pengujian pertumbuhan isolat bakteri asal feses sapi potong untuk

advertisement
Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul
PENGUJIAN PERTUMBUHAN ISOLAT BAKTERI ASAL FESES SAPI
POTONG UNTUK REKAYASA PRODUKSI GAS METANA DENGAN
MEDIA BATUBARA SUBBITUMINOUS
BACTERIA ISOLATE GROWTH EXAMINATION FROM COW FECES
FOR PRODUCTION ENGINEERING OF METHANE GAS WITH
SUBBITUMINOUS COAL MEDIA
Ai Samrotul Hasanah1), Benito A. Kurnani2), I Made Joni3)
1)
Fresh graduated Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung 45363
2)
Staf Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung 45363
3)
Staf Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran, Bandung 45363
e-mail: [email protected]
[email protected]
ABSTRAK
Pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas metana sangat bergantung pada
berbagai faktor. Faktor yang sangat menetukan adalah ketersedian nutrisi dan lingkungan yang
mendukung untuk bakteri anaerob memproduksi gas metana. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pertumbuhan bakteri dan produksi gas metana dengan media batubara subbituminous
menggunakan isolatbakteri feses sapi potong segar. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimental secara eksploratif dengan penjabaran secara deskriptif. Penelitian ini
menggunakan 3 macam perlakuan (P2 = pengenceran isolat bakteri feses sapi potong 10 -2, P3 =
pengenceran isolat bakteri feses sapi potong 10-3, dan P4 = pengenceran isolat bakteri feses sapi
potong 10-4) dengan pengulangan 3 kali, sehingga diperoleh 9 unit sampel percobaan. Hasil
analisis statistik menunjukan bahwa pengenceran isolat bakteri anaerob 10-2, 10-3 dan 10-4 dengan
media batubara subbituminous berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan total bakteri anaerob
yang terdiri dari bakteri metanogen dan nonmetanogen dan produksi gas metana yang dihasilkan
dari aktivitas bakteri metanogen.
Kata Kunci : Isolat bakteri, produksi gas metana,pertumbuhan bakteri, subbituminous.
ABSTRACT
Total anaerob bacteria growth and methane gas production are depend on was factors.
The most determining factors are the presence of nutrition and environment which support
anaerob bacterial to produce methane gas. This research aimed to know bacteria growth and
methane gas productionfrom subbituminous coal enriched with isolate bacteria fresh feces of
cow. This research used experimental method by explorative using descriptive explanation. This
research used 3 treatment (P2 = dilution of isolate bacteria feses of cow 10-2, P3 = dilution of
isolate bacteria feces of cow10-3and P4 = dilution of isolate bacteria feces 10-4) with 3 times
repetitions, thus gained 9 units of experimental samples. Statistics analysis result showed that the
Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul
dilution of anaerob isolate bacteria 10-2, 10-3and 10-4 subbituminous coal media are significant
isthe influence total anareob bacteria growth either metanogen bacteria or nonmetanogen
bacteria and methane gas production resulted from metanogen bacteria activity.
Keywords: Isolat bakteri, produksi gas metana,pertumbuhan bakteri, subbituminous.
Pendahuluan
Feses sapi potong mengandung mikroorganisme yang berfungsi untuk mengubah senyawa
kompleks menjadi sederhana. Mikroorganisme yang terdapat dalam feses sapi potong terdiri atas
bakteri, fungi, dan protozoa. Perubahan senyawa kompleks menjadi sederhana oleh
mikroorganisme tersebut memerlukan energi dan kondisi lingkungan yang mendukung.
Pembuatan biogas merupakan solusi penanggulangan pencemaran feses sapi potong dengan
memanfaatan aktivitas mikroorganisme dalam feses.
Mikroorganisme tersebut mengubah
senyawa kompleks menjadi gas metana yang dimanfaatkan untuk menggantikan peran gas LPG
dan pembangkit listrik. Biogas ini menjadi salah satu sumber energi terbarukan untuk mengatasi
permasalahan energi.
