Uploaded by User100097

dokumen.tips retinoblastoma-part1

advertisement
MAKALAH
SISTEM PERSEPSI SENSORI
“RETINOBLASTOMA”
Dosen Pengajar : Andi Yudianto, S Kep.Ners., M.Kes
Oleh:
1. Anjani Tri Lestari
2. Masitoh Ika Cahyani
3. Muslimatun Nur R
4. Rusmiati
5. Nurhasna Hatuluayo
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
i
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah Sistem Persepsi Sensori
“RETINOBLASTOMA”
Di Fakultas Ilmu Kesehatan
Prodi S1 Keperawatan
Universitas Pesantren Tinngi Darul Ulum
Tahun Pelajaran 2013/2014
Disusun Oleh :
KELOMPOK 03
1. Anjani Tri Lestari
2. Masitoh Ika Cahyani
3. Muslimatun Nur R
4. Rusmiati
5. Nurhasna Hatuluayo
disetujui dan disahkan pada Maret 2013
MENYETUJUI / MENGESAHKAN
Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing
H. Andi Yudianto, S.Kep.Ns.M.Kes.
ii
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah "Retinoblastoma" ini dapat
dipergunakan sebagai acuan dan pedoman maupun petunjuk bagi pembaca dalam proses
belajar mengajar.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan serta
pengalaman bagi kami dan pembaca, sehingga makalah ini dapat diperbaiki dan
dikembangkan bentuk maupun isinya agar kedepannya menjadi lebih baik.
Makalah yang sederhana ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karena
pengalaman kami yang masih sangat minim. Oleh karena itu kami harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Jombang, 03 Maret 2013
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.3
Tujuan Umum ................................................................................... 2
1.4
Tujuan Khusus .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
2.1
Definisi ............................................................................................. 2
2.2
Etiologi ............................................................................................. 2
2.3
Patofisiologi ...................................................................................... 3
2.4
Tanda dan Gejala .............................................................................. 4
2.5
Penatalaksanaan ................................................................................ 4
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................ 11
3.1
Pengkajian....................................................................................... 11
3.2
Analisis data.................................................................................... 11
3.3
Diagnosa keperawatan ....................................................................... 12
3.4
Intervensi Keperawatan .................................................................. 12
3.5
Implementasi................................................................................... 13
3.6
Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 13
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 17
4.1
Kesimpulan ..................................................................................... 20
4.2
Saran ............................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang
paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat
mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara berkembang,
upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua.
Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit
kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan
10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali
anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena
itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah
penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya
dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan
pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke
dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan
masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan
tentang penyakit retinablastoma ke masyarakat luas
Indonesia masih kurang di
memahami
perhatikan.
yang mana di negara
Dan kami sebagai
perawat
perlu
dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien
dengan retino blastoma.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah definisi Retinoblastoma?
b. Apa etiologi dari penyakit Retinoblastoma?
c. Bagiamana patofisiologi penyakit Retinoblastoma?
d. Apa saja tanda dan gejala penyakit Retinoblastoma?
e. Bagaimana penatalaksanaan penyakit retinoblastoma?
f. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan Retinoblastoma?
g. Apa pemeriksaan penunjang untuk penderita Retinoblastoma?
1
1.3 Tujuan Umum
Secara umum, makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas sistem persepsi
sensori.
1.4 Tujuan Khusus
1.
Mengetahui Pengertian dari penyakit retinoblastoma.
2.
Mengetahui etiologi dari penyakit retinoblastoma.
3.
Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit retinablastoma.
4.
Mengetahui patofisiologi dari penyakit retinoblastoma.
5.
Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retinoblastoma.
6.
Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retinoblastoma
7.
Mengetahui Web Of Caution (WOC) dari penyakit Retinoblastoma
8.
Memahami berbagai macam pemeriksaan penunjang pada penderita
retinoblastoma.
2
BAB II
PEMBAHASAN
RETINOBLASTOMA
2.1 Definisi
Retinoblastoma, yang muncul dari retina adalah tumor intraokuler
kongenital ganas yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak. (Donna L.
Wong, dkk : 734).
Retinoblastoma adalah tumor intraokuler maligna primer masa anak yang
paling lazim. Ia terjadi pada kira-kira 1 dalam 18.000 bayi. (Berhman, dkk :
2000).
Retinobalstoma (RB) adalah keganasan intraokuler primer tersering pada
anak. (Abraham M. Rudolph, dkk : 2311).
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara
awal. Rata rata usia klien saat
