
24
berbahaya tersebut adalah akrolein, formaldehid, karbon monoksida,
nikotin, fenol, asan sianida dan potasium. Bahan-bahan tersebut bersifat
toksik terhadap epitelium yang terdapat di saluran pernafasan. Sifat
toksik dari bahan-bahan berbahaya ini ditunjukkan dari penurunana
fungsi silia serta menganggu proses regenerasi sel epitel dan silia
(Tamashiro dkk, 2009). Penurunan fungsi dari silia menyebabkan silia
tidak dapat menyaring udara yang tercemar timbal ketika masuk ke
dalam saluran pernapasan, sehingga timbal akan mudah masuk ke
dalam paru-paru dan bercampur dengan darah untuk kemudian
diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh (Khan dkk, 2014).
d. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri yang digunakan oleh pekerja untuk mengurangi
pajanan timbal di lingkungan kerja seperti masker dan sarung tangan.
Dengan menggunakan masker, pajanan timbal dari lingkungan kerja
yang masuk melalui saluran pernapasan akan berkurang. Masker akan
menyaring udara yang dihirup dan timbal dalam udara akan tersaring
meskipun tidak seluruhnya tersaring (WHO, 1977).
e. Lama Kerja
Seseorang yang bekerja pada lingkungan dengan pajanan timbal
dapat mengalami gangguan kesehatan. Hal ini terjadi akibat
penumpukan timbal dalam tubuhnya. Semakin lama orang tersebut
bekerja maka semakin bertambah jumlah pajanan timbal yang diterima
(Patrick, 2006).
25
f. Genetik
Timbal yang masuk ke dalam darah akan mempengaruhi sintesis
hemoglobin terkhusus mengganggu kerja enzim ALAD. Pada enzim
ALAD terdapat bagian yang disebut dengan Polymorphism, bagian ini
yang sangat sensitif terhadap keberadaan timbal dalam darah. Terdapat
dua jenis ALAD Polymorphism berdasarkan kodominanya, yaitu
ALAD-1 dan ALAD-2 (Kelada dkk, 2001). Sekitar 20% ras kaukasian
memiliki jenis ALAD yang sangat jarang yaitu ALAD-2. Perbedaan
mendasar antara ALAD-1 dan ALAD-2 adalah pada jumlah alel yang
dimiliki. Perbedaan alel ini menyebabkan respon tubuh yang berbeda
terhadap timbal. Orang dengan ALAD-2 memiliki kadar timbal dalam
darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan ALAD-1
pada konsentrasi pajanan timbal yang sama (Wetmur, 1994).
Berdasarkan penelitian Kelada dkk pada tahun 2001, orang dengan
ALAD-1 menyimpan timbal dalam tulang lebih banyak daripada orang
dengan ALAD-2. Hal ini menunjukkan orang dengan ALAD-1 akan
lebih berisiko terhadap dampak timbal dalam jangka panjang dari pada
orang dengan ALAD-2.
7. Dampak Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan
Timbal merupakan bahan toksik yang mudah terakumulasi dalam
tubuh manusia khususnya organ tertentu. Akibat semakin meningkatnya
konsentrasi timbal dalam tubuh, akan terjadi dampak buruk bagi kesehatan
(Lu, 2010). Gangguan kesehatan akibat pajanan timbal seperti:
26
1. Gangguan pada sistem hematopoeietik
Dampak pajanan timbal yang paling sering terlihat pada sistem
hematopoietik
adalah
pada
pembentukan
darah,
yang
sangat
mempengaruhi produksi hemoglobin. Dua hal yang paling penting dari
gangguan timbal terhadap produksi hemoglobin adalah susunan enzim
Amino Laevulinic Acid Degydratase (ALAD) dan insersi zat besi pada
Proroporphyrin (Harrison dan Laxen, 1981). Hal ini menyebabkan
penurunan kombinasi formasi hemoglobin dan pada siklus hidup
eritrosit karena terjadinya hemolisis (Sacher, 2004). Akibat dari
gangguan pada produksi hemoglobin, maka manusia yang terpajan
timbal akan mengalami anemia. Timbal dapat menyebabkan gejala
anemia pada kadar ≥ 50 µg/dL pada orang dewasa, sedangkan pada
anak-anak 20-40 µg/dL (UNEP, 2014).
Menurut California Department of Public Health (2009), gejala
anemia muncul dengan kadar timbal dalam darah sebesar ≥ 80 µg/dL
jika pajanan kurang dari 1 tahun. Sedangkan untuk pajanan lebih atau
sama dengan satu tahun akan memunculkan gejala anemia pada kadar
timbal dalam darah sebesar 40-79 µg/dL. Environmental Protection
Agency (EPA) menyebutkan kadar timbal dalam darah yang
< 40
μg/dL dapat menyebabkan anemia pada anak-anak (CDPH, 2009).
2. Gangguan pada sistem eksresi
Salah satu organ yang akan terkena dampak dari pajanan timbal
adalah ginjal, yang merupakan pusat dari sitem eksresi (ACS, 2014).
Senyawa timbal yang larut dalam darah akan dibawa oleh darah ke
27
seluruh tubuh dan masuk ke dalam glomerulus. Disini terjadi
pemisahan akhir semua bahan yang dibawa darah, apakah masih
berguna bagi tubuh atau harus dibuang karena sudah tidak digunakan
lagi. Ikut sertanya timbal yang larut dalam darah ke sistem urinaria
(ginjal) mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal
(CDPH, 2009).
Kerusakan yang terjadi disebabkan terbentuknya intranuclear
inclusion bodies yang disertai dengan urin. Aminociduria dapat kembali
normal setelah selang waktu beberapa minggu, tetapi intranuclear
inclusion bodies membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kembali
normal. Pada fase akut keracunan timbal, seringkali ada gangguan
ginjal fungsional tetapi tidak dapt dipastikan apakah ada kerusakan
ginjal permanen (Joko, 1995).
3. Gangguan pada sistem saraf pusat
Sistem saraf pusat dianggap sebagai target utama yang dipengaruhi
oleh keracunan yang disebabkan karena pajanan timbal. Efek paling
berbahaya dari keracunan timbal adalah kerusakan saraf pada sistem
saraf pusat. Pada pajanan yang tinggi, kerusakan sel saraf (otak) akan
menyebabkan pingsan atau tidak sadarkan diri, kejang, koma dan dapat
menyebabkan kematian. Lead Encephalopathy, adalah penyakit
degeneratif yang menyerang otak, hal ini terjadi jika kadar kadar timbal
dalam darah pada orang dewasa < 120 µg/dL. Sedangkan pada anakanak dapat terjadi pada kadar < 100 µg/dL (Harrison dan Laxen, 1981).
28
4. Gangguan pada sistem reproduksi
Pajanan yang ditimbulkan dari timbal juga dapat mengakibatkan
gangguan sistem reproduksi. Studi yang dilakukan pada pekerja lakilaki yang terpajan timbal menunjukkan pekerja mengalami penurunan
fungsi kelenjar prostat pada kadar timbal dalam darah 40-50 µg/dL.
Pajanan di tempat kerja pada tingkat yang tinggi dari timbal dapat
menyebabkan aborsi spontan pada wanita hamil (EPA, 2014).
Untuk wanita yang terkenan pajanan timbal dalam kadar yang
tinggi, maka timbal akan disimpan dalam tulang. Pada wanita hamil,
timbal yang terserap akan ditimbun dalam tulang kemudian
diremobilisasi dan masuk ke peradaran darah, melalui plasnta dan
kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan
menyebabkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
menghambat perkembangan otak dan intelegensia janin. Timbal yang
masuk ke dalam tubuh ibu dapat diteruskan kepada bayinya melalui Air
Susu Ibu (ASI) (EPA, 2014). Dampak kesehatan akibat pajanan timbal
pada orang dewasa dan anak-anak ditampilkan pada tabel 2.1.
29
Tabel 2.1 Dampak Kesehatan Akibat Pajanan Timbal (Pb)
(CDPH, 2009 dan UNEP, 2014)
Blood
Lead
Level
(µg/dL)
5-39
40-79
≥ 80
Dampak Kesehatan
Manusia Dewasa*
Pajanan < 1 tahun
Pajanan ≥ 1 tahun
Aborsi
spontan,
menghambat
perkembangan
janin,
Perubahan pada enzim
ALAD
Penurunan kemampuan
neuro
kognitif,
abnormalitas
pada
sperma
Encephalopathy, anemia,
kolik
Anak-anak**
Aborsi
spontan,
menghambat
perkembangan janin, Perubahan
pada enzim ALAD, Hipertensi,
gangguan fungsi ginjal, penurunan
kemampuan neuro kognitif
Anemia, kolik, abnormalitas pada
sperma
Perubahan pada enzim
ALAD,
Penurunan
kecerdasan/IQ, anemia
Encephalopathy
Kolik, encephalopathy,
nefritis
Kolik, encephalopathy,
nefritis
8. Pencegahan Terhadap Pajanan Timbal (Pb)
Tindakan pencegahan yang akan diambil harus memperhatikan
sumber pajanan timbal. Seperti telah disebutkan sebelumnya, sumber
pajanan timbal dapat berasal dari lingkungan alami, industri, transportasi
dan sumber lainnya. Untuk pengendalian pajanan timbal di area industri
dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut (Harrison dan
Laxen, 1981):
1. Memberlakukan standar timbal di lingkungan kerja, ini dilakukan untuk
pengawasan pajanan eksternal ke pekerja di lingkungan kerja. Langkahlangkahnya dapat dilakukan melalui pengukuran kadar timbal di
lingkungan kerja secara berkala dan dilakukan tindakan pencegahan
ketika kadar timbal di lingkungan kerja melebihi Nilai Ambang Batas.
2. Menghilangkan, mengganti dan mengurangi penggunaan bahan baku
produksi yang berasal dari timbal, seperti penggunaan tinta dan plat
30
cetak bertimbal. Hal ini dilakukan untuk mengurangi emisi atau limbah
yang dihasilkan ketika produksi.
3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), salah satu langkah agar
pajanan timbal tidak masuk ke dalam tubuh adalah dengan
menggunakan APD. Dikarenakan karakteristik pajanan dari timbal
adalah inhalasi, ingesti dan dermal, disarankan pekerja yang terpapar
uap timbal menggunakan masker dan sarung tangan. NIOSH (2011)
menyebutkan APD yang perlu digunakan pekerja untukmenghindari
pajanan
timbal
di
udara
adalah
masker.
NIOSH
(2011)
merekomendasikan masker yang digunakan pekerja hendaknya
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja, yaitu :
a. Half-mask dengan sistem penyaringan udara hingga 0,3 m
digunakan pada konsentrasi timbal di udara ≤ 0,5 mg/m3
b. Full-facepiece dengan sistem penyaringan udara hingga 0,3 m
digunakan pada konsentrasi timbal di udara ≤ 2,5 mg/m3
c. Half-mask dengan sistem penyaringan udara hingga 0,3 m
dilengkapi dengan
supplied-air respirator digunakan pada
konsentrasi timbal di udara ≤ 50 mg/m3
4. Personal hygiene pekerja, ketika bekerja terdapat kemungkinan timbal
lepas ke lingkungan dan bergabung bersama debu-debu. Oleh sebab itu
kebersihan personal dari pekerja harus dijaga, agar timbal yang ada di
dalam debu tidak masuk ke dalam tubuh melalui ingesti atau termakan.
Cuci tangan setelah bekerja dan sebelum makan menjadi salah satu hal
yang wajib dilakukan.
31
Pencegahan pajanan timbal dari sumber alami dapat dilakukan
dengan penggunaan masker dan penggunaan sumber air dan air minum
yang sehat. Sedangkan pencegahan pajanan timbal dari transportasi dapat
dilakukan dengan menggunakan bensin atau bahan bakar bebas timbal dan
penggunaan masker ketika berada pada lalu lintas yang padat.
B. Hemoglobin (Hb)
Tinjauan pustaka yang akan dibahas terkait hemoglobin (Hb) meliputi
definisi hemoglobin, kadar hemoglobin, struktur hemoglobin, pembentukan
hemoglobin, fungsi hemoglobin, faktor-faktor yang mempengaruhi kadar
hemoglobin dan dampak kekurangan hemoglobin.
1. Definisi Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin merupakan komponen penting dari sel darah merah
yang memiliki peran dalam transportasi oksigen dan karbon dioksida
(Yartireh dan Amir, 2013). Hemoglobin memberikan pigmen alami pada
sel darah merah. Zat besi yang terdapat di hemoglobin, ketika berikatan
dengan oksigen akan tampak kemerahan. Sedangkan jika zat besi tersebut
berikatan dengan karbon dioksida akan berubah warna menjadi keunguan
(Sherwood, 2012).
Hemoglobin merupakan molekul yang memiliki dua bagian utama
yaitu globin dan gugus heme. Globin merupakan suatu protein yang
terbentuk dari empat rantai polipeptida yang berlipat-lipat. Sedangkan
gugus heme merupakan empat gugus nonprotein yang mengandung besi
dengan masing-masing terikat ke salah satu polipeptida pada globin.
32
Masing-masing dai keempat atom besi dapat berikatan secara reversibel
dengan satu molekul oksigen, oleh karena itu setiap molekul hemoglobin
dapat mengambil empat molekul oksigen dari alveolus di paru-paru. Selain
itu hemoglobin juga mengikat bagian ion hidrogen asam dari asam
karbonat terionosasi yang dihasilkan dari tingkat jeringan dari karbon
dioksida. Hemoglobin menyangga asam ini sehingga pH darah tetap
normal (Sherwood, 2012).
2. Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin adalah jumlah total hemoglobin dalam
pembuluh darah perifer dan menggambarkan jumlah total sel darah merah
yang terdapat di dalam darah. Kadar hemoglobin dihitung dengan satuan
gram per 100 ml (dL) darah (Muchnick, 2008). Pengukuran kadar
hemoglobin dalam darah adalah salah satu uji laboratorium klinis yang
sering dilakukan. Pengukuran kadar hemoglobin digunakan untuk melihat
secara tidak langsung kapasitas darah dalam membawa oksigen ke sel-sel
di dalam tubuh. Pemeriksaan kadar hemoglobin merupakan indikator yang
menentukan seseorang menderita anemia atau tidak (Estridge dkk, 2000).
Kadar normal hemoglobin pada bayi baru lahir yaitu 16-23 g/dL,
pada balita menurun menjadi 10-14 g/dL (Estridge dkk, 2000). Untuk anak
usia 6-14 tahun kadar normal hemoglobinnya antara 12-16 g/dL
(Handayani dan Andi, 2008). Pada laki-laki dewasa kadar normal
hemoglobin antara 13-17 g/dL, pada wanita dewasa tidak hamil antara 1216 g/dL, wanita dewasa yang hamil antara 11-13 g/dL (Estridge dkk,
2000). Kadar hemoglobin sangat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan
33
ras. Ras kaukasian memiliki kadar hemoglobin yang lebih tinggi daripada
ras lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh unsur genetik dari setiap ras yang
dapat memunculkan respon berbeda terhadap kesehatan disesuaikan
dengan genetiknya (Lobato dkk, 2008).
3. Struktur Hemoglobin (Hb)
Molekul hemoglobin terdiri dari dua bagian utama, yaitu heme dan
globin. Globin mengandung empat rantai protein. Hemoglobin diberi nama
berdasarkan struktur rantai proteinnya, sebagai contoh hemoglobin yang
yang mengalami mutasi dan menyebabkan anemia sel sabit (Hb S)
memiliki struktur globin yang berbeda dengan hemoglobin normal pada
orang dewasa (Hb A). Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri
dari 2 rantai alpha-globulin dan 2 rantai, sedangkan pada bayi yang masih
dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta
dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama
yang dinamakan sebagai HbF (Estridge dkk, 2000).
Heme dari molekul hemoglobin mengandung zat besi, zat besi
yang terdapat di dalam tubuh sebagian besar terdapat di dalam
hemoglobin, mioglobin dan protein otot. Hal ini dikarenakan zat besi
merupakan komponen utama dalam pembentikan hemoglobin (Estridge
dkk, 2000). Pusat molekul hemoglobin terdapat cincin heterosiklik yang
dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi. Porfirin yang
mengandung besi inilah yang disebut heme. Tiap subunit hemoglobin
mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhanb hemoglobin
memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada molekul heme inilah zat
34
besi melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui
darah (Sherwood, 2012).
4. Pembentukan Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin dibentuk selama proses pematangan sel darah merah
yang dimulai dari sintesis heme. Pembentukan heme dimulai di
mitokondria melalui reaksi antara Glycine dan succinyl-CoA membentuk
senyawa aminolevilini acid (ALAD). Enzim ALAD yang terbentuk
kemudian keluar ke sitosol dan dengan perantara enzim ALAD
dehydratase membentuk porphobilinogen yang merupakan prazat pertama
pirol. ALAD deyidratase sangat sensitif terhadap inhibisi oleh timbal
(Lauwerys dan Perrine, 2001).
Empat
porphobilinogen
(PBG)
berkondensasi
membentuk
tetrapirol linier yaitu hidroksi metil bilana yang dikatalisis oleh enzim
PBG deaminase. Hidroksi metil bilana selanjutnya mengalami siklisasi
spontan membentuk uroporfirinogen I yang simetris atau diubah menjadi
uroporfirinogen III yang asimetris dan membutuhkan enzim tambahan
yaitu uroporfirinogen III kosintase Pada kondisi normal hampir selalu
terbentuk uroporfirinogen III. Uroporfirinogen III selanjutnya mengalami
dekarboksilasi membentuk Corproporfirin yang dikatalisis oleh enzim
uroporfirinogen dekarboksilase (Lauwerys dan Perrine, 2001).
Corproporfirin masuk ke dalam mitokondria serta mengalami
dekarboksilasi dan oksidasi. Reaksi ini dikatalisis oleh Corproporfirin
oksidase dan membentuk protoporphyirinogen. Protoporphyirinogen
selanjutnya mengalami proses penyatuan dengan Fe++ melalui suatu reaksi
35
yang dikatalisis oleh ferrochelatase membentuk heme. Heme bereaksi
dengan globin membentuk hemoglobin (Lauwerys dan Perrine, 2001).
