Uploaded by User106652

Penerapan Prinsip Bangunan Hijau

advertisement
AR-3112 Teori Desain Arsitektur
Penerapan Green Building pada Desain-Desain Prasetyoadi
Sylvie Tazkia Qolbi(1)
[email protected]
Abstrak
Setiap perancang menggunakan pendekatan yang berbeda-beda dalam merancang sebuah desain.
Pendekatan dalam mendesain yang berbeda inilah yang memberikan ciri khas pada setiap hasil
rancangan arsitek. Prasetyoadi atau yang lebih akrab dipanggil Tiyok merupakan seorang arsitek dan
urban designer asal Indonesia yang mendirikan biro Pandega Desain Weharima (PDW) Architects.
Beliau juga merupakan Wakil Ketua Green Building Council Indonesia, sebuah lembaga mandiri yang
bertujuan membudayakan penerapan prinsip bangunan hijau di Indonesia. Prasetyoadi memiliki ciri
khas dalam pendekatan desain dan cara bepikirnya dalam merancang. Tulisan ini bertujuan untuk
mengetahui kekhasan desain Prasetyoadi, dengan melakukan telaah dari hasil karyanya. Hasil telaah
tersebut kemudian dianalisis menggunakan Teori Metode Desain (Jones, 1970). Dari hasil analisis,
didapatkan bahwa beliau menggunakan konsep green building sebagai solusi dari permasalahan yang
ditemukan pada setiap hasil rancangannya.
Kata-kunci : cara berpikir, green building, metode desain, PDW, Prasetyoadi.
Pendahuluan
Metode Penelitian
Setiap perancang menggunakan pendekatan
yang berbeda-beda dalam merancang sebuah
desain. Pendekatan yang digunakan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, contohnya
adalah pengalaman dan ketertarikan individu
terhadap beberapa bidang keilmuan sehingga
membuat perancang memilih sebuah metode
merancang yang pas untuk mereka. Metode
itulah yang membuat rancangan masing-masing
arsitek berbeda, namun memiliki karakter khusus
untuk tiap rancangannya. Karakter tersebut
dapat berupa hal yang bisa dilihat secara fisik,
maupun secara tersirat dari makna atau cerita
dibalik konsep desainnya.
Penelitian ini menggunakan kerangka teori
Metode Design (Design Methods) dari Jones
(1970) untuk menganalisis cara berpikir
Prasetyoadi melalui telaah hasil-hasil karyanya.
Metode ini merupakan pemikiran desain yang
merespon kebutuhan masyarakat. Seiring
berjalannya waktu, desainer ditutuntut untuk
bisa memprediksi masa depan dengan informasi
yang ada saat ini. Dalam bukunya yaitu Design
Methods: Seed for Human Futures (1970),
disebutkan bahwa perkembangan zaman tidak
bisa direspon penuh lagi secara tradisional,
sehingga perlu kebaruan metode desain yang
lebih memadai untuk mencapai tujuan
perancangan.
Prasetyoadi atau lebih akrab dipanggil Tiyok
merupakan salah satu arsitek yang berhasil
menggunakan sebuah metode yang membuat
karyanya memiliki ciri khas tersendiri. Untuk
mengetahui cara berpikir Prasetyoadi dalam
merancang, diperlukan analisis menggunakan
pendekatan teori desain arsitektur. Maka dari itu,
digunakanlah sebuah teori yaitu Teori Metode
Desain (Jones, 1970).
Design
Methods memiliki tiga kelompok
pendekatan desain, yaitu Black Box (metode
berpikir yang mengedepankan intuisi dalam
merancang, seringkali tidak bisa dijelaskan),
Glass Box (metode berpikir secara rasional dan
sistematis sehingga hal-hal dalam desain terkaji
secara logis, sangat berkebalikan dengan
pemikiran tidak rasional), dan Self-organizing
Tugas Individu AR-3112 2020 | 1
Penerapan Green Building pada Desain-Desain Prasetyoadi
System (metode mencari jalan pintas dalam
menyeimbangkan antara desain, situasi yang
dipengaruhinya, serta biaya perancangan) (hlm.
46-56).