Produksi gas metana dalam pembuatan biogas dipengaruhi oleh air, suhu, derajat keasaman
(pH), nisbah C/N, dan bahan pencampur. Air diperlukan untuk bahan pelarut senyawa organik
dalam proses pembuatan biogas.Suhu merupakan faktor penting yang dapat mengaktifkan bakteri
penghasil biogas. Derajat keasaman mempengaruhi kehidupan mikroorganisme dalam
memproduksi gas.Nisbah C/N dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk melangsungkan
aktivitasnya. Nisbah C/N yang optimum akan menghasilkan jumlah mikroorganisme yang tinggi.
Feses sapi potong memiliki nisbah C/N 20 lebih rendah dari yang disyaratkan dalam pembuatan
biogas, oleh karena itu perlu dilakukan penambahan bahan lain yang mengandung nisbah C/N
tinggi, salah satunya adalah batubara.
Batubara subbituminous mengandung karbon 69-70%, air 14-16%, dan kalor 54005600kal/gram (Pusat Sumber Daya Geologi, 2015). Pencampuran antara feses sapi potong dan
batubara subbituminous dengan nisbah C/N campuran 30 akan menghasilkan gas metana.
Pemanfaatan feses sapi potong dan batubara subbituminous dalam produksi gas metana dengan
menggunakan isolat bakteri.
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai pemanfaatan limbah ternak dan batubara
ataupun batuan sedimen, yaitu penelitian mengenai pemanfaatan bakteri rumen dengan TDE
(tide-dominated estuaries) menggunakan air formasi (Bagus dkk., 2015). Batubara lignit dan
Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul
subbituminous memiliki kemampuan untuk memproduksi gas metana dengan menggunakan
inkubasi bakteri metanogen (Haris dkk., 2008). Penelitian lain mengenai pemanfaatan bakteri
metanaogen dari isi rumen dengan batubara rendah menghasilkan BEGMB (Biologically
Enhanced Coal Bed Methane) dengan perlakuan kadar air payau dapat memproduksi gas metana
(Amin dkk., 2013). Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam peneltian ini menyatakan bahwa
pengenceran isolat bakteri asal feses sapi potong dengan media batubara subbituminous
mempengaruhi pertumbuhan total bateri dan produksi gas metana utnuk rekayasa GMB.
Penelitian rekayasa produksi gas metana dengan menggunakan isolat bakteri asal feses sapi
potong bertujuan untuk mengetahuipengaruhpengenceran isolat bakteri feses sapi potong dengan
media batubara subbituminousterhadap pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas
metana dalam rekayasa produksi GMB.
Bahan dan Metode
1. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016 di Pusat Riset Institusi Nanoteknologi dan
Graphene Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Padjadjaran dan
Laboratorium Balai Penelitian Lingkungan Pertanian di Pati, Kota Semarang.
2. Bahan
Bahan penelitian yang digunakan adalah feses segar sapi potong yang diperoleh dari
peternakan rakyat daerah Jatinangor, batubara jenis subbituminous diambil dari desa Libur
Dinding, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Contoh batubara diambil dari Formasi Pamaluan,
cairan isi rumen yang di peroleh dari RPH Tanjungsari. Feses sapi potong yang digunakan
sebanyak 5 gram diencerkan dengan NaCl fisiologis 45 ml. Pengenceran sampel feses disimpan
selama 5 menit. Sampel kemudian diencerkan pada10-1, 10-2, 10-3 dan 10-4 larutan pengencer.
Batubara subbituminousyang dengan ukuran 1 x 1 x 1 cm sebanyak 2 buah dalam satu tabung
hungate. Larutan mineral I dan II, larutan pengencer, media untuk bakteri metanogen, gas CO 2,
dan mix gas yang terdiri dari H2 20% dan CO2 80%.
Alat yang digunkan dalam penelitian ini adalah 18 unit tabung Hungate, tabung pengecer,
erlenmeyer, tabung scott 250 dan 500 ml, syringe, kain kasa, parafilm, venoject, kuvet.
Pengujian pertumbuhan total bakteri anaerob menggunakan spektrofotometer dengn OD 600 nm
dan produksi gas menggunakan GC-14. Sampel yang diuji adalah 2 ml untuk pertumbuhan total
bakteri dan 2 sampai 15 ml untuk pengujian produksi gas. Pengamatan dalam penelitian ini
Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul
menggunakan waktu inkubasi bakteri berdasarkan Ogimoto dan Imai (1981) selama 14 hari
dengan waktu hari ke – 2, 5, 10, dan 14.
