AR-3112 Teori Desain Arsitektur Penerapan Green Building pada Desain-Desain Prasetyoadi Sylvie Tazkia Qolbi(1) [email protected] Abstrak Setiap perancang menggunakan pendekatan yang berbeda-beda dalam merancang sebuah desain. Pendekatan dalam mendesain yang berbeda inilah yang memberikan ciri khas pada setiap hasil rancangan arsitek. Prasetyoadi atau yang lebih akrab dipanggil Tiyok merupakan seorang arsitek dan urban designer asal Indonesia yang mendirikan biro Pandega Desain Weharima (PDW) Architects. Beliau juga merupakan Wakil Ketua Green Building Council Indonesia, sebuah lembaga mandiri yang bertujuan membudayakan penerapan prinsip bangunan hijau di Indonesia. Prasetyoadi memiliki ciri khas dalam pendekatan desain dan cara bepikirnya dalam merancang. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kekhasan desain Prasetyoadi, dengan melakukan telaah dari hasil karyanya. Hasil telaah tersebut kemudian dianalisis menggunakan Teori Metode Desain (Jones, 1970). Dari hasil analisis, didapatkan bahwa beliau menggunakan konsep green building sebagai solusi dari permasalahan yang ditemukan pada setiap hasil rancangannya. Kata-kunci : cara berpikir, green building, metode desain, PDW, Prasetyoadi. Pendahuluan Metode Penelitian Setiap perancang menggunakan pendekatan yang berbeda-beda dalam merancang sebuah desain. Pendekatan yang digunakan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, contohnya adalah pengalaman dan ketertarikan individu terhadap beberapa bidang keilmuan sehingga membuat perancang memilih sebuah metode merancang yang pas untuk mereka. Metode itulah yang membuat rancangan masing-masing arsitek berbeda, namun memiliki karakter khusus untuk tiap rancangannya. Karakter tersebut dapat berupa hal yang bisa dilihat secara fisik, maupun secara tersirat dari makna atau cerita dibalik konsep desainnya. Penelitian ini menggunakan kerangka teori Metode Design (Design Methods) dari Jones (1970) untuk menganalisis cara berpikir Prasetyoadi melalui telaah hasil-hasil karyanya. Metode ini merupakan pemikiran desain yang merespon kebutuhan masyarakat. Seiring berjalannya waktu, desainer ditutuntut untuk bisa memprediksi masa depan dengan informasi yang ada saat ini. Dalam bukunya yaitu Design Methods: Seed for Human Futures (1970), disebutkan bahwa perkembangan zaman tidak bisa direspon penuh lagi secara tradisional, sehingga perlu kebaruan metode desain yang lebih memadai untuk mencapai tujuan perancangan. Prasetyoadi atau lebih akrab dipanggil Tiyok merupakan salah satu arsitek yang berhasil menggunakan sebuah metode yang membuat karyanya memiliki ciri khas tersendiri. Untuk mengetahui cara berpikir Prasetyoadi dalam merancang, diperlukan analisis menggunakan pendekatan teori desain arsitektur. Maka dari itu, digunakanlah sebuah teori yaitu Teori Metode Desain (Jones, 1970). Design Methods memiliki tiga kelompok pendekatan desain, yaitu Black Box (metode berpikir yang mengedepankan intuisi dalam merancang, seringkali tidak bisa dijelaskan), Glass Box (metode berpikir secara rasional dan sistematis sehingga hal-hal dalam desain terkaji secara logis, sangat berkebalikan dengan pemikiran tidak rasional), dan Self-organizing Tugas Individu AR-3112 2020 | 1 Penerapan Green Building pada Desain-Desain Prasetyoadi System (metode mencari jalan pintas dalam menyeimbangkan antara desain, situasi yang dipengaruhinya, serta biaya perancangan) (hlm. 46-56). Dalam Design Methods dijelaskan