Uploaded by User105727

BAB I-III omfalokel

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan YME kepada
setiap pasangan. Setiap manusia/pasangan tentunya ingin mempunyai anak yang
sempurna baik secara fisik maupun psikis. Namun dalam kenyatanya masih
banyak kira jumpai bayi dilahirkan dengankeadaan cacat bawaan/kelainan
kongenital.
Kelainan kongenital yang cukup berat merupakan penyebab utama
kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya, dan merupakan cobaan
terberat bagi seorang ibu. Seorang ibu akan merasa merasa malu dengan keadaan
anaknya yang berbeda dengan anak lain, cenderung menutup diri karena
masyarakat sering menilai bahwa keadaan ini hal yang tabu sehingga dianggap
kutukan dan bisa menjadi pembawa sial. Perasaan-perasaan seperti ini akhirnya
akan membawa seorang ibu mengalamai masalah spiritual seperti menyalahkan
Tuhan karena anaknya lahir berbeda.
Sebagaimana seorang manusia pada hakikatnya membutuhkan keyakinan
untuk terus melanjutkan kehidupan. Apabila seseorang memiliki masalah
sehingga keyakinannya terganggu dan orang tersebut tidak dapat mengatasinya
hingga menimbulkan rasa kecemasan, ketakutan, dan putus asa maka seseorang
tersebut dapat dikatakan ia mengalami gangguan spiritual. Perawat sebagai tenaga
kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk
memberikan pelayanan
kesehatan khususnya
asuhan keperawatan
yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar sebagai
makhluk yang holistik yaitu bio-psiko-sosio-spiritual.
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak terlepas dari
aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan
klien, meskipun perawat tidak memiliki keyakinan yang sama dengan klien.
Sehingga, dalam makalah ini akan dibahas mengenai masalah spiritual dan
bagaimana peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah spiritual.
B. Tujuan
Untuk Mempelajari tentang Asuhan Keperawatan Spiritual pada ibu
dengan anak omphelokel
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Spiritualitas
1. Pengertian Spiritualitas
Murray & Zentner (1993 dalam Craven & Hirnle, 2007) mengatakan
bahwa spiritual adalah kualitas dari suatu proses menjadi lebih religius,
berusaha mendapatkan inspirasi, penghormatan, perasaan kagum, memberi
makna dan tujuan yang dilakukan oleh individu yang percaya maupun tidak
percaya kepada Tuhan. Proses ini didasarkan pada usaha untuk harmonisasi
atau penyelarasan dengan alam semesta, berusaha keras untuk menjawab
tentang kekuatan yang terbatas, menjadi lebih fokus ketika individu
menghadapi
stress
emosional,
sakit
fisik
atau
menghadapikematian.Karakteristik mayor dari spiritualitas menurut Craven
& Hirnle (2007) adalah perasaan yang menyeluruh dan harmonisasi dengan
diri sendiri, dengan orang lain dan dengan Tuhan yang lebih besar yang
dipengaruhi oleh status perkembangan, identitas yang kuat, danharapan.
Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh
seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi tuhan,
yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya tuhan,
dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Alimul,
2006).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritual
Menurut Craven & Hirnle, (2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan spiritualadalah:
a.
Kebudayaan, termasuk didalamnya adalah tingkah laku, kepercayaan
dan nilai-nilai yang bersumber dari latar belakang sosialbudaya.
b.
Jenis kelamin: Spiritual biasanya bergantung pada kelompok sosial dan
nilai- nilai agama dan transgender. Misalnya yang menjadi pemimpin
kelompok spiritual adalah laki-laki,dsb
c.
Pengalaman Sebelumnya. Pengalaman yang baik positif atau negatif
dapat
mempengaruhi
spiritualitas
dan
pada
akhirnya
akan
mempengaruhi makna dari nilai-nilai spiritual seseorang. Misalnya:
orang yang sangat menyayangi anaknya kemudian anaknya meninggal
karena kecelakaan pada akhirnya mungkin akan menolak eksisitensi
Tuhan dan mungkin akan berhenti untuk beribadah, demikian juga
misalnya seseorang yang sukses di pernikahan, karir, pendidikan
mungkin akan beranggapan bahwa dia tidak membutuhkan Tuhan
(Taylor, Lilis & Lemone,1997).
d.
