Uploaded by hafniliana6250

CBR manajemen berbasis sekolah

advertisement
CRITICAL BOOK REVIEW
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Dosen Pengamou : Laurensia M. Perangin-angin S.Pd,M.Pd
DISUSUN OLEH:
Hapni Liana Siregar (1183111156)
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIMED
2020
EXECUTIVE SUMMARY
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan model manajemen pendidikan yang
penting. Manajemen berbasis sekolah memberikan otonomi yang lebih besar,
fleksibilitas/keluwesan pada sekolah, serta mendorong partisipasi masyarakat agar
mampu meningkatkan peran mereka dalam meningkatkan mutu sekolah. Manajemen
berbasis sekolah (MBS) menganut prinsip kemandirian, kerjasama, partisipasi,
keterbukaan, dan akuntabilitas. Pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah,
diharapkan mampu meningkatkan kreatifitas, inisiatif, dan inovasi dalam
meningkatkan kinerja sekolah. Pemberian fleksibilitas/keluwesan bertujuan
memberi kesempatan sekolah agar mampu memanfaatkan dan mengelola
sumberdaya yang dimiliki agar lebih optimal dalam usaha meningkatkan mutu
sekolah. Partisipasi masyarakat merupakan usaha menempatkan posisi masyarakat
bukan hanya obyek pengguna lulusan tetapi juga sebagai subyek kebijakan dengan
cara memberi ruang terbuka, agar dapat mengembangkan potensi sehingga apa yang
berikan sekolah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sekolah merupakan lembaga
pendidikan yang hidup dari masyarakat dan untuk masyarakat. Sekolah tidak boleh
menutup diri dan terisolasi dari realita kebutuhan masyarakat. Program sekolah
harus sejalan dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan mereka agar dapat
berkembang bersama. Uno (2010: 85) menyatakan bahwa masyarakat adalah
stakeholder yang ikut menentukan keberhasilan sekolah. Peran serta masyarakat
dalam pendidikan dapat di artikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok
orang atau masyarakat dalam usaha memajukan pendidikan. Ada 3 kelompok
masyarakat yang berperan dalam mendukung keberhasilan sekolah dalam
melaksanakan program pendidikan yaitu orang tua siswa, pengurus komite sekolah
dan tokoh masyarakat. Menurut Rohiat (2010: 55) manajemen berbasis sekolah
(MBS) merupakan bentuk manajemen sekolah yang memberi otonomi (kewenangan
dan tanggungjawab) yang lebih besar kepada sekolah agar mampu mengelola dan
memaksimalkan potensi yang dimiliki masyarakat untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Sagala (2010: 191) menyatakan bahwa peran serta masyarakat untuk
mendukung manajemen berbasis sekolah agar mampu menciptakan sistem yang
terorganisasi merupakan keharusan dan tidak dapat dihindari. Pemberdayaan
masyarakat adalah usaha membangun manusia melalui pengembangan kemampuan
perilaku dan pengorganisasian (Zunaidi, 2010: 1). Berdasarkan dua definisi tersebut
atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga tujuan utama dalam pemberdayaan
masyarakat yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku
masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat. Hasil penelitian Ayeni dan Ibukun
(2013) tentang konsep standar dan kualitas manajemen berbasis sekolah (MBS) di
sekolah menengah pertama di Nigeria dapat disimpulkan bahwa sekolah memerlukan
keterlibatan komite sekolah dalam menjalankan kurikulum agar berjalan secara
optimal dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Salah satu kendala yang dihadapi
komite sekolah karena rendahnya SDM pengurus dan kurangnya dukungan keuangan
dari pemerintah. Dua masalah ini mengakibatkan pelaksanaan manajemen berbasis
(MBS) sekolah di Nigeria tidak dapat berjalan efektif sehingga prestasi akadenik dan
non akademik siswa di Nigeria rendah. Berdasarkan hasil kajian di lapangan
ditemukan berbagai permasalahan dalam implementasi MBS di sekolah yaitu: 1)
belum dipahaminya konsep MBS secara utuh dan benar oleh para pemangku
kepentingan (stakeholders); 2) resistensi terhadap perubahan karena kepentingan,
ketidakmampuan secara teknis dan manajerial, atau tertambat pada tradisi dan
kelaziman yang telah mengkristal dalam tubuh sekolah dan dinas pendidikan; 3)