Gambar 2.2 : Proses Pembentukan Hemoglobin
(Lauwerys dan Perrine, 2001)
5. Fungsi Hemoglobin (Hb)
Fungsi hemoglobin dalam tubuh antara lain (Sherwood, 2012):
1. Mengangkut oksigen dari alveolus yang terdapat di paru-paru ke selsel tubuh dengan cara membentuk oksihemogloblin. Oksihemoglobin
ini akan beredar secara luas pada seluruh jaringan tubuh. Jika
kandungan oksigen di dalam tubuh lebih rendah dari pada jaringan
paru-paru, maka ikatan oksihemogloblin akan dibebaskan dan oksigen
akan digunakan dalam metebolisme sel.
2. Mengangkut karbon dioksida dari sel-seltubuh untuk dibawa ke paruparu dan diekskresikan ke luar tubuh melalui sistem pernapasan.
3. Hemoglobin berikatan dengan ion hidrogen asan dar asam karbonat
terionisasi, yang dihasilkan di tingkat jaringan dari karbondioksida.
Hemoglobin menyangga asam ini sehingga asam ini tidak banyak
menyebabkan perubahan pH darah.
4. Hemoglobin berikatan dengan nitat oksida yang bersifat vasodilator.
Nitrat oksida dibebaskan di jaringan, tempat zat ini melemaskan dan
36
melebarkan arteriol lokal. Vasodilatasi ini membantu menjamin bahwa
darah kaya oksigen dapat mengalir dengan lancar dan juga membantu
menstabilkan tekanan darah.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin dalam darah dapat dipengaruhi berbagai faktor,
antara lain (Estridge dkk, 2000):
1. Pola makan
Untuk menjaga kadar hemoglobin normal, diperlukan asupan yang
dapat memenuhi kebutuhan zat besi. Zat besi merupakan elemen utama
dalam pembentukan hemoglobin. Zat besi terdapat pada makanan baik
yang bersumber dari hewan maupun tumbuhan (Devi, 2010). Beberapa
jenis makanan memiliki kandungan zat besi yang tinggi, seperti bayam
merah, beras merah, hati sapi, kacang hijau, kacang merah, kedelai,
kerang, oncom, telur bebek, tempe, ikan salmon dan ikan tuna. Sumber
makanan tersebut mengandung 4 mg zat besi per 100 gram (Hartono,
2006). Selain zat besi, vitamin B12 juga merupakan salah satu
komponen penting dalam pembentukan hemoglobin (Sherwood, 2012).
2. Usia
Bayi yang baru lahir memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi
dibandingkan dengan anak-anak dan orang dewasa. Kadar hemoglobin
menurun berdasarkan peningkatan usia. Kadar hemoglobin terlihat
menurun mulai dari usia 50 tahun ke atas, namun dibeberapa kondisi
kadar hemoglobin pada anak-anak menurun drastis diakibatkan
kebutuhan zat besi yang lebih banyak untuk pertumbuhannya (Patel,
37
2008). Penambahan usia juga mempengaruhi terhadap perubahan
degeneratif fungsi tubuh, sehingga adanya polutan yang masuk ke
dalam tubuh lebih sulit untuk mentoleransinya (Sacher dkk, 2004).
3. Jenis kelamin
Dalam keadaan normal, laki-laki memiliki kadar hemoglobin lebih
tinggi daripada perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh fungsi fisiologis
dan metabolisme laki-laki yang lebih aktif daripada perempuan. Kadar
hemoglobin perempuan lebih mudah turun, karena mengalami siklus
menstruasi yang rutin setiap bulannya. Ketika perempuan mengalami
menstruasi banyak terjadi kehilangan zat besi, oleh karena itu
kebutuhan zat besi pada perempuan lebih banyak daripada laki-laki
(Estridge dkk, 2000).
4. Logam berat
Logam berat yang masuk ke tubuh melalui pernafasan akan
langsung berinteraksi dengan darah, sebagai contoh adalah timbal.
Timbal yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari pencemaran
udara dan rokok (Gusnita, 2012). Timbal yang telah masuk kedalam
tubuh akan didistribusi ke dalam darah sebesar 95% yang terikat pada
sel darah merah dan sisanya terikat pada plasma darah (Palar, 2004).
Sistim hematopoetik sangat peka terhadap efek timbal, yaitu
menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam pembentukan
heme. Enzim yang terlibat dalam pembentukan heme, enzim ALAD
dan ferrochelatase, sangat rentan terhadap efek penghambatan oleh
timbal. Inhibisi pada enzim ALAD berhubungan dengan konsentrasi
38
timbal dalam darah. Hampir 50% aktivitas enzim ini dihambat pada
kadar timbal dalam darah sebesar 15 µg/dL (Lauwerys dan Perrine,
2001).
5. Genetik
Beberapa orang memiliki jenis hemoglobin yang berbeda dengan
hemoglobin orang normal. Perbedaan ini menyebabkan munculnya
gangguan kesehatan yang dibawa dari genetik atau keturunan,
contohnya anemia sel sabit. Anemia sel sabit merupakan penyakit
keturunan dimana terdapat molekul hemoglobin yang abnormal karena
penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta.
Akibatnya, sel darah merah terdistorsi menjadi bentuk sabit dalam
kondisi konsentrasi oksigen yang rendah. Sel-sel terdistorsi ini
menutup kapilar dan mengganggu aliran darah (Sloane, 2003).
6. Lama kerja
Seseorang yang bekerja di tempat dengan pajanan logam berat
seperti timbal, memungkin timbulnya dampak kesehatan. Hal ini
terjadi karena penumpukan logam berat dalam darahnya. Semakin
lama orang tersebut bekerja maka semakin bertambah jumlah pajanan
yang diterima (Patrick, 2006). Timbal memiliki waktu paruh di dalam
darah kurang dari 25 tahun, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan
pada tulang 25 hari. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan timbal
mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan okupasional
maupun non-okupasional (Joko, 1995).
7. Kebiasaan merokok
39
Terdapat beberapa teori yang membahas tentang hubungan antara
kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin. Menurut Rizkiawati
(2012) merokok dapat menyebabkan rusaknya sel silia pada saluran
pernapasan yang menyaring zat-zat yang masuk ke dalam saluran
pernapasan. Merokok dapat merusak mekanisme tersebut dan
menyebabkan aliran udara terhambat, alveoli rusak dan kapasitas paruparu
menurun,
menyebabkan
merokok
dapat
peningkatan
mengiritasi
mukus.
Mukus
sel
mukus
yang
dan
berkumpul
menyebabkan infeksi dan kerusakan pada paru.
Kerusakan pada paru dapat mengakibatkan semakin banyak jumlah
zat kimia yang terdapat dalam rokok seperti logam berat masuk ke
dalam tubuh sehingga berpengaruh pula pada penurunan kadar
hemoglobin dalam darah. Logam berat yang terdapat di dalam rokok
dapat menganggu pembentukan hemoglobin, seperti timbal, boron,
kadmium, selenium, arsenik dan antimoni (Al-Malki, 2009).
Menurut Suriyaprom (2007),
merokok merupakan salah satu
faktor penting yang mempengaruhi kadar hemoglobin. Rokok
mengandung banyak zat beracun dan komponen yang menyebabkan
kanker dan berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin, nitrogen oksida,
karbonmonoksida, hidrogen sianida dan radikal bebas (Goel dkk,
2010). Karbonmonoksida 245 kali lebih mudah berikatan dengan
hemoglobin dibandingkan oksigen dengan hemoglobin (Goel dkk,
2010).
Karbonmonoksida
yang
berikatan
dengan
hemoglobin
membentuk karboksilhemoglobin (COHb) yang dalam keadaan normal
40
jumlahnya di dalam darah sangat rendah (Asif, 2013). Kadar
karboksilhemoglobin
yang
tinggi
pada
perokok
menyebabkan
rendahnya penyerapan oksigen oleh tubuh, oleh karena itu tubuh
merespon keadaan ini dengan meningkatkan kadar hemoglobin
(Milman dan Agnes, 2009).
7. Dampak Kekurangan Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin merupakan salah satu protein yang penting dalam tubuh
manusia, karena fungsinya dalam transportasi oksigen dan karbondioksida
(Hazelwood, 2001). Oleh karena itu kadar hemoglobin dalam tubuh harus
pada nilai normal. Kadar hemoglobin yang di bawah normal merupakan
sindrom dari penyakit anemia. Sindrom ini muncul karena anoksia organ
target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.
Beberapa dampak akut dari kekurangan hemoglobin antara lain
(Handayani dan Andi, 2008):
1. Sering pusing, merupakan respon dari sistem saraf pusat akibat otak
sering mengalami periode kekurangan pasokan oksigen yang di bawa
hemoglobin terutama saat tubuh memerlukan energi yang banyak.
2. Mata berkunang-kunang, merupakan respon dari saraf pusat akibat
kurangnya oksigen ke otak dan mengganggu pengaturan saraf mata.
3. Napas cepat atau sesak napas, merupakan respon dari sistem
kardiovaskular. Jika hemoglobin kurang, maka kebutuhan oksigen
untuk otot jantung juga berkurang dan kompensasinya menaikkan
frekuensi nafas.
41
4. Pucat, merupakan respon dari jaringan epitel, hemoglobin yang
mewarnai sel darah menjadi merah akan tampak pucat karena
kekurangan yang ekstrim.
Selain akibat akut yang ditimbulkan akibat kekurangan hemoglobin,
terdapat dampak kesehatan yang lebih berbahaya jika tidak dilakukan
upaya meningkatkan kadar hemoglobin menjadi normal seperti anemia.
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai
penurunan kadar hemoglobin serta jumlah eritrosit dan hematokrit di
bawah normal (Handayani dan Andi, 2008). Terdapat tiga jenis anemia
yang dipengarui oleh kadar hemoglobin, yaitu anemia sel sabit, anemia
pernisiosa dan anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia sel sabit terjadi
dari faktor genetik yang mempengaruhi genetik dari hemoglobin, anemia
pernisiosa disebabkan tubuh tidak dapat menyerap vitanim B12, sedangkan
anemia akibat kekurangan zat besi diakibatkan kurangnya pola konsumsi
zat besi (Sherwood, 2012).
Kekurangan kadar hemoglobin tidak hanya mengganggu sistem
hematopoietik, namun juga mengganggu sistem tubuh lainnya, seperti
saraf, ginjal dan hati. Pada sistem saraf, akibat kekurangan hemoglobin
secara langsung menyebabkan penurunan hemoprotein seperti sitokrom.
Kekurangan sitokrom menyebabakan lemahnya aktifitas sel saraf dan
menghambat perkembangan sel saraf. Pada sistem eksresi yaitu ginjal,
kekurangan hemoglobin dapat menurunkan proses penyerapan vitamin D
42
yang dapat mengganggu regulasi mineral seperti kalsium yang berujung
pada terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi. Gangguan akibat
kekurangan kadar hemoglobin pada hati langsung berdampak pada
menurunnya produksi heme yang berperan dalam proses detoksifikasi di
hati (Patrick, 2006).
C. Timbal (Pb) dan Hemoglobin (Hb)
Eritrosit dibentuk oleh logam Fe (besi) dengan gugus heme dan globin
sintesa dari kompleks tersebut melibatkan 2 enzim, yaitu enzim Amino
Levulinic Acid Dehidrase (ALAD) atau asam amino levulinat dehidrase dan
enzim ferrokhelatase. Enzim ALAD akan bereaksi secara aktif pada tahap
awal sintesa dan selama sirkulasi sel darah merah berlangsung. Sistem
hematopoetik sangat peka terhadap efek timbal, yaitu menghambat sebagian
besar enzim yang berperan dalam biosintesa heme. Enzim yang terlibat dalam
pembentukan heme, enzim ALAD dan ferrochelatase, sangat rentan terhadap
efek penghambatan oleh timbal. Inhibisi pada enzim ALAD berhubungan
dengan konsentrasi timbal dalam darah. Hampir 50% aktivitas enzim ini
dihambat pada kadar timbal dalam darah sebesar 15 µg/dL (Lauwerys dan
Perrine, 2001).
Gambar 2.3. Hematotoksisitas timbal (Pb) pada Sintesis Heme
(EPA dalam Patrick, 2006)
43
Inhibisi timbal pada pembentukan heme dapat dilihat pada gambar 2.3,
efek yang paling berperan adalah hambatan pada reaksi enzimatik terakhir
dalam sintetis heme, dimana ferrochelatase mengkatalisis penggabungan besi
ferro ke dalam cincin heme. Inhibisi pada ferrochelatase mengakibatkan
akumulasi free erythorocyte protopornpyrin (FEP) atau zinc protoporphyrin
(ZPP) dan coproporphiryn dalam urine. Selain melalui inhibisi pada sintesis
heme, anemia yang terjadi pada keracunan timbal juga disebabkan adanya
destruksi eritrosit atau dikenal dengan anemia hemolitik (Lauwerys dan
Perrine, 2001).
Anemia hemolitik yang terjadi karena keracunan timbal disebabkan oleh
singkatnya masa hidup eritrosit. Patogenesis terjadinya hemolisis pada ke
racunan timbal diperkirakan berhubungan dengan inhibisi pada pyrimidine-5nucleotidase. Defisiensi enzim ini secara herediter ditandai dengan basophilic
stippling pada eritosit, hemolisis kronik, dan akumulasi nukleotida pirimidin
diintraeritrosit. Nukleotida pirimidin ini berkompitisi dengan nukleotida
adenin pada sisi aktif kinase padaglycolitic yang mengubah stabilitas
membrane eritrosit (Lauwerys dan Perrine, 2001).
Penurunan kadar hemoglobin pada darah juga dipengaruhi oleh faktor
genetik. Pada enzim ALAD terdapat bagian yang disebut dengan
Polymorphism, bagian ini yang sangat sensitif terhadap keberadaan timbal
dalam darah. Terdapat dua jenis ALAD Polymorphism berdasarkan
kodominanya, yaitu ALAD-1 dan ALAD-2 (Kelada dkk, 2001). Sekitar 20 %
ras kaukasian memiliki jenis ALAD yang sangat jarang yaitu ALAD-2.
Perbedaan mendasar antara ALAD-1 dan ALAD-2 adalah pada jumlah alel
44
yang dimiliki. Perbedaan alel ini menyebabkan respon yang berbeda pada
tubuh terhadap timbal dalam darah. Orang dengan ALAD-2 memiliki kadar
timbal dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan
ALAD-1 dengan konsentrasi pajanan timbal yang sama (Wetmur, 1994).
Berdasarkan penelitian Kelada dkk tahun 2001, orang dengan ALAD-1
menyimpan timbal dalam tulang lebih banyak daripada orang denga ALAD2. Hal ini menunjukkan orang dengan ALAD-1 akan lebih berisiko terhadap
dampak timbal dalam jangka panjang dari pada orang dengan ALAD-2.
D. Metode Partial Least Square (PLS)
Partial Least Square (PLS) merupakan salah satu pengembangan analisis
menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). PLS merupakan metode
yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel laten yang
berdasarkan varian (Latan dan Imam, 2012). Wold (1998) mengembangkan
PLS untuk menguji teori yang lemah dan data yang lemah seperti jumlah
sampel yang kecil atau masalah pada normalitas data (Latan dan Imam,
2012). PLS-SEM dapat melihat hubungan langsung maupun tidak langsung
antar variabel laten, sehingga dapat dilihat interaksi antara variabel. Interaksi
tersebut dapat meningkatkan peran maupun menurunkan peran dari variabel
yang dilihat dari nilai R square (Latan dan Imam, 2012).
Analisis PLS-SEM terdiri dari dua sub model yaitu inner model (model
struktural) dan outter model (model pengukuran). Model struktural
menunjukkan kekuatan estimasi antar variabel laten dengan konstruk.
Sedangkan model pengukuran menunjukkan bagaimana indikator dari setiap
variabel laten dapat merepresentasikan variabel laten untuk diiukur (Latan
45
dan Imam, 2012). Peneliti menggunakan metode PLS-SEM dikarenakan
berdasarkan teori simpul yang dirumuskan oleh Acmadi (2011) menunjukkan
bahwa polutan dapat menimbulkan dampak pada kesehatan manusia melalui
jalur migrasi dari lingkungan yang kemudian berinteraksi dengan faktor
kependudukan.
Menurut Achmadi (2011) patogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat
digambarkan ke dalam suatu model atau paradigma yang disebut dengan
paradigma kesehatan lingkungan. Paradigma tersebut menggambarkan
hubungan interaksi antara komponen lingkungan yang memiliki potensi
bahaya penyakit dengan manusia. Paradigma ini dapat digambarkan dalam
teori yang disebut dengan teori simpul. Menurut teori simpul kejadian
penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara faktor kependudukan
(kepadatan, umur, jenis kelamin, pendidikan, genetik dan sebagainya) dan
faktor lingkungan.
Berdasarkan teori tersebut kadar hemoglobin dalam darah pekerja dapat
dipengaruhi langsung maupun tidak langsung oleh faktor kependudukan.
Faktor lingkungan pada penelitian ini menjadi variabel perantara yang diukur
melalui kadar timbal dalam darah pekerja. Kadar timbal dalam darah dapat
menggambarkan besarnya timbal yang masuk ke dalam tubuh. Faktor
kependudukan yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah usia, jenis
kelamin dan lama kerja.
E. Kerangka Teori
Kerangka teori pada penelitian ini berdasarkan pada Widowati dkk (2008),
McGranahan dan Murray (2003), Schmitz dkk (2003), Harison dan Laxen
46
(1981), Palar (2004), ACS (2014), CDPH (2009), Hasan dkk (2013), UNEP
(2014), Joko (1995), EPA (2014), Lauwerys dan Perrine (2001) serta Sacher
(2004). Menurut Widowati dkk (2008), timbal berasal dari sumber alami dan
antropogenik. Sumber alami timbal terdapat pada batuan, penguapan lava,
tanah dan tumbuhan, dan sumber antropogenik berasal dari transportasi.
McGranahan dan Murray (2003) serta Schmitz dkk (2003) menyebutkan
sumber antropogenik timbal lainnya adalah industri. Harison dan Laxen
(1981) berpendapat timbal yang keluar dari sumber masuk ke lingkungan
kemudian ke tubuh manusia melalui jalur pajanan seperti makanan dan
minuman (ingesti) serta udara (inhalasi). Menurut Palar (2004) dan ACS
(2014), jalur pajanan timbal ke dalam tubuh juga melalui dermal. Faktor lain
yang mempengaruhi timbal dalam tubuh, seperti penggunaan APD, usia, jenis
kelamin, lama kerja dan rokok (Hasan dkk, 2013).
Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat didiagnosis melalui
pemeriksaan kadar timbal dalam darah, diagnosis ini berguna untuk melihat
pajanan eksternal serta petunjuk langsung jumlah timbal yang sesunggunya
masuk ke dalam tubuh (CDPH, 2009). Dampak pajanan timbal terhadap
sistem hematopoeietik adalah munculnya gejala anemia (UNEP, 2014).
Dampak lainnya akibat masuknya timbal ke dalam tubuh adalah gangguan
sistem eksresi (Joko, 1995), gangguan sistem saraf pusat (Harison dan Laxen,
1981), dan gangguan sistem reproduksi (EPA, 2014).
47
Batuan
Udara
Inhalasi
Air
Dermal
Penguapan
Lava
Alami
Manusia
(Usia, jenis kelamin,
kebiasaan
merokok,
pemakaian APD, lama
kerja, dan genetik)
Tanah
Tanah
Timbal
Tumbuhan
Timbal
dalam
darah
Ingesti
Industri
Antropogenik
Makanan
dan
minuman
Transportasi
Kerusakan saluran ginjal
Gangguan Sistem Eksresi
Kerusakan saraf
Gangguan sistem saraf
Aborsi spontan dan abnormalitas sperma
Gangguan reproduksi
Pola makan
Usia
Jenis Kelamin
Gangguan sistem hematopoeietik
Kadar Hemoglobin
Genetik
Lama keja
Kebiasaan merokok
Gambar 2.4 Kerangka Teori
Sumber : Widowati dkk (2008), McGranahan dan Murray (2003), Schmitz dkk (2003), Harison dan Laxen (1981), Palar (2004), ACS (2014), CDPH (2009), Hasan dkk (2013), UNEP (2014), Joko (1995),
EPA (2014) dan Estridge (2000).
48
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Peneliti mengambil beberapa faktor dari kerangka teori pada gambar 2.4
yang selanjutnya digunakan sebagai variabel pada penelitian ini.
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan gambar 3.1 terdapat tiga jenis variabel, yaitu variabel
eksogen, endogen dan intervenning. Variabel eksogen merupakan variabel
yang mempengaruhi, sedangkan variabel endogen merupakan variabel yang
dipengaruhi. Variabel intervenning merupakan variabel perantara antara
variabel endogen dan eksogen. Faktor yang dipilih menjadi variabel eksogen
pada penelitian ini adalah karakteristik individu seperti usia, lama kerja
(tahun) dan kebiasaan merokok. Peneliti memilih usia, lama kerja dan
kebiasaan merokok menjadi variabel eksogen karena variabel tersebut
memiliki variasi dan dapat diukur.
Variabel intervenning pada penelitian ini adalah kadar timbal dalam darah.
Sedangkan variabel endogen pada penelitian ini adalah kadar hemoglobin.
Peneliti mengambil variabel kadar timbal dalam darah karena 95% pajanan
49
timbal di udara masuk ke dalam paru dan tersimpan di dalam darah. Selain itu
waktu tinggal timbal dalam darah juga cukup lama yaitu 35 hari. Pemeriksaan
kadar timbal dalam darah merupakan petunjuk langsung jumlah timbal yang
masuk ke dalam tubuh. Kadar timbal dalam darah yang melebihi NAB akan
menunjukkan gangguan sistem hematopoeietik seperti penurunan kadar
hemoglobin. Hampir 50% aktivitas enzim ALAD dan ferrochelatase
dihambat pada kada timbal dalam darah sebesar 15 g/dl.
Faktor jenis kelamin, penggunaan APD dan genetik tidak diteliti karena
berdasarkan studi pendahuluan peneliti, tidak terdapat variasi pada faktor
tersebut. Seluruh pekerja di percetakan berjenis kelamin laki-laki dan tidak
ada yang menggunakan APD ketika bekerja. Berdasarkan ras tidak ada
pekerja yang termasuk dalam ras kaukasian, dimana ras kaukasian memiliki
perbedaan jenis alel pada enzim ALAD. Peneliti tidak meneliti faktor pola
makan dikarenakan peneliti hanya ingin melihat pajanan timbal dari
lingkungan kerja.
B. Hipotesis
1.
Ada hubungan langsung antara karakteristik individu (usia, lama kerja
(tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar timbal dalam darah pekerja
percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 201.
2.
Ada hubungan langsung antara karakteristik individu (usia, lama kerja
(tahun) dan kebiasaan merokok) dengan kadar hemoglobin pekerja
percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015.
3.
Ada hubungan langsung antara kadar timbal dalam darah dengan kadar
hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat tahun 2015.
50
4.
Ada hubungan tidak langsung antara karakteristik individu (usia, lama
kerja (tahun) dan kebiasaan merokok) melalui kadar timbal dalam darah
dengan kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall
Ciputat tahun 2015.
5.
Ada hubungan simultan antara karakteristik individu (usia, lama kerja
(tahun) dan kebiasaan merokok) melalui kadar timbal dalam darah dengan
kadar hemoglobin pada pekerja percetakan di Kawasan Megamall Ciputat
tahun 2015.
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
1.
Eksogen
Usia
2.
Lama kerja
3.
Kebiasaan
merokok
4.
5.
Definisi Operasional
Cara Ukur
Usia responden yang Wawancara
dihitung dalam tahun
sejak lahir sampai pada
saat
penelitian
dilakukan
Waktu yang dihitung Wawancara
dalam tahun yang telah
digunakan
responden
untuk bekerja di bagian
press
Banyaknya rokok yang Wawancara
dihisap oleh responden
yang dihitung dalam
satuan batang per hari
Intervenning
Kadar timbal Nilai konsentrasi timbal
dalam darah yang ditemukan dalam
darah
responden
dihitung dalam µg/dL
Endogen
Kadar
Nilai
konsentrasi
hemoglobin hemoglobin
yang
ditemukan dalam darah
responden
dihitung
dalam gr/dL
Alat Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
Kuesioner
Tahun
Rasio
Kuesioner
Tahun
Rasio
Kuesioner
Batang/ Rasio
hari
Pemeriksaan
spesimen
darah
responden
AAS
(Atomic
Absorbtion
Spectophotometer)
µg/dL
Rasio
Pemeriksaan
spesimen
darah
responden
Hemmocue
201+
gr/dL
Rasio
51
Hb
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi dengan desain cross
sectional study, karena pada penelitian ini variabel eksogen, intervenning dan
endogen akan diamati pada waktu yang sama.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015
dengan lokasi penelitian di Kawasan Megamall Ciputat.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja percetakan di
bagian press. Berdasarkan data terdapat tujuh percetakan di Kawasan
Megamall dengan jumlah pekerja yang berbeda-beda. Jumlah pekerja di
bagian press dari seluruh percetakan adalah 45 orang, dengan perincian
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Jumlah Pekerja Press
No
1
2
3
4
5
6
7
Nama Percetakan
Prima Graphia
Sejahtera
Asia Visual
Kholam Printing
Bianglala
Kreasi Permaisindo
Talenta Offset
Jumlah
52
Jumlah Pekerja Press
4 orang
6 orang
5 orang
10 orang
9 orang
4 orang
7 orang
45 orang
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin
karena populasi dari penelitian ini diketahui. Rumus slovin merupakan
rumus salah satu rumus yang dapat menentukan besar sampel dari sebuah
penelitian kesehatan (Adanza dan Fe, 2002).
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi, dalam penelitian ini 45
e = batas toleransi kesalahan (error tolerance) 0,005
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh minimal sampel sebesar 40.
Oleh karena terdapat tujuh percetakan dengan jumlah pekerja bagian press
yang berbeda-beda, maka cara pengambilan sampel menggunakan
Proporsional Random Sampling. Setiap percetakan akan diambil
sampelnya dengan jumlah tertentu sesuai dengan perhitungan proporsi
terhadap minimal sampel pada penelitian ini dan diuraikan sebagai berikut
Tabel 4.2 Proporsi Sampel Pekerja Press
No
Nama Percetakan
1
2
3
4
5
6
7
Prima Graphia
Sejahtera
Asia Visual
Kholam Printing
Bianglala
Kreasi Permaisindo
Talenta Offset
Jumlah
Jumlah
Pekerja
Press
4 orang
6 orang
5 orang
10 orang
9 orang
4 orang
7 orang
45 orang
53
Proporsi
terhadap
populasi
8.89 %
13.33 %
11.11%
22.22 %
20 %
8.89 %
15.56 %
100 %
Jumlah sampel
3.556 ~ 4 orang
5.332 ~ 5 orang
4.444 ~ 4 orang
8.888 ~ 9 orang
8 orang
3.556 ~ 4 orang
6.223 ~ 6 orang
40 orang
D. Cara Pengukuran
1. Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan pada penelitian ini
diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden untuk
mengetahui variabel karakteristik individu. Selain itu data primer juga
diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium untuk kadar timbal dalam
darah dan kadar hemoglobin. Data sekunder berisi daftar nama pekerja
yang bekerja di bagian press disetiap percetakan di Kawasan Megamall.
2. Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu diolah agar data
menjadi
informasi.
Dalam
statistik,
informasi
yang
diperoleh
dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam
pengujian hipotesis. Dalam pengolahan data terdapat langkah-langkah
yang harus ditempuh, diantaranya :
a. Editing
Editing adalah memeriksa data hasil pengumpulan data, meliputi
kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragamana data.
b. Coding
Coding merupakan pemberian kode pada data hasil penelitian atau
menaruh angka (numerik) sebagai kode pada setiap data yang terdiri
atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
c. Entri data
54
Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam software statistik.
d. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang
sudah dimasukkan, apakah ada kesalah atau tidak. Kesalahan mungkin
terjadi pada saat memasukkan data ke komputer.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
kuesioner, Atomic Absorbtion Spectophotometer (AAS) dan hemmocue
analyzer. Kuesioner digunakan untuk mengukur variabel karakteristik
individu yaitu usia, lama kerja dan kebiasaan merokok. Kuesioner terdiri
dari tujuh pertanyaan yang harus dijawab seluruhnya oleh responden
kemudian jawaban responden langsung ditulis dalam kuesioner. AAS
digunakan untuk mengukur kadar timbal dalam darah, sedangkan
hemmocue Hb 201+ digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin.
AAS yang digunakan adalah Polarized Zeeman Atomic Absorbtion
Spectophotometer dengan merk HITACHI Z-2000 High Technologies,
Tokyo,
Jepang.
Untuk
pengukuran
kadar
hemoglobin
peneliti
menggunakan hemoglobin analyzer dengan merk hemmocue Hb 201+.
Prinsip dari hemmocue Hb 201+. adalah melihat rekasi modifikasi dari
azidemethemoglobin dengan panjang gelombang 570 nm dan 880 nm.
Hemmocue Hb 201+ dapat mengukur kadar hemoglobin dalam rantang 025,6 g/dl. Akurasi dari hemmocue Hb 201+ telah diuji laboratorium dan
menjadi mudah untuk digunakan. Pada penelitian ini akan diambil darah
55
dari para responden sebanyak 3 ml untuk pemeriksaan timbal dalam darah
dan hemoglobin.
a. Prosedur Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan oleh orang yang terlatih dan
berpengalaman dibidangnya seperti analis laboratorium dan perawat.
Alat yang digunakan untuk mengambil sampel darah (Lampiran 7),
yaitu :
1. Spuit
2. Torniquet
3. Alcohol Swab 70%
4. Blood Tube dengan Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA) 3 ml
Tempat pengambilan sampel darah yang diambil pada bagian
lipatan lengan atau siku (darah vena) dengan volume pengambilan
sebanyak 3 ml. Tahap-tahap pengambilan sampel darah yaitu :
1. Mengikat lengan atas responden dengan menggunakan torniquet,
lalu tangan dikepalkan.
2. Menentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan
Alcohol Swab 70%.
3. Menusuk jarum spuit dengan posisi 45° terhadap lengan.
4. Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit
menjadi 30° terhadap lengan, hisap darah perlahann hingga volume
yang diinginkan.
56
5. Setelah volume cukup, buka torniquet kemudian bersihkan dengan
Alcohol Swab pada ujung jarum yang menempel dikulit kemudian
tarik jarum perlahan-lahan.
6. Menekuk lengan responden dan membiarkan kapas beralkohol di
tempat bekas tusukan hingga darah tidak keluar.
7. Memindahkan darah dari spuit ke blood tube, kemudian
menggoyang perlahan agar bercampur.
8. Memberi nomor pada sampel darah sesuai idetitas.
9. Setelah sampel terkumpul dalam botol, kemudian masukan botol
tersebut ke dalam wadah yang lebih besar dengan diberi es sebagai
pengawet sementara (cool box).
10. Pemeriksaan sampel darah di laboratorium.
b. Prosedur Pengukuran Hemoglobin (Hb)
Alat yang digunakan untuk mengukur hemoglobin adalah
hemmocue Hb 201+, alat ini terdiri dari (Lampiran 7) :
1. Hemmocue Hb 201+ analyser
2. Hemmocue Hb 201+ microcuvette
3. 4 Baterai kering 1,5 volt
4. Lancet
5. Alkohol swabs
6. Sensi gloves
Cara kerja hemmocue Hb 201+ yaitu :
57
1. Menggunakan jari tengah atau jari manis responden untuk
pengambilan sampel dan keadaan tangan pasien santai (tidak
tegang).
2. Membersihkan jari dengan alkohol lalu dikeringkan dengan kasa
3. Menekan pelan-pelan dari ujung ruas jari sampai ujung yang
lainnya lalu tusuk jari menggunakan lancet.
4. Menekan pelan jari sampai tetesan darah muncul
5. Ketika tetesan darah cukup banyak, isi microcuvette dalam satu
proses yang berkesinambungan, jangan isi ulang.
6. Darah yang berlebihan pada bagian luar microcuvette dibersihkan
dengan kasa yang bersih dan jangan menyentuh ujung microcuvette
yang terbuka, yang dapat menyebabkan darah terlarut microcuvette
7. Meletakkan microcuvvet dalam penahan cuvette
8. Menggeser penahan cuvette dengan halus ke posisi pengukuran
9. Nilai kadar Hb pada sampel yang diukur akan muncul selama 1560 detik. Hasil tersebut akan tetap muncul di layar selama proses
penahanan cuvette masih dalam posisi mengukur.
c. Prosedur Pengukuran Timbal (Pb) dalam Darah
Pengukuran timbal dalam darah menggunakan metode dan langkah
kerja SNI 7270 :2009 tentang Pengukuran kadar timah hitam dalam
darah menggunakan spektrofotometer serapan atom dengan atomisasi
tungku grafit (Graphite Furnace Atomization).
58
1) Peralatan
a. Peralatan non gelas (Lampiran 7)
1. AAS dengan atomisasi tungku grafit (lampu katoda timbal)
2. Hot Plate dan Stirer
3. Pipa atau mangkuk grafit
b. Peralatan gelas (Lampiran 7)
1. Gelas Piala 50 ml
2. Labu ukur 1000 ml, 100 ml dan 50 ml
3. Pipet mohr
4. Kaca Arloji
Seluruh peralatan gelas yang akan digunakan harus direndam
dengan deterjen bebas fosfat, selanjutnya dibilas dengan aquabides
dan direndam dalam larutan HNO3 10% kemudian dibilas dengan
aquabides. Keringkan peralatan gelas.
2) Bahan
a. Triton x-100
b. HNO3 pekat 65% dan HNO3 2%
c. HCL
d. Larutan standar timbal konsentrasi 1000 µg/ml
e. Aquabides
3) Cara kerja
a) Pembuatan larutan dilusi Triton X-HCL
(1) Masukkan aquabides ke dalam labu ukur 1000 ml separuh
labu ukur
59
(2) Tambahkan 5 ml HCL pekat dan 5 ml triton X-100 lalu
kocok sampai larutan homogen dan tanda bataskan.
b) Pembuatan larutan standar
(1) Larutan stok timbal 10 ppm
Masukkan aquabides ke dalam labu ukur 100 ml kira-kira
separuh labu ukur, kemudian tambahkan 1 ml HNO3 pekat
dan 1 ml larutan standar timbal 1000 ppm, kocok sampai
larutan homogen, lalu tanda bataskan.
(2) Larutan standar timbal 0,5 ppm
Ambil dengan pipet 2,5 ml larutan stok timbal 10 ppm ke
dalam labu ukur 50 ml, kemudian tambahkan 25 ml HNO3
2% dan kocok hingga homogen lalu tanda bataskan dengan
larutan HNO3 2%.
(3) Larutan standar timbal 1 ppm
Ambil dengan pipet 5 ml larutan stok timbal 10 ppm ke
dalam labu ukur 50 ml, kemudian tambahkan 25 ml HNO3
2% dan kocok hingga homogen lalu tanda bataskan dengan
larutan HNO3 2%.
(4) Larutan standar timbal 2 ppm
Ambil dengan pipet 10 ml larutan stok timbal 10 ppm ke
dalam labu ukur 50 ml, kemudian tambahkan 25 ml HNO3
2 % dan kocok hingga homogen lalu tanda bataskan
dengan larutan HNO3 2%.
60
(5) Larutan standar timbal 3 ppm
Ambil dengan pipet 15 ml larutan stok timbal 10 ppm ke
dalam labu ukur 50 ml, kemudian tambahkan 25 ml HNO3
2 % dan kocok hingga homogen lalu tanda bataskan
dengan larutan HNO3 2%.
(6) Larutan standar timbal 4 ppm
Ambil dengan pipet 20 ml larutan stok timbal 10 ppm ke
dalam labu ukur 50 ml, kemudian tambahkan 25 ml HNO3
2 % dan kocok hingga homogen lalu tanda bataskan
dengan larutan HNO3 2%.
c) Pembuatan kurva kalibrasi
1. Siapkan satu larutan blanko dan lima larutan standar yang
mengandung kadar timbal berkisar antara 10-60 µg/ml
dengan cara berikut :
(a) Ambil larutan standar dengan pipet dan masukkan ke
dalam masing-masing tabung reaksi sebagai berikut :
0,2 ml larutan standar 0,5 ppm : 10 µg/100ml
0,2 ml larutan standar 1 ppm : 20 µg/100ml
0,2 ml larutan standar 2 ppm : 40 µg/100ml
0,2 ml larutan standar 3 ppm : 60 µg/100ml
0,2 ml larutan standar 4 ppm : 80 µg/100ml
Kemudian kocok 3 menit dengan Hot Plate dan Stirer
61
(b) Ambil dengan pipet 9,8 ml larutan pengencer Triton XHCL dan tambahkan ke dalam masing-masing tabung
reaksi larutan standar.
