11 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran

advertisement
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran
a.
Definisi Media Pembelajaran
Arsyad (2007:6) menyatakan bahwa media pembelajaran mempunyai
beberapa istilah diantaranya alat pandang dengar, bahan pengajaran
(instructional
material),
komunikasi
pandang
dengar
(audio
visual
communication),pendidikan alat peraga pandang (visual education), teknologi
pendidikan (educational technology), alat peraga dan alat penjelas. Istilahistilah yang beragam tentang media pembelajaran menunjukkan beragamnya
definisi dan batasan media pembelajaran. Beberapa ciri utama media
pembelajaran diantaranya merupakan media fisik atau non fisik, karakter
utamanya pada bentuk visual audio, sebagai alat bantu pada proses belajar
mengajar dan berperan dalam kerangka komunikasi dan interaksi antara guru
dan siswa dalam proses pembelajaran serta dapat digunakan secara massal,
kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan.
Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyad (2007, 2007:3 ) mengatakan bahwa
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks,
dan lingkungan sekolah adalah media. Secara khusus, media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi
visual atau verbal.
Heinich, dkk dalam Arsyad (2007:4) mengemukakan istilah medium
sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
11
12
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu
disebut media pembelajaran.
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium dari bahasa
Latin. Medium dapat didefinisikan sebagai tengah, perantara atau pengantar
terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Dalam bahasa Arab,
media diartikan sebagai perantara atau pengirim pesan kepada penerima pesan
(Arsyad, 2007:3).Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu
sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan
definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan
proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen
komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran,
siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh pengaruh psikologi terhadap siswa. Selain membangkitkan
motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Menurut Daru Wahyuningsih (2011;283), media pembelajaran dapat
digunakan untuk menciptakan komunikasi yang efektif antara guru dan murid
dan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, baik di dalam maupun di
luar kelas.
Menurut Sadiman (2006:6), banyak batasan yang diberikan orang
tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of
Education and Communication Technology/ AECT) di Amerika, membatasi
media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan/informasi.
Menurut Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2007:4) bahwa media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan
isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video
camera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik, televisi dan
13
komputer. Media sebagai suatu komponen sumber belajar atau sebagai wahana
fisik dan non-fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa
sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar.
Berdasarkan
beberapa
pendapat
yang
telah
kemukakan.Dapat
disimpulkan, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) baik fisik maupun non-fisik,
sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Munadi (2010:43) dalam proses pembelajaran, media
memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju
penerima (siswa). Akan tetapi, secara umum fungsi media pembelajaran,
diantaranya sebagai berikut:
1) Fungsi atensi
Media
dapat
menarik
dan
mengarahkan
perhatian
siswa
untuk
berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna yang
ditampilkan dalam materi pelajaran.
2) Fungsi afektif
Fungsi media dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa/mahasiswa
ketika proses belajar mengajar berlangsung.
3) Fungsi kognitif
Media dapat mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris
Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian konteks untuk memahami
teks,
membantu
siswa
yang
lemah
dalam
membaca,
untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
5) Fungsi Psikomotoris
Fungsi diberikan dengan maksud untuk menggerakkan siswa melakukan
suatu kegiatan, terutama yang berkenaan dengan hafalan-hafalan.
14
6) Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi dimaksudkan agar segala kegiatan belajar mengajar yang
telah dilaksanaka dapat dilakukan penilaian kemampuan siswa dalam
merespon pembelajaran.
Secara umum manfaat media pembelajaran ialah untuk memperlancar
interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan belajar mengajar lebih
optimal, efektif, dan efisien. Sedangkan secara lebih spesifik manfaat media
pembelajaran menurut beberapa pendapat pakar adalah:
1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru
dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi
diantara siswa dimanapun berada.
2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan
warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru
untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton
dan tidak membosankan.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan
tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal
dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus
menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali
sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
5) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih
mandalam dan utuh
6) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja.
15
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa
dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan
kapanpun tanpa tergantung seorang guru. Perlu disadari waktu belajar di
sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan
sekolah.
7) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar.
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa
untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumbersumber ilmu pengetahuan.
8) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif Guru dapat
berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk
memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu
kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan
lain sebagainya.
c. Macam-macam Media Pembelajaran
Menurut Sadiman (2009)ada beberapa jenis media pembelajaran yang
biasa digunakan dalam proses belajar mengajar, antara lain :
1) Media Grafis
Media grafis termasuk media visual, berfungsi menyalurkan pesan dari
sumber kepenerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera
penglihatan.pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam simbolsimbol komunikasi visual. Banyak jenis media grafis diantaranya:
a) Gambar atau Foto
Di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling
umum dipakai. Gambar/foto merupakan bahasa yang paling umum,
yang dapat dimengerti dan dapat dinikmati dimana-mana.
b) Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draf kasar yang melukiskan
bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal
dapat belajar menggambar, maka setiap guru yang baik dapatlah
16
menuangkan ide-idenya kedalam bentuk sketsa. Sketsa, selain dapat
menarik
perhatian
memperjelas
murid,
penyampaian
menghindari
pesan,
verbalisme
harganya
pun
dan
dapat
tidak
perlu
dipersoalkan sebab madia dibuat langsung oleh guru.
c) Diagram
Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan
simbol-simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objek
secara garis besar. Diagram menunjukkan hubungan yang ada antar
komponennya atau sifat-sifat proses yang ada. Diagram pada umumnya
berisi
petunjuk-petunjuk.
Diagram
menyaderhanakan
hal
yang
kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan.
d) Bagan (Chart)
Sepeti halnya media grafis yang lain, bagan atau carta termasuk media
visual. Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsepkonsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan
secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir
penting dari suatu persentasi. Pesan yang akan disampaikan biasanya
burupa ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau hubunganhubungan penting.
e) Grafik (Graphs)
Sebagai suatu media visual, grafik adalah gambar sederhana yang
menggunakan titik-titik, garis atau gambar. Untuk melengkapinya
sering kali simbol-simbol verbal digunakan pada grafik. Fungsi grafik
adalah
untuk
menggambarkan
data
kuantitatif
secara
teliti,
menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau
peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Berbeda
dengan bagan, grafik disusun berdasarkan prisip-prinsip matematik dan
menggunakan data-data komparatif.
2) Teks
Media membantu pembelajar fokus pada materi yang disiswai karena
pembelajar cukup mendengarkan tanpa melakukan aktivitas lain yang
17
menuntut konsentrasi, serta sangat cocok bila digunakan sebagai media
untuk memberikan motivasi.
3) Audio
Media
audio
memudahkan
dalam
mengidentifikasi
obyek-obyek,
mengklasifikasikan obyek, mampu menunjukkan hubungan spatial dari
suatu obyek, membantu menjelaskan konsep abstrak menjadi konkret.
Contoh dari media audio ialah radio dan tape recorder.
4) Animasi
Media Animasi mampu menunjukkan suatu proses abstrak di mana
pengguna ingin melihat pengaruh perubahan suatu variabel terhadap
proses tersebut. Namun media Animasi menyediakan suatu tiruan yang
bila dilakukan pada peralatan yang sesungguhnya terlalu mahal untuk
mendapatkannya atau berbahaya dan berbagai macam kendala lainnya.
5) Video
Video mungkin saja kehilangan detail dalam pemaparan materi karena
siswa harus mampu mengingat detail dari scene to scene (per adegan).
Umumnya pengguna menganggap belajar melalui video lebih mudah
dibandingkan melalui teks sehingga pengguna kurang terdorong untuk
lebih aktif di dalam berinteraksi dengan materi. Video memaparkan
keadaan riil dari suatu proses, fenomena atau kejadian sehingga dapat
memperkaya pemaparan. Video sangat cocok untuk mengajarkan materi
dalam ranah perilaku atau psikomotor.
Kemp dan Dayton mengelompokkan media yang banyak dianut oleh para
pengelola pendidikan menjadi 8 kelompok yaitu:
1) Cetak
2) Pajang
3) Proyeksi Visual Diam (OverHead Transparan/OHT)
4) Rekaman dengan Audiotape
5) Seri slide dan filmstrips
6) Multi-image
18
7) Rekaman video dan film hidup
8) Komputer
(Arsyad, 2007:37)
d. Evaluasi Media Pembelajaran
Evaluasi media pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai
cara, seperti dengan diskusi kelas atau diskusi kelompok, wawancara, dan
observasi. Menurut Walker & Hess
dalam (Arsyad, 2007:175)
memberikan kriteria dalam mereview perangkat lunak media pembelajaran
yang berdasarkan kepada kualitas, yaitu:
1) Kualitas isi dan tujuan meliputi ketepatan, kepentingan, kelengkapan,
keseimbangan, minat/perhatian, keadilan, dan kesesuaian dengan
situasi siswa.
2) Kualitas instruksional meliputi memberikan kesempatan belajar,
memberikan bantuan untuk belajar, kualitas memotivasi, flekssibilitas
instruksionalnya, kualitas tes dan penilaiannya, dapat memberi
dampak bagi siswa, dapat membawa dampak bagi guru dan
pembelajarnya.
3) Kualitas teknis meliputi keterbacaan, mudah digunakan, kualitas
tampilan/tayangan, kualitas penanganan jawaban, kualitas pengelolaan
programnya, dan kualitas pendokumentasiannya.
Aspek dan kriteria penilaian media pembelajaran hasil dari
penyusunan dan diskusi tentang aspek dan kriteria penilaian media
pembelajaran (www.romisatriawahono.net) adalah:
1) Aspek Rekayasa Perangkat Lunak

Efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan
media pembelajaran

Reliable (handal)

Maintainable (dapat dipelihara/dikelola dengan mudah)

Usabilitas
(mudah
digunakan
dan
sederhana
dalam
aplikasi/software/tool
untuk
pengoperasiannya)

Ketepatan
pemilihan
pengembangan
jenis
19

Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstalasi/dijalankan di
berbagai hardware dan software yang ada)