kesulitan dalam menerapkan prinsip-prinsip MBS (kemandirian, kerjasama,
partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas); 4) belum optimalnya partisipasi
pemangku kepentingan sekolah, dan 5) belum optimalnya teamwork yang kompak
dalam menerapkan MBS (Depdiknas, 2009: 31-32).
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur atas kehadiran Allah SWT atas berkah, rahmat dan nikmat
yang telah diberikan-Nya kepada saya dan tak lupa shalawat dan salam untuk
Baginda Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menju zaman
yang kaya dengan ilmu pengetahuan untuk umatnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan “Critical Book Review”
Selama proses penyelesaian ini penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan dijumpai baik dari segi penyusunan materi yang belum
memenuhi kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran
berbagai pihak demi mencapai kesempurnaan.
Dalam kesempatan yang sangat berharga ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya karena penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan,doa,motivasi, dan semangat dari berbagai pihak kepada penulis.
Akhir kata saya sebagai penulis berharap agar “Critical Book Review” ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi siapa saja yang membacanya. Dengan
segala kerendahan hati, penulis berterima kasih kepada kalian semua, semoga
seluruh bantuan dan budi yang telah diberikan kepada penulis akan senantiasa
mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Penyusun
Medan, Oktober 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB. I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A.
Rasionalisasi pentingnya CBR............................................................................................. 1
B.
Tujuan penulisan CBR.............................................................................................................. 1
C.
Manfaat CBR................................................................................................................................... 1
D.
Identitas buku yang di review............................................................................................. 2
BAB. II RINGKASAN ISI BUKU.............................................................................. 3
A.
Bab I..................................................................................................................................................... 3
B.
Bab II................................................................................................................................................... 3
C.
Bab III.................................................................................................................................................. 4
D.
Bab IV.................................................................................................................................................. 5
E.
Bab V................................................................................................................................................... 6
BAB. III PEMBAHASAN..........................................................................................
A.
Pembahasan Isi Buku.............................................................................................................. 11
B.
Kelebihan dan Kekurangan Buku.................................................................................... 16
BAB. IV PENUTUP................................................................................................... 18
A.
Kesimpulan.................................................................................................................................... 18
B.
Rekomendasi................................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Rasionalisasi Pentingnya CBR
Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam
meringkas dan menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis
dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya
tulis yang dianalisis.Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca
dan pahami, terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya
masih belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh
karena itu penulis membuat CBR Manajemen Berbasis Sekolah ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada pokok
bahasa tentang Manajemen Berbasis Sekolah.
B.Tujuan Penulisan Critical Book Review
Untuk memenuhi salah satu tugas kuliah manajemen berbasis seklah
Untuk mengkritisi dan mengulas sebuah buku manajemen berbasis sekolah
keterkaitan antar babnya, dan kelemahan dan kelebihan pada buku-buku yang
dianalisis.
Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
C.Manfaat Penulisan Critical Book Review
Untuk memenuhi salah satu tugas kuliah manajemen berbasis sekolah
Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
D.Identitas Buku
Judul : Panduan Pembinaan Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar
Edisi : 2013
Pengarang /Editor : Dr. Mustiningsih, M.Pd.,Drs.Trias Subarkah/ Drs. Didik
Prangbakat, Dr. Muh. Sobri, M.Pd.,Drs.Supriono Subakir
Penerbit : KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDRAL
PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH DASAR JAKARTA 2013
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2013
ISBN : -
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
BAB 1.Pendahuluan
A.Latar belakang
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Indonesia dirintis oleh pemerintah, dalam hal
iniDepartemen Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan), beserta pemerintah daerah, dengan bantuan The United Nations
Children’s Fund (UNICEF), United Nations Educational Scientific and Cultural
Organization (UNESCO), sejak Tahun 1999 di 7 kabupaten pada 4 provinsi. Setelah
dinyatakan berhasil pada beberapa sekolah piloting, program MBS memperoleh
donor dari dalam dan luar negeri, antara lain NZAID, AUSAID, USAID, Plan
International, Citibank, Save the Children, Jica, dan Kartika Soekarno Foundation.
Implementasi program MBS di Indonesia dievaluasi pada tahun 2000, 2002, 2005,
dan 2010. Hasil evaluasi pada tahun 2000, 2002, 2005 menunjukkan bahwa program
pembinaan MBS memberikan dampak positif, antara lain: (1) peningkatan
manajemen sekolah yang lebih transparan, partisipatif, demokratis dan akuntabel; (2)
peningkatan mutu pendidikan; (3)menurunnya tingkat putus sekolah; (4)
peningkatan implementasi pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan strategi
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM); dan (5)
peningkatan peran serta masyarakat terhadap pendidikan di Sekolah Dasar.
BAB 2 Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
A.Pengertian MBS
MBS dapat didefinisikan sebagai pengelolaan sumberdaya yang dilakukan secara
mandiri oleh sekolah, dengan mengikutsertakan semua kelompok kepentingan yang
terkait dengan sekolah dalam pengambilan keputusan, untuk mencapai tujuan
peningkatan mutu sekolah. Unsur-unsur penting yang terkandung dalam definisi MBS
meliputi :
Pengelolaan dimaknai dari dua sudut pandang yakni proses dan
komponen/bidang/bidang manajemen sekolah. Sebagai proses, manajemen sekolah
berbentuk sistem yang komponen/bidang/bidangnya meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Ditinjau dari
komponen/bidang/bidang nya, manajemen sekolah meliputi :
kurikulum dan pembelajaran, (2) peserta didik, (3) pendidik dan tenaga
kependidikan,
(4) pembiayaan, (5) sarana dan prasarana, (6) hubungan sekolah dan masyarakat,
dan
(7) budaya dan lingkungan sekolah;
Sumber daya sekolah meliputi manusia, dana, sarana dan prasarana;
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, antara lain PAKEM;
Implementasi budaya dan lingkungan sekolah yang kondusif;
Peran serta masyarakat;Pencapaian tujuan peningkatan mutu sekolah.
B.Tujuan MBS
1. Tujuan Umum
MBS bertujuan meningkatkan kemandirian sekolah melalui pemberian kewenangan
yang lebih besar dalam mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong
keikutsertaan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah dalam
pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu sekolah.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus MBS bertujuan untuk:

Membina
dan
mengembangkan
komponen/bidang
manajemen
kurikulum dan pembelajaran;

Membina dan mengembangkan komponen/bidang manajemen peserta
didik;

Membina
dan
mengembangkan
komponen/bidang
manajemen
pendidik dan tenaga kependidikan;

Membina dan mengembangkan komponen/bidang manajemen sarana
dan prasarana;

Membina
dan
mengembangkan
komponen/bidang
manajemen
mengembangkan
komponen/bidang
manajemen
pembiayaan;

Membina
dan
hubungan sekolah dan masyarakat;

Membina dan mengembangkan komponen/bidang manajemen budaya
dan lingkungan sekolah.
Ketujuh tujuan khusus tersebut dicapai melalui 4 proses manajemen sekolah.
C.Prinsip-Prinsip MBS
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal
48 Ayat (1) menyatakan bahwa, “Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsip
keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik”. Sejalan dengan amanat
tersebut, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal 49 Ayat (1)
menyatakan: “Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas”.
Berdasarkan kedua isi kebijakan tersebut, prinsip MBS meliputi: (1) kemandirian, (2)
keadilan, (3) keterbukaan, (4) kemitraan, (5) partisipatif, (6) efisiensi, dan (7)
akuntabilitas. Ketujuh prinsip
tersebut disingkat dengan K4 PEA.
BAB 3 Proses dan Komponen/Bidang manajemen berbasis sekolah
Proses kegiatan MBS terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan. MBS terdiri atas komponen/bidang: (1) manajemen kurikulum dan
pembelajaran,
(2)manajemen peserta didik, (3) manajemen pendidik dan tenaga kependidikan, (4)
manajemen pembiayaan, (5) manajemen sarana dan prasarana, (6) manajemen
kerjasama sekolah dan masyarakat, dan (7) manajemen budaya dan lingkungan
sekolah.
BAB IV Sistem Organisasi dan koordinasi Pembinaan Manajemen Berbasis
Sekolah
A.Alur Koordinasi
B.Peran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan, Sekolah dan
Lembaga Mitra
1.Peran Direktorat Pembinaan SD, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Peran Direktorat Pembinaan SD, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, dalam
pembinaan MBS di SD meliputi:Menetapkan kebijakan dan strategi pembinaan MBS
melalui penyusunan dan penerbitan Buku I: Pola Pembinaan Manajemen Berbasis
Sekolah di Sekolah Dasar (Grand Design); Buku II: Panduan Replikasi MBS di Tingkat
Kabupaten/Kota; Buku III: Panduan Implementasi MBS di Tingkat Sekolah; Buku IV:
Panduan Bimbingan Teknis MBS di SD, dan Buku V: Panduan Pengawasan dan
Evaluasi Pelaksanaan MBS di SD Mengimplementasikan kebijakan, mensosialisasikan,
dan mengkoordinasikan MBS di seluruh Provinsi (melalui Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi); Memberikan bimbingan teknis, melakukan supervisi, dan
advokasi implementasi MBS secara nasional;
Memberikan bantuan bersama mitra kerja, antara lain lembaga donor sesuai hasil
kajian yang dituangkan dalam perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang,
untuk implementasi, pengembangan, dan pengawasan pelaksanaan MBS;
Menetapkan tim pengembang dan master of trainner MBS tingkat nasional dan
tingkat provinsi; Melaksanakan pengawasan dan evaluasi MBS secara berkala dan
berkelanjutan;
Menyusun laporan hasil pembinaan MBS secara berkala sebagai informasi yang bisa
digunakan bersama oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
2.Peran Ditjen Dikti/LPTK
Peran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) dalam pembinaan MBS di SD yaitu:

Menghasilkan pendidik dan tenaga kependidikan SD yang berwawasan MBS;

Menyelenggarakan pendidikan dengan muatan kurikulum MBS;

Menyiapkan tenaga terlatih di bidang implementasi MBS SD yang menjadi
fasilitator;

Membina dan mengembangkan SD sebagai laboratorium MBS;

