Pertumbuhan dan Perkembangan pada Bayi Michelle Amelia Tanian / 102019013 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Email: [email protected] Abstrak Setiap keluarga mengharapkan anaknya kelak bertumbuh kembang optimal baik sehat fisik, kognitif, dan sosial. Seringkali orang tua tidak menyadari ketika anaknya mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk itu, orang tua perlu mengenal tanda bahaya pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk menunjang tumbuh kembang anak yang optimal dibutuhkan kontrol kesehatan dengan melakukan pemeriksaan antropometri dan Denver Developmental Screening Test II yang digunakan untuk memonitor dan memantau perkembangan bayi dan anak secara berkala. Pemberian imunisasi dan nutrisi pada anak juga perlu diperhatikan agar tumbuh kembang anak mejadi optimal. Kata kunci: antropometri, denver developmental screening test II, imunisais, nutrisi, tumbuh kembang Abstract Every family expects their children to grow and develop optimally, physically, cognitively, and socially. Often parents do not realize when their children experience delays in growth and development. For that, parents need to recognize the danger signs of child growth and development. To support optimal growth and development of children, health control is needed by conducting anthropometric examinations and the Denver Developmental Screening Test II which is used to monitor and monitor the development of babies and children regularly. Immunization and nutrition in children also need to be considered so that the child's growth and development can be optimal. Key words: anthropometry, denver developmental screening test II, immunization, nutrition, growth and development 1 Pendahuluan Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi tidak bisa dipisahkan. Setiap keluarga mengharapkan anaknya kelak bertumbuh kembang optimal baik sehat fisik, mental/kognitif, dan sosial. Seringkali orang tua tidak menyadari ketika anaknya mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk itu, orang tua perlu mengenal tanda bahaya (red flag) pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena itu, penting untuk memberikan penyuluhan bagi para orang tua untuk menyadari pentingnya pemberian hal-hal yang sangat dibutuhkan anak demi tercapainya suatu proses tumbuh-kembang yang optimal. 1 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang sering ditemukan meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa dan perilaku. Gangguan pertumbuhan fisik pada anak dapat berupa wasting, stunting, dan overweight, sedangkan gangguan perkembangan anak dapat berupa penyimpangan perilaku, keterlambatan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian. 2 Pada makalah ini akan dibahas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, dan cara melakukan pemeriksaan antropometri dan Denver II serta interpretasi dan edukasi bagi orang tua. Anamnesis Anamnesis merupakan wawancara riwayat kesehatan pasien baik secara autoanamnesis (secara langsung) maupun alloanamnesis (secara tidak langsung) yang memiliki tiga tujuan utama yaitu mengumpulkan informasi, membagi informasi, dan membina hubungan saling percaya dengan pasien. Informasi atau data yang dokter dapatkan dari wawancara merupakan data subjektif berisi hal yang diutarakan pasien kepada dokter mulai dari keluhan utama hingga riwayat pribadi dan sosial. 3 Berbeda dengan dewasa, bayi dan anak belum dapat memberikan keterangan sehingga alloanamnesis merupakan pilihan yang tepat. Anamnesis yang baik dan terarah akan memudahkan dalam menegakkan diagnosis, sehingga dibutuhkan anamnesis yang lengkap pada pasien, termasuk : a. Identitas Meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama. Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa si pasien pergi ke dokter 2 dan mencari pertolongan, disertai dengan indikator waktu, seperti berapa lama pasien mengalami hal itu.4 b. Keluhan utama Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan pasien yang membawa si pasien pergi ke dokter dan mencari pertolongan, disertai dengan indikator waktu, seperti berapa lama pasien mengalami hal itu. 2 Keluhan utama pada kasus ini adalah bayi perempuan berusia 9 bulan belum dapat berdiri sendiri. c. Riwayat Perjalanan Penyakit Pada riwayat perjalanan penyakit, ditanyakan secara kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum ada keluhan sampai dibawa berobat, termasuk pengobatan yang telah didapatkan pasien sebelumnya. Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya komplikasi, adanya gejala sisa dan kecacatan. Perlu diketahui keadaan atau penyakit yang mungkin berkaitan dengan penyakit sekarang serta keluhan atau gejala tambaha termasuk yang tidak ada hubungannya dengan penyakit sekarang.2,3 d. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit terdahulu, baik yang berkaitan langsung maupun yang tidak ada hubungannya sama sekali. e. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga, yaitu diagram usia dan kesehatan, atau usia dan penyebab kematian dari setiap hubungan keluarga yang paling dekat mencakup kakek-nenek, orang tua, dan saudara kandung. 