Dalam Design Methods dijelaskan pula tiga tahap
proses mendesain, yaitu: Divergensi, proses
ketika tujuan tidak stabil dan tentatif, serta batas
masalah tidak terdefinisi; Transformasi, proses
Ketika tujuan dan Batasan masalah telah
ditentukan, merupakan transisi dari divergen ke
konvergen; dan Konvergensi, proses yang untuk
mengurangi ketidakpastian sesegera mungkin,
pengantisipasian
sub
masalah,
dan
menyingkirkan alternatif yang tidak mungkin
(hlm.64-68).
Tahapan proses desain tersebut kemudian dibagi
menjadi beberapa strategi desain untuk
mengubah desain menjadi final. Strategi desain
tersebut yaitu Linear Strategy (tiga tahap secara
berurutan), Cyclic Strategy (berurutan dengan
umpan balik), Branching Strategy (berurutan
dengan tahap paralel sebagai alternatif),
Adaptive Strategy (tahapan dengan banyak
alternatif), Incremental Strategy (tahap tidak
dibatasi dengan jelas), Random Strategy (tahap
secara acak), dan Control Strategy (tahap
disusun dengan kriteria capaian) (hlm.75-78)
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui data di
internet, web resmi baik PDW maupun pemilik
bangunan tersebut, portofolio serta portofolio
PDW. Selain itu, data tambahan didapat dari hasil
wawancara secara daring dengan Prasetyoadi
melalui platform ZOOM. Pengumpulan data ini
dilakukan selama 15 minggu sejak pemilihan
arsitek di awal perkuliahan.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah metode
desain (Jones,1970). Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, teori Design Method
digunakan untuk mengetahui cara berpikir
Prasetyoadi dalam merancang.
2 | Tugas Individu AR-3112 2020
Profil Arsitek
Prasetyoadi atau biasa dikenal dengan Tiyok
adalah arsitek profesional dan urban designer
pendiri PDW Architects. Prasetyoadi juga
merupakan pendiri inti Green Building Council
Indonesia, anggota profesional dari IAI (Ikatan
Arsitek Indonesia), PIA (Institut Perencanaan
Indonesia), IAP (Ikatan Ahli Perencanaan
Indonesia), anggota asosiasi SIA (Institut Arsitek
Singapura) dan LEAD (Kepemimpinan dalam
Lingkungan dan Pembangunan), penerima
beasiswa Danida Fellowship Center (2012), dan
penerima Australian Leadership Award (2009).
Karya beliau sering menjadi sorotan terutama
prinsip “green building”-nya.
Prasetyoadi lulus dengan gelar Sarjana Teknik
(Arsitektur) dari Institut Teknologi Bandung pada
tahun 1995. Beliau memilih Program Studi
Arsitektur karena pengaruh kedua orangtuanya,
ayah beliau merupakan arsitek dan bekerja di
pemerintahan bagian mengelola komplek
olahraga, sedangkan ibu beliau merupakan Life
Sketch Architect. Selain itu, beliau suka
menggambar sejak kecil dan travelling kota. Saat
masa perkuliahan, beliau magang di Cox
Architects di Sydney, Australia. Ia bekerja di
Lippoland Development di Karawaci sebagai
koordinator tenancy untuk proyek Lippo
Supermal, dimana ia belajar banyak tentang
konstruksi bangunan, seperti detail bangunan
dan koordinasi dengan bidang lain, seperti
struktur dan MEP (mekanikal, elektrikal, dan
perpipaan).
Pada tahun 1997, beliau melanjutkan studinya di
The University of New South Wales (UNSW) di
Sydney, Australia, dan memperoleh gelar Master
of Urban Development and Design (MUDD) pada
tahun 1998. Saat itu Indonesia sedang dilanda
krisis moneter, sehingga Tiyok mencari peluang
kerja di Australia, mendapatkan pengalaman
praktis sebagai arsitek dan desainer perkotaan.
Saat itu, aktivitas konstruksi di Sydney sedang
aktif dan berkembang pesat untuk persiapan
Olimpiade 2000. Dia juga bekerja untuk sebuah
perusahaan kecil, Swalwell Schwager Architects,
di beberapa apartemen dan proyek komersial.
Pada 2001, beliau memutuskan kembali ke
Indonesia dari Australia. Sekembalinya, beliau
menghubungi
mantan
profesornya,
Dr
Mohammad Danisworo. Sejak 1998, ia
mendirikan sanggar arsitektur yang diberi nama
Sylvie Tazkia Qolbi
Bengkel Perencanaan dan Pengembangan.