Menyiapkan
resource
centre
pembinaan
MBS
3.Peran P4TK dan LPMP
Peran Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(P4TK) dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam pembinaan MBS di
SD yakni:
Menyiapkan tenaga siap melatih bidang MBS;
Menyediakan dana, sarana dan prasarana pelatihan MBS.
4.Peran Dinas Pendidikan Provinsi
Peran Dinas Pendidikan Provinsi dalam pembinaan MBS di SD meliputi:
Menetapkan kebijakan (peraturan, surat edaran, petunjuk teknis, petunjuk
pelaksanaan, dan perijinan) terkait pembinaan MBS di tingkat provinsi;
Mengusulkan terbitnya peraturan daerah atau peraturan gubernur tentang
pembinaan MBS di tingkat provinsi;
Menyediakan dana, sarana dan prasarana untuk implementasi pembinaan MBS di
tingkat provinsi;
Melaksanakan
kebijakan
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
terkait
pembinaan MBS di tingkat provinsi;
Menyusun program kerja pembinaan MBS di tingkat provinsi;
Menyusun buku panduan pembinaan MBS di tingkat provinsi;
Melakukan pemetaan sumber daya dan gugus sekolah yang dijadikan rintisan/
piloting (antara lain melakukan analisis jumlah fasilitator dan sekolah yang sudah
atau belum melaksanakan MBS);
Mengusulkan anggaran implementasi pembinaan MBS (advokasi, studi banding,
bimtek, pendampingan, monitoring, dan review);
Menetapkan tim pengembang, master of trainner, dan Tim Teknis MBS tingkat
provinsi;
Mensosialisasikan program pembinaan MBS di seluruh provinsi;
Mengkoordinasikan dan memfasilitasi implementasi pembinaan MBS antar
Kabupaten/ Kota untuk menghindari penyimpangan terhadap esensi MBS dan
kesenjangan pencapaian mutu sekolah;
Melaksanakan pengawasan implementasi pembinaan MBS di tingkat provinsi;
Melaporkan hasil pelaksanaan pembinaan MBS secara berkala, baik melalui media
elektronik,
cetak
dan/
atau
media
lainnya
di
tingkat
provinsi.
Peran Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Peran Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam pembinaan MBS di SD terdiri atas:
Menetapkan kebijakan (peraturan, surat edaran, petunjuk teknis, petunjuk
pelaksanaan, dan perijinan) terkait pembinaan MBS di tingkat kabupaten/kota;
Mengusulkan terbitnya peraturan daerah atau peraturan gubernur tentang
Pembinaan MBS di tingkat kabupaten/kota;
Menyediakan dana, sarana dan prasarana untuk implementasi pembinaan MBS di
tingkat kabupaten/kota;
Melaksanakan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait pembinaan
MBS di tingkat kabupaten/kota;
Menyusun program kerja pembinaan MBS termasuk program Bimtek MBS di tingkat
kabupaten/kota;
Menyusun buku panduan pembinaan MBS di tingkat kabupaten/kota;
Melakukan
pemetaan
sumber
daya
dan
gugus
sekolah
yang
dijadikan
rintisan/piloting (antara lain melakukan analisis jumlah fasilitator dan sekolah yang
sudah atau belum melaksanakan MBS);
Mengusulkan anggaran implementasi pembinaan MBS (advokasi, studi banding,
bintek, pendampingan, monitoring, dan review);
Menetapkan tim pengembang MBS tingkat kabupaten/kota;
i. Mensosialisasikan program pembinaan MBS di seluruh kabupaten/kota;
Mengkoordinasikan dan memfasilitasi implementasi pembinaan MBS antar
Kabupaten/Kota untuk menghindari penyimpangan terhadap esensi MBS dan
kesenjangan pencapaian mutu sekolah;
Melaksanakan pengawasan implementasi pembinaan MBS di tingkat kabupaten/kota;
Melaporkan hasil pelaksanaan pembinaan MBS secara berkala, baik melalui media
elektronik, cetak dan atau media lainnya di tingkat kabupaten/kota.
Peran Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)/Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan
Peran UPTD/KCD pendidikan dalam pembinaan MBS di SD yaitu:
Melaksanakan kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota terkait implementasi
MBS di tingkat UPTD/KCD;
Membuat perencanaan program kerja pembinaan MBS termasuk program Bimtek
MBS dan sasarannya di wilayah pembinaannya;
Mengkoordinasikan implementasi MBS di tingkat gugus dan sekolah;
Melaksanakan pengawasan implementasi Pembinaan MBS di tingkat gugus dan
sekolah;
Melaporkan hasil pelaksanaan Pembinaan MBS secara berkala, baik melalui media
elektronik, cetak dan atau media lainnya di tingkat gugus dan sekolah di wilayah