Pemaketan program media pembelajaran terpadu dan mudah dalam
eksekusi

Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi:
petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas,
terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas, menggambarkan
alur kerja program)

Reusable (sebagian atau seluruh program media pembelajaran
dapat dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media
pembelajaran lain)
2) Aspek Desain Pembelajaran

Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis)

Relevansi tujuan pembelajaran dengan KI/KD/Kurikulum

Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran

Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran

Interaktivitas

Pemberian motivasi belajar

Kontekstualitas dan aktualitas

Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar

Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran

Kedalaman materi

Kemudahan untuk dipahami

Sistematis, runut, alur logika jelas

Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, latihan

Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran

Ketepatan dan ketetapan alat evaluasi

Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi
3) Aspek Komunikasi Visual

Komunikatif; sesuai dengan pesan dan dapat diterima/sejalan
dengan keinginan sasaran
20

Kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan

Sederhana dan memikat

Audio (narasi, sound effect, backsound,musik)

Visual (layout design, typography, warna)

Media bergerak (animasi, movie)

Layout Interactive (ikon navigasi)
2. Pemanfaatan Internet
a. Pembelajaran Berbasis Website
Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan WebBased Training (WBT) atau kadang disebut Web-Based Education
(WEB) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia
pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa semua pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi
Internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang
mengikutinya maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran
berbasis web.
Kemudian yang ditawarkan oleh teknologi adalah kecepatan dan
tidak terbatasnya pada tempat dan waktu untuk mrngakses informasi.
Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan
saja dan di mana saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas
ruang, jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk
dipecahkan.
Ada persyaratan utama yang perlu dipenuhi yaitu adanya akses
dengan sumber informasi melalui Internet. Selanjutnya adanya informasi
tentang di mana letak sumber informasi yang ingin didapatkan berada.
Ada beberapa sumber data yang dapat diakses dengan bebas dan gratis,
tanpa proses administrasi pengaksesan yang rumit. Ada beberapa sumber
informasi yang hanya dapat diakses oleh pihak yang memang telah diberi
otorisasi pemilik sumber informasi.
Teknologi Internet memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk
mendapatkan informasi apa saja dari mana saja dan kapan saja dengan
21
mudah dan cepat. Informasi yang tersedia di berbagai pusat data di
berbagai komputer di dunia. Selama komputer-komputer tersebut saling
terhubung dalam jaringan Internet, dapat diakses dari mana saja. Hal
tersebut merupakan salah satu keuntungan belajar melalui Internet.
Mewujudkan
pembelajaran
berbasis
web
bukan
sekedar
meletakkan materi belajar pada web untuk kemudian diakses melalui
komputer web digunakan bukan hanya sebagai media alternatif pengganti
kertas untuk menyimpan berbagai dokumentasi atau informasi. Web
digunakan untuk mendapatkan sisi unggul yang tadi telah diungkap.
Keunggulan yang tidak dimiliki media kertas ataupun media lain.
Pada sub-bab judul sengaja dikatakan pembelajaran berbasis web
itu unik tapi serius. Kata serius dipakai untuk mengungkapkan bahwa
merancang sampai dengan mengimplementasikan pembelajaran berbasis
web tidak semudah yang dibayangkan. Selain infrastruktur Internet,
pembelajaran berbasis web memerlukan sebuah model instruksional yang
memang dirancang khusus untuk keperluan itu. Sebuah model
instruksional merupakan komponen vital yang menentukan keefektifan
proses belajar. Apapun model instruksional yang dirancang, interaktifitas
antara peserta didik, guru, pihak pendukung dan materi belajar harus
mendapatkan perhatian khusus. Hal tersebut bukan merupakan pekerjaan
yangmudah.
Banyak pihak mencoba menggunakan teknologi web untuk
pembelajaran dengan meletakkan materi belajar secara online, lalu
menugaskan peserta didik untuk mendapatkan (downloading) materi
belajar itu sebagai tugas baca. Setelah itu mereka diminta untuk
mengumpulkan laporan, tugas dan lain sebagainya kembali ke guru juga
melalui Internet. Jika dilakukan tentunya tidaklah menimbulkan proses
belajar yang optimal.
Suasana di ruang kelas ketika sebuah “proses belajar” sedang
berlangsung. Proses Monitoring dalam pembelajaran berbasis web lebih
sulit daripada di ruang kelas. Menyediakan bahan belajar online tidak
22
cukup. Diperlukan sebuah desain instruksional sebagai model belajar
yang mengundang sejumlah (sama banyaknya dengan kegiatan di ruang
kelas) peserta didik unuk terlibat dalam berbagai kegiatan belajar.
Satu hal yang perlu diingat adalah bagaimana teknologi web dapat
membantu proses belajar. Untuk kepentingan materi belajar perlu
dikemas berbeda dengan penyampaian yang berbeda pula.
b. Implementasi Pembelajaran Berbasis Website
Model
pembelajaran
dirancang
dengan
mengintegrasikan
pembelajaran berbasis web dalam program pembelajaran konvensional
tatap muka. Proses pembelajaran konvensional tatap muka dilakukan
dengan pendekatan Student Centered Learning (SCL) melalui kerja
kelompok. Model tersebut menuntut partisipasi peserta didik yang tinggi.
Untuk merancang dan mengimplementasikan pembelajaran
berbasis web, langkahnya adalah sebagai berikut:
1). Sebuah program pendidikan untuk peningkatan mutu pembelajaran
1. di lingkungan kampus dengan berbasis web. Program tersebut
dilakukan idealnya selama 5-10 bulan dan dibagi menjadi 5 tahap.
Yaitu tahap 1, 3, 5 dilakukan secara jarak jauh dan untuk itu dipilih
media web sebagai alat komunikasi. Sedangkan fase 2 dan 4
dilakukan secara konvensional tatap muka.
2). Menetapkan sebuah mata kuliah pilihan di jurusan. Pembelajaran 2.
dengan tatap muka dilakukan secara rutin tiap minggu pada tujuh
minggu pertama. Setelah itu tatap muka dilakukan setiap 2 atau 3
minggu sekali.
Dua program pendidikan itu disampaikan melalui berbagai
macam kegiatan belajar secara kelompok. Belajar dan mengerjakan
tugas secara kolaboratif dalam kelompok sangat dominan pada
kedua program tersebut.
23
c. Pemanfaatan E-Learning untuk Pembelajaran
Menurut Smaldino dalam (Anitah,2008) mengatakan bahwaelearning adalah pembelajaran yang disajikan secara elektronik dengan
menggunakan komputer dan media berbasis komputer. Adapula yang
menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang
dilakukan melalui media Internet.
Pendapat yang bersesuaian dengan Smaldin, dikemukakan oleh
Clark & Mayer dalam (Anitah, 2008) mengatakan sebagai berikut : Elearning adalah pembelajaran yang disampaikan dalam komputer dengan
CD-ROM, internet, atau internet dengan bentuk :
1). Memasukkan materi yang relevan dengan tujuan
2). Menggunakan unsur-unsur media seperti kata-kata, gambar, untuk
menyajikan materi dan metode
3). Menggunakan metode pembelajaran seperti, contoh dan praktek
yang membantu belajar
4). Membangun pengetahuan dan keterampilan baru yang diakaitkan
engan tujuan belajar atau meningkatkan kinerja.
Dabbagh & Ritland dalam (Anitah, 2008) mengatakan bahwa
belajar onlinemerupakan lingkungan berlajar terbuka dan tersebar, yang
menggunakan alat-alat pedagogi, dimungkinkan dengan internet dan
teknologi berbasis web, untuk memfasilitasi belajar dan pembentukan
pengetahuan melalui kegiatan dan interaksi yang bermakna.
Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan e-learning yaitu
kelas „tradisional‟, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan
ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya.
Sedangkan di dalam pembelajaran „e-learning‟ fokus utamanya adalah
pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggungjawab untuk
pembelajarannya. Suasana pembelajaran „e-learning’ akan „memaksa‟
pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya.
24
Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha,
daninisiatif sendiri.
Sedangkan karakteristik
e-learning, antara
lain: Pertama,
Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa
dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi
dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler;
Kedua, Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan
computer networks). Ketiga, Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri
(self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses
oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan
memerlukannya.
Keempat,
Memanfaatkan
jadwal
pembelajaran,
kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan
administrasi pendidikan dapatdilihat setiap saat di komputer.
3. Pendekatan Sicentific
Menurut Kemendikbud seperti dikutip PPT-2.1 yang dikeluarkan oleh
badan pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan dan
penjaminan mutu pendidikan pendekatan scientific ada 5 kegiatan yaitu
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring, sebagai
berikut :
a.
Mengamati
Mengamati merupakan keterampilan yang paling mendasar yang
harus dikembangkan. Kegiatan dunia sekitar mengenai berbagai objek
dan fenomena alam, dilakukan panca indera yaitu melalui pengamatan.
Melalui pengamatan yang dilakukan baik secara kua litatif maupun
kuantitatif akan menghasilkan suatu data. Data ini selanjutnya akan
b. Menanya
Keterampilan ini merupakan keterampilan membuat pertanyaan
yang sesuai dengan fenomena yang diamati oleh siswa.
c. Menalar
Keterampilan ini merupakan kemampuan untuk membuat ramalan
berbagai hal di masa yang akan datang. Kejadian kehidupan yang
25
senantiasa berubah dan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi
menunjukkan bahwa keterampilan “memprediksi” penting bagi peserta
didik. Mereka dituntut untuk melakukan perkiraan berdasarkan konsep
keilmuan yang dimiliki, kecenderungan yang terjadi disekitar dan
keterhubungan fungsional antar fakta yang diperoleh .
d. Mencoba
Ketrampilan melakukan eksperimen bagi peserta didik berarti
mereka terlibat langsung dalam kegiatan yang bersifat ilmiah dan
kegiatan pemecahan masalah.
e. Membentuk Jejaring
Peserta didik harus dilatih untuk berkomunikasi secara efektif.
Proses pengajaran amatlah terbuka bagi pelatihan “mengkomunikasikan”,
misalnya kebiasaan untuk bertanya dalam kegiatan belajar mengajar,
berani berpendapat, mengekspresikan ide, memahami pembicaraan orang
lain, berdiskusi mendemonstrasikan satu temuan ilmu pengetahuan dan
sebagainya.
Pendekatan scientific dalah suatu tindakan dalam proses pembelajaran
yaitu
ketrampilan
yang
menjadi
roda
penggerak
penentuan
dan
pengembangan fakta, konsep, sikap dan nilai yang ada dalam ketrampilan
intelektual, sosial dan fisik yang ada dalam diri siswa.
4. Laboratorium Riil
Menurut Mujiono (2005:11), “laboratorium riil adalah laboratorium
tempat khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan-bahan riil untuk
melakukan percobaan/praktikum baik fisika, kimia atau biologi". Alat
laboratorium untuk menguatkan atau memberi kepastian informasi,
menentukan hubungan sebab akibat, mempraktekkan sesuatu yang
dikehandaki, mengembangkan ketrampilan mendorong gairah kepada siswa.
Dalam kegiatan praktikum siswa akan mengalami diantaranya:
a. Pengenalan alat
Laboratorium dengan pengenalannya dapat ditunjukkan langsung atau
siswa untuk melihat atau memegang secara langsung. Diberi pengertian
26
bahwa dalam memegang alat siswa harus hati-hati agar tidak jatuh sehingga
rusak atau pecah, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan. Cara merangkai
alat siswa banyak tergantung kepada petunjuk guru, dimungkinkan siswa ada
rasa takut menggunakan alat secara bebas, semaunya sendiri dalam
merangkai dapat mengakibatkan kesalahan dan menyebabkan kerusakan
pada alat.
b. Pengukuran
Pengukuran adalah membandingkan sesuatu besaran dengan besaran lain
sejenis yang dipakai sebagai satuan standar. Dengan menggunakan
laboratorium riil pengukuran dapat dilakukan dengan melihat langsung pada
alat. Sehingga perlu pemahaman ketrampilan dalam membaca alat.
c. Pengamatan
Dengan penerapan laboratorium riil kegiatan siswa memusatkan
perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan alat indera terhadap
alat riil yang dihadapinya melalui penglihatan.
d. Percobaan
Siswa dalam melakukan percobaan dituntun dengan petunjuk praktikum yang
sudah disiapkan sebelumnya sehingga setelah mendapatkan data, siswa
mencatat data tersebut pada data pengamatan.
5. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Motif dalam bahasa Inggris adalah motive berasal dari kata “motion”
yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak. Berawal dari kata motif itu
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Motif dapat menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan
untuk mencapai tujuan sangat diperlukan.
Ngalim Purwanto (2006 : 70-71) berpendapat, bahwa setiap motif itu
bertalian erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu
bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motifnya sehingga motif itu sangat
berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Guna atau fungsi dari motifmotif itu adalah:
27
1) Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu
berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi
(kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
2) Motif itu menentukan arah perbuatan yakni ke arah perwujudan suatu
tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang
harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin
jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh.
3) Motif menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatanperbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan
itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan
itu.
Menurut Mc. Donald yang di kutip oleh Sardiman (2003: 198),
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga
elemen penting yaitu; (1) bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan
energi pada diri setiap individu manusia, (2) motivasi ditandai dengan
munculnya rasa dan afeksi seseorang, (3) motivasi akan dirangsang karena
adanya tujuan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan dalam diri
individu yang mempengaruhi gejala kejiwaan, perasaan, dan emosi untuk
melakukan sesuatu yang didorong oleh adanya tujuan, kebutuhan atau
keinginan.
Menurut Thursan Hakim (2000) yang dikutip Winastwan Gora dan
Sunarto (2010 : 16), belajar adalah suatu proses perubahan perubahan
didalam manusia, ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitan dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain. Jadi dalam
kegiatan belajar terjadinya adanya suatu usaha yang menghasilkan
perubahan-perubahan itu dapat diamati secara langsung maupun tidak
28
langsung. Hal ini juga dikemukakan oleh Dimyati.Mahmud (1989 : 121-122)
yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku baik
yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan
terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman.
Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan, belajar dapat
diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku baik yang
dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong, menggerakan dan
mengarahkan siswa dalam belajar (Endang Sri Astuti, 2010 : 67). Motivasi
belajar sangat erat sekali hubungannya dengan prilaku siswa disekolah.
Motivasi belajar dapat membangkitkan dan mengarahkan peserta didik untuk
mempelajari sesuatu yang baru. Bila pendidik membangkitkan motivasi
belajar anak didik, maka meraka akan memperkuat respon yang telah
dipelajari (TIM Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 : 141).
Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah
patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan.
b. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Motivasi yang ada pada diri siswa sangat penting dalam kegiatan
belajar. Ada tidaknya motivasi seseorang individu untuk belajar sangat
berpengaruh dalam proses aktivitas belajar itu sendiri. Seperti dikemukakan
oleh Sardiman AM (2003 : 83) motivasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas
dengan prestasi yang telah dicapai).
3) Mewujudkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang
dewasa. (misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi,
29
keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak
kriminal, amoral dan sebagainya).
4) Lebih senang bekerja mandiri
5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
Jika ciri-ciri tersebut terdapat pada seorang siswa berarti siswa
tersebut memiliki motivasi belajar yang cukup kuat yang dibutuhkan dalam
aktifitas belajarnya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa
yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar akan menunjukkan hal-hal
sebagai berikut:
1) Keinginan mendalami materi
2) Ketekunan dalam mengerjakan tugas
3) Keinginan berprestasi
4) Keinginan untuk maju
c. Jenis-jenis motivasi belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan hal yang
penting setidaknya para siswa memiliki motivasi untuk belajar karena
kegiatan akan berhasil baik apabila anak yang bersangkutan mempunyai
motivasi yang kuat.
Sri Hapsari (2005 : 74) membagi motivasi membagi dua jenis
yaitumotivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik dengan mendefinisikan kedua
jenis motivasi itu sebagai berikut yaitu Motivasi instrinsik adalah bentuk
dorongan belajar yang datang dari dalam diri seseorang dan tidak perlu
rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan belajar
yang datangnya dari luar diri seseorang.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi terdiri dari
dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Berkenaan
dengan kegiatan belajar motivasi instrinsik mempunyai sifat yang lebih
30
penting karena daya penggerak yang mendorong seseorang dalam belajar dari
pada motivasi ekstrinsik. Keinginan dan usaha belajar atas dasar inisiatif
dirinya sendiri akan membuahkan hasil belajar yang maksimal, sedang
motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang mendorong belajar itu timbul dari luar
dirinya. Apabila keinginan untuk belajar hanya dilandasi oleh dorongan dari
luar dirinya maka keinginan untuk belajar tersebut akan mudah hilang.
1) Motivasi Intrinsik
Menurut Singgih (2008 : 50), motivasi intrinsik merupakan
dorongan yang kuat berasal dari dalam diri seseorang. Sedangkan John
W Santrock (2003 : 476) mengatakan motivasi intrinsik adalah keinginan
dari dalam diri seseorang untuk menjadi konpeten, dan melakukan
sesuatu demi usaha itu sendiri. Thursan (2008 : 28) mengemukakan motif
intrinsik adalah motif yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu kegiatan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan motivasi
intrinsik adalah motivasi yang kuat berasal dari dalam diri individu tanpa
adanya pengaruh dari luar yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu kegiatan. Semakin kuat motivasi intrinsik yang dimiliki, semakin
memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuan (Singgih,
2008 : 50).
Menurut Sri Hapsari (2005 : 74) motivasi Intrinsik pada umumnya
terkait dengan bakat dan faktor intelegensi dalam diri siswa. Motivasi
intrinsik dapat muncul sebagai suatu karakter yang telah ada sejak
seseorang dilahirkan, sehingga motifasi tersebut merupakan bagian dari
sifat yang didorong oleh faktor endogen, faktor dunia dalam, dan sesuatu
bawaan (Singgih, 2008 : 50),
Menurut Thursam (2008 : 29), seorang siswa yang memiliki
motivasi intrinsik akan aktif belajar sendiri tanpa disuruh guru maupun
orang tua. Motivasi intrinsik yang dimiliki siswa dalam belajar akan lebik
kuat lagi apa bila memiliki motivasi eksrtrinsik.
31
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik Menurut Sri
Hapsari (2005 : 74) faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik pada
umumnya terkait dengan faktor intelegensi dan bakat dalam diri siswa.
Sri Esti berpendapat, bahwa motivasi intrinsik dipengaruhi oleh faktor
pribadi seperti kepuasan. Singgih (2008 : 50-51), mengemukakan bahwa
motivasi
intrinsik
dipengaruhi
oleh
faktor
endogen,
faktor
konstitusi,faktor dunia dalam, sesuatu bawaan, sesuatu yang telah ada
yang diperoleh sejak dilahirkan. Selain itu, motivasi intrinsik dapat
diperoleh dari proses belajar. Seseoran yang meniru tingkah orang lain,
yang menghasilkan sesuatu yang menyenangkan secara bertahap, maka
dari proses tersebut terjadi proses internalisasi dari tingkah laku yang
ditiru tersebut sehingga menjadi kepribadian dari dirinya.
Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik antara lain : (1) keinginan
diri; (2) kepuasan; (3) kebiasaan baik; (4) kesadaran
2) Motivasi Ekstrinsik
Menurut Supandi (2011 : 61), motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang timbul manakala terdapat rangsangan dari luar individu. Menurut
Thomas (2010 : 39) motivasi ekstrinsi adalah motivasi penggerak atau
pendorong dari luar yang diberikan dari ketidak mampuan individu
sendiri. Menurut Jhon W Santrock (2003 : 476) berpendapat, motivasi
ekstrinsik adalah keinginan mencapai sesuatu dengan tujuan untuk
mendapatkan tujuan eksternal atau mendapat hukuman eksternal.
John W Santrock (2003 : 476), motivasi ekstrinsik adalah
keinginan untuk mencapai sesuatu didorong karena ingin mendapatkan
penghargaan eksternal atau menghindari hukuman eksternal. Motivasi
ekstrinsik adalah dorongan untuk berprestasi yang diberikan oleh orang
lain seperti semangat, pujian dan nasehat guru, orang tua, dan orang lain
yang dicintai.
Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
motivasi ektrinsik dipengaruhi atau dirangsang dari luar individu. Faktor-
32
faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik antara lain: (1) pujian; (2)
nasehat; (3) semangat; (4) hadiah; (5) hukuman; (6) meniru sesuatu
d. Fungsi motivasi belajar
Motivasi berhubungan erat dengan suatu tujuan. Dengan demikian
motivasi dapat mempengaruhi adanya kegiatan. Dalam kaitannya dengan
belajar motivasi merupakan daya penggerak untuk melakukan belajar.
Sardiman AM (2003 : 85), mengemukakan bahwa motivasi
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi motivasi sebagai penggerakatau
motor yang melepaskan energi motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak yang akan digerakkan.
2) Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang akan dicapai. Jadi
motivasi dapat memberi arah kegiatan yang harus dikerjakan agar sesuai
dengan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan yang harus
dikerjakan yang sesuai untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Ngalim purwanto (2006 : 70-71) berpendapat bahwa setiap motif itu
bertalian erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu
bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motifnya sehingga motif itu sangat
berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Guna atau fungsi dari motifmotif itu adalah:
1) Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu
berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi
(kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
2) Motif itu menentukan arah perbuatan.yakni ke arah perwujudan suatu
tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang
harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin
jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh.
3) Motif menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatanperbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan
33
itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan
itu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai pendorong dan
pengarah seseorang atau siswa pada aktifitas mereka dalam pencapaian tujuan
belajar.
6. Pokok Bahasan
Dalam penelitian pengembangan website ini dikhususkan pada materi
Alat Optik.Materi tersebut dipilih karena banyak konsep yang abstrak
sehingga media berbasis ICT cocok untuk menggambarkan konsep tersebut.
Mata merupakan alat optik yang memanfaatkan prinsip pemantulan
dan pembiasan. Gambar 3 menunjukkan penampang mata sebelah kanan bila
dilihat dari atas. Mata merupakan alat indera yang peka terhadap cahaya.
Mata hanya akan berfungsi untuk melihat benda, bila ada cahaya yang masuk
ke dalamnya.
a. Mata
Bagian-bagian mata
1) Kornea mata: berfungsi sebagai penerima rangsangan cahaya dan
meneruskannya ke bagian mata ynag lebih dalam.
2) Otot siliar: berfungsi untuk mengatur panjang fokus (kelengkungan)
lensa.
3) Iris: untuk mengatur lebar pupil sehingga
banyaknya cahaya yang masuk ke mata bisa
dikendalikan.
4) Pupil: merupakan tempat lewatnya cahaya
yang menuju ke retina.
5) Lensa mata: untuk memfokuskan cahaya
Gambar 2.1. Bagian
–bagian mata
atau bayangan benda agar tepat jatuh di
retina.
6) Retina: berfungsi sebagai layar penerima
cahaya atau bayangan benda.
34
Pembentukan Bayangan Benda pada Retina.
Proses pembentukan bayangan pada mata normal terjadi apabila
berkas cahaya yang masuk ke mata akan dibiaskan oleh lensa mata sehingga
berkas sinar biasnya tepat berpotongan pada retina. Adapun sifat bayangan
yang terbentuk adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. Dari retina cahaya
kemudian dikirim dalam bentuk listrik ke otak melalui saraf mata. Impuls
diproses oleh otak sehingga terbentuk bayangan nyata dan tegak yang
memberi kesan bahwa kita melihat benda tersebut.
Mata memiliki jarak bayangan tetap, ini karena jarak antara lensa dan
retina sebagai layar adalah tetap. Karena itu, satu-satunya cara agar benda-benda
dengan jarak berbeda di depan lensa dapat difokus- kan pada retina (menghasilkan bayangan tajam pada retina, maka jarak fokus
pada lensa harus bisa diatur. Pengaturan jarak fokus lensa dilakukan oleh
otot siliar (ciliary muscles). Ketika mata melihat benda yang sangat jauh, otot
siliar mengendor penuh (relaks) sehingga lensa mata paling pipih. Ini berarti,
jarak fokus paling panjang. Dalam kondisi ini, mata disebut tidak berakomodasi
dan sinar-sinar yang berasal dari benda membentuk bayangan tajam pada retina
Ketika benda bergerak lebih dekat ke mata, otot siliar otomatis
menegang sehingga lensa mata lebih cembung. Ini berarti, jarak fokus lebih
pendek, dan membuat bayangan tajam kembali pada retina. Dalam kondisi ini
mata disebut akomodasi maksimum.
Proses lensa mengubah jarak fokus (mencembung atau memipih) agar
bayangan tepat pada retina disebut daya akomodasi mata. Akomodasi mata
terjadi secara otomatis sehingga kita biasanya tidak menyadarinya.
Titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata dengan
akomodasi maksimal disebut titik dekat (punctum proximum). Titik dekat untuk
mata normal terletak sekitar 25 cm dari mata. Sementara itu, titik terjauh yang
masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata tanpa berakomodasi disebut titik jauh
(punctum remotum). Titik jauh untuk mata normal terletak di tempat yang
jauhnya tak berhingga.
35
Cacat Mata dan Cara Menanggulanginya
Mata
normal
(emetrop)
merupakan
mata
yang
masih
dapat
berakomodasi dengan baik. Bila kemampuan berakomodasi sudah tidak ada
lagi, mata tergolong mata cacat. Mata yang cacat tidak dapat melihat benda
dengan baik.
Ada beberapa cacat mata diantaranya :
1) Rabun Jauh (miopi)
Mata yang tidak dapat melihat benda-benda yang letaknya jauh, tetapi
dapat melihat dengan jelas benda-benda yang letaknya dekat disebut miopi.
Cacat mata mata ini dikarenakan bayangan yang terbentuk jatuh di depan
retina. Untuk memperbaiki kelainan mata seperti ini diperlukan lensa yang
bersifat memancarkan berkas sinar, yaitu lensa cekung (divergen).
(a)
(b)
Sumber: BPTIKP Jawa Tengah
Gambar 2.2. (a) mata miopi (b) dibantu menggunakan lensa cekung.
36
Sesuai perjanjian tanda, agar dapat melihat benda pada jarak tak
hingga (s = ∞), dan bayangan di depan lensa bertanda negatif (s‟ = - PR)
sehingga diperoleh fokus lensa kacamata (f) yang digunakan yaitu:
1 1 1
 