3. Metode
Penelitian berlangsung 3 tahap, yaitu tahap pertama pengenceran sampel isolat bakteri feses
sapi potong, tahap kedua pembuatan media untuk bakteri metanogen dan penanaman bakteri
anaerob, tahap ketiga analisis sampel untuk pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas
metana.
4. Analisis data
Pengolahan data penelitian menggunakan perhitungan analisis statistik berdasarkan yang
dikemukakan Sudjana (1996), yaitu rata – rata, varian, simpangan baku, koefisien varian, dan
taksiran rata – rata. Hasil analisis di deskripsikan secara eksploratif.
Hasil dan Pembahasan
Pertumbuhan Total Bakkteri Anaerob dan Produksi Gas Metana dalam Rekayasa GMB
Pengujian isolat bakteri asal feses sapi potong dengan media batubara subbituminous terhadap
pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas metana dapat dilihat secara lengkap pada
Ilustrasi 1, 2 dan 3.
Pengenceran Isolat Bakteri 10-2
Produksi Gas &
Pertumbuhan Bakteri (%)
120
100
96.76
81.84
80
92.82
89.67
92.19
77.4
68.81
60
40
40.21
29.99
20
3.23
0.01
0
2
Hari ke-
Gas CH4
Gas CO2
7.64
0.17
7.15
0.03
0.01
5
Pertumbuhan Total
Bakteri Anaerob
10
Gas N2O
14
Berdasarkan data di atas, produksi gas metana meningkat hari ke – 2 hingga hari ke – 5
yaitu 3,23% sampai 40,21% yang diikuti dengan penurunan pertumbuhan total bakteri anaerob
dan produksi gas karbon dioksida yaitu 81,84% - 29,99% dan 96,76% - 89,67%. Peningkatan
produksi gas metana dihasilkan dari reduksi karbon dioksida oleh hidrogen. Pada hari ke – 5
hingga hari ke – 10 produksi gas metana menurun mencapai 7,15% yang diikuti dengan
peningkatan pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas karbon dioksida, yaitu
mencapai 68,81% dan 92,82%. Peningkatan pertumbuhan total bakteri anaerob yang terjadi
Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul
adalah bakteri nonmetanogenik sehingga produksi gas metana menurun dan peningkatan
produksi gas karbon dioksida terjadi karena degradasi asam asetat dari tahap pengasaman
langsung diubah menjadi karbon dioksida tanpa adanya bantuan bakteri metanogen untuk
memproduksi gas metana. Penurunan gas metana diikuti dengan peningkatan gas nitrogen oksida
yaitu dari 0,01% hingga 0,03%, peningkatan pertumbuhan total bakteri anaerob yang terjadi
adalah bakteri Bacillus denitrificans, Micrococus denitrificans, Pseudomonas stutzeni, dan
Achromobacter. Pada hari ke – 10 hingga hari ke – 14 produksi gas metana meningkat, yaitu
7,15% hingga 7,64%, peningkatan tersebut diikuti dengan peningkatan pertumbuhan total bakteri
anaerob 68,81% hingga 77,4% dan penurunan produksi gas karbon dioksida serta gas nitrogen
oksida, yaitu 92,82% hingga 92,19% serta 0,03% hingga 0,17%. Peningkatan produksi gas
metana terjadi karena dekarboksilasi asetat dan reduksi gas karbon dioksida oleh hidrogen.