Situasi krisis dan berubah, Situasi yang dihadapi berupa perubahan
karena proses kematian atau sakitnya orang yang dicintai dapat
menyebabkan perubahan atau distress status spiritual. Situasi krisis atau
perubahan yang terjadi dalam kehidupan dapat memberikan makna
meningkatnya
kepercayaan,
bahkan
dapat
juga
melemahkan
kepercayaannya. Intervensi utamanya adalah memperkuat hal yang
kurang dan memperkokoh hal-hal yang lebih kuat untuk menimbulkan
harapan yang baru (Kemp1999).
e.
Terpisah dari ikatan spiritual, Pengalaman selama dirawat di rumah
sakit atau menjalani perawatan di rumah akan menyebabkan seseorang
terisolasi, berada pada lingkungan yang baru dan asing mungkin akan
menyebabkan perasaan tidak nyaman, kehilangan support sistem dan
dayajuang.(Emblen & Halstead, 1993; Highfield & Cason, 1983;
O’Brien, 1999 dalam Wright, 2005).
3. Hubungan Spiritual, Sehat, dan Sakit
Agama merupakan petunjuk perilaku karena di dalam agama terdapa
ajaran baik dan larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan
kesehatan seseorang. Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang
mengalami kelemahan dalam keadaan sakit untuk membangkit semangat
untuk sehat, atau juga dapat mempertahankan kesehatan untuk mencapai
kesejahteraan. Sebagai contoh, orang sakit dapat memeperoleh kekuatan
dengan menyerahkan diri atau memohon pertolongan dari tuhannya.
4. Peran Agama terhadap Kondisi Pasien
a. Peran agama terhadap kondisi psikologi
Orang yang merasa dirinya dekat dengan Tuhan, diharapkan akan timbul
rasa tenang dan aman, yang merupakan salah satu ciri sehat mental
yaitu:Mengatur pola hidup individu dengan kebiasaan hidup sehat dan
Memperbaiki persepsi ke arah positif, Memiliki cara penyelesaian
masalah yang spesifik, Mengembangkan emosi positif dan Mendorong
kepada kondisi yang lebih sehat
b. Peran Agama Terhadap Kondisi Sosio
Umumnya para penganut agama akan melakukan kegiatan ibadah atau
kegiatan sosial lainnya secara bersama-sama, dan kegiatan bersama
seperti ini dilakukan secara berulang-ulang, sehingga dapat menimbulkan
rasakebersamaan dan meningkatkan solidaritas antar jamaah. Orang
dengan skor religiusitas tinggi, pada umumnya dapat membina
keharmonisan keluarga, dan pada umumnya dapat membina hubungan
yang baik di antara keluarga.
c. Peran Agama terhadap Kondisi Psikologik
Peran yang cukup mendasar tentang peran keagamaan terhadap
perubahan fisik–biologik, sebagaimana dituntut oleh para pakar yang
berorientasi fisikalistik yang mendapatkan bukti bahwa dengan perkataan
yang baik dan halus sebagaimana perkataan orang yang sedang berdoa
dapat mengubah partikel air menjadi kristal heksagonal yang indah, dan
selanjutnya bermanfaat dalam upaya kesehatan secara umum.
5. Manfaat bagi Rumah Sakit dari Kegiatan Bimbingan Spiritual
Tidak ada orang yang ingin menderita sakit dan semua orang yang
sakit pasti menginginkan kesembuhan. Salah satu cara meningkatkan
kesembuhan adalah dengan memberikan bimbingan rohani dan spiritual. Hal
ini sesuai dengan hasil pertemuan psikiater dan konselor sedunia di Wina
Austria, Juni 2003 tentang urgensi bimbingan spiritual sebagai sarana
peningkatan religiusitas pasien. Bimbingan spiritual ternyata berdampak
kepada peningkatan kesembuhan dan motivasi pasien. Dalam konteks ini,
bimbingan spiritual merupakan pelengkap pengobatan dan pelayanan medis
di rumah sakit.