diagnosis
adalah
24
bulan
pada
kasus
unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral
tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi
pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa
klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral,
khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).
2.2 Etiologi
Kelainan kromosom Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu
pasang alel dominant protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14.
Bisa karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya
gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa
menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang
merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker
bisa
menyebar
ke
kantung
mata
dan
ke
otak
(melalu
saraf
penglihatan/nervus optikus).
Faktor genetik
RB tampaknya timbul hanya apabila kedua alel dari sebuah onkogen
3
supresor yang terletak di regio q14 kromosom 13 tidaka ada/cacat.
(Abraham M. Rudolph, dkk : 2311).
Gen cacat RB1 dapat warisan dari orang tua baik, pada beberapa anak,
bagaimanapun, mutasi terjadi pada tahap awal perkembangan janin. Tidak
diketahui apa yang menyebabkan kelainan gen, melainkan yang paling
mungkin menjadi kesalahan acak selama proses copy yang terjadi ketika sel
membelah.
2.3 Patofisiologi
Retinoblastoma berasal dari jaringan embrional retinal bersifat
malignancy, kongenital dan herediter serta dapat menyerang atau tumbuh 1
atau kedua mata. Tumor tumbuh melalui mutasi genetik secara spontan atau
sporadis atau diturunkan melalui autosomal dominant.
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus.
Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala
leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis.
Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan
menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau
hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan
invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan
sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh
darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke
badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna
iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe
preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang
dan visera , terutama hati.
2.4 Tanda dan Gejala
 Pupil merah muda keputihan yang menonjol keluar dari retina ke dalam
ruang vitreous.
 Penurunan pengelihatan
4
 Refleks mata kucing/ refleks pupil putih (Leukokoria) karena tumor pucat
yang meninggi di kutup posterior mata.
 Strabismus
 Mata eritematosus dengan nyeri persisten.
(Abraham M. Rudolph, dkk : 2311).
2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan retinoblastoma ialah enukleasi bulbi yang disusul dengan
radiasi. Apabila retinoblastoma sudah meluas sampai ke jaringan orbita maka
dilakukan eksenterasi orbita disusul dengan radiasi dan bila diberikan kemoterapi
(Ilyas dkk, 2002).
 Terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1. Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata
prothese (buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif,
sehingga terapi ini sangat efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya
dapat rusak akibat penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada
ukuran Kanker yang kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada
kanker ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat
mengecilkan ukuran kanker.
Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :
1. Ukuran kanker
2. Lokasi kanker
3. Apakah sudah menjalar atau belum
4. Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
5. Adanya komplikasi
5
6. Riwayat keluarga
7. Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas.
 Pembedahan:
1.
Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler
ialah dengan mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik
sepanjang mungkin.
2.
Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke jaringan
orbita ialah dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan
periostnya
3.
Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa – sisa sel
tumor.
(Donna L. Wong, dkk : 735)
Apabila diagnosis RB meragukan, kadang-kadang dilakukan biopsi jarum
halus terhadap tumor. Apabila dipertimbangkan metastasis, perlu diberlakukan
pemindaian CT atau MRI, radiografi toraks, pemindaian tulang, pemeriksaan
cairan spinal untuk sel tumor. (Rudolp, Abraham M., dkk : 2311)
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN RETINOBLASTOMA
Kasus Cerita
Kasus Retino Blastoma Pada Anak
Anak T umur 3 tahun di diagnosa retinoblastoma pada mata kanannya
setahun yang lalu. Lima bulan yang lalu, mata kanan anak T di lakukan operasi
pengangkatan tumor . Saat ini anak T masuk rumah sakit karena di mata kirinya
terdapat bercak putih di mata tengahnya. Matanya menonjol terdapat stabismus.
Anak T mata kirinya visusnya 1/60 dan dari hasil pemeriksaan patologi anatomi
di temukan metastase ke otak dan mata kiri. Dari keterangan keluarga, ternyata
nenek pasien pernah menderita kanker servix.
3.1 Pengkajian
Anamnesa:
1. Identitas pasien
a. Nama : T
b. Usia : 3 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang di rasakan pasien adanya penurunan fungsi
penglihatan
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Satu tahun yang lalu pasien mengalami retino blastoma di mata sebelah
kanan. Kemudian dilakukan tindakan operasi pengangkatan mata. Saat ini di mata
7
kiri pasien terdapat retinoblastoma. Terdapat bintik putih pada mata tepatnya pada
retina, terjadi penonjolan,dan terdapat stabismus.
4. Riwayat penyakit keluarga
Dari keterangan keluarga di temukan data bahwa nenek dari pasien pernah
menderita kanker servix.
5.
Riwayat penyakit masa lalu
Pemeriksaan Fisik

