MAKALAH SISTEM PERSEPSI SENSORI “RETINOBLASTOMA” Dosen Pengajar : Andi Yudianto, S Kep.Ners., M.Kes Oleh: 1. Anjani Tri Lestari 2. Masitoh Ika Cahyani 3. Muslimatun Nur R 4. Rusmiati 5. Nurhasna Hatuluayo FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG i LEMBAR PENGESAHAN Makalah Sistem Persepsi Sensori “RETINOBLASTOMA” Di Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi S1 Keperawatan Universitas Pesantren Tinngi Darul Ulum Tahun Pelajaran 2013/2014 Disusun Oleh : KELOMPOK 03 1. Anjani Tri Lestari 2. Masitoh Ika Cahyani 3. Muslimatun Nur R 4. Rusmiati 5. Nurhasna Hatuluayo disetujui dan disahkan pada Maret 2013 MENYETUJUI / MENGESAHKAN Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing H. Andi Yudianto, S.Kep.Ns.M.Kes. ii Kata Pengantar Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah "Retinoblastoma" ini dapat dipergunakan sebagai acuan dan pedoman maupun petunjuk bagi pembaca dalam proses belajar mengajar. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan serta pengalaman bagi kami dan pembaca, sehingga makalah ini dapat diperbaiki dan dikembangkan bentuk maupun isinya agar kedepannya menjadi lebih baik. Makalah yang sederhana ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karena pengalaman kami yang masih sangat minim. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Jombang, 03 Maret 2013 iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1 1.3 Tujuan Umum ................................................................................... 2 1.4 Tujuan Khusus .................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2 2.1 Definisi ............................................................................................. 2 2.2 Etiologi ............................................................................................. 2 2.3 Patofisiologi ...................................................................................... 3 2.4 Tanda dan Gejala .............................................................................. 4 2.5 Penatalaksanaan ................................................................................ 4 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................ 11 3.1 Pengkajian....................................................................................... 11 3.2 Analisis data.................................................................................... 11 3.3 Diagnosa keperawatan ....................................................................... 12 3.4 Intervensi Keperawatan .................................................................. 12 3.5 Implementasi................................................................................... 13 3.6 Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 13 BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 17 4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 20 4.2 Saran ............................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21 iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut. Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko. Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit retinablastoma ke masyarakat luas Indonesia masih kurang di memahami perhatikan. yang mana di negara Dan kami sebagai perawat perlu dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien dengan retino blastoma. 1.2 Rumusan Masalah a. Apakah definisi Retinoblastoma? b. Apa etiologi dari penyakit Retinoblastoma? c. Bagiamana patofisiologi penyakit Retinoblastoma? d. Apa saja tanda dan gejala penyakit Retinoblastoma? e. Bagaimana penatalaksanaan penyakit retinoblastoma? f. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan Retinoblastoma? g. Apa pemeriksaan penunjang untuk penderita Retinoblastoma? 1 1.3 Tujuan Umum Secara umum, makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas sistem persepsi sensori. 1.4 Tujuan Khusus 1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retinoblastoma. 2. Mengetahui etiologi dari penyakit retinoblastoma. 3. Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit retinablastoma. 4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retinoblastoma. 5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retinoblastoma. 6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retinoblastoma 7. Mengetahui Web Of Caution (WOC) dari penyakit Retinoblastoma 8. Memahami berbagai macam pemeriksaan penunjang pada penderita retinoblastoma. 2 BAB II PEMBAHASAN RETINOBLASTOMA 2.1 Definisi Retinoblastoma, yang muncul dari retina adalah tumor intraokuler kongenital ganas yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak. (Donna L. Wong, dkk : 734). Retinoblastoma adalah tumor intraokuler maligna primer masa anak yang paling lazim. Ia terjadi pada kira-kira 1 dalam 18.000 bayi. (Berhman, dkk : 2000). Retinobalstoma (RB) adalah keganasan intraokuler primer tersering pada anak. (Abraham M. Rudolph, dkk : 2311). Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ). 2.2 Etiologi Kelainan kromosom Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus). Faktor genetik RB tampaknya timbul hanya apabila kedua alel dari sebuah onkogen 3 supresor yang terletak di regio q14 kromosom 13 tidaka ada/cacat. (Abraham M. Rudolph, dkk : 2311). Gen cacat RB1 dapat warisan dari orang tua baik, pada beberapa anak, bagaimanapun, mutasi terjadi pada tahap awal perkembangan janin. Tidak diketahui apa yang menyebabkan kelainan gen, melainkan yang paling mungkin menjadi kesalahan acak selama proses copy yang terjadi ketika sel membelah. 2.3 Patofisiologi Retinoblastoma berasal dari jaringan embrional retinal bersifat malignancy, kongenital dan herediter serta dapat menyerang atau tumbuh 1 atau kedua mata. Tumor tumbuh melalui mutasi genetik secara spontan atau sporadis atau diturunkan melalui autosomal dominant. Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutama hati. 2.4 Tanda dan Gejala Pupil merah muda keputihan yang menonjol keluar dari retina ke dalam ruang vitreous. Penurunan pengelihatan 4 Refleks mata kucing/ refleks pupil putih (Leukokoria) karena tumor pucat yang meninggi di kutup posterior mata. Strabismus Mata eritematosus dengan nyeri persisten. (Abraham M. Rudolph, dkk : 2311). 2.5 Penatalaksanaan Pengobatan retinoblastoma ialah enukleasi bulbi yang disusul dengan radiasi. Apabila retinoblastoma sudah meluas sampai ke jaringan orbita maka dilakukan eksenterasi orbita disusul dengan radiasi dan bila diberikan kemoterapi (Ilyas dkk, 2002). Terapi Beberapa cara terapi adalah : 1. Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata prothese (buatan). 2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi ini sangat efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat penyinaran. 3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada ukuran Kanker yang kecil. 4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker ukuran kecil terapi ini berhasil baik. 5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan ukuran kanker. Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari : 1. Ukuran kanker 2. Lokasi kanker 3. Apakah sudah menjalar atau belum 4. Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain 5. Adanya komplikasi 5 6. Riwayat keluarga 7. Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas. Pembedahan: 1. Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler ialah dengan mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik sepanjang mungkin. 2. Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke jaringan orbita ialah dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periostnya 3. Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa – sisa sel tumor. (Donna L. Wong, dkk : 735) Apabila diagnosis RB meragukan, kadang-kadang dilakukan biopsi jarum halus terhadap tumor. Apabila dipertimbangkan metastasis, perlu diberlakukan pemindaian CT atau MRI, radiografi toraks, pemindaian tulang, pemeriksaan cairan spinal untuk sel tumor. (Rudolp, Abraham M., dkk : 2311) 6 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN RETINOBLASTOMA Kasus Cerita Kasus Retino Blastoma Pada Anak Anak T umur 3 tahun di diagnosa retinoblastoma pada mata kanannya setahun yang lalu. Lima bulan yang lalu, mata kanan anak T di lakukan operasi pengangkatan tumor . Saat ini anak T masuk rumah sakit karena di mata kirinya terdapat bercak putih di mata tengahnya. Matanya menonjol terdapat stabismus. Anak T mata kirinya visusnya 1/60 dan dari hasil pemeriksaan patologi anatomi di temukan metastase ke otak dan mata kiri. Dari keterangan keluarga, ternyata nenek pasien pernah menderita kanker servix. 3.1 Pengkajian Anamnesa: 1. Identitas pasien a. Nama : T b. Usia : 3 Tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki 2. Keluhan Utama : Keluhan utama yang di rasakan pasien adanya penurunan fungsi penglihatan 3. Riwayat Penyakit Sekarang : Satu tahun yang lalu pasien mengalami retino blastoma di mata sebelah kanan. Kemudian dilakukan tindakan operasi pengangkatan mata. Saat ini di mata 7 kiri pasien terdapat retinoblastoma. Terdapat bintik putih pada mata tepatnya pada retina, terjadi penonjolan,dan terdapat stabismus. 4. Riwayat penyakit keluarga Dari keterangan keluarga di temukan data bahwa nenek dari pasien pernah menderita kanker servix. 5. Riwayat penyakit masa lalu Pemeriksaan Fisik B1 : Breathing (Respiratory System) : Normal B2 : Blood (Cardiovascular system) : Normal B3 : Brain (Nervous system)nyeri kepala, visus 1/60, strabismus, bola mata menonjol B4 : Bladder (Genitourinary system) : Normal B5 : Bowel (Gastrointestinal System) : Normal B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument) Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas. Biopsikososial spiritual Gejala : Perasaan tidak percaya diri ,berbeda dengan teman sebayanya. Tanda : murung, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung 8 3.2 Analisis Data Analisa Data Klien Etiologi Gangguan penerimaan sensori pada lapisan fotoreseptor DO: Visus mata kiri Ketajaman 1/60 penglihatan menurun NO Data 1. DS: Pasien mengeluh buram saat melihat sesuatu. 