1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Komunikasi

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
2.1.1
Komunikasi
Menurut Everett M Roger
dalam buku yang berjudul komunikasi sebagai
pengantar karangan Deddy Mulyana (2007,p:69) komunikasi adalah proses dimana suatu
ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud mengubah
tingkah mereka.
Menurut Dennis L. Wilcox, Komunikasi adalah proses pengiriman informasi, ide,
dan sikap dari seseorang kepada orang lainnya. Dimana mereka berkomunikasi yang
terdiri dari communicator, sebagai pemberi pesan, dan receiver sebagai penerima pesan
(Wilcox, 2003,p: 170).
Kedua definisi di atas imenyimpulkan bahwa komunikasi itu adalah sebuah proses
dimana partisipannya membuat dan bertukar informasi dengan orang lainnya yang
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman pesan dan mengubah sikap penerima.
2.1.2
Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah orang
banyak (Ruslan, 2008, p:20). Liliweri pun menyatakan definisi komunikasi massa yaitu
proses komunikasi yang sering dilakukan oleh media massa, seperti surat kabar, majalah,
buku, radio, televisi dan lainnya serta melibatkan beragam latar belakang (Liliweri, Makna
Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya, 2002, pp:22-23).
7
8
Kedua teori di atas memberi kesimpulan bahwa komunikasi massa adalah suatu
komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk menyebarkan pesan ke sejumlah orang banyak
dan orang-orang tersebut memiliki keberagaman dari sosial maupun budaya.
2.1.3
Public Relations
Definisi public relations adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang
lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu atau
organisasi/perusahaan. (Ardianto 2011,p:9).
Menurut IPRA/International Public Relations Association, public Relations adalah
fungsi manajemen dari ciri-ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi dan
lembaga swasta atau negara untuk memperoleh, simpati dan dukungan dari mereka yang
terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini publik di antara mereka.
(Ardianto, 2011,p:10). Definisi berikutnya, “Hubungan masyrakat adalah suatu filsafat
sosial dan manajemen yang dinyatakan yang dinyatakan dalam kebijaksanaan beserta
pelaksanaanya yang melalui interpretasi yang peka mengenai peristiwa-peristiwa
berdasarkan pada komunikasi dua arah dengan publiknya, berusaha untuk memperoleh
saling pengertian dan itikad baik.” (Moore, 2004, p:6)
Teori-teori di atas memberi kesimpulan bahwa public relations memiliki tugas yang
berhubungan dengan opini, citra, dan simpati masyarakat kepada perusahaan agar mereka
mendukung kegiatan perusahaan.
2.1.3.1 Peran Public Relations
Peranan Public Relations adalah mengupayakan kegiatan komunikasi dua
arah dari perusahaan dengan pihak publik dan sebaliknya yang bertujuan untuk
9
menciptakan keterkaitan dalam pengertian dan dukungan untuk mencapai suatu
tujuan, kebijakan, kegiatan produksi barang atau pelayanan jasa, demi kemajuan
perusahaan dan lembaga tersebut (Ruslan, 2008, p:1).
Dalam buku yang ditulis oleh Ruslan (Ruslan, 2008, p:10), peran inti
sebagai public relations adalah sebagai penghubung antara organisasi dengan
publik untuk membina hubungan yang baik dan saling menguntungkan,
publikjuga digunakan sebagai back up management yaitu sebagai pendukung
fungsi manajemen organisasi dan yang vital adalah membentuk corporate image,
artinya menciptakan citra organisasi dimata publik mengenai perusahaan atau
lembaga.
Kedua definisi di atas tersebut dapat disimpukan bahwa peran public
relations adalah sebagai penengah antara perusahaan dengan masyarakat untuk
meraih dukungan masyarakat untuk perusahaan dan mencapai kesepakatan serta
citra yang baik di mata mereka.
