Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul PENGUJIAN PERTUMBUHAN ISOLAT BAKTERI ASAL FESES SAPI POTONG UNTUK REKAYASA PRODUKSI GAS METANA DENGAN MEDIA BATUBARA SUBBITUMINOUS BACTERIA ISOLATE GROWTH EXAMINATION FROM COW FECES FOR PRODUCTION ENGINEERING OF METHANE GAS WITH SUBBITUMINOUS COAL MEDIA Ai Samrotul Hasanah1), Benito A. Kurnani2), I Made Joni3) 1) Fresh graduated Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung 45363 2) Staf Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung 45363 3) Staf Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran, Bandung 45363 e-mail: [email protected] [email protected] ABSTRAK Pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas metana sangat bergantung pada berbagai faktor. Faktor yang sangat menetukan adalah ketersedian nutrisi dan lingkungan yang mendukung untuk bakteri anaerob memproduksi gas metana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bakteri dan produksi gas metana dengan media batubara subbituminous menggunakan isolatbakteri feses sapi potong segar. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental secara eksploratif dengan penjabaran secara deskriptif. Penelitian ini menggunakan 3 macam perlakuan (P2 = pengenceran isolat bakteri feses sapi potong 10 -2, P3 = pengenceran isolat bakteri feses sapi potong 10-3, dan P4 = pengenceran isolat bakteri feses sapi potong 10-4) dengan pengulangan 3 kali, sehingga diperoleh 9 unit sampel percobaan. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa pengenceran isolat bakteri anaerob 10-2, 10-3 dan 10-4 dengan media batubara subbituminous berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan total bakteri anaerob yang terdiri dari bakteri metanogen dan nonmetanogen dan produksi gas metana yang dihasilkan dari aktivitas bakteri metanogen. Kata Kunci : Isolat bakteri, produksi gas metana,pertumbuhan bakteri, subbituminous. ABSTRACT Total anaerob bacteria growth and methane gas production are depend on was factors. The most determining factors are the presence of nutrition and environment which support anaerob bacterial to produce methane gas. This research aimed to know bacteria growth and methane gas productionfrom subbituminous coal enriched with isolate bacteria fresh feces of cow. This research used experimental method by explorative using descriptive explanation. This research used 3 treatment (P2 = dilution of isolate bacteria feses of cow 10-2, P3 = dilution of isolate bacteria feces of cow10-3and P4 = dilution of isolate bacteria feces 10-4) with 3 times repetitions, thus gained 9 units of experimental samples. Statistics analysis result showed that the Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul dilution of anaerob isolate bacteria 10-2, 10-3and 10-4 subbituminous coal media are significant isthe influence total anareob bacteria growth either metanogen bacteria or nonmetanogen bacteria and methane gas production resulted from metanogen bacteria activity. Keywords: Isolat bakteri, produksi gas metana,pertumbuhan bakteri, subbituminous. Pendahuluan Feses sapi potong mengandung mikroorganisme yang berfungsi untuk mengubah senyawa kompleks menjadi sederhana. Mikroorganisme yang terdapat dalam feses sapi potong terdiri atas bakteri, fungi, dan protozoa. Perubahan senyawa kompleks menjadi sederhana oleh mikroorganisme tersebut memerlukan energi dan kondisi lingkungan yang mendukung. Pembuatan biogas merupakan solusi penanggulangan pencemaran feses sapi potong dengan memanfaatan aktivitas mikroorganisme dalam feses. Mikroorganisme tersebut mengubah senyawa