2. DS: Klien mengeluh pandanganya kabur Masalah Gangguan persepsi sensori penglihatan Keterbatasan lapang Resiko cedera (trauma) pandang Resiko tinggi cedera DO: Tajam penglihatan menurun 3. DS: Mengeluh nyeri di bagian mata kiri, Keluhan nyeri saat menggerakan mata Retinoblastoma Metastase lewat aliran darah Ke otak Nyeri Akut DO: Ekspresi meringis, Sering menangis, Bola mata menonjuol 4. DS : Klien mengeluh malu, Klien mengeluh takut DO : Rasa percaya diri berkurang, Menutup diri 5. DS : DO : Kurang percaya diri, Suka menyendiri Perubahan penampilan setelah operasi Malu Gangguan citra diri Gangguan citra diri Risiko keterlambatan perkembangan Pembatasan aktivitas Fungsi motorik terganggu Kurang percaya diri Risiko keterlambatan perkembangan. 9 3.3 Diagona dan Intervensi Keperawatan 1. Nyeri (akut) b/d Peningkatan TIO Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam nyeri hilang/terkontrol Kriteria hasil : Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang No 1 Intervensi Rasional Selidiki keluhan nyeri Membantu mengkaji kebutuhan untuk intervensi 2 Awasi petunjuk tanda verbal, non verbal, pantau mis; tegangan otot gelisah Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal keefektifan dan intervensi. 3 Berikan lingkungan tenang dan Meningkatkan istirahat dan kurangi rangsangan penuh stress meningkatkan kemampuan koping. 4 Berikan tetes mata Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut. 5 Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat analgesik. Menurunkan tegangan otot dan kontrol nyeri adekuat. 2) Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d Ketajaman penglihatan Menurun. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan operasi ketajaman penglihatan meningkat. Kriteria hasil : Mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut, visus mata kembali normal. No Intervensi Rasional 10 1 Pastika derajat/tipe kehilangan penglihatan. Mempengaruhi harapan masa depan pasin dan pilihan intervensi. mengekspresikan Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi perasaan tentang kemungkinan/mengalami pengalaman kehilangan penglihatan kehilangan/kemungkinan sebagian. kehilangan penglihatan. 2 Dorong 3 TIO, Kolaborasikan dengan dokter Mengontrol penglihatan lanjut. untuk pemberian tetes mata mencegah 3) Gangguan Integritas kulit b/d perubahan fungsi dermal Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam degradasi pada kulit pasien teratasi. Kriteria hasil : Mempetahankan integritas kulit No 1 Rasional Intervensi Kaji integritas kulit,catat -Kondisi perubahan pada turgor, gangguan oleh warna,hangat imobilisasi. kulit dipengaruhi sirkulasi,nutrisi dan local,eritema,ekskoriasi 2 Ubah posisi secara periodic dan -Meningkatkan sirkulasi ke pijat permukaan tulang bila pasien semua area kulit membatasi tidak bergerak atau di tempat tidur iskemia/atau mempengaruhi hipoksia seluler. 3 Bantu bererak pasif atau aktif -Meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis. 11 4 5 Ajarkan permukaan kulit kering -Sabun dapat mengeringkan dan kuliat secara berlebihan dan bersih.Batasi pengunaan sabun mengakibatkan iritasi. Gunakan alat pelindung, mis. -Menghindari kerusakan kulit Kasur tekanan udara/air. dengan mencegah/menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit. 4) Konstipasi b/d penurunan pemasukan diet Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam pola normal dari fungsi usus pasien cepat pulih. Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup No 1 Intervensi Rasional Membantu mengidentifikasi penyebab/factor pemberat dan intervensi yan tepat. Observasi,warna feses,konsistensi, frekwensi,dan jumlah 2 Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan/cairan 3 Dorong asupan cairan 25003000 ml/hari dalam toleransi Dapat mengidentifikasi dehidrasi,kehilangan berlebihan/alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet. Membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. jantung. 4 yang Menurunkan distress gastric dan distensi abdomen. Konsul dengan ahli gizi untuk Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal. Hindari makanan membentuk gas 5 memberikan diet dengan tinggi serat seimbang 12 6 Berikan Mempermudah defekasi konstipasi terjadi. pelembek feses,stimulan ringan 7 bila Menurunkan motilitas usus bila terjadi diare. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat antidiare (metamucil) 5) Intoleransi Aktivitasi b/d intake yang anadekuat dan kelemahan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam Intoleransi terhadap aktivitas akan teratasi Kriteria hasil : Menujukkan peningkatan toleransi aktivitas No 1 Intervensi Kaji kemampuan Rasional Px melakukan tugas 2 Kaji kehilangan keseimbangan untuk - Mempengaruhi pilihan intervensi / bantuan / gangguan - gaya jalan, kelemahan otot 3 Monitor TTV 4 Ubah posisi Px dengan perlahan dan pantau terhadap pusing 5 Beri bantuan dalam ambulasi 6 Mengajukan menghentikan polipitas nyeri Px aktivitas dada, untuk bila nafas Menunjukkan perubahan hemolegi karena defisiensi Vit B12 mempengaruhi keamanan Px / resiko cidera - Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah O2 adekuat ke jaringan -Hipotensi postural / hipoksio serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cidera -Membantu meningkatkan harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri -Regangan / stress kardiopulmonal berlebihan / stress dapat menimbulkan dekonsasi / kegagalan. peridek kelemahan atau pusing terjadi 6) Gangguan Citra Diri b/d adanya perubahan fisik pasien terhadap diri. 13 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam px dan keluarga menerima keadaan dirinya Kriteria hasil: - menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh - Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup Intervensi 1. Diskusikan arti kehilangan Rasional - Alat dalam /perubahan dengan pasien. mengidentifikas/mengartikan Identifikasi persepsi masalah untuk menfokuskan situasi/harapan yang akan perhatian dari intervensi secara datang. konstruktif. 2. Catat bahasa tubuh non- - Dapat mennjukkan verbal, perilaku depresi/keputusasaan, kebutuhan negative/bicara sendiri. Kaji untuk pengkajianlanjut/intervensi pengrusakan diri/ perilaku lebih intensif. bunuh diri. 3. Pertahankan tindakan tenang, - Dapat membantu menghilangkan meyakinkan. Akui dan terima takut px akan kematian, sulit pengungkapan perasaan bernapas, ketidak mampuan kehilangan, permusuhan. berkomunikasi. 4. Dorong px/ orang terdekat - Semua yag terlibat dalam untuk saling komuniksai mengalami kesulitan dalam area perasaan ini, memerlukan pemahaman bahwa mereka dapat saling meningkatkan doronagn dan bantuan. 5. Rujuk pasien/ orang terdekat - Menalarkan perasaan kepada ke sumber pendukung, seperti orang terdekat dapat membantu ahli terapi psikologis atau memberikan dorongan kepercayaan dalam diri. 14 7) Defisit Pengetahuan b/d ketidaktahuan pasien dan keluarga tentang penyakit yang di derita Tujuan : Setelah dilakukan pemberitahuan dengan jelas oleh pihak petugas kesehatan keluarga mengerti dan memahami tentang penyakit yang diderita oleh pasien. Kriteria Hasil : - Memulai perilaku yang diperlukan / perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi. - Berpartisipasi dalam medis untuk tindak lanjut, genetik konseling / pelayanan KB - Orang tua dapat mengetahui tentang penyakit anaknya tanda dan pengobatan - Orang tua dapat kooperatif dan mampu merawat anak dirumah No 1 Intervensi Berikan informasi Rasional tentang penyakit pasien. 2 Diskusikan pentinganya menjalani terapi pengobatan. 3 Mendorong latihan ROM dan aktivitas fisik teratur dengan keseimbangan antara istirahat dan aktivitas. 4 Beritahu pasien serta keluarga untuk menghidari faktor pencetus penyakitnya. 5 Kolaborasi dengan psikolog - Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. - Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi. - Mencegah demineralisasi tulang dan dapat mengurangi risiko patah tulang. Aids dalam mempertahankan tingkat resistensi dan mengurangi kebutuhan oksigen. - Screening DNA perlu ditingkat untuk menghindari faktor pencetus. - Berbagi perasaan kepada 15 untuk membantu mengeluarkan/dapat mengekspresikan perasaan orang terdekat mampu meminimalisir stress serta beban pikiran. pasien. 8) Cemas (Ansietas) b/d faktor fisiologis; perubahan status kesehatan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam rasa cemas pasien akan berkurang. Kriteria hasil : Wajah pasien tampak rileks dan tanpa ketegangan. No Intervensi 1 Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman gejala Rasional nyeri/timbulnya tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini. 2 Faktor ini mempengaruhi presepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus ansietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO. Berikan informasi yang akurat Menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan/harapan yang dan jujur. Diskusikan akan datang dan memberikan dasar kemungkinan bahwa fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan. pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan. 3 Dorong pasien untuk mengakui Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, masalah dan mengekspresikan mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah. perasaan. 