f s s'
1 1
1
 
diperoleh f  PR
f   PR
2.1
Dan kekuatan lensa kacamata (P) yang digunakan adalah :
P
100
100
atau P 
f
 PR
2.2
Keterangan : f dan PR dalam satuan cm, P dalam dioptri
2) Hipermetropi
Hipermetropi merupakan cacat mata di mana penderitanya tidak dapat
melihat benda yang dekat dengan jelas. Cacat mata ini terjadi karena lensa
mata tidak dapat dicembungkan sebagaimana mestinya. Pada penderita
hipermetropi letak titik dekat mata telah bergeser menjauhi mata. Dengan
demikian, mata hipermetrop hanya dapat melihat benda yang agak jauh.
Cacat mata hipermetropi dapat ditolong dengan kacamata berlensa cembung.
(a)
37
(b)
Sumber: BPTIKP Jawa Tengah
Gambar 2.3. (a) mata hipermetropi (b) dibantu lensa cembung.
b. Lup
Mata kita tidak dapat mempunyai kemampuan untuk melihat bendabenda yang sangat kecil dan yang sangat jauh serta tidak mampu merekam
suatu peristiwa untuk waktu yang lama. Karena itu kita memerlukan alat
bantu yang disebut alat optik. Alat-alat optik adalah alat-alat yang terbuat dari
lensa atau cermin, atau lensa cermin.
Pada dasarnya prinsip kerja alat optik adalah memperbesar bayangan benda
atau mempertajam bayangan supaya tampak jelas. Sehingga alat optik banyak
menggunakan lensa positif untuk membentuk bayangan benda yang lebih
besar.
Lup merupakan alat optik yang menggunakan sebuah lensa positif
dan merupakan alat optik yang paling sederhana. Jika benda objek
diletakkan pada jarak antara titik fokus lensa dengan pusat kelengkungan
(s<f), akan terbentuk bayangan yang bersifat maya, tegak dan diperbesar.
Lup berguna untuk mengamati benda-benda kecil agar tampak besar dan
jelas.
38
Sumber: physics for Scientists and Engineer
Gambar 2.4. (a) mata melihat dekat
(b) mata melihat dengan bantuan lup
Penggunaan Lup
Mata Tidak Berakomodasi
Menggunakan lup dengan mata tidak berakomodasi, benda yang
diamati harus diletakkan di titik fokus lup tersebut seperti gambar 2.4.
ℎ
25
ℎ
tan 𝜃 ≈ 𝜃 ≈
𝑝
tan 𝜃0 ≈ 𝜃0 ≈
Untuk mata tidak berakomodasi maka p=f maka perbesaran lup untuk
mata tidak berakomodasi adalah
39
𝑀=
𝜃
𝜃0
=
ℎ
25
ℎ
𝑝
Jadi persamaan perbesarannya menjadi M 
25
f
2.3
Mata Berakomodasi Maksimum
Untuk mata yang menggunakan lup dengan berakomodasi maksimum,
sifat bayangannya adalah maya, tegak, lebih besar dan terletak pada titik
dekat mata. Sehingga s‟ = sn= 25 cm, dengan syarat benda yang diamati harus
diletakkan pada jarak kurang dari jarak titik api lup (s<f). Maka persamaan
perbesaranya:
𝑝=
25𝑓
25+𝑓
Maka persamaan dari perbesaran lup dengan mata berakomodasi maksimum
adalah:
M
25
1
f
2.4
c. Kamera
Kamera merupakan suatu alat optik yang digunakan untuk merekam
suatu tempat, situasi, atau peristiwa.Bagian utama kamera adalah sebuah
kotak kedap cahaya. Pada bagian depan terdapat sistem lensa dan pada bagian
belakang terdapat sebuah film.
Sumber: physics for Scientists and Engineer
Gambar 2.5. Kamera
40
Adapun fungsi dari bagian-bagian tersebut adalah:
Lensa cembung yang berfungsi untuk membiaskan berkas cahaya dan
membentuk bayangan pada film.
Diafragma yang berfungsi mengatur celah (shutter). Fungsi diafragma
pada kamera sama dengan fungsi iris pada mata.
Celah (shutter) berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya
yang mengenai film. Diameter celah disebut juga aperture yang memilki
fungsi sama dengan pupil mata.
Ulir
sekrup
berfungsi
untuk
memfokuskan
cahaya
dengan
menggeserkan lensa kamera sesuai dengan objek yang akan dipotret.
Penutup/pembuka lensa berfungsi untuk menentukan bisa tidaknya
cahaya masuk mengenai film.
Film berfungsi sebagai layar tempat terbentuknya bayangan atau
gambar.
Mekanisme kerja kamera mirip dengan mekanisme kerja mata manusia.
Lensa pada kamera digunakan untuk menghasilkan suatu bayangan dari objek
pada sebuah film. Fungsi film seperti retina pada mata, sebagai layar untuk
menangkap dan merekam bayangan yang dihasilkan oleh lensa. Bayangan
yang dihasilkan nyata, terbalik dan diperkecil.
Tidak seperti pada mata, lensa pada kamera tidak dapat membuat jarak
fokus yang berubah-ubah, untuk mencapai fokus yang baik pada film, lensa
harus digerakkan maju mundur, yang menyebabkan jarak obyek berubah.
Kamera yang tidak mempunyai penggerak lensa biasanya mempunyai lubang
yang sangat kecil di depan lensa, yang bekerja seperti pinhole kamera. Di
mana tidak ada lensa tetapi menggunakan lubang kecil untuk mendapatkan
cahaya pada film.
Hubungan antara fokus lensa kamera (f), jarak benda terhadap lensa (s),
serta jarak bayangan (s‟) dirumuskan dengan persamaan umum yaitu :
1 1 1
 