Pengenceran Isolat Bakteri 10-3
Produksi Gas &
Pertumbuhan Bakteri (%)
120
100
99.66
92.96
97.76
97.64
95.93
80
74.61
61.59
60
40
Pertumbuhan Total
Bakteri Anaerob
Gas CH4
Gas CO2
20
7.89
2.23
0.01
2.35
0.01
0
2
5
Hari ke-
7.01
0.03
10
4.05
0.02
Gas N2O
14
Berdasarkan data di atas, produksi gas metana berbanding lurus dengan pertumbuhan total
bakteri anaerob. Pada hari ke – 2 sampai hari ke – 5 produksi gas metana menurun dari 2,35%
sampai 2,23%, penurunan terjadi bersamaan dengan penurunan pertumbuhan total bakteri
anaerob dan peningkatan produksi gas karbon dioksida. Penurunan tersebut terjadi karena bakteri
metanogen masih dalam fase adaptasi terhadap lingkungan atau media baru. Kemudian hari ke –
5 sampai hari ke – 10 produksi gas metana meningkat hingga mencapai 7,01%, produksi gas
metana tersebut diikuti dengan meningkat pula pertumbuhan total bakteri anaerob metanogenik
dan nonmetanogenik yang mencapai 99,66% dan penurunan produksi gas karbon dioksida, yaitu
97,76% sampai 92,96%. Peningkatan produksi gas metana ini terjadi karena dekarboksilasi asetat
dan reduksi karbon dioksida oleh hidrogen Kemudian fase penurunan pertumbuhan total bakteri
anaerob terjadi pada hari ke -10 menuju hari ke -14 dengan produksi gas metana 4,05%.
Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul
Penurunan gas metana ini diikuti dengan penurunan pertumbuhan total bakteri anaerob dan
peningkatan produksi gas karbon dioksida.
Pengenceran Isolat Bakteri 10-4
120
100
98.83
94.28
Produksi Gas &
Pertumbuhan Bakteri (%)
94.24
93.08
83.97
80
60
40
95.97
Pertumbuhan Total
Bakteri Anaerob
65.64
Gas CH4
36.03
Gas CO2
20
5.74
0.02
0
2
6.88
0.04
5.71
0.02
5
Hari ke-
10
4.01
0.02
Gas N2O
14
Berdasarkan data di atas, produksi gas metana menurun hari ke – 2 hingga hari ke – 5 yaitu
5,74% sampai 5,71% yang diikuti dengan peningkatan pertumbuhan total bakteri anaerob dan
produksi gas karbon dioksida yaitu 36,03% - 98,83% dan 94,24% - 94,28%. Penurunan produksi
gas metana terjadi karena penurunana pertumbuhan total bakteri metanogenik sehingga produksi
gas metana menurun sedangkan pertumbuhan total bakteri anaerob yang terjadi adalah bakteri
nonmetanogenik. Hari ke – 5 hingga hari ke – 10 produksi gas metana meningkat dari 5,71%
hingga 6,88% yang diikuti dengan penurunan pertumbuhan total bakteri dan penurunan produksi
gas karbon dioksida sehingga produksi gas metana ini dari hasil reduksi karbon dioksida oleh
hidrogen. Penurunan gas metana hari ke – 10 sampai ke – 14, yaitu 6,88% sampai 4,01% terjadi
karena pertumbuhan total bakteri anaerob menurun dan produksi gas karbon dioksida meningkat.
Produksi gas nitrogen oksida cenderung stabil di 0,02% tetapi pada hari ke – 10 mencapai 0,04%
dan turun kembali ke 0,02%.
Gas metana terbentuk dari hasil fermentasi secara anaerob, yaitu melalui proses perombakan
polimer organik menjadi monomernya dengan bantuan mikroorganisme dalam kondisi anaerob.
Tahapan pembentukan biogas dari fermentasi anaerob terjadi dalam empat tahapan, yaitu
hidrolisis, pengasaman, asetogenensis dan metanogenesis (Firdaus, 2007). Proses hidrolisis
terjadi pada hari ke -2 sampai hari ke – 5 dimana proses penguraian senyawa kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana pada bahan biomassa. Kandungan biomassa yang terdiri dari
karbohidrat, protein, dan lipid dipecah oleh mikroorganisme yang mengandung enzim amilase,
protease, dan lipase (Ismawati, 2006). Proses pengasaman terjadi dengan adanya bakteri
asetogenik (bakteri pembentk asam) dimana pada proses ini bakteri akan memecah struktur
Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul
organik kompleks menjadi asam – asam lemak volatil (Volatile Fatty Acid) atau VFA (Firdaus,
2007). Fermentasi karbohidrat menghasilkan VFA sebagai produk utama untuk sumber energi
sedangkan karbon untuk pertumbuhan dan mempertahankan kehidupan bakteri anaerob (Fujiati,
2008). Proses metanogenesis memanfaatkan peran bakteri metanogen untuk memproduksi gas
metana dengan menggunakan asam yang terbentuk dari tahap pengasaman. Bakteri ini akan
membentuk gas metana dan karbon dioksida dari gas hidrogen (Nijaguna, 2002). Pada tahap
metanogenesis substrat berupa asam organik yang didekomposisi oleh bakteri metanogenik dan
menghasilkan gas metana melalui dua jalan, yaitu jalan fermentasi asam asetat menjadi metana
dan karbon dioksida serta jalan kedua reduksi karbon dioksida menjadi gas metana dengan
menggunakan gas hidrogen atau asam format yang diproduksi oleh bakteri lain. (Campbell,
1983).