kompleks menjadi gas metana yang dimanfaatkan untuk menggantikan peran gas LPG dan pembangkit listrik. Biogas ini menjadi salah satu sumber energi terbarukan untuk mengatasi permasalahan energi. Produksi gas metana dalam pembuatan biogas dipengaruhi oleh air, suhu, derajat keasaman (pH), nisbah C/N, dan bahan pencampur. Air diperlukan untuk bahan pelarut senyawa organik dalam proses pembuatan biogas.Suhu merupakan faktor penting yang dapat mengaktifkan bakteri penghasil biogas. Derajat keasaman mempengaruhi kehidupan mikroorganisme dalam memproduksi gas.Nisbah C/N dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk melangsungkan aktivitasnya. Nisbah C/N yang optimum akan menghasilkan jumlah mikroorganisme yang tinggi. Feses sapi potong memiliki nisbah C/N 20 lebih rendah dari yang disyaratkan dalam pembuatan biogas, oleh karena itu perlu dilakukan penambahan bahan lain yang mengandung nisbah C/N tinggi, salah satunya adalah batubara. Batubara subbituminous mengandung karbon 69-70%, air 14-16%, dan kalor 54005600kal/gram (Pusat Sumber Daya Geologi, 2015). Pencampuran antara feses sapi potong dan batubara subbituminous dengan nisbah C/N campuran 30 akan menghasilkan gas metana. Pemanfaatan feses sapi potong dan batubara subbituminous dalam produksi gas metana dengan menggunakan isolat bakteri. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai pemanfaatan limbah ternak dan batubara ataupun batuan sedimen, yaitu penelitian mengenai pemanfaatan bakteri rumen dengan TDE (tide-dominated estuaries) menggunakan air formasi (Bagus dkk., 2015). Batubara lignit dan Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul subbituminous memiliki kemampuan untuk memproduksi gas metana dengan menggunakan inkubasi bakteri metanogen (Haris dkk., 2008). Penelitian lain mengenai pemanfaatan bakteri metanaogen dari isi rumen dengan batubara rendah menghasilkan BEGMB (Biologically Enhanced Coal Bed Methane) dengan perlakuan kadar air payau dapat memproduksi gas metana (Amin dkk., 2013). Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam peneltian ini menyatakan bahwa pengenceran isolat bakteri asal feses sapi potong dengan media batubara subbituminous mempengaruhi pertumbuhan total bateri dan produksi gas metana utnuk rekayasa GMB. Penelitian rekayasa produksi gas metana dengan menggunakan isolat bakteri asal feses sapi potong bertujuan untuk mengetahuipengaruhpengenceran isolat bakteri feses sapi potong dengan media batubara subbituminousterhadap pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas metana dalam rekayasa produksi GMB. Bahan dan Metode 1. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016 di Pusat Riset Institusi Nanoteknologi dan Graphene Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Padjadjaran dan Laboratorium Balai Penelitian Lingkungan Pertanian di Pati, Kota Semarang. 2. Bahan Bahan penelitian yang digunakan adalah feses segar sapi potong yang diperoleh dari peternakan rakyat daerah Jatinangor, batubara jenis subbituminous diambil dari desa Libur Dinding, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Contoh batubara diambil dari Formasi Pamaluan, cairan isi rumen yang di peroleh dari RPH Tanjungsari. Feses sapi potong yang digunakan sebanyak 5 gram diencerkan dengan NaCl fisiologis 45 ml. Pengenceran sampel feses disimpan selama 5 menit. Sampel kemudian diencerkan pada10-1, 10-2, 10-3 dan 10-4 larutan pengencer. Batubara subbituminousyang dengan ukuran 1 x 1 x 1 cm sebanyak 2 buah dalam satu tabung hungate. Larutan mineral I dan II, larutan pengencer, media untuk bakteri metanogen, gas CO 