f s s'
Perbesaran lensa kamera :
2.5
41
M
s h

s' h'
2.6
d. Mikroskop
Mikroskop adalah alat optik untuk mengamati benda-benda yang
sangat kecil. Mikroskop sederhana terdiri atas dua buah lensa positif
(cembung). Lensa positif yang berdekatan dengan mata disebut lensa
okuler. Lensa ini berfungsi sebagai lup. Lensa positif yang berdekatan
dengan benda disebut lensa objektif. Jarak titik api lensa objektif lebih
kecil dari pada jarak titik api lensa okuler.
Benda yang akan diamati diletakkan diantara F dan 2F dari lensa
objektif. Bayangan yang dihasilkan bersifat nyata, diperbesar dan terbalik.
Bayangan ini akan menjadi benda bagi lensa okuler. Sifat bayangan yang
dihasilkan lensa okuler adalah maya, diperbesar, dan terbalik dari pertama.
Gambar 2.6. Proses Pembentukan Bayangan Pada Mikroskop
Sumber: BPTIKP Jawa Tengah
Perbesaran Mikroskop
1) Perbesaran benda untuk mata tidak berakomodasi
Syarat agar mata tidak berakomodasi : S‟ok = ~, karena itu Sok = fok.
Sehingga perbesaran total mikroskop dapat dirumuskan :
M total  M ob  M ok
S' S
M total  ob . n
Sob f ok
2.7
Panjang mikroskop (L) dinyatakan dengan persamaan berikut.
L  S'ob Sok
2.8
42
2) Perbesaran untuk mata berakomodasi maksimum.
Agar mata berakomodasi maksimum, bayangan yang dihasilkan lensa
okuler tepat jatuh pada jarak mata normal atau S‟ok = - Sn , sehingga
perbesaran total mikroskop dapat dirumuskan :
M total  M ob  M ok 