kerjanya.
Peran Gugus Sekolah Dasar
Peran Gugus SD dalam Pembinaan MBS di SD meliputi:
Mengikuti Bimtek MBS;
Mengkoordinasikan pelaksanaan MBS di sekolah;
Melakukan inovasi implementasi MBS yang lebih efektif dan efisien untuk
kepentingan
maju bersama;
Menyusun laporan implementasi MBS di gugus sebagai bahan untuk memperbaiki
progam berikutnya.
Peran Sekolah Dasar
Peran sekolah dasar sebagai pelaksana MBS meliputi:
Mengikuti bimtek, workshop, serta kegiatan pembinaan lainnya terkait MBS;
Mengimplementasikan program MBS di sekolah sesuai panduan;
Mengkoordinasikan pelaksanaan MBS di sekolah bersama komite sekolah dan warga
sekolah lainnya;
Melakukan inovasi implementasi MBS yang lebih efektif dan efisien sesuai kondisi
sekolah;
Menyusun laporan perkembangan implementasi MBS di sekolah sebagai bahan untuk
memperbaiki progam berikutnya.
Peran Lembaga Mitra Pemerintah
Peran lembaga mitra pemerintah dalam pembinaan MBS di SD yaitu:
Membantu pemerintah dalam upaya pembinaan pelaksanaan MBS;
Memberikan bantuan dana, fasilitas, pelatihan sesuai dengan pola dan substansi yang
telah disepakati bersama, untuk pembinaan, pengembangan dan peningkatan SDM
dalam implementasi program MBS;
Melakukan koordinasi dengan pemerintah atau pemerintah daerah dalam membantu
pembinaan MBS;
Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan perguruan tinggi mitra pemerintah,
yang berperan sebagai pusat keunggulan (center of exellence) MBS;
Bersama pemerintah melakukan evaluasi dan tindak lanjut implementasi program
MBS.
C.Pembiayaan Pembinaan MBS
Pelaksanaan kegiatan pembinaan MBS tidak terlepas dari unsur pembiayaan atau
pendanaan. Adapun pembiayaan pembinaan MBS dapat bersumber dari:
APBN, yaitu dana BOS, dana pembinaan MBS, bantuan sosial dan dana lainnya yang
relevan.
APBD, yaitu dana BOSDA, dana pengembangan MBS, bantuan sosial dan dana lainnya
yang relevan.
Bantuan masyarakat.
Bantuan lembaga mitra pemerintah.
Bantuan sektor swasta seperti Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), dan
Sumber lainnya.
BAB 5 Strategi dan Pola Pembinaan Manajemen Berbasis Sekolah
Sasaran Pembinaan MBS
Sasaran pembinaan MBS adalah Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan
Kabupaten/
Kota, UPTD/KCD Pendidikan Kecamatan, dan sekolah dasar baik negeri maupun
swasta di seluruh Indonesia. Program ini dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan dan kondisi daerah masing-masing dengan mengacu kepada rencana
strategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010 s.d. 2014, sehingga pada
tahun 2014 secara nasional dapat
mencapai target sebesar 90% dari sekolah dasar yang ada dapat melaksanakan
program MBS dengan baik.
Ruang Lingkup
Program pembinaan MBS, pada dasarnya diarahkan pada upaya pengembangan
sekolah
secara
menyeluruh
(Hole
scholl
development),
yang
terdiri
atas
tujuh
komponen/bidang manajemen sekolah, yaitu (1) kurikulum dan pembelajaran, (2)
peserta didik, (3) tenaga pendidik dan kependidikan, (4) sarana dan prasarana, (5)
pembiayaan, (6) peranserta masyarakat, dan
budaya dan lingkungan sekolah. Sedangkan lingkup kegiatan dalam melakukan
pembinaan meliputi berbagai kegiatan seperti: (1) penyusunan panduan pembinaan
MBS, (2)sosialisasi, (3) advokasi , (4) bimbingan teknis, (5) pendampingan, (6)
kunjungan sekolah, (7) magang (induksi),
piloting, (9)pemberdayaan kkg/kkks/kkps, dan (10) sistem gradasi.
Prinsip Pembinaan
Dalam melakukan kegiatan pembinaan MBS hendaknya mengunakan prinsip-prinsip
sebagai
berikut:
Kooperatif, artinya ada kerjasama dan koordinasi yang baik antara instansi, sekolah,
dan pemangku kepentingan;
Akuntabilitas, prinsip ini menekankan pada pertanggungjawaban penyelenggara
kegiatan dalam melaksanakan setiap kegiatan sesuai dengan aturan;
Keberlanjutan, artinya program dilakukan secara berkesinambungan;
Menyeluruh, artinya kegiatan meliputi semua komponen/bidang MBS;
Terpadu, dimaksudkan program dilakukan secara sinergis dengan kegiatan-kegiatan
sekolah;
Aplikatif, program dapat diterapkan sesuai dengan situasi, kondisi, dan karakteristik
sekolah;
Keterjangkauan biaya, artinya program dapat dibiayai sesuai kemampuan yang
berasal dari pemerintah, mitra, dan sekolah secara mandiri.
