eksistensi komunitas punk di kelurahan titi kuning kecamatan

advertisement
EKSISTENSI KOMUNITAS PUNK DI KELURAHAN
TITI KUNING KECAMATAN MEDAN JOHOR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Anisa Mutmainah
Nim. 3103122003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
ABSTRAK
Anisa Mutmainah : 3103122003, Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning
Kecamatan Medan Johor, Progam Studi Pendidikam Antropologi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini mengenai Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning
Kecamatan Medan Johor. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perkembangan punk,
eksistensi punk, simbol atau makna yang terkandung dalam atribut-atribut yang dipakai
punker, kepribadian sebenarnya seorang punker, dan faktor pendorong seseorang menjadi
punker yang ada di daerah Medan Johor.
Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi,
melalui wawancaradan studi pustaka. Data-data dari hasil penelitian ini di dukung oleh hasil
wawancara yang peneliti lakukan dalam penelitian Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan
Titi Kuning Kecamatan Medan Johor.
Mengenai Eksistensi Komunitas Punk sudah sangat baik di Medan terutama didaerah
Titi Kuning Kecamatan Medan Johor komunitas punk didaerah ini rupanya tetap menjnjung
tinggi motto hidup anak punk diseluruh dunia yaitu DIY yang mimiliki kepanjangan arti “Do
It Yourself”. Arti dari motto itu bukan hanya mengerjakan semuanya sendiri dalam artian
mandiri atau kebebasan, tapi lebih luas ke arti memiliki kebebasan dalam berpelilaku tapi
memiliki tanggung jawab. Rasa tanggung jawab d sini diartikan sebagai tanggung jawab
untuk persatuan semua golongan anak punk dan tidak membuatnya terkotak-kotak karena
perbedaan. Semua setara dan tidak ada yang membedakan mereka satu sama lainnya.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang mana telah memberiakan
kesehatan dan karunia-Nya kepada penulis serta kekuatan untuk menyelesaikan skripsi :
Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor. Penyelesaian
ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak yang terkait secara langsung maupun tidak
langsung, maka penulis dalam hal ini mengucapkan terima kasih banyak dan kerendahan hati
kepada:
1. Bapak Prof.Dr.H. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan
beserta kepada Purek 1, Purek 2, Purek 3, Purek 4.
2. Bapak Dr. Restu sinaga, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta PD 1, PD 2,
PD 3.
3. Ibu Dra.Puspitawati, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Antropologi.
4. Bapak Drs.Tumpal Simarmata,M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
memberikan arahan serta masukkan yang begitu banyak sampai penyelesaian skripsi
ini.
5. Ibu Dra.Nurjannah,M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Penguji I,
Ibu Supsiloani,M.Si sebagai penguji II, serta Bapak Drs.Waston Malau sebagai
penguji III. Serta ucapan terima kasih jug kepada seluruh dosen-dosen pendidikan
Antropologi UNIMED diantaranya adalah Prof. Dr.Bungarab Antonius Simanjuntak,
Dr. Phill Ichwan Azhari MS, Drs. Payerli Pasribu,M.Si, Sulian Ekomila, S.Sos MSp,
Murni Eva Marlina Rumapea,M.Si, Rosramadhana Nasution,M.Si, Muhammad Iqbal
S.Sos, Onggal Sihite,M.Si yang telah banyak sekali memberikan bantuan, arahana,
semangat serta motivasi, petunjuk dan juga telah mmberikan begitu banyak sumber
dan refrensi sehingga terselesaikannya skripsi ini walaupun didalamnya masih
terdapat kekurangan pada penulisannya.
6. Kepada ibu saya, Ibunda Jelita tercinta yang senantiasa memberikan semangat,
mencurahkan rasa sayang, didikan, materi serta doa yang tak henti-hentinya kepada
penulisan dan kepada ayahanda Almarhum Ismail yang telah tenang disisi Allah.
7. Kepada adik saya adinda Furkan Fahmi, yang banyak membantu pembuatan skripsi
selam penelitian mengantar penulis kemana saja untuk bertemu komunitas Punk.
8. Kepada sahabat saya Nurdesiana Nasution yang senantiasa membantu saya dalam
penelitian, dan tak henti-hentinya memberikan semangat kepada saya. Serta kepada
sahabat saya Novita Anggraini Siregar dan Syarifah yang telah banyak memberi saya
dukungan dan semangat kepada saya.
9. Kepada seluruh informan yang telah memberikan data dan informasi kepada penulis,
Tulank, Yoga(Ogex), Ilham(Ebot), Basri(Batok), Aam, Randa Ananda, yang telah
bersedia menjadi tempat bertanya dan menggali informasi tentang punk di kota
Medan dan Sekitar Titi Kuning Kecamatan Medan Johor.
10. Kepada sahabat-sahabat saya selama berjuang di Universitas Negeri Medan Fakultas
Ilmu Sosial Prodi Pendidikan Antropologi Fira Gustina, Irma Ries Verany, Sri
Wahyuni, Winda Fitria, Siti Fadhila yang selama 4 tahun berjuang bersama.
11. Kepada keluarga besar antropologi angkatan 2010 yang sudah lama bersama-sama
dengan peneliti menimba ilmu yaitu kurang lebih 4 tahun. Terimakasih buat semua
kenangannya selama ini. Semoga kita dapat meraih apa yang kita cita-citakan selalu
berusaha untuk berikan yang terbaik.
12. Kepada kak Ayu Febraiani yang telah membantu pada setiap urusan administrasi yang
diperlukan peneliti.
13. Dan kepada semua pihak-pihak yg telah membantu dalam pembuatan skripsi dan
penelitian ini, yang mungkin terlupakan oleh peneliti dan tidak dapat di tulis satu
persatu.
Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh
semua pihak, semoga Allah akan membalasnya dengan limpahan rahmat kepada kita semua.
Medan,
Peneliti,
Anisa Mutmainah
Juli 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................................
ii
v
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................
viii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………..
1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….
1
1.2 Identifikasi Masalah…………………………………………………………
5
1.3 Pembatasan Masalah…………………………………………………………
5
1.4 Perumusan Masalah………………………………………………………….
6
1.5 Tujuan penelitian…………………………………………………………….
6
1.6 Manfaat Penelitian…………………………………………………………...
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………………..
8
2.1. Kerangka Konseptual......................................................................................
8
2.1.1. Remaja ............................................................................................. 8
2.1.2.Punk sebagai subkultur...................................................................... 9
2.2. Kajian Pustaka ……………………………………………………………… 11
2.3. Kerangka Teori ............................................................................................... 13
2.3.1. Teori kepribadian …………………………………......................
13
2.3.2. Komunitas………………………………………………………..
14
2.3.3. Gaya Hidup (Life Style) ................................................................. 15
2.3.4. Teori Interaksionalisme simbolik................................................... 19
2.4. Kerangka Berfikir……………………………………………………………. 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………………..
22
3.1 Jenis Penelitian………………………………………………………………
22
3.2 Lokasi Penelitian……………………………………………………………..
22
3.3 Penentuan Informan…………………………………………………………
23
3.3.1. Objek Penelitian..............................................................................
23
3.3.2. subjek penelitian..............................................................................
23
3.4 Teknik Pengumpulan data…………………………………………………..
24
3.5 Teknik Analisa Data…………………………………………………………
25
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN .............................................
26
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...........................................
26
4.1.1. Sejarah Kecamatan Medan Johor .................................
26
4.1.2. Lokasi Kecamatan Medan Johor ...................................................
27
4.1.3. Kependudukan Kecamatan Medan Johor .......................
28
4.1.4. Kelurahan Titi Kuning ..........................................................
31
4.2. Sejarah Punk di Dunia ...................................................................................
34
4.2.1. Gaya Dan Hidup Ideologi .............................................................
35
4.2.2. Punk Dan Anarkisme .....................................................................
37
4.3. Sejarah Masuknya Punk di Indonesia ...........................................................
39
4.4. Hasil Penelitian .............................................................................................
40
4.4.1. Keeksistensian Punk di Medan ......................................................
40
4.4.2. Keeksistensian Punk di Titi Kuning ..............................................
46
4.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Seseorang Ikut dalam
KomunitasPunk .............................................................................
4.4.4. Keterkaitan Punk dengan Teori-teori yang dipakai ........................
48
50
A. Proses Terbentuknya Komunitas Punk Melalui
Penajaman Teori Kepribadian, Interaksi Sosial Dan
Pembentukan Kelompok/Komunitas Sosial ............................. 54
B. Proses Terbentuknya Komunitas Punk Melalui
Penajaman Teori Lifestyle/Gaya Hidup..................................... 61
C. Proses Terbentuknya Komunitas Punk Melalui
PenajamanTeori Interaksionisme Simbolik .............................
65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................
71
5.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 71
5.2. Saran ............................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................
LAMPIRAN
75
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan sebagian orang menyebut
mereka aneh. Mereka berdiri dipersimpangan lampu merah membawa gitar kecil sambil
bernyanyi. Mereka mengaku sebagai Punk mengikuti aliran bebas berekspresi dan berkreasi
tanpa harus mengganggu orang-orang disekitar.
Diketahui masa remaja adalah masa yang sangat rentan terhadap pergaulan-pergaulan
yang dapat menjerumuskan para remaja kedalam pergaulan yang salah, sebab kita ketahui
masa remaja adalah masa dimana seseorang meninggalkan tahap kehidupan masa kanakkanaknya untuk menuju kemasa berikutnya yang disebut kedewasaan. Masa remaja adalah
masa dimana seorang anak belum mendapatkan pegangan yang kuat secara rohani dan
jasmani, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukkan.
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan konstribusi dalam
pembentukkan kepribadian yang sangat besar bagi tumbuh kembangnya anak sehingga
remaja dapat mencapai tingkat kedewasaan, dengan kata lain bahwa anak-anak akan ideal
perkembangan jasmani dan rohaninya apabila mereka tumbuh bersama keluarga mereka yang
harmonis.
Pada kenyataannya tidak semua keluarga dapat memenuhi kebutuhan ideal. perubahan
sosial, ekonomi dan budaya sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan keluarga,
keharmonisan keluarga kadang terusik oleh perubahan sosial, ekonomi, dan budaya yang
tumbuh dan berkembang di masyarakat dan terkadang dapat menghepaskan keluarga kedalam
jurang kemiskinan.
Perubahan-perubahan tersebut berdampak pada gaya hidup masyarakat terutama pada
1
masyarakat perkotaan. Dikota besar seperti Medan,sekarang ini banyak bermunculan
sekelompok remaja yang mempunyai gaya hidup yang sangat menyimpang dari norma-norma
masyarakat disekitarnya, sekelompok remaja itu disebut dengan Punk. Gaya hidup punk ialah
gaya hidup yang tidak sama dengan gaya hidup lainnya, gaya hidup berkembang sesuai
dengan tempat, waktu dan situasi. Dengan kata lain punk berusaha membaskan sesuatu yang
mengikat. Sekelompok punk ini membentuk komunitas kecil disetiap persimpangan jalan
dikota medan dimana mereka menjadikan punk sebagai budaya/sub budaya yang meraka
anut.
Gaya hidup anarkis yang membuat mereka merasa mendapat kebebasan. Adapun
yang mengatakan bahwa sekelompok anak muda bergaya hidup punk dikarenakan adanya
suatu gejala perasaan yang tidak puas , sehingga mereka dengan gaya hidup punk. Kaum
punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian
hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekangan dari masyarakat, karena mereka bisa
menciptakan sendiri aturan hidup sesuai dengan keinginan mereka.
Di dalam setiap diri anggota komunitas punk mengalir semangat bahwa punk
merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can
do it ourselve yang berarti kemandirian dalam setiap tindakan atau usaha apapun yang
dilakukannya. Prinsip DIY (do it yourself) yang berarti kemadirian ini merupakan pegangan
seluruh komunitas punk dunia, termasuk di kota Medan. Penilaian punk dalam melihat suatu
masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagu yang mereka ciptakan bercerita tentang masalah
politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama, dan selalu
berhubungan dengan semangat individual dalam komunitasnya.
Gaya hidup punk bukan hanya pada gaya hidup mereka tetapi sekelompok anak muda
ini mempunyai gaya hidup yang berbeda dengan yang lainnya. Mereka mempunyai ciri-ciri
khas rambut yang kerap disebut Mohawk (gaya rambut yang bercirikan sisi bagian kanan dan
kiri kepala dipotong tipis, rambut bagian belakang kepala dibentuk lancip dibawahnya,
bagian tengah depan sampai belakang dibiarkan panjang, dan apabila dilihat dari samping
akan berbentuk seperti kipas), berdiri kaku, berwarna-warni. Belum lagi seperangkat atribut
lainnya seperti rantai, gembok, peniti, kalung spike yang dihiasi dengan paku yang terdapat
disekelilingnya menghiasi pakaian mereka terkesan urakan dan liar bagi sebagian orang
apalagi orang awam. Bahkan tak jarang ada persaan enggan dan takut untuk bertegur sapa
dengan komunitas anak-anak muda tersebut.
Dalam menjalankan hidupnya, punk sangatlah memegang teguh gaya hidup kolektif.
Semua untuk satu, satu untuk semua. Sehingga dapat dikatakan solidaritas hidup mereka
didalam kelompoknya sangat tinggi. Berkumpul atau sering disebut nongkrong merupakan
aktivitas wajib mereka yang seolah tak perlu ada aturan yang baku dalam menjalankannya.
Hidup berkelompok dan tinggal dijaln tanpa tempat tinggal tetap merupakan salah satu
bentuk pemberontakan mereka.
Di kota Medan terkhususnya di daeran Titi Kuning kecamatan Medan johor anak
punk sering berada di persimpangan lampu merah Titi Kuning mereka juga mencari nafkah
dipinggir jalan bukan hanya sekedar ngumpul-ngumpul saja tetapi mereka mengamen untuk
mendapatkan uang. Sehingga sering membuat masyarakat resah dan takut dengan adanya
keberadaan anak punk.
Di daerah Titi kuning kecamatan medan johor keberadaan komunitas punk sampai
saat ini masih dianggap sebagai masalah sosial bagi sebagian masyarakat. Penampilan anak
punk yang identik dengan pakaian berwarna hitam dan terkesan dekil membuat masyarakat
melihat mereka seperti brandalan yang tidak memiliki aturan berkumpul di persimpangan
jalan dan melakukan aktivitas seperti layangnya anak jalanan seperti mengamen bagi
sebagian orang merupakan sesuatu yang merusak pandangan. Bahkan tak jarang kerena
perilaku ugal-ugalan para anak punk membuat aparat melakukan penangkapan terhadap
mereka. Padahal dibalik sepengetahuan sebagian orang, anak punk tak hanya merupakan
kelompok yang bebas dan tidak memiliki aturan.
Para punk didaerah Titi Kuning kecamatan Medan Johor sering melakukan kegiatankegiatan rutin dan terencana yang bersifat positif seperti diskusi yang mana pada saat diskusi
tersebut mereka akan membicarakan perkembangan setiap scene (kelompok kecil bagian dari
komunitas punk dalam satu kota), menanam pohon dan bergotong royong membersihkan
sampah disekitaran tempat mereka berkumpul didaerah lampu merah Titi Kuning dan
sekitarnya, membuat acara musik punk yang terselenggara tanpa menggunakan sponsor atau
bantuan dari pihak manapun diluar mereka, mereka juga menjual barang-barang seperti bajubaju hasil dari sablonan mereka dan atribut punk lainnya yg dijual di sebuah toko kecil yg
disebut dengan distro yang menjadi tren remaja sekarang.
Dari uraian latar belakang diatas, penulis berkeinginan untuk melaksanakan penelitian
dengan judul :“Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan
Johor”.
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang permasalahan tersebut dijabarkan kedalam
beberapa pernyataan penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Para remaja menjadikan punk sebagai gaya hidup.
2. Gaya hidup para remaja menjadikan jalanan-jalanan kota untuk tempat berkumpul dan
melakukan berbagai aktivitas.
3. Masyarakat hanya memandang punk dari segi negatif sebagai pembuat rusuh, urakan,
berandalan, masyarakat tidak mencoba untuk mengetahui sisi lain dari kehidupan
anak bahwasanya mereka juga sering melakukan kegiatan positif.
4. Eksistensi komunitas punk dalam kegiatan sehari-hari ketika berkumpul.
1.3.Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan terarah maka penulis membatasi
masalah yang akan diteliti pada ““Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning
Kecamatan Medan Johor”.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa yang menyebabkan seorang remaja memutuskan untuk menjadi seorang punk?
2. Mengapa remaja menjadikan punk sebagai gaya hidup?
3. Bagaimana sisi kehidupan punk ketika berkumpul dengan komunitasnya?
4. Bagaimana pendapat para punk tentang masyarakat yang memandang mereka sebagai
pembuat anarkis dan pembuat rusuh ?
1.5.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui penyebab seorang remaja memutuskan dirinya menjadi punk.
2. Untuk mengetahui tujuan remaja menjadikan punk sebagai gaya hidup .
3. Untuk mengetahui sisi lain dari kehidupan punk ketika berkumpul dengan
komunitasnya.
4. Untuk mengetahui pandangan para punk tentang masyarakat yang memandang
mereka sebagai pembuat anarkis dam pembuat rusuh.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah:
1. Sebagai penelitian lanjutan terhadap realitas sosial gaya hidup dan diharapkan
memberikan sumbangsih literatur pada peneliti selanjutnya.
2. Penulis dan pembaca dapat mengetahui apa alasan para remaja menjadikan punk
sebagai gaya hidup yang tren.
3. Mengetahui kahidupan anak punk yang sebenarnya bukan hanya dari cerita-cerita dan
wacana-wacana yang ada.
4. Pembaca dan penulis dapat mengetahui pandangan masyarakat terhadap anak-anak
punk dan pandangan anak punk terhadap masyarakat yang menganggap mereka
buruk.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Konseptual
2.1.1. Remaja
Masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seorang dalam masa
transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami
sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Boring E.G, 1990).
Masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama kali menunjukkan
tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak
menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada
keadaan yang mandiri (Monks,1990).
Masa remaja adalah masa kritis identitas atau masalah identitas – ego remaja. Identitas
diri yang dicari remaja berupa berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya
dalam masyarakat, serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para
remaja harus memperjuangkan kembali dan seorang akan siap menempatkan idola dan ideal
seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir (Erikson, 1990)
Batasan usia yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12-15 tahun = masa remaja
awal , 15-18 tahun = masa remaja pertengahan, 18-21 tahun = masa remaja pertengahan.