pula tiga tahap proses mendesain, yaitu: Divergensi, proses ketika tujuan tidak stabil dan tentatif, serta batas masalah tidak terdefinisi; Transformasi, proses Ketika tujuan dan Batasan masalah telah ditentukan, merupakan transisi dari divergen ke konvergen; dan Konvergensi, proses yang untuk mengurangi ketidakpastian sesegera mungkin, pengantisipasian sub masalah, dan menyingkirkan alternatif yang tidak mungkin (hlm.64-68). Tahapan proses desain tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa strategi desain untuk mengubah desain menjadi final. Strategi desain tersebut yaitu Linear Strategy (tiga tahap secara berurutan), Cyclic Strategy (berurutan dengan umpan balik), Branching Strategy (berurutan dengan tahap paralel sebagai alternatif), Adaptive Strategy (tahapan dengan banyak alternatif), Incremental Strategy (tahap tidak dibatasi dengan jelas), Random Strategy (tahap secara acak), dan Control Strategy (tahap disusun dengan kriteria capaian) (hlm.75-78) Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui data di internet, web resmi baik PDW maupun pemilik bangunan tersebut, portofolio serta portofolio PDW. Selain itu, data tambahan didapat dari hasil wawancara secara daring dengan Prasetyoadi melalui platform ZOOM. Pengumpulan data ini dilakukan selama 15 minggu sejak pemilihan arsitek di awal perkuliahan. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan adalah metode desain (Jones,1970). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, teori Design Method digunakan untuk mengetahui cara berpikir Prasetyoadi dalam merancang. 2 | Tugas Individu AR-3112 2020 Profil Arsitek Prasetyoadi atau biasa dikenal dengan Tiyok adalah arsitek profesional dan urban designer pendiri PDW Architects. Prasetyoadi juga merupakan pendiri inti Green Building Council Indonesia, anggota profesional dari IAI (Ikatan Arsitek Indonesia), PIA (Institut Perencanaan Indonesia), IAP (Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia), anggota asosiasi SIA (Institut Arsitek Singapura) dan LEAD (Kepemimpinan dalam Lingkungan dan Pembangunan), penerima beasiswa Danida Fellowship Center (2012), dan penerima Australian Leadership Award (2009). Karya beliau sering menjadi sorotan terutama prinsip “green building”-nya. Prasetyoadi lulus dengan gelar Sarjana Teknik (Arsitektur) dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1995. Beliau memilih Program Studi Arsitektur karena pengaruh kedua orangtuanya, ayah beliau merupakan arsitek dan bekerja di pemerintahan bagian mengelola komplek olahraga, sedangkan ibu beliau merupakan Life Sketch Architect. Selain itu, beliau suka menggambar sejak kecil dan travelling kota. Saat masa perkuliahan, beliau magang di Cox Architects di Sydney, Australia. Ia bekerja di Lippoland Development di Karawaci sebagai koordinator tenancy untuk proyek Lippo Supermal, dimana ia belajar banyak tentang konstruksi bangunan, seperti detail bangunan dan koordinasi dengan bidang lain, seperti struktur dan MEP (mekanikal, elektrikal, dan perpipaan). Pada tahun 1997, beliau melanjutkan studinya di The University of New South Wales (UNSW) di Sydney, Australia, dan memperoleh gelar Master of Urban Development and Design (MUDD) pada tahun 1998. Saat itu Indonesia sedang dilanda krisis moneter, sehingga Tiyok mencari peluang kerja di Australia, mendapatkan pengalaman praktis sebagai arsitek dan desainer perkotaan. Saat itu, aktivitas konstruksi di Sydney sedang aktif