Uploaded by candycandysweetland

5. BAB II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Status gizi kurang pada remaja
2.1.1
Status gizi kurang
Status gizi kurang merupakan ketidakcukupan asupan makanan termasuk
penyerapan
dan
pencernaan
makanan
yang
tidak
sempurna
sehingga
menimbulkan gejala klinis berupa berat badan yang rendah serta asupan makanan
yang tidak mencukupi secara kualitas atau kuantitas. Status gizi kurang
(underweight) juga diartikan sebagai keadaan gizi kurang yang terjadi akibat
kurangnya asupan zat gizi.1,19
2.1.2 Epidemiologi remaja kurus
Masalah status gizi kurang masih tersebar luas di negara–negara
berkembang termasuk di Indonesia terutama pada remaja. Terdapat perbedaan
status gizi kurang yang cukup berarti pada remaja usia 13–15 tahun. Menurut
Riskesdas didapatkan prevalensi sebesar 10,1% tahun 2010 menjadi 11,1% tahun
2013.4,5 Sedangkan di Provinsi Riau, penderita status gizi kurang pada remaja usia
13–15 didapatkan prevalensi sebesar 11,5% tahun 2013 sedangkan tahun 2010,
remaja yang mengalami status gizi kurang hanya sebesar 8,8%.4,6 Jumlah remaja
kurus menurut hasil dari Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016–2017 terjadi
peningkatan dari 7% menjadi 12.5%.8,20 Prevalensi status gizi kurang di Kota
Pekanbaru sebanyak 11,8%.5
6
7
Pada remaja usia 16–18, Riskesdas tahun 2010 menyatakan angka kejadian
remaja kurus pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebanyak 9,4 % padahal
remaja kurus di tahun 2010 sebanyak 8,9 % saja di Indonesia.4,5
Kemudian di Provinsi Riau remaja yang berusia 16–18 tetap mengalami
peningkatan walaupun hanya sedikit yaitu sebanyak 7,9 % di tahun 2013
sedangkan pada tahun 2010 penderita status gizi kurang pada remaja sebanyak
7,8%.4,6 Hasil dari Pemantauan Status Gizi (PSG) di Provinsi Riau pada tahun
2016 sebanyak 9,3% remaja kurus dan di Kota Pekanbaru sendiri didapatkan
prevalensi sebanyak 5,7% yang mengalami status gizi kurang. 5,7 Hal ini berarti
persentase kejadian dari remaja yang menderita status gizi kurang pada usia 13–15
tahun dengan remaja usia 16–18 tahun mengalami perbedaan yang cukup jauh.
Persentase kejadian yang lebih tinggi terjadi pada remaja usia 13–15 tahun.
2.1.3 Faktor penyebab remaja kurus
Berikut terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami gizi kurang, antara lain :
1.
Kurang asupan makanan
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang
pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik, asupan energi diperoleh dari bahan
makanan yang mengandung karbohidrat, lemak dan protein.1 Energi yang
dihasilkan dari asupan makanan dalam tubuh manusia dapat timbul karena adanya
pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak sehingga manusia membutuhkan zat–
zat makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya.21 Seseorang yang tidak
mendapat asupan makanan yang tidak adekuat akan mengakibatkan risiko
terjadinya status gizi kurang.22 Berdasarkan hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar
8
(Riskesdas), rata–rata kecukupan asupan makanan remaja usia 16-18 tahun
berkisar antara 69,5%–84,3%, dan sebanyak 54,5% remaja mengonsumsi
makanan dibawah kebutuhan minimal.23
2.
Pola makan yang salah
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi
keadaan gizi dan untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang. Usia remaja adalah
usia rentan gizi karena tumbuh kembang yang pesat dan dibutuhkan energi yang
cukup untuk melakukan beragam aktivitas fisik. Jika pola makan seseorang buruk,
akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal, serta
lebih rentan terhadap penyakit–penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskular,
kanker, dan osteoporosis di masa dewasa.24
3.