Danisworo menawari beliau untuk menjadi
penanggung jawab studio. Saat itu ada lima staf,
termasuk dua arsitek. Beliau bertanggung jawab
atas tiga proyek skala besar: mal otomotif di
Kelapa Gading, Jakarta; sebuah pabrik di
Sukoharjo, Solo; dan gedung perkantoran di
Mega Kuningan, Jakarta. Melalui proyek ini,
beliau belajar bagaimana berkoordinasi dengan
klien dan konsultan lain.
Seiring perkembangan proyek dan ruang lingkup,
dua divisi dibentuk: arsitektur dan desain
perkotaan. Pada tahun 2003, ketika staf PDW
bertambah menjadi 20 orang, PDW menjadi
perusahaan dengan nama PT Pandega Desain
Weharima (Pandega artinya ahli dan Weharima
artinya kerja sama). Bertepatan dengan
kembalinya M. Archica Danisworo (Chico) dari
luar negeri yang menjadi partner ketiga di PDW
Architects. Sejak saat itu, beliau diberi tanggung
jawab sebagai direktur pelaksana hingga
sekarang.
Sekembalinya dari Australia, Indonesia baru saja
keluar dari krisis moneter tahun 1998.
Pembangunan di Indonesia yang dikenal sebagai
salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat
sebelum krisis sempat terhenti. Satu hal yang
baik dengan kelambanan saat itu adalah
berkembangnya
praktek
arsitektur
lokal.
Pencakar langit juga mulai bermunculan, tidak
hanya di Jakarta tetapi juga di kota-kota besar
lainnya, seperti Surabaya dan Medan.
Pada tahun 2016, Indonesia menjadi negara
penghasil gedung tinggi (bangunan di atas 200
meter) terbanyak di dunia. Pemerintah juga telah
mengalami pembangunan infrastruktur besarbesaran sejak 2015. Itu adalah salah satu daerah
paling aktif yang tidak terpengaruh oleh krisis
2007-2008.
Saat ini banyak arsitek Indonesia yang mampu
bersaing dengan arsitek di luar negeri, terutama
di negeri sendiri. Masih banyak kekurangannya,
bukan dari segi keindahan visualnya, melainkan
dari segi pengetahuan teknis, detil bangunan dan
kesesuaian dengan lingkungan binaan. PDW
Architects
memiliki
strategi
dengan
mempertimbangkan kondisi ekonomi global dan
nasional, serta selalu memperhatikan kebutuhan
industri properti dan konstruksi dengan terlibat
dalam berbagai proyek.
Indonesia tidak akan pernah kekurangan
permintaan untuk proyek perumahan, dengan
ketertinggalan dalam penyediaan tempat tinggal
dan
populasi
yang
terus
bertambah.
Pembangunan infrastruktur pemerintah juga
berdampak positif pada industri ini dengan
meningkatnya kesempatan kerja di bidang
transportasi dan konstruksi.
Kasus 1 : Gran Rubina, Jakarta Selatan
Gran Rubina merupakan sebuah bangunan yang
berfungsi sebagai perkantoran ramah lingkungan
setinggi 21 lantai. Bangunan ini merupakan
bangunan di Kawasan strategis CBD Rasuna
Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan. Melihat
dari situasinya yaitu terletak di salah satu dari
beberapa situs lapangan hijau yang tersisa di
kota yang padat penduduk, ide utama bangunan
adalah untuk melestarikan akses publik di sekitar
bangunan sehingga memungkinkan sirkulasi bagi
pejalan kaki di sekitar bangunan. Hal ini terkait
dengan salah satu prinsip green building, yaitu
kemudahan akses menuju bangunan sehingga
dapat menghemat energi. Dari ide utama itulah
kemudian dikembangkannya konsep green
building pada Gran Rubina untuk meningkatkan
kehidupan penghuninya sekaligus meminimalisir
dampak ekologis. Hal tersebut juga akan
memberi manfaat untuk sektor ekonomi karena
dapat menghemat biaya pengeluaran untuk
penggunaan energi pada bangunan dan
lingkungan.
