SOCIAL WELL BEING PADA PUNK DEWASA AWAL

advertisement
SOCIAL WELL BEING PADA PUNK DEWASA AWAL YANG BEKERJA
Dion Bramantya
([email protected])
Ari Pratiwi
Intan Rahmawati
Abstract
This research has a purpose to know process of social well-being on adult
punk which has a job. This research used qualitative method with
phenomenological approach to know the process of social well-being on adult
punk which has a job. In this research, researcher used unstructured interview and
observation. The subject who is involved in this research was 3 people that is DK
32 years old, RZ 29 years old, and CR 29 years old and they are adult punk which
has a job and family. Result of this research indicates that all of subject have
gained social well-being with still apply life style and style of punk. It can be seen
from five dimensions of social well-being (social acceptance, social actualization,
social contribution, social coherence, and social integration) contained on the
family environment, job environment, neighborhood, and punk community from
all subject.
Keywords : punk, social well-being
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses social well-being pada punk
yang bekerja. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi untuk mengetahui bagaimana proses social well-being pada punk
yang bekerja. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak
terstruktur dan observasi. Subjek yang terlibat di dalam penelitian ini 3 orang
yaitu DK berusia 32 tahun, RZ berusia 29 tahun, dan CR berusia 29 tahun dan
merupakan punk yang telah bekerja dan berkeluarga. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ketiga subjek telah mendapatkan social well being dengan
tetap menerapkan life style dan style punk. Hal tersebut dapat terlihat dari kelima
dimensi social well being (penerimaan sosial, aktualisasi sosial, kontribusi sosial,
hubungan sosial, dan integrasi sosial) yang terdapat pada lingkungan keluarga,
pekerjaan, lingkungan sekitar, dan komunitas punk dari ketiga subjek.
Kata kunci : Punk, social well being
1
2
LATAR BELAKANG
Punk adalah salah satu contoh gerakan subkultur dimana terdapat pola-pola
aksi pemakaian simbol-simbol lewat cara pencurian symbol, seperti penggunaan
objek-objek pakaian seragam militer, asesori yang sudah mapan, untuk
menghasilkan makna dan identitas bersifat ironis. Melalui pencurian makna dan
simbol ini subkultur menempatkan dirinya sebagai satu bentuk subversi, paling
tidak secara simbolik menyampaikan sikap politis terhadap orde yang mapan.
Punk merupakan suatu fenomena budaya yang bersifat sub-altern yang
memberikan suatu identitas baru bagi sekelompok kaum muda. Mereka berusaha
membangun sebuah wadah yang dapat menampung segala aktivitas dan ekspresi
dalam rangka mencari jati diri, sekaligus sebagai media perlawanan terhadap
berbagai aturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Martono, 2009).
Seperti yang dikatakan oleh Martono dalam bukunya “PUNK! FESYENSUBKULTUR-IDENTITAS”, punk merupakan sebuah wadah dalam rangka
mencari jati diri. Pencarian jati diri tersebut bisa juga disebut masa pencarian
kemantapan. Masa pencarian kemantapan merupakan bagian dari masa dewasa
awal. Masa dewasa awal menurut Hurlock (2011) adalah masa pencarian
kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah
dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa
ketergantungan, perbuhan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola
hidup yang baru.
Pada masa dewasa awal, seorang punk tetap dituntut untuk menjalani tugastugas masa dewasa awal. Tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal
dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat yang mencakup mendapatkan suatu
pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami
atau istri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola sebuah
rumah tangga, dan menerima tanggung jawab sebagai warga Negara dan
bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok (Hurlock, 2002).
Tugas-tugas masa dewasa awal pada punk bisa dilihat dari beberapa aspek
lingkungan yaitu keluarga, pekerjaan, lingkungan sekitar, dan komunitas punk.