2.1.3.2 Fungsi dan Tugas public relations
Menurut Ardianto dalam bukunya yang berjudul “Handbook of PR” bahwa
public relations memiliki fungsi dan tugas menghasilkan publisitas untuk
mendapatkan opini dan citra positif dari publik untuk organisasi atau perusahaan.
Publisitas ini pun bisa melalui events, campaign, dan programs (Ardianto,
Handbook of Public Relations, 2011,p: 261)
10
Fungsi utama public relations menurut Edward L. Bernays yang dikutip
oleh Liliweri (2011, p:658) adalah memberikan penerangan secara jelas kepada
publik, melakukan kegiatan berupa persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan
masyarakat secara langsung, dan terakhir adalah upaya untuk mengintegrasikan
sikap dan perbuaan suatu perusahaan atau lembaga sesuai sikap dan perbuatan
masyarakat atau sebaliknya.
Definisi-definisi tersebut membuat peneliti menyimpulkan bahwa fungsi
public relations erat dengan menciptakan pesan persuasi kepada publik yang
bertujuan untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat yang berkaitan
dengan perusahaan serta menyampaikan pesan perusahaan tersebut kepada
masyarakat agar selaras dan memberi dukungan terhadap perusahaan.
2.2
Teori Khusus
2.2.1
Model Proses Komunikasi Kampanye
2.2.1.1 Model Kampanye Nowak dan Warneryd
Menurut McQuail dan Windahl (1993) model kampanye Nowak dan Warneryd
merupakan salah satu contoh model tradisional kampanye. Pada model ini proses
kampanye dimulai dari tujuan yang hendak dicapai dan diakhiri dengan efek yang
diinginkan. Model ini merupakan deskriptif dari bermacam-macam proses kerja dalam
kampanye. Pada model kampanye Nowak dan Warneryd ini terdapat delapan elemen
kampanye yang harus diperhatikan yaitu: Intended effect (efek yang diharapkan),
Competiting communication (persaingan komunikasi), Communication object (objek
komunikasi), Target population and Receiving group (populasi target dan kelompok
11
penerima), The channel (saluran), The message (pesan), The communicator/sender
(komunikator/pengirim pesan), The obtained effect (efek yang dicapai)
(Nowak dan warneryd)
Message
Competiting
Communication
Receiving
Communication
Intended
Group
Objective
Channel
Obtained
Effect
Effect
Target
Communicator
Population
Gambar 2.1: A Model of A Communication Campaign
(Sumber: Rosady Ruslan, 2008,p:128)
Penjelasan unsur-unsur (element) dalam suatu bagan dari Model of
Communication Campaign, yaitu sebagai berikut: (Venus, 2009,p:22-24).
1)
The Intended Effect
Efek yang diharapkan dalam suatu kampanye harus dirumuskan dengan
jelas dan detail. Dengan begitu, penentuan elemen-elemen pendukung pencapaian hasil
tersebut itu akan menjadi lebih mudah dan jelas.
2)
Competiting Commnunication
Agar komunikasi kampanye berlangsung efektif dan lancar maka harus
diperkirakan potensi-potensi yang dapat menganggu kampanye.
12
3)
The Communication Object
Kampanye biasanya memiliki tujuan dan tema utama. Setiap keberagaman
tujuan kampanye dan akan berbeda pula mengenai model kampanye komunikasinya, dan
hal ini harus dipahami oleh juru kampanye tersebut yang akan mengirim pesan kepada
penerima.
4)
Target Population and The receiving Group
Kelompok penerima adalah bagian dari populasi target. Penyebaran lebih
baik ditujukan kepada opinion leader (pemuka pendapat) dari populasi target.
5)
The Channel
Berbagai perbedaan bentuk atau jenis dari saluran komunikasi terkait erat
dengan berbagai macam pesan, dan perbedaan khalayak sebagai sasaran suatu kampanye.
Melalui komunikasi tatap muka (interpersonal) lebih dibutuhkan dan cocok untuk
mempengaruhi perilaku masyarakat secara langsung.