(c) Ambil dengan pipet 10 ml aquabides dan masukkan
dalam tabung reaksi dengan blanko dan kocok 3 menit.
2. Atur AAS dengan tungku grafit dan optimalkan untuk
pengujian timbal sesuai dengan petunjuk alat.
3. Aspirasikan 10 µl larutan blanko dan standar tersebut diatas
ke dalam AAS pada panjang gelombang 285 nm.
4. Buatkan kurva kalibrasi absorbansi vs konsentrasi dari data di
atas dan tentukan persamaan garis lurusnya
5. Bila linieritas kurva kalibrasi (r2) lebih kecil dari 0,95 ulangi
langkah pada butir 5 dan 6
(d) Persiapan sampel (Lampiran 8)
1. Ambil dengan pipet 0,2 ml darah sampel dan masukkan ke
dalam tabung reaksi bertutup 15 ml tambahkan kira-kira
5ml larutan dilusi, tutup tabung reaksi
2. Kocok tabung reaksi dengan Hot Plate dan Stirer sampai
larutan homogen
3. Pindahkan larutan homogen ini ke dalam labu ukur 10 ml,
lalu tanda bataskan dengan larutan dilusi.
(e) Analisa sampel dan perhitungannya
1. Atur AAS dan optimalkan untuk pengujian timbal sesuai
dengan petunjuk alat
62
2. Aspirasikan 10 µl larutan sampel tersebut di atas ke dalam
AAS pada panjang gelombang 283 nm
3. Apabila perbedaan hasil pengukuran secara duplo lebih dari
20%, periksa kondisi alat dan ulangi langkah pada butir 2
4. Apabila peerbedaannya kurang dari 20% ambil rerata hasil
5. Hitung kadar timbal dlam darah dengan cara mensubtitusi
hasil pembacaan absorbansi ke kurva kalibrasi yang
dihasilkan dari pengukuran absorbansi larutan standar.
E. Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah analisis
univariat dan analisis dengan metode Partial Least Square (PLS).
1. Analisis Univariat
Analisi univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi
dari setiap variabel yang diteliti, baik variabel eksogen, variabel
intervening maupun variabel endogen. Pada penelitian ini variabel yang
dilakukan ananlisis dengan univariat antara lain usia, lama kerja,
kebiasaan merokok, kadar timbal dalam darah dan kadar hemoglobin pada
responden.
2. Analisis dengan Metode Partial Least Square (PLS)
Pada penelitian ini akan digunakan Structural Equation Modeling
(SEM) berbasis variance yaitu Partial Least Square (PLS). Terdapat tiga
jenis variabel pada penelitian ini, yaitu variabel eksogen, intervenning dan
endogen. Variabel eksogen merupakan variabel yang mempengaruhi,
sedangkan variabel endogen merupakan variabel yang dipengaruhi.
63
Variabel intervenning merupakan variabel perantara antara variabel
endogen dan eksogen.
Menurut Latan dan Imam (2012) tahapan yang dilakukan dalam
pemodelan PLS antara lain menentukan spesifikasi dan evaluasi model.
Model pada penelitian dengan PLS terdiri dari dua yaitu inner model
(model struktural) dan outer model (model pengukuran). Inner model
dalam penelitian ini dirancang untuk melihat hubungan antara variabel
laten eksogen dengan variabel laten intervenning dan variabel laten
endogen. Sedangkan Outer model merupakan hubungan antara indikator
dengan variabel latennya.
Pada evaluasi outer model, model dianggap valid atau memenuhi
syarat jika nilai cronbach’s alpha > 0.7. Pada evaluasi inner model
digunakan dilai R square untuk melihat kuat dan besarnya peran variabel
eksogen terhadap variabel endogen dan intervenning. Nilai R Square
dikatakan kuat jika ≥ 0.5 atau dikatakan memiliki peran yang besar jika ≥
50 %. Sedangkan nilai R Square dikatakan lemah jika < 0.5 dan dikatakan
memiliki peran yang kecil jika < 50 % (Latan dan Imam, 2012).
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel
eksogen, intervenning dan endogen, digunakan nilai T statistics atau T test.
Pada penelitian ini digunakan nilai T table = 1.96. Jika nilai T test > T
table maka terdapat hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya. Selain itu dapat pula ditentukan arah hubungan antar variabel
dengan melihat nilai original sample. Jika nilai original sample
menunjukkan nilai positif, maka hubungan memiliki arah positif.
64
Hubungan dengan arah positif menunjukkan pertambahan suatu variabel
diikuti dengan pertambahan variabel lainnya. Namun jika nilai original
sample menunjukkan nilai negatif, maka hubungan memiliki arah negatif.
Hubungan dengan arah negatif menunjukkan pertambahan suatu variabel
diikuti dengan penurunan variabel lainnya(Latan dan Imam, 2012).
Pada penelitian ini akan dilihat hubungan langsung dan tidak
langsung. Hubungan langsung antar variabel dilihat dari nilai T test dan
Original Sample pada tabel Path Coefficients hasil bootstrapping.
Hubungan tidak langsung antar variabel dilihat dari nilai T test hasil dari
analisis menggunakan Sobel test dengan Aorian Version. Berikut gambar
hubungan antar variabel pada penelitian ini :
a) Hubungan Langsung
Skema hubungan langsung antar variabel laten dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut :
Gambar 4.1. Skema Hubungan Langsung antar Variabel Laten
65
Keterangan dari gambar 4.1. adalah :
1. Hubungan langsung antara umur dengan kadar timbal dalam darah
2. Hubungan langsung antara lama kerja dengan kadar timbal dalam
darah
3. Hubungan langsung antara kebiasaan merokok dengan kadar timbal
dalam darah
4. Hubungan langsung antara umur dengan kadar hemoglobin
5. Hubungan langsung antara lama kerja dengan kadar hemoglobin
6. Hubungan langsung antara kebiasaan merokok dengan kadar
hemoglobin
7. Hubungan langsung antara kadar timbal dalam darah dengan kadr
hemoglonbin
b) Hubungan Tidak Langsung
Skema hubungan tidak langsung antar variabel laten dapat dilihat
pada gambar sebagai berikut :
Gambar 4.2. Skema Hubungan Tidak Langsung antara Variabel Usia dengan
Variabel Kadar Hemoglobin
66
Gambar 4.3. Skema Hubungan Tidak Langsung antara Variabel Lama Kerja
dengan Variabel Kadar Hemoglobin
Gambar 4.4. Skema Hubungan Tidak Langsung antara Variabel Kebiasaan
Merokok dengan Variabel Kadar Hemoglobin
Keterangan dari gambar 4.4. adalah :
1. Hubungan tidak langsung antara umur melalui kadar timbal dalam
darah dengan kadar hemoglobin
2. Hubungan tidak langsung antara lama kerja melalui kadar timbal
dalam darah dengan kadar hemoglobin
3. Hubungan tidak langsung antara kebiasaan merokok melalui kadar
timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin
c) Hubungan simultan antara karakteristik individu (usia, lama kerja dan
kebiasaan merokok) dengan melalui kadar timbal dalam darah dengan
kadar hemoglobin
67
Skema hubungan simultan antar variabel laten dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut :
Gambar 4.5. Skema Hubungan Simultan antar Variabel laten
68
BAB V
HASIL
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Kawasan Megamall beralamat di Jalan Ir. H. Juanda, Ciputat Tangerang
Selatan. Kawasan ini memiliki luas ± 1,5 hektar. Kawasan Megamall
merupakan kawasan yang menjadi pusat percetakan di Ciputat. Hal ini
disebabkan posisi Kawasan Megamall yang dekat dengan universitas yang
sering menggunakan jasa percetakan. Terdapat tujuh percetakan di Kawasan
Megamall yang beroperasi selama 24 jam per hari untuk enam hari kerja
selama seminggu. Percetakan tersebut antara lain Prima Graphia, Sejahtera,
Asia Visual, Kholam Printing, Bianglala, Kreasi Permaisindo dan Talenta
Offset.
Percetakan di Kawasan Megamall menyediakan jasa percetakan dengan
berbagai media cetak baik kertas maupun vinyl. Percetakan tersebut dapat
mencetak flier, leaflet, buku poster berbagai ukuran, spanduk, banner, sticker,
backdrop dan sablon. Rata-rata setiap percetakan menghasilkan 500-1000
lembar flier dan leaflet, serta 100-150 buah buku. Kapasitas mencetak dapat
meningkat sesuai dengan permintaan konsumen. Percetakan yang terdapat di
Kawasan Megamall tidak hanya mencetak flier, leaflet dan buku, namun juga
mencetak poster berbagai ukuran, spanduk, banner, sticker dan backdrop.
Rata-rata dalam sehari setiap percetakan mencetak 200-300 lembar spanduk
maupun banner.
69
B. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing
variabel yang diteliti yaitu meliputi variabel usia, lama kerja, kebiasaan
merokok, kadar timbal dalam darah dan kadar hemoglobin.
1. Gambaran Kadar Hemoglobin
Distribusi kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall
Ciputat dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Distribusi Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan di
Kawasan Megamall Tahun 2015
Mean
12,34
Median
12,3
Standar Deviasi
1,53
Min-Maks
10-15,9
Berdasarkan hasil analisis didapatkan rata-rata kadar hemoglobin
pekerja sebesar 12,34 gr/dL.
2. Gambaran Kadar Timbal dalam Darah
Distribusi kadar timbal dalam darah pekerja percetakan di Kawasan
Megamall Ciputat dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Distribusi Kadar Timbal dalam Darah Pekerja Percetakan di
Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015
Mean
2,05
Median
1,92
Standar Deviasi
1,27
Min-Maks
0,51-5,5
Berdasarkan hasil analisis didapatkan rata-rata kadar timbal dalam
darah pekerja sebesar 2,05 g/dL.
3. Gambaran Karakteristik Individu
Distribusi gambaran karakteristik individu pekerja percetakan di
Kawasan Megamall Ciputat dapat dilihat pada tabel 5.3.
70
Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Individu Pekerja Percetakan di
Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015
Variabel
Usia
Lama Kerja (Tahun)
Kebiasaan Merokok
Mean
29,98
4
7
Median
26,5
3,5
6
Standar Deviasi
11,36
2,55
3,53
Min-Maks
17-59
1-10
0-12
Berdasarkan tabel 5.3. diketahui rata-rata usia dari pekerja adalah
29,98 tahun, rata-rata lama kerja 4 tahun dan rata-rata mengkonsumsi
rokok sebanyak 7 batang per hari.
C. Analisis dengan Metode Partial Least Square (PLS)
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam pemodelan Strutural Equation
Modeling (SEM) berbasis PLS adalah menentukan spesifikasi model yang
terdiri dari dua yaitu inner model (model struktural) dan outer model (model
pengukuran) (Latan dan Imam, 2012). Inner model
dalam penelitian ini
dirancang untuk melihat hubungan antara variabel laten eksogen dengan
variabel laten intervenning dan variabel laten endogen. Variabel eksogen
terdiri dari usia, lama kerja dan kebiasaan merokok. Variabel intervenning
pada penelitian ini adalah kadar timbal dalam darah, sedangkan variabel
endogen pada penelitian ini adalah kadar hemoglobin.
Outer model ialah hubungan antara indikator dengan variabel latennya
(Latan dan Imam, 2012). Pada penelitian ini variabel laten merupakan variabel
observed yaitu dapat diukur langsung dan memiliki satu indikator. Oleh
karena itu pada penelitian ini outer model berbentuk formatif dengan asumsi
setiap indikator menjelaskan karakteristik variabel latennya. Diagram jalur
hubungan karakteristik individu terhadap kadar timbal dalam darah dan
dampaknya pada kadar hemoglobin dapat dilihat pada gambar 5.1.
71
Gambar 5.1. Diagram Jalur
Langkah selanjutnya adalah evaluasi outer model dan inner model yang
telah dibuat. Nilai outer model dianggap valid atau memenuhi syarat jika nilai
cronbach’s alpha > 0,7 (Latan dan Imam, 2012). Pada penelitian ini
menggunakan outer model berbentuk formatif dengan satu indikator sehingga
dapat dipastikan nilai cronbach’s alpha sama dengan satu (tabel 5.4).
Tabel 5.4. Nilai outer model
Variabel
Kadar hemoglobin
Kadar timbal dalam darah
Usia
Lama kerja
Kebiasaan merokok
Kadar
Kadar timbal
hemoglobin dalam darah
1,000000
1,000000
Lama
kerja
Usia
Kebiasaan
merokok
1,000000
1,000000
1,000000
Setelah dilakukan evaluasi outer model, selanjutnya dilakukan evaluasi
inner model dengan melihat nilai R Square dari variabel laten intervenning
dan variabel laten endogen (Latan dan Imam, 2012). Hasil uji inner model
dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Evaluasi Inner Model
Variabel
Kadar timbal dalam darah
Kadar hemoglobin
72
R Square
0,853
0,478
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa variabel kadar timbal dalam darah
memiliki nilai R Square sebesar 0,853 yang termasuk dalam kategori kuat.
Nilai R Square menunjukkan kuatnya peran usia, lama kerja dan kebiasaan
merokok terhadap kadar timbal dalam darah, yaitu sebesar 85,3 %. Untuk
variabel kadar hemoglobin memiliki nilai R Square sebesar 0,478 yang
termasuk dalam kategori lemah. Nilai R Square menunjukkan besarnya peran
variabel usia, lama kerja, merokok dan kadar timbal dalam darah terhadap
kadar hemoglobin yaitu sebesar 47,8 %.
1. Hubungan Langsung
Pada penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan
langsung antar usia, lama kerja dan kebiasaan merokok dengan kadar
timbal dalam darah dan kadar hemoglobin.
Tabel 5.6. Hasil Analisis Hubungan Langsung
Variabel
Usia
Lama kerja
Kebiasaan
merokok
Kadar Timbal dalam Darah
Original Standard
T test
sample
error
-0,067
0,067
1
0,87
0,044
19,6
0,13
0,063
2,07
Kadar Hemoglobin
Original Standard
T test
sample
error
0,15
0,10
1,51
-0,41
0,32
1,3
0,61
0,16
3,84
a. Hubungan Usia dengan Kadar Timbal dalam Darah
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6. tentang hubungan antara
usia dengan kadar timbal dalam darah dapat diketahui bahwa nilai T test
sebesar 1. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara usia
dengan kadar timbal dalam darah pekerja (T test < 1,96).
73
b. Hubungan Lama Kerja (Tahun) dengan Kadar Timbal dalam Darah
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6. tentang hubungan antara
lama kerja dengan kadar timbal dalam darah dapat diketahui bahwa
nilai T test sebesar 19,6 dengan nilai original sample sebesar 0,087. Hal
ini menunjukkan ada hubungan antara lama kerja dengan kadar timbal
dalam darah pekerja (T test > 1,96). Arah hubungan lama kerja dengan
kadar timbal dalam darah adalah positif. Arah hubungan positif
menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi
kadar timbal dalam darah orang tersebut.
c. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kadar Timbal dalam Darah
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6. tentang hubungan antara
kebiasaan merokok dengan kadar timbal dalam darah dapat diketahui
bahwa nilai T test sebesar 2,07 dengan nilai original sample sebesar
0,13. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan merokok
dengan kadar timbal dalam darah pekerja (T test > 1,96). Arah
hubungan kebiasaan merokok dengan kadar timbal dalam darah adalah
positif. Arah hubungan positif menunjukkan semakin banyak seseorang
mengkonsumsi rokok dalam sehari maka semakin tinggi kadar timbal
dalam darah orang tersebut.
d. Hubungan Usia dengan Kadar Hemoglobin
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6. tentang hubungan antara
usia dengan kadar hemoglobin dapat diketahui bahwa nilai T test
sebesar 1,51. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara usia
dengan kadar hemoglobin pekerja (T test < 1,96).
74
e. Hubungan Lama Kerja (Tahun) dengan Kadar Hemoglobin
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6. tentang hubungan antara
lama kerja dengan kadar hemoglobin dapat diketahui bahwa nilai T test
sebesar 1,3. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara lama
kerja dengan kadar hemoglobin pekerja (T test < 1,96).
f. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kadar Hemoglobin
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6. tentang hubungan antara
kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin dapat diketahui bahwa
nilai T test sebesar 3,84 dengan nilai original sample sebesar 0,61. Hal
ini menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar
hemoglobin (T test > 1,96). Arah hubungan kebiasaan merokok dengan
kadar hemoglobin adalah positif. Arah hubungan positif menunjukkan
semakin banyak seseorang mengkonsumsi rokok dalam sehari maka
semakin tinggi kadar hemoglobin orang tersebut.
g. Hubungan Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin
Hubungan kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin
dapat dilihat pada tabel 5.7.
Tabel 5.7. Hubungan Kadar Timbal dalam Darah dengan
Kadar Hemoglobin
Variabel
Kadar timbal
dalam darah
Kadar hemoglobin
Original sample
T test
-0,34
3,1
R square
0,12
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.7. tentang hubungan antara
kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin dapat diketahui
bahwa nilai T test sebesar 3,1 dengan nilai original sample sebesar 75
0,34. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara kadar timbal dalam
darah dengan kadar hemoglobin (T test > 1,96). Arah hubungan kadar
timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin adalah negatif. Arah
hubungan negatif menunjukkan semakin tinggi kadar timbal dalam
darah seseorang maka semakin rendah kadar hemoglobin orang
tersebut. Variabel kadar hemoglobin memiliki nilai R Square sebesar
0.12 termasuk kategori lemah. Nilai R Square menunjukkan peran
kadar timbal dalam darah terhadap kadar hemoglobin sebesar 12 %.
2. Hubungan Tidak Langsung
Pada penelitian ini dilakukan Sobel test dengan Aorian Version untuk
melihat hubungan tidak langsung (indirect effect) antara variabel usia,
lama kerja dan kebiasaan merokok bersama dengan kadar timbal darah
terhadap kadar hemoglobin. Hasil uji Aorian dapat dilihat pada tabel 5.8.
