Uploaded by User104057

Persentasi Kelompok 1 ACTK

advertisement
KECELAKAAN
PESAWAT
Kelompok 1
Air Craft Type Knowledge
1. Ryan Ainur Rifqi (20090241)
2. Muslimah (20090337)
3. Febriana Sinta Bela Purnoto (20090280)
4. Firkan Anugerah Zikri ( 20090121 )
5. Fitran arphani (20090274)
6. Erina auliya (20090221)
7. Audya sanita (20090197)
8. Regita Nindiyasari (20090052)
9. Asyifa Nuris Istighfari (20090333)
10. Aditya Bagus Wicaksono (20090969)
11. Nicholas Julian Valentino S(20090252)
12. Michael Prayoga Gerosi (20090165)
13. Muhamad khairudin (20090015)
14. Aulia hemastya (20090123)
15. Delathifa (20090161)
16. Muhammad sandi Lio(20080185)
Kasus kecelakaan pesawat terbang
yang terjadi telah menyita perhatian
masyarakat luas, karena selain
interval waktu yang berdekatan dan
melanda hampir seluruh maskapai
penerbangan, juga yang paling
menyorot perhatian publik adalah
timbulnya korban jiwa dalam
kecelakaan tersebut.
Kepercayaan masyarakat atas
kenyamanan dan keselamatan
dalam penggunaan moda
transportasi udara tersebut semakin
berkurang, meskipun kebutuhan
atas penggunaannya sangat tinggi.
Secara garis besar, hal ini
menunjukkan bahwa pengelolaan
sektor penerbangan terkait kualitas
dari sumber daya manusia operator
penerbangan dan pembuat regulasi
yang rendah. baik di tingkat
manajemen perusahaan maskapai,
regulator, awak pesawat, maupun
operator di lapangan. Kurangnya
sikap profesionalisme tersebut
membahayakan keselamatan
pengguna jasa penerbangan,
rendahnya sumber daya manusia
industri penerbangan itu sebagai
akibat dari penyederhanaan
kebijakan (deregulasi) industri
penerbangan.
PENYEBAB KECELAKAAN PESAWAT
Penyebab kecelakaan pesawat biasanya diakibatkan oleh beberapa
faktor , diantaranya yaitu: faktor manusia dan faktor cuaca
.kecelakaan penerbangan di Indonesia yang masuk kelompok serius
insiden lebih tinggi dari pada kelompok accident. Hal ini merupakan
masalah yang cukup rumit. Mekanisme penyelidikan yang dilakukan
KNKT menggunakan pedoman berdasarkan pada peraturan
nasional dan internasional yang konsisten. Tujuan tunggal
penyelenggaraan penyelidikan kecelakaan oleh KNKT adalah
mencari setiap penyebab yang berpengaruh terhadap terjadinya
kecelakaan.
Berdasarkan penyebab kecelakaan pesawat
itu disebabkan oleh beberapa faktor seperti :
1.
Kecelakaan pesawat yang disebabkan oleh faktor
manusia
1. Pilot
2. Operaor Ground Handling
3. Petugas Airline
2.
Kecelakaan pesawat yang disebabkan oleh faktor cuaca
1. Cuaca Buruk
2. Badai Turbulensi
Kecelakaan pesawat yang
disebabkan oleh faktor manusia
Secara garis besar, hal ini
menunjukkan bahwa pengelolaan
sektor penerbangan terkait kualitas
dari sumber daya manusia operator
penerbangan dan pembuat regulasi
yang rendah. baik di tingkat
manajemen perusahaan maskapai,
regulator, awak pesawat, maupun
operator di lapangan. Kurangnya
sikap profesionalisme tersebut
membahayakan keselamatan
pengguna jasa penerbangan,
rendahnya sumber daya manusia
industri penerbangan itu sebagai
akibat dari penyederhanaan
kebijakan (deregulasi) industri
penerbangan.