6. Hubungan Keyakinan Dengan Pelayanan Kesehatan
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan
oleh setiap manusia. Apabila sesorang dalam keadaan sakit, maka hubungan
dengan tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi
sakit menjadi lemah dalam segala hal,
tidak ada yang mampu
membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali sang pencipta. Dalam
pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki
peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu
memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien kritis atau menjelang
ajal.
Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan
pelayanan kesehatan, dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan
melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek-biologis, tetapi juga
aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat
pasien dalam proses penyembuhan.
7. Masalah Kebutuhan Spiritual
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual
adalah distres spiritual, merupakan suatu keadaan ketika individu atau
kelompokmengalami beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau
system nilai yang memberikannya kekuatan, harapan, dan arti kehidupan,
yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan
adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebih
dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada
kematian dan sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual,
dan terdapat tanda-tanda seperti menangis, menarik diri, cemas, dan marah,
kemudian ditunjang dengan keadaan fisik seperti nafsu makan terganggu,
kesulitan tidur, dan tekanan darah meningkat.
Distres spiritual terdiri atas:
a. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang
dicintai atau dari penderitaan yang berat
b. Spiritual yang khawatir, yaitu terjadinya pertentangan kepercayaan dan
sistem nilai seperti adanya aborsi
c. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan
dalam kegiatan keagamaan
B. Konsep Omfalokel
1. Defenisi Omfalokel
Omfalokel adalah suatu cacat umbilicus, tempat usus besar dan organ
abdomen lain dapat menonjol keluar. Ia biasanya diserai dengan kelainan
kromosom, yang harus disingkirkan. Organ yang menonjol keluar ditutupi
oleh lapisan tipis peritoneum yang mudah terinfeksi (Pincus, dkk dalam
Istikhoma)
2. Insiden
Pada awal kehamilan perkembangan janin, usus berkembang di luar
abdomen. Pada umur 10 minggu kehidupan embrio, isi usus kembali ke
rongga abdomen. Jika tidak berhasil, isi usus halus tersebut menjadi defek
dinding anterior atau eksomfolos (1:500 kehamilan) karena hernia usus terjadi
di dalam umbilicus. Eksomfolos berada di sebuah kantong, dan membrane
dapat dilihat sebagai masa yang menemel pada dinding abdomen.Omfolekel
terjadi jika kedua lipatan ektomesoderm lateral gagal bertemu di garis tengah
abdomen antara minggu 3 sampai dengan ke 4. Akibatnya isi abdomen dan
peritoneum dan tali pusat berinsersi ke apeks jantung.
3. Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan omfalokel adalah :
a. Infeksi dan penyakit pada ibu
b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok
c. Kelainan genetic
d. Defisiensi asam folat
e. Hipoksia
f. Asupan gizi yang tak seimbang
g. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu
hamil.
4. Patofisiologis
Disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga
abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan
timbulnaya omfalokel atau omphalocel. Kelaianan ini dapat segera dilihat
yaitu berupa protrusi dari kantong yang berisi usus dan visera abdomen
melalui defek dinding abdomen pada umbilicus. Angka kematian tinggi
apabila omfalokel besar karena akantong pecah dan terjadi infeksi. (DR.
Iskandar Wahidiyat (FKUI), 1985).
Suatu portusi pada dinding abdomen sampai dasar tali pusat. Selama 6
– 10 minggu kehamilan. Protrusi tersebut tumbuh dan keluar dari dalam
abdomen, pada tali pusat karena abdomen berisi terlalu sedikit sekitar 10 – 11
minggu, normalnya usus akan berpindah kemabali ke dalam abdomen.