3 f. Riwayat kehamilan Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC) petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi. Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan risiko tinggi yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya.5 Tujuan antenatalcare adalah : 5 3 1. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu, dan tumbuh kembang janin 2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental ibu dan bayi. 3. Menemukan secara dini adanya masalah atau gangguan dan kemungkinan komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan 4. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin. Kebijakan program dalam pelayanan antenatal yaitu kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. Dengan ketentuan : 5 1. Minimal satu kali pada trisemester pertama (K1) hingga usia kehamilan 14 minggu. 2. Minimal satu kali pada trisemester kedua (K2), 14-28 minggu 3. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) 28 - 36 minggu dan setelah 36 minggu sampai lahir. Riwayat Kehamilan pada kasus ini yaitu tidak ada komplikasi, dan ANC terartur. g. Riwayat Persalinan Riwayat persalinan pada kasus ini adalah lahir spontan pervagina, tanpa kompikasi, bayi menangis kuat dan aktif. h. Riwayat kelahiran Tanyakan kapan dan dimana lahir, siapa yang menolong, cara kelahiran, adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir dan morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir. Perlu ditanyakan apakah kelahiran kurang bulan, cukup bulan atau lewat bulan, serta berat dan panjang badan saat lahir. 3 i. Riwayat Imunisasi Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif. 7 Terdapat lima imunisasi dasar yang wajib diberikan sejak bayi yaitu imunisasi BCG sekali untuk mencegah penyakit Tuberkulosis. Diberikan pada umur 2 bulan dan selanjutnya 3 bulan. Imunisasi Hepatitis B sekali untuk mencegah penyakit Hepatitis. Vaksin ini diberikan 3 kali pada saat 12 jam setelah lahir, umur 1 bulan dan umur 3 bulan. Imunisasi DPT untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus. Imunisasi ini pertama kali diberikan saat bayi berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan ulangan umur 18 bulan dan usia 5 tahun. Imunisasi polio untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Imunisasi vaksin ini diberikan pada bayi 4 baru lahir, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 18 bulan, 24 bulan, dan usia 5 tahun. Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi campak diberikan saat bayi berumur 9 bulan dan vaksin kedua 6 tahun. 6,8 Riwayat imunisasi yang didapat dari hasil anamnesis yaitu imunisasi BCG, Hepatitis 3x, Polio 4x, dan DPT 3x. j. Riwayat Nutrisi Pengaturan makanan bayi sehat terdiri dari makanan utama yaitu air susu ibu (ASI). Jika ASI sama sekali tidak dapat, diberikan susu formula sebagai penggantinya. Terdapat juga makanan pelengkap terdiri dari buah-buahan, biscuit, makanan padat bayi yaitu bubur susu, nasi tim atau makanan lain yang sejenis. 6 Dengan mempertimbangkan makanan utama yaitu menyusukan bayi harus selalu dianjurkan bila bayi dan ibunya ada dalam keadaan sehat dan tidak terdapat kelainan-kelainan yang tidak memungkinkan untuk menyusukan. Jika memungkinkan ASI diberikan sampai anak berusia 2 tahun. Tetapi bila ternyata produksi ASI sangat kurang atau tidak terdapat sama sekali, barulah diberikan makanan buatan sebagai penggantinya. ASI sangat bermanfaat karena mengandung nutrient yang lengkap dengan komposisi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan bayi sangat cepat. Nutrient yang diberikan selalu dalam keadaan segar dengan suhu yang optimal dan bebas dari basil patogen. Mengandung zat anti dan zat kekebalan lain yang dapat mencegah berbagai penyakit infeksi terutama pada usus. 6 Makanan pendamping ASI (MPASI) diberikan setelah bayi berumur 6 bulan. Jenis-jenis MPASI yang dapat diberikan adalah buah-buahan yang dihaluskan atau dalam bentuk sari buah. Misalnya pisang Ambon, pepaya, jeruk, tomat. Makanan lunak dan lembek. Misal bubur susu, nasi tim. Serta, makanan bayi yang dikemas dalam kaleng atau sachet. 6 Tujuan diberikan MPASI adalah untuk melengkapi zat gizi ASI yang sudah berkurang, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk, mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan dan mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi. 1,6 Pada kasus ini, nutrisi yang diberikan pada bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI (MPASI). k. Riwayat Tumbuh Kembang Riwayat tumbuh kembang anak yang diperoleh dari anamnesis yaitu: 5 1. Personal sosial: bisa memasukkan biskuit ke mulut, berusaha mencapai mainan, mengamati tangannya, belum bisa tepuk tangan, belum bisa menyatakan keinginan tanpa menangis, belum bisa melambaikan tangan. 2. Motor halus adaptif: bisa mengambil 2 kubus, memindahkan kubus ke tangan lain, menggaruk manik-manik, belum bisa memegang dengan ibu jari dan jari, belum bisa membenturkan 2 kubus, belum bisa menaruh kubus di cangkir. 