3
Beberapa aspek lingkungan tersebut dapat memperlihatkan social well being pada
punk dewasa awal yang bekerja. Kesejahteraan sosial (social well being) adalah
sistem yang terogarnisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga
yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar
hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang
memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan
meningkatkan kesejahteraannya secara selaras dengan kebutuhan keluarga dan
masyarakat (Muhidin, 1992).
Social well being mempunyai lima dimensi sosial yaitu penerimaan sosial,
aktualisasi sosial, kontribusi sosial, hubungan sosial, dan integrasi sosial.
Penerimaan sosial yaitu sejauh mana seseorang biasanya memegang dan
menunjukkan perilaku positif bagi orang lain. Aktualisasi sosial yaitu tingkatan
dimana seseorang percaya bahwa masyarakat memiliki kapasitas untuk tumbuh
dan berkembang menjadi lebih baik. Kontribusi sosial yaitu mengacu pada
seberapa besar seseorang percaya bahwa akifitasnya sehari-hari memberikan
kontribusi bagi masyarakat dan seberapa besar aktifitas tersebut dihargai oleh
komunitasnya. Hubungan sosial yaitu sejauh mana masyarakat terlihat dapat
dipahami, diprediksi, dan masuk akal. Integrasi sosial yaitu mengacu pada
seberapa besar seseorang menjadi bagian dari komunitasnya sendiri sama seperti
seberapa banyak dukungan dan keseragaman yang mereka rasakan dengan sesama
dalam masyarakat (Keys, 1998).
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul
tentang subkultur punk yaitu : “Social Well-Being Pada Punk Dewasa Awal
Yang Bekerja”.
4
LANDASAN TEORI
A. Punk
1. Definisi Punk
Punk adalah salah satu contoh gerakan subkultur dimana terdapat polapola aksi pemakaian simbol-simbol lewat cara pencurian symbol, seperti
penggunaan objek-objek pakaian seragam militer, asesori yang sudah mapan,
untuk menghasilkan makna dan identitas bersifat ironis. Melalui pencurian
makna dan simbol ini subkultur menempatkan dirinya sebagai satu bentuk
subversi, paling tidak secara simbolik menyampaikan sikap politis terhadap
orde yang mapan. Punk merupakan suatu fenomena budaya yang bersifat subaltern yang memberikan suaut identitas baru bagi sekelompok kaum muda.
Mereka berusaha membangun sebuah wadah yang dapat menampung segala
aktivitas dan ekspresidalam rangka mencari jati diri, sekaligus sebagai media
perlawanan terhadap berbagai aturan dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat (Martono, 2009).
Punk adalah perilaku yang lahir dari sifat melawan, tidak puas hati, marah,
dan benci pada sesuatu yang tidak pada tempatnya (sosial, ekonomi, politik,
budaya, bahkan agama) terutama terhadap tindakan yang menindas. Para
punker mewujudkan rasa itu ke dalam musik dan pakaian. Sederhananya, punk
menyampaikan kritikan. Mereka hidup bebas dan bertanggung jawab pada
setiap pemikiran dan tindakannya. Oleh sebab itu, mereka menciptakan
perlawanan yang hebat dengan realisasi musik, gaya hidup, komunitas, dan
kebudayaan sendiri (Widya, 2010).
2. Ideologi Punk
Punk tidak hanya dipandang dari musik dan fesyen saja. Punk juga
mempunyai ideologi yang mereka pakai sebagai bagian dari subkultur punk.
Hal ini secara tidak langsung menjadi acuan atau landasan bagi seseorang yang
merasa dirinya punk. Punk mempunyai beberapa ideologi (Martono, 2009)
yaitu DIY (Do It Yourself ), anti kemapanan, dan Anarchy (Martono, 2009).
