TUGAS ILMU KEPERAWATAN DASAR I STUDY KASUS PEMERIKSAAN FISIK Disusun Oleh Pratama Willi Bella Saputra NIM 132011133178 Kelas A1 Angkatan 2020 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2021 DISKUSI KASUS Terdapat empat tahap yang menjadi penunjang hasil pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan aukultasi. Pertama yang perlu dilakukan yaitu menjelaskan SOP pemeriksaan pernapasan dan meminta izin kepada pasien untuk menanggalkan pakaian berupa atasan kemudian permisi untuk melakukan pemeriksaan kepalanya agar bagian leher terlihat ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening dan tidak terlihat defiasi. Bentuk dada pada bagian kanan, kiri, atas, bawah, depan, punggung belakang terdapat kelainan atau tidak, meminta pasien untuk bernapas dengan mula-mula menarik napas kemudian di hembuskan atau lepas perlahan, lihat kelainan atau simetrisnya. Pada palpasi, periksa area sekitar leher, jari tangan menyentuh trachea, kemudian di raba kanan dan kiri pada posisi tengah rasakan area yang sama, jika tidak sama maka terdapat defiasi, meraba gerak napas pasien dengan menempelkan semua jari pada dada dan ibu jari di beri space dibagian tengah antara dada agar tahu pergerakan simetris tidaknya dada, baik dari bagian atas, tengah, bawah, depan, belakang, kanan, dan kiri dibandingkan, kemudian gerakkan atau sedikit menekan pada sela iga dengan pelan, baik depan dan belakang harus sejajar untuk mencari sela luasnya. Kemudian lakukan pemeriksaan valmitus raba getaran parenkim paru dengan meletakkan sisi ulah dan meminta pasien mengucapkan kata 8,8,9,9 secara perlahan dengan pemeriksaan bagian depan dan belakang. Perkusi, meletakkan satu jari pada bagian dinding toraks dan jari tangan lainnya mengetuk dengan pergelangan yang bergerak dengan posisi melenting kemudian amati apakah normal, sonor (redup atau peka). Kemudian mencari batas hepar dengan paru-paru, milafikula anterior dari atas sonor hingga redup minimal dibawah area putting pada dada, meminta klien untuk melakukan ekspirasi tahan napas kemudian inspirasi untuk mengetahui tarikan dan dorongan maksimum. Auskultasi digunakan mengetahui suara napas, suara berbicara atau cakap, dan suara tambahan. Suara napas pada bronkus dilakukan dengan cara meminta pasien menarik napas kemudian lepas, dekat yaitu suara bronkial, bronkovaskular, sedangkan jauh yaitu vesicular depan dan belakang. Jika normal maka tidak ada ronki dan wishing. Suara cakap, meminta pasien untuk berbicara maka Ketika normal, suaranya akan seperti menggaung, namun Ketika terjadi kelainan, suaranya akan menjadi seperti jelas pada umumnya atau seperti mendengar biasa. Perubahan bentuk dada mengetahui volume mengecil (atelaktasis, fibrosis) dan membesar (emfisoma, ppok, barrel. Chest, iefusi, plera, dan pnemotoraks). A. Kasus 1 (Pneumonia) Terdapat seorang pasien dengan jenis kelamin laki-laki, usia 56 tahun, mengalami keluhan batuk, sesak dan nyeri pada dada, dan dahak kental. Nyeri dada pasien juga dapat dirasakan saat menghirup napas. Pada pasien dengan kasus Pneumonia pemeriksaan pada leher didapat data yaitu derajat gerak (Normal), kelenjar tiroid (Normal), bekas luka pada tiroid (Tidak ada), massa lain (Tidak ada), kelenjar limfa membesar (Tidak ada), JVP (PR +0cmH2O). Inspeksi pada paru-paru yaitu simetris saat statis dan dinamis, retraksi (+), barrel chest (-). Inspeksi pada jantung yaitu iktus kordis yang tidak nampak. Pada palpasi, palpasi bagian thorax didapat ictus cordis teraba, gerak dada simetris pada dada kanan dan kiri saat inspirasi dan ekspresi, palpasi paru didapat pelebaran pada sela iga VP N / N, palpasi pada jantung didapat iktus kordis yang tidak teraba. Palpasi kulit yaitu pada akelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar. Perkusi pada paru-paru terdapat sonor / sonor, perkusi pada jantung batas atas yaitu ICS II, batas kiri 2 cm lateral MCL S ICS V, batas kanan PSL D. Auskultasi pada paru-paru yaitu auskultasi suara dasar (+/+, +/+, +/+) dan auskultasi suara tambahan (Rhonki -/-, +/-, +/- dan wheezing -/-, -/-, -/). Hasil pemeriksaan lainnya pada jantung dan