dan berkembang pesat untuk persiapan Olimpiade 2000. Dia juga bekerja untuk sebuah perusahaan kecil, Swalwell Schwager Architects, di beberapa apartemen dan proyek komersial. Pada 2001, beliau memutuskan kembali ke Indonesia dari Australia. Sekembalinya, beliau menghubungi mantan profesornya, Dr Mohammad Danisworo. Sejak 1998, ia mendirikan sanggar arsitektur yang diberi nama Sylvie Tazkia Qolbi Bengkel Perencanaan dan Pengembangan. Danisworo menawari beliau untuk menjadi penanggung jawab studio. Saat itu ada lima staf, termasuk dua arsitek. Beliau bertanggung jawab atas tiga proyek skala besar: mal otomotif di Kelapa Gading, Jakarta; sebuah pabrik di Sukoharjo, Solo; dan gedung perkantoran di Mega Kuningan, Jakarta. Melalui proyek ini, beliau belajar bagaimana berkoordinasi dengan klien dan konsultan lain. Seiring perkembangan proyek dan ruang lingkup, dua divisi dibentuk: arsitektur dan desain perkotaan. Pada tahun 2003, ketika staf PDW bertambah menjadi 20 orang, PDW menjadi perusahaan dengan nama PT Pandega Desain Weharima (Pandega artinya ahli dan Weharima artinya kerja sama). Bertepatan dengan kembalinya M. Archica Danisworo (Chico) dari luar negeri yang menjadi partner ketiga di PDW Architects. Sejak saat itu, beliau diberi tanggung jawab sebagai direktur pelaksana hingga sekarang. Sekembalinya dari Australia, Indonesia baru saja keluar dari krisis moneter tahun 1998. Pembangunan di Indonesia yang dikenal sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat sebelum krisis sempat terhenti. Satu hal yang baik dengan kelambanan saat itu adalah berkembangnya praktek arsitektur lokal. Pencakar langit juga mulai bermunculan, tidak hanya di Jakarta tetapi juga di kota-kota besar lainnya, seperti Surabaya dan Medan. Pada tahun 2016, Indonesia menjadi negara penghasil gedung tinggi (bangunan di atas 200 meter) terbanyak di dunia. Pemerintah juga telah mengalami pembangunan infrastruktur besarbesaran sejak 2015. Itu adalah salah satu daerah paling aktif yang tidak terpengaruh oleh krisis 2007-2008. Saat ini banyak arsitek Indonesia yang mampu bersaing dengan arsitek di luar negeri, terutama di negeri sendiri. Masih banyak kekurangannya, bukan dari segi keindahan visualnya, melainkan dari segi pengetahuan teknis, detil bangunan dan kesesuaian dengan lingkungan binaan. PDW Architects memiliki strategi dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global dan nasional, serta selalu memperhatikan kebutuhan industri properti dan konstruksi dengan terlibat dalam berbagai proyek. Indonesia tidak akan pernah kekurangan permintaan untuk proyek perumahan, dengan ketertinggalan dalam penyediaan tempat tinggal dan populasi yang terus bertambah. Pembangunan infrastruktur pemerintah juga berdampak positif pada industri ini dengan meningkatnya kesempatan kerja di bidang transportasi dan konstruksi. Kasus 1 : Gran Rubina, Jakarta Selatan Gran Rubina merupakan sebuah bangunan yang berfungsi sebagai perkantoran ramah lingkungan setinggi 21 lantai. Bangunan ini merupakan bangunan di Kawasan strategis CBD Rasuna Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan. Melihat dari situasinya yaitu terletak di salah satu dari beberapa situs lapangan hijau yang tersisa di kota yang padat penduduk, ide utama bangunan adalah untuk melestarikan akses publik di sekitar bangunan sehingga memungkinkan sirkulasi bagi pejalan kaki di sekitar bangunan. Hal ini terkait dengan salah satu prinsip green building, yaitu