3. Bahasa: bisa mengoceh, bisa mengucapkan >3 silabel yang sama, papa/mama tidak spesifik, belum bisa papa/mama spesifik, belum bisa 1,2 dan 3 kata. 4. Motorik kasar: bisa berdiri dengan pegangan, bisa duduk sendiri, bisa duduk dengan pegangan, bisa tengkurap sendiri, bisa bangkit untuk berdiri, bisa bangkit terus duduk, belum bisa berdiri sendiri. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.1 Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri dari penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik.1 1. Frekuensi napas: menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit. Dinyatakan normal pada bayi baru lahir jika frekuensi antara 30-60 kali permenit tanpa ada retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi. 2. Inspeksi warna bayi: Untuk mengetahui adanya kulit yang pucat, ikterus, sianosis sentral atau tanda lainnya. 3. Denyut jantung: frekuensi normal antara 100-160 kali permenit 4. Suhu tubuh: Mengukur suhu tubuh di axilla, normal antara 36,5-37,5oC 5. Pemeriksaan gerak ekstremitas: Mendeteksi gerakan abnormal pada bayi 6. Pemeriksaan abdomen dan punggung: melihat bentuk abdomen, misalnya membuncit karena hepatosplenomegali Pemeriksaan Antropometri Seorang anak dikatakan tumbuh apabila ia bertambah berat dan tinggi setiap harinya. Untuk mengetahui sejauhmana keadaan pertumbuhan anak dan apakah proses pertumbuhan tersebut 6 berjalan normal atau tidak, maka diperlukan pemeriksaan dengan menggunakan parameterparameter tertentu yang telah ditentukan. Parameter yang sering digunakan untuk menilai pertumbuhan anak adalah dengan melakukan pengukuran antropometrik. Pengukuran antropometrik dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu seperti timbangan dan pita pengukur (meteran). 7 Pemeriksaan antropometri yang terdiri atas pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas. a. Berat Badan Gambar 1. Alat ukur Berat Badan. 7 Berat badan (BB) merupakan parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah diukur dan diulang. BB merupakan ukuran yang terpenting yang dipakai pada setiap pemeriksaan penilaian pertumbuhan fisik anak pada semua kelompok umur karena BB merupakan indikator yang tepat untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak saat pemeriksaan. BB sangat sensitif terhadap perubahan sedikit saja seperti sakit dan pola makan. Selain itu dari sisi pelaksanaan, pengukuran BB relatif objektif dan dapat diulangi dengan timbangan apa saja, murah dan mudah, serta tidak memerlukan waktu lama. 3,7 b. Tinggi Badan Gambar 2. Alat Ukur Tinggi Badan. 7 Bagi anak yang berusia lebih dari 2 tahun, pengukuran tinggi badan dapat dilakukan secara optimal dengan menggunakan stadiometer yang dipasang pada dinding. Minta anak berdiri dengan kedua tumit, bagian punggung serta kepalanya mengenai tembok atau bagian 7 belakang stadiometer. Jika menggunakan tembok yang dilengkapi dengan penggaris berukuran, pastikan untuk menempatkan selembar papan atau permukaan yang rata di atas puncak kepala anak dengan sudut tegak lurus terhadap penggaris tersebut. 3,7 Gambar 3. Alat Ukur Panjang Badan. 7 Untuk anak di bawah usia 2 tahun, lakukan pengukuran panjang badan dengan menempatkan bayi atau anak dalam posisi berbaring telentang pada papan pengukur atau di tempat nampan bayi pada alat timbang bayi . Pengukuran langsung panjang badan bayi dengan menggunakan pita pengukur bukanlah cara yang akurat kecuali jika terdapat tenaga asisten yang menolong memegang bayi tersebut agar tidak bergerak dengan sendi pangkal paha dan lutut berada dalam posisi ekstensi. 3,7 c. Lingkar Kepala Gambar 4. Cara Mengukur Lingkar Lingkar Kepala Bayi.7 Lingkar kepala (LK) menggambarkan pertumbuhan otak dari estimasi volume dalam kepala. Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak walaupun untuk itu diperlukan pengukuran LK secara berkala. 3,7 Apabila pertumbuhan otak mengalami gangguan yang dideteksi dari hasil pengukuran LK yang kecil (dinamakan mikrosefali) maka hal ini bisa mengarahkan si anak pada kelainan retardasi mental. Sebaliknya kalau ada gangguan pada sirkulasi cairan otak (liquor 8 cerebrospinal) maka volume kepala akan membesar (makrosefali), kelainan ini dikenal dengan nama hidrosefalus. Pengukuran LK paling bermanfaat pada 6 bulan pertama sampai 2 tahun karena pada periode ini pertumbuhan otak berlangsung dengan pesat. Namun LK yang abnormal baik kecil maupun besar bisa juga disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) dan bawaan bayi. 3,7 Pada bayi kurang dari 2 tahun, lingkar kepala diukur secara rutin. Pada anak yang lebih besar, lingkaran kepala baru diukur apabila terdapat kecurigaan pada kepalanya. Alat pengukur yang digunakan adalah pita metal yang fleksibel sehingga dapat memberikan nilai yang benar. Yang diukur ialah lengkaran kepala terbesar. Caranya dengan meletakkan pita melingkari kepala melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata dan bagian belakang kepala pasien yang paling menonjol yaitu protuberansia oksipitalis. Pita pengukur diletakan sedemikian rupa hingga kencang melingkari kepala. Pita pengukur yang digunakan harus memenuhi syaratsyarat yaitu harus fleksibel tetapi tidak elastis sehingga pengukuran bisa dilakukan dengan akurat. 