6)
The Message
Khususnya untuk pesan-pesan atau tema sentral perlu dipertajam
perbedaannya yang berhadapan dengan audiensi beragam, hal ini tergantung dari model
kampanye yang dilaksanakan. Kampanye pada tahap awalnya adalah membangun
“awareness” dan pengetahuan bagi khalayaknya, kemudian tahap kampanye selanjutya
adalah bersifat “persuasif” atau mempengaruhi perilakunya dan pada akhirnya kampanye
tersebut diharapkan mengubah suatu pola tindakan (acted wisely) khalayak yang lebih
bijaksana.
13
2.2.1.2 Formula SMCRE
Menurut Ruslan dalam bukunya kiat dan strategi Kampanye Public
Relation
(Ruslan, 2008,p:68) bahwa Floyd Shoemaker dalam bukunya yang
berjudul Communication of Innovations, dengan menampilkan a common model
of communications process is that of source – message – channel - receiver –
effects dan biasa dikenal dengan formula S-M-C-R-E.
SOURCE
MESSAGE
CHANNEL
RECEIVER
EFFECTS
Gambar 2.2: Formula SMCRE
Model komunikasi SMCRE di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.
Source, yaitu individu atau pejabat humas yang berinisiatif sebagai
sumber atau komunikator untuk menyampaikan pesan-pesannya.
b.
Message, adalah suatu gagasan, ide berupa pesan, informasi,
pengetahuan,ajakan, bujukan atau ungkapan yang akan disampaikan
14
komunikator kepada komunikan.
c.
Receiver, merupakan
pihak
yang
menerima
pesan
dari
komunikator. Receiver seringkali disebut sebagai komunikan.
d.
Channel, berupa media, sarana, atau saluran yang dipergunakan
oleh komunikator dalam mekanisme penyampaian
pesan-pesan
kepada khalayaknya.
e. Effect, suatu dampak yang terjadi dalam proses penyampaian pesanpesan tersebut, yang dapat berakibat positif maupun negatif
menyangkut tanggapan, persepsi, dan opini dari hasil komunikasi
tersebut.
Teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa model kampanye memiliki
persamaan cara dan proses dari cara penyampaian, macam saluran yang
digunakan,
namun model Nowak dan warneryd memiliki kemiripan erat
dengan formula SMCRE bagaimana semuanya mengharapkan feedback atau
tujuan akhir yang sudah direncanakan oleh pembuat kampanye melalui proses
komunikasi. Source atau sumber komunikasi yang juga mempengaruhi
penyampaian pesan, pesan itu sendiri, dan channel atau jalur penyampaian
pesan dan Receiver atau juga disebut komunikan.
15
2.2.2
Kampanye Public Relations
Menurut Rogers dan Storey, bahwa kampanye adalah serangkaian kegiatan
komunikasi yang teroganisasi dengan tujuan untuk menciptakan suatu akibat tertentu
terhadap sasaran secara berkelanjutan dalam periode tertentu (Ruslan, 2008, p: 23).
International Freedom of expression Exchange (IFEX), mendefinisikan bahwa
kampanye adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan-tujuan praktis yang mengejar
perubahan sosial publik dan semua aktifitas kampanye memiliki dampak untuk
mempengaruhi dengan mengharapkan komunikasi dua arah. Pembuat keputusan pun
mempunyai dua pilihan,yaitu: pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung yakni
melalui saluran media tertentu yang membentu pendapat umum
lalu memberikan
dukungan terhadap kegiatan kampanye tersebut. (Liliweri, 2011, pp:699-700)
Kemudian, Charles U. Larson membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori
yaitu: (Ruslan, 2008, pp: 25-26)
1) Product-oriented campaigns atau kampanye yang mengarah pada produk dan
dasarnya pada bisnis yang komersil bertujuan untuk pemasaran suatu produk
yang
baru
serta
membangun
citra
postif
perusahaan
dengan
menyelenggarakan kegiatan sosial dan program kepedulian.
2) Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang mengarah pada calon
kandidat politik yang memiliki kampanye politik untuk meraih pendukung
dalam suatu kegiatan politik di pemerintahan. Biasanya dengan jangka waktu
yang relatif pendek yaitu 3-6 bulan dan membutuhkan dana yang cukup besar
16
dalam melakukan kegiatan kampanye.
3) Ideological or cause campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi
pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan
sosial. Biasanya kampanye ini disebut dengan social change campaigns dan
kegiatan kampanye sosial tersebut bersifat nonkomersial. Seperti kampanye
lingkungan hidup, anti HIV aids, atau kampanye “langit Biru”
Teori-teori tersebut mendefinisikan bahwa kampanye adalah suatu kegiatan
penggalangan dukungan masyarakat secara langsung atau tidak langsung dengan suatu
efek yang berakibat pada opini,tingkah laku, dan kebiasan mereka terhadap sesuatu
tergantung dengan kampanye tersebut.
2.2.3
Teknik Kampanye
Beberapa teknik kampanye yang biasa dipergunakan dalam kegiatan public
relations menurut Ruslan (Ruslan, 2008, pp:71-74), yaitu lah satu dari berikut ini, yaitu:
1) Partisipasi (participasing)
Partisipasi, yaitu teknik yang mengikutsertakan (partisipasi) atau peran
serta komunikasi atau audiensi yang memancing minat atau perhatian yang
sama ke dalam suatu kegiatan kampanye dengan tujuan untuk menumbuhkan
saling pengertian, menghargai, kerja sama, dan toleransi.
2) Asosiasi (association)
Association, yaitu menyajikan isi kampanye yang berkaitan dengan suatu
peristiwa atau objek yang tengah seru dan ramai dibicarakan agar dapat
17
memancing perhatian masyarakat untuk memudahkan respon masyarakat
3)
Teknik integrative (integrative)
Teknik ini bagaimana untuk menyatukan diri (komunikator) kepada
khalayaknya secara komunikatif dengan mengucapkan kata-kata: “kita, kami,
anda sekalian atau untuk Anda, dan sebagainya, yang artinya mengandung
makna bahwa yang disampaikan pihak komunikator bukan untuk kepentingan
dirinya atau perusahaannya, atau bukan untuk mengambil manfaat secara
bersama, demi untuk kepentingan bersama.
4)
Teknik ganjaran (pay off technique)
Teknik ganjaran bermaksud untuk mempengaruhi komunikan dengan
suatu ganjaran (pay off) atau menjanjikan sesuatu dengan “iming-iming hadiah”,
dan lain sebagianya dengan dua kemungkinan:
a. Berupa benefit (manfaat), kegunaan, dan sebagainya.
b. Berupa ancaman, kekhawatiran, dan suatu yang menakutkan.
5)
Teknik penataan patung es (icing technique)
Hal ini merupakan suatu upaya dalam menyampaikan pesan (message)
suatu kampanye sedemikian rupa sehingga enak dilihat, didengar, dibaca,
dirasakan, dan sebagainya. Icing technique merupakan es
yang dibentuk
sedemikian rupa dan dibuat menjadi menarik, misalnya menggambarkan sepasang
pengantin, dibantu dengan pencahayaan yang berwarna-warni sehingga menarik
18
perhatian. Didalam kampanye diperlukan suatu seni menata pesan dengan
menggunakan “imbauan emosional”. Misalnya, “enak dibaca dan perlu” atau
“pas di kaki pas dihati, dan pas dikantong”, “reputasi karena prestasi”, dan
sebagainya.
6)
Memperoleh empati (emphaty)
Suatu teknik berkampanye dalam menempatkan diri dalam posisi
komunikan, ikut merasakan dan “peduli” situasi atau kondisi pihak komunikan.