Pengaruh Isolat Bakteri Feses Sapi Potong dalam Rekayasa Produksi GMB dengan Media
Batubara Subbituminous
Gas metana merupakan gas yang diharapkan dari proses rekayasa GMB dengan
memanfaatkan bakteri anaerob sebagai katalisator dalam mekanisme pembentukan gas metana
batubara subbituminous. Berdasarkan analisis data, produksi gas metana dengan media batubara
subbituminous untuk rekayasa produksi GMB dipengaruhi oleh waktu inkubasi bakteri anaerob.
Waktu inkubasi bakteri yang digunakan berdasarkan Ogimoto dan Imai (1981) selama 14 hari
dengan waktu hari ke – 2, 5, 10, dan 14.
Pengenceran 10-2, 10-3, dan 10-4 isolat bakteri feses sapi potong dalam rekayasa produksi
GMB dengan media batubara subbituminous memproduksi gas metana dari hasil dekarboksilasi
asetat dan reduksi karbon dioksida oleh hidrogen, di mana pertumbuhan total bakteri anaerob
mulai menurun tetapi produksi karbon dioksida masih tinggi. Peningkatan produksi gas karbon
dioksida masih dapat menghasilkan gas metana dengan cara reduksi gas karbn dioksida.
Penambahan isolat bakteri ini bertujuan untuk menstimulasi populasi mikroorganisme indigenus
batubara subbituminous dengan menambah nutrient dari media yang telah dibuat pada komposisi
tertentu, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Beckmann dkk., (2011) bahwa bakteri
metanogenik dapat diperkaya dengan penambahan nutrisi. Hal ini dapat digunakan untuk
mengaktifkan kembali reservoir GMB yang mengalami penurunan produksi atau sudah tidak
memproduksi.
Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul
Pada pengenceran 10-2, 10-3 dan 10-4 menghasilkan produksi gas nitrogen oksida. Proses
pembentukan gas metana oleh bakteri metanogen sangat dipengaruhi oleh sensitifitas
lingkungan. Sifat bakteri metanogen adalah anaerob obligat yang pertumbuhannya akan
terhambat oleh kandungan oksigen dan materi pereduksi seperti nitrit atau nitrat dapat
menghambat bakteri metanogen (Campbell, 1983). Oleh karena itu, tiga pengenceran yang
digunakan menghaslkan gas nitrogen oksida yang dapat menghambat produksi gas metana.
Isolat bakteri hasil pengenceran dapat tumbuh dalam batubara subbituminous dengan
menggunakan komponen organik batubara sebagai substrat. Bakteri mendegradasi senyawa
kompleks, senyawa hidrokarbon, dan campuran organik padat yang terkandung dalam batubara,
sampai bakteri ini mampu memproduksi biogas (Strapoc dkk., 2008). Gas pada batubara terdiri
dari campuran karbon monoksida, hidrogen, sedikit metana, karbon dioksida, dan sulfur.
Mikroorganisme pada batubara subbituminous mampu mereaksikan gas karbon monoksida yang
dikonversi menjadi asetat. Bakteri homoasetogenik dalam sumber batubara juga menggunakan
hidrogen dan karbon dioksida yang dikonversi menjadi asetat. Asetat dari hasil fermentasi dan
reaksi penggunaan konversi gas dapat diubah menjadi metana oleh bakteri metanogenik
asetoklastik (Yanni 2015).