3,7 Pada waktu lahir lingkaran kepala adalah sekitar 35 cm, pada umur 6 bulan 43,5 cm. pada umur 1 tahun lingkaran kepala sudah bertambah 12 cm dari waktu lahir dan pada umur 6 tahun bertambah lagi 6 cm. setelah itu hanya terjadi penambahan lingkaran kepala sedikit saja, pada waktu dewasa lingkaran kepala adalah 55 cm. 3,7 d. Lingkar lengan atas Lingkar lengan atas mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan massa otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LLA dapat dipakai untuk menilai kkeadaan gizi pada kelompok umur prasekolah. Keuntungannya adalah alatnya mudah murah dan dapat dibawa kemana-mana, serta dapat dilakukan oleh tenaga terlatih. Sedangkan kerugiannya adalah LLA hanya untuk identifikasi anak dengan gangguan gizi/pertumbuhan yang berat, sukar menentukan pertengahan LLA tanpa menenkan jaringan. Alat yang dipakai adalah pita pengukur lingkar lengan atas. Lingkarkanlah pita pengukur pada lengan kiri atau kanan, antara akromion dan olekranon. Pada bayi yang baru lahir lingkar lengan atas adalah 11 cm, pada umur 1 tahun lingkar lengan atas menjadi 16 cm dan pada umur 5 tahun 17 cm. 7 Pada kasus ini, pemeriksaan fisik yang dilakukan semuanya dalam batas normal dan pada pengukuran antropometri pada bayi didapatkan berat badan 9 kg, Panjang badan 70 cm dan lingkar kepala 40 cm. 9 Pemeriksaan Denver II Tes Denver II adalah alat bantu untuk menilai tingkat perkembangan anak usia sesuai dengan tugas untuk kelompok umurnya pada saat melakukan tes. Denver II dapat digunakan untuk memonitor dan memantau perkembangan bayi atau anak dengan resiko tinggi terjadinya penyimpangan atau kelainan perkembangan secara berkala. Tes ini juga tidak untuk mendiagnosa ketidakmampuan dan kesukaran belajar, gangguan bahasa atau gangguan emosional, subtitusi evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik anak. Tes ini lebih mengarah pada perbandingan kemampuan atau perkembangan anak dengan kemampuan anak lain yang seumurnya.9 Denver Development Screening Test (DDST) adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15 sampai 20 menit) dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasi antara 85-100% bayi dan anak-anak pra sekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada follow up selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun.7 Walaupun DDST tidak dapat dijadikan patokan sebagai tes diagnostik untuk menilai adanya kelainan perkembangan, tetapi DDST berguna untuk menilai perkembangan anak sesuai dengan umurnya, memantau anak yang tampak sehat dari umur 0 tahun sampai dengan 6 tahun, menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya kelainan Perkembangan, memastikan apakah anak dengan persangkaan ada kelainan, apakah benar - benar ada kelainan perkembangan, dan monitor anak dengan resiko perkembangan misalnya anak dengan masalah perinatal. 7 Aspek perkembangan yang dinilai terdiri dari 105 tugas perkembangan yang kemudian dilakukan revisi sehingga pada DDST II menjadi 125 tugas perkembangan. Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 (empat) kelompok besar yang disebut ranah perkembangan yang meliputi: 7,9 1. Personal social (perilaku sosial), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. 2. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil koordinasi yang cermat. 10 tetapi memerlukan 3. Language (bahasa), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. 4. Gross motor (gerakan motorik kasar), yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Prosedur DDST Dalam pemeriksaan DDST ada beberapa syarat yang harus digunakan yaitu alat dan prosedur pelaksanaan. Alat yang digunakan: benang wol merah, kismis/manickmanik, kubus warna merah, kuning, hijau, biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas dan pensil, lembar formulir DDST dan buku petunjuk sebagai referansi. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama dilakukan secara periodik pada semua anak yang berusia: 3- 6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun dan 5 tahun. Tahap kedua dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap 1 kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap. 7 Dalam pelaksanaan tes semua item harus diujikan sesuai dengan prosedur yang telah terstandarisasi. Diperlukan kerja sama aktif dari anak sebab anak harus merasa tenang, aman, senang, sehat (tidak mengantuk, tidak lapar, tidak haus, dan tidak rewel). Harus terbina kerja sama yang baik antara kedua belah pihak baik pemeriksa maupun pasien. Ruangan test harus cukup luas, ventilasi baik, dan berikan kesan yang santai dan menyenangkan.10 Gambar 5. Formulir Denver II. 7 Pertama, sebelum melakukan tes ini terlebih dahulu kita harus mengisi nama pemeriksa, tanggal pemeriksaan, nama anak dan tanggal lahir anak. Kedua, dalam pelaksanaan skrining dengan DDST ini, umur anak perlu ditetapkan terlebih dahulu, dengan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun, dan 1 minggu untuk 7 hari. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah dan sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas.7,10 Misalnya, Nina lahir pada tanggal 1 januari 2011 dari kehamilan cukup bulan dan tes dilakukan pada tanggal 9 November 2015, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: 11 Tanggal periksa 15 11 9 Tanggal lahir 11 1 1 Usia 4 10 8 Table 1. Perhitungan usia kronologis. Jadi umur Nina 4 tahun 10 bulan 8 hari. Karena 8 hari lebih kecil dari 15 hari, maka dibulatkan ke bawah sehingga umur Nina adalah 4 tahun 10 bulan. Umur anak perlu di konversi jika prematuritas pada anak yang lahir > 2 minggu sebelum masa gestasi 37 minggu dan berumur < 2 tahun. Misalnya, Ali lahir tanggal 8 November 2009. Saat dilakukan tes DDST tanggal 1 Januari 2011. Anak lahir premature 5 minggu. Maka usia penyesuaian Ali untuk pemeriksaan DDST adalah : 12 10 0 31 Tanggal periksa 11 1 1 Tanggal lahir 9 11 8 1 1 23 1 7 0 16 Prematur 5 minggu Usia konversi 1 Table 2. Perhitungan usia kronologis. Jadi usia konversi anak tersebut adalah 1 tahun 16 hari. Ketiga, setelah mendapat usia kronologis anak. Kemudian, dengan menggunakan penggaris tarik garis secara vertikal dari atas ke bawah berdasarkan umur kronologis yang tertera di bagian atas formulir sehingga memotong kotak tugas perkembangan pada formulir DDST. Terdapat aturan untuk pembulatan usia yaitu, jika ≤ 7 hari pembulatan ke bawah, ≥ 8 hari pembulatan ke atas (pertengahan garis usia), ≤ 22 hari pembulatan ke bawah (pertengahan garis usia) dan ≥ 23 hari pembulatan ke atas. Jika anak tersebut berusia 1 tahun 16 hari maka, garis usia ditarik pada pertengahan 12 bulan dan 13 bulan. Kemudian, setelah garis sudah ditarik, kita harus menulis tanggal pemeriksaan pada garis itu.7,10 Setelah itu, kita melakukan pengujian pada gugus tugas yang ada pada form Denver. Pada gugus tugas, perlu dicantumkan penilaian di sebelah kotak yang berwarna putih dengan ketentuan sebagai berikut: 7,10 12 1. Passed atau lulus (P/L). Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu/pengasuh anak memberi laporan (tepat/dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya). 2. Failure atau gagal (F/G). Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau ibu/pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukannya dengan baik. 3. Refuse atau menolak (R/M). Anak menolak untuk melakukan uji coba. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak “apa yang harus dilakukan”, jika tidak menanyakan kepada anak apakah dapat melakukannya (uji coba yang dilaporkan oleh ibu/pengasuh anak tidak diskor sebagai penolakan). 4. No opportunity (NO) (tidak ada kesempatan). Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba. Gambar 6. Grafik Denver Developmental Screening Test.10 Tes dilakukan terhadap semua gugus tugas yang melalui garis usia dan dimulai dari gugus tugas 3 dari bawah bagian kiri garis usia untuk masing-masing ranah. Jika seluruh penilaian gugus tugas adalah L, tes dapat dilanjutkan pada gugus tugas di sebelah kanan garis usia sampai didapat skor gagal 3 kali berturut-turut. 13 Interpretasi hasil untuk tes ini terdiri atas dua tahap, yaitu penilaian per item dan penilaian tes secara keseluruhan. Penilaian per item dengan kategori sebagai berikut: 7,10 1. Penilaian item “Lebih” (Advance) Nilai lebih tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan (karena biasanya hanya dapat dilakukan oleh anak yang lebih tua). Nilai “Lebih” diberikan jika anak dapat “Lulus/Lewat” (L) dari item tes di sebelah kanan garis usia. Anak dinilai memiliki kelebihan karena dapat melakukan tugas perkembangan yang seharusnya dikuasai oleh anak yang lebih tua. 2. Penilaian item “OK” atau normal Nilai normal ini tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan. Nilai “OK” dapat diberikan pada anak dalam kondisi berikut. Pertama anak “Gagal” (G) atau “Refuse” (R) melakukan tugas untuk item di sebelah kanan garis usia. Kondisi ini wajar, karena item di sebelah kanan garis usia pada dasarnya merupakan tugas untuk anak yang lebih tua. Dengan demikian, tidak menjadi masalah jika anak gagal atau menolak melakukan tugas tersebut karena masih banyak kesempatan bagi anak untuk melakukan tugas tersebut jika usianya sudah mencukupi. Kedua, anak “Lulus/Lewat” (L), “Gagal” (G), atau “Refuse” (R) melakukan tugas untuk item di daerah putih kotak (daerah 25%- 75%). Jika anak lulus, sudah tentu hal ini dianggap normal, sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak di usia tersebut. Anak gagal atau menolak juga masih digolongkan normal karena perlu diketahui daerah putih pada kotak menandakan bahwa sebanyak 25%-75% anak tersebut mampu/lulus melakukan tugas tersebut. Dengan kata lain, masih ada sebagian anak di usia tersebut yang belum berhasil melakukannya. Jadi, jika anak gagal atau menolak melakukan tugas pada daerah itu, hal ini masih dianggap normal, dan anak masih memiliki kesempatan untuk melakukannya pada tes yang akan datang. 