Biasanya dalam public relations dikenal dengan social responsibility and
humanity relations
7)
Teknik Koersi atau paksaan (coercion technique)
Dalam komunikasi melakukan kampanye lebih menekankan suatu
“paksaan” yang dapat menimbulkan rasa ketakutan atau kekhawatiran bagi pihak
komunikan yang tidak mau tunduk melalui suatu ancaman tertentu.
Menurut Ruslan (Ruslan, 2008, p: 39), dalam berkampanye dapat menggunakan
teknik komunikasi. Salah satu nya dengan menggunakan “AA procedure, from attention
to action” dengan slogan “ AIDDA”.
AIDDA tersebut singkatan dari:
A
- attention
=
Menarik perhatian
I
-
=
Membangkitkan minat
D
- desire
=
Menumbuhkan hasrat
D
- decision
=
Membuat keputusan
A
- action
=
Melakukan kegiatan
interest
19
Peneliti menyimpulkan bahwa teori-teori di atas adalah bagaimana menggerakan
public atau komunikan untuk memberikan efek yang diinginkan oleh komunikator.
2.2.4
Pesan Dalam Kampanye
Dalam buku Manajemen Kampanye yang ditulis oleh Antar Venus (2009,p:70)
kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan-pesan dari pengirim kepada
khalayak. Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan dalam berbagai bentuk mulai dari
poster, spanduk, baliho (bilboard), pidato, diskusi, iklan, hingga selebaran. Adapun
bentuknya, pesan-pesan selalu menggunakan simbol, baik verbal maupun non verbal,
yang diharapkan dapat memancing respons khalayak.
Integritas suatu pesan itu sendiri akan dipengaruhi oleh semua hal yang
menjadi penentu bahwa pesan itu ditanggapi secara baik atau tidak dilihat dari:
(Gregory, 2004, p: 96-97)
1) Format. Pesan harus disampaikan menggunakan kata-kata yang tepat,
bahkan jenis huruf yang detail dan terperinci, sedangkan pesan yang
serius menggunakan huruf serif. Mungkin juga menggunakan bantuan
visual yang tepat untuk pesan kampanye tersebut.
2) Tone (Nuansa). Pesan harus memberikan perhatian khusus terhadap
suasana hati, yaitu suasana atau gaya yang ingin digambarkan yang
tersirat dalam pesan tersebut
20
3) Konteks. Konteks dalam pesan itu pun juga penting dalam
mengundang tanggapan dari para audiens.
4) Waktu. Pesan yang hendak kita sampaikan hendaknya bersifat baru
karena jika informasi tersebut sudah berlalu akan sia-sia.
5) Pengulangan. Hal ini membuat informasi lebih mudah diterima dan
dicerna. Namun, hindari pengulangan yang membuat pesan tersebut
menjadi tidak bernilai lagi.
Definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pesan dapat berupa
apapun bisa berupa kata-kata / ucapan maupun tulisan yang sama-sama memiliki
tujuan adalah menyampaikan maksud itu sendiri secara efektif yang didukung dari
cara penyampaian pesan.
2.2.5
Khalayak Sasaran Kampanye
Menurut McQuail & Windahl (1993) mendefinisikan khalayak sasaran sebagai
”sejumlah besar orang yang pengetahuan, sikap dan
perilakunya akan diubah melalui kegiatan kampanye”
Masa kinipun semua pelaku kampanye sudah menyadari bahwa khalayak sasaran
kampanye adalah suatu yang vital saat ini. Pengetahuan tentang khalayak akan
membimbing pelaku kampanye dalam merancang ”pesan apa”, ”untuk siapa”,
disampaikan ”melalui media apa” dan ”siapa yang cocok untuk menyampaikannya”.