Ketidakmampuan usus untuk bermigrasi secara normal akan menyebabkan
Omphalocele. Omphalocele biasanya ditutupi oleh membrane yang dilindungi
oleh visera. Bayi dengan omphalocele mempunyai insiden yang tinggi
terhadap obnormalitas yang lain, seperti imperforasi, agenesis colon dan defek
diafragma atau jantung (Jackson, D.B.& Sounders, 1993).
5. Tanda dan Gejala
Beberapa tanda geljala, antara lain:
a. Gangguan pencernaan, karena polisitemia dan hiperinsulin
b. BBL > 2500 gr
c. Protrusi dari kantong yang berisi usus dan visera abdomen melalui defek
dinding abdomen pada umbilikus
6. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit ini adalah :
a. Infeksi usus
b. Kematian jaringan usus yang bisa berhubungan dengan kekeringan atau
trauma oleh karena usus yang tidak dilindungi.
c. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada
permukaan yang telanjang.
d. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi
yang adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral.
e. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator
yang lama
f. Nekrosis
g. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan
lain yang memperburuk prognosis.
7. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan Fisik
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di
garis tengah pada bayi yang baru lahir. Pada gastro schisis usus berada di
luar rongga perut tanpa adanya kantong.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis
prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan
MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang disertai
dengan peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.
c. Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan
memperlihatkan
marker
structural
dari
kelainan
kariotipik.
Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung.
Untuk
mendukung
diagnosis
kelainan
genetik
diperjelas
dengan
amniosentesis. Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan
atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi yang baru lahir.
8. Penatalaksanaan
a. Terapi :Pengobatan yang diberikan ialah local dapat diberikan saleb yang
mengandung neomisin dan basitroasin, selain itu dapat dipakai juga saleb
gentamisin. Bila terdapat granolosa kelainan ini dapat diberi orgentinitras
3%. Pencegahan dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang baik
sebelum dilakukan pembedahan.
b. Medis:Operasi, seyogyanya operasi dilakukan segera setelah lahir tetapi
mengingat bahwa memasukkan semua usus dan alat visera sekaligus ke
dalam rongga abdomen akan menimbulkan tekanan yang mendadak pada
paru hingga timbul ganggu pernafasn, maka operasi biasanya ditunda
beberapa bulan.
c. Keperawatan:Masalah perawatan yang dapat terjadi adanya resiko infeksi
sebelum dilakukan operasi bila kantong belum pecah, dioleskan
merkurokrom setiap hari untuk mencegah infeksi. Operasi ditunda
beberapa bulan menunggu terjadinya penebalan selaput yang menutupi
kantong tersebut setelah diolehsi merkurokrom, ditutup dengan kasa steril,
diatasnya ditutup lagi dengan kapas agak tebal baru dipasang gurita. Bila
bayi dipulangkan, pesankan kepada ibunya untuk mencegah infeksi dan
ajarkan cara merawatnya seperti yang dilakukan di RS serta kapan harus
datang konsultasi.
C. Landasan Teori Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Biasanya ditemukan keluhan cepat lelah, sering pusing, dan mata
berkunang-kunang
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu Pada pengkajian ini ditemukan riwayat
kehamilan yang berdekatan, dan riwayat penyakit-penyakit tertentu
seperti infeksi yang dapat memungkinkan terjadinya anemia
2) Riwayat kehamilan dan persalinan Biasanya ditemukan kehamilan pada
usia muda, dan kehamilan yang berdekatan
d. Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Pola makan Ditemukan ibu kurang mengkonsumsi makanan yang kaya
nutrisis seperti sayuran berdaun hijau, daging merah dan tidak
mengkonsumsi tablet Fe
2) Pola aktivitas/istirahat Biasanya pada ibu hamil yang menderita anemia
mudahkelelahan, keletihan, malaise, sehingga kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum Ibu hamil terlihat lemah, lesu, tekanan darah menurun,
nadi menurun, pernapasan lambat.
a) Kepala
(1) Rambut biasanya rontok dan terdapat bintik hitam diwajah,
(2) Mata. Biasanya konjuntiva anemis dan sclera tidak ikterik
(3) Mulut. Biasnya bibirnya pucat dan membrane mukosa kering
b) Abdomen.