B1 : Breathing (Respiratory System) : Normal

B2 : Blood (Cardiovascular system) : Normal

B3 : Brain (Nervous system)nyeri kepala, visus 1/60, strabismus, bola
mata menonjol

B4 : Bladder (Genitourinary system) : Normal

B5 : Bowel (Gastrointestinal System) : Normal

B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument)
Gejala
:
kelelahan,
malaise,
kelemahan,
ketidakmampuan
untuk
melakukan aktivitas.

Biopsikososial spiritual
Gejala : Perasaan tidak percaya diri ,berbeda dengan teman sebayanya.
Tanda : murung, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung
8
3.2 Analisis Data
Analisa Data Klien
Etiologi
 Gangguan
penerimaan sensori
pada lapisan
fotoreseptor
DO: Visus mata kiri  Ketajaman
1/60
penglihatan menurun
NO
Data
1.
DS: Pasien mengeluh
buram saat melihat
sesuatu.
2.
DS: Klien mengeluh
pandanganya kabur
Masalah
Gangguan
persepsi sensori
penglihatan

Keterbatasan lapang Resiko cedera
(trauma)
pandang
 Resiko tinggi cedera
DO: Tajam
penglihatan menurun
3.
DS: Mengeluh nyeri
di bagian mata kiri,
Keluhan nyeri saat
menggerakan mata


Retinoblastoma
Metastase lewat
aliran darah
 Ke otak
Nyeri Akut
DO: Ekspresi
meringis, Sering
menangis, Bola mata
menonjuol
4.
DS : Klien mengeluh
malu, Klien mengeluh
takut
DO : Rasa percaya
diri berkurang,
Menutup diri
5.
DS : DO : Kurang percaya
diri, Suka menyendiri

Perubahan
penampilan setelah
operasi
 Malu
 Gangguan citra diri
Gangguan citra
diri


