Uploaded by User106889

Makalah Alkaloid

advertisement
MAKALAH KIMIA BAHAN HAYATI LAUT
SENYAWA METABOLIT SEKUNDER
“ALKALOID”
Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat penilaian mata kuliah Kimia Bahan
Hayati Laut
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Daffa Afdiansyah
Fathia Kania A
Heldhita Gracia
Marvel Rose
Najma Khansa A
230210170022
2302101700
2302101700
2302101700
2302101700
Ridho Apriadi
M Sayed
Shavira Amalia
Siti Hajar H
Tonny Bratasena
2302101700
2302101700
2302101700
2302101700
2302101700
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah yang berjudul “Alkaloid” dengan lancar.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan para pembaca mengenai karakter senyawa, prosedur
umum, prosedur khusus isolasi target, hasil dan kesimpulan dari senyawa alkaloid.
Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangankekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, penyusun mengharapkan
adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang , mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Melalui kata pengantar ini penyusun terlebih dahulu meminta maaf dan
memohon pemakluman bila mana terdapat kesalahan pada makalah ini. Dan dengan
ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Jatinangor, 25 April 2019
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
1.1
Latar Belakang ................................................................................................. 4
1.2
Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1.3
Tujuan Penulisan .............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Alkaloid .............................................................................................. 6
2.2 Karakteristik Alkaloid ........................................................................................... 6
2.3 Biosintesis Alkaloid .............................................................................................. 7
2.4 Klasifikasi Senyawa Alkaloid ............................................................................... 8
2.5 Fungsi Senyawa Alkaloid ................................................................................... 10
2.6 Penghasil Senyawa Alkaloid............................................................................... 11
2.7 Metode Identifikasi Senyawa Alkaloid ............................................................... 13
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 16
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup memungkinan terkandung di dalamnya baik yang berupa
metabolisme primer (metabolit primer) seperti protein, karbohidrat, dan lemak yang
digunakan oleh tumbuhan itu sendiri untuk pertumbuhannya ataupun senyawa kimia
dari hasil metabolisme sekunder (metabolit sekunder) seperti terpenoid, steroid,
kumarin, flavonoid, dan alkaloid. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa
kimia yang umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai
pelindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau
lingkungannya. Hal ini memacu dilakukannya penelitian dan penelusuran senyawa
kimia terutama metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan. Seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti teknik pemisahan, metode
analisis, dan uji farmakologi. Senyawa hasil isolasi atau senyawa semi sintetik yang
diperoleh dari tumbuhan sebagai obat atau bahan baku obat.
Metabolisme sekunder juga disebut metabolisme khusus adalah istilah untuk
jalur dan molekul kecil produk dari metabolisme yang tidak mutlak diperlukan untuk
kelangsungan hidup organisme. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah
banyak digunakan untuk zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan
sebagainya. Serta banyak jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat-obatan, dikenal
sebagai obat tradisional sehingga perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan
tumbuh-tumbuhan berkhasiat dan mengetahui senyawa kimia yang bermanfaat sebagai
obat. Ilmu yang mempelajari zat yang berkhasiat dalam tumbuhan meliputi
identifikasi, isolasi serta penetapan kadarnya dikenal dengan ilmu fitokimia.
Sejarah alkaloid hampir setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan
obat-obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman, kedokteran, teh dan racun.
Pada tahun 1803, Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi
nama narkotin. Seturner pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap
opium dapat berhasil mengisolasi morfin. Selain itu, pada tahun 1817-1820 di
4
Laboratorium Pelletier dan Caventon di Fakultas Farmasi di Paris, melanjutkan
penelitian dibidang kimia alkaloid yang menakjubkan. Diantara alkaloid yang
diperoleh dalam waktu singkat tersebut adalah Stikhnin, Emetin, Brusin, Piperin,
kaffein, Quinin, Sinkhonin dan Kolkhisin.
Menurut Cordell (1981), sebagian besar sumber alkaloid adalah tanaman
berbunga (angiospermae). Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid
adalah liliaceae, solamae, solanace dan rubiacea. Karena alkaloid sebagai suatu
kelompok senyawa yang terdapat sebagian besar pada tanaman berbunga, maka para
ilmuwan sangat tertarik pada sistematika aturan tanaman. Kelompok tertentu alkaloid
dihubungkan dengan famili tanaman tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Senyawa Alkaloid?
2. Bagaimana karakteristik Senyawa Alkaloid?
3. Bagaimana prosedur umum dan prosedur khusus isolasi target, hasil
dan
kesimpulan dari senyawa alkaloid?
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui apa itu senyawa alkaloid dan bagaimana karakter senyawa alkaloid
serta bagaimana prosedur umum dan prosedur khusus isolasi target, hasil dan
kesimpulan dari senyawa alkaloid.
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Alkaloid
Alkaloid adalah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan
heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang
berasal dari hewan). Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di
alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N
(Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau
aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia
dan hewan. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat
penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan
strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan, 1969). Selain itu ada beberapa pengecualian,
dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N (Nitrogen) terdapat di dalam rantai
lurus atau alifatis.
2.2 Karakteristik Alkaloid
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih
dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat
berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat
kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya). Kebanyakan
alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada
nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan
elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik
dan senyawa lebih bersifat basa.
Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam
berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada
tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung
alkaloid dengan kadar yang sedikit. Karakteristik alkaloid biasnya ada di dalam
tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas.
Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya
6
mengandung nitrogen. Sesuai dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat
basa) dikarenakan adanya sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen
sehingga dapat mendonorkan sepasang elektronnya.
Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk
kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali
optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam,
meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu
tumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain mengandung
enantiomernya (Gritter, 1995).
2.3 Biosintesis Alkaloid
Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini
terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial
yang merupakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino alanin, arginin,
asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamat , glutamin, glisin, histidine, isoleusin,
leusin, lysin, metionin, fenilalanine, prolin, serine, treonine, triptopan, tirosine, and
valin. Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, alkaloid diketahui berasal dari
sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik,
fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang
menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid
adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan
suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap
oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan
dalam biosintesis alkaloid. Kemudian reaksi yang mendasari pembentukan alkaloid
membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan karbanion dalam kondensasi hingga
terbentuklah alkaloid.
Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-reaksi
sekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu
7
dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada
posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme
radikal bebas.
Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen menghasilkan
gugus metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi
dari gugus amina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh keterlibatan fragmenfragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat.
Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang
diikuti oleh reaksi Mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi
reduksi dan esterifikasi menghasilkan hiosiamin.
2.4 Klasifikasi Senyawa Alkaloid
1. Berdasarkan jenis cicin heterosiklik
Nitrogen merupakan bagian dari struktur molekul alkaloid. Berdasarkan hal
tersebut, alkaloid dibedakan atas beberapa jenis seperti :
a. Golongan Piridina Pyridine (Pyperidine) adalah turunan dari aromatik
heterocyclic, senyawa organik dengan rumus kimia C5H5N digunakan sebagai
pelopor ke Agrokimia dan obat-obatan, dan juga penting sebagai larutan dan
reagen. Hal ini terkait dengan struktur benzena dimana CH diganti dengan
atom nitrogen. Contohnya: Piperine, conine, trigonelline, arecoline, arecaidine,
guvacine, cytisine, lobeline, nikotina, anabasine, sparteine, pelletierine.
Gambar 1. Struktur Piridina
8
b. Golongan Pyrrolidine Pyrrolidine, juga dikenal sebagai tetrahidropirola,
merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C4H9N. Ia merupakan
senyawa amina siklik dengan cincin beranggora lima yang terdiri dari empat
atom karbon dan satu atom nitrogen. Ia berupa cairan bening dengan aroma
tidak sedap seperti amonia. Pyrrolidine ditemukan secara alami pada daun
tembakau dan wortel. Struktur cincin pyrolidina dapat ditemukan pada banyak
alkaloid alami, seperti nikotina dan higrina. Ia juga dapat ditemukan pada
banyak obat-obatan farmasi seperti prosiklidina dan bepridil. Ia juga menjadi
dasar senyawa rasetam (misalnya pirasetam dan anirasetam). Contohnya:
Hygrine, cuscohygrine, nikotina
Gambar 2. Struktur Pyrrolidine
c. Golongan Isokulina contohnya : Alkaloid Opium (papaverine, narcotine,
narceine),
sanguinarine,
hydrastine,
berberine,
emetine,
berbamine,
oxyacanthine.
Gambar 3. Struktur Isokuinalina
d. Golongan
Kuinolina
contohnya:
Kuinina,
kuinidina,
dihidrokuinidina,strychnine, br ucine, veratrine, cevadine.
Gambar 4. Struktur Kuinolina
9
dihidrokuinina,
e. Golongan Tropane contohnya : atropine, kokaina, ecgonine, scopolamine,
catuabine
f. Golongan Indola
Gambar 5. Struktur Indol
2.5 Fungsi Senyawa Alkaloid

Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat
dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang
tidak dianut lagi).

Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen
meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih
lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.

Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan
parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti
yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep
yang direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.

Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur,
beberapa
alkaloid
menyerupai
pengatur
tumbuh.
Beberapa
alkaloid
merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.

Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat
basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion
dalam tumbuhan.
Contoh senyawa alkaloid spesifik dan bioaktivitasnya
1. Nikotin sebagai stimulant pada syaraf otonom
2. Morfin sebagai analgesic
10
3. Kodein sebagai analgesic dan obat batuk
4. Antropin sebagai obat tetes mata
5. Skopolamin sebagai sedative menjelang operasi
6. Kokain sebagai analgesic
7. Piperin sebagai antifeedant (bioinsektisida)
8. Quinin sebagai obat malaria
9. Vinkristin sebagai obat kanker
10. Ergotamine sebagai analgesic pada migraine
11. Reserpine sebagai pengobatan simptomatis disfungsi ereksi
12. Mitraginin sebagai analgesic dan antitusif
13. Vinblastine sebgai antineoplastic dan obat kanker
14. Saponin sebagai antibakteri
2.6 Penghasil Senyawa Alkaloid
Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya
teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat
ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu. Alkaloid dihasilkan oleh banyak
organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara
kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa.
Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid. Hingga
sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur
sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya.
1. Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan
anandamida yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungankandungan ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak.
Menurut ilmuwan, cokelat jika dimakan dalam jumlah normal secara
teratur dapat menurunkan tekanan darah.
2. Tembakau mengandung senyawa alkaloid, diantaranya adalah nikotin.
Nikotin termasuk dalam golongan alkaloiod yang terdapat dalam famili
11
Solanaceae. Nikotin dalam jumlah banyak terdapat dalam tanaman
tembakau, sedang dalam jumlah kecil terdapat pada tomat, kentang dan
terung. Nikotin dan kokain dapat pula ditemukan pada daun tanaman kota.
Kadar nikotin berkisar antara 0,6-3,0 % dari berat kering tembakau, dimana
proses biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau.
Nikotin terjadi dari biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada
daun. Fungsi nikotin adalah sebagai bahan kimia antiherbivora dan adanya
kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi serangga, sehingga nikotin
digunakan sebagai insektisida pada masa lalu.
3. Kecubung adalah tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah
dikenal sejak ribuan tahun,di antaranya Datura Stramonium, Datura tatura,
dan Brugmansia suaviolens, namun daya khasiat masing-masing jenis
kecubung, berbeda-beda. Hampir seluruh bagian tanaman kecubung dapat
dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini disebabkan seluruh bagiannya
mengandung alkaoida atau disebut hiosamin (atropin) dan scopolamin,
seperti pada tanaman Atropa belladona.Alkahoid ini bersifat racun sehingga
pemakaiannya terbatas pada bagian luar. Biji kecubung mengandung hiosin
dan lemak, sedangkan daunnya mengandung kalsium oksalat. Berkhasiat
mengobati rematik, sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak, encok, eksim,
dan radang anak telinga.
4. Kopi juga termasuk ke dalam tanaman yang mengandung senyawa
alkaloid. Kafein kopi merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder
golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memilik rasa yang pahit.
5. Buah pare dalam bahasa latin disebut Momordica charantia L berasal dari
kawasan Asia Tropis. Bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid,
dan asam momordial. Manfaat buah ini dapat merangsang nafsu makan,
menyembuhkan batuk, memperlancar pencernaan, membersihkan darah
bagi wanita yang baru melahirkan, dapat menyembuhkan penyakit kuning,
juga cocok untuk menyembuhkan mencret pada bayi.
12
Contoh Senyawa Alkaloid pada Organisme Laut:
1. Sponga Xestospongia sp. menghasilkan senyawa metabolit sekunder golongan
alkaloid yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus. (Eko Setyono, 2012)
2. Senyawa halicyclamine A yang diisolasi dari sponga haliclona sp. dengan
struktur makrosiklik alkaloid unik yang diketahui mempunyai aktifitas sebagai
anti-dorman Mycobacterium smegmatis (Eko Setyono, 2012)
3. Aaptamine dan Demethylaaptamine adalah senyawa alkaloid yang