Oleh karena itu, pengertian remaja dalam penelitian ini adalah mencakup ketiga point yang
telah dsebutkan diatas.
Di masa remaja ini lah para remaja dapat terpengaru dengan cepat terhadap
perkembangan zaman dan teknologi. Di masa remaja anak mencari jati diri mereka begitu
juga dengan para remaja yang memutuskan untk menajadi anak punk, sebab bagi mereka
8
menjadi anak punk membuat mereka bahagia dapat merasakan kebersaman dengan temanteman komunitasnya dan melakukan hal-hal yang menurut mereka baik bagi diri mereka.
2.1.2. Punk sebagai Subkultur
Sebagaimana dibahas dalam bab sebelumnya, subkultur adalah suatu kelompok atau
sub unit budaya yang berkembang ketika adanya kebutuhan sekelompok orang untuk
memecahkan sebuah masalah berdasarkan pengalaman bersama. Demikian pula dengan
punk, punk bukan hanya sekedar fashion atau pun musikal, namun punk adalah ideologi,
punk juga merupakan salah satu bentuk dari subkultur. Apa yang dihasilkan punk, entah itu
berupa komunikasi verbal maupun nonverbal sering kali merupakan suatu resolusi yang
kontradiktif dalam struktur sosial bersama. Punk sebagai subkultur, merupakan gambaran
kelompok minoritas yang berada dalam kehidupan budaya mayoritas.
Tremor, sebagai pendiri zine yang bernama Beyond the Barbed Wire, menjelaskan
maksud pemilihan nama itu. Beyond the Barbed Wire yang berarti ”Di Luar Kawat Berduri”.
Tremor berpendapat, dunia modern adalah sebuah kamp konsentrasi besar, yang dibatasi oleh
pagar kawat berduri. Kawat berduri itu tajam. Kawat berduri telah dipasang untuk mencegah
seseorang masuk, atau bahkan seseorang keluar. Dan dunia ada di balik pagar kawat berduri
tersebut, yang penuh dengan represifitas (secara fisik, mental, dan filosofis). Akan tetapi
banyak orang yang memilih untuk berusaha pergi melarikan diri dan hidup di luar kamp
konsentrasi tersebut. Ada yang berusaha lari melarikan diri tetapi justru terjebak ke dalam
dunia kamp konsentrasi lainnya, ada juga yang mebuat kamp konsentrasi baru untuk dirinya
dan orang sekitarnya, tapi ada juga yang berusaha melarikan diri untuk kemudian bisa
merencenakan penyerangan. Penyerangan terhadap dunia yang penuh dengan ketidak
beresan. Punk adalah salah satunya.
Menurut Tremor, punk dengan DIY sebagai sebuah alternatif dan dunia tandingan dari
sebuah dunia yang memagari kita, yang selalu melarang kita untuk mengetahui apa yang
terjadi diluar kawat berduri dan mendikte kita tentang apa yang kita mau dalam hidup. Kita
semua ingin membuat tenda-tenda di luar sana, akhirnya kita berkomunitas secara sporadik,
tidak terpusat, mengorganisir diri sendiri, meludahi hirarki dalam usaha penghancuran kawat
berduri tersebut. Kemudian kita semua kembali memiliki kendali dalam inisiatif atas hidup
kita sendiri. Punk sebagai salah satu subkultur, membuat suatu resolusi yang kontradiktif
dalam struktur sosial, kemudian mebentuk suatu identitas kolektif dari sejumlah identitas
individual yang pada akhirnya dapat mereka terima bersama.
Menurut Tiliweri (2003) Subkultur adalah istilah yang dipakai untuk mengidentifikasi
suatu kelompok yang mempunyai perilaku spesifik atau ”lebih kurang”, atau mungkin ”di
bawah”, bahkan ”di atas” dari perilaku kelompok kebanyakan. Konsep tersebut sesuai dengan
punk, sehingga kita dapat menyebut punk sebagai salah satu subkultur.Punk merupakan
subkultur yang bisa dianut oleh sekolompok orang yang mepunyai persepsi yang timbal balik
sama, bisa dikategorikan dalam peradaban, agama, wilayah, geografi, kesejahteraan, bahasa,
kebangsaan, umur, gender, pekerjaan dan keluarga.
Punk sebagai subkultur yang dikategorikan sebagai mikro kultur yang budayanya
sangat berpengaruh pada perilaku komunikasi antarbudaya. Punk sebagaimana kelompokkelompok subkultur yang lain memiliki perilaku budaya tertentu termasuk perilaku
komunikasi baik verbal maupun nonverbal yang biasanya hanya diketahui anggotaanggotanya, misal bahasa, jargon, argot, dan lain sebagainya.
2.2. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku,
jurnal papers, artikel, skripsi, disertasi, tesis, hand outs laboratory manuals, yang tertulis
dalam kajian pustaka harus dirujuk diskripsi.
Kajian Pustaka yang terdapat didalam penelitian ini adalah:
-
Untuk mencari tulisan atau pun artikel mengenai punk medan penulis cukup kesulitan
untuk mendapatkannya didalam bentuk hardcopy. Namun dikarenakan dalam kajian
pustaka diperbolehkan mengambil referensi dari internet maka peneliti mendapatkan
artikel dari salah satu situs berita yaitu dari : http://id.berita.yahoo.com/anak-punkbikin-resah-warga-medan-141410899.html isi dari artikel itu kira-kira seperti dibawah
ini:
“Keberadaan anak punk dibeberapa titik kota Medan, Sumatera Utara, dirasakan
sangat mengganggu kenyamanan. Bertambah banyaknya jumlah anak punk saat ini
membuat mereka semakin mudah dijumpai. Di kawasan pusat perbelanjaan aksara
Medan misalnya, puluhan anak punk setiap hari berkumpul di sana sangat membuat
resah karena dianggap mengganggu kenyamanan”.
-
Dalam artikel berikut di ambil dari media internet juga, tepatnya dari situs berita :
http://beritasore.com/2012/01/12/warga-prihatin-kumpulan-anak-punk-di-medan yang
berisi :
“Perkumpulan anak-anak punk yang biasa mangkal disekitar persimpangan lampu
merah di kota Medan tidak hanya mengganggu arus lalu lintas, tetapi juga telah
meresahkan masyarakat masyarakat pengendara mobil dan penumpang becak
bermotor dimana tingkah laku anak punk yang mulai nekat dan juga mengencam
warga, jika tidak mau memberikan uang kepada mereka.”
-
Artikel berikutnya diambil dari sebuah majalah komunitas punk Indonesia yang biasa
mereka sebut dengan sebutan zine. Artikel di ambil dari zine Bloc Movement, Vol.
MCXVII, No. 5 dicetak tahun 2010. Nama penulis Aska Mhelan yang merupakan
salah satu anggota komunitas punk medan. Judul tulisan beliau adalah “Resistensia
Punk Medan” dan penggalan isinya adalah:
“Di dalam sebuah tongkrongan komunitas punk di kota Medan, semua serba terbuka,
termasuk pada kawan dari luar daerah. Jiwa liar berkumpul dalam linkaran, ide-ide
gila yang beragam. Asas kebersamaan dan prinsip do it your self-lah yang
menayatukan. Demi musik dan makan, apapun mereka lakukan mulai dari ngamen
sampai menato teman sendiri. Saweran kerap djalankan demi menyiasati kerasnya
hidup dijalanan. Untuk sebatang rokok, hingga seliter minuman penghangat malam.
Kami kaum punk ada dijalanan, melawan keteraturan, mencari kebebasan”.
Refrensi lainnya berupa skripsi-skripsi yang telah ada, tentang penelitian terdahulu
yaitu: Skripsi seorang mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro semarang
bernama Maria Dian ditulis tahun 2010 yang berjudul “Identitas diri dalam komunitas punk
di Bandung”, Skripsi seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Ilmu Kominikasi
Universitas Sumatera Utara bernama Gumanto juliaster Gultom ditulis tahun 2012 yang
berjudul “Identitas diri komunitas punk Medan Amplas dalam perspektif Fenomenologi. Dan
Skripsi yang terakhir adalah skripsi seorang mahasiswi Fakulatas Ilmu Sosial Jurusan
sosiologi Universitas Sumatera Utara bernama Venny Sinaga ditulis tahun 2013 yang
berjudul “Solidaritas diantara aggota komunitas punk di daerah Aksara”.
Dari referensi-referensi di atas peneliti dapat mengambil sebuah pandangan dari
penelitian lain tentang konsep diri dan pemikiran yang berujung kepada pembentukan
identitas diri dari sebuah komunitas punk di daerah lain. Sehingga di dalam melakukan
penelitian lebih lanjut peneliti dapat membandingkan konsep yang telah dipaparkan oleh
peneliti sebelumnya sebagai salah satu masukan ketika akan melakukan penelitian langsung
kelapangan.
2.3. Kerangka Teori
2.3.1. Teori kepribadian
Dalam budaya punk tidak terlepas dari individu dan kelompok. Individu yang
mempunyai tujuan yang sama dengan individu lainnya mencari keamanan identitas diri
dengan bentuk suatu kelompok sosial atau komunitas yang bisa memberikan rasa ama dan
mewadahi apa yang menjadi tujuan mereka. sebelum mengarah ke konsep sosial tentang
pembenukkan kelompok atau komunitas punk, semua ini tidak terlepas dari individu yang
mepunyai kepribadian yang terbentuk oleh lingkungan. Kepribadian dapat digunakan di
dalam bentuk yang berbeda-beda hal ini menyebabkan munculnya beberapa teori
kepribadian. Charles Cofer (1972) membedakan beberapa teori kepribadian antara lain, type
theory, trait theory (teori sifat), psychoanalitic theory dan situational theory. Dari keempat
teori kepribadian ini kita mengarah kepada situational theory, suatu situasi mempunyai
pengaruh yang besar terhadap seorang remaja dan memunculkan kedpribadian remaja
tersebut, yang terlihat pada tngkah laku yang bersangkutan (Hartshorne) berdasarkan teori
tersebut, entitas individu dapat di pelajari pada suatu konteks tertentu, buakn pada konteks
secara umum.
Pengertian diatas diperkuat oleh sumbangan konsep dari dua ahli. Murphy Gardner
menjelaskan aspek kepribadian secara totalitas sebagai konsep kerja, di mana kita akan
memperoleh dimana pun apabila kita mencoba mempelajari hubungan timbal balik antara
pembawaan dan lingkungan dalam arti memandang kepribadian sebagi satu keseluruhan.
Kemudian Kurt Lewin mengatakan kepribadian berhubungan dengan keseluruhan pertautan
pola-pola karakteristik individu dan lingkungan. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
kepribadian individu tidak bersal dari faktor bawaan saja seperti keinginan, emosi, keyakinan,
dan sebagainya tetapi juga bersal dari aspek lingkungan sepeerti aturan, nilai, strata sosial,
dan lainnya.
2.3.2. Komunitas
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagai
lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas
manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksu, kepercayaan ,sumber daya ,
prefensi, kebutuhan , resiko, dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari
bahasa lati communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis
yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. (Wenger, 2002:4). Menurut
Crow dan Allan, komunitas dapat terbagi menjadi 3 kompunen:
1. Berdasarkan lokasi dan tempat
Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana
sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis.
2. Berdasarkan minat
Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ktertarikan
dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan ,suku, ras, maupun berdasarkan
kelainan seksual.
3. Berdasarkan komuni
Komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri.
2.3.3. Gaya Hidup (Life Style)
Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan
orang lainnya. Pola-pola kehidupan sosial yang khusus seringkali disederhanakan dengan
istilah budaya. Sementara itu, gaya hidup tergantung pada bentuk-bentuk kultural, tata krama,
cara menggunakan barang-barang, tempat dan waktu tertentu yang merupakan karakteristik
suatu kelompok.
Gaya hidup menurut (Kotler, 2002:192) dalam Astry Budiarty, (2011) pola hidup
seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup
menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Gaya hidup juga menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya,
dan bagaimana mengalokasikan waktu dalam kehidupannya, juga dapat dilihat dari aktivitas
sehari-harinya dan minat apa yang menjadi kebutuhan dalam hidupnya.
Minor dan Mowen (2002, p. 282) dalam Astry Budiarty, (2011), gaya hidup adalah
menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana
mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001, p. 174)
dalam Astry Budiarty, (2011) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari
yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup
mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.
Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di
dunia. Menurut Assael (1984, p. 252) dalam Astry Budiarty, (2011), gaya hidup adalah “A
mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they
consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the
world around them (opinions)”.
Dalam pergaulan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan melahirkan
realitas sosial yang dimulai secara personal, dari individu ke individu lainnya, dan kemudian
menjamur pada kelompok masyarakat, disebut dengan gaya hidup. Seorang Profesor
Sosiologi di Universitas Durham yaitu David Chaney mengkaji persoalan gaya hidup secara
lebih komprehensif dan didasarkan dari berbagai perspektif. Menurut David Chaney dalam
Astry Budiarty, (2011) Gaya Hidup haruslah dilihat sebagai suatu usaha individu dalam
membentuk identitas diri dalam interaksi sosial. Dalam bukunya “Life Style’’ Chaney
(1996:92) ) dalam Astry Budiarty, (2011) mengatakan bahwa: “Gaya hidup selanjutnya
merupakan cara-cara terpola dalam menginvestasikan aspek-aspek tertentu kehidupan seharihari dengan nilai sosial atau simbolik; tapi ini juga berarti bahwa gaya hidup adalah cara
bermain dengan identitas.” Atau dengan kata lain :“Gaya hidup adalah suatu cara terpola
dalam pergaulan, pemahaman, atau penghargaan artefak-artefak budaya material untuk
mengasosiasikan permainan kriteria status dalam konteks yang tidak diketahui namanya”.
Chaney juga berasumsi bahwa gaya hidup merupakan ciri dari sebuah masyarakat modern,
atau biasa juga disebut modernitas. Dalam arti disini, adalah siapapun yang hidup dalam
masyarakat modern yang akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk
menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain.
Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu dengan orang
yang lain. Awan 2006 ) dalam Astry Budiarty, (2011) menyebutkan bahwa gaya hidup adalah
perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang
berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup merupakan
frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan
membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang
lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata
orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan hal inilah,
dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi
perilaku konsumsinya.
Gaya hidup ditentukan oleh cara seseorang dalam memilih dan mempraktekkan nilai
pengetahuannya tentang suatu objek benda yang teraktualkan melalui proses konsumsi.
Praktek kebudayaan yang diaktualkan oleh seorang khususnya dalam masalah komsumsi
merupakan proses dalam rangka membentuk suatu tatanan kepribadian seseorang dari status
yang diperankannya dalam suatu struktur sosial. Gaya hidup saat ini memang tak bisa
dilepaskan dari konsep identitas sosial. dalam hal ini, secara garis besar dapat dibedakan
melalui dua tahap. Tahap pertama, disampaikan dengan menggunakan pilihan-pilihan
(choice). Dalam hal ini sikap dan cita rasa yang merupakan karakteristik anggota kelompok
sosial baru. Hal ini dapat diidentifikasi sebagai sesuatu yang penting. Dalam wacana publik
kontemporer seperti artikel surat kabar, khotbah, syair, dan panduan moral cendikiawan yang
terefleksi lewat sikap moral yang mengutamkan nilai. Dengan kata lain, seseorang yang akan
dianggap baik jika menjalankan prinsip moral pada masyarakatnya. Tahap kedua merupakan
tahap kultural. Pada tahap ini, gaya hidup yang terfokus pada kehidupan yang merupakan
bagian dari aktifitas waktu luang atau komsumsi. Seseorang dalam sebuah kelompok
masyarakat akan dinilai dengan cita rasa tinggi ketika mampu memanfaatkan waktu luang
dengan nyaman. Nyaman disini bisa diidentifikasikan sebagai suatu ruang komsumsi yang
mungkin sedikit material. Orang yang dianggap keren ketika mampu memanfaatkan waktu
luangnya dengan menghabiskan uang jutaan rupiah untuk liburan keluar kota ataupun keluar
negeri. Ketika gaya hidup diekspresikan dengan cita rasa dan nilai material pada akhirnya
akan berhubungan dengan karakteristik sosio struktural lainnya.
2.3.4. Teori Interaksionalisme simbolik
Teori Interaksionalisme simbolik adalah pendekatan teoritis dalam memahami
hubungan antara manusia dan masyarakat. Ide dasar teori interaksionisme simbolik adalah
bahwa tindakan dan interaksi manusia hanya dapat dipahami melalui pertukaran symbol atau
komunikasi yang sarat makna.
Teori interaksionisme simbolik mulai berkembang pada pertengahan abad ke-20.
interaksionisme simbolik berakar dari dua kata yang bermakna berbeda, yaitu interaksi dan
simbol. Simbolik mengandung pengertian pada makna yang terdapat pada situasi sosial
tertentu di mana pelaku berada di dalamnya, sedangkan interaksionis mengandung arti makna
tersebut dibentuk oleh interaksi di antara pelaku.
Gagasan mengenai teori tersebut muncul dari George Herbert Mead (1863-1931)
seorang filsuf Universitas Chicago dan tokoh psikologi sosial. Setelah Mead meninggal,
Herbert Blumer, yang juga merupakan salah satu sosiolog di Universitas Chicago, mengambil
alih seluruh karyanya serta membenahi teori sosialnya dan menamai gagasan Mead tersebut:
interaksionisme simbolik. Blumer sendiri juga terpengaruh oleh pemikiran Herbert Mead
tentang interaksionisme simbolik. Karya Blumer yang terkenal dalam perspektif teori ini
adalah kumpulan esainya yang berjudul Symbolic Interactionism: Perspective and Method.
Tiga prinsip utama interaksionisme simbolik menurut Blumer adalah:
1.
Manusia bertindak melalui hal-hal pada makna yang ada di dalamnya.
2.
Makna-makna tersebut muncul dari interaksi sosial.
3.
Tindakan sosial merupakan hasil dari tindakan-tindakan individu.
Teori interaksionisme simbolik beranggapan bahwa masyarakat (manusia) adalah
produk sosial. Teori ini mempunyai metodologi yang khusus, karena interaksionisme
simbolik melihat makna sebagai bagian fundamental dalam interaksi masyarakat. Dalam
penelitian mengenai interaksi dalam masyarakat tersebut, teori interaksionisme simbolik
cenderung menggunakan metode kualitatif dibanding metode kuantitatif.