(1) Inspeksi : pembesaran perut tidak sesuai dengan usia kehamilan
(2) Palpasi : tidak teraba jelas bagian janin
(3) Auskultasi : denyut jantung janin antara 120-130 x/menit
c) Ekstremitas
CRT > 2 detik, terdapat varises di kaki, tidak ada udema, dan akral
biasanya dingin
f. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan labor dasar
1) Hb : Biasanya Hb pada trimester pertama dab ke dtiga kurang dari 11
g/dl dan pada timester dua <10,5 g/dl
2) Hematokrit :<37% (normal 37-41%)
3) Eritrosit : <2.8 juta/mm3 (normal 4,2-5,4 juta/mm3)
4) Trombosit :<200.000 (normal 200.000 – 400.000/mel)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul :
a. Risiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kewaspadaan perdarahan
b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
d. Mual berhubungan dengan rasa makan/minum yang tidak enak
e. Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis (anemia dalam
kehamilan)
f. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin
g. Ansietas berhubungan dengan kirisi situasional
h. Resiko deficit spiritual
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL
PADA Ny.E DENGAN ANAK OMPHALOKEL
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian
: 25 September 2019
Diagnosa Medis
: Kemahilan dengan bayi mengalami omphalokel
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny.E
Umur
: 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Kawin
Pendidikan
: S1
Alamat
: Ambon
Pekerjaaan
: Swasta
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
a. Alasan Dirawat
Sejak dalam kandungan, hasil USG menunjukan bahwa janin memgalami
kelaianan kromosom, yakni omfaloke, sehingga sebelum lahir ibunya
sudah perlu dirawat jadi saat lahir si bayi dapat segera mendapat
penanganan yang tepat
b. Keluhan Utama
Bayi yang dikandung mengalami omphalokel
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sebelum Sakit ini :
Klien mengatakan saat mengandung kondisinya baik-baik saja, namun
menginjak usia kandungan 4 bulan saat diperiksa diketahui bahwa janin
yang dikandungnya mengalami salah satu penyakit akibat adanya kelainan
kromosom.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Klien mengatakan bahwa saat ini keadaannya baik-baik saja. Hanya kadang
mengluh pusing karena kurang tidur akibat banyak pikiran.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan bahwa sejauh ini dari pihak keluarga suami maupun
dirinya belum pernah ada yang mengalami penyakit ini.
4. Pengkajian Kasus Kelolaan
a. Aktivitas hidup sehari-hari
Aktivitas sehari-hari
A. Makan dan minum
1.
Nutrisi
B.Eliminasi
C. Istirahat dan tidur
D. Aktivitas
Pre-masuk rumah sakit
Di rumah sakit
Makan 3x1 dengan menu
lengkap : nasi, lauk dan
sayuran
Minum banyak sekitar
±2,5 L per hari
Baik tidak ada masalah
Makan 3x1 dengan menu lengkap :
nasi, lauk dan sayuran
Minum banyak sekitar ±2,5 L per
hari
Pola eliminasi baik, konsistensi
encer
BAK lancer
Klien mengalami tidur Klien mengalami tidur tidak puas
tidak puas diakibatkan diakibatkan banyak pikiran
banyak pikiran
Baik
Baik
b. Psikosial
1. Psikologis :
Klien tampak cemas dengan keadaan anaknya, ada rasa takut jika anaknya
tidak dapat bertahan, di tambah lagi beliau sendiri sebab suami dan
keluarga berada di Ambon karena pekerjaan. Klien datang ke Jakarta
karena di rujuk untuk melahirkan di sini agar segera setelah lahir anaknya
langsung mendapat penanganan yang tepat. Oleh sebabnya klien tampak
bingung dan sulit berkonsentrasi karena harus mengurus segala sesuatunya
sendiri, mengalami gangguan tidur dan itu tampak dari adanya lingkaran
mata di bagian bawah matanya dan wajahnya nampak tak bersemangat,
kadang mengeluh pusing.