5
3. Ciri-ciri Punk
Seseorang bisa dilihat sebagai seorang punk dengan beberapa ciri yang
telah melekat pada subkultur punk. Ideologi dari punk yang telah dibahas
sebelumnya juga merupakan dasar seseorang dianggap sebagai punk. Akan
tetapi ada beberapa ciri lain yang terdapat pada punk, ciri-ciri tersebut yaitu
pakaian dan aksesori, musik, dan fisik. Mereka memakai rompi kutten disebut
juga battle jackets, celana budak (seringnya kotak-kotak), dan pakaian robek
(bisa berupa jahitan robekan celana atau kemeja) (Widya, 2010). Gaya
bermusik mereka yaitu bernada keras atau beat yang kencang dengan lirik yang
sederhana namun terkadang juga kasar dan menggertak. Tindik bagi anak punk
merupakan suatu bentuk perlawanan terhadap tatanan nilai sosial yang ada.
Tattoo, bagi anak punk, menjadi simbol pemberontakan terhadap pandanganpandangan stereotip masyarakat (Martono, 2009).
B. Masa Dewasa Awal
1. Definisi Dewasa Awal
Masa dewasa awal adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa
ini, seseorang dituntut untuk memenuhi kehidupannya memerankan peran
ganda seperti peran sebagai suami/istri dan peran dalam dunia kerja (berkarier)
(Jahja, 2011). Sedangkan masa dewasa awal menurut Hurlock (2011) adalah
masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh
dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode
komitmen dan masa ketergantungan, perbuhan nilai-nilai, kreativitas dan
penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umur antara 21 sampai 40
tahun.
2. Ciri-ciri Masa Dewasa Awal
Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi individu karena pada masa
ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantunganya terhadap orang tua
dan berusaha untuk dapat mandiri. Ciri-ciri masa dewasa awal yaitu masa
6
pengaturan, masa usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketegangan
emosional, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan,
masa perubahan nilai, masa penyesuaian diri dengan hidup baru, dan masa
kreatif (Jahja, 2011).
3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal
Menurut Hurlock (2002) harapan masyarakat untuk orang-orang dewasa
awal cukup jelas digariskan dan telah diketahui oleh mereka bahkan sebelum
mereka mencapai kedewasaan secara hukum. Pada usia itu, lebih daripada usia
lain, mereka benar-benar telah mngetahui harapan-harapan yang ditujukan
masyarakat pada mereka. Tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal
dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat yang mencakup mendapatkan
suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan
suami atau isteri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak,
mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga
Negara dan bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok.
C. Social Well Being
1. Definisi Social Well Being
Menurut Muhidin (1992) kesejahteraan sosial adalah sistem yag
terogarnisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang
bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar
hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang
memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin
dan meningkatkan kesejahteraannya secara selaras dengan kebutuhan keluarga
dan masyarakat.
2. Dimensi Social Well Being
Keys (1998) menjelaskan bahwa dalam social well being mencakup 5
dimensi, yaitu penerimaan sosial, aktualisasi sosial, kontribusi sosial, hubungan
sosial, dan integrasi sosial. Dimensi yang pertama adalah penerimaan sosial,
yaitu sejauh mana seseorang biasanya memegang dan menunjukkan perilaku
7
positif bagi orang lain. Yang kedua adalah aktualisasi sosial, yaitu tingkatan
dimana seseorang percaya bahwa masyarakat memiliki kapasitas untuk tumbuh
dan berkembang menjadi lebih baik. Yang ketiga adalah kontribusi sosial, yaitu
mengacu pada seberapa besar seseorang percaya bahwa akifitasnya sehari-hari
memberikan kontribusi bagi masyarakat dan seberapa besar aktifitas tersebut
dihargai oleh komunitasnya. Yang keempat adalah hubungan sosial, yaitu
sejauh mana masyarakat terlihat dapat dipahami, diprediksi, dan masuk akal.