Risiko
keterlambatan
perkembangan
Pembatasan aktivitas
Fungsi motorik
terganggu
 Kurang percaya diri
 Risiko keterlambatan
perkembangan.
9
3.3 Diagona dan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri (akut) b/d Peningkatan TIO
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam nyeri
hilang/terkontrol
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang
No
1
Intervensi
Rasional
Selidiki keluhan nyeri
Membantu
mengkaji
kebutuhan untuk intervensi
2
Awasi
petunjuk
tanda
verbal,
non
verbal,
pantau
mis;
tegangan otot gelisah
Dapat
membantu
mengevaluasi
pernyataan
verbal
keefektifan
dan
intervensi.
3
Berikan lingkungan tenang dan
Meningkatkan istirahat dan
kurangi rangsangan penuh stress
meningkatkan
kemampuan
koping.
4
Berikan tetes mata
Mengontrol TIO, mencegah
kehilangan penglihatan lanjut.
5
Kolaborasikan
dengan
dokter
untuk pemberian obat analgesik.
Menurunkan
tegangan
otot
dan kontrol nyeri adekuat.
2) Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d Ketajaman penglihatan
Menurun.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan operasi ketajaman
penglihatan meningkat.
Kriteria hasil : Mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut, visus mata kembali normal.
No
Intervensi
Rasional
10
1
Pastika derajat/tipe kehilangan
penglihatan.
Mempengaruhi harapan masa
depan pasin dan pilihan intervensi.
mengekspresikan Sementara intervensi dini mencegah
kebutaan,
pasien
menghadapi
perasaan
tentang
kemungkinan/mengalami
pengalaman kehilangan penglihatan
kehilangan/kemungkinan
sebagian.
kehilangan penglihatan.
2
Dorong
3
TIO,
Kolaborasikan dengan dokter Mengontrol
penglihatan lanjut.
untuk pemberian tetes mata
mencegah
3) Gangguan Integritas kulit b/d perubahan fungsi dermal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
degradasi pada kulit pasien teratasi.
Kriteria hasil : Mempetahankan integritas kulit
No
1
Rasional
Intervensi
Kaji
integritas
kulit,catat
-Kondisi
perubahan pada turgor, gangguan
oleh
warna,hangat
imobilisasi.
kulit
dipengaruhi
sirkulasi,nutrisi
dan
local,eritema,ekskoriasi
2
Ubah posisi secara periodic dan
-Meningkatkan
sirkulasi
ke
pijat permukaan tulang bila pasien
semua area kulit membatasi
tidak bergerak atau di tempat tidur
iskemia/atau
mempengaruhi
hipoksia seluler.
3
Bantu bererak pasif atau aktif
-Meningkatkan
sirkulasi
jaringan, mencegah stasis.
11
4
5
Ajarkan permukaan kulit kering
-Sabun dapat mengeringkan
dan
kuliat secara berlebihan dan
bersih.Batasi
pengunaan
sabun
mengakibatkan iritasi.
Gunakan alat pelindung, mis.
-Menghindari kerusakan kulit
Kasur tekanan udara/air.
dengan mencegah/menurunkan
tekanan terhadap permukaan
kulit.
4) Konstipasi b/d penurunan pemasukan diet
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam pola
normal dari fungsi usus pasien cepat pulih.
Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup
No
1
Intervensi
Rasional
Membantu
mengidentifikasi
penyebab/factor pemberat dan
intervensi yan tepat.
Observasi,warna
feses,konsistensi,
frekwensi,dan jumlah
2
Awasi masukan dan haluaran
dengan perhatian khusus pada
makanan/cairan
3
Dorong asupan cairan 25003000 ml/hari dalam toleransi
Dapat
mengidentifikasi
dehidrasi,kehilangan
berlebihan/alat
dalam
mengidentifikasi defisiensi diet.
Membantu dalam memperbaiki
konsistensi feses bila konstipasi.
jantung.
4
yang
Menurunkan distress gastric dan
distensi abdomen.
Konsul dengan ahli gizi untuk
Serat menahan enzim pencernaan
dan mengabsorpsi air dalam
alirannya
sepanjang
traktus
intestinal.
Hindari
makanan
membentuk gas
5
memberikan