Simpulan
Pengenceran 10-2, 10-3 dan 10-4 isolat bakteri feses sapi potong segar dengan media batubara
subbituminous dalam rekayasa produksi GMB mempengaruhi pertumbuhan total bakteri
anaerob, dimana bakteri yang tumbuh adalah bakteri metanogen dan nonmetanogen dan produksi
gas metana yang diikuti dengan pertumbuhan total bakteri anaerob metanogen dan reduksi gas
karbon diokasida oleh hidrogen.
Ucapan Terimakasih
Ucapan terima kasih kepada pembimbing utama Dr. Ir. Tb. Benito A. Kurnani , Dip. Est. dan
pembimbing anggota Dr. Eng. I Made Joni, M.Sc., Hilda Amalia selaku laboran dan Titi
Sopiawati, SP. pembimbing di LABTAN dan Prof. Dr. Ir. Ellin Harlia, M.S. selaku ketua tim
Academic Leaderships Grant (ALG).
Daftar Pustaka
Amin. A.N.,Jasmin J., A. Zakariya A.A., Sarah S., dan G. Faisal I. 2013. Accelerating Methane
Production in The Reaction Between Methanogen Bacterian and Coal: A Pilot Project for
Optimizing Biologically Enhanced Coal Bed Methane. Proceedings, Indonesia Petroleum
Association. IPA13-SE-126.
Rekayasa produksi Gas Metana Batubara ………………….. Ai Samrotul
Analisis Pusat Sumber Daya Geologi. 2015. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia. Badan Geologi. Bandung.
Bagus R. I., Bayan N., Dewi M., Tommy S., Widiastuti N. F., Yan Bachtiar M., dan Fahrudin.
2015. Methane Gas Potential of Biogenic Origin From BodriDelta: A PromisingNew
Unconventional Resource In Central Java. Proceedings, Indonesia Petroleum Association.
IPA15-SG-084.
Beckmann, S, Luders T, Kruger M, von Netzer F, Engelen B, Cypionka H. 2011. Acetogens and
Acetoclastic Methanosarcinales Govem Methane Formation in Abandones Coal mines. Appl.
Environ. Microbial. 77:3749-3756.
Campbell, J. 1983. Biomass Catalysts and Liquid Fuals. Holt Rainheart and Winston ltd.
Pensylvania.
Firdaus,
I.U.
2007.
Keuntungan
biogas.
http//Biogen.litbang.deptan.go.id/terbitan/prosiding200384-96susi.pdf. 02-06-2016. Pukul
01.45 WIB
Fujiati, A. K. 2008. Analisis Kandungan Volatile Fatty Acids (VFA) Kultur Probiotik Isolat
Khamir R1 dan R2 dalam Fermentor Air-Lift Skala 18 liter. Program Studi Biologi Fakultas
Sains dan Teknologi. UIN Syarif Hidayatullah; Jakarta.
Haris, Steve H., Richard L.Smith., Charles E. Barker. 2008. Microbial and Chemical Factors
Influencing Methane Production in Laboratory Incubations of Low-Rank Subsurface Coals,
U.S.A. Journal of Unconventional Coal Geology. Journal of Elsevier, 76(2008) 46-51.
Ismawati, I. A. 2006. Karakteristik Kimia Kotoran Sapi sebagai Bahan Baku Biogas dan Cairan
Hasil Buangannya (Effluent). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor; Bogor.
Nijaguna, B. 2002. Biogas Technology; New Age International (P) Ltd; New Delhi. India.
Ogimoto K dan Imai S. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Japan Scientific Societies Press.
Tokyo.
Strapoc, D, Flynn. P, Courtney. T, Irene. S, Jennifer. M, Junius S.L, Yu-Shih. L, Tobias F.E,
Florence. S, Kai-Uwe. H, Maria. M dan Arndt. S., 2008. Methanogenic Microbial
Degradation of Organic Matter in Indiana Coal Beds, Methane-producing Microbial
Community in a Coal Bed of The Illinois Basin; Journal of Applied and Environmental
Microbiology, v. 74, p. 2424-2432.
Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung; Tarsito.
Yanni, K dan Kosasih. 2015. Media Rumen untuk Meningkatkan Produksi Gas Metana
Batubara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, LEMIGAS.
M&E, Vol. 13, No. 1, Maret 2015.
Download