2.4. Kerangka Berfikir
Kehidupan Jalanan
Anak Punk
Gaya Hidup (Life Style)
Pandangan masyarakat
Dampak sosial (interaksi
dan hubungan sosial):
- Punk Masyarakat
- Masyarakat Punk
Interaksi Sosial yang
dihasilkan :
- Positif
- Negatif
Penjelasan:
Anak punk merupakan gejala sosial remaja yang ada pada masyarakat pada saat ini,
gaya hidup pada anak punk menjadikan fokus utama penelitian yang akan dilakukan teoriteori yang bersangkutan dengan kehidupan anak punk beserta dengan komunitasnya. Dari
gaya hidup tersebut hal selanjutnya yang akan diteliti lebih dalam adalah keterkaitan dengan
pengaruh jalan terhadap pembentukan kepribadian anak remaja yang menjadi anak punk,
pandangan masyarakat yang selalu memandang anak punk sebagai hal yang buruk dan juga
negatif. Juga dampak sosial terhadap Interaksi dan hubungan sosial anak punk.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis penelitian
Penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif mengenai “Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan
Medan Johor”.
Menurut Bogdan & Taylor (1975:5) dalam Moleong (2007:4) mendefinisikan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian akan menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang diamati.
Untuk memahami dan mendeskripsikan Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi
Kuning Kecamatan Medan Johor peneliti menggunakan studi lapangan (field research)
dengan observasi peneliti langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan pada subjek
dan objek penelitian.
3.2. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan judul yang telah diambil maka penelitian ini akan
dilaksanakan di kota medan terkhusuya di simpang lampu mrah Titi Kuning (kelurahan Titi
Kuning kecamatan Medan Johor) dan akan dilaksanakan setelah proposal penelitian ini
disetujui untuk dilaksanakan. Lokasi-lokasi penelitian di lakukan dikawasan lampu merah
Titi Kuning dimana lokasi wilayah ini menjadi tempat berkumpulnya anak-anak punk dengan
teman-teman se-komunitasnya untuk melakukan aktivitas setiap harinya
3.3. Penentuan informan
3.3.1 Objek Penelitian
Spradley dalam Sugiono (2009 : 297) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif
22
tidak menggunakan populasi namun dinamakan dengan “sosial institution” atau situasi
sosial yang terdiri dari tiga elemen yakni tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas
(activity) yang beriterkasi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dinyatakan sebagai objek
penelitian.Objek penelitian dalam penelitian ini adalah orang-orang yang benar-benar
mengerti dan memahami topik peneletian yaitu “Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan
Titi Kuning Kecamatan Medan Johor”.
Informan sebagai sumber informasi dalam pengumpulan data penelitian memegang
peranan pentig bagi penelitian. Penetapan informan dalam penelitian ini ditentukan atas
pertimbangan dari peneliti dan sesuai dengan kategori penelitian. Mereka adalah anak punk
yang dan informan lainnya disekitar lampu merah Titi kuning yang mengetahui tentang
permasalaha yang diteliti. Dengan penetapan informan secara tepat maka diharapkan dapat
memberikan informasi atau keterangan-keterangan dan mampu menjawab pertanyaanpertanyaan dari peneliti agar terjawab rumusan masalah penelitian dan sesuai dengan tujuan
dilaksanakannya penelitian.
3.3.2 Subjek Penelitian
Spradley dalam Basrowi (2008 : 188) mengemukakan bahwa subjek penelitian
merupakan orang pada latar penelitian. Mereka itu adalah yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi latar penelitian.
Maka yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat setempat yang
paham tentang lokasi, keadaan anak punk dan beberapa hal pedukung yang berhubungan
dengan permasalahan yang diteliti di kelurahan Titi Kuning kecamatan Medan Johor.
3.4. Tehnik Pengumpulan Data
Tahapan-tahapa pengumpulan data terdiri dari:
1. Studi Pustaka
Hal tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
permasalahan-permasalahan anak-anak punk beserta komunitasnya di sekitar
masyarakat. Studi pustaka dilakukan dengan menelaah tulisan-tulisan yang yang
sejalan atau relevan dengan masalah yang akan diteliti baik dari perpustakaan, koran,
mass media, maupun internet.
2. Observasi/pengamatan langsung
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data
kualitatif yang dilakukan dengan observasi partisipasi atau pengamatan secara
lansung yang dilakukan untuk mengamati suatu gejala sosial tertentu dilokasi
penelitian yang meliputi keadaan, kegiatan, peristiwa, perilaku yang melibatkan
informan dan pastinya berhubungan dengan proses perdagangan manusia. Hal ini
dilakukan agar dapat menghasilkan data sesuai realitas dan valid. Dalam melakukan
observasi, peneliti dibantu dengan kamera foto untuk pengambilan gambar yag dirasa
perlu untuk menambah refrensi nantinya.
3. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan peneliti di awali terlebih dahulu dengan initial interview
. hal ini dilakukan diawal pertemuan dengan tujuan untuk membangun hubungan
interpersonal dengan memberikan pertanyaan dan mempersiapkan terlebih dahulu
skenario-skenario tentang persoalan anak-anak punk beserta komunitasnya yang akan
di wawancarai kepada anak punk yang terpilih menjadi sample dalam penelitian.
3.5. Tehnik Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini pada dasarnya merupakan analisa kualitatif yang
dilakukan sejak dimulai penulisan proposal hingga pembuatan laporan pnelitian. Data hasil
penelitain yang telah dikumpulkan baik yang di peroleh melalui observasi dan wawancara
kemudian di analisis secara mendalam. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data
dilapangan berkesinambungan.
Dalam melakukan analisis, penelitian memeriksa ulang seluruh data yang ada, baik
data pada hasil observasi terstruktur, wawancara tidak struktur, wawancara sambil lalu dan
dari data sekunder yakni literature yang mendukung.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Sejarah Kecamatan Medan Johor
Kecamatan Medan Johor adalah salah satu dari 21 Kecamatan yang berada di
Wilayah Kota Medan berada pada ketinggian 12 M dari permukaan laut, yang
sebelumnya termasuk Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Patumbak dan
Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Masuknya Kecamatan Medan Johor
ke Wilayah Kotamadya Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun
1973 tanggal 10 Mei 1973 yang luas arealnya 
3.228 Ha dan terdiri dari 10
Kelurahan.
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera
Utara, tanggal 19 Oktober 1987 Nomor : 140 / 4078 / K / 1978 tentang Pemekaran
Kelurahan di Wilayah Kota Medan, yang salah satu diantaranya terdapat di Kecamatan
Medan Johor. Dengan demikian jumlah Kelurahan yang tadinya hanya 10 maka setelah
keluarnya SK tersebut jumlah Kelurahan di Kecamatan Medan Johor menjadi 11
Kelurahan.
Terakhir dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun 1991,
Kecamatan Medan Johor mengalami pemekaran sehingga jumlah kelurahan menjadi
6 kelurahan yaitu :Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Titi Kuning, Kelurahan Kedai
Durian, Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kelurahan Gedung Johor dan Kelurahan
Kwala Bekala.
4.1.2. Lokasi Kecamatan Medan Johor
Kecamatan Medan Johor merupakan
26 daerah pemukiman penduduk,, daerah
pengembangan wisata dan berada di kawasan pinggiran bahagian Selatan Kota
Medan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas areal
keseluruhan ±1.696 Ha, yang terdiri dari 6 Kelurahan, memiliki 81 Lingkungan
dengan batas-batas sebagai berikut :
-
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimoon dan Medan
Polonia, Medan Kota, Medan Baru dan Medan Selayang.
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe dan Deli Tua
Kabupaten Deli Serdang.
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas.
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang dan Medan
Tuntungan.
Untuk mengetahui luas wilayah Kecamatan Medan Johor secara lebih rinci
berikut jumlah penduduk sampai dengan 31 Januari Tahun 2014 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Table 1 : Luas wilayah dan jumlah penduduk di Kecamatan Medan Johor
JUMLAH PENDUDUK
LUAS
JLH
NO
KELURAHAN
JLH
WIL.
RT RW
JUMLAH
KK
L
LINK
P
Ha
L+P
1.
SUKAMAJU
152
3.048
7.025
7.313
14.338
13
27
11
2.
TITI KUNING
181
4.630
12.60
12.471
25.097
15
47
15
3.
KEDAI DURIAN
98
2.012
3.637
3.787
7.424
5
14
3
4.
PKL. MASYHUR
400
7.642
17.66
19.621
37.284
15
46
13
5.
GEDUNG JOHOR 315
6.157
3
14.82
14.562
29.388
13
17
6
6.
KWALA BEKALA 550
7.169
6
16.73
17.448
34.241
20
47
16
30.65
72.53
75.202
147.732
81
198
64
J U M L A H
1.696
8
Sumber : Data Kecamatan Medan Johor
0
4.1.3. Kependudukan Kcamatan Medan Johor
Untuk mengetahui potensi sumber daya manusia lebih lanjut, akan kita lihat
data – data kependudukan di Kecamatan Medan Johor dibagi Berdasarkan Suku,
Berdasarkan
Agama,dan
Berdasarkan
Mata
Pencaharian,
Berdasarkan
kewarganegaraan dan Jenis Kelamin.
Data Kependudukan Berdasarkan Suku :
Tabel berikut menunjukkan data kependudukan di Kecamatan Medan Johor
berdasarkan suku :
Tabel 2:Data Kependudukan Berdasarkan Suku di Kecamatan Medan Johor
NO
SUKU
JUMLAH
%
1.
Jawa
51.481
34,77%
2.
Melayu
32.312
21,83%
3.
Mandailing
20.965
14,13%
4.
Batak
11.845
7,91%
5.
Minang
6.096
4,11%
6.
Aceh
4.295
2,90%
7.
Nias
3.309
2,05%
8.
Cina
13.318
8,99%
147.732
100,00%
TOTAL
Sumber : Data Kecamatan Medan Johor
Data Penduduk Menurut Agama
Agama Islam merupakan penduduk mayoritas yang mendiami Kecamatan Medan
Johor, hal ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
Tabel 3 : Data Penduduk Menurut Agama
NO
AGAMA
JUMLAH
%
1.
2.
Islam
Kristen
101.129
27.315
68,47%
18,49%
3.
4.
Katholik
Hindu
5.142
632
3,48%
0,42%
5.
Budha
13.494
9,14%
TOTAL
147.732
Sumber : Data Kecamatan Medan Johor
100,00%
Tabel 4 : Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Medan
Johor
NO PEKERJAAN
1.
Buruh
2.
PNS / ABRI
3.
Pegawai
Swasta
4.
Pedagang
5.
Petani
6.
Jasa – Jasa
TOTAL
JUMLAH
8.741
4.219
/ 18.739
13.673
2.039
1.861
49.272
KETERANGAN
Sumber : Data Kecamatan Medan Johor
Tabel 5 : Data Penduduk Menurut Status Kewarganegaraan di Kecamatan
Medan Johor
NO Kewarganegaraan
a. J
u
1.
WNI
2.
WNA
Jumlah
Laki-laki
Wanita
Jumlah
72.863
74.849
147.712
8
12
72.871
74.861
20
147.732
Sumber : Data Kecamatan Medan Johor
Tabel 6 : Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Medan
Johor
NO
JENIS
JUMLAH
%
1.
Laki - laki
72.871
49,29
2.
Wanita
74.861
50,71
147.732
100,00
Jumlah
Sumber : Data Kecamatan Medan Johor
KETERANGAN
4.1.4. Kelurahan Titi Kuning
Kelurahan Titi Kuning merupakan wilayah yang termasuk dalam Kekecamatan
Medan Johor yang luas wilayahnya ±4.630 Ha. Yang terdiri dari 13 Lingkungan. Untuk
mengetahui jumlah penduduk masing-masing lingkungan dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Tabel 7 : Jumlah Penduduk di Kelurahan Titi Kuning
LINGKUNGAN
JUMLAH
PENDUDUK
JUMLAH
RT/KK
JUMLAH
LAKI-LAKI
JUMLAH
PEREMPUAN
Lingkungan I
1730
346
833
897
Lingkungan II
2172
425
1082
1090
Lingkungan III
1260
295
665
595
Lingkungan IV
1142
319
560
582
Lingkungan V
1321
225
600
630
Lingkungan VI
1410
235
725
685
Lingkungan VII
1607
403
786
821
Lingkungan VIII
1257
260
622
635
Lingkungan IX
1521
328
765
756
Lingkungan X
2327
386
895
1403
Lingkungan XI
1980
405
1036
944
Lingkungan XII
1140
184
512
599
Lingkungan XIII
1387
221
605
782
Lingkungan XIV
1453
337
839
614
Sumber : Data penduduk kelurahan Titi Kuning
Tabel 8 : Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Titi Kuning
LINGKUNGAN
ISLAM
KRISTEN
KATOLIK
BUDHA
HINDU
KONGHUCU
Lingkungan I
902
26
-
798
4
-
Lingkungan II
1756
42
8
340
26
-
Lingkungan III
177
22
-
1053
-
8
Lingkungan IV
135
60
12
924
17
-
Lingkungan V
134
24
10
860
15
2
Lingkungan VI
725
53
-
632
-
-
Lingkungan VII
1083
11
37
470
6
-
Lingkungan VIII
517
16
57
656
6
5
Lingkungan IX
725
115
125
55
5
1
Lingkungan X
1386
82
13
16
830
-
Lingkungan XI
602
17
-
1361
-
-
Lingkungan XII
58
22
-
1056
4
-
Lingkungan XIII
870
40
10
467
-
-
Lingkungan XIV
956
85
-
412
-
-
Sumber : Data penduduk kelurahan Titi Kuning
Tabel 9 : Komposisi mata pencaharian penduduk di Kelurahan Titi Kuni
LINGKUNGAN
Pegawai
negeri
Pegawai
swasta
TNI/Polri
Petani
Nelayan
pedagang
pensiunan
lainnya
Lingkungan I
4
260
-
-
-
-
90
558
Lingkungan II
12
291
6
2
-
61
5
459
Lingkungan III
-
575
-
-
-
5
1
219
Lingkungan IV
1
271
3
1
-
23
2
-
Lingkungan V
5
201
1
-
-
12
5
86
Lingkungan VI
20
42
-
-
-
67
7
1280
Lingkungan VII
9
227
2
-
-
442
6
872
Lingkungan VIII
3
623
1
-
-
17
-
155
Lingkungan IX
5
300
1
-
-
30
6
47
Lingkungan X
12
872
4
-
-
9
6
886
Lingkungan XI
7
75
2
-
-
101
8
-
Lingkungan XII
1
76
-
-
-
149
-
-
Lingkungan XIII
3
614
1
-
-
43
6
191
Lingkungan XIV
5
227
2
-
-
30
-
678
Sumber : Data penduduk kelurahan Titi Kuning
4.2.
Sejarah Punk di Dunia
Kata punk berasal dari sebuah kepanjangan public united not kingdom artinya negara
kesatuan anti penjajahan dengan kata lain punk itu bebas. Punk merupakan sub-budaya yang
lahir di London,Inggris. Komunitas Punk yang sudah berdiri pada tahun 1908 dan didirikan
oleh
Michael
Bakkunin
mempunyai
nilai-nilai
dasar: DO
IT
YOURSELF
dan SOLIDARITAS. Karena itu, komunitas Punk hidup mandiri tanpa sokongan atau
bantuan orang lain. Dalam menghidupi diri sendiri dan komunitasnya, mereka membuat label
rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke
pasaran. Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut
distro. CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga
memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa
tindik (piercing) dan tatoo. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat
terjangkau. Mengenai solidaritas, komunitas Punk adalah yang paling utama. Mereka merasa
sebagai keluarga besar yang ikatannya sangat kuat.
Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun ,
sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika , golongan punk dan skinhead (subbudaya yang lahir di London, Inggris) seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat
yang sama. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.
Gerakan anak muda yang di awali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah
amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keungan yang dipicu oleh kemerosotan moral
oleh para tokoh plitik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk
berusaha menyindir pera penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik
dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak. Punk
juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak-anak muda yang berlandaskan dari
keyakinan we can do it ourselves (Kita bisa mengerjakan sendiri). Penilaian punk dalam
melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagu yang bercerita tentang masalah
politik, lingkungan, ekonomi, sosial.
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer(ngelem) dan perusuh karena
di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak
terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang
berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.Punk lebih terkenal dari hal
fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut
mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang
terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti
kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya
sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak
untuk disebut sebagai punker.
4.2.1. Gaya Dan Hidup Ideologi
Psikolog brilian asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa:
“ manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama,
melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut
secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan
membuat sesuatu yang baru (seni)”.
Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian.
Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni
avant-garde, yaitu dandanan nyeleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan
kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para
penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara
drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu
hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran
(ideas).
Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah
terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles,
Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi
atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes
demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi,
kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja
kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.
Akibatnya punk dicap sebagai musik rock and roll aliran kiri, sehingga sering tidak
mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun
enggan mengorbitkan mereka.
Gaya hidup ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan
lainnya. Ideologi diambil dari kata "ideas" dan "logos" yang berarti buah pikiran murni dalam
kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi
maka punk kalisari pada saat ini mulai mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu manfaatkan
media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan
sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing.
4.2.2. Punk Dan Anarkisme
Kegagalan Reaganomic dan kekalahan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam di
tahun 1980-an turut memanaskan suhu dunia punk pada saat itu. Band-band punk gelombang
kedua (1980-1984), seperti Crass, Conflict, dan Discharge dari Inggris, The Ex dan BGK dari
Belanda, MDC dan Dead Kennedys dari Amerika telah mengubah kaum punk menjadi
pemendam jiwa pemberontak (rebellious thinkers) daripada sekadar pemuja rock n’ roll.
Ideologi anarkisme yang pernah diusung oleh band-band punk gelombang pertama (19721978), antara lain Sex Pistols dan The Clash, dipandang sebagai satu-satunya pilihan bagi
mereka yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap otoritas negara, masyarakat, maupun
industri musik.
Di Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa
untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal
menurut para pencetusnya, yaitu William Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail
Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat
tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang
harus diakhiri.
Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat
pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas
pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan,
hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan
sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan
negara.
Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata.
Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat
maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan
perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Punk etika semacam inilah yang lazim disebut
DIY (do it your self / lakukan sendiri). Keterlibatan kaum punk dalam ideologi anarkisme ini
akhirnya memberikan warna baru dalam ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki
ke-khasan tersendiri dalam gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai
ideologi lazim disebut dengan gerakan Anarko-punk.