Tabel 5.8. Hasil Uji Aroian
Kadar hemoglobin
T test
0,4
0,6
0,5
Variabel
Usia
Lama kerja
Kebiasaan merokok
a. Hubungan Usia dengan Kadar Hemoglobin melalui Kadar Timbal
dalam Darah
Berdasarkan tabel 5.8. diketahui bahwa nilai T test hubungan
antara usia dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah
sebesar 0,4. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara usia
dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah (T test <
1,96).
76
b. Hubungan lama kerja (tahun) dengan kadar hemoglobin melalui kadar
timbal dalam darah
Berdasarkan tabel 5.8. diketahui bahwa nilai T test hubungan
antara lama kerja dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam
darah sebesar 0,6. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara
lama kerja dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah
(T test < 1,96).
c. Hubungan kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin dengan
variabel intervenning kadar timbal dalam darah
Berdasarkan tabel 5.8. diketahui bahwa nilai T test hubungan
antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin melalui kadar
timbal dalam darah sebesar 0,5. Hal ini menunjukkan tidak terdapat
hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin melalui
kadar timbal dalam darah (T test < 1,96).
3. Hubungan Simultan antara Usia, Lama Kerja (Tahun) dan Kebiasaan
Merokok Melalui Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin
Pada penelitian ini dilakukan analisis untuk melihat hubungan
simultan antara usia, lama kerja, kebiasaan merokok melalui kadar timbal
dalam darah dengan kadar hemoglobin. Kadar timbal dalam darah
merupakan variabel intervenning, yaitu variabel yang menjadi penghubung
atau perantara variabel eksogen dengan endogen. Analisis SEM pada
penelitian ini menggunakan efek mediasi yaitu hubungan antara variabel
eksogen dan endogen melalui variabel intervenning. Artinya hubungan
variabel eksogen dengan endogen bisa terjadi secara langsung maupun tidak
langsung.
77
Tabel 5.9. Hubungan Simultan antara Usia, Lama Kerja (Tahun) dan Kebiasaan
Merokok Melalui Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin
Variabel
Kadar timbal dalam darah
Kadar Hemoglobin
Original
T test
R square
sample
-0,21
0,62
0,478
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.9. dapat diketahui bahwa nilai T
test hubungan antara usia, lama kerja dan kebiasaan merokok kadar timbal
dalam darah melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin
sebesar 0,62 dengan nilai original sample sebesar -0,21.
Hal ini
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara usia, lama kerja dan kebiasaan
merokok melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin (T
statistics < 1,96). Berdasarkan Nilai T test dapat ditentukan bahwa kadar
timbal dalam darah merupakan variabel intervenning yang tidak kuat pada
penelitian ini.
78
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian mengenai hubungan karakteristik individu terhadap
kadar timbal dalam darah dan dampaknya pada kadar hemoglobin pekerja,
penulis menyadari terdapat beberapa keterbatasan, yaitu :
1. Pada penelitian ini pengukuran hemoglobin dan kadar timbal dalam darah
tidak dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali untuk setiap sampelnya.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan alat dan bahan.
2. Pada penelitian ini tidak dilakukan crosscheck atau melihat kartu identitas
pekerja untuk memastikan usia pekerja. Hal ini disebabkan karena pekerja
tidak membawa kartu identitas.
3. Pada variabel lama kerja juga tidak dilakukan crosscheck dengan data
sekunder dari percetakan tempat pekerja bekerja. Hal ini disebabkan
karena percetakan tidak memiliki dokumen pekerja.
4. Penelitian ini menggunaka rumus Slovin untuk menentukan besar sampel,
sehingga tidak mempertimbangkan nilai prevalensi dari setiap variabelnya.
B. Kadar Hemoglobin pada Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall
Ciputat Tahun 2015
Hemoglobin merupakan komponen penting dari sel darah merah yang
memiliki peran dalam transportasi oksigen dan karbon dioksida (Yartireh dan
Amir, 2013). Pengukuran kadar hemoglobin dalam darah adalah salah satu uji
laboratorium klinis yang sering dilakukan untuk melihat secara tidak
79
langsung kapasitas darah dalam membawa oksigen ke sel-sel di dalam tubuh.
Pemeriksaan kadar hemoglobin merupakan salah satu indikator yang
menentukan seseorang menderita anemia atau tidak (Estridge dkk, 2000).
Pada laki-laki dewasa kadar normal hemoglobin berkisar antara 13-17
g/dL. Kadar hemoglobin di bawah normal merupakan sindrom dari penyakit
anemia (Handayani dan Andi, 2008). Berdasarkan hasil pengukuran kadar
hemoglobin pekerja didapatkan rata-rata kadar hemoglobin sebesar 12,34
g/dL, kadar hemoglobin paling rendah sebesar 10 g/dL dan paling tinggi
sebesar 15,9 g/dL. Hasil analisis menunjukkan terdapat 65% pekerja memiliki
kadar hemoglobin dibawah normal. ACS (2014) menyebutkan pekerja yang
bekerja di percetakan memiliki tingkat risiko akibat pajanan timbal yang
tinggi. Selain itu Printinng Industry Association of Australia menyebutkan
bahwa bahan kimia yang digunakan di percetakan sering dikelola dengan cara
memaparkan langsung ke pekerja (Oke dkk, 2008).
Kekurangan hemoglobin menunjukkan dampak akut seperti sering pusing,
mata berkunang-kunang dan pucat (Handayani dan Andi, 2008). Hasil
analisis menunjukkan terdapat 65% pekerja yang sering merasa lemah, letih
dan lesu. Sebanyak 50% pekerja sering merasa sakit kepala dan pusing dalam
satu tahun terakhir. Penurunan kadar hemoglobin dari batas normalnya dapat
disebabkan karena terganggunya proses pembentukan hemoglobin. Gangguan
ini dapat disebabkan karena masuknya logam berat seperti timbal dalam
darah yang menghambat kerja enzim ALAD pada saat pembentukan gugus
heme (Lauwerys dan Perrine, 2001).
80
Banyak
faktor
yang
menyebabkan
terjadinya
pernurunan
kadar
hemoglobin, faktor tersebut dapat terjadi akibat kekurangan zat besi dan
vitamin B12 (Sloane, 2003). Penyebab lainnya dapat ditimbulkan dari genetik,
dimana terdapat molekul hemoglobin dalam tubuhnya yang abnormal
sehingga konsentrasi oksigen dalam tubuhnya rendah. Penyakit ini sering
disebut dengan anemia sel sabit (Sloane, 2003).
C. Kadar Timbal dalam Darah Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall
Ciputat Tahun 2015
Timbal merupakan logam berat yang bersifat toksik (Lu, 2010). Timbal
banyak digunakan dalam bidang industri, salah satunya adalah industri
percetakan. Pada industri percetakan, timbal digunakan sebagai bahan
pewarna dalam bentuk persenyawaan dengan krom (PbCr04) (Palar, 2004).
Timbal yang digunakan selama proses mencetak dapat mencemari udara dan
masuk ke dalam tubuh manusia melalui sistem pernafasan. Selain melalui
udara timbal juga dapat masuk melalui kulit ketika menyentuh langsung
bahan kimia yang mengandung timbal (Harrison dan Laxen, 1981).
Percetakan yang terdapat di Kawasan Megamall tidak hanya mencetak
pada media kertas, namun juga mencetak pada media yang terbuat dari vynil
dan flexy. Media yang terbuat dari vynil dan flexy menggunakan tinta dengan
campuran pelarut dengan tujuan untuk memperkuat ikatan warna pada tinta
dengan bahan cetak. Tinta dengan campuran pelarut menggunakan pewarna
tambahan yang mengandung timbal dengan komposisi ± 10% (PMAI, 2003).
Sebelum digunakan, tinta dengan pewarna dicampur dengan pelarut. Tinta
dengan campuran pelarut dapat menguap dalam suhu ruang karena pelarut
yang digunakan termasuk dalam golongan Volatile Organic Compound
81
(VOC) atau komponen organik yang mudah menguap (PMAI, 2003). Pada
proses pencampuran pewarna dengan pelarut secara tidak sengaja timbal
dalam pewarna dapat menguap bersama dengan pelarut (Patty, 1897).
Sebagian besar VOC merupakan polutan udara yang berbahaya jika dihirup
dan masuk ke dalam pernafasan manusia (PMAI, 2003).
Timbal yang telah masuk kedalam tubuh akan didistribusi ke dalam darah
sebesar 95% yang terikat pada sel darah merah dan sisanya terikat pada
plasma darah
(Palar, 2004). Oleh karena itu kadar timbal dalam darah
menggambarkan kadar timbal dalam tubuh. Pemeriksaan kadar timbal dalam
darah merupakan petunjuk langsung jumlah timbal yang masuk ke dalam
tubuh, karena timbal dalam darah memiliki waktu tinggal selama 35 hari
(Lubis, 2013). Kadar timbal dalam darah yang melebihi NAB akan
menunjukkan gangguan sistem hematopoeietik seperti penurunan kadar
hemoglobin. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Hassani (2013) menunjukkan
kadar timbal dalam darah secara signifikan meningkat pada pekerja yang
terpapar timbal di lingkungan kerja.
Berdasarkan hasil pengukuran timbal dalam darah pada pekerja percetakan
di Kawasan Megamall tahun 2015 terlihat bahwa rata-rata kadar timbal dalam
darah pekerja sebesar 2,05 g/dL, dengan kadar terendah sebesar 0,51 g/dL
dan kadar tertinggi sebesar 5,5 g/dL. CDC (2011) menetapkan bahwa
ambang batas kadar timbal dalam darah adalah 10 g/dL. Namun menurut
CDPH (2009) kadar timbal dalam darah sebesar 5 g/dL sudah dapat
mengganggu peran enzim ALAD dalam proses pembentukan heme.
Penelitian yang dilakukan oleh Schwartz dkk (2001) menunjukkan kadar
82
timbal dalam darah sebesar 5 µg/dL selain mengganggu biosintesis heme juga
menurunkan fungsi kognitif pada orang dewasa (CDPH, 2009).
Keberadan timbal dalam darah dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu,
penelitian yang dilakukan oleh Saito dkk (2006) menunjukkan bahwa faktor
usia dan lama kerja mempengaruhi kadar timbal dalam darah. Hasan dkk
(2013) menyebutkan faktor lain yang mempengaruhi kadar timbal dalam
darah adalah jenis kelamin dan kebiasaan merokok.
D. Hubungan Usia dengan Kadar Timbal dalam Darah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008) usia adalah lama
waktu hidup seseorang sejak dilahirkan. Usia dapat mempengaruhi kadar
timbal dalam darah, ini dikaitkan dengan semakin bertambah usia akan
menurunkan status kesehatan seseorang. Penurunan status kesehatan
dikaitkan dengan penuaan yang menyebabkan penurunan berbagai fungsi
organ tubuh termasuk fungsi paru (Boss dan Edwin, 1981). Murray (1986)
dan Krumpe dkk (1985) menyebutkan paru-paru manusia mengalami
perkembangan pada usia 10-20 tahun, alveolus berkembangan maksimal pada
usia 10-12 tahun. Setelah itu sistem pernapasan akan mengalami
perkembangan sampai pada fungsi yang maksimal, yaitu pada usia 20 tahun
untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki (Janssens dkk, 1999).
Paru-paru pada orang dengan usia antara 30-40 tahun akan mengalami
penurunan fungsi sistem pernafasan. Penurunan ini ditunjukkan dari
melambatnya sistem penyaringan udara oleh silia yang terdapat di trakea dan
bronkus (Boss dan Edwin, 1981). Melambatnya sistem penyaringan udara
mempermudah polutan termasuk timbal untuk masuk melalui sistem
83
pernafasan. Salah satu bagian dari sistem pernafasan yang juga mengalami
penurunan fungsi adalah alveolus (Janssens dkk, 1999). Berdasarkan hasil
analisis hubungan usia dengan kadar timbal dalam darah diperoleh nilai T test
< 1,96. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
usia dengan kadar timbal dalam darah. Hasil analisis ini sejalan dengan
penelitian Al-Hassani (2013) yang menyebutkan tidak terdapat korelasi antara
usia dengan kadar timbal dalam darah pekerja.
Pencemaran timbal di udara dapat bersumber dari transportasi dan industri
yang mengeluarkan emisi timbal ke udara (Harrison dan Laxen, 1981). Dari
penelitian ini diketahui bahwa lama kerja menunjukkan lama pajanan timbal
yang diterima pekerja. Lama pajanan yang diterima pekerja bervariasi setiap
usianya, meningkatnya usia tidak diikuti dengan peningkatan lama kerja. Hal
ini terjadi karena pekerja direkrut tanpa batasan usia. Terdapat kecenderungan
bahwa semakin lama kerja, maka semakin tinggi kadar timbal dalam darah,
karena waktu pajanan terhadap timbal di lingkungan kerja juga semakin
bertambah (Patrick, 2006).
Health and Safety Executive (HSE) Pemerintah Inggris pada tahun 2002
menetapkan peraturan yang disebut dengan Control of Lead at Work (CLAW)
dan menyebutkan dua jenis NAB timbal dalam darah pekerja berdasarkan
usia, yaitu :
Tabel 6.1. Peraturan Kadar Timbal dalam Darah Pekerja Berdasarkan Usia
(HSE, 2015)
Suspension Level
Action Level
Pekerja dengan
usia < 18 tahun
50 g/dL
40 g/dL
84
Pekerja dengan
usia ≥ 18 tahun
60 g/dL
50 g/dL
Suspension Level adalah NAB timbal dalam darah yang digunakan bagi
pekerja yang terpapar timbal dari lingkungan kerjanya. Suspension Level
biasa digunakan untuk memantau pekerja yang telah menjalani surveilans
medis. Sedangkan Action Level merupakan NAB timbal dalam darah untuk
memutuskan apakah perlu dilakukan surveilans medis terhadap pekerja (HSE,
2015). Pada penelitian ini rentang antara usia < 18 tahun dengan usia ≥ 18
tahun tidak terlalu terlihat, hal ini dikarenakan 97,5 % (39 pekerja) memiliki
usia ≥ 18 tahun dan 2,5 % (1 pekerja) memiliki usia < 18 tahun. Berdasarkan
tabel 6.1 terlihat bahwa terdapat perbedaan NAB pada usia dibawah 18 tahun
dengan usia ≥ 18 tahun. Hal ini disebabkan oleh perbedaan usia pada rentang
tertentu dapat memperlihatkan perbedaan respon tubuh terhadap kadar timbal
(HSE, 2015).
E. Hubungan Lama Kerja (Tahun) dengan Kadar Timbal dalam Darah
Seseorang yang bekerja pada lingkungan dengan pajanan timbal dapat
mengalami gangguan kesehatan. Hal ini terjadi akibat penumpukan timbal
dalam tubuhnya. Semakin lama orang tersebut bekerja maka semakin
bertambah jumlah pajanan timbal yang diterima (Patrick, 2006). Berdasarkan
hasil analisis hubungan lama kerja dengan kadar timbal dalam darah
diperoleh nilai T test > 1,96. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara
lama kerja dengan kadar timbal dalam darah. Selain itu arah hubungan antara
lama kerja dengan kadar timbal dalam darah menunjukkan arah positif, yaitu
semakin lama seseorang bekerja maka semakin meningkatkan kadar timbal
dalam darah orang tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
85
Saito dkk (2006) dimana lama kerja menunjukkan pengaruh terhadap kadar
timbal dalam darah pekerja.
Occupational
Safety
and
Health
Administration
(OSHA)
dalam
peraturannya tentang Lead No. 1910.1025 menyebutkan bahwa wajib
dilakukan program surveilans medis terkait dengan pekerja yang terpapar
timbal di lingkungan kerjanya. Rata-rata pekerja percetakan di Kawasan
Megamall telah bekerja di bagian cetak selama 4 tahun. Seluruh pekerja telah
bekerja lebih dari satu tahun dan belum pernah melakukan pemeriksaan kadar
timbal dalam darah terkait pajanan okupasional. Pekerja dengan lama kerja
paling singkat (satu tahun) memiliki kadar timbal dalam darahnya sebesar
0,5 g/dl. Sedangkan untuk pekerja dengan lama kerja paling lama (10 tahun)
memiliki kadar timbal dalam darah sebesar 5,5 g/dl.
Rata-rata pekerja bekerja 11 jam dalam sehari selama seminggu dengan
enam hari kerja. Hal ini tidak sesuai dengan Undang-undang No. 13 tahun
2003 tentang ketenagakerjaan yang menyebutkan jam kerja untuk karyawan
yang bekerja selama enam hari dalam seminggu adalah tujuh jam atau 40 jam
dalam seminggu. Sedangkan untuk waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan
paling banyak tiga jam dalam satu hari atau 14 jam dalam seminggu. Hasil
analisis juga menunjukkan terdapat 97,5% (39 pekerja) memiliki jam kerja
lebih dari tujuh jam dalam sehari. Semakin lama pekerja berada di lingkungan
kerja maka akan meningkatkan pajanan timbal. Pajanan ini dapat dikurangi
dengan memberlakukan jam kerja sesuai dengan Undang-undang No. 13
tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Penggunaan APD pada saat bekerja juga
dapat mengurangi kontak langsung pekerja dengan bahan kimia bertimbal.
86
F. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kadar Timbal dalam Darah
Rokok mengandung lebih dari 2000 substansi berbahaya termasuk timbal.
Timbal yang terdapat di dalam rokok berasal dari daun tembakau selama
proses penanaman (Hasan, 2013). Noor (2010) menyebutkan secara alami
kandungan timbal berasal dari tanah dan udara yang memang menyimpan
timbal, selain itu pupuk NPK selama proses penanaman tembakau juga
mempengaruhi kandungan timbal dalam tembakau (Prasetya Online, 2011).
Hasil penelitian Noor (2010) menyebutkan bahwa rata-rata konsentrasi timbal
dalam rokok sebesar 8.2 mBq/batang (Prasetya Online, 2011).
Berdasarkan hasil analisis hubungan kebiasaan merokok dengan kadar
timbal dalam darah diperoleh nilai T test >1,96. Hal ini menunjukkan terdapat
hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kadar timbal
dalam darah. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hasan dkk
(2013) dimana kebiasaan merokok menunjukkan korelasi terhadap kadar
timbal dalam darah. Kebiasaan merokok pada penelitian ini dilihat dari
jumlah rokok yang dikonsumsi oleh pekerja perhari. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata pekerja merokok 5 batang perhari.