2, dan mix gas yang terdiri dari H2 20% dan CO2 80%. Alat yang digunkan dalam penelitian ini adalah 18 unit tabung Hungate, tabung pengecer, erlenmeyer, tabung scott 250 dan 500 ml, syringe, kain kasa, parafilm, venoject, kuvet. Pengujian pertumbuhan total bakteri anaerob menggunakan spektrofotometer dengn OD 600 nm dan produksi gas menggunakan GC-14. Sampel yang diuji adalah 2 ml untuk pertumbuhan total bakteri dan 2 sampai 15 ml untuk pengujian produksi gas. Pengamatan dalam penelitian ini Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul menggunakan waktu inkubasi bakteri berdasarkan Ogimoto dan Imai (1981) selama 14 hari dengan waktu hari ke – 2, 5, 10, dan 14. 3. Metode Penelitian berlangsung 3 tahap, yaitu tahap pertama pengenceran sampel isolat bakteri feses sapi potong, tahap kedua pembuatan media untuk bakteri metanogen dan penanaman bakteri anaerob, tahap ketiga analisis sampel untuk pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas metana. 4. Analisis data Pengolahan data penelitian menggunakan perhitungan analisis statistik berdasarkan yang dikemukakan Sudjana (1996), yaitu rata – rata, varian, simpangan baku, koefisien varian, dan taksiran rata – rata. Hasil analisis di deskripsikan secara eksploratif. Hasil dan Pembahasan Pertumbuhan Total Bakkteri Anaerob dan Produksi Gas Metana dalam Rekayasa GMB Pengujian isolat bakteri asal feses sapi potong dengan media batubara subbituminous terhadap pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas metana dapat dilihat secara lengkap pada Ilustrasi 1, 2 dan 3. Pengenceran Isolat Bakteri 10-2 Produksi Gas & Pertumbuhan Bakteri (%) 120 100 96.76 81.84 80 92.82 89.67 92.19 77.4 68.81 60 40 40.21 29.99 20 3.23 0.01 0 2 Hari ke- Gas CH4 Gas CO2 7.64 0.17 7.15 0.03 0.01 5 Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob 10 Gas N2O 14 Berdasarkan data di atas, produksi gas metana meningkat hari ke – 2 hingga hari ke – 5 yaitu 3,23% sampai 40,21% yang diikuti dengan penurunan pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas karbon dioksida yaitu 81,84% - 29,99% dan 96,76% - 89,67%. Peningkatan produksi gas metana dihasilkan dari reduksi karbon dioksida oleh hidrogen. Pada hari ke – 5 hingga hari ke – 10 produksi gas metana menurun mencapai 7,15% yang diikuti dengan peningkatan pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas karbon dioksida, yaitu mencapai 68,81% dan 92,82%. Peningkatan pertumbuhan total bakteri anaerob yang terjadi Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul adalah bakteri nonmetanogenik sehingga produksi gas metana menurun dan peningkatan produksi gas karbon dioksida terjadi karena degradasi asam asetat dari tahap pengasaman langsung diubah menjadi karbon dioksida tanpa adanya bantuan bakteri metanogen untuk memproduksi gas metana. Penurunan gas metana diikuti dengan peningkatan gas nitrogen oksida yaitu dari 0,01% hingga 0,03%, peningkatan pertumbuhan total bakteri anaerob yang terjadi adalah bakteri Bacillus denitrificans, Micrococus denitrificans, Pseudomonas stutzeni, dan Achromobacter. Pada hari ke – 10 hingga hari ke – 14 produksi gas metana meningkat, yaitu 7,15% hingga 7,64%, peningkatan tersebut diikuti dengan peningkatan pertumbuhan total bakteri anaerob 68,81% hingga 77,4% dan penurunan produksi gas karbon dioksida serta gas nitrogen oksida, yaitu 92,82% hingga 92,19% serta 0,03% hingga 0,17%. Peningkatan produksi gas metana terjadi karena dekarboksilasi asetat dan reduksi gas karbon dioksida oleh hidrogen. Pengenceran Isolat Bakteri 10-3 Produksi Gas & Pertumbuhan Bakteri (%) 120 100 