pembuluh darah berupa bising (Tidak ada), gallop (Tidak ada), bising A karotis (Tidak ada), bising A femoralis (Tidak ada), denyut A. Dorsalis pedis (Teraba), edema pedis (Tidak ada), edema tibia (Tidak ada), edema sacrum (Tidak ada). Demikian hasil pemeriksaan fisik system pernapasan pada diagnosa penyakit pneumonia yang dialami pasien. B. Kasus 2 (Tumor Paru) Terdapat pasien berjenis kelamin wanita, berusia 50 tahun, mengalami keluhan nyeri dada, batuk, batuk darah. Pada pemeriksaan palpasi trachea (Terdorong), perkusi trachea (Redup), fremitus (Melemah), sulit, massif atau tidak, dipermukaan atau tidak, auskultasi suara dasar (Melemah dan daerah yang tertekan akan seperti atelektase tekanan), suara tambahan (Tidak ada atau crepitasi). C. Kasus 3 (Efusi Pleura D) Terdapat pasien dengan jenis kelamin laki-laki berusia 45 tahun dengan keluhan nyeri dada, sesak napas. Pada pemeriksaan fisik inspeksi didapat dinding dada pada bagian yang sakit terdapat cembung dan gerakan tertinggal saat bernapas, vocal fremitus menurun, perkusi pada dullness hingga flat, bunyi pernapasan menurun hingga menghilang pada dada kanan sedangkan dada kiri normal, Saat inspeksi pada pemeriksaan paru ditemukan berupa asimetris, dada kanan tertinggal saat bernapas, palpasi ditemukan adanya vokal fremitus pada dada kanan menurun sedangkan pada dada kiri normal, pada perkusi ditemukan dullness pada bagian dada kanan dan sonor pada bagian dada kiri, pada auskultasi ditemukan adanya suara vesikuler yang menurun pada dada kanan sedangkan pada kiri normal. ditemukan pembesaran kelenjar getah bening supraklavicula dan colli dekstra, dan pada pemeriksaan abdomen juga ditemukan adanya hepatomegali. D. Kasus 4 (Pneumotoraks D) Pasien berjenis kelamin laki-laki dengan usia 39 tahun mengalami keluhan sesak napas dan nyeri dada. Pemeriksaan fisik pada inspeksi trachea (Terdeviasi kea rah sisi yang sehat), terdapat suara napas menurun pada sisi yang sakit, deviasi terjadi karena massa leher yang mendesak trachea ke lateral, abnormalitas pada regio thorax. Pada perkusi (Normal hingga hipersonor), Fremitus (Berkurang hingga hilang), auskultasi suara dasar (Berkurang hingga hilang), auskultasi suara tambahan (Tidak ada). E. Kasus 5 (PPOK Eksaserbasi) Terdapat pasien berjenis kelamin laki-laki dengan usia 65 tahun, mengalami keluhan sesak napas, mengi, dan batuk. Di dapat bahwa pasien memiliki riwayat merokok dan sekarang tidak merokok. Pemeriksaan fisik pada leher didapat, derajat gerak (Normal), Kelenjar tiroid (Normal), bekas luka pada tiroid (Tidak ada), massa lain (Tidak ada), kelenjar limfa membesar (Tidak ada), JVP (PR +0 cmH2O). Pemeriksaan pada thorax yaitu, massa teraba (Tidak ada), kelainan lain (Barrel chest +, sela iga melebat +, retraksi otot napas +). Pemeriksaan pada paru, inspeksi (Simetris, retraksi otot napas +), palpasi (VF menurun), perkusi (sonor/sonor), Auskultasi suara dasar (Vesikuler +/+, +/+, +/+), auskultasi suara tambahan (Ronki -/-, -/-, -/- , Whizing -/-, +/+, -/-). Pemeriksaan pada jantung dan pembuluh darah, didapat irama (Reguler), inpeksi (Iktus kordis tidak nampak), palpasi (Iktus kordis tidak teraba), perkusi (Batas atas :ICS II S, batas kiri : MCL ICS VII S, batas kanan :PSL ICS V D), bising (Tidak ada), gallop (Tidak ada), bising A. Karotis (Tidak ada), bising A. Femoralis (Tidak ada), denyut A. Dorsalis pedis (Teraba), edema pedis (Tidak ada), edema tibia (Tidak ada), edema sacrum (Tidak ada). DAFTAR PUSTAKA Bayu, Putu. TT. Efusi Pleura Masif : Sebuah Laporan Kasus. TK. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Diakses tanggal 1 April 2021 dari https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/4934/3723/ Putu, Luh. 2017. Penyakit Paru Obtruktif Kronis (PPOK). Bali. Diakses tanggal 1 April 2021 dari https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ea91ca43e8db520c8a1 e16ebf600f7e5.pdf TN. TT. Pemeriksaan Fisik Paru. TK. Laboratorium Keterampilan Medik Unsoed. Diakses tanggal 1 April 2021 dari http://fk.unsoed.ac.id/wpcontent/uploads/modul%20labskill/modul%20ganjil%20I/Ganjil%20I%20%20Pemeriksaan%20Fisik%20paru.pdf