Rokok menghasilkan asap yang mengandung 4000 bahan berbahaya, baik
dalam bentuk gas maupun partikel. Beberapa bahan berbahaya tersebut
adalah akrolein, formaldehid, karbon monoksida, nikotin, fenol, asan sianida
dan potasium. Bahan-bahan tersebut bersifat toksik terhadap epitelium yang
terdapat di saluran pernafasan. Sifat toksik dari bahan-bahan berbahaya ini
87
ditunjukkan dari penurunana fungsi silia serta menganggu proses regenerasi
sel epitel dan silia (Tamashiro dkk, 2009). Penurunan fungsi dari silia
menyebabkan silia tidak dapat menyaring udara yang tercemar timbal ketika
masuk ke dalam saluran pernapasan, sehingga timbal akan mudah masuk ke
dalam paru-paru dan bercampur dengan darah untuk kemudian diedarkan oleh
darah ke seluruh tubuh (Khan dkk, 2014).
G. Hubungan Usia dengan Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin dalam tubuh manusia mengalami kenaikan dan
penurunan seiring dengan tahap kehidupan manusia. Bayi yang baru lahir
memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dan
orang dewasa (Patel, 2008). Berdasarkan hasil analisis hubungan langsung
usia dengan kadar hemoglobin diperoleh nilai T test < 1,96. Hal ini
menunjukkan tidak terdapat hubungan langsung antara usia dengan kadar
hemoglobin. Hasil analisis hubungan tidak langsung antara usia dengan kadar
hemoglobin juga menunjukkan hasil yang sama. Hasil uji tersebut
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara usia dengan kadar hemoglobin
melalui kadar timbal dalam darah.
Hasil penelitian yang dilakukan Garn dkk (1981) menunjukkan bahwa
kadar hemoglobin terendah terjadi pada anak-anak, remaja dan usia lanjut.
Garn dkk (1981) juga menyebutkan perubahan kadar hemoglobin pada usia
tersebut sangat drastis dibandingkan dengan kadar hemoglobin pada usia
dewasa. Kategori usia dewasa pada manusia menurut Hurlock (2001) dimulai
dari usia 18 sampai 60 tahun. Pada usia 50 tahun ke atas fungsi fisiologis
tubuh sudah mulai menurun, pada usia ini kadar hemoglobin manusia juga
88
terlihat menurun (Patel, 2008). Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan
97,5 % (39 pekerja) termasuk dalam usia dewasa dan hanya 2,5 % pekerja
yang termasuk dalam usia remaja. Dari hasil tersebut diketahui bahwa rentang
antara usia remaja dan dewasa tidak terlalu kelihatan, sehingga tidak
memperlihatkan perbedaan kadar hemoglobin pada kelompok usia remaja dan
dewasa.
Pada tahap dewasa kadar hemoglobin tubuh akan stabil dikarenakan
kondisi fisiologis tubuh juga stabil atau tidak mengalami pertumbuhan yang
pesat (Patel, 2008). Namun dibeberapa kondisi kadar hemoglobin pada orang
dewasa dapat menurun drastis diakibatkan beberapa hal seperti kurangnya
konsumsi zat besi, perdarahan terlebih pada wanita yang mengalami
menstruasi dan keracunan logam berat (Patel, 2008). Oleh karena itu
konsumsi zat gizi sangat berpengaruh terhadap kadar hemoglobin dalam
tubuh, terlebih ketika tubuh mengalami pertumbuhan dan juga ketika terjadi
penurunan fungsi fisiologisnya (Patel, 2008). Konsumsi zat besi merupakan
salah satu cara untuk mencegah dan mengurangi terjadinya penurunan
hemoglobin atau anemia pada orang dewasa. Jika konsumsi zat besi terpenuhi
maka tubuh dapat membentuk sel darah merah yang baru untuk
menggantikan sel darah merah yang rusak (Garn dkk, 1981).
H. Hubungan Lama Kerja (Tahun) dengan Kadar Hemoglobin
Kadar nomal hemoglobin pada laki-laki dewasa berkisar antara 13 sampai
17 g/dL (Estridge dkk, 2000). Kadar hemoglobin ini dapat menurun akibat
dari keracunan logam berat seperti timbal (Lauwerys dan Perrine, 2001).
Seseorang yang bekerja di tempat dengan pajanan timbal sangat mungkin
89
mengalami gangguan pada produksi hemoglobin (Lauwerys dan Perrine,
2001). Semakin lama orang tersebut bekerja maka semakin bertambah jumlah
pajanan timbal yang diterima tubuhnya (Patrick, 2006). Timbal memiliki
waktu paruh di dalam darah kurang dari 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini
menyebabkan timbal mudah terakumulasi dalam tubuh dan menimbulkan
dampak kesehatan seperti menurunnya kadar hemoglobin (Joko, 1995).
Berdasarkan hasil analisis hubungan langsung lama kerja dengan kadar
hemoglobin diperoleh nilai T test < 1,96. Hal ini menunjukkan tidak terdapat
hubungan langsung antara lama kerja dengan kadar hemoglobin.. Hasil
analisis hubungan tidak langsung antara lama kerja dengan kadar hemoglobin
juga menunjukkan hasil yang sama. Hasil uji tersebut menunjukkan tidak
terdapat hubungan antara lama kerja dengan kadar hemoglobin melalui kadar
timbal dalam darah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mifbakhudin dkk
(2010) dan Rizkiawati (2012) yang menyebutkan tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara lama kerja dengan kadar hemoglobin.
Hasil analisis menunjukkan seluruh pekerja memiliki kadar timbal dalam
darah di bawah NAB yang ditetapkan oleh CDC. Timbal memiliki sifat
bioakumulasi, yaitu sifat dari senyawa berbahaya yang dapat pindah ke dalam
tubuh organisme kemudian menumpuk dalam jaringan tubuh (Lu, 2010).
Penumpukan timbal dalam tubuh dapat disebabkan oleh pajanan yang
berkelanjutan dari lingkungan. Kadar timbal dalam darah menunjukkan
pajanan timbal di lingkungan kerja (udara). Kadar timbal dalam darah yang
rendah menggambarkan pajanan timbal yang rendah. Hal ini tidak berdampak
besar terhadap penurunan kadar hemoglobin, namun kadar timbal dalam
90
darah sebesar 5 g/dL sudah dapat mengganggu peran enzim ALAD dalam
proses pembentukan heme (CDPH, 2009). Hasil analisis menunjukkan
bahwa hanya satu (2,5%) pekerja yang memiliki kadar timbal dalam darah
lebih atau sama dengan 5 g/dL.
Selama bekerja pekerja tidak selalu menggunakan masker, hanya pada saat
menggunakan bahan kimia yang berbau menyengat pekerja menggunakan
penutup hidung dan mulut. Menggunakan masker merupakan salah satu
langkah untuk mengurangi pajanan timbal dari lingkungan kerja, sehingga
timbal yang masuk ke dalam tubuh berkurang dan dampak negatif dari timbal
juga berkurang.
I.
Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kadar Hemoglobin
Pada pekerja di percetakan, pajanan timbal berasal dari bahan kimia yang
digunakan selama bekerja (ACS, 2014). Namun, pajanan timbal juga dapat
berasal dari rokok yang dikonsumsi oleh pekerja. Pada penelitian ini 92.5 %
pekerja merokok, sedangkan 7.5 % pekerja tidak merokok. Berdasarkan hasil
analisis hubungan langsung didapatkan nilai T test > 1,96. Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan langsung antara kebiasaan merokok dengan
kadar hemoglobin. Arah hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar
hemoglobin menujukkan arah yang positif, yaitu semakin banyak jumlah
rokok yang dikonsumsi oleh pekerja maka akan meningkatkan kadar
hemoglobinnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Goel dkk (2010) yang
menyebutkan terdapat
korelasi
kuat
antara perokok dengan kadar
hemoglobin. Penelitian yang dilakukan Asif dkk (2013) juga menyebutkan
kadar hemogologin perokok lebih tinggi dibandingkan bukan perokok.
91
Hasil analisis hubungan tidak langsung antara kebiasaan merokok dengan
kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah menunjukkan tidak
terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin
melalui kadar timbal dalam darah. Konsentrasi hemoglobin akan meningkat
pada perokok dikarenakan perokok menghirup karbon monoksida dari asap
rokok (Nestel, 2002).
Selain karbon monoksida, perokok juga terpapar timbal yang berasal dari
rokok (Gusnita, 2012). Perokok yang terpapar timbal akan mengalami
gangguan pada biosintesis heme yang menyebabkan menurunnya kadar
hemoglobin (Gusnita, 2014). Berdasarkan teori yang disebutkan oleh Nestel
(2002) dan Gusnita (2014) diketahui bahwa arah hubungan merokok terhadap
kadar hemoglobin dengan arah hubungan timbal terhadap kadar hemoglobin
tidak searah. Oleh karena itu kebiasaan merokok bersama dengan timbal
memperlihatkan interaksi yang berlawanan terhadap kadar hemoglobin,
sehingga tidak ada hubungan yang sigifikan antara kebiasaan merokok
bersama dengan kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin.
Karbon monoksida yang masuk ke dalam paru-paru memiliki afinitas yang
lebih besar terhadap hemoglobin dibandingkan dengan oksigen. Karbon
monoksida
yang
berikatan
dengan
hemoglobin
disebut
dengan
karboksihemoglobin. Tubuh bereaksi terhadap tingginya karboksihemoglobin
dengan menambah jumlah hemoglobin menjadi lebih banyak dengan tujuan
untuk meningkatkan kadar oksigen yang diikat oleh hemoglobin. Normalnya
hemoglobin hanya akan mengikat oksigen dan membentuk oksihemoglobin,
namun pada perokok jumlah karboksihemoglobinnya lebih tinggi dari pada
92
oksihemoglobin (Nestel, 2002). Nordenberg dkk (1990) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa perlu ditentukan kadar hemoglobin minimal pada
perokok untuk menentukan apakah perokok tersebut anemia atau tidak (Goel,
2010). Kebiasaan merokok merupakan salah satu kebiasaan yang dilakukan
oleh
sebagian
masyarakat,
sehingga
perlu
pertimbangan
ketika
menginterpretasikan hasil analisis hematologi darah seperti hemoglobin
(Goel, 2010).
J.
Hubungan Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin
Kadar normal hemoglobin pada laki-laki dewasa antara 13-17 g/dL
(Estridge dkk, 2000). Kadar hemoglobin ini dapat menurun akibat beberapa
faktor, salah satunya adalah keberadaan timbal dalam darah (Yartireh dan
Amir, 2013). Hasil analisis menunjukkan nilai T test > 1,96. Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan
kadar hemoglobin. Arah hubungan kadar timbal dalam darah dengan kadar
hemoglobin menujukkan arah hubungan dengan pola negatif. Artinya jika
kadar timbal dalam darah pekerja meningkat maka akan diikuti dengan
penurunana kadar hemoglobin, begitupula sebaliknya.
Peran kadar timbal dalam darah terhadap penurunan kadar hemoglobin,
yaitu sebesar 12%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Al-Hassani (2013) yang menunjukkan kadar timbal dalam
darah secara signifikan meningkat pada pekerja yang terpapar timbal di
lingkungan kerja. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Oke dkk (2008) yang
menunjukan adanya hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan
penurunan kadar hemoglobin pada pekerja di percetakan. Timbal yang
93
terdapat di dalam darah menghambat sebagian besar enzim yang berperan
dalam pembentukan salah satu bagian terpenting hemoglobin yaitu heme.
Pembentukan heme yang terganggu menyebabkan kadar hemoglobin
menurun (Lubis dkk, 2013). Sistem hematopoetik sangat peka terhadap efek
timbal, yaitu menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam
biosintesa heme. Enzim yang terlibat dalam pembentukan heme, enzim
ALAD dan ferrochelatase, sangat rentan terhadap efek penghambatan oleh
timbal. Inhibisi pada enzim ALAD berhubungan dengan konsentrasi timbal
dalam darah. Hampir 50% aktivitas enzim ini dihambat pada kadar timbal
dalam darah sebesar 15 µg/dL (Lauwerys dan Perrine, 2001).
Inhibisi timbal pada pembentukan heme menghambat reaksi enzimatik
terakhir
dalam
sintetis
heme,
dimana
ferrochelatase
mengkatalisis
penggabungan besi ferro ke dalam cincin heme. Inhibisi pada ferrochelatase
mengakibatkan akumulasi free erythorocyte protopornpyrin (FEP) atau zinc
protoporphyrin (ZPP) dan coproporphiryn dalam urine. Selain melalui
inhibisi pada sintesis heme, penurunan kadar hemoglobin yang terjadi pada
keracunan timbal juga disebabkan adanya destruksi eritrosit yang dapat
menyebabkan anemia hemolitik (Lauwerys dan Perrine, 2001).
Pada enzim ALAD terdapat bagian yang disebut dengan Polymorphism,
bagian ini yang sangat sensitif terhadap keberadaan timbal dalam darah.
Terdapat dua jenis ALAD Polymorphism berdasarkan kodominanya, yaitu
ALAD-1 dan ALAD-2 (Kelada dkk, 2001). Sekitar 20% ras kaukasian
memiliki jenis ALAD yang sangat jarang yaitu ALAD-2. Perbedaan
mendasar antara ALAD-1 dan ALAD-2 adalah pada jumlah alel yang
94
dimiliki. Perbedaan alel ini menyebabkan respon yang berbeda pada tubuh
terhadap timbal dalam darah. Orang dengan ALAD-2 memiliki kadar timbal
dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan ALAD-1
dengan konsentrasi pajanan timbal yang sama (Wetmur, 1994). Oleh karena
itu orang dengan ALAD-2 lebih berisiko terhadap penurunan kadar
hemoglobin yang dapat menyebabkan anemia.
K. Hubungan Simultan antara Usia, Lama Kerja (Tahun), Kebiasaan
Merokok dengan Kadar Hemoglobin Melalui Kadar Timbal dalam
Darah
Hasil uji hubungan simultan antara usia, lama kerja, kebiasaan merokok
dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah menujukkan
tidak terdapat hubungan simultan. Hasil uji tersebut juga menunjukkan bahwa
kadar timbal dalam darah merupakan variabel intervenning yang tidak kuat
pada penelitian ini. Peran usia, lama kerja, kebiasaan merokok dan kadar
timbal dalam darah terhadap penurunan kadar hemoglobin adalah 47,8%.
Hasil kedua uji yang dilakukan terhadap hubungan kadar timbal dalam
darah dengan kadar hemoglobin menunjukkan perbedaan. Pada saat timbal
bersama dengan variabel usia, lama kerja dan kebiasaan merokok,
menujukkan peningkatan peran dari 12% menjadi 47,8% terhadap penurunan
kadar hemoglobin. Peningkatan peran terjadi karena jumlah variabel yang
dapat mempengaruhi kadar hemoglobin bertambah. Hasil uji hubungan
simultan menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kadar timbal dalam
darah dengan kadar hemoglobin setelah kadar timbal dalam darah menjadi
variabel intervenning. Hasil uji ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Al-Malki (2009) yang menyebutkan tidak terdapat perubahan
95
yang signifikan pada kadar hemoglobin petugas pemadam kebakaran yang
terpapar timbal dikarenakan kemungkinan interaksi variabel lain.
Pada penelitian ini timbal merupakan polutan yang dapat menimbulkan
dampak kesehatan. Timbal termasuk polutan karena tergolong kedalam logam
berbahaya yang dalam jumlah sedikit dapat bersifat racun, selain itu timbal
juga tidak dapat didegradasi di lingkungan (ATSDR, 2007). Timbal secara
alamiah terdapat pada lingkungan alami dalam jumlah kecil, namun aktivitas
manusia meningkatkan emisi timbal ke lingkungan (Widowati dkk, 2008).
Hasil penelitian yang dilakukan Kesuma (2004) pada 12 pos polisi lalu lintas
di Kota Palembang menunjukkan kadar timbal di udara paling tinggi adalah
0,663 g/m3/24 jam. Timbal di udara tinggi akibat dari emisi kendaraan. Pada
penelitian tersebut, pos polisi yang terdapat di daerah dengan kondisi padat
kendaraan memiliki kadar timbal di udara yang tinggi dibandingkan dengan
daerah yang tidak padat kendaraan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wardani (2013) yang menyebutkan terdapat perbedaan kadar
timbal di udara pada lingkungan terpajan dan tidak terpajan timbal.
Menurut Achmadi (2011) patogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat
digambarkan ke dalam suatu model atau paradigma yang disebut dengan
paradigma kesehatan lingkungan. Paradigma tersebut menggambarkan
hubungan interaksi antara komponen lingkungan yang memiliki potensi
bahaya penyakit dengan manusia. Paradigma ini dapat digambarkan dalam
teori yang disebut dengan teori simpul. Menurut teori simpul kejadian
penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara variabel kependudukan
96
(kepadatan, umur, jenis kelamin, pendidikan, genetik dan sebagainya) dan
variabel lingkungan.
Timbal di udara dapat masuk ke dalam sistem pernapasan manusia. Timbal
yang masuk ke dalam tubuh manusia tidak hanya bersumber dari emisi
kendaraan, namun juga dapat diakibatkan pajanan dari lingkungan kerja,
rokok, makanan dan sebagainya (Harrison dan Laxen, 1981). Saluran
pernafasan merupakan jalur pajanan timbal terbesar dengan tingkat absorbsi
timbal mencapai 40%. Timbal yang telah masuk kedalam tubuh akan
didistribusi ke dalam darah sebesar 95% (Palar, 2004). Oleh karena itu kadar
timbal dalam darah dapat menggambarkan kadar timbal dalam tubuh.
Pemeriksaan kadar timbal dalam darah merupakan petunjuk langsung jumlah
timbal yang masuk ke dalam tubuh, karena timbal dalam darah memiliki
waktu tinggal selama 35 hari (Lubis, 2013).
Dampak pajanan timbal yang melebihi NAB paling sering terlihat pada
sistem hematopoietik. Timbal menghambat sebagian besar enzim yang
berperan dalam biosintesa heme. Enzim yang terlibat dalam pembentukan
heme, enzim ALAD dan ferrochelatase, sangat rentan terhadap efek
penghambatan oleh timbal. Inhibisi pada enzim ALAD berhubungan dengan
konsentrasi timbal dalam darah. Hampir 50% aktivitas enzim ini dihambat
pada kadar timbal dalam darah sebesar 15 µg/dL (Lauwerys dan Perrine,
2001). Inhibisi timbal pada pembentukan darah menyebabkan turunnya
produksi hemoglobin (Harrison dan Laxen, 1981).