Pada proses perancangannya terdapat masalah
untuk solusi desain berkelanjutan, terutama
untuk keberlanjutan sosial serta penggunaan
energi yang rendah. Bagi Prasetyoadi, konsep
green building merupakan solusi yang dirasa
paling tepat untuk masalah tersebut sehingga
beliau menerapkan konsep tersebut pada Gran
Rubina. Beberapa contoh strategi konstruksi
yang dipakai adalah menggunakan fin pada fasad
untuk menghalangi sinar matahari, cat-walk
system untuk membersihkan fasad gedung tanpa
gondola, layout ruangan yang bebas kolom,
memanfaatkan air hujan dengan teknologi
symphonic, pemisahan zona lift menjadi Low
Zone dan High Zone, serta orientasi gedung yang
menyesuaikan posisi matahari. Terdapat pula sky
gardens di berbagai interval bangunan
Tugas Individu AR-3112 2020 | 3
Penerapan Green Building pada Desain-Desain Prasetyoadi
menggunakan material rotan khas Indonesia
untuk menciptakan privasi tapi tetap memberi
penghawaan alami. Selain itu, untuk perawatan
dan pemeliharaan Gedung juga mengikuti
standar dari GBCI untuk konsep bangunan hijau.
Sampai saat ini, Gran Rubina mendapat sertifikasi
Gold dari Green Building Council Indonesia.
Gambar 1. Gran Rubina
Kasus 2 : Telkom Landmark Tower, Jakarta
Telkom Landmark Tower merupakan sebuah
gedung perkantoran setinggi 48 lantai yang
terletak di Jl. Jendral Gatot Subroto, Jakarta,
Indonesia. Gedung ini berfungsi sebagai kantor
pusat Telkom Group yang dimaksudkan untuk
menjadi sebuah landmark di kawasan bisnis di
Jakarta. Telkom Landmark Tower dirancang
untuk menjadi sebuah kantor berkualitas tinggi
yang dilengkapi fasilitas ICT (InformationCommunication-Technology)
yang
inovatif
namun tetap mengusung prinsip-prinsip green
building sebagai konsep utamanya agar gedung
tetap ramah bagi lingkungan yang telah padat.
Selama
proses
perancangan
dan
pembangunannya, gedung ini bekerja sama
dengan Konsultan Wood Bagot.
Ide utama dalam perancangan Telkom Landmark
Tower dalah mengutamakan konsep green
building, fleksibilitas, konektivitas, serta efisiensi
ruang dan energi, dengan menambah referensi
kerajinan local sebagai karakter eksternal
Gedung.
Masalah utama dalam proses perancangan
Telkom Landmark Tower adalah merealisasi
4 | Tugas Individu AR-3112 2020
tujuan dari gedung ini sebagai landmark di
kawasan bisnis. Persaingan Telkom Landmark
Tower untuk menjadi sebuah landmark kawasan
sangat ketat karena banyak perkantoran lain
yang
tipologinya
monumental.
Sehingga
Prasetyoadi berpikir untuk membuat gedung
yang menjulang tinggi secara vertikal serta
memutar menjadi persegi di bagian mahkota
bangunan. Bentuk ini juga merespon kondisi
lingkungan yang dinamis. Untuk menambah
kesan kokoh dan menunjukkan keutamaan
bangunan,
gedung
ini
diintegrasikan
menggunakan jembatan podium dengan Tower
Telkom di sebelahnya.
Sebagai gedung kantor pusat, permasalahan
yang ditemukan selanjutnya adalah kebutuhan
konfigurasi ruangnya harus sangat fleksibel agar
dapat mewadahi segala kegiatan yang ada di
dalamnya. Hal itu diperkuat dengan alasan selain
sebagai kantor pusat Telkom Group, 25% luas
lantai kantor ini juga disewakan sebagai kantor
komersial kepada pihak lain. Sehingga kebutuhan
ruang di dalamnya berbeda-beda. Setelah
melakukan
beberapa
pertimbangan,
ditemukanlah sebuah stategi konstruksi sebagai
solusi bagi permasalahan tersebut. Solusi
tersebut adalah Telkom Landmark Tower harus
memiliki denah yang bebas kolom. Kolom-kolom
gedung hanya terletak di perimeter bangunan
sehingga konfigurasi tata ruangnya dapat
bervariasi
sesuai
kebutuhan.