Intensitas latihan fisik
Seseorang dengan intensitas latihan fisik yang tinggi berisiko mengalami
status gizi kurang. Latihan fisik membutuhkan banyak energi melalui asupan
makanan yang dikonsumsi tetapi asupan makanan kurang daripada energi yang
dibutuhkan sehingga terjadi kekurangan energi. Kekurangan energi ini akan
berakibat negatif, keadaan ini menimbulkan kondisi gizi kurang.
9,10
Asupan
energi dari makanan yang kurang, akan memaksa tubuh mengubah lemak,
karbohidrat (glikogen), dan protein (asam amino) menjadi energi. Cadangan
lemak dan protein di dalam tubuh disimpan pada jaringan adiposa dan jaringan
otot. Cadangan energi tubuh yang digunakan secara terus–menerus tanpa
didukung asupan yang cukup, akan menyebabkan penurunan massa jaringan
adiposa dan jaringan otot, sehingga akan menurunkan berat badan dan status
gizi.25
9
4.
Faktor penyakit
Proses penyakit dapat meningkatkan metabolisme dan kebutuhan energi,
seperti pada penyakit hipertiroid, kanker dan AIDS. Karena pada kondisi sakit
metabolisme tubuh dapat meningkat untuk mengurangi penyakit yang sedang
terjadi.22
5.
Faktor genetik
Remaja kurus secara genetik memiliki kecenderungan tidak mengalami
penambahan berat badan meskipun asupan makanan yang berlebihan karena
mempunyai skinny genes dengan tingkat metabolisme basal yang tinggi (basal
metabolic rate). Pada proses metabolisme tubuh seseorang yang memiliki skinny
genes dapat membakar kalori lebih cepat dibandingkan yang tidak memiliki gen
tersebut.26
6.
Gaya hidup
Konsumsi kafein, nikotin dan berbagai zat aditif dapat berpengaruh
terhadap kemampuan tubuh dalam menyerap zat makanan dan dapat menurunkan
nafsu makan.22
7.
Sosial ekonomi
Masyarakat yang tergolong menengah ke bawah dengan tingkat
pendidikan yang rendah merupakan kelompok yang paling rentan dalam
permasalahan gizi. Hal ini disebabkan rendahnya kemampuan untuk menjangkau
pangan yang baik. Pendapatan keluarga yang rendah membatasi keluarga dalam
memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan,
akses pelayanan yang sangat terbatas, sanitasi lingkungan yang tidak baik dan
sumber air bersih yang kurang.18
10
8. Gangguan perilaku makan
Persepsi tubuh adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan ukuran
tubuhnya dalam penerimaan sosial atau pengakuan dari lingkungan sosial dapat
mempengaruhi persepsi tubuh seorang remaja sehingga timbul peran orang tua
dan teman sebaya yang akan menimbulkan evaluasi terhadap penampilan terutama
remaja.27 Hal ini dapat menyebabkan persepsi tubuh yang buruk (persepsi negatif)
dan dapat menimbulkan dorongan untuk kurus, sehingga dampak negatifnya
adalah dapat mengakibatkan gangguan makan seperti anorexia nervosa dan
bulimia nervosa. Anorexia nervosa merupakan suatu gangguan makan yang
ditandai oleh gangguan citra tubuh dan membatasi jumlah makanan dengan amat
ketat. Sedangkan bulimia nervosa adalah gangguan pola makan yang ditandai
dengan usaha untuk memuntahkan kembali secara terus–menerus apa yang telah
dimakan sebelumnya. Perilaku makan yang terus tidak terkontrol ini dapat
mengakibatkan status gizi kurang.28
2.1.4 Diagnosis remaja kurus
Status gizi kurang dapat diketahui melalui pemeriksaan antropometri
dengan perbandingan berat badan dalam kilogram (kg) dan tinggi badan dalam
meter kuadrat (m2). Hasil yang diperoleh berupa IMT yang diklasifikasikan
menjadi gizi kurang, normal, gizi lebih dan obesitas. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut 2:
IMT =
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m2 )
11
Pengukuran status gizi dapat menggunakan IMT pada remaja hingga