Kecelakaan pesawat yang
disebabkan oleh faktor manusia
Ground handling atau penanganan
pesawat saat di darat meliputi proses
yang cukup panjang. Yaitu mulai dari
penanganan penumpang untuk lapor diri
(check-in) sampai kemudian penumpang
memasuki pesawat dan pintu ditutup.
Selain penumpang, penanganan ini juga
untuk barang bawaan, kargo dan
pesawatnya itu sendiri. Seperti misalnya
pembersihan kabin pesawat, mendorong
pesawat untuk parker atau keluar dari
parker, penanganan bagasi untuk kargo,
dan barang bawaan penumpang.
Sayangnya pekerjaan ground handling
sering terganggu hal-hal di luar
kekuasaanya. Misalnya saja arsitektur
bandara yang tidak mendukung,
kedisiplinan penumpang serta
pandangan maskapai yang
menggunakannya. Karena sifat kerjanya
yang sebagian tidak berkaitan langsung
dngan penumpang, ground handling saat
ini seperti tidak terperhatikan.
Kecelakaan pesawat yang
disebabkan oleh faktor manusia
Kecelakaan yang di sebabkan oleh
petugas airline bisa dilihat dalam
kecelakaan Air Asia yang terjadi
beberapa waktu yang lalu. Di awal
saat terjadinya kecelakaan, karena
lokasi dan waktu itu memang
sedang berada dalam keadaan
cuaca yang kurang bagus, maka
dengan cepat berkembang persepsi
bahwa kecelakaan terjadi karena
faktor cuaca. Satu kesimpulan
yang dikenal sebagai kesimpulan
yang “jump to conclusion”. Karena
pada hakikatnya sebuah kecelakaan
pesawat terbang tidak akan pernah
diketahui apa yang menjadi
penyebabnya, sebelum proses
investigasi selesai dilakukan.
Kecelakaan pesawat yang
disebabkan oleh faktor cuaca.
Cuaca buruk yang dalam Bahasa
Inggris disebut Heavy/Bad Weather
umumnya didefinisikan sebagai
cuaca dengan angin yang sangat
kencang (extreme wind) dibarengi
dengan laut yang berombak sangat
besar. Terbentuknya lapisan es di
atas dek juga dirujuk sebagi cuaca
buruk meskipun dalam hal ini faktor
yang terkait adalah lebih kepada
suhu dibawah nol daripada
kekencangan angin.
Kecelakaan pesawat yang disebabkan oleh faktor
cuaca.
Turbulensi adalah golakan udara yang umumnya tidak dapat dilihat. Hal ini dapat terjadi
apabila langit cerah dan secara tiba-tiba tanpa diprediksi sebelumnya . Penyebab
Turbulensi :
a. Suhu
Pemanasan dari matahari menyebabkan masa udara panas naik dan sebaliknya
masa udara dingin turun, turbulensi jenis ini sering disebut dengan ”turbulensi
thermis”.
b. Jet Stream
Pergerakan yang sangat cepat arus udara pada level ketinggian yang tinggi, dan
mempengaruhi udara disekitarnya.
c. Pegunungan
Massa udara yang melewati pegunungan dan mengakibatkan turbulensi pada saat
pesawat terbang diatasnya pada sisi yang lain. Turbulensi jenis ini sering disebut
dengan “turbulensi mekanis”.
d. Wake turbulence
Turbulensi yang terjadi dekat dengan permukaan yang dilewati pesawat atau
helikopter .
Selanjutnya hasil dari penyelidikan
ini dapat dipergunakan untuk
meningkatkan kondisi dan tindakan
keselamatan penerbangan guna
mencegah kecelakaandengan
penyebab yang sama dikemudian
hari. Berdasarkan uraian tersebut
maka rekomendasi yang diberikan
KNKT adalah tidak komprehensif,
hanya berdasarkan atas dasar tiap
kejadian, padahal kecelakaan
pesawat terbang yang paling
penting adalah dengan mengungkap
kondisi “Latent/tersembunyi” yang
harus diungkap, maka analisis yang
komprehensif diperlukan untuk
mengamati akar permasalahan yang
paling dalam.