Untuk
merealisasikan ide ini dengan maksimal,
Prasetyoadi dan Woods Bagot berkonsultasi
dengan structural engineer, yaitu PT Haerte
Widya Consultant.
Sebagai respon bagi lingkungan sekitar,
Prasetyoadi juga menerapkan konsep bangunan
hijau dalam perancangan Telkom Landmark
Tower. Beberapa contohnya adalah penyediaan
ruang hijau, baik berupa ruang terbuka hijau di
bagian entrance bangunan, maupun taman
vertikal di dalam bangunan. Kemudian gedung ini
menggunakan sistem restorasi air yang inovatif
dan ramah lingkungan, serta penggunaan fasad
yang dapat memaksimalkan pencahayaan alami
namun meminimalkan panas matahari yang
masuk. Fasad tersebut berasal dari referensi
budaya lokal yaitu pola batik, menggunakan
Sylvie Tazkia Qolbi
material kaca glazur ganda berkinerja tinggi
dengan “sirip” logam sebagai secondary skin
sekaligus sundhading yang dapat memfilter
cahaya matahari berlebih. Kinerja fasad peneduh
ini sangat efektif sehingga dapat memitigasi
panas sebanyak 30% dan menghasilkan
bayangan yang meningkatkan kesan ruang di
dalam gedung. Beberapa strategi tersebut
mampu mengefisienkan penggunaan energi
buatan dalam gedung. Selain dari strategi
tersebut, ketika telah terbangun, dalam
penyelenggaraan dan perawatan Telkom
Landmark Tower menggunakan prosedur sesuai
standar GBCI untuk bangunan hijau. Hingga saat
ini, Telkom Landmark Tower mendapatkan
sertifikat Platinum dari Green Building Council
Indonesia pada tahun 2015.
sangat mengutamakan kualitas desain yang
dapat memenuhi kebutuhan semua pihak dan
stake holder terkait. Dengan pemikiran matang
yang
logis
dan
sistematis,
berbagai
permasalahan dapat ditemukan dan dipikirkan
solusinya sehingga proses mendesain dapat
terselesaikan secara efektif dan maksimal.
Tahap-Tahap Desain
Tahapan desain dari hasil karya Prasetyoadi yang
diteliti tersaji dalam tabel 1 di bawah. Dalam
tabel tersebut dapat terlihat secara lengkap
tahapan yang dilalui Prasetyoadi dalam
merancang sebuah proyek. Penyajiannya dengan
tabel bertujuan agar tahapan dapat dipahami
secara jelas sesuai dengan tahapannya masingmasing.
Strategi Desain
Gambar 2. Telkom Landmark Tower
Analisis Design Methods Arsitek
Dari beberapa contoh kasus tersebut, dilakukan
analisis metode desain yang digunakan oleh
Prasetyoadi. Analisis meliputi pendekatan,
tahapan, dan strategi desain. Dari analisis ini
diharapkan
karakteristik
metode
desain
Prasetyoadi dapat diketahui untuk menambah
wawasan bagi perancang lainnya.
Dari analisis kasus proyek, diketahui bahwa
strategi desain yang digunakan oleh Prasetyoadi
adalah Branching Strategy. Gran Rubina dan
Telkom Landmark Tower berasal dari beberapa
alternatif yang dijabarkan dan didiskusikan pada
klien, sehingga terpilih satu alternatif yang dirasa
paling tepat. Alternatif tersebut kemudian
dikembangkan secara berurutan dan sistematis.
Penemuan masalah diikuti oleh pemikiran solusi
yang dikembangkan menjadi bagian rancangan
desain. Proses tersebut kemudian menghasilkan
desain final yang tepat dan solutif. Branching
Strategy sangat tepat digunakan sebagai pilihan
strategi desain untuk proyek komersil seperti
bisnis dan perkantoran yang menyangkut
keinginan dan kepentingan banyak pihak, serta
mengutamakan investasi nilai bangunan.