mempunyai keaktifan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus, Bacillus subtilis dan Vibrio eltor. (Abdullah Rasyid, 2008)
4. Mangrove dan rumput laut juga diketahui dapat menghasilkan senyawa
alkaloid yang digunakan sebagai anti Plasmodium falciparum (Widya Hapsari,
2017)
5. Callyspongia sp mengandung alkaloida yang berkhasiat sebagai antioksidan
(Endang Hanani, 2005)
6. P. citrinum mampu memproduksi kinin (alkaloid dalam pohon kina) dengan
konsentrasi sebesar 2,4 mg/L atau 1,98 %. (Widya Hapsari, 2017)
2.7 Metode Identifikasi Senyawa Alkaloid
1. Reaksi Pengendapan
a. Reaksi Mayer : HgI2
HgCl2 1 bagian + KI 4 bagian
Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning bening→ +
alakohol endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass lalu Kristal dapat dilihat di
mikroskop. Jika dilakukan di tabung reaksi lalu dipindahkan, Kristal dapat rusak.
13
Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi
akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
b. Reaksi Bouchardat
I2 2 bagian + KI 4 bagian + aqua ada 100
Cara: sampel zat + pereaksi Bouchardat → coklat merah, + alkohol → endapan larut.
2. Reaksi Warna
a. Reaksi dengan asam kuat
Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3pekat menghasilkan warna kuning atau
merah.
b. Reaksi Marquis
Pereaksi marquis mengandung formaldehid (1 bagian) dan H2SO4 pekat (9 bagian).
Sampel ditambah pereaksi marquis akan menghasilkan warna jingga.
c. Reaksi Warna AZO
Sampel ditambah diazo A (4 bagian) dan diazo B (1 bagian), ditambah NaOH,
dipanaskan lalu ditambah amyl alkohol menghasilkan warna merah.
d. Reaksi Frohde
Pereaksi frohde mengandung larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat. Sampel
ditambah pereaksi frohde menghasilkan warna kuning kehijauan.
e. Reaksi Mandelin
Pereaksi mandelin mengandung amonium vanadat dalam air ditambah H2SO4 pekat.
Sampel ditambah pereaksi mandelin berwarna kuning kehijauan.
3. Reaksi Kristal
a. Reaksi Dragendorf
14
Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair.
Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi dragendorf maka akan menghasilkan
endapan jingga.
b. Reaksi Meyer
Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Ketika sampel
ditambah pereaksi meyer maka akan timbul endapan kuning atau larutan kuning
bening lalu ditambah alkohol endapannya larut. Tidak semua alkaloid mengendap
dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada
rumus bangun alkoloidnya.
c. Reaksi Bauchardat
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel ditambah pereaksi
bauchardat menghasilkan endapan coklat merah lalu ditambah alkohol endapannya
larut.
d. Reaksi Fe-complex & Cu-complex:
Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup dengan
cover glass panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berikut ini adalah kesimpulan dari rumusan masalah yang kami buat:
1. Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali
dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul
senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis.
15
2. Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih
dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini
dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat
basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus
fungsionalnya)
3. Cara identifikasi Senyawa Alkaloid dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu
dengan reaksi pengendapan, reaksi pewarnaan, dan reaksi kristal.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu ada baiknya pemberian petunjuk untuk
mendapatkan literatur, dan menyamakan persepsi terlebih dahulu. Agar materi yang
dirujuk sesuai dengan apa yang mestinya di sampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Rasyid. 2008. “Biota Laut sebagai Sumber Obat-Obatan”. Oseana, Volume
XXXIII, Nomor 1, Tahun 2008: 11-18. Diakses tanggal 24 April 2019 pada
http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxxiii%281%2911-18.pdf
16
Aliyatul Himmah. 2016. “IDENTIFIKASI GOLONGAN ALKALOID”. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.
Gritter, R. J. 1991. Pengantar Kromatografi Terbitan ke-2. ITB : Bandung.
Eko, Setyono et al. 2012. “Karakteristik Senyawa Alkaloid Metabolit Sekunder dari
Spongia Xestospongia Sp”. Kupang. Balai Besar KSDA NTT
Endang, Hanani. 2005. “IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SPONS
CALLYSPONGIA SP DARI KEPULAUAN SERIBU”. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.
II, No.3, Desember 2005, 127 – 133. Diakses tanggal 24 April 2019 pada
http://psr.ui.ac.id/index.php/journal/article/download/3389/467
Widya Hapsari. 2017. “IDENTIFIKASI FUNGI ENDOFIT LAUT DAN POTENSINYA
SEBAGAI PENGHASIL ALKALOID KINA”. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Diakses
tanggal
24
April
2019
pada
https://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/91424/2017cwh.pdf?sequence
=1&isAllowed=y
17
Download