99.66 92.96 97.76 97.64 95.93 80 74.61 61.59 60 40 Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob Gas CH4 Gas CO2 20 7.89 2.23 0.01 2.35 0.01 0 2 5 Hari ke- 7.01 0.03 10 4.05 0.02 Gas N2O 14 Berdasarkan data di atas, produksi gas metana berbanding lurus dengan pertumbuhan total bakteri anaerob. Pada hari ke – 2 sampai hari ke – 5 produksi gas metana menurun dari 2,35% sampai 2,23%, penurunan terjadi bersamaan dengan penurunan pertumbuhan total bakteri anaerob dan peningkatan produksi gas karbon dioksida. Penurunan tersebut terjadi karena bakteri metanogen masih dalam fase adaptasi terhadap lingkungan atau media baru. Kemudian hari ke – 5 sampai hari ke – 10 produksi gas metana meningkat hingga mencapai 7,01%, produksi gas metana tersebut diikuti dengan meningkat pula pertumbuhan total bakteri anaerob metanogenik dan nonmetanogenik yang mencapai 99,66% dan penurunan produksi gas karbon dioksida, yaitu 97,76% sampai 92,96%. Peningkatan produksi gas metana ini terjadi karena dekarboksilasi asetat dan reduksi karbon dioksida oleh hidrogen Kemudian fase penurunan pertumbuhan total bakteri anaerob terjadi pada hari ke -10 menuju hari ke -14 dengan produksi gas metana 4,05%. Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul Penurunan gas metana ini diikuti dengan penurunan pertumbuhan total bakteri anaerob dan peningkatan produksi gas karbon dioksida. Pengenceran Isolat Bakteri 10-4 120 100 98.83 94.28 Produksi Gas & Pertumbuhan Bakteri (%) 94.24 93.08 83.97 80 60 40 95.97 Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob 65.64 Gas CH4 36.03 Gas CO2 20 5.74 0.02 0 2 6.88 0.04 5.71 0.02 5 Hari ke- 10 4.01 0.02 Gas N2O 14 Berdasarkan data di atas, produksi gas metana menurun hari ke – 2 hingga hari ke – 5 yaitu 5,74% sampai 5,71% yang diikuti dengan peningkatan pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas karbon dioksida yaitu 36,03% - 98,83% dan 94,24% - 94,28%. Penurunan produksi gas metana terjadi karena penurunana pertumbuhan total bakteri metanogenik sehingga produksi gas metana menurun sedangkan pertumbuhan total bakteri anaerob yang terjadi adalah bakteri nonmetanogenik. Hari ke – 5 hingga hari ke – 10 produksi gas metana meningkat dari 5,71% hingga 6,88% yang diikuti dengan penurunan pertumbuhan total bakteri dan penurunan produksi gas karbon dioksida sehingga produksi gas metana ini dari hasil reduksi karbon dioksida oleh hidrogen. Penurunan gas metana hari ke – 10 sampai ke – 14, yaitu 6,88% sampai 4,01% terjadi karena pertumbuhan total bakteri anaerob menurun dan produksi gas karbon dioksida meningkat. Produksi gas nitrogen oksida cenderung stabil di 0,02% tetapi pada hari ke – 10 mencapai 0,04% dan turun kembali ke 0,02%. Gas metana terbentuk dari hasil fermentasi secara anaerob, yaitu melalui proses perombakan polimer organik menjadi monomernya dengan bantuan mikroorganisme dalam kondisi anaerob. Tahapan pembentukan biogas dari fermentasi anaerob terjadi dalam empat tahapan, yaitu hidrolisis, pengasaman, asetogenensis dan metanogenesis (Firdaus, 2007). Proses hidrolisis terjadi pada hari ke -2 sampai hari ke – 5 dimana proses penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana pada bahan biomassa. Kandungan biomassa yang terdiri dari karbohidrat, protein, dan lipid dipecah oleh mikroorganisme yang mengandung enzim amilase, protease, dan lipase (Ismawati, 2006). Proses pengasaman terjadi dengan adanya bakteri asetogenik (bakteri pembentk asam) dimana pada proses ini bakteri akan memecah struktur Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul organik kompleks menjadi