Singkatnya pemahaman tentang khalayak akan menentukan bagaimana kampanye
dilaksanakan dan apa hasil yang akan dicapai. (Venus, 2009,p:98)
21
Komunikan adalah publik yang menjadi sasaran dalam komunikasi baik itu secara
komunikasi langsung ataupun komunikasi tidak langsung. Secara langsung atau disebut
tatap muka diklasifikasikan sebagai berikut: (Ruslan, 2008,pp:31-32)
1. Komunikasi antarpersonal (interpersonal communication) adalah
komunikasi antar komunikator dengan seorang komunikan yang
dialogis, mudah, dan efektif untuk mempengaruhi dan mengubah sikap
seseorang.
2. Komunikasi kelompok (group communication), hampir menyerupai
antarpersonal tapi melibatkan komunikan yang lebih banyak.
3. Komunikasi media massa (mass media communication) , yaitu
komunikasi yang melalui media massa sebagai mediatornya dan sudah
dijelaskan sebelumnya.
Definisi di atas memberikan kesimpulan bahwa komunikan adalah suatu
hal yang vital untuk diperhatikan secara tempat untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan keefektifan komunikasi kampanye dapat ditingkatkan secara
signifikan.
2.2.6
Saluran/ Media (channel)
Secara umum Schramm (1973) mengartikan saluran kampanye sebagai perantara
atau segala apapun yang dijadikan sebagai penyampai pesan kepada komunikan.
Klingemann dan Rommele (2002) spesifik mengartikan saluran kampanye adalah segala
bentuk media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan ke khalayak. Bentuk
22
dapat berupa kertas. Ketika kita menggunakan jasa komunikator untuk menyebarkan
pesan kepada khalayak maka saluran yang digunakan adalah komunikasi antarpribadi
yaitu bi-directional campaign. Sedangkan, uni-directional campaign itu proses satu arah
dengan cara media massa (Venus, 2009,p:84-85).
Ruslan memberikan definisi atas saluran atau disebut dengan media dalam
bukunya yang berjudul kiat dan strategi kampanye public relations (2008,pp:29-31)
adalah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan juga bisa disebut mediator antara
komunikator dengan komunikannya. Media atau alat kampanye public relations
digolongkan atau dikelompokan sebagai berikut:
1) Media umum: surat menyurat, telephone, facsimile, dan telegraph.
2) Media massa: Media cetak, surat kabar, majalah, tabloid, buletin dan media
elektronik lainnya
3) Media khusus: Iklan (advertising), logo dan nama perusahaan atau produk
yang menjadi sarana untuk tujuan promosi dan komersial yang efektif.
4) Media internal: Media lazim digunakan dalam aktifitas public relations.
Media ini ada beberapa jenis,yaitu:
a. House journal, seperti majalah bulanan, profil perusahaan, laporan
tahunan perusahaan dan tabloid.
b. Printed materials, seperti barang cetakan untuk publikasi dan promosi,
berupa booklets, pamphlet, cop surat, kartu nama, memo dan kalender.
c. spoken dan visual word, seperti audio visual, video record, tape record,
slide film dan broadcasting media.
23
d. Media pertemuan, seperti seminar, rapat, presentasi, diskusi, pameran,
acara khusus (special events), sponsorship, dan gathering meet.
Definisi di atas memberikan kesimpulan bahwa semua alat atau sarana yang
memberikan upaya penyampaian pesan kepada komunikan adalah media atau saluran
kampanye maupun secara verbal atau non verbal juga visual.
2.2.7 Komunikator
Komunikator adalah orang yang mampu menjelaskan atau menyampaikan suatu
kegiatan dan program kerja kepada publiknya sekaligus sebagai perwakilan bagi
organisasi maupun lembaga (Ruslan, 2008,p:28)
Secara umum pelaku kampanye adalah siapapun yang terlibat dalam menggagas,
merancang, mengorganisasikan, dan menyampaikan pesan dalam sebuah kegiatan
kampanye. Namun pelaku kampanye dalam hal ini yang dimaksud adalah sumber pesan
atau penyampai pesan yang secara langsung berkomunikasi dengan publik/khalayaknya
(Venus, 2009,p:54)
Aspek
Karakteristik
Berkaitan dengan moral (bukan soal kemampuan),
kejujuran, ketulusan, dan adil, memiliki sikap dan perilaku
Keterpercayaan
terpuji, kepedulian dan tanggung jawab sosial, serta
integritas pribadi.