2. Spiritual :
Klien mengatakan bahwa dirinya percaya bahwa dengan belas kasihan dari
Tuhan anaknya akan sembuh, namun tak urung perasaan takut, cemas dan
sedih itu seringkali muncul, di tambah lagi karena dia sendiri sebab semua
keluarga berada di Ambon.Dia mengatakan jarang melakukan shalat, saat
shalat pun di lakukan dengan begitu banyak beban pikiran yang
menghimpit. Namun demikian dia tetap menguatkan hatinya bahwa Allah
pasti akan menolong setiap orang yang meminta pengampunan dan
pertolongan kepada-Nya.
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: CM
N
: 100 x/ mnt
SB
: 36oC
R
: 22 x/ mnt
BB
: 88 kg
Pengkajian Head to toe :

Kepala:

Bentuk bulat dan ukuran
normal. Rambut bersih dan
Baik, tidak ada kelainan

Nampak sehat

Mata (penglihatan).
Hidung (penciuman).
Baik, tidak ada kelainan
Mulut dan gigi.
Baik, tidak ada kelainan

Baik, tidak ada kelainan

Telinga (pendengaran).
Leher.
Baik, tidak ada kelainan

Thoraks.
Baik tidak ada kelianan


Abdomen.
Baik, tidak ada kelainan

Baik, tidak ada kelianan

Repoduksi.
Kondisi genilat baik, tidak
ada kelianan
6. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :Tanggal 25-09-2019
•
Hb
: 8,7
•
Leukosit
: 8,8
•
Trombosit
: 208
•
PCV
: 0,25
Terapi :Tanggal 25-09-2019
•
Diet TKTP
•
RL 14 X/mnt
•
Cotimoxazol : 2 X II tab
•
Corosor
: 3 X 1 tab
•
Valium
: 3 X 1 tab
Ekstremitas
Integumen.
Baik, tidak ada kelainan
Analisa Data
No
1
Data Fokus
DS : Klien mengatakan :
- Merasa cemas dengan keadaan anaknya,
- Ada rasa takut jika anaknya tidak dapat bertahan,
- Bingung dan sulit berkonsentrasi karena harus
mengurus segala sesuatunya sendiri,
- Mengalami gangguan tidur
DO :
- Tampak cemas dan bingung
- Hanya ada dirinya sendiri sebab semua keluarga
berada di Ambon
- Adanya lingkaran mata di bagian bawah mata klien
dan wajahnya nampak tak bersemangat, serta kadang
mengeluh pusing
Problem
Ansietas
Etiologi
Krisis Situasional
2
FAKTOR RESIKO :
- Klien mengatakan bahwa dirinya percaya bahwa
dengan belas kasihan dari Tuhan anaknya akan
sembuh, namun tak urung perasaan takut, cemas dan
sedih itu seringkali muncul, di tambah lagi karena dia
sendiri N dia jarang melakukan shalat, saat shalat pun
di lakukan dengan begitu banyak beban pikiran yang
menghimpit.
Resiko Distress Spiritual
-
TTD
B. Diagnosa Keperawatan Spiritual
1. Ansietas
2. Resiko Distres Spiritual
C. Intervensi
No.