kemudahan akses menuju bangunan sehingga dapat menghemat energi. Dari ide utama itulah kemudian dikembangkannya konsep green building pada Gran Rubina untuk meningkatkan kehidupan penghuninya sekaligus meminimalisir dampak ekologis. Hal tersebut juga akan memberi manfaat untuk sektor ekonomi karena dapat menghemat biaya pengeluaran untuk penggunaan energi pada bangunan dan lingkungan. Pada proses perancangannya terdapat masalah untuk solusi desain berkelanjutan, terutama untuk keberlanjutan sosial serta penggunaan energi yang rendah. Bagi Prasetyoadi, konsep green building merupakan solusi yang dirasa paling tepat untuk masalah tersebut sehingga beliau menerapkan konsep tersebut pada Gran Rubina. Beberapa contoh strategi konstruksi yang dipakai adalah menggunakan fin pada fasad untuk menghalangi sinar matahari, cat-walk system untuk membersihkan fasad gedung tanpa gondola, layout ruangan yang bebas kolom, memanfaatkan air hujan dengan teknologi symphonic, pemisahan zona lift menjadi Low Zone dan High Zone, serta orientasi gedung yang menyesuaikan posisi matahari. Terdapat pula sky gardens di berbagai interval bangunan Tugas Individu AR-3112 2020 | 3 Penerapan Green Building pada Desain-Desain Prasetyoadi menggunakan material rotan khas Indonesia untuk menciptakan privasi tapi tetap memberi penghawaan alami. Selain itu, untuk perawatan dan pemeliharaan Gedung juga mengikuti standar dari GBCI untuk konsep bangunan hijau. Sampai saat ini, Gran Rubina mendapat sertifikasi Gold dari Green Building Council Indonesia. Gambar 1. Gran Rubina Kasus 2 : Telkom Landmark Tower, Jakarta Telkom Landmark Tower merupakan sebuah gedung perkantoran setinggi 48 lantai yang terletak di Jl. Jendral Gatot Subroto, Jakarta, Indonesia. Gedung ini berfungsi sebagai kantor pusat Telkom Group yang dimaksudkan untuk menjadi sebuah landmark di kawasan bisnis di Jakarta. Telkom Landmark Tower dirancang untuk menjadi sebuah kantor berkualitas tinggi yang dilengkapi fasilitas ICT (InformationCommunication-Technology) yang inovatif namun tetap mengusung prinsip-prinsip green building sebagai konsep utamanya agar gedung tetap ramah bagi lingkungan yang telah padat. Selama proses perancangan dan pembangunannya, gedung ini bekerja sama dengan Konsultan Wood Bagot. Ide utama dalam perancangan Telkom Landmark Tower dalah mengutamakan konsep green building, fleksibilitas, konektivitas, serta efisiensi ruang dan energi, dengan menambah referensi kerajinan local sebagai karakter eksternal Gedung. Masalah utama dalam proses perancangan Telkom Landmark Tower adalah merealisasi 4 | Tugas Individu AR-3112 2020 tujuan dari gedung ini sebagai landmark di kawasan bisnis. Persaingan Telkom Landmark Tower untuk menjadi sebuah landmark kawasan sangat ketat karena banyak perkantoran lain yang tipologinya monumental. Sehingga Prasetyoadi berpikir untuk membuat gedung yang menjulang tinggi secara vertikal serta memutar menjadi persegi di bagian mahkota bangunan. Bentuk ini juga merespon kondisi lingkungan yang dinamis. Untuk menambah kesan kokoh dan menunjukkan keutamaan bangunan, gedung ini diintegrasikan menggunakan jembatan podium dengan Tower Telkom di sebelahnya. Sebagai gedung kantor pusat, permasalahan yang ditemukan selanjutnya adalah kebutuhan konfigurasi ruangnya harus sangat fleksibel agar dapat mewadahi segala kegiatan yang ada di dalamnya. Hal itu diperkuat dengan alasan selain sebagai kantor pusat Telkom Group, 25% luas