24
Tingkat pendidikan, kecerdasan, wawasan yang luas,
Keahlian
penguasaan keterampilan, dan pengalaman.
Fisik: penampilan fisik seseorang mempengaruhi bagaimana
khalayak mempersepsikan narasumber.
Daya Tarik
Psikologis: kesamaan dengan penerima pesan yaitu
kemiripan yang membuat orang-orang lebih percaya jika
pembicara memiliki kemiripan dengan kita.
Faktor
Pendukung
lainnya
Keterbukaan, ketenangan dan kemampuan bersosialisasi
yang mempermudah pendekatan dengan audience.
Tabel 2.1: Kredibilitas Komunikator
Sumber: (Venus, 2009,p:67)
Definisi-definisi tersebut membuat peneliti menyimpulkan bahwa komunikator
adalah orang yang memiliki tanggung jawab dalam kesampaian pesan tersebut kepada
publik sasarannya untuk melakukan konsep komunikasi.
2.2.8
Hambatan dalam Kampanye
Menurut Ruslan dalam bukunya yang berjudul “Kiat dan Strategi Kampanye
Public Relations” (p:39), dalam melakukan kegiatan kampanye tak jarang terjadi
hambatan yang menjadikan kegiatan tersebut berjalan tidak sesuai rencana, contoh
sebagai berikut:
1) Gangguan teknis dan mekanisme komunikasi.
25
2) Gangguan semantik atau bahasa.
3) Gangguan suara atau sound system yang dipergunakan.
4) Kecurigaan dikarenakan pesan tidak tepat.
5) Kurang persiapan dalam melakukan kampanye.
6) Predisposisi atau sudah adanya pendapat yang lebih mantap.
Kotler dan Roberto (1989) pun menyatakan bahwa faktor-faktor
penghambat dalam kampanye adalah sebagai berikut: (Venus, 2009, p: 130-132).
1) Kegiatan kampanye tersebut tidak memiliki target yang jelas.
2) Pesan-pesan pada kampanye tidak dapat memotivasi audiens.
3) Pesan tidak memberi “langkah-langkah” yang harus dilakukan audiens
dalam menindaklanjuti.
4) Kurangnya komunikasi yang lebih personal untuk efek perubahan
sikap yang diharapakan lebih signifikan dan pasti.
5) Kampanye gagal dikarenakan anggaran yang tidak memadai sehingga
pelaku kampanye tidak bisa total.
Teori-teori tersebut memiliki keterkaitan dalam penghambat kampanye
yaitu dalam hal penyampaian pesan kepada komunikan yang adalah hal yang vital
dan juga kurang nya persiapan dalam melakukan kampanye seperti kesiapan
terhadap alat kampanye.
26
2.2.10 Efektifitas Kampanye
J. Coffman mengkategorikan segi efektifnya suatu kampanye dilihat dari
segi tingkat ketercapaian tujuan kampanye yang sudah direncanakan yaitu:
(Liliweri, Komunikasi Serba ada Serba Makna, 2011,p:728)
1) Merebut perhatian khalayak yang berkaitan dengan tepatnya target
audiens, saluran untuk mencapai audiens, dan menarik perhatian yang
cukup dari para audiens
2) Menyampaikan pesan yang dapat dimengerti dan pesan dapat
dipercaya. Karena itu memerlukan komunikan yang dapat dipercaya,
kejelasan pesan, pesan yang dapat menguatkan pesan, dan durasi dari
kampanye.
3) Pesan yang disampaikan dapat mempengaruhi keyakinan dan
pemahaman audiens menyediakan informasi, memberikan perhatian
langsung, dan memicu norma-norma perubahan yang ada.