diet
dengan tinggi serat
seimbang
12
6
Berikan
Mempermudah
defekasi
konstipasi terjadi.
pelembek
feses,stimulan ringan
7
bila
Menurunkan motilitas usus bila
terjadi diare.
Kolaborasikan dengan dokter
untuk pemberian obat antidiare
(metamucil)
5) Intoleransi Aktivitasi b/d intake yang anadekuat dan kelemahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
Intoleransi terhadap aktivitas akan teratasi
Kriteria hasil : Menujukkan peningkatan toleransi aktivitas
No
1
Intervensi
Kaji
kemampuan
Rasional
Px
melakukan tugas
2
Kaji
kehilangan
keseimbangan
untuk - Mempengaruhi pilihan
intervensi / bantuan
/
gangguan -
gaya
jalan,
kelemahan otot
3
Monitor TTV
4
Ubah posisi Px dengan perlahan
dan pantau terhadap pusing
5
Beri bantuan dalam ambulasi
6
Mengajukan
menghentikan
polipitas
nyeri
Px
aktivitas
dada,
untuk
bila
nafas
Menunjukkan
perubahan hemolegi karena
defisiensi Vit B12
mempengaruhi keamanan Px /
resiko cidera
- Manifestasi kardiopulmonal
dari upaya jantung dan paru
untuk membawa jumlah O2
adekuat ke jaringan
-Hipotensi postural / hipoksio
serebral dapat menyebabkan
pusing,
berdenyut
dan
peningkatan resiko cidera
-Membantu meningkatkan harga
diri ditingkatkan bila pasien
melakukan sesuatu sendiri
-Regangan
/
stress
kardiopulmonal berlebihan /
stress
dapat
menimbulkan
dekonsasi / kegagalan.
peridek kelemahan atau pusing
terjadi
6) Gangguan Citra Diri b/d adanya perubahan fisik pasien terhadap diri.
13
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam px
dan keluarga menerima keadaan dirinya
Kriteria hasil: - menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh
- Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan
pola hidup
Intervensi
1. Diskusikan arti kehilangan
Rasional
-
Alat dalam
/perubahan dengan pasien.
mengidentifikas/mengartikan
Identifikasi persepsi
masalah untuk menfokuskan
situasi/harapan yang akan
perhatian dari intervensi secara
datang.
konstruktif.
2. Catat bahasa tubuh non-
-
Dapat mennjukkan
verbal, perilaku
depresi/keputusasaan, kebutuhan
negative/bicara sendiri. Kaji
untuk pengkajianlanjut/intervensi
pengrusakan diri/ perilaku
lebih intensif.
bunuh diri.
3. Pertahankan tindakan tenang,
-
Dapat membantu menghilangkan
meyakinkan. Akui dan terima
takut px akan kematian, sulit
pengungkapan perasaan
bernapas, ketidak mampuan
kehilangan, permusuhan.
berkomunikasi.
4. Dorong px/ orang terdekat
-
Semua yag terlibat dalam
untuk saling komuniksai
mengalami kesulitan dalam area
perasaan
ini, memerlukan pemahaman
bahwa mereka dapat saling
meningkatkan doronagn dan
bantuan.
5. Rujuk pasien/ orang terdekat
-
Menalarkan perasaan kepada
ke sumber pendukung, seperti
orang terdekat dapat membantu
ahli terapi psikologis
atau memberikan dorongan
kepercayaan dalam diri.
14
7) Defisit Pengetahuan b/d ketidaktahuan pasien dan keluarga tentang
penyakit yang di derita
Tujuan : Setelah dilakukan pemberitahuan dengan jelas oleh pihak petugas
kesehatan keluarga mengerti dan memahami tentang penyakit yang
diderita oleh pasien.
Kriteria Hasil : - Memulai perilaku yang diperlukan / perubahan gaya
hidup untuk mencegah komplikasi.
- Berpartisipasi dalam medis untuk tindak lanjut, genetik
konseling / pelayanan KB
- Orang tua dapat mengetahui tentang penyakit anaknya
tanda dan pengobatan
- Orang tua dapat kooperatif dan mampu merawat anak
dirumah
No
1
Intervensi
Berikan
informasi
Rasional
tentang
penyakit pasien.
2
Diskusikan
pentinganya
menjalani terapi pengobatan.
3
Mendorong latihan ROM dan
aktivitas fisik teratur dengan
keseimbangan antara istirahat dan
aktivitas.