lantai kantor ini juga disewakan sebagai kantor komersial kepada pihak lain. Sehingga kebutuhan ruang di dalamnya berbeda-beda. Setelah melakukan beberapa pertimbangan, ditemukanlah sebuah stategi konstruksi sebagai solusi bagi permasalahan tersebut. Solusi tersebut adalah Telkom Landmark Tower harus memiliki denah yang bebas kolom. Kolom-kolom gedung hanya terletak di perimeter bangunan sehingga konfigurasi tata ruangnya dapat bervariasi sesuai kebutuhan. Untuk merealisasikan ide ini dengan maksimal, Prasetyoadi dan Woods Bagot berkonsultasi dengan structural engineer, yaitu PT Haerte Widya Consultant. Sebagai respon bagi lingkungan sekitar, Prasetyoadi juga menerapkan konsep bangunan hijau dalam perancangan Telkom Landmark Tower. Beberapa contohnya adalah penyediaan ruang hijau, baik berupa ruang terbuka hijau di bagian entrance bangunan, maupun taman vertikal di dalam bangunan. Kemudian gedung ini menggunakan sistem restorasi air yang inovatif dan ramah lingkungan, serta penggunaan fasad yang dapat memaksimalkan pencahayaan alami namun meminimalkan panas matahari yang masuk. Fasad tersebut berasal dari referensi budaya lokal yaitu pola batik, menggunakan Sylvie Tazkia Qolbi material kaca glazur ganda berkinerja tinggi dengan “sirip” logam sebagai secondary skin sekaligus sundhading yang dapat memfilter cahaya matahari berlebih. Kinerja fasad peneduh ini sangat efektif sehingga dapat memitigasi panas sebanyak 30% dan menghasilkan bayangan yang meningkatkan kesan ruang di dalam gedung. Beberapa strategi tersebut mampu mengefisienkan penggunaan energi buatan dalam gedung. Selain dari strategi tersebut, ketika telah terbangun, dalam penyelenggaraan dan perawatan Telkom Landmark Tower menggunakan prosedur sesuai standar GBCI untuk bangunan hijau. Hingga saat ini, Telkom Landmark Tower mendapatkan sertifikat Platinum dari Green Building Council Indonesia pada tahun 2015. sangat mengutamakan kualitas desain yang dapat memenuhi kebutuhan semua pihak dan stake holder terkait. Dengan pemikiran matang yang logis dan sistematis, berbagai permasalahan dapat ditemukan dan dipikirkan solusinya sehingga proses mendesain dapat terselesaikan secara efektif dan maksimal. Tahap-Tahap Desain Tahapan desain dari hasil karya Prasetyoadi yang diteliti tersaji dalam tabel 1 di bawah. Dalam tabel tersebut dapat terlihat secara lengkap tahapan yang dilalui Prasetyoadi dalam merancang sebuah proyek. Penyajiannya dengan tabel bertujuan agar tahapan dapat dipahami secara jelas sesuai dengan tahapannya masingmasing. Strategi Desain Gambar 2. Telkom Landmark Tower Analisis Design Methods Arsitek Dari beberapa contoh kasus tersebut, dilakukan analisis metode desain yang digunakan oleh Prasetyoadi. Analisis meliputi pendekatan, tahapan, dan strategi desain. Dari analisis ini diharapkan karakteristik metode desain Prasetyoadi dapat diketahui untuk menambah wawasan bagi perancang lainnya. Dari analisis kasus proyek, diketahui bahwa strategi desain yang digunakan oleh Prasetyoadi adalah Branching Strategy. Gran Rubina dan Telkom Landmark Tower berasal dari beberapa alternatif yang dijabarkan dan didiskusikan pada klien, sehingga terpilih satu alternatif yang dirasa paling tepat. Alternatif tersebut kemudian dikembangkan secara berurutan dan sistematis. Penemuan masalah diikuti oleh pemikiran solusi yang dikembangkan menjadi bagian rancangan desain. Proses tersebut kemudian menghasilkan desain final yang tepat dan