3. Penilaian item C! (Peringatan/Caution) Nilai “Peringatan” diberikan jika anak “Gagal” (G) atau “Refuse” (R) melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh garis usia pada daerah kotak hijau (daerah 75%-90%). Anak tersebut masuk ke dalam kelompok minoritas yaitu 10%-25% yang belum berhasil melakukannya. Perlu diperhatikan, meskipun dalam hal ini anak masih memiliki kesempatan untuk memperbaikinya, karena masih berada dalam kelompok usianya, anak tersebut tetap memerlukan perhatian dan latihan yang lebih mengingat mayoritas teman sebayanya sudah berhasil. 4. Penilaian item D ! (Terlambat/Delayed) 14 Nilai “Terlambat” diberikan jika anak “Gagal” (G) atau “Menolak” (M) melakukan tugas item di sebelah kiri garis usia yang sudah jauh di belakang kotak hijau sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak yang lebih muda. Seorang anak seharusnya mampu melakukan tugas untuk kelompok usia yang lebih muda, yang tentunya merupakan tugas yang lebih ringan. 5. Penilaian item NO “Tak ada kesempatan” (No Opportunity) Nilai NO ini tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan. Nilai ini diberikan jika anak tidak ada kesempatan untuk mencoba atau melakukan tes gugus tugas tertentu. Penilaian perilaku dilakukan setelah tes selesai. Dengan menggunakan skala pada lembar tes, penilaian ini dapat membandingkan perilaku anak selama tes dengan perilaku sebelumnya. Dapat ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh apakah perilaku anak sehari-hari sama dengan perilakunya saat itu. Terkadang anak tengah dalam kondisi sakit, lapar, atau marah sewaktu menjalani pemeriksaan tersebut. Jika demikian, tes dapat ditunda dan dilanjutkan pada hari lain saat anak telah kooperatif. 7,9,10 Setelah itu dihitung pada masing-masing ranah dan lakukan interpretasinya. Hasil interpretasi untuk keseluruhan tes dikategorikan menjadi 3 yaitu, Normal, Suspek, dan Untestable (Tak dapat diuji). Penjelasan mengenai ketiga kategori tersebut adalah: 7 1. Normal Interpretasi normal diberikan jika tidak ada skor “Delay” (0 D!) dan atau maksimal 1 “Caution” (1 C!). Jika hasil ini didapat, lakukan kontrol setelah 6 bulan, untuk dinilai tumbuh kembangnya pada kunjungan berikutnya. 2. Suspek Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu atau lebih skor “Delay” (1 D!) dan atau dua atau lebih skor “Caution” (2 C!). Dalam hal ini, D! dan C! harus disebabkan oleh kegagalan (G), bukan oleh Refuse (R). Jika hasil ini didapat, lakukan kontrol lagi dalam 2 minggu untuk dinilai kembali. 3. Tidak dapat diuji (untestable) Bila ada skor menolak (refuse) pada > 1 uji coba terletak disebelah kiri garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75-90%, lakukan kontrol dalam 1-2 minggu mendatang. Jika hasil tes berulang kali menunjukkan Suspek atau Tidak dapat diuji, anak perlu menjalani sesi konsultasi dengan seorang ahli guna menentukan keadaan klinis. 15 Diagnosis Kerja Berdasarkan kasus ini, diketahui bayi perempuan berusia 9 bulan memiliki berat badan 9 kg, panjang badan 70 cm, dan lingkar kepala 40 cm. Berdasarkan grafik berat badan, panjang badan dan status gizi pada anak perempuan usia 9 bulan, untuk berat badan 9 kg dan Panjang badan 70 cm pada usia anak terebut dikatakan normal, untuk status gizinya adalah normal. Sedangkan lingkar kepala 40 cm pada usia anak tersebut tergolong di bawah rata-rata, namun dapat disimpulkan pertumbuhan bayi perempuan tersebut masih dalam batas normal. Pada pemeriksaan Denver II secara personal-sosial, bayi dapat memasukkan biskuit ke mulut, berusaha mencapai mainan, mengamati tangannya, belum bisa tepuk tangan, belum bisa menyatakan keinginan tanpa menangis, belum bisa melambaikan tangan. Secara motorik halus, bayi dapat mengambil 2 kubus, memindahkan kubus ke tangan lain, menggapuk manik-manik, belum bisa memegang dengan ibu jari dan jari, belum bisa membenturkan 2 kubus, belum bisa menaruh kubus di cangkir. Secara bahasa, bayi dapat mengoceh, bisa mengucapkan lebih dari 3 silabel yang sama, mengucapkan papa/mama tidak spesifik, belum bisa mama/papa secara spesifik, belum bisa 1, 2, dan 3 kata. Secara motorik kasar, bayi bisa berdiri dengan pegangan, bisa duduk sendiri, bisa duduk dengan pegangan, bisa tengkurap sendiri, bisa bangkit untuk berdiri, bisa bangkit terus duduk, belum bisa berdiri sendiri. Berdasarkan pemeriksaan Denver II, dengan menilai 4 ranah perkembangan pada anak, hasilnya adalah normal dimana bayi “Gagal” melakukan gugus tugas yang berada pada daerah 25%-75% yang dipotong garis usia. Sedangkan untuk beberapa gugus tugas yang rata-rata bayi seusianya “Lulus”, bayi ini juga “Lulus”. Untuk keluhan bayi belum dapat berdiri sendiri juga masih dikatakan normal pada usia tersebut, karena hanya 25% - 75% anak yang sudah dapat melakukan tugas tersebut, apalagi gugus tugas tersebut berada di kanan dari garis usia artinya, tugas tersebut merupakan tugas untuk anak yang lebih tua dari usia 9 bulan. Dengan demikian, penilaian keseluruhan tes dapat dikatakan “Normal” dengan tidak ada Caution (C!). Penatalaksanaan Penatalaksanaan dibagi atas farmakologi dan non-farmakologi. Penatalaksanaan farmakoterapi dengan memberikan multivitamin karena tidak didapatkan kelainan atau keterlambatan. Vitamin yang dapat diberikan adalah : 2,11 1. Vitamin A : diperlukan bayi untuk penglihatan normal, mencegah infeksi dan pertumbuhan dan perkembangan. Dianjurkan pemberian suplemen vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) satu kali pada bayi berumur 6 - 12 bulan. 