Berdasarkan pengelompokan maka punk dapat dibagi menjadi 1) punk on the street,
2) punk of the street, dan 3) punk in the street atau punk from families of the street. Pengertian
untuk punk on the street adalah anak punk yang mempunyai kegiatan dijalan yang masih
memiliki hubungan dengan keluarga , punk dalam kategori ini anak punk yang tinggal
bersama orang tuanya dan pulang kerumah setiap hari. Sedangkan punk of the street adalah
anak punk yang meng habiskan seluruh atau sebagian besar waktunya dijalanan dan tidak
memiliki hubungan atau memutuskan hubungan dengan keluarganya adan orangtuanya
memilih untuk tidak pulang kerumah. Demikina pula punk in the street atau punk from
families of the street yakni anak-anak punk yang menghabiskan seluruh waktunya dijalan
yang berasal dari keluarga yang hidup dan tinggal dijalanan. Oleh karena itu, pengertian punk
dalam penelitian ini adalah mencakup ketiga point yang telah dsebutkan diatas, dengan
berbagai aktivitas yang beragam dijalan.
4.3.
Sejarah Masuknya Punk di Indonesia
Punk mulai masuk ke Indonesia sekitar akhir 1970 an. Masuknya gaya hidup punk ke
Indonesia diawali pula oleh masuknya musik-musik beraliran Punk ke Indonesia namun
perkembangannya tidak sepesat di negeri asalnya.Punk di Indonesia pada awalnya hanyalah
sebuah komunitas kecil yang tidak terang-terangan menunjukkan gaya hidup Punk.
Kemudian anak-anak muda mulai meniru gaya berpakaian dan mulai memahami ideologi dan
akhirnya menjadikan Punk sebagai gaya hidupnya. Pada perkembangannya baik di negeri
asalnya maupun di Indonesia, Komunitas Punk telah mempunyai suatu subkultur tersendiri
yang diakui masyarakat dan terkadang dianggap menyimpang. Punk juga telah semakin
populer dengan timbulnya Punk sebagai suatu Trend. Contohnya ialah dalam dunia Fashion
gaya berpakaian Punk menjadi trend fashion masyarakat umum.
Punk sebagai bentuk subkultur seperti telah dijelaskan sebelumnya, tentu memiliki
nilai-nilai yang bersifat bertentangan karena subkultur ini muncul sebagai bentuk counter
culture dari sistem sosial budaya arus utama (mainstream). Yang dimaksud dengan arus
utama (mainstream) adalah pola sosial yang dominan dan konvensional. Perbedaan ini dapat
menimbulkan anggapan menyimpang dari masyarakat tentang subkultur punk.Dengan
demikian, Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris, yang menjadi wadah
untuk mencurahkan kritik dan protes atas penguasa pada waktu itu. Punk memiliki ideologi
sosialis yang bersifat bebas. Punk lebih dikenal melalui gaya busananya seperti potongan
rambut Mohawk, jaket penuh dengan spike dan bedge, sepatu boots, jeans ketat, badan
bertato, body piercing, dan hidup di jalan-jalan. Proses modernisasi di Indonesia
menyebabkan kehadiran Punk sebagai gaya hidup baru, yang umumnya dianut oleh sebagian
kaum muda.
Komunitas Punk di Indonesia merupakan komunitas Punk dengan jumlah populasi
terbesar di dunia. Penganut kultur punk di Indonesia mulai mengadopsi substansi Punk yang
termasuk di dalamnya ideologi, etika DIY (Do It Yourself), pandangan politis, dan lain
sebagainya. Salah satunya adalah gaya hidup positif Straigh Edge yang menolak konsumsi
alkohol, rokok, obat-obatan terlarang, dan perilaku seks bebas.
4.4.
Hasil Penelitian
4.4.1. Keeksistensian Punk di Medan
Medan sebagai kota besar ketiga di Indonesia, pasti tidak lepas dari banyaknya aliran
gaya hidup yang masuk ke dalamnya. Komunitas punk di Kota Medan muncul di awali
dengan adanya komunitas underground. Komunitas underground merupakan komunitas dari
band-band yang memiliki aliran musik rock. Di dalam hal ini musik punk merupakan bagian
dari musik rock. Oleh karena itu sekumpulan orang yang menyukai musik punk merupakan
bagian dari komunitas underground. Pada komunitas underground, penyuka musik punk
disebut punker. Para punker yang merupakan pendahulu kota medan sering disebut pioneer.
Pada awalnya poneer memiliki satu sekretariat dan sejak tahun 2001 sekretariat sudah tidak
digunakan. Hal ini disebabkan karena jumlah para punker yang meningkat, sehingga
membuat scene masing-masing.
Scene merupakan tempat berkumpul bagi para punker, scene merupakan kelompokkelompok kecil dari keseluruhan komunitas punk di kota Medan. Keberadaan komunitas anak
punk Medan adalah salah satu bukti betapa banyaknya gaya hidup yang mulai berkembang di
kota Medan. Tidak bisa dipungkiri memang keberadaan komunitas anak punk di Medan yang
sudah sejak lama tumbuh. Mereka memiliki beberapa komunitas dengan berbagai nama tapi
dengan tujuan yang sama yaitu menjunjung tinggi gaya hidup punk entah itu gaya berpakaian
ataupun selera musik cadasnya.
Pada awalnya komunitas Punk di Kota Medan memiliki satu scene, yaitu di Jalan
Abdullah Lubis. Sejalan dengan semakin bertambah jumlah Punk di Kota Medan, tempat
berkumpulnya para punker tersebut semakin menyebar, seperti di pringgan, Dr. Mansyur, dan
lainnya. Dari hasil observasi saat ini terdapat tujuh scene di Kota Medan, yaitu di simpang
aksara, Titi Kuning, Juanda, Brayan, Setia Budi, Simpang Pemda dan Cemara Asri. Scene
dibentuk sebagai tempat berkumpul para punker pada masing-masing bagian di daerah Kota
Medan. Scene juga dijadikan sebagai tempat bertemu dan berinteraksi antara punker di dalam
scene maupun dengan punker yang berasal dari scene lain bahkan dari kota atau negeri lain.
Gaya berpakaian mereka yang identik dengan gaya urakan, sering kali membuat
masyarakat resah. Mereka sering dianggap sampah masyarakat yang tidak berguna dan
hidupnya hanya untuk foya-foya saja. Padahal selain sisi negatif yang terlihat dari luar, ada
beberapa hal yang bisa dijadikan pembelajaran dari mereka.Keberadaan anak punk Medan
bisa dikatakan sudah memiliki umur yang tidak muda lagi. Perkembangan gaya hidup yang
memiliki ciri khas tersendiri ini sudah sejak lama mulai menampakkan geliatnya.
Tercatat ada beberapa komunitas anak punk di Medan seperti Freedom Fighter
Collective, Juanda Squad, Sutomo Crew, Padang Bulan Squad, Griya Squad, Ayahanda
Crew, Aksara Squad, Titikuning Squad, Helvet Squad dan masih banyak yang lainnya dan
belum menampakkan dirinya. Beberapa komunitas ini keberadaannya menyebar di seluruh
penjuru kota Medan. Rata-rata mereka memiliki markas tersendiri untuk berkumpul dan
melakukan aktivitas lainnya.
Awalnya pembentukan komunitas “Punk” tersebut terdapat prinsip dan aturan yang
dibuat dan tidak ada satu orangpun yang menjadi pemimpin karena prinsip mereka adalah
kebersamaan atau persamaan hak diantara anggotanya. Dengan kata lain, “Punk” berusaha
menyamakan status yang ada sehingga tidak ada yang bisa mengekang mereka. Sebenarnya
anak “Punk” adalah bebas tetapi bertanggung jawab. Artinya mereka juga berani bertanggung
jawab secara pribadi atas apa yang telah dilakukannya. Karena aliran dan gaya hidup yang
dijalani para “Punkers” memang sangat aneh, maka pandangan miring dari masyarakat selalu
ditujukan pada mereka. Padahal banyak diantara “Punkers” yang mempunyai kepedulian
sosial.
Komunitas anak “Punk” mempunyai aturan sendiri yang menegaskan untuk tidak
terlibat tawuran, tidak saja dalam segi musikalitas saja, tetapi juga pada aspek kehidupan
lainnya. Dan juga komunitas anak “Punk” mempunyai landasan etika ”kita dapat melakukan
sendiri”, beberapa komunitas “Punk” di Titi Kuning kecamatan Medan Johor. Komunitas
tersebut membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus
mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian berkembang menjadi semacam toko kecil yang
disebut distro. Tak hanya CD dan kaset, mereka juga memproduksi dan mendistribusikan tshirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Produk yang
dijual seluruhnya terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau.,Kemudian hasil yang
didapatkan dari penjualan tersebut, sebagian dipergunakan untuk membantu dalam bidang
sosial, seperti membantu anak-anak panti asuhan.
Saya mewawancarai seorang punker yang bernama Tulank lelaki berusia 30 tahun,
Lahir di kota Kabanjahe. Tulank mengenal Punk pertama kali melalui seniornya ketika
berada di bangku SMP. Kira-kira umur 14 tahun, pria asli bernama Persma Maha mulai jatuh
cinta dengan punk pada saat itu. Tulank mempunyai dua putri yang memiliki usaha kreatif
sablonan dan segala macam karya yang dibuat dengan hasil karya tangan Tulank sendiri.
Usaha sablon dijalaninya hampir 7 tahun berawal dari usaha kecil. Setelah menjadi kepala
rumah tangga tidak mungkin bergantung hidup di musik saja untuk memenuhi kebutuhan
keluargannya.
“kita punya keterampilan lain, bisa buka usaha, ya kenapa gak kita manfaatkan aja.
Kayak aku ini buka usaha sablo, ya selama gak bertentangan sama semangat punk itu
ya gak masalah. Masak mentang-mentang punk, jadi harus mati-mati di punk aja.
Apalagi kayak aku udah berkeluarga, ya harus kreatif nyari tambahan duit”
Saya juga mewawancarai tulank tentang keeksitensian komunitas-komunitas dan juga
perkembangan punk yang ada di medan, Tulank menceritakan bagaimana seseorang yang
menjadi anak punk Medan seperti berikut:
“Punk itu dimana saja pun bisa, karena punk adalah sesuatu yang fleksibel,tapi juga
ada hal yang serius, jadi di mana pun berada, punk pasti bisa dan jalanan bisa menjadi
salah satu tempat untuk punk dalam melakukan counter coulture (budaya
perlawanan), terhadap budaya mainstream (kapitalisme), sedangkan jalanan belum
tentu bisa dikatakan punk, karena banyak hal yang bisa terjadi dijalanan, dan itu gak
mungkin semua dilakukan atas nama punk atau counter coulture, dan jalanan pasti
bisa merubah pemikiran sikap serta kehidupan seseorang, tapi tergantung individunya,
kalau dia hanya menjadikan jalanansebagai pelarian maka itu takkan lama, karena
cepat atau lambat orang itu akan merasa bosan dan tak mendapatkan apa pun hanya
sekedar happy happy saja, dan ditambah lagitidak adanya keinginan untuk tau atau
mau belajar tentang apasih itu punk dan keraasnya hidup ini maka orang itu hanya
terlena dalam hedonisme jalanan saja”.
Sambil mengerjakan baju yg sedang disablonnya Tulank meneruskan ceritanya sambil
sesekali mengeluarkan candaan yng membuat kami yang ada di rumah Tulank tertawa, dan
sambil terus melanjutkan ceritanya tentang punk. Seperti berikut ini :
“Ya punk bisa dikatakan juga sebagai pelarian dimasa muda saja, tapi sebaliknya
kalau kita menjadikan jalanan itu sebagai musisi cadas musisi jahanam wadah atau
tempat kita untuk belajar, pasti banyak hal-hal positif yang bisa kita dapatkan, jalanan
adalah tempat kita berbagi, merasakan, atau pun mencari apapun yang kita inginkan
tapi tetap, haruslah tetap dalam etos punk, jalanan adalah tempat yang sangat luas dan
terdiri dari berbagai macam ragam tipe manusia yang ada didalamnya jadi buat
teman-teman punk yang sudah lama ataupun baru saja turun kejalanan mungkin sudah
uambisa untuk saling membagi apa yang kita ketahui bersama dan mencari tahu apa
saja yang belum kita ketahui punk bukan OKP (organisasi kepemudaan) yang dibuat
untuk melancarkan kepentingan penguasa dan dibangun dalam karakter yang
militeristik dan kekerasan pun di jadikan cara untuk menyelesaikan permasalahan,
jalanan adalah tempat kita untuk menumpahkan segala keresahan yang ada didalam
jiwa dan pikiran kita tempta kita mengekspresikan segala bentuk perlawanan kita,
terhadap musuh yang harus kita ketahui bukan kita malah membuat konflik sesama
kita, street punk bukan pelarian atau sekedar penampilan yang ekstrim saja. Street
punk adalah budaya perlawanan terhadap rusaknya tatanan kehidupan yang
diterapkan oleh penguasa untuk menindas rakyatnya, street punk takkan pernah
mampus berontak.. melawan...mandiri... bertahan”.
Sambil sibuk dengan alat-alat sablonannya, Tulank juga sedikit bercerita tentang
pertama kali punk muncul di Medan, seperti berikut:
“Sedikit cerita tentang scenes punk (Scene merupakan tempat berkumpul bagi para
punker, scene merupakan kelompok-kelompok kecil dari keseluruhan komunitas
punk) di Medan tapi mungkin tidak secara lengkap atau detail bisa ku ceritakan
maklumlah, aku juga bukan generasi prtama dari scenes punk Medan ini, jadi
mungkin tidak terlalu detail yang bisa aku paparkan, Kalau enggak salah scene punk
Medan pertama kali muncul sekitar awal atau pertengahan tahun 90’an dibawa oleh
anak-anak medan yang sekolah atau pun berkunjung dari pulau Jawa. Dan meluas
sampai kepinggiran kota Medan, Tanjung Morawa adalah salah satu kota yang
scenenya juga sudah cukup lama ada. Scene awal dikota ini ada namanya Inalum
Brother Hood tapi sekarang sudah tidak ada lagi, tapi orang-orangnya masih ada yang
beratahan sampai sekarang, ada juga namanya Mcp (Medan City Punk) ini juga sudah
tida ada lagi sekarang, ada juga scene didekat rumah sakit Malahayati, yang konon
mereka mengatakan dirinya Nazi punk sebuah ketololan atau kegoblokkan pada
waktu itu, ya tapi itulah pada waktu itu, punk di kota medan ini tak ubahnya hanya
sekedar musik dan fashion saja ditambah lagi pada waktu itu sifat senioritas yang
masih sangat kental di setiap scene yang ada dan punk seperti militer saja pada waktu
itu karena biala ada yang mau masuk ke komunitas atau scene punk dia harus
melewati seperti ospek pelonco dari seniornya dan hal sangat menggelikan dan pasti
membuat kalian tertawa”.
Tulank melanjutkan ceritanya sambil mengambil sebatang roko dari kantongnya dan
menghidupkannya. Seperti berikut ini cerita yang tulang sampaikan :
“ waktu itu ada beberapa punk’s yang ada disetiap scene wajib pakai kartu tanda
pengenal punk alias KTP punk jadi yang tidak memiliki itu belum sah jadi punk ada
scene yang namanya RASCAL scene ini juga sudah tidak ada lagi sekarang mungkin
memang karena pada waktu itu arus informasi tentang punk sangat kurang di kota ini
jadi banyak sekali kekurangan yang terjadi disini tapi pada waktu itu zines juga sudah
ada, kalau enggak salah namanya SIAMBALANGAN ZINES, ini pun sudah tak ada
lagi sekarang, BRONTAK ZINES dan masih ada sampai sekarang recordnya juga
sudah ada pada waktu itu namanya SIB BABAMI Record tapi sekarang aku tak tau
lagi bagaimana kabarnya soalnya tidak ada rilisan yan mereka buat lagi. Pada akhir 90
an sampai awal 2000 an muncullah scene atau kolektif SARAFS (satu rakyat anti
racis facis), dari komunitas inilah punk di Medan agak mengalami perubahan dan
perkembangan, di mana scene ini mencoba untuk menjadikan punk bukan sekedar
musik atau fashion saja, mereka sering melakukan kegiatan di luar musik, misalnya
mereka sering membuat diskusi rutin untuk menggali dan lebih mempelajari lagi apa
itu punk yang seharusnya di jalankan, mereka juga sering terlibat dalam aksi untuk
turun ke jalan, atau berdemonstrasi, menuntut apa yang seharusnya kita perjuangkan
bersama, sarafs juga memiliki zines, namanya KEBEBASAN ZINE, dikolektif itu
juga sudah ada yang nyablon dan membuat barang-barang lokal, tapi sekarang
kolektif ini sudah vakum, tapi orang-orangnya masih ada yang bertahan sampai
sekarang”.
Dari paparan dan hasil wawancara dengan punker yang bernama Presma Maha
(Tulank) peneliti dapat mengetahui asal mula masuknya scene punk pertama kali di kota
Medan.
4.4.2. Keeksistensian Punk di kelurahan Titi Kuning kecamatan Medan Johor
Keeksistensian punk di Medan berkembang keseluruh daerah-daerah yang ada di
Medan terutama di kelurahan Titi Kuning kecamatan Medan Johor Komunitas punk didaerah
ini rupanya tetap menjunjung tinggi motto hidup anak punk di seluruh dunia yaitu DIY yang
memiliki kepanjangan arti “Do It Yourself”. Arti dari motto itu bukan hanya mengerjakan
semuanya sendiri dalam artian mandiri atau kebebasan, tapi lebih luas ke arti memiliki
kebebasan dalam berpelilaku tapi memiliki tanggung jawab. Rasa tanggung jawab di sini
diartikan sebagai tanggung jawab untuk persatuan semua golongan anak punk dan tidak
membuatnya terkotak-kotak karena perbedaan. Semua setara dan tidak ada yang
membedakan mereka satu sama lainnya.