solutif. Branching Strategy sangat tepat digunakan sebagai pilihan strategi desain untuk proyek komersil seperti bisnis dan perkantoran yang menyangkut keinginan dan kepentingan banyak pihak, serta mengutamakan investasi nilai bangunan. Pendekatan Desain Dari semua kasus yang telah dijabarkan, didapatkan bahwa Prasetyoadi menggunakan pendekatan glass box dalam perancangan desainnya. Semua proyek dirancang dengan memikirkan permasalahan serta solusi desain secara rasional dan sistematis sehingga didapatkan hasil rancangan yang masuk akal dan logis. Sebagai seorang arsitek, Prasetyoadi Tugas Individu AR-3112 2020 | 5 Penerapan Green Building pada Desain-Desain Prasetyoadi Tabel 1. Analisis Design Methods Prasetyoadi Divergence Profil Gran Rubina Telkom Landmark Tower Design Situation Design Ideas Harus siap memahami ranah proyek yang akan dikerjakan dan kepentingan semua pihak Bangunan terselenggara dengan affordable, pengguna harus dapat menikmati fasilitas standar, mengurangi dampak negatif pada lingkungan Terletak di situs lapangan hijau yang tersisa di kota padat penduduk. Ide bangunan adalah untuk melestarikan akses publik (sirkulasi pejalan kaki di sekitar bangunan) Gedung yang dibangun sebagai kantor pusat Telkom Group yang menjadi landmark di Kawasan bisnis di Jakarta Mengusung konsep green building untuk meminimalisir dampak ke lingkungan, sehingga menghasilkan manfaat ekonomi sekaligus meningkatkan kehidupan penghuninya Mengutamakan konsep green building, fleksibilitas, konektivitas, efisiensi ruang dan energi, serta referensi kerajinan lokal sebagai karakter eksternal gedung 6 | Tugas Individu AR-3112 2020 Transformation Construction Strategies Problem structure Solution Problem -Batasan dari berbagai pihak, seperti budget, kriteria, dan pride dari klien -Banyak arsitek tidak melihat konteks lingkungan sekitar Solusi desain berkelanjutan, terutama dalam konteks sosial dan meminimalkan penggunaan energi Persaingan untuk menjadi sebuah landmark sangat ketat, kebutuhan konfigurasi ruang yang sangat fleksibel karena fungsi di dalamnya berbeda-beda Menggunakan konsep green building untuk mengurangi dampak negatif ke lingkungan Menggunakan konsep green building pada bangunan, dimulai dengan menentukan arah bangunan yang terkena sinar matahari dan pemanfaatan teknologi hemat energi Bangunan dibuat menjulang tinggi serta memutar di atasnya, diintegrasikan dengan Tower Telkom untuk menunjukkan keutamaan, serta denah bebas kolom sehingga konfigurasi tata ruangnya dapat bervariasi -Sistem dalam bangunan menerapkan prinsip green building (orientasi, fasad, ventilasi, material, dll) -Desain harus memudahkan orang untuk bergerak sehingga mengurangi penggunaan energi -Penggunaan fin pada fasad untuk mengurangi radiasi sinar matahari -Cat-walk system untuk membersihkan fasad tanpa gondola -Status unit “stratatitle” -Layout ruang bebas kolom -Pemanfaatan air hujan menggunakan teknologi symphonic -Pemisahan zona lift menjadi Low Zone dan Convergence Evaluation - - High Zone -Orientasi gedung menyesuaikan arah sinar matahari -Penyediaan ruang hijau berupa ruang terbuka hijau dan taman vertikal -Sistem restorasi air yang inovatif dan ramah lingkungan -Fasad menggunakan material kacak glazur ganda berkinerja tinggi dengan “sirip” logam sebagai sunshading -Kolom hanya terletak di perimeter bangunan - Sylvie Tazkia Qolbi Kesimpulan Beberapa hal yang menjadi prinsip Prasetyoadi dalam merancang adalah