dewasa. Seseorang dikatakan mengalami status gizi kurang saat hasil pengukuran
IMT <18,5 kg/m2. Batas ambang IMT di Indonesia dimodifikasi berdasarkan
pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Batas
ambang IMT berdasarkan status nutrisi oleh Kemenkes RI adalah2 :
Tabel 1. Tabel IMT berdasarkan klasifikasi status nutrisi oleh Kemenkes RI2
Klasifikasi
IMT (Kg/m2)
Sangat kurus
< 17,0
Kurus
17–< 18,5
18,5–25,0
Normal
>25,0–27,0
Gemuk (overweight)
> 27,0
Obese
Sumber: Klasifikasi status nutrisi Kemenkes RI Nomor 41 Tahun 20142
2.1.5 Penanganan remaja kurus
Prevalensi terjadinya remaja kurus terutama pada remaja di negara
berkembang seperti Indonesia mengalami peningkatan, jadi perlu dilakukan
penanganan yang tepat agar status gizi kurang dapat diatasi pada remaja melalui
upaya–upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan
konsumsi pangan, peningkatan status ekonomi dan pengetahuan mengenai gizi.
Upaya penanganan masalah remaja kurus yang dilakukan secara terpada antara
lain1:
1.
Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui
peningkatan produksi beraneka ragam pangan.
2.
Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat
rumah tangga.
12
3.
Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari
tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah
Sakit.
4.
Peningkatan
upaya
keamanan
pangan
dan
gizi
melalui
Sistem
Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).
5.
Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi
masyarakat.
6.
Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk
pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas.
7.
Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan
(PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet besi serta kapsul
minyak beriodium.
8.
Peningkatan kesehatan lingkungan.
9.
Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium dan zat besi
10. Upaya pengawasan makanan dan minuman
2.1.6 Dampak remaja kurus
Kondisi terjadinya remaja kurus atau status gizi kurang dapat
menyebabkan perubahan fisologis pada tubuh berupa penurunan fungsi tubuh
seperti penurunan fungsi kelenjar pituitari, tiroid, gonad dan adrenal.22 Selain itu
seseorang yang mengalami status gizi kurang rentan terhadap cedera dan infeksi
akibat dari sistem imunitas dan antibodi yang menurun.19
Remaja kurus atau status gizi kurang cenderung menjadi lamban dalam
menerima pelajaran, gangguan pertumbuhan, gangguan citra tubuh dan gangguan
13
psikologis lain. Masalah status gizi kurang ini dapat menyebabkan timbulnya
penyakit–penyakit lainnya seperti berikut :
1.
Anemia zat besi
Anemia zat besi adalah kondisi kandungan zat besi tubuh menurun di
bawah kadar normal, anemia ini dapat terjadi akibat rendahnya presentase zat
besi yang dapat diserap dari makanan. Gejalanya dapat berupa lemas, letih,
sakit kepala, mual dan mudah kesemutan. Selain itu anemia zat besi juga
dapat menurunkan kosentrasi, sehingga dapat mengakibatkan penurunan
prestasi belajar jika dialami anak–anak ataupun pada remaja.22 Penyebab dari
anemia adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk mengonsumsi zat besi
pada makanan, hal ini dapat diatasi dengan pemberian tablet atau sirup besi. 1
2.
Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI)
Secara klinis dapat didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang timbul
karena tubuh seseorang kekurangan unsur iodium secara terus menerus,
dalam jangka waktu yang cukup lama. Gejala khas dari penderita yang
mengalami GAKI ini adalah defisiensi mental yang disertai gangguan saraf
pada organ ekstremitas, auditori dan mata.22 Hal ini dapat dicegah melalui
iodisasi garam dapur.1
3.