asam – asam lemak volatil (Volatile Fatty Acid) atau VFA (Firdaus, 2007). Fermentasi karbohidrat menghasilkan VFA sebagai produk utama untuk sumber energi sedangkan karbon untuk pertumbuhan dan mempertahankan kehidupan bakteri anaerob (Fujiati, 2008). Proses metanogenesis memanfaatkan peran bakteri metanogen untuk memproduksi gas metana dengan menggunakan asam yang terbentuk dari tahap pengasaman. Bakteri ini akan membentuk gas metana dan karbon dioksida dari gas hidrogen (Nijaguna, 2002). Pada tahap metanogenesis substrat berupa asam organik yang didekomposisi oleh bakteri metanogenik dan menghasilkan gas metana melalui dua jalan, yaitu jalan fermentasi asam asetat menjadi metana dan karbon dioksida serta jalan kedua reduksi karbon dioksida menjadi gas metana dengan menggunakan gas hidrogen atau asam format yang diproduksi oleh bakteri lain. (Campbell, 1983). Pengaruh Isolat Bakteri Feses Sapi Potong dalam Rekayasa Produksi GMB dengan Media Batubara Subbituminous Gas metana merupakan gas yang diharapkan dari proses rekayasa GMB dengan memanfaatkan bakteri anaerob sebagai katalisator dalam mekanisme pembentukan gas metana batubara subbituminous. Berdasarkan analisis data, produksi gas metana dengan media batubara subbituminous untuk rekayasa produksi GMB dipengaruhi oleh waktu inkubasi bakteri anaerob. Waktu inkubasi bakteri yang digunakan berdasarkan Ogimoto dan Imai (1981) selama 14 hari dengan waktu hari ke – 2, 5, 10, dan 14. Pengenceran 10-2, 10-3, dan 10-4 isolat bakteri feses sapi potong dalam rekayasa produksi GMB dengan media batubara subbituminous memproduksi gas metana dari hasil dekarboksilasi asetat dan reduksi karbon dioksida oleh hidrogen, di mana pertumbuhan total bakteri anaerob mulai menurun tetapi produksi karbon dioksida masih tinggi. Peningkatan produksi gas karbon dioksida masih dapat menghasilkan gas metana dengan cara reduksi gas karbn dioksida. Penambahan isolat bakteri ini bertujuan untuk menstimulasi populasi mikroorganisme indigenus batubara subbituminous dengan menambah nutrient dari media yang telah dibuat pada komposisi tertentu, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Beckmann dkk., (2011) bahwa bakteri metanogenik dapat diperkaya dengan penambahan nutrisi. Hal ini dapat digunakan untuk mengaktifkan kembali reservoir GMB yang mengalami penurunan produksi atau sudah tidak memproduksi. Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul Pada pengenceran 10-2, 10-3 dan 10-4 menghasilkan produksi gas nitrogen oksida. Proses pembentukan gas metana oleh bakteri metanogen sangat dipengaruhi oleh sensitifitas lingkungan. Sifat bakteri metanogen adalah anaerob obligat yang pertumbuhannya akan terhambat oleh kandungan oksigen dan materi pereduksi seperti nitrit atau nitrat dapat menghambat bakteri metanogen (Campbell, 1983). Oleh karena itu, tiga pengenceran yang digunakan menghaslkan gas nitrogen oksida yang dapat menghambat produksi gas metana. Isolat bakteri hasil pengenceran dapat tumbuh dalam batubara subbituminous dengan menggunakan komponen organik batubara sebagai substrat. Bakteri mendegradasi senyawa kompleks, senyawa hidrokarbon, dan campuran organik padat yang terkandung dalam batubara, sampai bakteri ini mampu memproduksi biogas (Strapoc dkk., 2008). Gas pada batubara terdiri dari campuran karbon monoksida, hidrogen, sedikit metana, karbon dioksida, dan sulfur. Mikroorganisme pada batubara subbituminous mampu mereaksikan gas karbon monoksida yang dikonversi menjadi asetat. Bakteri homoasetogenik dalam sumber batubara juga menggunakan hidrogen dan karbon dioksida yang