Yang kelima adalah integrasi sosial, yaitu mengacu pada seberapa besar
seseorang menjadi bagian dari komunitasnya sendiri sama seperti seberapa
banyak dukungan dan keseragaman yang mereka rasakan dengan sesama
dalam masyarakat.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
ialah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian dan berusaha memahami arti peristiwa dan kaitankaitannya terhadap subjek yang berada dalam situasi-situasi tertentu. Proses
penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan pendekatan purposive
sampling. Subjek yang diteliti adalah punk dewasa awal yang telah bekerja dan
berkeluarga, berjumlah tiga orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
cara obervasi non-partisipan (pengamatan), wawancara semi terstruktur, dan
dokumentasi. Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer pada penelitian ini yaitu punk dewasa awal yang
bekerja. Sedangkan data sekunder pada penelitian ini yaitu keluarga subjek atau
lewat pendokumentasian aktivitas subjek berupa foto. Teknik analisis yang
digunakan dengan melakukan coding terhadap hasil transkripsi wawancara.
8
HASIL
Penelitian ini menggunakan tiga orang subjek yaitu DK, RZ, dan CR. Ketiga
subjek tersebut merupakan punk yang berada pada masa dewasa awal yang telah
bekerja dan berkeluarga. Punk adalah salah satu contoh gerakan subkultur dimana
terdapat pola-pola aksi pemakaian simbol-simbol lewat cara pencurian symbol,
seperti penggunaan objek-objek pakaian seragam militer, asesori yang sudah
mapan, untuk menghasilkan makna dan identitas bersifat ironis (Martono, 2009).
Sedangkan menurut Widya (2010), punk adalah perilaku yang lahir dari sifat
melawan, tidak puas hati, marah, dan benci pada sesuatu yang tidak pada
tempatnya (sosial, ekonomi, politik, budaya, bahkan agama) terutama terhadap
tindakan yang menindas.
Peneliti mendapatkan hasil berupa social well being pada ketiga subjek
tersebut dari data-data yang telah didapatkan. Menurut Muhidin (1992)
kesejahteraan sosial adalah sistem yag terogarnisir dari pelayanan-pelayanan
sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan
kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan
relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan
kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya secara
selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. Keys (1998) menjelaskan
bahwa dalam social well being mencakup 5 dimensi, yaitu penerimaan sosial,
aktualisasi sosial, kontribusi sosial, hubungan sosial, dan integrasi sosial. Berikut
adalah hasil dari penelitian tentang social well being pada punk dewasa awal yang
bekerja dari ketiga subjek :
Tabel 1. Social well being pada punk dewasa awal yang bekerja
Inisial
DK
Keluarga
Pekerjaan
Lingkungan sekitar
Komunitas punk
Penerimaan
sosial
Dapat diterima
sebagai punk
Dapat diterima
sebagai punk
Dapat diterima
sebagai punk
Aktualisasi
sosial
Mendapatkan
dukungan sebagai
punk (style dan
Membuka usaha
sablon dan
mendapatkan
Tidak ada
(lingkungan sekitar
dirasa tidak
Dapat diterima
sebagai salah satu
bagian dari
komunitas punk
Dapat
mengembangkan
usaha sablon
9
RZ
musik) dan
pekerjaan
penghasilan lebih
banyak
berpotensi untuk
berkembang)
(teman-teman
komunitas sering
memesan sablon dan
mempromosikan
kepada orang lain).
Terdapat peluang
bisni di lingkungan
komunitas (jual beli
sepatu)
Tetap
berpenampilan punk
sampai sekarang
(bangga menjadi
punk). Masih sering
tampil bermain
musik di acara
komunitas punk
Sampai saat ini
terjalin dengan baik
(sering bertemu
dengan teman-teman
komunitas punk)
Kontribusi
sosial
Mencukupi
kebutuhan anak dan
istri. Terkadang
memberi kepada
orang tua dan
mertua bila ada
rejeki lebih
Dapat fokus dengan
usaha sablon.