Tujuan penyelenggaraan
penerbangan nasional dalam
Undang-undangNomor Tahun 2009
tentang Penerbangan diantaranya
adalah mewujudkan
penyelenggaraan penerbangan
yang tertib, teratur, selamat, aman,
nyaman, dengan harga wajar dan
menghindari praktek persaingan
usaha yang tidak sehat.
Penyelenggaraan yang selamat dan
aman diatas, merupakan jaminan
terpenting dalam penerbangan, ini
mengingat akan bahaya dan
kecelakaan yang mudah ditimbulkan
oleh penggunaan suatu pesawat
udara.
Standar keselamatan penerbangan
Indonesia tidak pernah mengalami
perbaikan sejak 2007. Saat itu,
International Civil Aviation
Organization (ICAO) atau organisasi
penerbangan sipil dunia
mengeluarkan hasil audit terhadap
standar keselamatan penerbangan
Indonesia.Dari 10 negara di
ASEAN, level keselamatan
penerbangan Indonesia berada di
posisi terakhir. Poin yang dinilai
dalam audit ini mulai dari kondisi
regulator, lisensi, operasional,
kebandarudaraan, navigasi udara,
penanganan kecelakaan, hingga
kelengkapan penerbangan.
Hal sama dikeluarkan oleh otoritas
penerbangan Amerika Serikat,
Federal Aviation
Administration(FAA). FAA memberi
peringkat level 2 atau di bawah
standar untuk kategori International
Aviation Safety Assessment (IASA)
kepada Indonesia. Sementara
menurut Undang-Undang No. 1
Tahun 2009 tentang Penerbangan
pada Pasal 1, Ayat 48 menyatakan
bahwa “Keselamatan Penerbangan
adalah suatu keadaan terpenuhinya
persyaratan keselamatan dalam
pemanfaatan wilayah udara,
pesawat udara, bandar udara,
navigasi penerbangan, serta
fasilitaspenunjang dan fasilitas
umum lainnya.”
Berdasarkan data International Civil
Aviation Organization(ICAO) yang
dikutip dari databoks.katadata.co.id
dihimpun dari 2012 hingga 2018,
kecelakaan penerbangan secara
global paling tinggi terjadi pada
tahun 2012 Adapun penurunan
intensitas kecelakaan penerbangan
yang paling rendah terjadi pada
tahun 2016 sebesar 21,4% atau
sebanyak 2,2 kecelakaan per satu
juta keberangkatan.Seiring tahun
mungkin Indonesia bisa menekan
angka kecelelakan dalam
penerbangan
Standar keselamatan penerbangan
Indonesia mungkin masih tertinggal
jauh dari negara-negara ASEAN.
Bahkan, RI berada di urutan paling
terakhir. Meski masih berada di
bawah standar, Kemenhub sebagai
regulator transportasi berkomitmen
menaikkan level keselamatan
penerbangan. Salah satu langkah
meningkatkan level keselamatan
ialah melahirkan berbagai regulasi
di level direktorat hingga menteri
terkait keselamatan dan keamanan
penerbangan. Selama beberapa
bulan terakhir, Kemenhub telah
melahirkan revisi peraturan dan
peraturan baru terkait keselamatan,
keamanan dan pelayanan angkutan
udara.
Mungkin tidak begitu banyak yang
memahami bahwa pada setiap
produk teknologi mutakhir ada
sebuah mekanisme yang harus
dikerjakan dalam
pengoperasiannya.Itu sebabnya
maka dalam dunia penerbangan
tuntutan akan kepatuhan terhadap
aturan ketentuan regulasi dan
prosedur tidak mengenal kompromi.
Thank You
Download