Ada banyak kegiatan komunitas punk dikelurahan Titi Kuning kecamatan Medan
Johor yang dilakukan. Kegiatan itu kebanyakan memang dilakukan untuk mencari uang
sebagai bekal agar komunitas mereka tetap bergerak. Yang lebih salut lagi mereka tidak
meminta-minta kepada pemerintah atau orang lain. Mereka berusaha sendiri untuk
mendatangkan uang, sama seperti motto mereka yaitu do it yourself. Setiap dari komunitas itu
biasanya memiliki band dengan genre punk. Untuk menyebarluaskan lagu-lagu yang mereka
ciptakan, dilakukan dengan merekamnya tanpa bantuan orang lain alias dari komunitas
mereka sendiri. Setelah tercipta, mereka biasanya menjualnya di dalam distro khusus anak
punk yang mereka bentuk sendiri juga. Di distro itu mereka menjual berbagai aksesoris punk
untuk para penggemarnya.
4.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Seseorang Ikut dalam Komunitas Punk
Banyak faktor mengapa seseorang ikut dalam sebuah komunitas punk. Antara lain
karena mereka mempunyai sebuah tujuan dan ideologi yang sama. Sehingga mereka mudah
menerima sebuah golongan yang dianggap sebagai sesuatu yang sama, yaitu tujuan yang
ingin di capai. Ada juga yang tertarik dari motto komunitas punk, yaitu Equality atau
persamaan hak. “Aliran Punk lahir karena adanya persamaan terhadap jenis aliran musik
Punk dan adanya gejala perasaan yang tidak puas dalam diri masing-masing. Sehingga
mereka mengubah gaya hidup dengan gaya hidup Punk. Di sisi lain ada juga komunitas punk
ini yang mempunyai kegiatan positif.
Misalnya Tulank dan ogex adalah contoh kecil kenapa mereka harus memilih punk
sebagai prinsip hidup mereka yang berlandaskan DIY (do it yourself ). Mereka besar di
masyarakat yang mengkulturkan penyeragaman selera. Masyarakat yang terlalu munafik
untuk hal-hal yang dianggap ” tabu “. Mereka memberontak dengan setiap kekuatan yang
mereka miliki yaitu memilih etika punk sebagai jalan hidup mereka. Penampilan mereka dan
cara hidup mereka sebagai counter cultur terhadap penyeragaman selera. Sebagai manusia
biasa dan makhluk sosial yang punya perasaan, mereka memilih punk bukan untuk pelarian
semata tapi self difennce mereka terhadap serangan-serangan pengekangan ekspresi diri
( offence of cultur mainstream ) , penyeragaman selera, dan cultur budaya ” mapan “yang di
ciptakan oleh mayoritas masyarakat. Tulank dan ogex bukanlah pemuda-pemuda yang lari
dari tanggung jawab. Pemuda yang cengeng atau masih menjadi benalu bagi orang tua
mereka. Dengan etika DIY ( do it yourself / berdikari) dan prinsip yang mereka miliki
memberikan sesuatu yang berarti dalam hidup mereka.Tulank adalah ayah dari dua orang
putri, tulank sering bermain musik dan membuka usaha sablon. Sedangkan ogex adalah
seorang pemuda berusia 22 Tahun.
Mereka memilih punk bukan karena terpaksa atau sekedar ikut-ikutan saja, punk bagi
mereka cara menyikapi hidup dengan tidak tergantung kepada orang lain dengan terjemahan
yang sangat sederhana yaitu mandiri. Hari-hari mereka pun tidak selalu berpenampilan punk
saja. Hari biasa mereka berpenampilan layaknya orang normal lainnya. Mereka mempunyai
jadwal yang rutin seminggu sekali, untuk melepas kepenatan dan bercanda tawa di pinggiran
trotoar.
Disaat anak-anak muda yang lain lebih memilih diskotik atau tempat hiburan lainnya.
Mereka memilih jalanan sebagai tempat mereka berbaur bersama dengan kawan-kawan
street punk simpang Titi Kuning yang juga masing-masing dari anak-anak punk ini
mempunyai profesi yang berbeda di keseharian mereka. Ada yang bekerja sebagai karyawan
swasta, mahasiswa, tukang sablon, tukang parkir, pelajar dll. Berdasarkan pengalaman
penulis ke lokasi dimana mereka sering nongkrong, ternyata mereka adalah sosok-sosok yang
sangat humoris bersahabat dan cerdas, sangat beda dengan kesan dari luar yang terlihat
sangar dan menyeramkan, perasaan mereka lebih lembut dari yang dapat kita banyangkan.
Ogex seorang pemuda berusia 22 Tahun menggukapkan penyebab mengapa dia
masuk kedalam komunitas punk. Berikut ini pernyataan ogex:
“aku masuk komunitas punk udah ada 7 tahunanlah, pertama kali aku masuk
komunitas punk aku mencari jati diri ku di punk ini. Ya pertama-pertama memang
ikut-ikutan tapi disinilah aku temukan jati diriku. Di punk ini aku bisa bebas jadi
diriku sendiri”.
Sedangkan ilham pemuda berusia 23 Tahun juga bercerita tentang mengapa dia
masuk kedalam komunitas punk. Berikut ini pernyataan ilham ketka saya wawancarai:
“aku dari tahun 2004 udah ada di komunitas punk. Aku masuk komunitas punk karena
kemauan jiwa ku yang menuntun ku ke komunitas punk. Kayaknya memang udah
panggilan jiwa kali ya. Kulihat dan kudengar banyak pemuda yang menemukan jati
diri mereka setelah masuk dalam komunitas punk. Aku alami sendiri setelah masuk
kedalam komunitas punk aku jadi lebih peduli terhadap orang lain, banyak kali ku
lihat masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Banyaklah wawasan yang
kudapat setelah aku masuk komunitas punk. Bukan kayak yang dibilang masyarakat
kalok punk ini Cuma negatif aja.
Namun
ketika hantaman
labelisasi
dan
pencitraan
tak
berimbang
oleh
media juga golongan masyarakat yang mempunyai ideologi ” mapan ” . Mereka di jadikan
tumbal dari “kegagalan” sistem penerapan budaya normal yang di dengungkan masyarakat
umum dan pemerintah. Sehingga membuat golongan ini ( punk ) sebagai budaya yang tidak
di inginkan karena merupakan budaya impor dari luar. Hal ini menjadikan mereka menjadi
pribadi-pribadi yang terkekang kebebasan ekspresinya dalam berpenampilan. oleh
masyarakat yang menjunjung norma dan adat istiadat ketimuran. Padahal menjadi punk
bukan bagaimana kamu harus mirip menjadi punk rock star, tapi bagaimana kamu
menghilhami diri, menggali potensi yang ada, percaya dengan do it your self yang di pegang.
Dan jika di ambil benang merah dari ” kegagalan ” budaya normal tadi, indikatornya bukan
terletak pada bagiamana cara berpakaian anak-anak ini. Tapi kemampuan generasi muda itu
memahami dan menyerap setiap budaya dari luar, dan di terjemahkan ke dalam ruang
berpikir yang luas. Tapi akhirnya kemunafikan masyarakatlah yang tidak memberikan ruang
untuk memberi kebebasan berekspresi. Berpenampilan aneh, seronok = sesuatu yang tidak
baik dan akan di cap sebagai minor personal. Jika kita berpikir tenang dan mau terbuka
dengan lapang dada. Bukankah ” kemandirian ” generasi muda yang menjadi modal awal
suatu bangsa, selain faktor yang lain.
4.4.4. Keterkaitan Punk dengan Teori yang dipakai untuk menganalisis
Telah dijelaskan pada bagian sebelumnya tentang awal mula munculnya ideologi
punk. Kelahiran punk yang dijelaskan tadi membawa banyak perubahan sosial yang ternyata
tidak hanya di Inggris saja. Ideologi ini menyebar keseluruh belahan dunia dari barat sampai
ke belahan timur dunia. Ideologi punk terbentuk secara tidak langsung akibat dari aksi
komunitas street punk yang sangat frontal terhadap pemerintahan di negara bagian eropa.
Aksi punkers ( sebutan untuk anak punk) menolak adanya pemberlakuan pajak yang tinggi,
anti kapitalis, menginginkan adanya chaos, menolak dan mengecam paham Nazisme dan
Fasisme dalam
pemerintahan
Inggris.
Menentang
keras Imprealism beserta
politik
Apartheid, menolak adanya paham Feodalism, tidak menginginkan dipakainya paham
Neoliberalism sebagai paham ekonomi di seluruh negara sebagai bentuk dari perdagangan
bebas, serta tidak menginginkan pemerintahan yang me”marjinal”kan masyarakatnya.
Aksi komunitas punk yang turun ke jalan bersama dengan kaum skinhead (kaum dari
kalangan pekerja dan buruh ) pada akhirnya membuahkan hasil di mana adanya penghapusan
pahamFasisme dan Nazisme di Eropa. Ikut melawan rezim militer di Rusia, ikut melatar
belakangi penghancuran tembok berlin di Jerman sebagai bentuk penghapusan kedua paham
tadi di Eropa dan masih banyak aksi – aksi lainnya pada masa sekarang ini seperti melawan
lembaga dunia WTO ( World Trade Organization ) yang merupakan lembaga pengelola
perdagangan bebas. Kemudian pada perkembangan selanjutnya banyak aktivis, kaum
cendikiawan dan terpelajar, buruh, tani, nelayan, serta kaum dari golongan masyarakat
kalangan menengah ke bawah yang ikut bergabung dalam perjuangan kaum punk
dan Skinheads ini seperti organisasi Black Bloc. Dalam sejarahnya, aksi ini mempunyai
jumlah massa terbesar di dunia.
Pada masa sekarang muncul berbagai macam komunitas punk. Ada yang melanjutkan
cita – cita para pendahulunya dengan tetap membawa ideologi punk yang mereka pahami dan
ada pula sebagian yang tidak mengetahui arti dari ideologi punk tersebut dan baginya hanya
sebagai media untuk tampil keren dengan segala atribut punk yang mereka kenakan sehingga
sudah jauh berbeda dengan ideologi punk sebenarnya. Dampak dari itu muncul pemaknaan
yang negatif dan sering dicap jelek oleh masyarakat kepada para punkers. Pemaknaan ini pun
tidak dipersalahkan karena individu yang sudah memakai atribut punk seperti tatto, tindik,
sepatu boot menganggap diri mereka sebagai punkers dan menganggap punk itu sebagai
hidup bebas tanpa aturan. Mabuk di tempat umum, membuat keonaran dan meresahkan
masyarakat. Ini sudah sangat jauh berbeda dengan punk yang sesungguhnya. Disamping itu
juga masih banyak komunitas punk yang memang membawa ideologi punk ke dalam budaya
komunitasnya
dan
ke
dalam
kpribadian
tiap
anggotanya,
biasa
disebut
dengan Streetpunk. Punk sendiri adalah bentuk perilaku yang muncul dari sikap
pemberontakan terhadap ketidakpuasan, marah dan benci terhadap segala dari aspek
kehidupan yang tidak sesuai pada tempatnya misalnya kehidupan ekonomi, sosial, politik
bahkan agama.
Selain pergerakan sebagai bentuk realisasi ideologi, musik dan fashion juga
merupakan media untuk menuangkan segala macam bentuk pemberontakan dan anti
kemapanan. Dari segi musik pemberontakan dilakukan melalui lirik lagu yang mengecam
keras segala bentuk perilaku pemerintah yang secara sewenang-wenang menindas
masyarakat. lirik dalam musik ini juga sebagai alat provokatif untuk bersama- sama
melakukan perlawanan dari cita – cita punk sendiri. Dapat dilihat bukti tentang pergerakan
punk melalui musik.
Telah banyak bermunculan kelompok musik atau band yang beraliran punk dengan
segala sub dari musik punk itu sendiri seperti Punk Rock, Punk Reggae, Ska Punk, Pop Punk,
Techno Punk, Crusty Punk, Post Punk, Metal Punk, Melodic Punk, Hardcore Punk dan masih
banyak lainnya. Walupun percampuran yang berbeda dari jenis musik lainnya tapi tetap
mengusung ideologi punk yang mereka anut, inilah yang membuat kuat persatuan para
punkers walaupun dari komunitas punk yang berbeda. Musik punk sendiri lahir dari paham
pemberontakan dan anti kemapanan. Mereka membuat aliran musik sendiri sebagai bentuk
protes dari kehidupan bermusik yang menjadi mainstream pada masyarakat misalnya, aliran
musik rock yang sangat menekankan skill dalam memainkan alat musik. Ini semua dibantah
oleh para penganut punk, bermusik dibatasi dengan aturan yang mengurung kebebasan
berekspresi.
Selain musik, fashion juga menjadi media utama dalam merealisasikan bentuk
ideologi komunitas punk. Awalnya mereka memberontak terhadap kaum borjuis yang
membanggakan diri dengan fashion dari bentuk kemewahannya. Setiap anggota komunitas
punk akrab dengan fashion atau aksesorif dalam kehidupan mereka yang mempunyai ciri
tersendiri. Aksesoris yang mereka gunakan menunjukkan arti atau makna berdasarkan orang
yang memakainya.
“Menurut Budianto ( 2001), tanda-tanda atau simbol-simbol tersebut sangatlah akrab
dan melekat pada kehidupan manusia yang penuh makna (meaningfull action ) seperti
yang teraktualisasi pada bahasa, religi, seni, sejarah dan ilmu pengetahuan. Bentuk
aksesoris bermacam-macam seperti, pierceng, kalung dan rantai,spike, pin
atau bros,slayer atau scrub.”
Dalam atribut punk, sering dilihat dari pakaian (baju, celana dan jaket kulit), tatto,
model rambut dan sepatu. Model baju dan celana yang lusuh identik dengan komunitas ini
walaupun masih ada komunitas punk lainnya yang berpakain yang lebih keren. Ini tergantung
dari identitas komunitas tersebut. Tatto pada setiap mempunyai arti tersendiri bagi orang
yang menggunakan tatto, dan untuk sepatu biasanya memakai sepatu boot.
Sesuai dengan pemaparan di atas, ketika individu mempunyai aspek dalam
kepribadian mereka seperti pada pemaparan tentang komunitas punk dengan segala cirinya,
apa itu karena lingkungan yang membentuk kepribadian atau sebaliknya, apakah individu
akan mempertahankan identitas dirinya sebagai individu tunggal? atau individu tetap merasa
aman dalam masyarakat sebagai entitas tunggal? Walaupun sulit untuk digeneralisasi, tapi
pemahaman bahwa tiap individu dan individu lainnya akan berinteraksi satu sama lain
membentuk komunitas untuk keamanan identitasnya dalam konteks tertentu. Jadi, hal ini
tidak terlepas pada konsep kepribadian, interaksi sosial, pembentukan kelompok/komunitas
sosial dan akhirnya membentuk budaya baru dalam komunitas tersebut. Untuk mengatahui
lebih jauh tentang hal ini, akan dianalisis beberapa teori seperti yang sudah dijelaskan pada
bagian awal.
A. Proses Terbentuknya Komunitas Punk Melalui Penajaman Teori Kepribadian
,Interaksi Sosial Dan Pembentukan Kelompok/ Komunitas Sosial.
Ada beberapa macam teori untuk membahas masalah kepribadaian, oleh Charles
Cofer ( 1972 , dalam Slamet Santoso ) membagi menjadi empat bagian. Pertama Type
Theory, Trait Theory, Psychoanalitic Theory dan Situational Theory. Dalam pembahasan ini
lebih mengarah pada poin ke empat yaitu Situational Theory, yang dijelaskan oleh
Hartshorne bahwa suatu situasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap seorang anak dan
memunculkan kepribadian anak tersebut yang terlihat pada tingkah laku yang bersangkutan.
Berdasarkan teori tersebut, entitas individu dapat dipelajari pada suatu konteks tertentu,
bukan pada konteks secara umum.
Dari penjelasan teori kepribadian dan dinamika tingkah laku, dapat dikaitkan dalam
kehidupan individu pada anggota komunitas punk sebelum dia masuk sebagi anggota
komunitas. Dalam suatu situasi/lingkungan di mana individu berada akan mempengaruhi
kepribadian mereka. Dalam hal ini telah dijelaskan sebelumnya awal mula munculnya
ideologi punk karena ketidak puasaan hati dari individu terhadap ketidakadilan suatu
kelompok yang berkuasa menindas rakyat secara semena-mena dari segala aspek kehidupan,
baik ekonomi, politik, sosial bahkan agama. Ketika psikologi individu diperhadapkan dengan
hal yang tidak berkenang dengan norma atau aturan sebenarnya maka akan menimbulkan
kepribadian pemberontak dari kelompok yang berkuasa.
Dilihat dari segi tingkah laku sosial, kepribadian individu yang menganut paham
pemberontakan dan anti kemapanan mempunyai dinamika tingkah laku yang membuat
tingkah laku menjadi suatu interaksi sosial yang berkualitas. Dalam dinamika ini,
terdapat motive yang menjadi dorongan dan tujuan. Dorongan itu berupa keadaan tidak stabil
dalam suatu lingkungan atau negara kepada masyarakat minoritas atau individu dalam hal ini
kaum terpinggir, masyarakat kecil, para pekerja, buruh, pelajar dan kaum cendikiawan,
dengan lingkunagn lingkungan yang seperti ini bisa mengkonstruk kepribadian dalam
individu sebagai seorang pemberontak dan anti kemapanan. Sehingga membuat mereka yang
tertindas ingin melawan dan keluar dari ketidakadilan yang mempunyai tujuan kebebasan
dari segala hal yang menekan. Seperti contoh yang sudah dipaparkan, masyarakat inggris
memberontak ketidak adilan dari pemerintahan inggris dan menuduh sistem monarkilah yang
membuat kehidupan mereka tertindas.
Pada masa sekarang pemberontakan ini masih berlangsung di berbagai negara. Tiap
individu beraksi karena lingkungan yang mereka tempati membentuk suatu kepribadian yang
ingin lepas dari keterikatan kesewenang-wenangan. Hal ini bisa dijumpai pada segala aspek
kehidupan, salah satu contohnya musik. Tiap individu ingin lepas dari keterikatan aturan
baku dalam bermusik yang menekankan skill dalam bermain. Bagi mereka musik adalah
ekspresi perasaan dan tidak diatur oleh siapa pun, juga terdapat berbagai lirik lagu dalam
musik punk dari yang bersifat provokatif untuk menanggapi ketidak adilan.
Motive memiliki dorongan dan tujuan, tapi ketika tujuan tidak terwujud akan timbul
frustasi atau kekecewaan. Sudah jelas yang mana dorongan dan tujuan dari individu yang
merupakan cikal-bakal dari komunitas punk. Ketika tujuan dari dorongan yang dijelaskan
tidak tercapai maka kekecewaan atau frustasi akan muncul pada diri tiap individu.