Lingkungan
kerja
dengan
pajanan
timbal
dapat
mengakibatkan
penumpukan timbal dalam tubuh pekerja (Patrick, 2006). Selain itu kebiasaan
97
merokok juga menyebabkan kadar timbal dalam darah meningkat, hal ini
dikarenakan rokok mengandung timbal dengan rata-rata konsentrasi sebesar
8,2 mBq dalam setiap batang rokok (Noor, 2010 dalam Prasetya Online,
2011). Pada penelitian ini ditemukan bahwa kebiasaan merokok memiliki
hubungan dengan kadar timbal dalam darah dan kadar hemoglobin. Kedua
hubungan ini berpola positif, artinya semakin banyak jumlah rokok yang
dikonsumsi pekerja maka semakin tinggi kadar timbal dalam darah.
Begitupula dengan kebiasaan merokok, semakin tinggi konsumsi rokok maka
semakin tinggi kadar hemoglobin pekerja.
Menurut Lu (2010) konsentrasi timbal dalam tubuh yang tinggi akan
menurunkan kadar hemoglobin. Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan teori tersebut dikarenakan kebiasaan merokok dari pekerja memiliki
hubungan yang berpola positif terhadap kadar hemoglobin. Merokok
menghasilkan karbon monoksida yang merupakan hasil pembakaran tidak
sempurna dari bahan yang mengandung karbon. Karbon monoksida memiliki
afinitas 200 kali lipat lebih tinggi terhadap hemoglobin daripada afinitas
oksigen terhadap hemoglobin (Carallo dkk, 1998 dalam Asif dkk, 2013).
Oleh karena itu, ketika seseorang merokok karbonmonoksida yang dihasilkan
akan menggantikan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel
darah merah dan menghasilkan karboksihemoglobin (COHb).
Karboksihemoglobin menyebabkan penurunan pertukaran oksigen dalam
sel dan jaringan tubuh (Cronenberge dkk, 2007 dalam Asif dkk, 2013).
Konsentrasi COHb yang tinggi akan menurunkan kapasitas pengangkutan
oksigen oleh hemoglobin (McDonough, 1999 dalam Milman dan Agnes,
98
2009). Kompensasi terhadap keadaan tubuh yang kekurangan oksigen, tubuh
akan meningkatkan produksi hemoglobin agar pengikatan oksigen oleh
hemoglobin meningkatkan (Roething dkk, 2010 dalam Asif dkk, 2013).
Penelitian Shah dkk (2012) menunjukkan kadar hemoglobin pada responden
yang merokok lebih tinggi daripada responden yang tidak merokok.
Konsentrasi COHb dalam darah meningkat sebanding dengan jumlah rokok
yang dikonsumsi dan asap yang dihirup (Milman dan Agnes, 2009).
Beberapa penelitian menunjukkan merokok dapat meningkatkan kadar
hemoglobin akibat meningkatnya kadar cotinine. Cotinine merupakan hasil
metabolit dari nikotin pada perokok (Benowitz, 1996 dalam Clair dkk, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Clair dkk (2011) Cotinine yang terdapat
dalam darah perokok menyebabkan peningkatan kadar HbA1c. Penelitian
tersebut menyebutkan hubungan antara merokok dengan kenaikan kadar
HbA1c disebabkan oleh nikotin yang terdapat dalam rokok. Penelitian yang
dilakukan oleh Higgins dkk (2009) menyebutkan merokok secara tidak
langsung dapat mempengaruhi formasi HbA1c. Merokok dapat meningkatkan
kemungkinan glukosa memasuki sel darah merah melalui membaran eritrosit
yang pada akhirnya meningkatkan kadar HbA1c.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok memiliki
hubungan berpola positif dengan kadar hemoglobin. Berbeda dengan
hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin yang
menunjukkan pola negatif. Kedua variabel ini memiliki pengaruh yang
berbeda terhadap kadar hemoglobin. Oleh karena itu perlu dilakukan
99
penelitian terhadap peran masing-masing variabel untuk mengetahui variabel
yang paling mempengaruhi kadar hemoglobin.
100
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan karakteristik individu (usia,
lama kerja dan kebiasaan merokok) terhadap kadar timbal dalam darah dan
dampaknya pada kadar hemoglobin pekerja percetakan di Kawasan Megamall
Ciputat tahun 2015, dapat disimpulkan bahwa :
1. Rata-rata pekerja memiliki kadar hemoglobin rendah (12.34 gr/dL).
2. Rata-rata pekerja memiliki kadar timbal dalam darah rendah (2.05 µg/dL).
3. Gambaran karakteristik individu :
a.
Rata-rata pekerja termasuk dalam usia dewasa (29.98 tahun)
b.
Rata-rata pekerja telah bekerja di bagian cetak selama 4 tahun
c.
Rata-rata pekerja merokok sebanyak tujuh batang/hari
4. Hubungan Langsung
a. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan kadar timbal dalam darah
pada pekerja (T test =1).
b. Terdapat hubungan antara lama kerja (tahun) dengan kadar timbal
dalam darah pada pekerja (T test =19,6) dengan arah hubungan positif,
yaitu semakin lama masa kerja maka semakin tinggi kadar timbal dalam
darah pekerja.
101
c. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar timbal
dalam darah pada pekerja (T test =2,07) dengan arah hubungan positif,
yaitu semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi dalam sehari
maka semakin tinggi kadar timbal dalam darah.
d. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan kadar hemoglobin pekerja
(T test =1,51).
e. Tidak terdapat hubungan antara lama kerja dengan kadar hemoglobin
pekerja (T tes t=1,3).
f. Terdapat
hubungan
antara
kebiasaan
merokok
dengan
kadar
hemoglobin (T test =3,84) dengan arah hubungan positif, yaitu semakin
banyak jumlah rokok yang dikonsumsi dalam sehari maka semakin
tinggi kadar hemoglobin.
g. Terdapat hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar
hemoglobin (T test =3,1) dengan arah hubungan negatif, yaitu semakin
tinggi kadar timbal dalam darah seseorang maka semakin rendah kadar
hemoglobin orang tersebut.
5. Hubungan Tidak Langsung
a. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan kadar hemoglobin melalui
kadar timbal dalam darah (T test =0,4).
b. Tidak terdapat hubungan antara lama kerja dengan kadar hemoglobin
melalui kadar timbal dalam darah (T test =0,6).
c. Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar
hemoglobin melalui kadar timbal dalam darah (T test =0,5).
102
6. Tidak terdapat hubungan antara usia, lama kerja dan kebiasaan merokok
melalui kadar timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin (T test=0,62).
B. Saran
1. Bagi Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat
a. Menetapkan jam kerja sesuai dengan undang-undang No. 13 tahun
2003 tentang ketenagakerjaan. Dalam peraturan ini menetapkan jam
kerja untuk karyawan yang bekerja selama 6 hari dalam seminggu,
jam kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari atau 40 jam dalam
seminggu.
b. Menyediakan APD seperti masker, sarung tangan dan baju kerja untuk
mengurangi pajanan timbal di udara.
c. Menggunakan tinta yang ramah lingkungan sehingga pajanan timbal
dari lingkungan kerja dapat dikurangi
2. Bagi Pekerja Percetakan di Kawasan Megamall Ciputat
a. Hendaknya gunakan APD seperti masker, sarung tangan dan baju
kerja selama bekerja, tidak hanya ketika bekerja dengan bahan kimia
yang berbau menyengat. Hal ini dilakukan karena timbal yang
digunakan pada percetakan merupakan timbal yang bercampur dengan
solvent atau pelarut yang mudah menguap pad suhu kamar.
b. Hendaknya menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan setelah
bekerja, memotong kuku dan membedakan pakaian kerja dengan
pakaian ketika sedang tidak bekerja. Hal ini dilakukan karena timbal
tidak hanya masuk melalui udara, namun juga dapat masuk melalui
pencernaan atau termakan
103
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya melakukan pengukuran kadar
timbal di lingkungan kerja untuk menggambarkan pajanan timbal
dalam tubuh pekerja.
b. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya melakukan pengukuran
terhadap konsumsi zat besi ataupun zat gizi lainnya yang dapat
mempengaruhi kadar hemoglobi, karena pada penelitian ini konsumsi
zat besi tidak dijadikan variable penelitian.
c. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya mengkaji lebih dalam tentang
hubungan kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin, karena pada
penelitian ini ditemukan hubungan positif antara kebiasaan merokok
dengan kadar hemoglobin.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
d. Hendaknya dilakukan pengukuran kadar timbal di lingkungan kerja
untuk menggambarkan pajanan timbal dalam tubuh pekerja.
e. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran terhadap konsumsi zat
besi. Kekurangan hemoglobin tidak hanya disebabkan karena timbal
dalam darah namun juga konsumsi zat besi yang kurang. Oleh karena
itu untuk penelitian selanjutnya hendaknya dilakukan pengukuran
terhadap konsumsi zat besi ataupun zat gizi lainnya yang
mempengaruhi kadar hemoglobin.
f. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok dan kadar
timbal dalam darah menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap
kadar hemoglobin. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap
104
peran masing-masing variabel untuk mengetahui variabel yang paling
mempengaruhi kadar hemoglobin.
105
DAFTAR PUSTAKA
Agency for Toxic Subtances and Disease Registry (ATSDR). 1999. Lead.
Toronto:
US
Department
of
Health
and
Human
Serivices.
http://www.atsdr.cdc.gov/toxfaqs/TF.asp?id=331&tid=58 diakses pada 14 juli
2015.
Agency for Toxic Subtances and Disease Registry (ATSDR). 2007. Public Health
Statement: Lead. Toronto: US Department of Health and Human Serivices.
http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp.asp?id=96&tid=22
Agency for Toxic Subtances and Disease Registry (ATSDR). 2007. Lead Toxicity.
Toronto:
US
Department
of
Health
and
Human
Serivices.
http://www.atsdr.cdc.gov/csem/csem.asp?csem=7&po=8 diakses pada 14 juli
2015.
Agency for Toxic Subtances and Disease Registry (ATSDR). 2011. Antimony.
Toronto:
US
Department
of
Health
and
Human
Serivices.
www.atsdr.cdc.gov/substances/index.asp diakses pada 14 juli 2015.
Achmadi, Umar Fahmi. 2011. Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan.
Jakarta: Rajawali Pres.
Al-Malki, Abdulrahman L. 2009. Serum Heavy Metals and Hemoglobin Related
Compounds in Saudi Arabia Firefighters. Journal of Occupational Medicine
and Toxicology 2009, 4:18 halaman 1-6.
106
American
Cancer
Society
(ACS).
2014.
Lead.
http://www.cancer.org/cancer/cancercauses/othercarcinogens/athome/lead
diakkses pada 25 Desember 2014.
Asif, Muhammad dkk. 2013. Effect Of Cigarette Smoking Based On
Hematological Parameters: Comparison Between Male Smokers And
Nonsmokers. Turkish Journal of Biochemistry 2013; 38 (1);75–80.
Al-Hassani, Ansam Naji. 2013. Survey Study of Lead Exposure Among Lead
Workers in Erbil. Iraq J Pharm Vol. 13 No. 1 Hal. 51-57.
Ardyanto, Denny. 2005. Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) Dalam Darah
Masyarakat
Yang
Terpajan
Timbal
(Plumbum).
Jurnal
Kesehatan
Lingkungan, Vol. 2, No.68 1, Juli 2005 : 67 – 76.
California Department of Public Health (CDPH), Occupational Lead Poisoning
Prevention Program (OLPPP). 2009. Medical Guidelines for the LeadExposed Worker. www.cdph.ca.gov/programs/olppp/Documents/medgdln.pdf
diakses pada 26 November 2014.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2011. NIOSH Safety and
Health Topic: Adult Blood Lead Epidemiology and Surveillance (ABLES).
www.cdc.gov/niosh/topics/ABLES/ables-description.html diakses pada 26
November 2014.
Centers for Disease Control and Prevention
Biomonitoring
(CDC). 2011. National
Program
http://www.cdc.gov/biomonitoring/Lead_BiomonitoringSummary.html CDC
2013 diakses pada 26 November 2014.
107
Centers for Disease Control and Prevention
Contaminated
Soil
(CDC). 2014. Impact of Lead-
on
Public
Health
http://wonder.cdc.gov/wonder/prevguid/p0000015/p0000015.asp#head00800
0000000000 diakses pada 26 November 2014.
Centers for Disease Control and Prevention
Environmental
Medicine:
(CDC). 2014. Case Studies in
Lead
Toxicity
http://wonder.cdc.gov/wonder/prevguid/p0000017/p0000017.asp
1992
diakses pada 26 November 2014.
NIOSH.
2011.
Pocket
Guide
to
Chemical
Hazard-Lead.
http://www.cdc.gov/niosh/npg/npgd0368.html diakses pada 18 juli 2015.
Clair, Carole dkk. 2011. Relationships of Cotinine and Self-Reported Cigarette
Smoking With Hemoglobin A1c in the U.S. Diabetes Care, Volume 34, hal
2250-2255 Oktober 2011.
Devi, Nirmala. 2010. Nutrition and Food Gizi Untuk Keluarga. Jakarta : Penerbit
Buku
Kompas.
https://books.google.co.id/books?id=ou1eOU4oJKUC&pg=PA5&dq=gizi&hl
=en&sa=X&ei=2SfMVIWaKMm8AWhyIGACg&redir_esc=y#v=onepage&q=gizi&f=false
Environmental Protection Agency (EPA). 2014. Health Effect of Lead.
http://www2.epa.gov/lead/learn-about-lead#effects diakses pada 16 Desember
2014
Environmental Protection Agency (EPA). 2014. Fact Sheet Proposed Decision
National
Ambient
Air
Quality
108
Standards
For
Lead.
http://www.epa.gov/airquality/lead/pdfs/20141219fs.pdf diakses pada 16
Desember 2014
Estridge, Barbara H dkk. 2000. Basic Medical Laboratory Techniques (4th ed).
Amerika
:
Thomson
Learning.
https://books.google.co.id/books?id=qMgAbOHSlsMC&printsec=frontcover
#v=onepage&q&f=false
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Garn, Stanley M dkk. 1981. Suggested Sex and Age Appropriate Values for
“Low” and “Deficient” Hemoglobin Levels1-4. The American Journal of
Clinical Nutrition 34 pp 1648-1651.
Gusnita, Dessy. 2012. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di Udara dan
Upaya Penghapusan Bensin Bertimbal. Peneliti Bidang Komposisi Atmosfer,
LAPAN Berita Dirgantara Vol. 13 No. 3 September 2012:95-101.
Goel, Ashish dkk. 2010. Study Of Relationship Of Tobacco Smoking With
Haemoglobin Concentration In Healthy Adults. Journal of Pharmaceutical
and Biomedical Sciences Vol. 01, Issue 01 halam 1-3.
Handayani, wiwik, dan Andi Sulistyo Hariwibowo. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguaan Sistem Hematologi. Jakarta:
Salemba
Medika.
http://books.google.co.id/books?id=PwLdwyMH9K4C&printsec=frontcover#
v=onepage&q&f=false
Harrison, R.M dan D.P.H. Laxen. 1981. Lead Pollution Causes and Control.
Cambride: University Press.
109
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dn Diet Rumah Sakit (2nd Ed). Jakarta : EGC.
https://books.google.co.id/books?id=7MPTur8qDZgC&printsec=frontcover#
v=onepage&q&f=false
Hasan, Wirsal. dkk. 2013. Pengaruh Jenis Kelamin dan Kebiasaan Merokok
terhadap Kadar Timbal Darah. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.
8, No. 4, November 2013.
Hazelwood, Loren F. 2001 Can’t Live Without It : The Story of Hemoglobin in
Sickness
and
in
Health.
New
York
:
NOVA.
https://books.google.co.id/books?id=Sunpq5MN0y0C&printsec=frontcover#
v=onepage&q&f=false
Health and Safety Executive (HSE). 2015. Exposure to Lead in Great Britain
2015. http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACQ927.pdf diakses pada 06 Mei
2015 pukul 18.53.
Hegazy, Amal A. dkk. 2010. Relation Between Anemia and Blood Levels of Lead,
Copper, Zinc and Iron Among Children. BioMed Central Research Notes.
2010; 3: 133.
Hemocue. 2013. Product Review. http://www.hemocue.com/~/media/hemocueimages/hemocuedotcom-images/product-images/hb/pdf-folders-etc/hb-201dm-system.pdf?la=en diakses adaa 15 juli 2015.
Higgins, Trefor dkk. 2009. Influence of Variables on Hemoglobin A1c Values and
Nonheterogeneity of Hemoglobin A1c Reference Ranges. J Diabetes Sci
Technol. 2009 Jul; 3(4): 644–648.
Hurlock, Elizabeth. 2001. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga.
110
Jain, Nitin. dkk. 2005. Relation between Blood Lead Levels and Childhood
Anemia in India. American Journal of Epidemiology. Vol. 161, No. 10.
Joko, Suyono. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja (World Health
Organization). Editor : Caroline Wijaya. Jakarta: EGC: Penerbit Buku
Kedokteran.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kelada, Samir N dkk. 2001. Human Genome Epidemiology (HuGE) Reviews δAminolevulinic Acid Dehydratase Genotype and Lead Toxicity: A HuGE
Review. American Journal of Epidemiology Volume 154 Number 1 July 1,
2001.
Kesuma, Nirmala. 2004. Pengaruh Konsentrasi Pb di Udara Ambien Terhadap
Kadar Pb Darah dengan Kejadian Anemia pada Polisi Lalu Lintas di Kota
Palembang 2004. Tesis untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat
Magister Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Semarang.
Khan, Salim dkk. 2014. Smoking-Related Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD). Diversity and Equality in Health and Care 2014;11:267–7.
Latan, Hengky dan Imam Ghozali. 2012. Partial Least Square Konsep, Teknik
dan Aplikasi SmartPLS 2.0 M3. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Lauwerys, Robert R dan Perrine Hoet. 2001. Industrial Chemical Exposure
Guidelines for Biological Monitoring 3rd Ed. Amerika: CRC Press LLC.
Lu. Frank, C. 2010.Toksikologi Dasar. Edisi 2. Jakarta: UI Press.