Penghasilan yang
didapatkan
digunakan untuk
kebutuhan keluarga
Sering membayar
uang iuran warga
(terkadang mertua
yang membayar)
Hubungan
sosial
Hubungan dengan
keluarga sampai
saat ini terjalin
dengan baik
Pelanggan dan relasi
bertambah saat
fokus terhadap
usaha sablonnya
Integrasi
sosial
Memenuhi peran
sebagai suami, ayah,
anak, dan menantu
Merasa puas bisa
membuka usaha
sablon dan
mengembangkannya
Kurang baik
(menjaga jarak
dengan beberapa
warga dan jarang
menyapa warga
sekitar)
Menjalankan peran
sebagai warga
dengan sering
membayar iuran
warga dan terkadang
ikut kerja bakti
Penerimaan
sosial
Dapat diterima
sebagai punk
Dapat diterima
sebagai punk
Dapat diterima
sebagai punk
Aktualisasi
sosial
Mendapatkan
tawaran pekerjaan
dari paman
walaupun
berpenampilan punk
Mendapatkan
penghasilan yang
lebih besar pada
pekerjaan yang
sekarang (tagih
order di salah satu
distributor makanan
dan kosmetik)
dapat beradaptasi
dengan lingkungan
tempat tinggal yang
baru dan
bersosialisasi
dengan warga
sekitar
Dapat membuat
hidup mandiri,
bebas dengan
tanggung jawab, dan
berpikir lebih
dewasa
Kontribusi
sosial
Selalu memberikan
seluruh penghasilan
kepada istri untuk
Melakukan dan
menyelesaikan
pekerjaannya, lalu
Rutin membayar
iuran warga
Tetap
berpenampilan punk
sampai sekarang
Mempunyai
kesamaan dengan
teman-teman
komunitas punk
(kebebasan dalam
bermusik dan
berpenampilan
punk)
Dapat diterima
sebagai salah satu
bagian dari
komunitas punk
10
CR
kebutuhan keluarga.
Terkadang memberi
kepada orang tua
bila ada rejeki lebih
mendapatkan upah
dari hal tersebut
(bangga menjadi
punk). Masih sering
tampil bermain
musik di acara
komunitas punk
Hubungan
sosial
Hubungan dengan
keluarga sampai
saat ini terjalin
dengan baik
Hubungan dengan
teman-teman kerja
terjalin dengan baik.
Berusaha menjaga
hubungan baik
dengan pelanggan
Hubungan dengan
warga sekitar
terjalin dengan baik.
Selalu menyapa dan
sering berbincangbincang dengan
warga sekitar
Hubungan dengan
teman-teman
komunitas punk
sampai sekarang
tetap terjaga. Masih
sering berkumpul
dan bertemu dengan
komunitas punk
Integrasi
sosial
Memenuhi peran
sebagai suami, ayah,
anak, dan menantu.
Sering
menghabiskan
waktu bersama
keluarga (berbagi
kebersamaan)
Menikmati
pekerjaan yang
dilakukan.
Bertanggung jawab
untuk menjaga
hubungan denagn
pelanggan agar tetap
memesan pada
tempat dia bekerja
Berbagi
kebersamaan dengan
warga sekitar
(berbincang-bincang
dengan warga).
Memenuhi peran
sebagai warga yaitu
membayar iuran
warga
Mempunyai
kesamaan dengan
teman-teman
komunitas punk
(kebebasan dalam
bermusik dan
berpenampilan
punk)
Penerimaan
sosial
Dapat diterima
sebagai punk
Dapat diterima
sebagai punk
Dapat diterima
sebagai punk oleh
sebagian warga.
Terdapat warga
yang mengucilkan
dan menganggap
remeh punk
Dapat diterima
sebagai salah satu
bagian dari
komunitas punk
Aktualisasi
sosial
Mendapatkan
kebebasan dan
dukungan dari istri
untuk bermusik dan
berpenampilan
punk. Mendapatkan
bantuan dari istri
untuk berhenti
minum minuman
keras
Dapat fokus dengan
keahliannya sebagai
desain grafis pada
pekerjaan yang
sekarang.