Menurut David Kreach dan Richard S. Crutchfield (dalam Slamet Santoso) penyebab
kekecewaan yang ringan akan menimbulkan tingkah laku biasa, penyebab sumber frustasi
yang berat menimbulkan tingkah laku yang serius. Dalam bahasan ini, frustasi yang berat
merupakan sebab dari munculnya tingkah laku serius tiap individu di mana frustasi itu adalah
bentuk kekecewaan dari sistem pemerintahan atau kelompok yang berkuasa dan berlaku tidak
adil sehingga individu yang merasa terjajah tidak memperoleh kehidupan yang layak
akhirnya muncul tingkah laku yang serius seperti pemberontakan kepada kelompok yang
berkuasa. Kemudian, dari kekecewaan dapat menata anggapan dalam masalah, dalam artian
kegagalan dalam mencapai tujuan merupakan masalah bagi individu, cara mengatasinya
tergantung dari kemampuan individu dalam menganalisis kegagalan tersebut kemudian
diwujudkan dalam bentuk tingkah laku.
Kegagalan dalam memperoleh kebebasan dari kelompok yang berkuasa mendorong
tiap individu untuk lebih menambah intensitas pergerakan pemberontakan atau mencari jalan
lain tapi tetap dalam koridor memberontak. Terakhir dari akibat kekecewaan adalah
penggantian tujuan, di mana individu sebagai entitas pemberontak mengganti tujuan yang
berbeda dari tujuan semula. Tapi, pada bagian terakhir ini cikal-bakal dari komunitas punk
yang tetap memengang ideologi pemberontakan dan anti kemapanan tidak pernah mundur
dari tujuan semula.
Dalam kepribadian dan aktualisasinya tidak bisa lepas dari interaksi sosial yang
merupakan cara dari individu untuk memelihara aspek dari kepribadian yang sama dengan
individu yang lainnya sebagai jalan untuk keamanan identitas diri. Dasar dari interaksi sosial
bisa didapatkan pada imitasi individu terhadap individu lain dalam komunitas punk, sugesti
juga berperan penting dalam proses interaksi sosial dimana entitas individu tersugesti untuk
ikut bergabung dalam komunitas sosial ketika komunitas tersebut menurutnya bisa
menjanjikan rasa aman untuk individu lainnya.
Identifikasi juga mempunyai peranan sebagai dasar dari interaksi sosial karena
menurut Freud setiap individu mempunyai nafsu untuk menempatkan diri pada situasi
tertentu agar individu yang bersangkutan mempunyai tingkah laku yang sesuai dengan situasi
yang dihadapinya. Rasa simpati sangat terasa dalam proses interaksi sosial yang mana
individu sebagai manusia yang mempunyai rasa akan simpati terhadap keadaan individu lain
yang merasa kesulitan dengan keadaan hidupnya. Ini lebih ditekankan pada para kaum
tertindas oleh pemerintahan yang tidak wajar. Interaksi sosial juga merupakan faktor utama
terjadinya pembentukan kepribadian individu sebagai identitas pemberontak karena
ketidakpuasan terhadap aturan dan norma yang dijalankan oleh penguasa. Dalam bidang
psikologi, Michael Arggle menjelaskan latar belakang interaksi sosial meliputi “wilayah”,
dalam suatu wilayah atau territory mempunyai kehidupan menusia yang memungkinkan
terjadinya interaksi saling komunikasi, baik untuk komunikasi dalam hal persamaan ideologi
dan kominikasi sebagai provokasi untuk pemberontakan. “Penyerangan”, Aggression atau
penyerangan sering kali diperhadapkan pada individu atau kelompok, kelompok yang kuat
menyerang kelompok yang lemah sehingga mengharuskan individu berinteraksi secara
berkelompok.
Kemudian membentuk pemberontakan melawan kelompok yang berkuasa. “Tingkah
laku jenis kelamin”, keadaan ini kurang berpengaruh dalam satu ideologi kelompok tetapi
sebagai manusia pasti mencari pasangan melalui proses interaksi sosial. “Perlindungan”,
individu yang lemah dan tidak bisa berdiri sendiri sebagai intetas tunggal dalam
pemberontakan akan mencari perlindungan dengan untuk membentuk kekuatan melawan
kelompok yang menjadi lawannya dalam hal ini adalah kelompok penguasa. “Tingkah laku
kelompok” dalam komunitas punk terdapat kesamaan tingkah laku pada setiap anggotanya
sehingga individu yang diluar komunitas tersebut dan mempunyai tingkah laku yang sama
akan berinteraksi dengan komunitas itu agar keamanan diri bisa dia rasakan. Kesamaan
tingkah laku ini juga sebagai penggerak setiap kelompok untuk membela kelompok atau
komunitasnya dari ancamana kelompok lainnya.
Setelah dipaparkan tentang kepribadian, tingkah laku dan interaksi sosial. Dapat
ditarik garis lurus bahwa dari faktor ini terbentuk suatu komunitas. Suatu kelompok atau
komunitas sosial mempunyai ciri-ciri tersendiri yang berbeda dari ciri kelompok pada
umumnya karena komunitas ini mempunyai tujuan yang bersifat spesifik di man tujuan
tersebut hanya dapat dicapai oleh para anggota kelompok dengan cara yang spesifik pula.
Dalam komunitas punk, mereka membentuknya untuk tujuan yang spesifik dalam artian
tujuan bersama sebagai anggota kelompok. Komunitas punk dulunya sebagai wadah bagi
kaum yang tertindas yang mempunyai tujuan untuk bebas dari keterpurukan. Mereka
melakukan pergerakan melalui pemberontakan terhadap sistem pemerintahan atau kelompok
penguasa yang bertindak tidak adil terhadap mereka. Di zaman sekarang ini masih terdapat
juga pergerakan yang demikian dari komunitas punk. Namun, ditinjau secara umum pada
setiap komunitas punk mereka melakukan pemberontakan dengan gaya hidup dan ideologi.
“Menurut Muzafer Sherif, ciri –ciri dari kelompok sosial adalah mempunyai
dorongan/motive yang sama dari setiap individu dalam hal ini adalah embrio
komunitas punk yang terdiri dari beberapa entitas punya tujuan yang sama dari
dorongan sebagai individu yang mengusung ideologi punk ( pemberontakan dan anti
kemapanan ), ada reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu yang satu
dengan yang lainnyasebagai akibat dari proses interaksi sosial yang terjalin, ini dapat
terlihat di setiap komunitas punk para anggotanya mempunyai kecakapan dalam
dirinya sebagai seorang punker yang aktualisasinya melalui bakat dan minat yang
dikuasai ( musik, rupa, dsb ), ada pembentukan dan penegasan struktur kelompok.
Untuk mewakili anggota lainnya dan bentuk kerjasama dengan komunitas punk lain
dibutuhkan seorang leader untuk melakukan sosialisasi dalam bentuk apapun, salah
satunya workshop sablon dan pengolahan sampah menjadi barang bermanfaat.”
Aksi ini bertajuk Anti-Otoritarian atas kerjasama dengan komunitas punk dari
Taiwan, Malaysia, Singapore dan Amerika Serikat. Ini dilakukan oleh komunitas punk yang
berasal dari Medan yang bekerjasama dengan komunitas punk. Dalam bidang kesenian,
komunitas ini sering disebut sebagai seni avantgard yang melampaui era di mana dia berada.
Misalnya dalam hal bermusik, melahirkan genre musik baru sebagai bentuk penolakan
terhadap musik mainstream di masyarakat. Liriknya bersifat provokatif dan menolak segala
bentuk ketidakadilan. Dalam seni rupa, bisa kita liat tatto yang dipakai oleh para punker yang
terkadang memenuhi seluruh anggota tubuhnya, dan fashion dalam pandangan masyarakat
pakaian yang sering dipakai para punker pada komunitas punk adalah pakaian lusuh
walaupun tidak semua komunitas punk menggunakan pakaian seperti itu.
Kepribadian para punkers terbentuk ketika mereka sudah bergabung dalam komunitas
punk. Dari komunitas punk mereka menemukan jati diri mereka seperti wawancara peneliti
dengan beberapa punker yang ditemui. Seperti ogex pemuda berusia 22 tahun yang hampir 7
tahun sudah menjadi seorang punker. Menurut ogex pertama kali dia menjadi punker
memang awalnya hanya ikut-ikutan saja, tetapi setelah menjadi seorang punker ogex
menemuka jati dirinya. Seperti berikut ini pernyataan dari ogex:
“waktu aku masuk ke komunitas punk sebanarnya itu terpengaruh dari lingkungan sih,
awalnya aku mau mencari jati diriku. setelah aku masuk ke komunitas aku lebih
menemukan jati diriku dari punk ini, karena disini aku bisa jadi diri sendiri. Bebas
tapi tetap mengontrol diriku sendirilah.”
Begitu juga dengan ilham pemuda berusia 23 tahun menuturkan penyebab dia masuk
ke dalam komunitas punk awalnya ilham mengenal punk dari kawan-kawannya, sekitar tahun
2004 ilham menjadi seorang punker. Ilham tertarik dengan punk dari dalam hatinya, seperti
wawancara peneliti dengan pemuda yang berusia 23 tahun ini, ilham menuturkan:
“aku dari tahun 2004 di komunitas punk. Hal yang menyebabkan aku menjadi punker
karena kemauan jiwa aja semua berasal dari hatiku. Aku suka punk semua udah dari
hati, udah memang panggilan jiwaku masuk kedalam komunitas punk. Setelah aku
masuk ke komunitas punk dan jadi punker aku jadi peduli terhadap sesama melihat
kenyataan lebih nyata karena banyak ku lihat masyarakat yang hidup dibawah garis
kemiskinan”.
Sedangkan Basri lelaki berusia 30 tahun yang mengaku suka dan cinta dengan punk
tetapi tidak mau menyebut dirinya seorang punker. Basri udah ikut-ikut dan suka dengan
punk dari SMP sampai sekarang ia berumur 30 tahun. Jawaban Wawancara bang basri
tentang wawancara yang saya lakukan seperti berikut:
“aku suka sama punk, aku udah ikut-ikut dari SMP sampai umur ku 30 tahun
sekarang ini, karena aku sayang sama punk dan aku suka sama punk, aku gak mau
menyebut diriku seorang punker. Yang aku suka dari punk, aku suka
kebersamaannya, kalau di punk punk itu susah senang sama-sama. kalau perubahan
yang aku rasakan aku bisa jadi diriku yang kusuka bebas mau jadi apa aja, banyak
ilmu dan wawasan ku dapat dari punk”.
Dari wawancara yang saya lakukan sebagai peneliti, saya dapat mengetahui
kepribadian seorang punker dapat juga terbentuk ketika dia berada dalam komunitas punk
tersebut, ketika berada dijalan, menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan akan
kerasnya kehidupan jalanan kepribadian dari dalam diri itu terbentuk dengan sendirinya,
dimana ketika kepribadian itu telah terbentuk menjadi seorang punker memiliki keprbadian
yang kuat, mandiri, dan kreatif yang tidak tergantung dengan orang lain.
B. Proses Terbentuknya Komunitas Punk Melalui Penajaman Teori Lifestyle/Gaya
Hidup.
Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan
orang lainnya. Pola-pola kehidupan sosial yang khusus seringkali disederhanakan dengan
istilah budaya. Sementara itu, gaya hidup tergantung pada bentuk-bentuk kultural, tata krama,
cara menggunakan barang-barang, tempat dan waktu tertentu yang merupakan karakteristik
suatu kelompok.
“Gaya hidup menurut (Kotler, 2002:192) dalam Astry Budiarty, (2011) pola hidup
seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya
hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Gaya hidup juga menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana
membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu dalam
kehidupannya, juga dapat dilihat dari aktivitas sehari-harinya dan minat apa yang
menjadi kebutuhan dalam hidupnya”.
Gaya hidup punk menimbulkan suatu bentuk kebudayaan sendiri yang berbeda
dengan masyarakat umum. Perbedaan ini menjadikan Punk sebuah subkultur dalam
masyarakat. Dengan gaya hidup, cara berpakaian, aliran musik, ideologi dan berbagai hal
lainnya yang berbeda dari masyarakat umum semakin menguatkan eksistensi subkultur Punk
dalam Masyarakat. Gaya berpakaiannya yang sangat khas menjadi suatu ciri tersendiri dari
budaya Punk. Dengan menggunakan apa saja yang ingin digunakan dalam berpakaian bahkan
yang tidak lazim seperti penggunaan rantai, peniti, dan barang-barang lainnya yang bagi
masyarakat umum tidak lazim digunakan dalam berpakaian. Penggunaan make up oleh pria
dan berbagai hal lain dalam berpenampilan menjadikan budaya Punk benar-benar ingin
berbeda dari masyarakat umum yang pada saat munculnya punk, adalah masyarakat yang
memuja kemapanan.
Gaya Punk ini merupakan hasil dari kebudayaan negara barat yang ternyata telah
diterima dan diterapkan dalam kehidupan oleh sebagian anak-anak remaja di Indonesia, dan
telah menyebabkan budaya nenek moyang terkikis dengan nilai-nilai yang negatif. Gaya
hidup Punk mempunyai sisi negatif dari masyarakat karena tampilan anak Punk yang
cenderung menyeramkan seringkali dikaitkan dengan perilaku anarkis, brutal, bikin onar, dan
bertindak sesuai keinginannya sendiri mengakibatkan pandangan masyarakat akan anak Punk
adalah perusak, karena mereka bergaya mempunyai gaya yang aneh dan seringnya berkumpul
di malam hari menimbulkan dugaan bahwa mereka mungkin juga suka mabuk-mabukan, sex
bebas dan pengguna narkoba.
Awalnya pembentukan komunitas Punk tersebut terdapat prinsip dan aturan yang
dibuat dan tidak ada satu orang pun yang menjadi pemimpin karena prinsip mereka adalah
kebersamaan atau persamaan hak diantara anggotanya. Dengan kata lain, Punk berusaha
menyamakan status yang ada sehingga tidak ada yang bisa mengekang mereka. Sebenarnya
anak Punk adalah bebas tetapi bertanggung jawab. Artinya mereka juga berani bertanggung
jawab secara pribadi atas apa yang telah dilakukannya. Karena aliran dan gaya hidup yang
dijalani para Punkers memang sangat aneh, maka pandangan miring dari masyarakat selalu
ditujukan pada mereka. Padahal banyak diantara Punkers yang mempunyai kepedulian sosial.
Komunitas anak Punk mempunyai aturan sendiri yang menegaskan untuk tidak terlibat
tawuran, tidak saja dalam segi musikalitas saja, tetapi juga pada aspek kehidupan lainnya.
Dan juga komunitas anak Punk mempunyai landasan etika ”kita dapat melakukan sendiri”.
Gaya hidup tersebut berlandaskan pada ideologi kebebasan yang mereka anut. Namun
bukan bebas dalam arti sebebas-bebasnya, tetapi masih dalam batas tertentu menurut standar
mereka yang dianggap tidak sampai merugikan orang lain. Gaya hidup yang diperlihatkan
komunitas adalah sikap kebebasan, gaya hidup dijalanan,dengan segala pengaruhnya. Tidak
terlihat orientasi ke depan, dimana semua hal dilakukan dan dijalani pada masa sekarang.
Semua hal dibiarkan mengalir apa adanya. Begitu pula dalam memandang dan menyikapi
hidup. Namun dalam kesemua hal terkait gaya hidup dan pandangan hidup komunitas punk,
banyak terjadi suatu paradoksitas, dimana kesemuanya dapat dipahami sebagai bagian dari
era post-modernisme.
Wawancara saya sebagai peneliti dengan beberapa punkers yang saya temui mengenai
pandangan mereka tentang punk sebagai Lifestyle/Gaya Hidup. Menurut ogex mengenai punk
Lifestyle/Gaya Hidup atau sebenarnya punk itu bukan Lifestyle/Gaya.berikut ini adalah
pernyataan dari Ogex tentang gaya hidup seorang Punkers:
“punk itu sebenarnya bukan gaya hidup, Cuma karena banyak yang menjadikannya
sebagai trend. Ya mungkin dari situ juga dijadikan gaya hidup bagi sebagian orang. Punk ini
enggak harus bergaya-gaya kayak gitu kalok memang jati dirinya punk ya enggak perlu ikutikut gaya.”
Berbeda dengan pendapat Aam, Aam seorang punker berusia 25 tahun telah masuk ke
komunitas punk dari tahun 2010. Aam menuturkan pendapatnya tentang punk Lifestyle/Gaya
Hidup atau bukan Lifestyle/Gaya Hidup seperti berikut ini:
“aku jadi punker karena keyakinan sendiri,pertama dari musik yang kedua mungkin
karena jati diri ku udah disini. punk itu menurut ku juga gaya hidup tapi tergantung
mereka yang ada di dalam komunitas punk itu, ada yang menjadikan punk itu gaya
hidup ada juga yang tidak menjadikan punk itu gaya hidup”
Sedangkan Tulank berpendapat tentang punk yang dijadikan Lifestyle/Gaya Hidup
bagi sebagian pemuda yang bergabung dalam komunitas punk. Menurut tulank:
“Menurut ku punk bisa dibilang gaya hidup dan life style oke lah, tapi yang paling
utama itu adalah pola pikir, pola pikir kita sebagai manusia yang berada ditengahtengah masyarakat yang memposisikan dirinya. Punk itu kritis, perlawanan,
kemandirian dan kebebasan tapi juga tau batas gak asal bebas-bebas aja nanti
dihantam orang pula kita.”
Hasil penelitian dan wawancara yang saya lakukan tentang punk yang dijadikan
Lifestyle/Gaya Hidup bagi sebagian remaja yang menjadi seorang punker bahwasanya punk
itu bukan hanya sekedar Lifestyle/Gaya Hidup tapi juga pola pikir yang telah ada didalam diri
para punkers. Banyak para punkers yang tidak bergaya seperti ala punker pada umumnya,
yang sering memakai tatto, rambut mowhak atau segala macam atribut yang sering dipakai
para punker, tapi mereka tetap seorang punker. Punker sejati adalah punkers yang berasal dari
dalam jiwa yang mencintai kehidupan dan menjadikan punk itu segagai ideologi dalam
hidupnya yang memegang teguh motto do it your self yang artinya mengerjakan semuanya
sendiri dalam artian mandiri atau kebebasan, tapi lebih luas ke arti memiliki kebebasan dalam
berpelilaku tapi memiliki tanggung jawab.