Gangguan akibat kekurangan vitamin
Vitamin merupakan zat yang penting yang diperlukan oleh tubuh. Bila
tubuh kekurangan vitamin, maka tubuh akan lebih rentan terkena suatu
penyakit. Meskipun tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit,
namun jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme tubuh akan terganggu.
Seseorang dengan status gizi kurang cenderung mengalami defisiensi zat
14
nutrisi. Kekurangan nutrisi khususnya vitamin memicu terjadinya penyakit
sistemik yang mengganggu kerja sel dan jaringan dalam tubuh. 22
4.
Penyakit Infeksi
Penyakit
infeksi
merupakan
salah
satu
faktor
penting
yang
mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung dan pada penderitanya
dapat menimbulkan penurunan nafsu makan sehingga asupan makanan
berkurang. Seseorang yang infeksi membutuhkan zat gizi yang lebih untuk
memenuhi metabolisme pada tubuh. Penderita yang mengalami status gizi
kurang mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena daya tahan tubuh yang
menurun sehingga kuman mudah masuk. Pencegahan yang bisa dilakukan
dengan cara membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat.2
2.1.7
Pencegahan remaja kurus
Pesan Gizi Seimbang (PGS) berisikan 10 pesan mengenai gizi seimbang
yang berguna untuk melakukan pencegahan terhadap status gizi kurang. Pesan ini
berlaku untuk usia remaja hingga dewasa dari berbagai kalangan masyarakat.
Berikut merupakan Pesan Gizi Seimbang yang terdiri dari2:
1.
Mensyukuri dan Menikmati keanekaragaman makanan
Remaja dapat
menerapkan pesan ini dengan cara
mengonsumsi
keanekaragaman pangan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk,
sayuran, buah–buahan dan air kemudian disertai lebih dari satu jenis dari
setiap kelompok makanan setiap kali makan dengan tujuan untuk
mendapatkan gizi yang seimbang serta mensyukuri makanan yang
diperoleh dengan cara berdoa.
2.
Mengonsumsi sayuran dan buah–buahan yang cukup. WHO menganjurkan
orang Indonesia untuk mengonsumsi 300–400 gram sayuran dan buah–
15
buahan perhari tiap satu orang sedangkan untuk remaja dianjurkan
mengonsumsi 400–600 gram sayur dan buah, sekitar dua–pertiga dari
jumlah anjuran konsumsi sayuran dan buah-buahan tersebut adalah porsi
sayur.
3.
Mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi yang sumber
proteinnya terdiri dari protein yang nabati dan hewani.
4.
Mengonsumsi anekaragam makanan pokok. Makanan pokok yang
dimaksudkan adalah makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras,
jagung, singkong, ubi, talas dan sagu
5.
Membatasi mengonsumsi makanan manis, asin dan berlemak. Terdapat
dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang adanya
Pencantuman Informasi dari Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta
Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji yiatu apabila
mengonsumsi lebih dari 50 gram gula, natrium lebih dari 2000 mg dan
lebih dari 67 gram lemak atau minyak dapat meningkatkan resiko penyakit
hipertensi, stroke, diabetes dan serangan jantung.
6.
Membiasakan sarapan dapat memenuhi kebutuhan harian gizi sebanyak 15–
30%, dengan membiasakan diri untuk sarapan dapat mencegah dari makan
berlebihan pada saat makan siang dan juga dapat meningkatkan kosentrasi
belajar dan stamina.
7.
Membiasakan minum air putih yang cukup dan aman. Bagi tubuh, air dapat
berfungsi sebagai pengatur proses biokimia, pengatur suhu, pelarut,
pembentuk atau komponen sel dan organ, media transportasi zat gizi dan
pembuangan sisa metabolisme.
16
8.