Diagnosa
1. Ansietas
2.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Setelah
dilakukan SIKI :Reduksi Ansietas
perawatan.....x24 jam klien
 Observasi
memilki koping yang baik
 Identifikasi tingkat ansietas
untuk mengatasi ansietasnya
 Terapeutik
SLKI
 Ciptakan suasana terapeutik
Dengan kriteria hasil :
untuk meningkatkan kepercayaan
- Ungkapan khawatir atau
 Pahami situasi yang membuat
cemas menurun
klien cemas
- Perilaku gelisah menurun
 Edukasi
- Perilaku
bingung
 Informasikan secara
factual
menurun
mengenai diagnosis, pengobatan
- Ungkapan rasa takut
dan prognosis
menurun
 Anjurkan keluarga untuk tetap
- Keluhan pusing menurun
bersama klien
Resiko Distres Setelah
dilakukan NIC : Dukungan Spiritual ( I. 09276
Spiritual
perawatan.....x24 jam klien  Identifikasi, perasaan khawatir,
memilki koping yang baik
kesepian dan ketidakberdayaan.
sehingga
tidak
terjadi  Sediakan privasi dan waktu
distress spiritual
tenang untuk aktvitas spiritual
NOC
 Atur kunjungan dengan rohanian
Dengan kriteria hasil :
(ustadz)
- Klien menerima status
kesehatan anaknya
NIC: Promosi Dukungan Spiritual
- Tidak lagi mengalami (I. 09306)
kecemasan
maupun  Anjurkan untuk berdoa
kekhawatiran
 Anjurkan penggunaan media
spiritual
D. Implementasi
No.
Tanggal
Diagnosa
1
26/09/2019
Jam
08.00-10.00
Implementasi
 Menidentifikasi tingkat ansietas klien
Hasil; sejauh ini tingkat ansietas klien masih sedang
 Menciptakan suasana terapeutik untuk meningkatkan kepercayaam klien
Hasil: mengajukan pertanyaan kepada klien dengan memberikan
perhatian penuh dan sentuhan yang tepat, agar klien nyaman dan percaya
untuk mengungkapkan perasaannya.
 Memberikan pertanyaan mengenai faktor penyebab kecemasan klien
Hasil: klien mengatakan cemas karena takut jika bayinya lahir dia akan
meninggal, di tambah lagi keberadaan klien di Jakarta ini jauh dari suami
dan keluarganya
 Memberikan infomasi kepada klien dengan benar
Hasil: menyampaikan kepada klien bahwa ketakutan klien tentang
kematian anaknya belum tentu terjadi, sebab ada kemungkinan anaknya
akan mampu bertahan hidup, namun memang dengan tetap melakukan
pemeriksaan secara rutin dan menggunakan alat-alat medis guna
menunjang kehidupannya.
 Menganjurakan keluarga, dengan menelpon suami klien agar kalau dapat
segera berangkat untuk menemani klien melahirkan, sebab klien sangat
membutuhkan dukungan dari orang terdekatnya
Hasil: suami klien mengatakan akan segera mengajukan cuti untuk segera
berangkat ke Jakarta menemani sang istri,
Paraf
Perawat
2
26/09/2019
08.00-10.00
 Mengidentikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidakberdayaan
Hasil: klien mengatakan merasa khawatir bahwa bayinya akan
meninggal, dan hal itulah yang menjadi masalah kecemasan, ketakutan
dan kesedihannya. Selain itu karena suami dan keluarga berada di Ambon
sehingga klien merasa sendirian dan bingung
 Menyediakan privasi bagi klien untuk ibadah
Hasil: klien dapat melakukan shalat dengan baik, walaupun harus di
temani karena kondisi klien yang agak kurang stabil
 Menyarankan kepada klien untuk mendapat kunjungan dari uztadz
Hasil: klien mengatajkan setuju saja dengan saran dari perawat
 Menganjurkan klien banyak doa dan rajin membaca Al-Quran
Hasil: klien mengatakan akan melakukan saran yang disampaikan oleh
perawat
No.