2. Vitamin B : dapat diperoleh dari hati, daging, susu, padi, biji-bijian dan kacang 16 3. Vitamin D : berfungsi dalam pembentukan tulang, vitamin D dapat terbentuk di bawah kulit bila terkena sinar matahari. Oleh karena itu, bayi perlu kena sinar matahari setiap pagi hari. 4. Vitamin C : sistem kekebalan tubuh 5. Vitamin E : merupakan antioksidan yang diperlukan untuk memelihara keutuhan sel tubuh. Vitamin E dibutuhkan sebanyak 5 mg pada bayi berumur 7-11 bulan . ASI mengandung cukup vitamin E. 6. Vitamin K : diperlukan untuk pembentukan koagulasi darah dan proses fisiologis lainnya. Sedangkan penatalaksanaan non-farmakoterapi dengan memberikan edukasi kepada orang tua untuk kontrol rutin lagi setelah 6 bulan kemudian untuk periksa Denver II kembali untuk memastikan apakah anak tersebut normal atau mengalami keterlambatan. Serta, memberi edukasi mengenai imunisasi dan nutrisi anak. Pada kasus ini, anak tersebut sudah mendapat imunisasi yaitu BCG, Hepatitis 3x, Polio 4x, dan DPT 3x, orang tua perlu diingatkan agar melakukan vaksin Hepatitis B yang ke 4 yang sebenarnya harus dilakukan pada usia 4 bulan, serta vaksin campak yang pertama pada usia 9 bulan. Untuk nutrisi yang diberikan pada bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI (MPASI) sudah tepat karena bayi sudah berusia > 6 bulan dan status gizi dari bayi tersebut juga normal. Imunisasi Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif. Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan. 7 Vaksin bekerja dengan mempersiapkan tubuh untuk memerangi penyakit. Setiap suntikan imunisasi yang diberikan mengandung kuman mati atau yang dilemahkan, atau bagian darinya, yang menyebabkan penyakit tertentu. Tubuh akan dilatih untuk memerangi penyakit dengan membuat antibodi yang mengenali bagian-bagian kuman secara spesifik. Kemudian akan timbul respon tubuh yang menetap atau dalam jangka panjang. 12 Jadi, ketika terpapar pada penyakit yang sebenarnya, antibodi telah siap pada tempatnya dan tubuh tahu cara memeranginya sehingga anak tidak jatuh sakit. Inilah yang disebut sebagai imunitas (ketahanan tubuh terhadap penyakit tertentu). Vaksin dikembangkan untuk membantu sistem pertahanan tubuh yang bersifat spesifik ditujukan terhadap mikroba 17 dan penyakit tertentu. Tujuan utama pemberian imunisasi adalah agar tubuh menjadi kebal terhadap penyakit dan dapat mengurangi mortalitas (kematian) serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi.12 Terdapat 2 jenis imunisasi yaitu, imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yang secara aktif membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio atau campak . Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam antara lain imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara ototmatis di peroleh sembuh dari suatu penyakit.Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit. 12 Kedua, imunisasi pasif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan tubuhnya di dapat dari luar. Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanusSerum). Pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah: terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagi jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masakandungan.misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi pasif ini dibagi yaitu, imunisai pasif alamiah adalah antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan. Imunisasi pasif buatan. adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serumuntuk mencegah penyakit tertentu. 12 Imunisasi bertujuan untuk melindungi seseorang atau sekelompok masyarakat dari bahaya akibat penyakit tertentu. Dengan imunisasi diharapkan dapat terbentuk zat antibodi dengan kadar protektif yang yang dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit. Untuk mencapai kadar protektif, imunisasi harus diberikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jadwal imunisasi terbagi atas jadwal imunisasi dasar dan jadwal imunisasi ulangan. Jadwal imunisasi tahun 2017 yang dikeluarkan oleh IDAI. 13 Gambar 7. Jadwal imunisasi anak usia 0-18 tahun rekomendasi IDAI 2017 Sumber: https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-2017 18 Imunisasi dasar yang harus di berikan kepada anak yaitu sebagai berikut:12,13 1. Vaksin Hepatitis B (HB) HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monovalen adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2, 4, dan 6 bulan. 2. Vaksin Polio Untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Vaksin ini memberikan kekebalan ke seluruh tubuh. Pada saat ini ada dua jenis vaksin polio, yaitu OPV (Oral Polio Vaccine) dan IPV (Inactivated Polio Vaccine). OPV diberikan 2 tetes melalui mulut, sedangkan IPV diberikan melalui suntikan. Imunisasi Polio diberikan 5 kali dengan jelang waktu (jarak) 4 minggu. Pemberian vaksin polio apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling sedikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3. 3. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) Diberikan untuk mencegah penyakit Tuberkulosis (TBC). TBC disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas atau pun bersin. Gejalanya antara lain berat badan anak susah bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam, berkeringat di malam hari, dan diare. Vaksin ini diberikan sekali dan akan optimal jika diberikan pada usia 2-3 bulan. Lokasi dilakukannya penyuntikan yaitu pada lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Tidak diperlukan pengulangan karena yang diberikan adalah vaksin hidup beku kering. Bila vaksin BCG diberikan sesudah umur 3 tahun, maka diperlukan tuberculin test. Bila uji tuberculin pra-BCG tidak memungkinkan, BCG dapat diberikan, tetapi harus diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi cepat local di tempat suntikan maka perlu evaluasi lebih lanjut. Suatu pembengkakan kecil merah adalah wajar, nantinya akan berubah menjadi vesikel, kemudian hilang dalam 2-5 bulan, kemudian akan berubah menjadi bekas luka parut dengan diameter 2-10mm. 19 4. Vaksin DTP Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 dapat diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan setiap 10 tahun. 5. Vaksin campak Untuk mencegah penyakit campak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Penyebab penyakit infeksi ini adalah virus morbili yang menular melalui droplet. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas. Cukup 1 dosis 0,5 ml secara subkutan. Imunisasi campak diberikan saat bayi berumur 9 bulan. Kemudian booster saat 6 tahun. Selain 5 vaksin utama yang diberikan, ada berbagai macam vaksin yang lain yang bisa diberikan yaitu vaksin pneumococcus, rotavirus, varicella, MMR, influenza, dan HPV. 6. Vaksin Pneumokokus (PCV) Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali. 7. Vaksin Rotavirus Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan pada usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia >15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia >15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu. 20 8. Vaksin Influenza Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan atau lebih, dosis 0,5 mL. 9. Vaksin MMR Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka dapat diberikan vaksin MMR/MR. 10. Vaksin Varisela Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. 11. Vaksin Human Papiloma Virus (HPV) Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi setara dengan 3 dosis. 12. Vaksin Japanese Encephalitis (JE) Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster1-2 tahun berikutnya. Prognosis Secara umum baik karena hasil yang didapatkan mengindikasikan pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut berjalan dengan normal. Kesimpulan Pemantauan perkembangan anak dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan menggunakan tes Denver II. Denver II merupakan salah satu metode yang bisa 21 dilakukan untuk menilai kemampuan anak dalam melakukan tugas perkembangannya. Hasil Denver II dapat menjadi indikator perkembangan anak sehingga apabila hasil pemeriksaan banyak item yang gagal dilakukan anak, maka orang tua harus waspada dan hendaknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Berdasarkan kasus ini, anak perempuan usia 9 bulan yang belum bisa berdiri sendiri masih dikatakan normal pada usia tersebut, karena gugus tugas tersebut berada di kanan dari garis usia artinya, tugas tersebut merupakan tugas untuk anak dengan usia yang lebih tua. 22 Daftar Pustaka 1. Soetjiningsih, Gde Ranuh IN. Tumbuh kembang anak. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2013. 2. Alimul A. Pengantar ilmu kesehatan anak. 1st ed. Jakarta: Salemba Medika; 2009. 3. Lynn S. Bickley. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. 8th ed. Jakarta: EGC; 2012. 4–10 p. 4. Morton PG. Panduan Pemeriksaan Kesehatan. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2005. 5. Tutik Ekasari MS. Deteksi Dini Preeklamsi dengan Antenatal Care. 1st ed. Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia; 2019. 43–50 p. 6. Sjarif DR, Lestari ED MM. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik. 1st ed. Jakarta: Sagung Seto; 2011. 23–28 p. 7. Yuliastati NAA. Keperawatan Anak. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016. 60–65 p. 8. Latief A, Napitupulu M, Pudjiadi A, Ghazali MV PS. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia jilid III; 2007. 1037–1063 p. 9. Frankenburg WK. Denver II : training manual. Denver: Denver Developmental Materials, Inc.; 1992. 10. Heru Santoso Wahito Nugroho. Petunjuk Praktis Denver Developmental Screening Test. 1st ed. Jakarta: EGC; 2009. 3–17 p. 11. Simbolon D. Pencegahan Stunting Melalui Intervensi Gizi Ibu Menyusui Anak Usia 024 Bulan. 1st ed. Jakarta: Media Sahabat Cendekia; 2019. 12. Cahyono B. Vaksinasi Cara Cegah Atasi Penyakit Infeksi. 1st ed. Yogyakarta: Kanisius; 2010. 73–78 p. 13. Gunardi H, Kartasasmita C, Hadinegoro S, Satari H, Soedjatmiko S, Oswari H, et al. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2017. Sari Pediatr. 2017 Mar 29;18:417. 23