Menggunakan
waktu luang untuk
mendapatkan
penghasilan
tambahan
(menerima pesanan
desain dan sablon di
luar jam kerja)
Mengikuti arisan RT
dan membayar iuran
warga agar
keberadaannya
dapat diakui dan
tidak dianggap
remeh oleh warga
sekitar sebagai punk
Menjadi salah satu
faktor bagi CR
menjadi lebih
mandiri dan berpikir
lebih dewasa.
Mengekspresikan
pemberontakan dan
kebebasan dalam
musik dan style
punk
Kontribusi
Selalu memberikan
seluruh penghasilan
Memberikan hasil
desain yang
Rutin mengikuti
arisan warga dan
Menggunakan
keahlian yang dia
11
sosial
kepada istri untuk
kebutuhan keluarga.
Terkadang memberi
kepada orang tua
dan metua bila ada
rejeki lebih
maksimal karena
fokus hanya pada
bidangnya
membayar iuran
warga
miliki sebagai
desain grafis untuk
membuat desain
bagi teman-teman
komunitas yang
memesan
kepadanya. Tetap
berpenampilan punk
sampai sekarang
(bangga menjadi
punk). Masih sering
tampil bermain
musik di acara
komunitas punk
Hubungan
sosial
Hubungan dengan
keluarga sampai
saat ini terjalin
dengan baik
Hubungan dengan
teman-teman kerja
terjalin dengan baik
(terkadang
berkumpul setelah
jam kerja selesai)
Menjaga hubungan
baik dengan warga
yang dapat
menerima sebagai
punk. tetap menyapa
dan terkadang
berkomunikasi
dengan warga yang
mengucilkan dan
menganggap remeh
Hubungan dengan
teman-teman
komunitas punk
sampai sekarang
tetap terjaga. Masih
sering berkumpul
dan bertemu dengan
komunitas punk
Integrasi
sosial
Memenuhi peran
sebagai suami, ayah,
anak, dan menantu.
Sering
menghabiskan
waktu bersama
keluarga (berbagi
kebersamaan)
Pekerjaan yang
sekarang
mendukung untuk
dapat fokus dengan
keahlian di bidang
desain grafis.
Berbagi
kebersamaan dengan
teman-teman kerja
di luar jam kerja
(berkumpul setelah
jam kerja selesai di
warung kopi)
Berbagi
kebersamaan dengan
warga sekitar
(berbincang-bincang
dengan warga).
Memenuhi peran
sebagai warga yaitu
membayar iuran
warga dan
mengikuti arisan
warga
Merasa senang dan
nyaman dengan
teman-teman sesama
komunitas punk.
Mempunyai
kesamaan dengan
teman-teman
komunitas punk
(kebebasan dalam
bermusik dan
berpenampilan
punk)
Pada dimensi social well being yang pertama yaitu penerimaan sosial.
Penerimaan sosial yaitu sejauh mana seseorang biasanya memegang dan
menunjukkan perilaku positif bagi orang lain. Individu harus dapat berfungsi
12
dalam suatu tempat yang terdiri atas orang-orang asing (Keys, 1998). Subjek DK,
RZ, dan CR dapat diterima keberadaannya sebagai punk oleh keluarga,
lingkungan pekerjaan, lingkungan sekitar (masyarakat), dan komunitas punk.
Mereka mampu menerima nilai-nilai ataupun tata cara dalam hidup bermasyarakat
sebagai orang dewasa yang lebih baik tanpa meninggalkan life style dan style
sebagai punk.
Pada dimensi social well being yang kedua yaitu aktualisasi sosial.
Aktualisasi sosial yaitu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa masyarakat
memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik (Keys,
1998). Subjek DK, RZ, dan CR menerapkan life style dan style punk dalam
kehidupan sehari-hari dan hal tersebut membuat mereka tumbuh dan berkembang
lebih baik.