Membaca label pada kemasan pangan, tujuan adanya label pada kemasan
pangan untuk mengetahui keterangan yang rinci mengenai makanan yang
akan dikonsumsi dan perlunya untuk label tersebut dibaca agar mengetahui
informasi yang terkandung di dalam makanan tersebut dan juga dapat
memperkirakan bahaya serta risiko yang tinggi dikarenakan mengidap
penyakit tertentu.
9.
Membiasakan mencuci tangan pakai sabun dengan air bersih dan mengalir
karena mencuci tangan dapat mencegah penyakit sebanyak 45%.
10.
Melakukan latihan fisik dan mempertahankan berat badan normal. Latihan
fisik yang baik dilakukan selama 30 menit setiap hari atau 3–5 hari dalam
seminggu. Latihan fisik yang dapat dilakukan contohnya berlari, jogging,
bermain bola, berenang, senam, bersepeda dan lain–lain. Selain itu latihan
fisik harus disertai dengan pola makan yang sehat untuk membantu
mengontrol berat badan, sehingga badan akan menjadi lebih sehat.
2.2 Kesadaran remaja kurus terkait latihan fisik
2.2.1 Kesadaran
Kesadaran adalah kemauan disertai dengan tindakan dari refleksi terhadap
kenyataan. Selain itu kesadaran dapat diartikan sebagai proses belajar dari
pengalaman dan pengumpulan informasi yang diterima untuk mendapatkan
mendapatkan keyakinan diri yang mendorong dilakukannya suatu tindakan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran, yaitu faktor endogen
(internal) dan faktor eksogen (eksternal). Faktor endogen merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri manusia sendiri. Sedangkan faktor eksogen berasal dari
17
luar yang dapat mempengaruhi diri manusia, dalam hal ini adalah orang lain dan
lingkungan.11
2.3
Intensi remaja terkait latihan fisik
2.3.1 Intensi
Intensi adalah satu perjuangan guna mencapai satu tujuan, ciri–ciri yang
dapat dibedakan dari proses–proses psikologis, yang mencakup referensi atau
kaitannya dengan satu objek. Intensi merupakan probabilitias atau kemungkinan
yang bersifat subjektif, yaitu perkiraan seseorang mengenai seberapa besar
kemungkinannya untuk melakukan suatu tindakan tertentu.12
Intensi adalah komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan
untuk melakukan tingkah laku tertentu. Hal–hal yang diasumsikan dapat
menangkap faktor–faktor yang memotivasi dan yang berdampak kuat pada
tingkah laku. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan secara
umum bahwa intensi adalah komponen dalam diri individu yang mempengaruhi
seberapa besar kemungkinan individu melakukan suatu tindakan tertentu.12
2.3.2 Faktor penentu intensi
Intensi perilaku dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu12:
1) Sikap, yaitu derajat penilaian positif atau negatif individu terhadap suatu
perilaku. Berdasarkan teori ini, sikap individu terhadap suatu perilaku
diperoleh dari keyakinan terhadap konsekuensi yang ditimbulkan perilaku
tersebut (keyakinan terhadap perilaku) Di dalam sikap terhadap perilaku
terdapat dua aspek pokok, yaitu keyakinan individu bahwa menampilkan atau
tidak menampilkan perilaku tertentu akan menghasilkan akibat–akibat atau
hasil–hasil tertentu dan merupakan aspek pengetahuan individu tentang obyek
18
sikap dapat pula berupa opini individu, hal yang belum tentu sesuai dengan
kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu obyek
sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap obyek tersebut,
demikian pula sebaliknya.
2) Norma Subjektif, yaitu harapan–harapan yang berasal dari seseorang
maupun kelompok yang berpengaruh bagi individu atau pandangan pihak lain
yang dianggap penting oleh individu yang menyarankan individu untuk
menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa dalam menampilkan suatu perilaku perlu adanya
pemikiran dari individu lain.
3) Efikasi Diri, yaitu kemampuan diri individu dalam melakukan suatu
perilaku dan merupakan dasar bagi pembentukan kontrol perilaku yang
dipersepsikan. Efikasi diri merupakan persepsi terhadap kekuatan faktor–
faktor yang mempermudah atau mempersulit. Persepsi terhadap faktor–faktor
yang memudahkan atau faktor yang menyulitkan penampilan perilaku
tertentu.