S'ob  Sn
  1
Sob  f ok 
2.9
e. Teleskop
Teleskop merupakan alat optik yang digunakan untuk melihat
benda-benda yang sangat jauh sehingga tampak lebih dekat. Saat ini dikenal
dua macam teleskop.
Gambar 2.7. Proses Pembentukan Bayangan Pada Teleskop
Sumber: BPTIKP Jawa Tengah
Teleskop bias yaitu terdiri dari beberapa lensa untuk membiasakan
sinar yang dating dari benda.
Beberapa contoh teleskop bias :
Teleskop bintang
Teleskop bumi
Teleskop prisma
Teleskop pantul yang terdiri dari beberapa cermin dan lensa sebagai pemantul
dan pembias sinar datang.
1) Teropong Bias
43
Teropong jenis ini disebut teropong bias karena sebagai objektif
digunakan lensa yang berfungsi membiaskan cahaya. Ada beberapa macam
teropong yang tergolong teropong bias, diantaranya :
a) Teropong bintang digunakan untuk mengamati benda-benda di angkasa,
misalnya bulan, bintang, dan planet. Pada dasarnya, teropong bintang terdiri
dari dua lensa positif. Salah satu lensa positif ditujukan ke benda yang
diamati. Lensa ini disebut lensa objektif. Lensa positif yang lain berada di
dekat mata disebut lensa okuler. Pengamatan dengan teropong bintang
umumnya dilakukan dengan mata tak berakomodasi.
Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif bersifat sejati, terbalik, dan
diperkecil. Bayangan ini terbentuk di titik fokus utama lensa objektif.
Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif kemudian dilihat melalui okuler
(berfungsi sebagai lup). Bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler bersifat
maya dan ukurannya lebih besar daripada bayangan yang dibentuk oleh lensa
objektif.
Penggunaan teleskop bintang dianjurkan dengan posisi mata
tidak berakomodasi maksimum agar maka tidak lekas lelas, pada
pengamatan ini bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler jatuh di titik
jauh mata (Sn= ~ = S‟ok).
Perbesaran teleskop bintang untuk mata tanpa akomodasi:
M
f ob
f ok
Panjang teropong : L  f ob  f ok
2.10
b) Teropong Bumi digunakan untuk mengamati benda di darat atau di laut
yang letaknya jauh. Dengan menggunakan teropong Bumi, maka benda
tampak lebih dekat dan jelas. Teropong Bumi juga memiliki lensa objektif
dan lensa okuler, seperti pada mikroskop. Bayangan yang dibentuk oleh
lensa okuler bersifat terbalik. Hal ini tentu memiliki masalah karena benda
yang kita lihat menjadi terbalik. Oleh karena itu, di antara objektif dan
okuler dipasang lensa pembalik sehingga benda terlihat tegak.
Lensa pembalik pada teropong Bumi yang modern dibentuk oleh
44
dua prisma siku-siku sama kaki. Sinar yang datang dari objektif
dipantulkan secara sempurna sebanyak 4 kali. Pada prisma pertama terjadi
perubahan sisi kanan dan kiri, sedangkan pada prisma kedua terjadi
perubahan sisi atas dan bawah. Dengan demikian, mata akan melihat
bayangan tegak dengan kemampuan yang telah diperbesar.
7. E-learning Berbasis Moodle
a. Definisi e-learning
Kata e-learning terdiri dari dua bagian, yaitu “e” yang merupakan
singkatan dari “electronic” dan learning yang berarti „pembelajaran‟. Jadi, elearning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat
elektronika, khususnya perangkat komputer. Karena itu, maka e-learning
sering disebut pula dengan “online course” (Kusmana 2011). Online course
secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pembelajaran di kelas maya,
namun pada penerapannya, pembelajaran tidak hanya mengandalkan online
course tetapi juga pembelajaran di kelas melalui tatap muka.
Pusat Pengembang PPL UNNES (2012) mengemukakan tiga hal yang
mendorong
mengapa
e-learning
menjadi
salah
satu
pilihan
untuk
penyelesaian masalah pendidikan yaitu, pesatnya kemajuan TIK di negaranegara
berkembang,
tersediannya
infrastruktur
telekomunikasi
yang
memungkinkan masyarakat mengakses internet, dan makin meningkatnya
jumlah organisasi dan anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam
menyediakan jasa layanan internet. Lanzilotti (2006) juga menambahkan
bahwa e-learning menjadi sangat penting di berbagai bidang untuk
mempermudah akses materi pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien
untuk mewujudkan pendidikan seumur hidup.
Keterbatasan komunikasi yang terjalin antara guru dan siswa dalam
rangka transfer ilmu juga dapat teratasi melalui e-learning. Jadi, minimnya
jam pelajaran di kelas tidak menjadi pembatas komunikasi. Hal tersebut
senada dengan kelebihan e-learning menurut Sutanta (2005), yaitu interaksi
antara guru dan siswa dalam bentuk pemberian tugas dapat dilakukan secara
lebih intensif dalam bentuk forum diskusi. Hal tersebut sejalan dengan Anitah
45
(2008), yang mengemukakan bahwa guru dan siswa tidak hanya dapat
mengakses buku teks di sekolah, tetapi dapat memperoleh informasi dari
jarak jauh, mengakses pustaka, dokumen-dokumen elektronik ke seluruh
dunia untuk memperkaya studinya melalui e-learning.
Gora (2005) mengemukakan dua tipe e-learning, yaitu pendidikan
synchronous dan pendidikan asynchronous. Synchronous, secara harfiah
berarti “pada waktu yang sama,” misalnya berinteraksi dengan guru melalui
web secara real time. Asyncronous, berarti “tidak ada yang sama,” yang
memungkinkan pelajar menyelesaikan Web Based Training dalam waktu dan
jadwal yang dimiliki, tanpa interaksi langsung dengan guru. Produk elearning yang dikembangkan peneliti termasuk ke dalam tipe asynchronous
sehingga penugasan yang diberikan guru melalui e-learning dapat
diselesaikan siswa sesuai waktu yang dimiliki sebelum batas waktu yang
diberikan guru.
b. Definisi Moodle
Cole dan Foster (2008) mendefinisikan Moodle sebagai singkatan dari
Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment yang berarti
tempat belajar dinamis dengan menggunakan model berorientasi objek.
Aplikasi Moodle pertama kali dikembangkan oleh Martin Dougiamas pada
Agustus 2002 dengan Moodle versi 1.0. Saat ini, Moodle bisa dipakai oleh
siapa saja secara open source (Amiroh 2012). Selain merupakan akronim,
Cole dan Foster (2008) juga mendefinisikan Moodle sebagai kata kerja yang
berarti
proses
melakukan
sesuatu
seperti
suatu
permainan
yang
menyenangkan dan mengarah pada penambahan wawasan dan kreativitas.
Moodle dapat diinstalasi secara online maupun offline. Sistem yang
dibutuhkan agar aplikasi Moodle dapat berjalan dengan baik secara offline
adalah Apache Web Server, PHP, database MySQL atau PostgreSQL.
Ketiganya dapat diperoleh dengan mengunduh Xampp. Moodle yang
diintalasi langsung secara online membutuhkan hosting, Domain, dan file
Moodle. Control panel yang dibutuhkan tidak lagi secara offline dalam
46
bentuk xampp control panel tapi diilakukan melalui control panel online,
yaitu dengan menggunakan cPanel. Instalasi Moodle dilakukan di cPanel.
1) Hosting
Hosting adalah space dalam server komputer yang di gunakan
sebagai penempatan data dan file yang ada. Purwanto (2010)
mendefinisikan Hosting sebagai ruangan yang terdapat dalam harddisk
tempat menyimpan berbagai data, file-file, gambar dan lain sebagainya
yang akan ditampilkan di situs. Hosting memiliki ukuran yang
bermacam-macam. Semakin besar hosting, semakin besar data yang
dapat disimpan.
2) Domain
Nama Domain adalah alamat permanen situs di dunia internet yang
digunakan untuk mengidentifikasi sebuah situs atau dengan kata lain
Domain name adalah alamat yang digunakan untuk menemukan situs kita
pada dunia internet (Purwanto 2010). Domain diberikan untuk
mengidentifikasi nama server komputer seperti web server atau email
server di internet. Domain yang digunakan pada penelitian ini adalah
modulfisikaonline.net.
3) cPanel
cPanel merupakan control panel online yang dapat digunakan
untuk mengatur website, membuat email account dan banyak hal lainnya
seperti instalasi script. Anfidz (2010) mendefinisikan cPanel sebagai
sebuah Control Panel untuk mengelola layanan web hosting, mudah
digunakan dan kaya akan feature, seperti pengelolaan e-mail.
Pengubahan format standar Moodle yang tersedia juga dilakukan melalui
cPanel.
4) Moodle
Moodle yang dimaksud adalah Moodle terbaru yang kompatibel
untuk windows (pada penelitian ini dikembangkan Moodle 2.4). Moodle
dapat diunduh dalam bentuk .zip di www.Moodle.org.
c. Kelebihan Moodle
47
Kelebihan Moodle menurut Amiroh (2012) yaitu :
1) Sederhana, efisien dan ringan, serta kompatibel dengan banyak browser
2) Instalasi yang sangat mudah dengan dukungan dengan berbagai bahasa,
termasuk Bahasa Indonesia
3) Tersedianya manajemen situs untuk pengaturan situs secara keseluruhan,
perubahan modul, dan lain sebagainya
4) Tersedianya manajemen pengguna (user management) dan manajemen
course yang baik
d. Aktivitas pembelajaran yang didukung oleh Moodle
Moodle memiliki berbagai fasilitas yang dapat berguna mendukung
kegiatan pembelajaran. Fasilitas yang terdapat pada Moodle antara lain
Assignment, Chat, Forum, Quiz,Video Conference dan Survey. Penjelasan
untuk masing-masing fasilitas menurut Amiroh (2012) adalah sebagai
berikut.
1) Assignment digunakan untuk memberikan penugasan kepada siswa
secara online. Siswa dapat mengakses materi tugas dan mengumpulkan
tugas dengan cara mengirimkan file hasil pekerjaan mereka.
2) Chat digunakan oleh guru dan siswa untuk saling berinteraksi secara
online dengan cara berdialog teks (percakapan online).
3) Forum merupakan forum diskusi secara online antara guru dan siswa
yang
membahas
topik-topik
yang
berhubungan
dengan
materi
pembelajaran.
4) Quiz digunakan oleh guru untuk melakukan ujian tes secara online.
5) Video Converence digunakan untuk melakukan pembelajaran langsung.
6) Survey digunakan untuk melakukan jajak pendapat.
8. Hasil Belajar
Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia.Kegiatan belajar dapat berlangsung di mana-mana, misalnya
di lingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat, baik disadari maupun tidak
disadari, disengaja atau tidak disengaja.Menurut Gagne cit. Sumarno(2011) hasil
48
belajar merupakan kemampuan internal (kapabilitas) yang meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi sesorang dan
memungkinkan seseorang melakukan sesuatu.
Pendapat lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Briggs cit. Taruh
(2003) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil
yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan
angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar. Hal ini senada dengan
Rasyid (2008: 9) yang berpendapat bahwa jika di tinjau dari segi proses
pengukurannya, kemampuan seseorang dapat dinyatakan dengan angka. Dengan
demikian, hasil belajar siswa dapat diperoleh guru dengan terlebih dahulu
memberikan seperangkat tes kepada siswa untuk menjawabnya. Hasil tes belajar
siswa tersebut akan memberikan gambaran informasi tentang kemampuan dan
penguasaan kompetensi siswa pada suatu materi pelajaran yang kemudian
dikonversi dalam bentuk angka-angka.
Dick dan Reiser cit.Sumarno (2011) mengemukakan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan-kemmpuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan
pembelajaran, yang terdiri atas empat jenis, yaitu: (1) pengetahun, (2)
keterampilan intelektual, (3) ketermpilan motor, dan (4) sikap. Sedangkan
pendapat yang lain dikemukakan oleh Bloom dan Kratwohl cit.Usman, (1994)
bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang secara umum dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa dalam bentuk
kemampuan-kemampuan tertentu, meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah dalam upaya perubahan
tingkah laku dan dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes
hasil belajar.
Pada tahun 2001, Anderson dkk cit. Widodo (2006) melakukan revisi
terhadap taksonomi Bloom di atas.Revisi ini perlu dilakukan untuk lebih bisa
mengadopsi perkembangan dan temuan baru dalam dunia pendidikan. Taksonomi
49
yang baru melakukan pemisahan yang tegas antara dimensi pengetahuan dengan
dimensi proses kognitif. Pemisahan ini dilakukan sebab dimensi pengetahuan
berbeda dari dimensi kognitif. Pengetahuan merupakan kata benda sedangkan
proses kognitif merupakan kata kerja. Sejalan dengan pendapat tersebut, Rukmini
(2008: 157) menjelaskan bahwa revisi taksonomi Bloom diajukan untuk melihat
ke depan dan merespon tuntutan berkembangnya komunitas pendidikan, termasuk
pada bagaimana anak-anak berkembang dan belajar serta bagaimana guru
menyiapkan bahan ajar.
Anderson dkk cit.Widodo (2006) menjelaskan ada empat macam dimensi
pengetahuan dalam taksonomi Bloom yang telah direvisi, yaitu: (1) pengetahuan
faktual, yaitu pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang
terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu, yang
mencakup pengetahuan tentang terminologi dan pengetahuan tentang bagian
detail, (2) pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan yang menunjukkan saling
keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan
semuanya berfungsi sama-sama, yang mencakup skema, model pemikiran dan
teori, (3) pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana
mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru, dan (4)
pengetahuan metakognitif, yaitu mencakup pengetahuan tentang kognisi secara
umum dan pengetahuan tentang diri sendiri.
Anderson cit.Widodo (2006) menguraikan dimensi proses kognitif pada
taksonomi Bloom Revisi yang mencakup: (1) menghafal (remember), yaitu
menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang, yang
mencakup dua macam proses kognitif mengenali dan mengingat, (2) memahami
(understand),
yaitu
mengkonstruk
makna
atau
pengertian
berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke
dalam skema yang ada dalam pemikiran siswa, yang mencakup tujuh proses
kognitif:
menafsirkan
(interpreting),
memberikan
contoh
(exemplifying),
mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi
(inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining), (3)
mengaplikasikan (apply), yaitu penggunaan suatu prosedur guna meyelesaikan
50
masalah atau mengerjakan tugas, yang mencakup dua proses kognitif:
menjalankan
(executing)
dan
mengimplementasikan
(implementing),
(4)
menganalisis (analyze), yaitu menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke
unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur
tersebut, yang mencakup tiga proses kognitif: menguraikan (differentiating),
mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributing), (5)
mengevaluasi (evaluate), yaitu membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria
dan standar yang ada, yang mencakup dua proses kognitif: memeriksa (checking)
dan mengkritik (critiquing), dan (6) membuat (create), yaitu menggabungkan
beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan, yang mencakup tiga proses
kognitif: membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi
(producing).
Selain ranah kognitif tersebut di atas, evaluasi juga dilakukan pada ranah
afektif.Menurut Davies cit.Dimyati dan mudjiono(2009: 205), ranah afektif
berhubungan dengan perhatian, sikap, penghargaan, nilai-nilai, perasaan, dan
emosi. Sumiati (2007: 215) menjelaskan bahwa tingkatan afektif ada lima, dari
sederhana ke yang kompleks. Kelima tingkatan tersebut yaitu (1) kemauan
menerima, (2) kemauan menanggapi, (3) berkeyakinan, (4) penerapan karya, dan
(5) ketekunan dan ketelitian.
Kratwohl, Bloom dan Masia cit.Dimyati dan mudjiono(2009: 205)
mengemukakan taksonomi ranah afektif, yaitu: (1) menerima, merupakan tingkat
terendah tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap stimulasi secara pasif
yang meningkat secara lebih aktif, (2) merespon, merupakan kesempaan untuk
menanggapi stimulan dan merasa terikat serta secara aktif memperhatikan, (3)
menilai, merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan sehingga dengan
sengaja merespon lebih lanjut, (4) mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk
membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya,
dan (5) karakterisasi, merupakan kemampuan untuk mengkonseptualisasikan
masing-masing nilai pada waktu merespon dengan jalan mengidentifikasi
karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan.
51
Hasil belajar yang berikutnya adalah dalam ranah psikomotor.Menurut
Davies cit.Dimyati dan mudjiono(2009:207), ranah psikomotor berhubungan
dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan
koordinasi saraf dan koordinasi badan.Sejalan dengan pendapat tersebut, Sudjana
(1987: 54) menjelaskan bahwa hasil belajar dalam ranah psikomotor tampak
dalam bentuk keterampilan-keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak
individu.
Harrow cit.Dimyati dan mudjiono(2009:208) mengemukakan taksonomi
ranah psikomotor sekaligus menjelaskan bahwa penentuan kriteria untuk
mengukur keterampilan siswa harus dilakukan dalam jangka waktu 30 menit.
Taksonomi ranah psikomotor Harrow disusun secara hierarkis dalam lima
tingkatan, yaitu: (1) meniru, artinya siswa dapat meniru atau mengikuti suatu
perilaku yang dilihatnya, (2) manipulasi, artinya siswa dapat melakukan sesuatu
tanpa bantuan visual sebagaimana pada tingkat meniru, (3) ketetapan gerak,
artinya siswa diharapkan dapat melakukan sesuatu perilaku tanpa menggunakan
contoh visual ataupun petunjuk tertulis, (4) artikulasi, artinya siswa diharapkan
dapat menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan
kecepatan yang tepat, dan (5) naturalisasi, artinya siswa diharapkan melakukan
gerakan tertentu secara spontan atau otomatis.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian dapat dipaparkan
hasilnya sebagai berikut:
1.
Penelitian yang dilakukan oleh Reynato C. Arimbuyutan, Seoksoo Kim, Jaegu Song, and Wooyoung So (2007) dalam makalahnya yang berjudul A Study
on e-Learning for Philippines menunjukan bahwa e-learning menjadikan
sistem pendidikan menjadi lebih efektif.
2.
Penelitian yang dilakukan oleh Cheng-Chih Wu dan Hue-Ching Kao (2008)
menunjukkan bahwa guru puas dengan kegiatan penilaian sejawat dan
dirasakan video streaming sebagai fitur yang berguna. Videos streaming juga
memainkan peranan penting selamadialog guru berbasis web, tetapi tidak
52
begitu signifikan dalam hal bagaimana mereka mengomentari atau membalas
rekan-rekanya.
3.
Penilitan yang dilakukan jaka Permana yang berjudul “E-Learning: Alternatif
Proses Belajar Mengajar Mahasiswa Yang Efisien” menunjukkan e-learning
sebagai pembelajaran yang dilakukan melalui fasilitas elektronik dengan
website tertentu membuat pembelajar menjadi efisien karena bisa dilakukan
dimanapun dan kapanpun.
4.
Penilitan yang dilakukan Michaelangelo G. Dacanay yang berjudul “ELearning On Computer Programming 2 For Dmmmsu Institute Of Computer
Science” menunjukkan munculnya teknologi baru dan Internet telah
membuka berbagai peluang baru untuk meningkatkan pembelajaran. Integrasi
ICT dalam pendidikan dan pelatihan (e-learning) telah diakui sebagai alat
yang ampuh untuk meningkatkan pembelajaran ditingkat. Banyak sekolah,
Universitas dan perguruan tinggi pelatihan yang mengintegrasikan ICT,untuk
mengubah proses mereka.
5.
Penilitian yang dilakukan Deniss Yeung yang berjudul “E-Learning
Preferences Of International Students: The Shandong University Of
Technology Study (SDUT)” menjelaskan studi ini didorong oleh satu institusi
keputusan untuk membuat pengiriman yang fleksibel dan internasionalisasi
prioritas strategis. Melalui hubungan yang ada dengan lembaga pendidikan di
Cina, telah memungkinkan untuk mengukur siswa pengalaman pembelajaran
online, preferensi dan niat untuk belajar mode campuran program pengiriman
luar negeri. Namun, pada tinjauan singkat dari literatur, menjadi jelas bahwa
ada kelangkaan penelitian pada siswa asing belajar online preferensi. Peneliti
ditetapkan untuk memperbaiki ketidakseimbangan ini dan dari wawasan yang
didapat mengedepankan saran untuk memperkuat pengembangan online
program, Staf pelatihan dan IT investasi. Rekomendasi ini menyediakan
strategi praktis bagi institusi yang ingin menyediakan program-program yang
relevan untuk siswa internasional dan berkembang di pasar internasional.
6.
Penilitian yang dilakukan oleh Janis Judrups yang berjudul “Analysis of
Knowledge Management and E-Learning Integration Models” menjelaskan
53
pengembangan knowledge management (KM) dan e-learning (EL) secara
alami membawa kedua disiplin lebih dekat dan mendorong integrasi. Ada
beberapa model yang menawarkan kemungkinan cara integrasi tersebut.
Dengan tujuan untukmengembangkan solusi integrasi praktis berlaku untuk
organisasi tertentu, model integrasi yang ada dianalisis dalam makalah ini.
Kriteria utama untuk analisis adalah aplikasi integrasi model di perusahaan.
Model analisis menunjukkan beberapa teoritis pendekatan yang berbeda
untuk integrasi yang terikat untuk tujuan tertentu dankebutuhan organisasi.
Pendekatan yang lebih umum adalah untuk dasar integrasipada landasan
bersama, yang dikenalpasti sebagai pembelajaran.
7.
Penlitian yang dilakukan oleh Carolina Costa yang berjudul “The use of
Moodle e-learning pl atform: a study in a Portuguese University” menjelakan
bahwa sebuah studi yang dilakukan di Universitas Aveiro (UA),Portugal yang
menganalisis fungsi dan alat-alat Moodle platform dan digunakan oleh siswa.
Data yang dikumpulkan didasarkan pada analisis konten, satu bebas
terstruktur wawancara dengan tanggung jawab dari Moodle dari UA dan
kuesioner diterapkan 278 siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa Moodle
memiliki potensi besar, hal ini terutama digunakan sebagai sumber bahan.
Namun, siswa mengakui pentingnya penggunaan fungsi lain dari platform ini
untuk mempromosikan keberhasilan proses pembelajaran.
8.
Penelitian yang dilakukan Bens Pardamean yang berjudul “A Systematic
Approach
To
Improving
Schools”.menunjukan
E-Learning
bahwa
tingkat
Implementations
keterampilan
In
High
komputer
memangmemiliki korelasi langsung dengan para siswa prestasi akademik
tingkat. Database inilebih lanjut diurai berdasarkan faktor demografis,
mengakibatkan satu set rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas eLearning..
9.
Penelitian
yang
dilakukan
Prasart
Nuangchalerm
yang
berjudul
“Implementing E-Learning Designed Courses in General Education”
mengungkapkan bahwa kursus e-learning hendaknya tidak digunakan
sendirian, tapi itu harus dicampur antara muka dan e-learning solusi yang
54
sesuai. Setelah siswa telah belajar melalui e-learning,mereka mengungkapkan
kepuasan belajar pada tingkat tinggi dan perlu dilanjutkan kursus e-learning
kursus lain.
10. Penelitian yang dilakukan Joi L. Moore yang berjudul “e-Learning, online