C. Proses
Terbentuknya
Komunitas
Punk
Melalui
Penajaman
Teori
Interaksionisme Simbolik
Simbol merupakan esensi dari teori interaksionosme simbolik. Teori ini menekankan
pada hubungan antara simbol dan interaksi. Teori interaksi simbolik merupakan sebuah
kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia bersama dengan manusia lainnya
menciptakan dunia simbolik, bagaimana dunia ini dan bagaimana nantinya simbol tersebut
membentuk perilaku manusia. Teori ini juga membentuk sebuah jembatan antara teori yang
berfokus pada individu dan teori yang berfokus pada kekuatan sosial. Menurut La Rosa dan
Donald C. Reitzes ada tiga tema besar dalam teori ini yaitu pentingnya makna bagi perilaku
manusia, pentingnnya konsep mengenai diri, hubungan individu dan masyarakat.
Yang pertama, makna pada teori interaksi simbolik berpegang bahwa individu membentuk
makna melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat intrinsik terhadap apapun.
Dibutuhkan konstruksi interpretif di antara individu untuk menciptakan makna. Tema kedua
yang menjadi asumsi utama dari interaksi simbolik berfokus pada pentingnya konsep diri
(self concept).
Konsep ini merujuk pada seperangkat persepsi yang relatif stabil yang dipercaya
orang mengenai dirinya sendiri. Ada dua asumsi tambahan dalam tema kedua ini. Pertama,
individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain dan yang kedua,
konsep diri memberikan motif yang penting untuk perilaku. Tema yang terakhir berkaitan
dengan hubungan antara kebebasan individu dan batasan sosial. Mead dan Blumer
mengambil posisi di tengah untuk pernyataan ini. Mereka mencoba untuk menjelaskan baik
mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial.
Asumsinya adalah pertama, orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan
sosial. Kedua, struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. Blumer mengemukakan tiga
prinsip dasar interaksionisme simbolik yang berhubungan dengan meaning, language dan
thought. Premis ini kemudian mengarah pada kesimpulan tentang pembentukan diri
seseorang (person self’s) dan sosialisasinya dalam komunitas yang lebih besar.
Sehubungan dengan pemaparan teori di atas, terdapat banyak fenomena dalam
lingkungan sosial sehari – hari yang yang ditemui. Baik dalam lingkup yang terkecil sampai
lingkup yang besar. Salah satu contohnya dalam bidang seni. Karya seni yang dihasilkan oleh
para kreator merupakan hasil dari aktif – kreatif sebagai manusia yang berupa simbol dan
memberikan stimulus terhadap individu atau masyarakat yang melihat, menimbulkan respon
dan menghasilkan sebuah interpretasi terhadap simbol karya seni. Hal – hal seperti ini sering
ditemui dalam seni pertunjukan. Baik itu pertunjukan musik, teater dan tari. Dalam seni
pertunjukan seperti ini akan timbul interaksi simbolik antara pencipta dan penonton dimana
titik temunya berada pada simbol dari karya seni. Fenomena yang menarik pada teori
interkasi simbolik adalah pertunjukan musik punk.
Punk sendiri merupakan sebuah ideologi pada suatu komunitas, dimana komunitas ini
melakukan kritik sosial terhadap keadaan sosial yang menurut mereka tidak relevan dengan
kondisi masyarakat sekitar. Ini juga terjadi pada awal mula musik punk, dimana
pemberontakan dalam musik rock yang lebih mengutamakan skill sehingga muncul aliran
musik punk yang bernuansa distorsi baik dari musik maupun dari lirik – liriknya yang
mengandung kritik sosial dan tidak mengutamakan lagi tentang skill pemain.
Dalam pertunjukan musik punk, terdapat banyak atribut mengenai punk diantaranya
musik, model rambut, fashion, piercing, tatto dan respon emosi musikal ketika mendengar
musik punk dimana respon ini sering disebut dengan gaya chaos. Beberapa yang saya
sebutkan ini adalah interaksi simbolik pada pertunjukan musik punk. Semiotika mempercayai
segala hal yang ada di dunia ini mempunyai makna, tak terkecuali fashion punk. Zoest dalam
bukunya Semiotika (1993) mengatakan bahwa simbol dalam musik sangat jelas
keberadaannya. Pengenalan jenis, sejarah dan gaya tergantung pada unsur-unsur simbolis
dalam tanda komplek, yakni karya musik. Dengan demikian, penggunaan asesoris fashion
pada pemusik termasuk dalam simbolitas musik karena berhubungan erat dengan gaya hidup
dan sejarahnya.
Analisis makna dari setiap item atribut dalam fashion punk yang sering digunakan
para punker pada keseharian atau punk ketika acara-acara musik punk terlaksana:
1. Jaket(kulit/jeans)
Jaket adalah lambang kebebasan. Karena di jaket para punkers bisa bebas berekspresi
dan berseni. misalnya dengan Mengecatnya, dipasangin Spike, dipasangin emblem.
Di emblem juga punker bisa melakukan perlawanan dengan cara memasang emblem
yang berisi propaganda dan kata-kata yang menyindir sistem pemerintahan. jadi
bukan cuma untuk fashion.
2. Rambut Mowhak
Gaya rambut yang dibuat berbentuk seperti mendongak keatas ini merupakan adaptasi
dari gaya suku Indian kuno yang pada waktu itu bernama Mohican. Dengan posisi
yang seperti menunjuk ke atas, dan rambut yang dibuat kaku sehingga tidak mudah
layu memiliki makna sebuah perlawanan akan takdir Tuhan YME(Yang Maha Esa).
Punkers merupakan gambaran kaum tertindas yang tidak terima dengan posisi mereka
di masyarakat. Punk menganggap strata mereka adalah “takdir” yang dapat dilawan
dan mereka mampu mengatasi takdir itu dengan bermusik.
3. Jeans Ketat Sobek
Jeans ketat bermakna sebuah himpitan dasyat dari lingkungan terhadap mereka.
Sobekan yang biasa terdapat pada bagian lutut dan paha melambangkan sebuah
simbol tentang kemerdekaan gerak dan ide para punk.
4. Rantai
Menyimbolkan sebuah kesatuan yang utuh diantara para komunitas punk. Faktanya,
kesatuan punk memang terkenal sangat solid, sering kali mereka terlihat secara
bergerombol, berbagi rejeki dan tempat tidur secara bersama, bahkan diantara
komunitas punk tidak ada diskriminasi berdasarkan SARA atau secara ekonomi.
5. Piercing/tindik
Menyimbolkan kekuasaan atas tubuh, perlawanan terhadap penderitaan/rasa sakit dan
mengontrol tubuhnya sendiri.
6. Eye Shadow
Menyimbolkan cara pandang punk yang suram terhadap sekitarnya. Bagi punk, masa
depan terlihat sangat suram dan kurang menjanjikan, seakan-akan mereka siap untuk
menjadi kalangan terbawah sampai akhir hidup mereka.
7. Sepatu Docmart/boots
Sepatu yang biasa dipakai disegala medan ini menyimbolkan bahwa Punkers akan
siap menghadapi rintangan apapun termasuk hukum dan kesulitan ekonomi.
8. emblem dan pin
Emblem adalah kain bekas yang dirapikan kembali untuk disablon. Ukuran emblem
beragam, bisa 5 cm x 8 cm, 10 cm x 15 cm maupun yang lebih besar 20 cm x 25 cm.
Emblem dan pin bergambar band-band punk atau tulisan-tulisan bertema sosial.
Aksesoris punk banyak digunakan oleh para remaja untuk menutupi identitas dirinya
sendiri, dengan memakai asesoris punk, mereka membohongi publik dengan menyatakan diri
sebagai punker, padahal remaja yang menggunakan fashion punk belum tentu memahami
ideologi punk. Bagi para imitator punk (sebutan bagi orang yang suka berdandan ala punk,
namun tidak menjadi bagian dari komunitas punk), memakai asesoris punk tidak lebih
dari lifestyle fashion, atau sebagai adaptasi visual semata. Dengan berdandan seperti punk
mereka percaya kalau sedang mengikuti tren atau “necis” yang dilakukan imitator punk
adalah sedang memakai “sign” kemudian memaknai secara lain.
Fashion punk tentunya tidak mengikuti pemahaman dari motto “D.I.Y (Do It
Yourself)” sebagai inti dari ideologi punk yang anti sosial, fashion punk atau disebut juga
imitator punk hanya memahami punk sebagai trend fashion saja. Mereka tidak mengadaptasi
ideologi, namun hanya “punk sebagai tampilan”, atau dalam bahasa semiotika stuktural
Sausure terdapat istilah “Form” dan “Content”. Form adalah tampilan sedang content adalah
ideologi yang ada di dalamnya. Dengan kata lain fashion punk imitator hanya mengadaptasi
“form” bukan “content”nya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Dalam proses pembentukan suatu komunitas atau kelompok sosial khususnya
komunitas punk memang tidak terlepas dari aspek individu sebagai identitas yang
mempunyai
kepribadian,
tingkah
laku,
berinteraksi dan
menjalani
proses
pembentukan komunitas. Hal ini dipertajam dengan menganalisis menggunakan
beberapa teori Psikologi-Sosial. Yang akhirnya memperkuat hipotesis bahwa
komunitas punk sebagai representasi konstruk psikologi sosial. Dalam komunitas
punk terdapat banyak individu yang mempunyai tujuan yang sama. Yang pada
awalnya mereka tidak akan bisa berdiri sendiri dengan ideologi mereka akhirnya
membentuk komunitas sebagai wadah dari ideologi yang mereka bawa.

Dalam komunitas punk, segala bentuk pemberontakan terdapat di dalamnya baik
secara frontal maupun dengan jalan damai. Dari segala aspek kehidupan bisa kita
lihat, dari kesenian sendiri dapat terlihat jelas dari segi musik, rupa dan fashion.
Masyarakat pada umumnya melihat negatif tentang komunitas ini, punk sebagai
ideologi yang disalah pahami. Tapi pada kenyataannya komunitas ini masih berbaur
di masyarakat dan memiliki rasa sosial yang tinggi dibuktikan dengan kegiatan sosial
yang mereka laksanakan. Mereka melakukan segala sesuatu dengan berdasar pada
kemampuannya atau lebih dikenal dengan istilah DIY ( Do It Your Self ).

Komunitas punk tidak terlepas dari individu dan individu membutuhkan wadah atau
komunitas sebagai tempat perlindungan, aktualisasi diri dan pengembangan
71
bakat/minat mereka sebagai punker sejati.
a

Dalam pertunjukan musik punk terjadi interaksi simbolik antara sang kreator atau
pencipta dengan penonton dari komunitas punk sendiri dan penonton masyarakat
lainnya. Secara tema besar dalam teori ini tentang pentingnya makna bagi perilaku
manusia, pentingnya konsep mengenai diri dan hubungan antara individu dan
masyarakat melahirkan dua persepsi yang berbeda. Komunitas punk sebagai
penonton memberikan respon positif terhadap simbol – simbol pada pertunjukan
musik punk, karena di sinilah mereka mengkonfirmasikan konsep diri dan kebebasan
individu mereka pada kelompok individu lain yang memiliki ideologi yang sama.
Sebagai kreator, sang seniman melalui proses aktif – kreatif menciptakan suatu karya
seni berlandaskan ideologi punk dan menyajikannya kepada penonton sebagai simbol
ekspresi terhadap realitas sosial yang terjadi. Pertunjukan ini juga merupakan
pemberontakan terhadap batasan – batasan sosial yang mereka lalui dalam kehidupan
sehari – hari.

Pada masyarakat penonton lain, pertunjukan musik seperti ini hanya sebagai hiburan
untuk pemenuhan kebutuhan pikologis mereka. Namun di sini tetap terjadi proses
pemaknaan terhadap pertunjukan itu. Makna yang muncul terkadang negatif karena
dipengaruhi oleh subjektifitas budaya yang mereka pahami. Mereka tidak mengetahui
tentang punk itu sendiri, ideologi yang dianut oleh komunitas punk. Budaya yang
menjadi kacamata pemaknaan menimbulkan persepsi negatif tentang musik dan gaya
hidup komunitas punk. Ini juga didasari karena sebagian dari pertunjukan musik punk
berakhir dengan kericuhan. Sehingga konsep interaksi simbolik yang mereka pahami
mengenai makna, konsep diri, kebebasan individu dan batasan sosial hidup
komunitas punk.

Perbedaan nilai yang ada antara subkultur punk dengan masyarakat umum yang
berbudaya arus utama seharusnya dapat lebih diterima sebagai bentuk budaya yang
dilihat secara holistik. Dengan itu maka nilai punk yang berbeda dapat dipahami oleh
masyarakat tanpa menimbulkan konflik. Dalam hal ini kita harus dapat menghargai
budaya Punk namun kita juga harus menghargai budaya yang berkembang dalam
masyarakat luas. Media juga harus dapat menghargai perbedaan tersebut tanpa
membuat pemberitaan yang dapat memunculkan prasangka dan stereotip terhadap
punk dalam masyarakat. Kita harus bisa meminimalisir konflik yang dapat terjadi
antara masyarakat umum dan masyarakat Punk. Masing-masing kebudayaan harus
arif dalam memandang kebudayaan lainnya.

punk Medan tidak hanya berbuat anarki saja. Di balik keanehan mereka, dapat kita
ambil pelajaran bahwa untuk hidup memang harus belajar mandiri tanpa
mengandalkan relasi ataupun yang lainnya. Do it yourself!

5.2. Saran

jangan melihat bahwa subkultur punk itu selalu identik dengan keanarkisan dilihat
dari segi positifnya bahwa kekeluargaan atau persaudaraan untuk menjaga keutuhan
kelompoknya sangat baik untuk kita tiru demi menjaga perdamaian diantara kita
semua.

Diharapkan agar setiap anggota komunitas punk Titi Kuning Lebih aktif dalam
mencari/menggali informasi dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan budaya
pun k. Agar tidak menjadi seorang anggota komunitas yang hanya sekedar ikut-ikutan
saja, namun memiliki pengetauan dan semangat yang tinggi sesuai dengan budaya dan
semangat pemberontakan punk yang murni. Sehingga setiap anggota dapat
memajukan dan mengembangkan komunitasnya sesuai dengan cita-cita dan tujuan
dari punk itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, H. 2003. Ilmu Sosial Dasar.Jakarta : PT. RinekaCipta.
Asri, Gifran Muhammad, 2007. PotretPositif Punk Bandung.
Biro pusatstatistik 1990 Kotamadya Medan dalamAngka. Medan: Biro
PusatStatistik.
Daldjoeni, N. (1982). Seluk Beluk Masyarakat Kota.(PuspaRagamSosiologoi
Bandung. Alumni.
Kota).
Ghufran, M. 2007. Ironi Pembangunan. Jawa Timur: PT. Perca.
Herimanto, Dkk. 2008.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: PT. BumiAksara .
Julister Gumanto,2012.Identitas Diri Komunitas Punk Medan Amplas Dalam
Fenomenologi, Universitas Sumatera Utara.
Pespektif
Machan, R. Tibor, 2006. Kebebasan dan Kebudayaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Marzali, Amri, (2005). Antropologi Dan Pembangunan Indonesia.Jakarta:
Kencana.
Moleong L. (1994). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
S. Menno Dan BustmiAlwi, (1994). Antropologi Perkotaan. Jakarta : PT. Raja
Persada.
Grafindo
Santoso, Slamet, 2010. Teori-teori psikologi sosial, Bandung: PT. Refika Aditama.
Sarwono, W.Sarlito. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Schlehe Judith dan Made Pande, 2006. Budaya
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Barat Dalam Kacamata Timur.
Shadily, Hasan.1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia.Jakarta : PT.
Cipta.
Rineka
Sirait, Markus Bona Tangkas, 2010.Deskripsi Musik dan Gaya Hidup Komunitas Street
Punk, Universitas Sumatera Utara.
Sumber Internet:
http://beritasore.com/2012/01/12/warga-prihatin-kumpulan-anak-punk-di-medan
http://id.berita.yahoo.com/anak-punk-bikin-resah-warga-medan-141410899.html
http://www.theglobejournal.com/sosial/anak-punk-di-medan-kembali-resahkanmasyarakat/index.php
www.punkmagazine.com/
www.rollingstone.co.id/
http://www.PROHABA.co. anak punk resahkan pedagang aksara.html
Lampiran 1
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Narasumber/Informan : Yoga (Ogex)
Usia
: 22 Tahun
Wawancara:
Peneliti
: Hallo bang, nama abang siapa?
Informan
: Ogex, nama asli ku Yoga
Peneliti
: Abang masuk ke dalam komunitas dari tahun berapa?
Informan
: aku enggak tau dari tahun berapa, enggak lama-lamalah. Baru-baru juga
sekitar 7 tahun.
Peneliti
: Apa yang yang menyebabkan abang menjadi seorang punker?
Informan
: itu lingkungan sih sebenarnya, awalnya aku mau mencari jati diri.
Peneliti
: Menurut abang apakah punk itu gaya hidup/ Life style?
Informan
: punk itu sebenarnya bukan gaya hidup, Cuma karena banyak yang
menjadikannya sebagai trend. Ya mungkin dari situ juga dijadikan gaya hidup
bagi sebagian orang. Punk ini enggak harus bergaya-gaya kayak gitu kalok
memang jati dirinya punk ya enggak perlu ikut-ikut gaya.
Peneliti
: Bagaimana pendapat abang tentang masyarakat yang memandang punk
dengan sebelah mata atau dengan kata lain mereka memandang punk itu
buruk?
Informan
: karena mata mereka Cuma satu, mereka melihat kami hanya satu sisi dengan
penampilan kami yang urakan mereka hanya memandang penampilan kami,
padahal banyak kegiatan positif yang kami lakukan.
Peneliti
: apa saran abang untuk masyarakat yang memandang para punker hanya
dengan sebelah mata/ menganggap punker buruk?
Informan
: ya mudah-mudahan mereka membuka matanya tidak memandang kami
hanya dengan satu mata karena mereka tidak mengetahui kami sebenarnya.
Peneliti
: kegiatan apa saja yang dilakukan ketika berada didalam komunitas punk?
Informan
: banyak kegitan yang kami lakukan kami punya kebebasan kami bisa kerja,
ngamen, kami juga melakukan kegiatan positif kayak menanam pohon,
diskusi, kani buad gigs acara band pakai dana kami sendiri di acara itu kami
buat bukan hanya sekedar acara musik tapi juga ada acara makan bersama,
asblon gratis, bedah buku banyak lagi lah.