2.4 Konsep dasar remaja
2.4.1 Remaja
Remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah penduduk yang
berumur antara 10–19 tahun.13 United Nations Childrens Fund mengelompokkan
usia remaja menjadi 2 kelompok yaitu kelompok remaja awal (10–14 tahun) dan
kelompok remaja akhir (15–19 tahun).29 Masa remaja merupakan masa
perkembangan transisi antara masa anak–anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan hormonal, fisik, psikologis, maupun sosial yang berlangsung secara
19
sekuensial.14 Masa ini ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan yang cepat.
yang terjadi pada remaja seperti meningkatnya tinggi badan dan berat badan,
pertumbuhan skeletal disertai peningkatan massa tulang, perubahan proporsi
tubuh dan timbulnya ciri–ciri sekunder.15
Masa Remaja merupakan suatu periode penting dari rentang kehidupan,
suatu periode transisional, masa perubahan, masa suka bermasalah, masa individu
mencari identitas diri, dan ambang menuju kedewasaan. Perubahan sosial yang
penting pada masa remaja mencakup meningkatnya pengaruh teman sebaya, pola
perilaku sosial yang lebih matang, pembuatan kelompok sosial yang baru dan
munculnya nilai–nilai baru dalam memilih teman dan pemimpin serta nilai dalam
penerimaan sosial.30
2.5. Latihan fisik
Latihan fisik merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
meningkatkan dan memelihara kebugaran tubuh, serta dianjurkan pada setiap
individu agar terhindar dari berbagai macam penyakit. 8 Latihan fisik yang
dilakukan secara teratur, sistematik dan berkesinambungan dapat meningkatkan
kemampuan fisik seorang individu.31 Intensitas latihan fisik minimal dilakukan
150 menit per minggu.2 Apabila intensitas pada latihan fisik yang dilakukan
tinggi dan tidak disertai dengan asupan makanan yang cukup dapat
mengakibatkan status gizi kurang.9,10
2.5.1 Tujuan latihan fisik
Tujuan latihan fisik adalah memperbaiki kemampuan skill atau
penampilan individu sesuai dengan kebutuhan olahraga yang digeluti, serta
bertujuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan menjaga kesehatan. Latihan
20
yang dilakukan
berulang–ulang
dapat
meningkatkan skill,
keterampilan
(kemampuan teknik), dan penampilan individu. Sehingga akan muncul
penampilan yang maksimal. Selain itu, juga dapat meningkatkan kekuatan daya
tahan otot dan sistem kardiorespirasi.31
2.5.2 Prinsip latihan fisik
Prinsip latihan sesungguhnya adalah memberikan tekanan atau stress fisik
secara teratur, sistematis, berkesinambungan, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan individu. Spesifisitas atau kekhususan adalah prinsip yang penting
dalam latihan fisik, latihan yang dilakukan harus sesuai atau spesifik terhadap tipe
kekuatan yang diinginkan, sehingga berhubungan dengan hasil yang diinginkan.
Otot hanya akan menguat jika tekanan yang dilakukan melebihi intensitas yang
biasa dilakukan.
Beban yang diberikan harus meningkat secara bertahap dalam rangka
meningkatkan respon adaptasi dalam latihan dan menaikkan secara bertahap
rangsangan dalam latihan. Istirahat diperlukan dalam rangka memulihkan tubuh
dari kelelahan pasca latihan dan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk
melakukan adaptasi. Adaptasi yang dimaksud yaitu reaksi yang timbul dari tubuh
setelah pembebanan dari latihan fisik yang diterima sehingga kemampuannya
untuk menerima beban yang diberikan bertambah.31
2.5.3 Jenis latihan fisik
Berdasarkan penggunaan oksigen, latihan fisik terbagi 2 yaitu latihan
aerobik dan anaerobik. Latihan aerobik adalah latihan pada proses penyediaan
energi berasal dari sistem aerob. Sistem aerob menggunakan oksigen (O 2) dalam
proses perubahan tenaga. Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang
21
dominan, metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran simpanan
karbohidrat, lemak, dan sebagian kecil (±5%) dari pemecahan simpanan protein
yang terdapat dalam tubuh untuk menghasilkan adenosine triphospate (ATP).