dikonversi menjadi asetat. Asetat dari hasil fermentasi dan reaksi penggunaan konversi gas dapat diubah menjadi metana oleh bakteri metanogenik asetoklastik (Yanni 2015). Simpulan Pengenceran 10-2, 10-3 dan 10-4 isolat bakteri feses sapi potong segar dengan media batubara subbituminous dalam rekayasa produksi GMB mempengaruhi pertumbuhan total bakteri anaerob, dimana bakteri yang tumbuh adalah bakteri metanogen dan nonmetanogen dan produksi gas metana yang diikuti dengan pertumbuhan total bakteri anaerob metanogen dan reduksi gas karbon diokasida oleh hidrogen. Ucapan Terimakasih Ucapan terima kasih kepada pembimbing utama Dr. Ir. Tb. Benito A. Kurnani , Dip. Est. dan pembimbing anggota Dr. Eng. I Made Joni, M.Sc., Hilda Amalia selaku laboran dan Titi Sopiawati, SP. pembimbing di LABTAN dan Prof. Dr. Ir. Ellin Harlia, M.S. selaku ketua tim Academic Leaderships Grant (ALG). Daftar Pustaka Amin. A.N.,Jasmin J., A. Zakariya A.A., Sarah S., dan G. Faisal I. 2013. Accelerating Methane Production in The Reaction Between Methanogen Bacterian and Coal: A Pilot Project for Optimizing Biologically Enhanced Coal Bed Methane. Proceedings, Indonesia Petroleum Association. IPA13-SE-126. Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul Analisis Pusat Sumber Daya Geologi. 2015. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Badan Geologi. Bandung. Bagus R. I., Bayan N., Dewi M., Tommy S., Widiastuti N. F., Yan Bachtiar M., dan Fahrudin. 2015. Methane Gas Potential of Biogenic Origin From BodriDelta: A PromisingNew Unconventional Resource In Central Java. Proceedings, Indonesia Petroleum Association. IPA15-SG-084. Beckmann, S, Luders T, Kruger M, von Netzer F, Engelen B, Cypionka H. 2011. Acetogens and Acetoclastic Methanosarcinales Govem Methane Formation in Abandones Coal mines. Appl. Environ. Microbial. 77:3749-3756. Campbell, J. 1983. Biomass Catalysts and Liquid Fuals. Holt Rainheart and Winston ltd. Pensylvania. Firdaus, I.U. 2007. Keuntungan biogas. http//Biogen.litbang.deptan.go.id/terbitan/prosiding200384-96susi.pdf. 02-06-2016. Pukul 01.45 WIB Fujiati, A. K. 2008. Analisis Kandungan Volatile Fatty Acids (VFA) Kultur Probiotik Isolat Khamir R1 dan R2 dalam Fermentor Air-Lift Skala 18 liter. Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Syarif Hidayatullah; Jakarta. Haris, Steve H., Richard L.Smith., Charles E. Barker. 2008. Microbial and Chemical Factors Influencing Methane Production in Laboratory Incubations of Low-Rank Subsurface Coals, U.S.A. Journal of Unconventional Coal Geology. Journal of Elsevier, 76(2008) 46-51. Ismawati, I. A. 2006. Karakteristik Kimia Kotoran Sapi sebagai Bahan Baku Biogas dan Cairan Hasil Buangannya (Effluent). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor; Bogor. Nijaguna, B. 2002. Biogas Technology; New Age International (P) Ltd; New Delhi. India. Ogimoto K dan Imai S. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Japan Scientific Societies Press. Tokyo. Strapoc, D, Flynn. P, Courtney. T, Irene. S, Jennifer. M, Junius S.L, Yu-Shih. L, Tobias F.E, Florence. S, Kai-Uwe. H, Maria. M dan Arndt. S., 2008. Methanogenic Microbial Degradation of Organic Matter in Indiana Coal Beds, Methane-producing Microbial Community in a Coal Bed of The Illinois Basin; Journal of Applied and Environmental Microbiology, v. 74, p. 2424-2432. Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung; Tarsito. Yanni, K dan Kosasih. 2015. Media Rumen untuk Meningkatkan Produksi Gas Metana Batubara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, LEMIGAS. M&E, Vol. 13, No. 1, Maret 2015.