111
Lubis, Bidasari dkk. 2013. Hubungan Keracunan Timbal dengan Anemia
Defisiensi Besi pada Anak. Cermin Dunia Kedokteran-200/ vol. 40 no. 1, th.
2013 hal. 17-21.
Lobato, Emilio B. dkk. 2008. Complications in Anesthesiology. Philadelphia:
Lippincott
Williams
&
Wilkins.
https://books.google.co.id/books?id=S0usnJnJKjUC&printsec=frontcover#v=
onepage&q&f=false
McGranahan, Gordon dan Frank Murray. 2003. Air Pollution & Health in rapidly
developing countries. London: Earthscan Publication.
Mifbakhuddin. 2007. Hubungan Kadar Pb dalam Darah dengan Profil Darah
pada Petugas Operator Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di Kota
Semarang Timur. Vol 4 No 2 Tahun 2007.
Mifbakhuddin, dkk. 2010. Hubungan Antara Pajanan Gas Buang Kendaraan
(Pb) dengan Kadar Hemoglobin dan Eritrosit Berdasarkan Lama Kerja pada
Petugas Operator Wanita SPBU di Wilayah Semarang Selatan. Jurnal
Keehatan Masyarakat Indonesia Vol. 6 No. 2 Tahun 2010.
Milman, Nils dan Agnes N. Pedersen. 2009. Blood Haemoglobin Concentrations
Are Higher In Smokers And Heavy Alcohol Consumers Than In Non-Smokers
And Abstainers—Should We Adjust The Reference Range?. Ann Hematol
(2009) 88:687–694 hal 687-694.
Muchnick, Bruce G. 2008. Clinical medicine in optometric practice (2nd ed.). St.
Louis
Mo.:
Mosby/Elsevier.
https://books.google.co.id/books?id=r8fpamEhA2wC&printsec=frontcover#v
=onepage&q&f=false
112
Nelson, D. L., and Cox, M. M., The Three Dimensional Structureof Proteins.
Lehninger Principles of Biochemistry (4th Ed.), W.H.Freeman & Co, New
York,
2005.
http://www.irb.hr/users/precali/Znanost.o.Moru/Biokemija/Literatura/Lehnin
ger%20Principles%20of%20Biochemistry,%20Fourth%20Edition%20%20David%20L.%20Nelson,%20Michael%20M.%20Cox.pdf
Nestel, Penelope. 2002. Adjusting Hemoglobin Values in Program Surveys.
http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACQ927.pdf diakses pada 06 Mei 2015
pukul 18.53.
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) Standard 1910.1025.
Lead,
Toxic
and
Hazardous
Substances
https://www.osha.gov/pls/oshaweb/owadisp.show_document?p_table=standar
ds&p_id=10030 diakses pada 03 Mei 2015 pukul 20:33.
Oke, S.A. dkk. 2008. Occupational Lead Exposure in Printing Presses: An
Analytical Approach. The Pacific Journal of Science and Technology.
Volume 9. Number 1. May-June 2008.
Palar, Heryando. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Patrick, Lyn. 2006. Lead Toxicity, A Review of the Literature. Alternative
Medicine Review Volume 11, Number 1 2006
Patel, Kushang V. 2008. Variability and Heritability of Hemoglobin
Concentration : An Opportunity to Improve Understanding of Anemia in
Older Adults. haematologica | 2008; 93 (9) halaman 1281-1283.
113
Patty, Frank Arthur. 1897. Patty’s Industrial Hygiene and Toxicology 3rd Ed.
New York: A Willey Interscience Publications.
Photo Marketing Association International (PMAI). 2003. Fact Sheet : Solventbased
Ink
and
HSE
Digital
Ancaster.
Imaging.
https://www.pmai.org/WorkArea/DownloadAsset.aspx?id=5092 diakses pada
18 Januari 2015 pukul 18.53.
Prasetya Online. 2011. Penelitian Dr. Johan Noor: Mengukur Konsentrasi
Polonium
dan
Timbal
Pada
Tembakau.
http://prasetya.ub.ac.id/berita/Penelitian-Dr-Johan-Noor-MengukurKonsentrasi-Polonium-dan-Timbal-Pada-Tembakau-2402-id.html
diakses
pada 06 Mei 2015 pukul 18.53.
Ratnasari, Lisa. 2011. Pemetaan Percetakan dengan Menggunakan Analisis
Klaster untuk Pengembangan Strategi Industri. Tesis Diajukan Sebagai Salah
Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister. Depok: Teknik Fakultas
Teknik Program Pascasarjana Teknik Universitas Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Riset Kesehatan Dasar :
RISKESDAS
2013.
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas
2013.PDF diakses pada 18 Januari 2015 pukul 18.53.
Rizkiawati, Aulia. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar
Hemoblobin (Hb) dalam Darah pada Tukang Becak di Pasar Mranggen
Demak. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012,
Halaman 663 – 669.
114
Sacher, Ronald. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta:
EGC
Penerbit
Buku
Kedokteran.
http://books.google.co.id/books/about/Tinjauan_Klinis_Hasil_Pemeriksaan_L
abora.html?id=XTQ7NuDtzEEC&redir_esc=y
Saito, Hiroyuki dkk. 2006. Relationship between Blood Lead Level and Work
Related Factors Using the NIIH Questionnaire System. Industrial Health
2006, 44, 619–628.
Schmitz, Gery, dkk. 2003. Farmakologi dan Toksikologi 3rd Ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedoktern EGC.
Shah, dkk. 2012. The Effects of Cigarette Smoking on Hemoglobin Levels
Compared Between Smokers and Non Smokers. Sunsari Technical College
Journal, Volume 1, Issue 1, hal 42-44, October 2012.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran
EGC.
http://books.google.com/books?id=F13RgtrhNc8C&pg=PA222&dq=anemia+
adalah&hl=en&sa=X&ei=0fV7VLmMIZHjuQSVh4CADQ&ved=0CB0Q6A
EwAA. diakses pada 26 November 2014.
Janssens, dkk. 1999. Physiological Changes in Respiratory Function Associated
with Ageing. European Respiratory Journal Vol. 13 h. 197-205.
Boss, Gerry R dan Edwin Seegmiller. 1981. Age-Related Physiological Changes
and Their Clinical Significance. The Western Journal of Medicine Vol.
135(6): h. 434–440.
115
Suhendro, dkk. 2007.Kandungan Timbal Dalam Darah Dan Dampak Kesehatan
Pada Pengemudi Bus Kota Ac Dan Non Ac Di Kota Surabaya. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, Vol.3, No.2, Januari 2007: 127 – 136.
Suriyaprom, Kanjana. dkk. Effects Of Tobacco Smoking On Alpha-2Macroglobulin And Some Biochemical Parameters In Thai Males. Southeast
Asian J Trop Med Public Health Vol 38 No. 5 September 2007.
Tamashiro, Edwin dkk. 2009. Effects of Cigarette Smoking on The Respiratory
Epithelium and Its Role in The Pathogenesis of Chronic Rhinosinusitis. Braz
J Otorhinolaryngol. 2009;75(6):903-7.
Tjahjandi, Andang. 2007. Timbal (Pb) di Udara Ambien dan Hubungannya
dengan Timbal (Pb) dalam Darah serta Kejadian Anemia pada Pegawai
UPTD Terminal Dinas Perhubungan Kota Sukabumi. Tesis Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas
Indonesia.
Tong, Shilu. Dkk. 2000. Environmental lead exposure: a public health problem of
global dimensions. Bulletin of the World Health Organization, 2000,
78(9):1068-1077.
Turgut, S. 2009. Relations between Iron Deficiency Anemia and Serum Levels of
Copper, Zinc, Cadmium and Lead. Polish J. of Environ. Stud. Vol. 18 No. 2,
273-277.
United Nation Environment Programme (UNEP). 2014. Health aspects : lead
exposure
and
human
116
health.
http://www.chem.unep.ch/pops/pdf/lead/leadexp.pdf
diakses
pada
26
November 2014.
Wardani, Ira. 2013. Analisis Hubungan Konsentrasi Pajanan Timbal Di Udara
Ambien Terhadap Risiko Kejadian Anemia Pada Komunitas Di Kawasan
Puspitek, Serpong Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
ProgramStudi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Depok: Universitas Indonesia.
Wetmur, James G. 1994. Influence of the Common Human 6-Ami nolevu inate
Dehyd ratase Polymorphism on Lead Body Burden. Environmental Health
Perspectives Volume 102, Supplement 3, September 1994.
Widowati,
Wahyu,
dkk.
2008.
Efek
Toksik
Logam
Pencegahan
dan
Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: ANDI.
World Health Organization (WHO). 1977. Environmental Health Criteria 3.
Lead.
Geneva.
http://www.inchem.org/documents/ehc/ehc/ehc003.htm
diakses pada 16 Desember 2014 pukul 04.30.
World Health Organization (WHO). 2004. Assessing the iron status of
populations
:
2nd
Geneva.
ed.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/75368/1/9789241596107_eng.pdf?ua
=1&ua=1 diakses pada 18 Januari 2015 pukul 17.36.
World Health Organization (WHO). 2008. Worldwide Prevalence Of Anaemia
1993–2005:
WHO
Global
Database
On
Anaemia
http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/9789241596657_eng.pdf diakses
pada 18 Januari 2015 pukul 18.53.
117
World
Health
Organization
(WHO).
2015.
Anemia.
http://www.who.int/topics/anaemia/en/ diakses pada 18 Januari 2015 pukul
17.36.
Yartireh, Haji-Ali dan Amir-Hossein Hashemian. 2013. The Effect of
Occupational Exposure to Lead on Blood Hemoglobin Concentration in
Workers of Kermanshah Oil Refinery. Iranian Journal of Toxicology Volume
6, No 19, Winter 2013.
118
LAMPIRAN
119
Lampiran 1
LEMBAR INFORMASI PENELITIAN
Hubungan Karakteristik Individu terhadap Kadar Timbal Dalam Darah dan
Dampaknya pada Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan di Kawasan
Megamall Ciputat Tahun 2015
Nomor kuesioner
:
Tanggal Wawancara :
Nama pewawancara :
Saudara, perkenalkan nama saya Betti Ronayan Adiwijayanti. Saya
mahasiswa Peminatan Kesehatan lingkungan, Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini saya sedang melakukan pengumpulan data
tentang “Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Kadar Timbal dalam Darah
dan Dampaknya Pada Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan di Kawasan
Megamall Ciputat Tahun 2015”. Penelitian ini dilaksanakan untuk menyelesaikan
Tugas Akhir Kuliah (Skripsi). Tujuan dari penelitian ini untuk melihat hubungan
antara usia, lama kerja dan kebiasaan merokok terhadap kadar timbal dalam darah
serta dampaknya pada kadar hemoglobin pekerja. Untuk mendukung keperluan
data penelitian anda akan mendapatkan dua perlakuan, yaitu :
1. Mengisi lembar wawancara karakteristik responden. Diharapkan agar anda
sebagai responden dari penelitian ini dapat mengisi lembar wawancara
tersebut dengan jujur. Lembar wawancara ini tidak bersifat wajib, namun
jika anda bersedia saya wawancarai maka anda wajib menjawab seluruh
pertanyaan yang ada dan melanjutkan ke perlakuan ke dua dan tiga.
2. Anda akan menjalani pengambilan darah vena sebanyak 3 ml dan darah
kapiler sebanyak 5 tetes untuk pemeriksaan kadar timbal dalam darah dan
kadar hemoglobin. Manfaat yang diperoleh adalah anda akan mengetahui
kadar timbal dan kadar hemoglobin dalam darah anda.
Risiko yang mungkin timbul adalah saat pengambilan darah akan sedikit
terasa nyeri. Oleh karena itu pada saat pengambilan darah dilakukan oleh orang
yang berpengalaman di bidangnya yaitu perawat. Dalam pengambilan sampel
darah ini peneliti juga menggunakan alat suntik yang steril, baru dan
menggunakan antiseptik yang baik. Segala biaya dalam penelitian ini ditanggung
oleh peneliti. Pekerja yang bersedia menjadi responden dapat melihat hasil
pemeriksaan kadar timbal dalam darah dan hemoglobin dengan menghubungi
peneliti Betti (089653839056).
Dengan demikian apabila anda bersedia untuk menjadi responden
penelitian ini, maka diharapkan untuk menandatangani Surat Pernyataan
Persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian (Informed Concent). Atas perhatian
dan kerjasama anda saya ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Peneliti
120
Lampiran 2
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM
PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
:
Usia
:
Alamat
:
No. HP
:
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang manfaat dan
risiko yang mungkin muncul dalam penelitian ini, maka saya setuju ikut
serta dalam penelitian yang berjudul:
“HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP KADAR
TIMBAL DALAM DARAH DAN DAMPAKNYA PADA KADAR
HEMOGLOBIN PEKERJA PERCETAKAN DI KAWASAN
MEGAMALL CIPUTAT TAHUN 2015”
Demikian surat pernyataan setuju ikut serta dalam penelitian ini
saya buat agar dapat digunakan seperlunya.
Jakarta, ...................................2015
(.....................................................)
121
Lampiran 3
LEMBAR WAWANCARA
No
Identitas Responden
1
Nama
2
Usia
3
Alamat
Jawaban
....................tahun
Daftar Pertanyaan
4
Jawaban
Apakah anda sering mengalami gejala
Ya
Tidak
di bawah ini dalam 1 tahun terakhir?
a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah
b. Nafsu makan berkurang
c. Wajah pucat
d. Mata berkunang-kunang
e. Sakit kepala, pusing
5
Sudah berapa lama anda bekerja di
.....................tahun
bagian cetak?
6
Berapa
jam
anda
bekerja
dalam
.................jam/hari
sehari?
7
Apakah anda merokok dalama 1 tahun 1. Ya (berapa batang/hari....)
terakhir?
2. Tidak
Lembar Observasi
Konsentrasi
8
Kadar Hemoglobin (Hb)
....................gr/dL
9
Kadar Timbal (Pb)
...................µg/dL
122
Lampiran 4
Hasil Uji Laboratorium Kesehatan Lingkungan
No. Sampel
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
Sampel 7
Sampel 8
Sampel 9
Sampel 10
Sampel 11
Sampel 12
Sampel 13
Sampel 14
Sampel 15
Sampel 16
Sampel 17
Sampel 18
Sampel 19
Sampel 20
Sampel 21
Sampel 22
Sampel 23
Sampel 24
Sampel 25
Sampel 26
Sampel 27
Sampel 28
Sampel 29
Sampel 30
Sampel 31
Sampel 32
Sampel 33
Sampel 34
Sampel 35
Sampel 36
Sampel 37
Sampel 38
Sampel 39
Sampel 40
Kadar Timbal dalam Darah
5.498721
3.069054
2.429668
2.429668
3.324808
2.046036
1.662404
1.534527
2.30179
1.023018
0.767263
4.603581
0.895141
2.685422
0.895141
2.5575
1.150895
3.452685
1.023018
2.173913
1.150895
2.429668
1.918159
1.150895
0.767263
1.918159
0.767263
3.452685
1.150895
4.219949
1.150895
0.767263
0.511509
3.324808
0.767263
2.941176
0.639386
4.475703
2.173913
0.767263
123
Lampiran 5
Output SPSS
Descriptives
Statistic
USIA
Std. Error
Mean
29.98
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean
Upper Bound
26.34
5% Trimmed Mean
29.22
Median
26.50
Variance
1.796
33.61
129.051
Std. Deviation
11.360
Minimum
17
Maximum
59
Range
42
Interquartile Range
16
Skewness
Kurtosis
LAMA_KERJA_ Mean
TAHUN
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean
Upper Bound
1.014
.374
.015
.733
3.9750
.40270
3.1605
4.7895
5% Trimmed Mean
3.8333
Median
3.5000
Variance
6.487
Std. Deviation
2.54687
Minimum
1.00
Maximum
10.00
Range
9.00
Interquartile Range
3.75
Skewness
.637
.374
-.599
.733
7.02
.558
Kurtosis
KEBIASAAN_M Mean
EROKOK
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean
Upper Bound
5.90
8.15
5% Trimmed Mean
7.14
Median
6.00
Variance
12.435
Std. Deviation
3.526
124
Minimum
0
Maximum
12
Range
12
Interquartile Range
6
Skewness
-.140
Kurtosis
KADAR_HB
-.650
.733
Mean
12.3425
.24192
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean
Upper Bound
11.8532
5% Trimmed Mean
12.2972
Median
12.3000
Variance
12.8318
2.341
Std. Deviation
1.53002
Minimum
10.00
Maximum
15.90
Range
5.90
Interquartile Range
2.00
Skewness
Kurtosis
KADAR_PB
.374
.262
.374
-.631
.733
Mean
2.04923158E0 .200498935
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean
Upper Bound
1.64368420E0
5% Trimmed Mean
1.96433517E0
Median
1.91815900E0
Variance
2.45477895E0
1.608
Std. Deviation
1.268066604E0
Minimum
.511509
Maximum
5.498721E0
Range
4.987212E0
Interquartile Range
1.950127E0
Skewness
.875
.374
Kurtosis
.120
.733
125
Lampiran 6
Output SmartPLS
126
Lampiran 7
Alat dan Bahan
Atomic
Absorbtion Spuit
Spectophotometer (AAS)
Torniquet
Alcohol Swab 70%
Coolbox
Hemmocue
analyser
Lancet device
Hb
Blood Tube EDTA 3 ml
201+
Hemmocue Hb 201+ Baterai kering 1,5 volt
microcuvette
Lancet
127
Sensi gloves
Hot Plate dan Stirer
Gelas Piala 50 ml
Labu ukur 1000 ml,
100 ml dan 50 ml
Pipet mohr
Bulb
Kaca Arloji
128
Lampiran 8
Pengambilan dan Analisis Sampel darah
Pengambilan
darah vena
sampel Pengambilan sampel darah Sampel darah vena
kapiler
0,2 ml sampel darah vena Sampel
darah
diambil
dimasukkan ke
gelas piala
vena Larutan Triton x-HCL
dalam
mencampurkan Larutan dimaskukkan
15 ml Larutan Triton x- Proses
HCL
dicampurkan larutan dengan hot plate ke dalam labu ukur
dan stirrer
dengan sampel darah
Larutan Triton x-HCL Memberi tanda batas pada Sampel darah setelah di
untuk tanda batas
larutan
destruksi
129
Sampel
AAS
darah
dalam AAS
Analisis kadar timbal
dengan menggunakan
metode GFAAS
130
Download