Proses metabolisme tersebut akan berjalan dengan adanya oksigen (O2) yang
diperoleh melalui pernafasan, dengan produk samping berupa karbondioksida
(CO2) dan air (H2O). Beberapa jenis olahraga yang bersifat aerobik dominan,
antara lain jogging, marathon, dan bersepeda jarak jauh. Sedangkan aktivitas
aerobik merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah serta durasi yang
panjang, seperti jalan kaki, bersepeda, atau jogging.
Latihan anaerobik adalah latihan pada proses penyediaan energi berasal
dari sistem anaerob. Sistem anaerob tidak menggunakan oksigen (O2) dalam
proses
perubahan
tenaga.
Metabolisme
energi
secara
anaerobik
dapat
memproduksi ATP dengan laju yang lebih cepat dibandingkan dengan
metabolisme energi secara aerobik, namun menghasilkan molekul ATP yang lebih
sedikit jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik. Hasil dari
metabolisme secara anaerobik berupa asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menghambat kontraksi otot dan menyebabkan rasa nyeri pada otot.32
2.1.8 Perubahan akibat latihan fisik
Latihan fisik yang teratur, sistematik, dan berkesinambungan akan
meningkatkan kemampuan fisik seorang individu secara nyata. Sedangkan
kemampuan fisik seseorang akan menurun bila latihan tidak dikerjakan secara
teratur.8 Selain itu latihan fisik yang dilakukan secara teratur akan menghasilkan
manfaat terhadap fisik maupun psikologi yang positif dan istirahat yang cukup
diperlukan untuk menjaga kondisi.33
22
Rangsangan latihan yang optimal untuk membangun kekuatan otot dan
daya ledak otot adalah latihan dengan intensitas tinggi dan repetisi yang cepat.
Proses
terjadinya
kontraksi pada
otot
dikarenakan adanya
rangsangan
menyebabkan aktifnya filamen aktin dan filamen miosin. Semakin cepat
rangsangan yang diterima dan semakin cepat reaksi yang diberikan oleh kedua
filamen tersebut maka kontraksi otot menjadi lebih cepat, sehingga kekuatan dan
daya ledak otot yang dihasilkan menjadi lebih besar.34
Efek yang terjadi dengan latihan secara bertahap adalah terjadinya
peningkatan presentasi massa otot sehingga otot mengalami hipertrofi, bertambah
sebanyak 30–60%. Hipertrofi disebabkan oleh perubahan otot rangka, peningkatan
jumlah filamen aktin dan miosin dalam setiap serabut otot sehingga menyebabkan
pembesaran masing–masing otot. Peningkatan jumlah dan ukuran mitokondria
pada sel–sel otot sehingga secara fisiologis akan merangsang perbaikan
pengambilan oksigen.34
2.5.5 Pengaruh latihan aerobik
Pengaruh latihan aerobik dapat berupa pengaruh seketika yang disebut
respon dan pengaruh jangka panjang akibat latihan yang disebut dengan adaptasi.
Apabila melakukan latihan aerobik terus menerus akan memberikan pengaruh
pada jantung, sistem pernafasan, sistem energi dan respon adaptasi khusus.