memahami ranah dan kepentingan proyek secara mendalam. Selain itu, dari setiap permasalahan yang ditemukan selama proses perancangan, Prasetyoadi selalu menggunakan solusi dari prinsip-prinsip green building yang ada sehingga menghasilkan rancangan yang solutif bagi semua pihak, baik bagi klien dan penghuni proyek, maupun bagi lingkungan sekitar proyek. Ada beberapa contoh proyek yang diteliti guna mengetahui cara berpikir Prasetyoadi dalam melakukan proses perancangan. Proyek tersebut dianalisis menggunakan teori Metode Desain (Jones,1970). Secara umum, pendekatan desain yang digunakan oleh Prasetyoadi adalah glass box. Hal ini terlihat dari contoh proyeknya yang merupakan hasil dari langkah-langkah desain yang sistematis. Langkah tersebut berasal dari kebutuhan klien terhadap proyek ini, penemuan masalah, dan pemikiran solusi untuk masalahmasalah tersebut. Segala aspek-aspek yang ada dipertimbangkan secara rasional, sehingga tidak bisa bebas menggunakan intuisi. Semua proses tersebut akhirnya menghasilkan desain final yang digunakan. Sementara strategi desain yang digunakan oleh Prasetyoadi umumnya menggunakan Branching Strategy. Pada proses perancangannya, ditemukan beberapa alternatif yang kemudian didiskusikan dengan klien dan stake holder lain untuk memilih alternatif yang tepat bagi desain. Setelah terpilih, alternatif tersebut dikembangkan sehingga menghasilkan desain final. Hal ini sesuai dengan prinsip merancang dari Prasetyoadi untuk memahami betul ranah dan kebutuhan baik klien maupun proyek yang akan dikerjakan. dilakukan wawancara ulang untuk menggali informasi tentang tahap Convergence dari proyek-proyek tersebut. Daftar Pustaka Al-Awliya,M.H., Pranoto, C., Yusuf, M., Rumahorbo, R.P., Ekomadyo, A.S. (2018). Pemecahan Masalah dan Penambahan Nilai Masyarakat pada DesainDesain SHAU. Prosiding Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 2 November 2018, https://doi.org/10.32315/ti.7.c099, https://temuilmiah.iplbi.or.id/pemecahan-masalahdan-penambahan-nilai-masyarakat-pada-desaindesain-shau/ Arsip Dokumen Proyek PDW Architect, 2019. Christopher, J.J. (1970). Design Methods : Seeds of Human Futures. California: John Wiley & Sons. Ekomadyo, A.S. (2019). Teori Desain Arsitektur. Bandung: ITB Press. Prasetyoadi. (2020). Wawancara via Zoom. 9 Oktober 2020. Triyasa Propertindo (2014). A Strata-Title Eco-Minded Office Tower. Diakses pada 6 Desember 2020 pukul 13.00 WIB dari https://triyasa.co.id/gran-rubina.html Welch, Adrian. (2020). PT Telkom Landmark Tower Jakarta. Diakses pada 6 Desember 2020 pukul 13.10 WIB dari https://www.e-architect.com/indonesia/pttelkom-landmark-tower-jakarta-building Zakarsih, S., Irsyad N.S., Ekomadyo, A.S. (2017). Metode Desain Plasis Asia sebagai Perusahaan Rintisan Arsitektur. Prosiding Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia. Universitas Malikussaleh Lhoksemauwe, Oktober 2017. http://temuilmiah.iplbi.or.id/wpcontent/uploads/2017/12/IPLBI-2017-I-167-172Metode-Desain-Plasis-Asia-sebagai-PerusahaanRintisan-Arsitektur.pdf Kekurangan dari penelitian ini adalah kurangnya informasi untuk bagian evaluasi pada tahap Convergence sehingga kekuarangan dari rancangan yang telah terbangun tidak bisa diketahui secara pasti. Tahap evaluasi merupakan tahap yang sangat penting agar kekurangan atau kesalahan saat merancang bisa menjadi pelajaran yang dapat diambil. Untuk penelitian selanjutnya, akan lebih baik jika Tugas Individu AR-3112 2020 | 7