4
Beritahu pasien serta keluarga
untuk menghidari faktor pencetus
penyakitnya.
5
Kolaborasi
dengan
psikolog
- Memberikan dasar
pengetahuan sehingga
pasien dapat membuat
pilihan yang tepat.
- Menurunkan ansietas dan
dapat meningkatkan
kerjasama dalam program
terapi.
- Mencegah demineralisasi
tulang dan dapat mengurangi
risiko patah tulang. Aids
dalam mempertahankan
tingkat resistensi dan
mengurangi kebutuhan
oksigen.
- Screening DNA perlu
ditingkat untuk menghindari
faktor pencetus.
- Berbagi perasaan kepada
15
untuk
membantu
mengeluarkan/dapat
mengekspresikan
perasaan
orang terdekat mampu
meminimalisir stress serta
beban pikiran.
pasien.
8) Cemas (Ansietas) b/d faktor fisiologis; perubahan status kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam rasa
cemas pasien akan berkurang.
Kriteria hasil : Wajah pasien tampak rileks dan tanpa ketegangan.
No
Intervensi
1
Kaji tingkat ansietas, derajat
pengalaman
gejala
Rasional
nyeri/timbulnya
tiba-tiba
dan
pengetahuan kondisi saat ini.
2
Faktor ini mempengaruhi presepsi
pasien terhadap ancaman diri,
potensial siklus ansietas, dan dapat
mempengaruhi upaya medik untuk
mengontrol TIO.
Berikan informasi yang akurat Menurunkan ansietas sehubungan
dengan ketidaktahuan/harapan yang
dan
jujur.
Diskusikan
akan datang dan memberikan dasar
kemungkinan
bahwa fakta untuk membuat pilihan
informasi tentang pengobatan.
pengawasan dan pengobatan
dapat
mencegah
kehilangan
penglihatan tambahan.
3
Dorong pasien untuk mengakui Memberikan kesempatan untuk
pasien menerima situasi nyata,
masalah dan mengekspresikan
mengklarifikasi salah konsepsi dan
pemecahan masalah.
perasaan.
4
Identifikasi sumber/orang yang Memberikan keyakinan
pasien
tidak
sendiri
menolong
menghadapi masalah.
bahwa
dalam
9) Resiko Tinggi Infeksi b/d kurangnya informasi tentang perawatan luka
post operasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4X24 jam
penyembuhan luka operasi pasien dapat berjalan baik.
Kriteria Hasil : Menunjukkan TTV normal, tidak ada tanda-tanda infeksi
16
No
1
Intervensi
Rasional
Tingkatkan cuci tangan yang baik
sebelum
menyentuh/mengobati
mata
sebelum
pemberi
melakukan
/
Mencegah
kontaminasi silang / kolonisasi
bacterial pada tangan,
mencegah kontaminasi area
operasi.
perawatan dan pasien
2
3
-
Adanya proses
informasi / infeksi
membutuhkan evaluasi /
pengobatan
Teknik aseptik
Gunakan/ tunjukkan teknik yang menurunkan resiko
tepat untuk membersihkan dari
penyebaran bakteri dan
kontaminasi silang.
dalam ke luar dengan tisu basa/
Observasi TTV
bola kapas untuk tiap usapan
ganti balutan.
4
Observasi
tanda
terjadinya -
Infeksi mata terjadi
2-3 hari setelah prosedur dan
memerlkan upaya intervensi.
Mencegah
kontaminasi dan kerusakan
sisi operasi.
infeksi. Contoh kemerahan.
5
Tekankan pentingnya tidak
menyentuh/ menggaruk mata
yang dioperasi.
6
Kolaborasikan
dengan
dokter -
untuk pemberian obat Antibiotik
(topokal/subkonjungtival)
Sediian topikal untuk
profilaksis. Steroid digunakan
untuk menurunkan inflamasi.
dan
steroid.
10) Resiko Cedera b/d adanya penurunan pengelihatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan operasi penurunan
pengelihatan pasien berkurang dalam beberapa hari.
Kriteria hasil: - Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera.
-
Menunjukkan pola perubahan perilaku untuk menurunkan faktor
resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
17
No
Intervensi
1
Awasi tingkat kesadaran dan
perilaku
- Anemia dapat
menyebabakan suatu
kehilangan kesadaran.
2
Arahkan semua alat mainan
yang dibutuhkan klien pada