4) Menciptakan konteks sosial kearah hasil yang menarik, memberi
dorongan untuk mengarahkan bentuk perilaku tertentu.
Roger dan storey (1987) menyatakan bahwa ada empat hal yang
mencerminkan suksesnya sebuah kampanye, yakni: (Venus, 2009,p:135)
1.
Penerapan pendekatan terhadap komunikan yaitu sejauhmana
pengetahuan khalayak terhadap topik dan bagaimana pandangan
mereka terhadap topik yang diangkat.
27
2.
Pesan-pesan kampanye sesuai dengan khalayak sasaran dan tema.
3.
Penerapan tujuan dapat direalisasikan (realistis)
Dari teori-teori di atas peneliti memberi kesimpulan bahwa keberhasilan
suatu kampanye dilihat dari faktor pesan, saluran, komunikator, khalayak dan
cara penyampaian dari pesan tersebut terhadap komunikan dan tujuan dari
kampanye tersebut berhasil dilakukan.
2.2.10
Special Events
Definisi special events yang peneliti kutip dari jurnal terdahulu,
“Special events have been described as “a one-time or frequently
occurring event of limited duration”
involving “rituals,
presentations, performances or celebrations that are consciously
planned and created to mark special occasions or to achieve
particular social, cultural or corporate goals and objectives”
Kutipan di atas mempunyai pengertian bahwa special event adalah suatu
acara yang hanya satu kali atau sering dilakukan yang melibatkan ritual,
presentasi, pertunjukan atau perayaan yang secara sadar direncanakan dan
dibuat untuk menandai acara-acara khusus atau untuk mencapai tujuan sosial,
budaya atau perusahaan tertentu dan tujuan
Special events adalah acara atau peristiwa khusus yang merupakan
pengembangan yang lebih canggih dari public relations yang dibuat dengan
spektakuler untuk merekayasa opini publik. (Ruslan, 2008,p:141)
28
Definisi-definisi di atas membuat peneliti berkesimpulan bahwa special
events adalah suatu saluran yang terbentuk atas dorongan dari permintaan jaman
yang semakin maju dan modern dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.2.10.1 Tujuan Special Events
Tujuan menurut Philip Lesly (1987) dalam bukunya Public
relations Handbook, tujuan ajang khusus pada dasarnya sama dengan
tujuan public relations, yaitu: (Pudjiastuti, 2010,p:XXV)
1. Menciptakan citra baik atau citra positif.
2. Menciptakan goodwill
3. Mencegah dan memecahkan masalah
4. mengatasi kesalahpahaman dan prasangka
5. Meramalkan serangan-serangan
6. Mampu menarik perhatian khalayak.
7. Merumuskan kebijakan-kebijakan serta mengarahkan proses
perubahan sedemikian rupa.
Menurut Rosady Ruslan yang ditulis dalam bukunya yang berjudul “Kiat
dan Strategi Kampanye Public Relations”, tujuan dari special event adalah
membangkitkan daya publisitas
kepada konsumen hingga menanamkan daya
ingat lebih kuat di benak konsumen atau public sasarannya. (2008, p:142)
Definisi di atas memiliki keterkaitan bagaimana special events menjadi
suatu alat untuk membuat pesan masuk kedalam pikiran masyarakat menjadi lebih
mudah dan jadi pusat perhatian khalayak.
29
2.3 Kerangka Teori
Gambar 2.3: Kerangka Teori
30
2.4
Kerangka Pemikiran
THE JAKARTA
GLOBE
PUBLIC
RELATIONS
KAMPANYE
PESAN
JENIS
MODEL
TEKNIK
KOMUNIKATOR
SALURAN: EVENT
"ECO WALK &
BIKE 2012"
HAMBATAN
PUBLIK/KHALAYAK
SASARAN
EFEKTIF/TIDAK EFEKTIF
Gambar 2.4: Kerangka Pemikiran
Download