Pendekatan Desain
Dari semua kasus yang telah dijabarkan,
didapatkan bahwa Prasetyoadi menggunakan
pendekatan glass box dalam perancangan
desainnya. Semua proyek dirancang dengan
memikirkan permasalahan serta solusi desain
secara rasional dan sistematis sehingga
didapatkan hasil rancangan yang masuk akal dan
logis. Sebagai seorang arsitek, Prasetyoadi
Tugas Individu AR-3112 2020 | 5
Penerapan Green Building pada Desain-Desain Prasetyoadi
Tabel 1. Analisis Design Methods Prasetyoadi
Divergence
Profil
Gran
Rubina
Telkom
Landmark
Tower
Design
Situation
Design Ideas
Harus siap
memahami
ranah
proyek yang
akan
dikerjakan
dan
kepentingan
semua pihak
Bangunan
terselenggara
dengan
affordable,
pengguna
harus
dapat
menikmati
fasilitas
standar,
mengurangi
dampak negatif
pada
lingkungan
Terletak di
situs
lapangan
hijau yang
tersisa
di
kota padat
penduduk.
Ide
bangunan
adalah
untuk
melestarikan
akses publik
(sirkulasi
pejalan kaki
di
sekitar
bangunan)
Gedung
yang
dibangun
sebagai
kantor pusat
Telkom
Group yang
menjadi
landmark di
Kawasan
bisnis
di
Jakarta
Mengusung
konsep green
building untuk
meminimalisir
dampak
ke
lingkungan,
sehingga
menghasilkan
manfaat
ekonomi
sekaligus
meningkatkan
kehidupan
penghuninya
Mengutamakan
konsep green
building,
fleksibilitas,
konektivitas,
efisiensi ruang
dan
energi,
serta referensi
kerajinan lokal
sebagai
karakter
eksternal
gedung
6 | Tugas Individu AR-3112 2020
Transformation
Construction Strategies
Problem structure
Solution
Problem
-Batasan dari
berbagai
pihak, seperti
budget,
kriteria, dan
pride dari klien
-Banyak
arsitek tidak
melihat
konteks
lingkungan
sekitar
Solusi desain
berkelanjutan,
terutama
dalam konteks
sosial
dan
meminimalkan
penggunaan
energi
Persaingan
untuk menjadi
sebuah
landmark
sangat ketat,
kebutuhan
konfigurasi
ruang
yang
sangat
fleksibel
karena fungsi
di dalamnya
berbeda-beda
Menggunakan
konsep green
building
untuk
mengurangi
dampak
negatif
ke
lingkungan
Menggunakan
konsep green
building pada
bangunan,
dimulai
dengan
menentukan
arah
bangunan
yang terkena
sinar
matahari dan
pemanfaatan
teknologi
hemat energi
Bangunan
dibuat
menjulang
tinggi
serta
memutar di
atasnya,
diintegrasikan
dengan
Tower
Telkom untuk
menunjukkan
keutamaan,
serta denah
bebas kolom
sehingga
konfigurasi
tata ruangnya
dapat
bervariasi
-Sistem
dalam
bangunan menerapkan
prinsip green building
(orientasi,
fasad,
ventilasi, material, dll)
-Desain
harus
memudahkan
orang
untuk
bergerak
sehingga mengurangi
penggunaan energi
-Penggunaan fin pada
fasad
untuk
mengurangi
radiasi
sinar matahari
-Cat-walk system untuk
membersihkan
fasad
tanpa gondola
-Status unit “stratatitle”
-Layout ruang bebas
kolom
-Pemanfaatan air hujan
menggunakan
teknologi symphonic
-Pemisahan zona lift
menjadi Low Zone dan
Convergence
Evaluation
-
-
High Zone
-Orientasi
gedung
menyesuaikan
arah
sinar matahari
-Penyediaan
ruang
hijau berupa ruang
terbuka
hijau
dan
taman vertikal
-Sistem restorasi air
yang
inovatif
dan
ramah lingkungan
-Fasad menggunakan
material kacak glazur
ganda berkinerja tinggi
dengan “sirip” logam
sebagai sunshading
-Kolom hanya terletak
di perimeter bangunan
-
Sylvie Tazkia Qolbi
Kesimpulan
Beberapa hal yang menjadi prinsip Prasetyoadi
dalam merancang adalah memahami ranah dan
kepentingan proyek secara mendalam. Selain itu,
dari setiap permasalahan yang ditemukan selama
proses
perancangan,
Prasetyoadi
selalu
menggunakan solusi dari prinsip-prinsip green
building yang ada sehingga menghasilkan
rancangan yang solutif bagi semua pihak, baik
bagi klien dan penghuni proyek, maupun bagi
lingkungan sekitar proyek.