tempat sentral pandangan klien
dan mudah untuk dijangkau.
- Meminimalkan adanya
pergerakan terhadap suatu
bahaya.
3
Orientasi
akan
penyesuaian
diri
Rasional
mempercepat
pasien
di
Dukungan keluarga penting
dalam proses penyembuhan
pasien.
lingkungan baru
11) Risiko keterlambatan perkembangan b/d Pembatasan aktivitas dan fungsi
motorik terganggu
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam fungsi
motorik pada pasien dapat kembali ulih.
Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, lebih percaya
diri, mudah bergaul dengan orang lain.
No
Intervensi
1
Kaji proses pikir pasien, sepeti
memori,
rentan
orientasi,
terhadap
Rasional
perhatian,
Menentukan
adanya
proses sensori
kelainan
tempat,
waktu atau orang
2
3
perubahan Kemungkinan terlalu waspada, tidak
dapat
beristirahat,
sensitifitas
tingkah laku
meningkat,atau menangis.
Membantu
mengembangkan
Orientasikan
pasien
pada
kesadaran realita atau lingkungan
tempat ,orang , atau waktu
Catat
adanya
18
3.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina disertai
pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor tersebut dan
berbatas kabur
2.
X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan kalsifikasi.
Bila tumor
mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen : Optikum melebar.
3.
USG : Adanya massa intraokuler
4.
LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila
ratsio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma
intaokuler (Normal ratsio Kurang dari 1)
5.
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari
neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas.
Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak- anak,
terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina
embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian
besar
kasus
bilateral
bersifat herediter yang diwariskan melalui
kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara
intensif dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit
tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus
mampu memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat
segera diobati.
4.2
Saran
Kami menyadari dalam penulisan dan pembahasan makalah ini banyak
ditemui kesalahan dan kekurangan baik dari penulisan dan pembahasan
dikarenakan kami masih dalam proses pembelajaran, kami menerima dengan
lapang dada saran dan tanggapan dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini,dan kami juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis nantinya
20
DAFTAR PUSTAKA
Behrman,dkk.2000.Ilmu Kesehatan Anak Vol.3.Jakarta : EGC.
C Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta. Kompas Gramedia.
Doenges, Marilyn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Faiz Omar, Moffat David. 2002. At a Glance: Anatomi. Jakarta. Erlangga
Ganong F William. 1999. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Guyton A, Hall John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan
(penterjemah). Jakarta. EGC.
James Bruce, Chew Chris. 2005. Lecture Notes: Oftalmologi. Jakarta : Erlangga.
Puts.R, Pabs.R. 2000. Sobotta, atlas anatomi manusia jilid 1. Jakarta: EGC.
Robbins, dkk.2009.Buku Saku Dasar Patologi Penyakit.Jakarta : EGC.
Rudolph, Abraham M., dkk.2007.Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol.3 Ed.20.Jakarta
: EGC.
Sachrin, Rosa M.1994.Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta : EGC.
Voughan, Dale. 2000. Oftalmologi umum. Jakarta :widya medika.
Wong, Donna L.,dkk.2009.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC.
21
Download