Tanggal
Diagnosa
1
27/09/2019
Jam
10.00-10.30
Implementasi
 Menidentifikasi tingkat ansietas klien
Hasil; sejauh ini tingkat ansietas
kecemasannya masih ada
Paraf
Perawat
klien
masih
sedang, sebab
 Memberikan pertanyaan mengenai faktor penyebab kecemasan klien
Hasil: klien mengatakan masih tetap merasa cemas, walau sudah berdoa
dan berikhtiar
2
27/09/2019
 Mengecek kembali kapan suami klien akan dating, untuk memberi
dukungan kepada istrinya
Hasil: suami klien mengatakan akan segera ke Jakarta dalam waktu dekat
 Menyediakan privasi bagi klien untuk ibadah
Hasil: klien dapat melakukan shalat dengan baik, walaupun harus di
temani karena kondisi klien yang agak kurang stabil
10.00-10.30
 Mengecek kambali bagaimana perasaan klien saat dikunjungi oleh uztadz
Hasil: klien mengatakan bahwa dia merasa agak sedikit tenang walaupun
kadang rasa khawatir dan takut itu tetap saja muncul
 Menaykan klien apakah hari ini sudahshalat dan membaca Al-Quran
Hasil: klien mengatakan belum melakukannya.
E. Evaluasi
No. Diagnosa
1.
Tanggal & Jam
26/09/2019
Pukul : 15.00
Evaluasi
S:
-
Ny.E mengatakan masih merasa cemas dan takut
Masih merasa sepi, karena dirinya sendiri di Jakarta
Tidur siangnya nyenyak
-
Klien tampak masih cemas, walupun tidak seperti awal dikaji
Kondisi klien masih nampak pucat, lesu, sedih dan tak
bersemangat
Mengeluh masih pusing
O:
-
ParafPerawat
A: Ansietas belum teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut:
- Ny.E masih merasa cemas dan takut
- Ny.E tampak pucat, sedih dan tak bersemangat
2
26/09/2019
Pukul :
15.00
P : Intervensi dipertahankan
S:
- Ny.E mengatakan masih merasa cemas dan takut
- Belum shalat karena masih sedikit pusing
O:
-
Klien tampak masih cemas, walupun tidak seperti awal dikaji
Kondisi klien masih nampak pucat, lesu, sedih dan tak
bersemangat
A: Resiko Distres Spiritual belum teratasi dengan kriteria hasil
sebagai berikut:
- Ny.E masih merasa cemas dan takut
- Ny.E tampak pucat, sedih dan tak bersemangat
1
27/09/2019
Pukul :
15.00
P : Intervensi dipertahankan
S:
- Ny.E mengatakan sudah cukup tenang setelah di kunjungi
uztadz dan shalat, namun tidak di pungkiri rasa cemas dan
takutnya masih ada
- Ny.E mengatakan senang karena suaminya akan segera tiba,
sehingga dia aka nada yang menemani
- Ny.E mengatakan masih sulit tidur malam, karena suasana RS
yang sepi
O:
-
Klien tampak lebih baik dan sedikit ceria
A: Ansietas belum teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut:
- Ny.E masih mengungkapkan merasa cemas dan takut
2
27/09/2019
Pukul :
15.00
P : Intervensi dipertahankan
S:
- Ny.E mengatakan sudah cukup tenang setelah di kunjungi
uztadz dan shalat, namun tidak di pungkiri rasa cemas dan
takutnya masih ada
- Ny.E mengatakan senang karena suaminya akan segera tiba,
sehingga dia aka nada yang menemani
- Ny.E mengatakan masih sulit tidur malam, karena suasana RS
yang sepi
O:
-
Klien tampak lebih baik dan sedikit ceria
A: Ansietas belum teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut:
- Ny.E masih mengungkapkan merasa cemas dan takut
P : Intervensi dipertahankan
DAFTAR PUSTAKA
Da’imatus S. 2018. Bab II Tinjauan 2.1 Kehamilan.
http://eprints.umpo.ac.id/4046/3/BAB%20II%20LTA.pdf. Diakses tanggal : 25
September 2019.
Istkhima H. 2018. Omfalokel.
https://d3bidanpoltekkessolo.files/2014/01/omfalokel_neonatus.pdf. Diakses tanggal :
25 September 2019.
Download