Peneliti
: bagaimana pandangan keluarga dan orang-orang yang ada di lingkungan
abang ketika melihat abang masuk komunitas punk?
Informan
: kalau keluarga sih awalnya pasti marahlah karena mereka belum tau
awalnya, yah tentangga pun pastinya agak risih ngeliatnya tapi ya aku cuek
ajalah.
Peneliti
: apa yang membuat abang tertarik masuk ke dalam komunitas punk?
Informan
: yang membuat tertarik ya talilah hahaha. Sebernya itu enggak bisa ku jawab
karena itu dari dalam diri ku sendiri, hanya aku yang tau.
Peneliti
: perubahan apa yang dirasakan setelah menjadi anggota dari komunitas punk?
Informan
: aku lebih menemukan jati diri dari punk ini, karena disini aku bisa jadi diri
sendiri.
Peneliti
: bagaimana menyikapi pandangan negatif masyarakat terhadap diri abang dan
komunitas punk?
Informan
: kita cuek ajalah selagi kita enggak ganggu mereka ngapain mereka ganggu
kita. Simpel kan.
Peneliti
: seberapa eksiskah komunitas punk yang ada terutama komunitas didaerah titi
kuning?
Informan
: sebenarnya aku enggak sukak eksis-eksis kek gitu ya aku Cuma berkarya.
Nama Narasumber/Informan : Ebot (Ilham)
Usia
: 23 Tahun
Wawancara:
Peneliti
: Hallo bang, nama abang siapa?
Informan
: Ebot, nama asli ku ilham
Peneliti
: Abang masuk ke dalam komunitas dari tahun berapa?
Informan
: aku dari tahun 2004 di komunitas punk.
Peneliti
: Apa yang yang menyebabkan abang menjadi seorang punker?
Informan
: kemauan jiwa aja semua berasal dari hatiku.
Peneliti
: Menurut abang apakah punk itu gaya hidup/ Life style?
Informan
: punk itu sebenarnya bukan gaya hidup,punk itu harus dijiwai bukan Cuma
gaya-gaya aja.
Peneliti
: Bagaimana pendapat abang tentang masyarakat yang memandang punk
dengan sebelah mata atau dengan kata lain mereka memandang punk itu
buruk?
Informan
: masyarakat itu salah, kita lihat aja di media massa lebih banyak masyarakat
biasa yang membuat kriminal dari pada punker, kita bisa lihat yang mana lebih
banyak membuat kriminal masyarakat biasa atau para punker .
Peneliti
: apa saran abang untuk masyarakat yang memandang para punker hanya
dengan sebelah mata/ menganggap punker buruk?
Informan
: ya mudah-mudahan mereka membuka matanya tidak memandang kami
hanya dengan satu mata karena mereka tidak mengetahui kami sebenarnya.
Peneliti
: kegiatan apa saja yang dilakukan ketika berada didalam komunitas punk?
Informan
: berkarya,ngeband,ya berusaha lah untuk berdiri sendiri tanpa tergantung dari
orang lain.
Peneliti
: bagaimana pandangan keluarga dan orang-orang yang ada di lingkungan
abang ketika melihat abang masuk komunitas punk?
Informan
: positif-positif aja selama aku enggak menyusahkan mereka.
Peneliti
: apa yang membuat abang tertarik masuk ke dalam komunitas punk?
Informan
: semua udah dari hati, udah memang panggilan jiwaku masuk kedalam
komunitas punk.
Peneliti
: perubahan apa yang dirasakan setelah menjadi anggota dari komunitas punk?
Informan
: aku jadi peduli terhadap sesama melihat kenyataan lebih nyata karena banyak
kulihat masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Peneliti
: bagaimana menyikapi pandangan negatif masyarakat terhadap diri abang dan
komunitas punk?
Informan
: kita cuek ajalah apa yang dipandang masyarakat biarkan aja mereka
memandang seperti itu yang penting kita enggak seburuk yang mereka lihat.
Peneliti
: seberapa eksiskah komunitas punk yang ada terutama komunitas didaerah titi
kuning?
Informan
: eksistensi kita enggak tau lah karena kita semua setara dan sama rata
mungkin mereka yang lain memandang kita eksis dan terkenal.
Nama Narasumber/Informan : Basri Aji Syahputra Ritonga (Batok)
Usia
: 30 Tahun
Wawancara:
Peneliti
: Hallo bang, nama abang siapa?
Informan
: Batok, nama asli ku Basri
Peneliti
: Abang masuk ke dalam komunitas dari tahun berapa?
Informan
: aku suka sama punk, aku udah ikut-ikut dari SMP sampai umur ku 30 tahun
sekarang ini.
Peneliti
: Apa yang yang menyebabkan abang menjadi seorang punker?
Informan
: karena aku sayang sama punk dan aku suka sama punk, aku gak mau
menyebut diriku seorang punker.
Peneliti
: Menurut abang apakah punk itu gaya hidup/ Life style?
Informan
:kalau menurut aku sendiri punk itu bukan gaya hidup tapi bergaya juga
bisa.ya tapi sebenarnya bukan gaya hidup.
Peneliti
: Bagaimana pendapat abang tentang masyarakat yang memandang punk
dengan sebelah mata atau dengan kata lain mereka memandang punk itu
buruk?
Informan
: bebas masyarakat mau menggap apa karena mereka Cuma melihat kami yang
buruk-buruknya aja, tapi kalau mau duduk sam-sama kami para punker
mereka akan tau bagaimana kami.
Peneliti
: apa saran abang untuk masyarakat yang memandang para punker hanya
dengan sebelah mata/ menganggap punker buruk?
Informan
: boleh menilai asal dia duduk bersama kami lihat kami dalam kehidupan
nyata jangan menilai kami dari isu-isu yang berkembang di masyarakat.
Peneliti
: kegiatan apa saja yang dilakukan ketika berada didalam komunitas punk?
Informan
: banyak kegitan yang kami lakukan, kami buat acara belajar bersama, kami
tanam pohon-pohon dan kami buat kontrakan tempat tinggal buat anak-anak
punk.
Peneliti
: bagaimana pandangan keluarga dan orang-orang yang ada di lingkungan
abang ketika melihat abang masuk komunitas punk?
Informan
: karena aku bergaya biasa-biasa aja jadi orang lain ngeliat aku ya biasa-biasa
aja.
Peneliti
: apa yang membuat abang tertarik masuk ke dalam komunitas punk?
Informan
: aku suka kebersamaannya,kalau di punk punk itu susah senang sama-sama.
Peneliti
: perubahan apa yang dirasakan setelah menjadi anggota dari komunitas punk?
Informan
: kalau perubahan aku bisa jadi diriku yang kusuka bebas mau jadi apa aja.
Peneliti
: bagaimana menyikapi pandangan negatif masyarakat terhadap diri abang dan
komunitas punk?
Informan
: kami welcome.terserah mereka mau melihat kami dan menilai kami seperti
apa, yang pasti kalau memang kita manusia dia mau menilai harusnya dilihat
dulu jangan hanya menilai tanpa melihat kenyataan sebenarnya.
Peneliti
: seberapa eksiskah komunitas punk yang ada terutama komunitas didaerah titi
kuning?
Informan
: ya komunitas punk di Titi kuning ini sudah cukup eksis dari hasil karyakarya mereka dan acara-acara positif yang banyak dibuat.
Nama Narasumber/Informan : Aam
Usia
: 25 Tahun
Wawancara:
Peneliti
: Hallo bang, nama abang siapa?
Informan
: Aam, nama asli ku ya Aam aja
Peneliti
: Abang masuk ke dalam komunitas dari tahun berapa?
Informan
: aku masuk komunitas punk dari tahun 2010.
Peneliti
: Apa yang yang menyebabkan abang menjadi seorang punker?
Informan
: karena keyakinan sendiri,pertama dari musik yang kedua mungkin karena jati
diri ku udah disini.
Peneliti
: Menurut abang apakah punk itu gaya hidup/ Life style?
Informan
: punk itu menurut ku juga gaya hidup tapi tergantung mereka yang ada di
dalam komunitas punk itu.
Peneliti
: Bagaimana pendapat abang tentang masyarakat yang memandang punk
dengan sebelah mata atau dengan kata lain mereka memandang punk itu
buruk?
Informan
: masyarakat yang memandang kami hanya dengan sebelah mata itu
masyarakat yang bodoh, seharunya mereka juga melihat bagaimana
sebenarnya kehidupan anak punk.
Peneliti
: apa saran abang untuk masyarakat yang memandang para punker hanya
dengan sebelah mata/ menganggap punker buruk?
Informan
: ya jangan pandang kami dengan sebelah mata ajalah, jangan liat dari luar aja
lihat hatinya.
Peneliti
: kegiatan apa saja yang dilakukan ketika berada didalam komunitas punk?
Informan
: kadang ngamen, berkarya kalau ada acara musik ya ngeband, kadang natto ya
kayak gitulah.
Peneliti
: bagaimana pandangan keluarga dan orang-orang yang ada di lingkungan
abang ketika melihat abang masuk komunitas punk?
Informan
: ya kalau namanya orang tua susah juga ngerti kehidupan kami kayak begini
ya pertama-tama ya marahlah namanya juga orang tua, tapi disitulah aku
berusaha buktikan kepada orang tua ku kalau punk ini gak cuma negatif aja.
Kalau pandangan orang ya udah suka mereka lah mau mandang kayak mana
yang penting aku gak ganggu mereka.ngapai ku dengar omongan orang yang
menganggap ku buruk
Peneliti
: apa yang membuat abang tertarik masuk ke dalam komunitas punk?
Informan
: satu kebersamaan,kedua solidaritas dan terakhir ikatan persaudaraan yang
kuat.
Peneliti
: perubahan apa yang dirasakan setelah menjadi anggota dari komunitas punk?
Informan
: perubahan yang kurasa yang dulunya sifat-sifat ku yang buruk bisa hilang
dengan sendrinya, ya berubah lebih positif kalau gak berubah susahla aku bisa
berada di tengah masyarakat ini.
Peneliti
: bagaimana menyikapi pandangan negatif masyarakat terhadap diri abang dan
komunitas punk?
Informan
: kami tunjukan kalau ini bukan sekedar gaya tapi jalan hidup.
Peneliti
: seberapa eksiskah komunitas punk yang ada terutama komunitas didaerah titi
kuning?
Informan
: ya komunitas punk di Titi kuning ini sudah cukup eksis dari hasil karyakarya mereka.
Nama Narasumber/Informan : Randa Ananda
Usia
: 23 Tahun
Wawancara:
Peneliti
: Hallo bang, nama abang siapa?
Informan
: nama ku Randa, nama lengkapku Randa Ananda.
Peneliti
: Abang masuk ke dalam komunitas dari tahun berapa?
Informan
: aku masuk komunitas punk dari tahun 2006.
Peneliti
: Apa yang yang menyebabkan abang menjadi seorang punker?
Informan
: dari musik dan jati diriku.
Peneliti
: Menurut abang apakah punk itu gaya hidup/ Life style?
Informan
: gak jugak tapi bisa dibilang gaya juga.
Peneliti
: Bagaimana pendapat abang tentang masyarakat yang memandang punk
dengan sebelah mata atau dengan kata lain mereka memandang punk itu
buruk?
Informan
: bodoh amatlah yang penting kita yang jalani bukan mereka yang jalani.
Peneliti
: apa saran abang untuk masyarakat yang memandang para punker hanya
dengan sebelah mata/ menganggap punker buruk?
Informan
: saranku lihat dulu sebelum menilai udah itu aja sih hehehe...
Peneliti
: kegiatan apa saja yang dilakukan ketika berada didalam komunitas punk?
Informan
: kadang ngamen, berkarya kalau ada acara musik ya ngeband, kadang natto ya
kayak gitulah.
Peneliti
: bagaimana pandangan keluarga dan orang-orang yang ada di lingkungan
abang ketika melihat abang masuk komunitas punk?
Informan
: pasti keluarga gak mau melihat aku kayak gini ya tapi keyak mana pun aku
jelasilah baik-baik pada mereka.
Peneliti
: apa yang membuat abang tertarik masuk ke dalam komunitas punk?
Informan
: dari musik dan jalan kehidupannya yang bebas.
Peneliti
: perubahan apa yang dirasakan setelah menjadi anggota dari komunitas punk?
Informan
: bisa jadi diri ku sendiri gak ikut-ikutan kayak orang-orang banyak.
Peneliti
: bagaimana menyikapi pandangan negatif masyarakat terhadap diri abang dan
komunitas punk?
Informan
: aku buktikan pada masyarakat kalau kami gak seperti yang mereka kira.
Peneliti
: seberapa eksiskah komunitas punk yang ada terutama komunitas didaerah titi
kuning?
Informan
: banyak keeksistensian komunitas punk di Titi kuning ini perkembangan udah
pesat,kawan-kawan udah banyak yang bekarya gak Cuma ngamen aja.
Nama Narasumber/Informan : Persma Maha (Tulank)
Usia
Wawancara:
: 30 Tahun
Peneliti
: Hallo bang, nama abang siapa?
Informan
: nama ku Tulank, nama asli ku Persma Maha.
Peneliti
: Abang masuk ke dalam komunitas dari tahun berapa?
Informan
: aku masuk komunitas punk kelas 3 SMP dari tahun 1999.
Peneliti
: Apa yang yang menyebabkan abang menjadi seorang punker?
Informan
: awal mulanya karena ikut-ikutan karena teman, musik, style ya gitulah.
Peneliti
: Menurut abang apakah punk itu gaya hidup/ Life style?
Informan
: perlu ditambah gaya hidup dan life style itu oke lah, tapi yang paling utama
itu adalah pola pikir, pola pikir kita sebagai manusia yang berada ditengahtengah masyarakat yang memposisikan dirinya. Punk itu kristi, perlawanan,
kemandirian dan kebebasan tapi juga tau batas gak asal bebas-bebas aja nantik
dihantam orang pulak kita hahaha....
Peneliti
: Bagaimana pendapat abang tentang masyarakat yang memandang punk
dengan sebelah mata atau dengan kata lain mereka memandang punk itu
buruk?
Informan
: sah-sah aja masyarakat memandang punk ini negatif karena punk ini budaya
import, tapi disitu jugalah aku dan kawan-kawan punk membuktikan. ya ini
kita yang kita jalani inilah hidup kita apapun nanti konsekuensinya yang
terjadi segala bentuk kekurangan dan kelebihan namanya manusia pasti ada,
prosesnyalah intinyakan orang berharap kehidupan yang lebih baik ya kayak
gitu jugalah kawan-kawan punk ini. Ya masyarakat kan belum tau kita kayak
mana mereka hanya memandang kita sebelah mata.
Peneliti
: apa saran abang untuk masyarakat yang memandang para punker hanya
dengan sebelah mata/ menganggap punker buruk?
Informan
: ya jangan pandang kami dengan sebelah mata ajalah, jangan liat dari luar aja
lihat hatinya.
Peneliti
: kegiatan apa saja yang dilakukan ketika berada didalam komunitas punk?
Informan
: banyak kegiatan yang kami lakukan kita bisa membangun silaturahmi sesama
punk sekota Medan atau pun luar kota atau pun luar negeri,kita bisa berkarya
dengan kawan-kawan punk untuk bertahan hidup, kita bisa membuat eventevent tanpa harus disponsori orang-orang yang mengharapkan keuntungan.
Peneliti
: bagaimana pandangan keluarga dan orang-orang yang ada di lingkungan
abang ketika melihat abang masuk komunitas punk?
Informan
: ya relatif lah kalau keluarga ku sih awal-awalnya cuek-cuek aja gak terlalu
apa kali ya paling tinggal kita aja kayak mana membuktikan, kalau masyarakat
ya orangkan hanya berpendapat dan berkata tapi juga tidak bisa menghakimi
kita dengan apa yang kita lakukan, paling gosip-gosip aja, kalau aku sih kayak
gitu cuek ajalah mampus dia situ yang penting kita tetap dengan jalan kita.
Peneliti
: apa yang membuat abang tertarik masuk ke dalam komunitas punk?
Informan
: kebersamaan, solidaritas kekerabatan yang kuat yang aku suka itu lah.
Peneliti
: perubahan apa yang dirasakan setelah menjadi anggota dari komunitas punk?
Informan
: perubahan pola pikir jadi lebih peka dalam menganalisa untuk menjalani
kehiupan ini gak langsung berbuat yang macam-macam semua ada
perkiraannya gitu, jadi membentuk kita jadi lebih mandiri,kuat dan kritis kita
hidup diindonesia yang sistemnya udah rusak semua jadi kita harus lebih kritis
orang-orang supaya ada juga perubahannya ya di mulai dari diri sendiri dan
lingkungan kitalah.
Peneliti
: bagaimana menyikapi pandangan negatif masyarakat terhadap diri abang dan
komunitas punk?
Informan
: kami tunjukan kalau ini bukan sekedar gaya tapi jalan hidup.
Peneliti
: seberapa eksiskah komunitas punk yang ada terutama komunitas didaerah titi
kuning dan di Medan?
Informan
: ya komunitas punk keeksistensiannya udah berkembang lah dibanding awal
dulu banyak kawan-kawan yang udah bisa berkarya, udah punya band dan
rekaman sendiri, banyak yang udah buka distro sendiri, jaringan keluar
semakin bagus komunikasi antar indonesia punk luar kota dan luar negeri
semakin bagus dibantu lagi dengan perkembangan penggunaan internet
semakin baik. Banyak positifnyalah.
Lampiran 2
Foto Penelitian
Gambar 1 : Basecamp rumah
tulank menjadi tempat
Gambar 2 : Hasil karya Kaset dan Mblem
Gambar 3 : Baju-baju kaos hasil karya
sablonan Tulank
Gambar 4 : Hasil karya: Artwork/Lukisan
untuk disablon ke baju
Gambar 5 : Baju-baju kaos hasil karya sablonan
Gambar 6 : Stiker dan Mblem yang tertempel di
dinding rumah tulang
Gambar 7 : Peralatan sablon
Proses pembuatan stiker yang di buat oleh para punker
Gambar 8 :Peralata sablon dan baju kaos yang telah
selesai di sablon
Gambar 9 : Baju-baju kaos yang telah selesai di
sablon
Gambar 10: Punker yang sedang berkumpul
di rumah Tulank
Gambar 11 : Kaset-kaset hasil
karya Tulank dan para punker
Download