4 Identifikasi sumber/orang yang Memberikan keyakinan pasien tidak sendiri menolong menghadapi masalah. bahwa dalam 9) Resiko Tinggi Infeksi b/d kurangnya informasi tentang perawatan luka post operasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4X24 jam penyembuhan luka operasi pasien dapat berjalan baik. Kriteria Hasil : Menunjukkan TTV normal, tidak ada tanda-tanda infeksi 16 No 1 Intervensi Rasional Tingkatkan cuci tangan yang baik sebelum menyentuh/mengobati mata sebelum pemberi melakukan / Mencegah kontaminasi silang / kolonisasi bacterial pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi. perawatan dan pasien 2 3 - Adanya proses informasi / infeksi membutuhkan evaluasi / pengobatan Teknik aseptik Gunakan/ tunjukkan teknik yang menurunkan resiko tepat untuk membersihkan dari penyebaran bakteri dan kontaminasi silang. dalam ke luar dengan tisu basa/ Observasi TTV bola kapas untuk tiap usapan ganti balutan. 4 Observasi tanda terjadinya - Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlkan upaya intervensi. Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi. infeksi. Contoh kemerahan. 5 Tekankan pentingnya tidak menyentuh/ menggaruk mata yang dioperasi. 6 Kolaborasikan dengan dokter - untuk pemberian obat Antibiotik (topokal/subkonjungtival) Sediian topikal untuk profilaksis. Steroid digunakan untuk menurunkan inflamasi. dan steroid. 10) Resiko Cedera b/d adanya penurunan pengelihatan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan operasi penurunan pengelihatan pasien berkurang dalam beberapa hari. Kriteria hasil: - Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. - Menunjukkan pola perubahan perilaku untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera. 17 No Intervensi 1 Awasi tingkat kesadaran dan perilaku - Anemia dapat menyebabakan suatu kehilangan kesadaran. 2 Arahkan semua alat mainan yang dibutuhkan klien pada tempat sentral pandangan klien dan mudah untuk dijangkau. - Meminimalkan adanya pergerakan terhadap suatu bahaya. 3 Orientasi akan penyesuaian diri Rasional mempercepat pasien di Dukungan keluarga penting dalam proses penyembuhan pasien. lingkungan baru 11) Risiko keterlambatan perkembangan b/d Pembatasan aktivitas dan fungsi motorik terganggu Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam fungsi motorik pada pasien dapat kembali ulih. Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, lebih percaya diri, mudah bergaul dengan orang lain. No Intervensi 1 Kaji proses pikir pasien, sepeti memori, rentan orientasi, terhadap Rasional perhatian, Menentukan adanya proses sensori kelainan tempat, waktu atau orang 2 3 perubahan Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat beristirahat, sensitifitas tingkah laku meningkat,atau menangis. Membantu mengembangkan Orientasikan pasien pada kesadaran realita atau lingkungan tempat ,orang , atau waktu Catat adanya 18 3.6 Pemeriksaan Penunjang 1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina disertai pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor tersebut dan berbatas kabur 2. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan kalsifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen : Optikum melebar. 3. USG : Adanya massa intraokuler 4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila ratsio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma intaokuler (Normal ratsio Kurang dari 1) 5. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata. 19 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak- anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom. Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat segera diobati. 4.2 Saran Kami menyadari dalam penulisan dan pembahasan makalah ini banyak ditemui kesalahan dan kekurangan baik dari penulisan dan pembahasan dikarenakan kami masih dalam proses pembelajaran, kami menerima dengan lapang dada saran dan tanggapan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini,dan kami juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis nantinya 20 DAFTAR PUSTAKA Behrman,dkk.2000.Ilmu Kesehatan Anak Vol.3.Jakarta : EGC. C Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta. Kompas Gramedia. Doenges, Marilyn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Faiz Omar, Moffat David. 2002. At a Glance: Anatomi. Jakarta. Erlangga Ganong F William. 1999. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Guyton A, Hall John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan (penterjemah). Jakarta. EGC. James Bruce, Chew Chris. 2005. Lecture Notes: Oftalmologi. Jakarta : Erlangga. Puts.R, Pabs.R. 2000. Sobotta, atlas anatomi manusia jilid 1. Jakarta: EGC. Robbins, dkk.2009.Buku Saku Dasar Patologi Penyakit.Jakarta : EGC. Rudolph, Abraham M., dkk.2007.Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol.3 Ed.20.Jakarta : EGC. Sachrin, Rosa M.1994.Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta : EGC. Voughan, Dale. 2000. Oftalmologi umum. Jakarta :widya medika. Wong, Donna L.,dkk.2009.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC. 21