learning, and distance learning environments: Are they the same?”
menunjukkan bahwa ada tidak konsisten penggunaan terminologi untuk
berbagai jenis pengiriman mode. Hasil mengungkapkan bahwa ada yang
berbeda antara harapan dan persepsi pembelajaran:Pembelajaran jarak jauh,
e-Learning, dan online-learning
11. Penelitian yang dilakukan Said Hadjerrouit yang berjudul “Developing WebBased Learning Resources in School Education: A User-Centered Approach”
menunjukkan bahwa Web-based learning resources (WBLRs) adalah alat
yang kuat berpotensi untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran di
sekolah. WBLRs dapat menyediakan guru dan pelajar dengan berbagai
pengalaman baru dan menarik yang tidak mungkin di kelas tradisional.
Tujuan karya ini adalah untuk mengusulkan pendekatan yang berpusat pada
pengguna untuk pengembangan WBLRs untuk menerjemahkan pedagogis ke
dalam perangkat lunak yang mendukung efektif pembelajaran. Artikel
jugamelaporkan pada penerapan pendekatan dalam pendidikan sekolah.
12. Penelitian yang dilakukan Dongsong Zhang yang berjudul “Instructional
video in e-learning: Assessing the impact ofinteractive video on learning
effectiveness” menunjukkan bahwa siswa dalam e-learning yang disediakan
interaktif video mencapai kinerja pembelajaran yang secara signifikan lebih
baik dan tingkat yang lebih tinggi kepuasan dibanding di pengaturan lainnya.
Namun,siswa
yang menggunakan
e-learning
yang disediakan tidak
menggunakan interaktif video kurang meningkatkan dengan baik. Temuan
menyarankan bahwa mungkin penting untuk mengintegrasikan video
instruksional interaktif ke dalam sistem e-learning.
13. Penelitian yang dilakukan Komang Agus Hartawan yang berjudul
“Pengembangan Portal E-Learning Berbasis Moodle Pada Mata Pelajaran
Fisika Kelas X di SMA Dwijendra Denpasar” menunjukkan bahwa (1)
55
sebuah media e-learning berbasis Moodle yang dikembangkan berdasarkan
desain yang dirancang, (2) hasil validitas produk menunjukkan media tidak
perlu direvisi, hal tersebut dilihat dari: menurut uji ahli isi mata pelajaran
menunjukkan kategori sangat baik (97,3%), menurut uji ahli desain
pembelajaran berada pada kategori sangat baik (90,7%), menurut uji ahli
media pembelajaran menunjukkan kategori sangat baik (91,6%), berdasarkan
uji coba perorangan menunjukkan kategori sangat baik (90%), berdasarkan
uji coba kelompok kecil berada pada kategori baik (89,4%), dan berdasarkan
uji coba lapangan menunjukkan kategori sangat baik (90,88%), dan (3) hasil
uji efektivitas produk terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah menggunakan Portal e-learning berbasis Moodle, skor rata-rata
pretest lebih kecil dari skor rata-rata posttest, yaitu 63,90 berbanding 92,39.
14. Penelitian yang dilakukan Asep Sufyan Tsauri yang berjudul “Pengembangan
Model Sistem Elearning Komunitas Dengan Pendekatan Personal Learning
Environments (PLEs) menunjukkan bahwa Perencanaan dan pengembangan
model untuk menghasilkan bentuk e-Learning model pendekatan PLEs
hipotesis. Tahap pelaksanaan dilakukan oleh pengujian model, responden
memberikan penilaian yang positif dengan tingkat kepuasan 21.44%.
15. Penelitian yang dilakukan oleh Alexander G. Shchitov yang berjudul
“Features of the Learning Modular System Moodle Use in Teaching the
Russian Language to Russian and Foreign Students at an Institution of
Higher Education” menunjukkan bahwa moodle memberikan alat yang
berguna untuk memastikan pelatihan profesional yang berkualitas untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat modern, dan dinilai sangat diperlukan
untuk mengembangkan kompetensi komunikatif dan sosial antara orang rusia
dan mahasiswa asing yang belajar di Tomsk Polytechnic University.
16. Penelitian yang dilakukan oleh Zyainuri yang berjudul “Penerapan ELearning Moodle Untuk Pembelajaran Siswa Yang Melaksanakan Prakerin”
menunjukkan bahwa (1) e-learning yang dikembangkan dengan LMS Moodle
melalui tiga tahapan, yaitu : perencanaan, desain, dan pengembangan. Elearning menyajikan materi standar kompetensi memperbaiki alat reproduksi
56
sinyal audio video CD untuk siswa kelas XI Teknik Elektronika yang sedang
melaksanakan Prakerin, (2) e-learning tersebut layak digunakan pada siswa
kelas XI Teknik Elektronika SMK N 5 Banjarmasin yang melaksanakan
Prakerin. Kelayakan e-learning berdasarkan ahli materi termasuk katogori
baik dengan skor rerata 3,98, berdasarkan ahli media termasuk katogori baik
dengan skor rerata 3,90 berdasarkan uji beta termasuk kategori sangat baik
dengan skor rerata 4,15, dan berdasarkan uji produk termasuk kategori baik
dengan skor rerata 3,90, (3) Penggunaan e-learning untuk siswa kelas XI
Teknik Elektronika SMK Negeri 5 Banjarmasin yang melaksanakan Prakerin
efektif meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini terbukti dengan
perbedaan skor peningkatan pretest ke posttest untuk kedua kelas tersebut
sebesar 13,24.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir penelitian dan pengembangan media pembelajaran
berbasis ICT dengan pendekatan scientific pada materi alat optik di SMA.
Dalam pembelajaran fisika sebagai sains.Hakikat sains yang dimaksud
meliputi produk, proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran fisika sebagai produk
merupakan produk pengetahuan dari suatu kejadian alam, kemudian fisika
sebagai proses yaitu fisika sebagai suatu ilmu hasil dari proses yang terjadi di
alam dan dalam mempelajarinya membutuhkan keterampilan proses sains
seperti mengamati, mengidentifikasi, menganalisis dan lain-lain. Sedangkan
fisika sebagai sikap, hakekat fisika sebagai produk dan hakekat fisika sebagai
proses di atas, tampak terlihat bahwa penyusunan pengetahuan fisika diawali
dengankegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan, pengukuran dan
penyelidikan atau percobaan, yang kesemuanya itu memerlukan proses
mental dan sikap yang berasal dan pemikiran, dari kegiatan-kegiatan kreatif
ini akanmenumbuhkan sikap ilmiah selama mempelajari fisika karena
berkaitan dengan karakter. Sikap ilmiah meliputi: jujur, tanggung jawab,
objektif, dan lain-lain. Pembelajaran fisika seharusnya dapat memberikan
pengalaman langsung pada siswa sehingga menambah kemampuan dalam
mengkonstruksi, memahami, dan menerapkan konsep yang telah dipelajari.
57
Dengan demikian, siswa akan terlatih menemukan sendiri berbagai konsep
yang telah dipelajari dan juga siswa terlatih menemukan sendiri berbagai
konsep secara holistik, bermakna, otentik serta aplikatif untuk kepentingan
pemecahan masalah.
Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa pembelajaran kurikulum
2013 menggunakan pola “pendekatan scientific”, yakni menggunakan pola
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyajikan. Di dalam
pembelajaran peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama di benaknya, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak sesuai.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan lembaga PISA (Programme for
International Study Assessment) kualitas pendidikan Indonesia menempati
posisi 64 dari 65 negara anggota PISA. Hasil ini merupakan hasil studi yang
dilakukan lembaga PISA yang digelar setiap tiga tahun sekali. Dengan kata
lain, kualitas pendidikan Indonesia tergolong kurang dibandingkan dengan
negara lain yang ada di seluruh dunia. Disamping itu belum terlihat adanya
integrasi ICT dengan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang pesat akhir-akhir ini,
menciptakan kultur baru bagi semua bidang di seluruh dunia, termasuk
pendidikan. Perkembangan TI seperti komputer dan internet dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran, yaitu sebagai media
pembelajaran. Media yang memanfaatkan teknologi komputer dan jaringan
internet dikenal sebagai media e-learning. Munir (2012: 170) mendefinisikan,
“E-learning adalah program aplikasi berbasis internet yang memuat semua
informasi tentang seputar pendidikan yang jelas, dinamis, dan akurat serta up
to date memberikan kemudahan bagi para pembelajar untuk melakukan
pembelajaran secara online”. E-learning merupakan pembelajaran secara
online yang memanfaatkan komputer dan internet.
“Istilah Moodle diambil dari singkatan Modular Object Oriented
Dynamic Learning Environment, yang berarti tempat belajar dinamis dengan
58
menggunakan model berorientasi objek” (Munir, 2008: 211). Moodle adalah
sebuah nama untuk program aplikasi yang dapat merubah sebuah media
pembelajaran ke dalam bentuk web. Moddle memungkinkan siswa untuk
masuk ke dalam
ruang kelas digital untuk mengakses materi-materi
pembelajaran secara online. Dengan menggunakan Moodle, guru dapat
membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain secara
online.
Moodle merupakan salah satu LMS open source yang dapat diperoleh
secara bebas melalui http://Moodle.org. “Moodle merupakan program open
source yang paling terkenal diantara program-program e-learning yang ada,
misalnya Atutor, eLeaPTM LEARNING MANAGEMENT SYSTEM LMS, dan
seterusnya. Aplikasi Moodle dikembangkan pertama kali oleh Martin
Dougiamas pada Agustus 2002 dengan Moodle versi 1.0.”(Amiroh, 2012: 1).
Media pembelajaran berbasis ICT dengan pendekatan scientific ini
dihadirkan sesuai dengan analisis kebutuhan siswa dan ditujukan sebagai
contoh bagi guru untuk mengembangan media yang dapat menginterasiskan
ICT dalam proses pembelajaran. Selanjutnya dapat dilihat kerangka berpikir
pada Gambar 2.2.
59
Referensi hasil
penelitian
Hakikat Fisika
Masalah
Pembelajaran
Evaluasi hasil
belajar aspek
kognitif dan
lembar observasi
motivasi belajar
siswa
Pendekatan Scientific
Pelaksanaan pembelajaran
dengan media pembelajaran
berbasis ICT dengan
pendekatan scientific di
MATIQ Isy Karima
Pendekatan
Scientific
Sebagai salah
satu sarana
pendekatan
pengembangan
kemampuan
berfikir siswa
Produk media pembelajaran berbasis ICT dengan pedekatan scientific
pada materi alat optik di SMA
Terjadi peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar siswa dengan
penggunaan media pembelajaran berbasis ICT dengan pendekatan
scientific pada materi alat optik di sma
Gambar 2.8. Kerangka Berfikir
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan
hipotesis penelitian berkaitan dengan pengembangan media pembelajaran dalam
bentuk website untuk mata pelajaran Fisika SMA kelas X pokok bahasan Alat
optik, sebagai berikut:
H01
Tidak terdapat perbedaan kemampuan kognitif antara kelas yang
diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT
dengan
pendekatan
scientific
dengan
kelas
yang
diajarkan
menggunakan cara konvensional.
H11
Terdapat perbedaan kemampuan kognitif antara kelas yang diajarkan
dengan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT dengan
60
pendekatan scientific dengan kelas yang diajarkan menggunakan cara
konvensional.
H02
Tidak terdapat perbedaan motivasi belajar antara kelas yang diajarkan
dengan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT dengan
pendekatan scientific dengan kelas yang diajarkan menggunakan cara
konvensional.
H12
Terdapat perbedaan motivasi belajar antara kelas yang diajarkan
dengan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT dengan
pendekatan scientific dengan kelas yang diajarkan menggunakan cara
konvensional.
Download