Ada beberapa contoh proyek yang diteliti guna
mengetahui cara berpikir Prasetyoadi dalam
melakukan proses perancangan. Proyek tersebut
dianalisis menggunakan teori Metode Desain
(Jones,1970). Secara umum, pendekatan desain
yang digunakan oleh Prasetyoadi adalah glass
box. Hal ini terlihat dari contoh proyeknya yang
merupakan hasil dari langkah-langkah desain
yang sistematis. Langkah tersebut berasal dari
kebutuhan klien terhadap proyek ini, penemuan
masalah, dan pemikiran solusi untuk masalahmasalah tersebut. Segala aspek-aspek yang ada
dipertimbangkan secara rasional, sehingga tidak
bisa bebas menggunakan intuisi. Semua proses
tersebut akhirnya menghasilkan desain final yang
digunakan.
Sementara strategi desain yang digunakan oleh
Prasetyoadi umumnya menggunakan Branching
Strategy.
Pada
proses
perancangannya,
ditemukan beberapa alternatif yang kemudian
didiskusikan dengan klien dan stake holder lain
untuk memilih alternatif yang tepat bagi desain.
Setelah terpilih, alternatif tersebut dikembangkan
sehingga menghasilkan desain final. Hal ini sesuai
dengan prinsip merancang dari Prasetyoadi untuk
memahami betul ranah dan kebutuhan baik klien
maupun proyek yang akan dikerjakan.
dilakukan wawancara ulang untuk menggali
informasi tentang tahap Convergence dari
proyek-proyek tersebut.
Daftar Pustaka
Al-Awliya,M.H., Pranoto, C., Yusuf, M., Rumahorbo,
R.P., Ekomadyo, A.S. (2018). Pemecahan Masalah
dan Penambahan Nilai Masyarakat pada DesainDesain SHAU. Prosiding Temu Ilmiah Ikatan Peneliti
Lingkungan Binaan Indonesia. Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang, 2 November 2018,
https://doi.org/10.32315/ti.7.c099,
https://temuilmiah.iplbi.or.id/pemecahan-masalahdan-penambahan-nilai-masyarakat-pada-desaindesain-shau/
Arsip Dokumen Proyek PDW Architect, 2019.
Christopher, J.J. (1970). Design Methods : Seeds of
Human Futures. California: John Wiley & Sons.
Ekomadyo, A.S. (2019). Teori Desain Arsitektur.
Bandung: ITB Press.
Prasetyoadi. (2020). Wawancara via Zoom. 9 Oktober
2020.
Triyasa Propertindo (2014). A Strata-Title Eco-Minded
Office Tower. Diakses pada 6 Desember 2020 pukul
13.00 WIB dari https://triyasa.co.id/gran-rubina.html
Welch, Adrian. (2020). PT Telkom Landmark Tower
Jakarta. Diakses pada 6 Desember 2020 pukul 13.10
WIB dari https://www.e-architect.com/indonesia/pttelkom-landmark-tower-jakarta-building
Zakarsih, S., Irsyad N.S., Ekomadyo, A.S. (2017).
Metode Desain Plasis Asia sebagai Perusahaan
Rintisan Arsitektur. Prosiding Temu Ilmiah Ikatan
Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia. Universitas
Malikussaleh
Lhoksemauwe,
Oktober
2017.
http://temuilmiah.iplbi.or.id/wpcontent/uploads/2017/12/IPLBI-2017-I-167-172Metode-Desain-Plasis-Asia-sebagai-PerusahaanRintisan-Arsitektur.pdf
Kekurangan dari penelitian ini adalah kurangnya
informasi untuk bagian evaluasi pada tahap
Convergence sehingga kekuarangan dari
rancangan yang telah terbangun tidak bisa
diketahui
secara
pasti.
Tahap evaluasi
merupakan tahap yang sangat penting agar
kekurangan atau kesalahan saat merancang bisa
menjadi pelajaran yang dapat diambil. Untuk
penelitian selanjutnya, akan lebih baik jika
Tugas Individu AR-3112 2020 | 7
Download