Pada dimensi social well being yang ketiga yaitu kontribusi sosial. Kontribusi
sosial mengacu pada seberapa besar seseorang percaya bahwa akifitasnya seharihari memberikan kontribusi bagi masyarakat dan seberapa besar aktifitas tersebut
dihargai oleh komunitasnya (Keys, 1998). Subjek DK, RZ, dan CR berkontribusi
kepada keluarganya dengan cara bekerja sesuai dengan kemampuan yang mereka
miliki dan menyelesaikan pekerjaan tersebut untuk mencukupi kebutuhan
keluarganya. Mereka juga selalu membayar iuran warga di lingkungan tempat
tinggalnya. Sedangkan kontribusi bagi komunitasnya yaitu mereka tetap
berpenampilan punk dan sering bermain musik di acara musik yang diadakan
komunitas punk.
Pada dimensi social well being yang keempat yaitu hubungan sosial.
Hubungan sosial yaitu sejauh mana masyarakat terlihat dapat dipahami,
diprediksi, dan masuk akal. Hubungan sosial mencakup persepsi terhadap
kualitas, organisasi dan operasi dalam masyarakat, dan ini meliputi suatu
kepedulian untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia atau di masyarakat
luas (Keys, 1998). Subjek DK, RZ, dan CR menjaga hubungan baik dengan
orang-orang di sekitarnya dengan cara sering berbagi kebersamaan dengan mereka
semua.
13
Pada dimensi social well being yang kelima yaitu integrasi sosial. Integrasi
sosial mengacu pada seberapa besar seseorang menjadi bagian dari komunitasnya
sendiri sama seperti seberapa banyak dukungan dan keseragaman yang mereka
rasakan dengan sesama dalam masyarakat. Integrasi sosial merupakan evaluasi
terhadap kualitas hubungan seseorang dengan masyarakat dan dengan
komunitasnya (Keys, 1998). Subjek DK, RZ, dan CR tetap bertahan sebagai punk
saat beranjak dari masa usia remaja ke masa usia dewasa awal walaupun sudah
bekerja dan berkeluarga. Mereka menerapkan life style dan style punk dalam
beraktifitas dan lingkungan mereka pada saat ini.
DISKUSI
Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang perlu untuk didiskusikan
lebih lanjut sehingga dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yaitu sebagai
berikut : Pertama, ranah kajian tentang social well being pada punk dalam
penelitian ini adalah punk pada usia dewasa awal yang bekerja. Penelitian
selanjutnya hendaknya diperluas seperti kehidupan punk pada usia yang berbeda
atau lingkungan yang berbeda untuk melihat dinamika psikologis punk yang bisa
diteliti. Kedua, berkaitan dengan penggunaan teori maupun referensi dalam
penelitian ini seperti teori social well being dan punk hendaknya bisa
dikembangkan melalui literature-literatur tokoh yang teruji secara empiris seiring
dengan berkembangnya pengetahuan. Ketiga, metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah coding yang mana dirasa peneliti masih
terlalu panjang dalam menganalisis data yang ada sehingga penjelasan yang
didapat dirasa terlalu panjang. Hendaknya dengan menggunakan metode analisis
data lain yang cocok dan bisa digunakan pada penelitian selanjutnya dapat
menjadi bantuan peneliti untuk lebih ringkas dan detail dalam menganalisis data
dan menjabarkan hasilnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Compton, William C. (2005). Introduction to Positive Psychology. USA :
Thomson Wadsworth
Hurlock, Elizabeth B. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana
Martono, John. (2009). Punk! Fesyen-Subkultur-Identitas. Jogjakarta : Halilintar
Books
Muhidin, Syarif, Drs. Msc. (1992). Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung :
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial
Widya, G. (2010). Punk : Ideologi Yang Disalahpahami. Jogjakarta : Garasi
House of Book
Download