Contoh dari respon adaptasi khusus antara lain berupa perubahan komposisi badan
karena jumah lemak total turun, peningkatan massa otot, dan bertambahnya
kekuatan tulang.35
23
2.5.6 Latihan fisik pada remaja kurus
Latihan fisik membutuhkan energi namun apabila intensitas latihan fisik
tinggi disertai dengan asupan makanan yang kurang akan memaksa tubuh
mengubah lemak, karbohidrat dan protein menjadi energi. Cadangan energi
tubuh yang digunakan secara terus–menerus tanpa didukung asupan makanan,
akan menyebabkan penurunan massa otot, sehingga akan menurunkan berat
badan dan mengakibatkan status gizi kurang.9,10,25
Frekuensi latihan yang dianjurkan untuk penderita gizi kurang yaitu
minimal tiga sampai lima kali dalam seminggu. Ada dua macam latihan yang
bisa dilakukan untuk seseorang yang mengalami gizi kurang yaitu latihan fisik
aerobik dan latihan beban (weight training). Latihan beban porsi nya dilakukan
lebih banyak karena dapat meningkatkan massa otot dan memperbaiki kondisi
fisik disertai dengan pola makan yang sehat. 2,36
2.5.7 Metode latihan beban
Terdapat beberapa macam sistem latihan yang digunakan dalam latihan
beban, khususnya untuk peningkatan massa (hypertrophy) otot diantaranya
sebagai berikut37 :
a.
Super Set
Sistem super set merupakan bentuk atau modul latiahan dengan cara
melatih otot agonis dan antagonis (berlawanan) secara berurutan. Contoh latihan
untuk paha depan (Quadriceps) dilanjutkan otot paha belakang (Hamstring),
biceps diteruskan dengan triceps, otot perut dilanjutkan otot punggung secara
berurutan.
24
b.
Set System
Metode latihan set system adalah metode dengan melakukan latihan
kekuatan dengan beban yang dilakukan menggunakan jenis gerakan latihan yang
tetap dengan beban dan repetisi tertentu sesuai dengan tujuan latihan.
c.
Compound set
Metode latihan compound set adalah latihan dengan melakukan 2 jenis
latihan untuk satu otot yang sama secara berturut-turut, namun dengan jenis
latihan yang berbeda untuk tiap setnya dan tanpa istirahat antar set. Selain itu
compound set biasa disebut dengan Set Block, merupakan bentuk latihan dengan
sistem latihan yang digunakan untuk melatih satu kelompok otot secara berurutan
dengan bentuk latihan yang berbeda. Contoh melatih otot triceps, pada set satu
menggunakan barbell (triceps barbell curl), diteruskan set dua menggunakan
dumbell (triceps kickback). Sistem ini cocok untuk latihan hypertrophy otot atau
pembentukan otot bagi body builder.
d.
Pyramid set
Metode pyramid set merupakan metode latihan yang diberikan dengan
penambahan beban tiap set dan diikuti dengan pengurangan jumlah repetisi dan
merupakan salah satu sistem latihan yang memiliki efek paling baik dalam
peningkatan kekuatan. Pada sistem ini dapat mengangkat beban dari intensitas
yang lebih rendah yang dilakukan secara berulang sampai tercapai nya intensitas
yang lebih tinggi.
25
2.6 Kerangka teori
Kerangka teori pada penelitian ini yaitu :
Pengetahuan
Kesadaran
Norma Subjektif
Sikap
Efikasi Diri
Intensi
Tindakan
Latihan Fisik
FAFFKLNCF;
Faktor
risiko lainnya
1.
2.
3.
4.
5.
Pola Makan
Status gizi kurang pada
remaja
Dampak remaja kurus:
1. Anemia
defisiensi besi
2. Gangguan
Akibat
Kekurangan
Iodium (GAKI)
3. Gangguan akibat
kekurangan
vitamin
4. Penyakit Infeksi
Penyakit
Genetik
Gaya Hidup
Sosial Ekonomi
Gangguan
Perilaku Makan
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 1. Kerangka teori
26
2.7 Kerangka konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini yaitu :
Kesadaran pada
remaja
Intensi pada
remaja
Gambar 2. Kerangka konsep
Status gizi kurang pada
remaja
Download