RANGKUMAN MATERI BAHASA INDONESIA BAB 5 PROPOSAL Tujuan Proposal Tujuan dari pembuatan proposal adalah sebagai berikut: • Agar mendapatan bantuan dana, • Agar mendapatkan perizinan suatu acara • Agar mendapatkan dukungan • Agar mendapatkan sponsor Struktur Proposal Penelitian 1. Latar Belakang 2. Perumusan Masalah 3. Tujuan Penelitian 4. Manfaat Penelitian 5. Landasan Teori 6. Metode Penelitian 7. Daftar Pustaka 8. Lampiran-Lampiran Proposal Kegiatan 1. Latar Belakang 2. Masalah dan Tujuan a. Masalah b. Tujuan 3. Ruang Lingkup Kegiatan a. Objek b. Jenis-Jenis kegiatan 4. Kerangka Teoretis dan Hipotesisa. a. Kerangka teoretis b. Hipotesis 5. Metode 6. Pelaksana Kegiatan a. Penanggung jawab b. Susunan personalia 7. Fasilitas yang Tersedia a. Sarana b. Peralatan 8. Keuntungan dan Kerugian a. Keuntungan-Keuntungan b. Kemungkinan kerugian 9. Lama Waktu dan Tempat Pelaksanaan a. Waktu b. Tempat 10. Anggaran Biaya 11. Daftar Pustaka 12. Lampiran-Lampiran Fitur Kebahasaaan 1. Pernyataan argumentatif Pernyataan yang disertai alasan yang memperkuat gagasan 2. Pernyataan persuasif Pernyataan yang mengajak pembaca untuk menerima pendapat penulsi 3. Kata-kata teknis 4. Kata kerja tindakan kata kerja tindakan yang menyatakan langkah-langkah kegiatan (metode penelitian). Kata-kata yang dimaksud, misalnya, berlatih, membaca, mengisi, mencampurkan, mendokumentasikan, mengamati, melakukan. 5. Kata pendefinisian Adanya penggunaan kata seperti merupakan, adalah, yaitu, yakni. 6. Kata perincian Adanya penggunaan kata seperti selain itu, petama, kedua, ketiga. 7. Kata keakanan Adanya penggunaan kata seperti akan, diharapkan, direncanakan. 8. Istilah ilmiah Menggunakan kata-kata yang terkait dengan tema proposal 9. Bermakna denotatif Gaya bahasa yang digunakan lugas dan apa adanya BAB 6 KARYA ILMIAH Bentuk Penyajian 1. Bentuk Populer Bentuknya manasuka. Karya ilmiah bentuk ini bisa diungkapkan dalam bentuk karya ringkas. Ragam bahasanya bersifat santai (populer). Karya ilmiah populer umumnya dijumpai dalam media massa, seperti koran atau majalah. 2. Bentuk Semiformal Bentuk karya ilmiah semacam itu, umumnya digunakan dalam berbagai jenis laporan biasa dan makalah. 3. Bentuk Formal Karya ilmiah bentuk formal disusun dengan memenuhi unsur-unsur kelengkapan akademis secara lengkap, seperti dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Struktur Bagian Pembuka • • • • • • • Sampul Halaman judul. Halaman pengesahan. Abstraksi Kata pengantar. Daftar isi. Ringkasan isi. Bagian Isi Pendahuluan • Latar belakang masalah. • Perumusan masalah. • Pembahasan/pembatasan masalah. • Tujuan penelitian. • Metode penelitian. Pembahasan • Pembahasan teori • Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan • Pengajuan hipotesis Metodologi penelitian • Waktu dan tempat penelitian. • Metode dan rancangan penelitian • Populasi dan sampel. • Instrumen penelitian. • Pengumpulan data dan analisis data. Hasil Penelitian • Jabaran varibel penelitian. • Hasil penelitian. • Pengajuan hipotesis. • Diskusi penelitian, mengungkapkan pandangan teoritis tentang hasil yang didapatnya. Penutup • Kesimpulan • Saran Bagian penunjang • Daftar pustaka. • Lampiran- lampiran antara lain instrumen penelitian. • Daftar Tabel Unsur Kebahasaan 1. Penggunaan kata ganti orang ketiga Pengunaan kata “penulis” untuk menggantikan “saya” 2. Kalimat pasif Menggunakan kata berimbuhan “di-” 3. Bermakna lugas/denotatif Makna kata tidak berubah dari makna aslinya Tata Cara Penulisan Daftar Pustaka Contoh: Kosasih, E.. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya. Kusmana, Suherli. 2010. Merancang Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Rosdakarya. Dalam daftar pustaka tersebut, di samping nama penulis dan judul bukunya, harus dicantumkan tahun terbit, nama, beserta kota tempat buku itu diterbitkan. 1. Kosasih, E., nama penulis. 2. 2003, tahun buku itu diterbitkan. 3. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Cermat Berbahasa Indonesia, judul buku. 4. Bandung, nama kota/tempat domisili penerbit. 5. Yrama Widya, penerbit. Cara Menyusun Karya Ilmiah 1. Menentukan topik Langkah awal menulis sebuah karya ilmiah adalah menentukan topik. Baik itu berupa topik ataupun rumusan masalah, hal-hal yang harus diperhatikan pada langkah ini adalah topik/masalah itu haruslah: a. menarik perhatian penulis, b. dikuasai penulis, c. menarik dan aktual, serta d. ruang lingkupnya terbatas 2. Membuat kerangka tulisan Langkah ini penting dilakukan untuk menjadikan tulisan kita tersusun secara lebih sistematis. Langkah ini juga sangat membantu di dalam penelusuran sumber-sumber yang diperlukan di dalam pengembangannya. 3. Mengumpulkan bahan Langkah ini sangat penting di dalam menyusun sebuah karya ilmiah. Agar tulisan itu tidak kering, kita memerlukan sejumlah teori dan data yang mendukung terhadap topik itu. 4. Pengembangan kerangka menjadi teks yang utuh dan lengkap Kerangka yang telah dibuat, kita kembangkan berdasarkan teori dan data yang telah dipersiapkan sebelumnya. Langkah pengembangan tersebut harus pula memperhatikan kaidahkaidah kebahasaan yang berlaku pada penulisan karya ilmiah. BAB 7 RESENSI Tujuan • Mengetahui kelebihan dan kekurangan buku yang di resensi. • Memberikan gambaran kepada pembaca dan penilaian umum dari sebuah karya secara ringkas. Memberikan masukan kepada penulis berupa kritis dan saran terhadap isi, substansi, cara penulisan buku. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan. Menguji kualitas buku dan membandingkan terhadap karya lainnya. • • • Sistematika 1. Judul resensi 2. Identitas buku yang diresensi 3. Pendahuluan (memperkenalkan pengarang, tujuan pengarang buku, dan lain-lain) 4. Inti/isi resensi 5. Keunggulan buku 6. Kekurangan buku 7. Penutup Unsur Kebahasaan 1. Banyak menggunakan konjungsi penerang, seperti bahwa, yakni, yaitu. 2. Banyak menggunakan konjungsi temporal: sejak, semenjak, kemudian,akhirnya. 3. Banyak menggunakan konjungsi penyebababan: karena, sebab. 4. Menggunakan pernyataan-pernyataan yang berupa saran atau rekomendasi pada bagian akhir teks. Hal ini ditandai oleh kata jangan, harus, hendaknya, Manfaat 1. Bahan Pertimbangan Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai suatu karya dan mempengaruhi mereka atas karya tersebut. 2. Sarana Promosi Buku Buku yang di-resensi biasanya adalah buku baru yang belum pernah di-resensi. Sehingga dengan melakukan hal ini bisa menjadi salah satu bentuk promosi buku sehingga terkenal dan banyak terjual. 3. Pengembangan Kreativitas Seperti yang kita ketahui bahwa semakin sering menulis semakin baik tingkat keahlian kita, sehingga dengan rajin meresensi secara tidak langsung bisa mengembangkan kreativitas menulis. BAB 8 DRAMA Struktur 1. Prolog Kata-kata pembuka, pengantar, ataupun latar belakang cerita, yang biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu 2. Dialog a. Orientasi b. Komplikasi c. Resolusi 3. Epilog kata-kata penutup yang berisi simpulan ataupun amanat tentang isi keseluruhan dialog. Bagian ini pun biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu. Jenis Drama 1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya a. Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi. b. Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa. 2. Berdasarkan sajian isinya a. Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. b. Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan, di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia. c. Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan. 3. Berdasarkan kuantitas cakapannya a. Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata b. Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata. c. Dialog-monolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata. 4. Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya a. Opera, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik. b. Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni drama dan tari. c. Tablo, yaitu drama tanpa gerak atau dialog. 5. Bentuk-bentuk lain a. Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur, penokohan, dan tematik. b. Drama baca, naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan. c. Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kaum bangsawan (muncul abad ke-18). d. Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa. e. Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejahatan atau keruntuhan tokoh utama. f. Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di Abad Pertengahan). g. Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri atas satu babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas. h. Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat yang ada (terutama di perdesaan) Unsur 1. Latar Latar adalah keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana di dalam naskah drama. a. Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama, seperti di rumah, medan perang, di meja makan. b. Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama, seperti pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945. c. Latar suasana/budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama. 2. Penokohan Tokoh-tokoh dalam drama diklasifikasikan sebagai berikut. a. Tokoh gagal atau tokoh badut (the foil)Tokoh ini yang mempunyai pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain. Kehadiran tokoh ini berfungsi untuk menegaskan tokoh lain itu. b. Tokoh idaman (the type character)Tokoh ini berperan sebagai pahlawan dengan karakternya yang gagah, berkeadilan, atau terpuji. c. Tokoh statis (the static character)Tokoh ini memiliki peran yang tetap sama, tanpa perubahan, mulai dari awal hingga akhir cerita. d. Tokoh yang berkembang. Misalnya, seorang tokoh berubah dari setia ke karakter berkhianat, dari yang bernasib sengsara menjadi kaya raya, dari yang semula adalah seorang koruptor menjadi orang yang saleh dan budiman. 3. Dialog Dalam drama, percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan. a. Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung; harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas. b. Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja; para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah. 4. Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi drama. Tema dalam drama menyangkut segala persoalan. Untuk mengetahui tema drama, kita perlu mengapresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu. Tema jarang dinyatakan secara tersirat. Untuk dapat merumuskan tema, kita harus memahami drama itu secara keseluruhan. 5. Pesan atau amanat merupakan ajaran moral didaktis yang disampaikan drama itu kepada pembaca/penonton. Unsur Kebahasaan 1. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian. 2. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat. 3. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami. 4. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk meng-gambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat. Aspek Pementasan Drama a. Lafal adalah cara seseorang dalam mengucapkan kata atau bunyi bahasa. Aspek ini penting kita perhatikan guna kejelasan makna suatu kata. b. Intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat. Kalimat berita, perintah, dan kalimat tanya harus menggunakan intonasi yang berbeda. c. Nada/tekanan adalah kuat lemahnya penurunan suatu kata dalam kalimat. Kata yang ingin diperjelas maksudnya mendapat tekanan lebih kuat daripada kata lainnya. d. Mimik adalah ekspresi atau raut muka yang menggambarkan suatu emosi: sedih, gembira, kecewa, takut, dan sebagainya. Mimik berperan dalam memperjelas suatu maksud tuturan. e. Gerak-gerik adalah berbagai gerak pada anggota badan atau tingkah laku seseorang dalam menyatakan maksud tertentu.