Strategi dan Pola Pembinaan MBS
Pembinaan MBS dapat dilakukan dengan strategi dan pola sebagai berikut.
Pembinaan Tingkat Nasional/Pusat
Pembinaan pelaksanaan MBS tingkat nasional/pusat meliputi seluruh daerah
provinsi (33 provinsi), kabupaten/kota, kecamatan dan sekolah dasar. Pembinaan ini
dilakukan oleh intansi terkait yang ada di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
seperti Direkrotar Pembinaan Sekolah Dasar dan Tim Pembina Manajemen Berbasis
Sekolah Tingkat Nasional/Pusat.
Pembinaan Tingkat Provinsi
Pembinaan pelaksanaan MBS tingkat provinsi meliputi seluruh daerah kabupaten/
kota, kecamatan dan sekolah dasar yang ada di masing-masing daerah provinsi.
Pembinaan ini dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi melalui Bidang yang
menangani Sekolah Dasar dan Tim Pembina Manajemen Berbasis Sekolah Tingkat
Provinsi.
Pembinaan Tingkat Kabupaten/Kota
Pembinaan pelaksanaan MBS tingkat meliputi seluruh daerah kecamatan dan seluruh
sekolah dasar yang ada di masing-masing daerah kabupaten/kota.
d.Pembinaan Tingkat Gugus Sekolah/Sekolah Dasar
Pembinaan pelaksanaan MBS tingkat gugus sekolah/sekolah dasar meliputi seluruh
sekolah dasar yang ada di masing-masing gugus sekolah dasar.
Proses Pembinaan MBS
Proses pembinaan MBS melalui beberapa langkah: perencanaan, implementasi, dan
pengawasan dan evaluasi
Perencanaan program
Untuk mengembangkan MBS yang kondusif perlu menyusun program pembinaan
MBS. Terlebih dahulu menetapkan target pelaksanaan pengembangan yg diinginkan,
menyusun panduan-panduan dan bahan-bahan, mengalokasikan waktu dan
anggaran, menetapkan startegi pelaksanaan dan teknik yang akan digunakan, sistem
pengawasan dan evaluasi, dan menyusun instrumen keberhasilan program tersebut.
Implementasi program
Membentuk tim pengembang MBS (mulai dari tingkat pusat sampai ke
kabupaten/kota). Membuat job description secara jelas agar setiap unsur tim
pengembang mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawabnya masingmasing.
Tim pengembang yang telah dibentuk menetapkan target program, menyusun
program kegiatan, strategi pelaksanaan program, dan strategi pelaksanaan
pengawasan dan evaluasi program.
Melaksanakan program pengembangan sesuai dengan teknik yang ditetapkan.
Melakukan koordinasi lembaga pelaksana dari tingkat pusat sampai kabupaten/kota.
Melakukan kerjasama dengan lembaga mitra pemerintah.
Pengawasan dan evaluasi program
Pengawasan dan Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
pelaksanaan program MBS, untuk memantau dan sekaligus memberikan pembinaan
serta umpan balik terhadap proses perencanaan,penganggaran dan pelaksanaan.
Hasil pengawasan dan evaluasi dapat dipergunakan sebagai rujukan dalam
melaksanakan advokasi dan komuninkasi ke berbagai kalangan, baik kalangan
pemerintah sebagai pembuat kebijakan, mitra pemerintah, masyarakat luas untuk
meningkatkan keterlibatan dan membantu memecahkan masalah bersama.
Tahapan Pembinaan MBS
Pentahapan dan skala prioritas sangat diperlukan untuk dapat mencapai tujuan
program
pengembangan MBS. Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan mencerminkan
pentingnya
permasalahan
yang
hendak
diselesaikan
tanpa
mengabaikan
permasalahan lainnya. Oleh karena itu, skala prioritas dalam setiap tahapan berbeda.
Namun, semua itu harus berkesinambungan dari tahapan satu ke tahapan berikutnya.
Tahapan dan skala prioritas pengembangan MBS dapat disusun sebagai berikut.
Tahap I Tahun 2012
Tahap ini merupakan fase konsolidasi dan implementasi, yang meliputi kegiatan:
Penyusunan Naskah Pola Pembinaan MBS (Buku 1)
Penyusunan Naskah Panduan Replikasi MBS di Tingkat Kabupaten/Kota (Buku 2)
Penyusunan Naskah Panduan Implementasi MBS di Tingkat Sekolah (Buku 3)
Pemetaan pelaksanaan MBS
Pembentukan dan pembinaan tim pengembang MBS
Penyusunan bahan pembinaan
Bimbingan teknis bagi tim pengembang dan pelaksana MBS (Sosialisasi grand desain
dan
panduan)
Advokasi/regulasi Pelaksanaan MBS di Tingkat Kabupaten/Kota
Seminar hasil bimtek
Pembentukan Resource Center MBS
Tahap II Tahun 2013 s.d. 2014
Tahap ini merupakan fase pemantapan strategi, implementasi, dan pencapaian target
90% melalui:

Bantuan sosial

Piloting

Review panduan

Monev Piloting

Bimbingan Teknik

Best practice (melalui lomba)

Pengembangan berkelanjutan

Pembinaan berkelanjutan

Penguatan Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Pembiayaan Pembinaan MBS
Pelaksanakan kegiatan pengembangan MBS, tentunya tidak terlepas dari unsur
pembiayaan
atau pendanaan, adapun pembiayaan pengembangan MBS dapat bersumber dari: 1)
APBN, yaitu dana BOS, dana pengembangan MBS, blockgrant dan lainnya yang
relevan; 2)APBD, yaitu
dana BOSDA, dana pengembangan MBS, blockgrant dan lainnya yang relevan; 3)
Masyarakat; 4) NGO; 5) Mitra pemerintah, dan 6) Sektor swasta
MBS adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang
dalam hal ini kepala sekolah dan guru dibantu oleh komite sekolah dalam mengelola
kegiatan pendidikan [Penjelasan Pasal 51 Ayat (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional]. Esensi MBS adalah pemberian otonomi sekolah dalam
rangka peningkatan mutu sekolah. MBS adalah bentuk otonomi manajemen
pendidikan pada satuan pendidikan, yang dalam hal ini kepala sekolah dan guru
dibantu oleh komite sekolah dalam mengelola kegiatan pendidikan [Penjelasan Pasal
51 Ayat (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional]. Esensi
MBS adalah pemberian otonomi sekolah dalam rangka peningkatan mutu sekolah.
BAB III
PEMBAHASAN
A.Pembahasan Isi Buku
a.Pembahasan Bab 1 hanya membahas alasan pembuatan buku panduan MBS.
b.Pembahasan Bab 2 Mulyasa, mengatakan bahwa MBS merupakan salah satu wujud
dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan
pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik. Otonomi dalam
manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf,
menawarkan
partisipasi
langsung
kelompokkelompok
yang
terkait,
dan
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Sementara Fatah,
mengemukakan bahwa MBS sebuah pendekatan politik yang bertujuan untuk
mendesain ulang pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada kepala
sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja
sekolah yang mencakup guru, siswa, komite sekolah, orang tua siswa dan masyarakat.
Manajemen berbasis Sekolah mengubah sistem pengambilan keputusan dengan
memindahkan otoritas dalam pengambilan keputusan dan manajemen ke setiap yang
berkepentingan di tingkat lokal Local Stakeholder. Jadi, MBS merupakan sebuah
strategi untuk memajukan pendidikan dengan mentransfer keputusan penting
memberikan otoritas dari negara dan pemerintah daerah kepada individu pelaksana
di sekolah. MBS menyediakan kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua kontrol yang
sangat besar dalam proses pendidikan dengan memberi mereka tanggung jawab
untuk memutuskan anggaran, personil, serta kurikulum.
c.Pembahasan
Bab
3
komponen/bidang:
(1)
manajemen
kurikulum
dan
pembelajaran,(2)manajemen peserta didik, (3) manajemen pendidik dan tenaga
kependidikan, (4) manajemen pembiayaan, (5) manajemen sarana dan prasarana, (6)
manajemen kerjasama sekolah dan masyarakat, dan (7) manajemen budaya dan
lingkungan sekolah.
d.Pembahasan Bab 4 Sistem Organisasi dan koordinasi Pembinaan Manajemen
Berbasis Sekolah mengenai peran direktorat pendidikan,guru sekolah dalam
membina jalannya manajemen berbasis sekolah untuk meningkatkan mutu.
e.Pembahasan Bab 5 Strategi dan pola pembinaan manajemen berbasis sekolah
dimana sasaran,ruang lingkup dimana agar mbs dapat berjalan dan dapat mencapai
target dengan baik.
B.Kelebihan dan kekurangan buku

Kelebihan buku
Dalam buku utama lebih luas dalam menjelaskan mengenai manajemen berbasis
sekolah.
Tidak terdapat kesalahan dalam tanda baca maupun penulisan.
Sampul buku yang digunakan sudah bagus,pemilihan font yang menggunakan
beragam warna yang menarik minat pembaca.
Dalam buku pembanding terdapat pengertian menurut para ahli.
Dalam buku pembanding menyertakan dalil qur’an yg dapat dijadikan referensi.

Kekurangan Buku
Buku utama tidak terdapat pengertian yang menyertakan pendapat para ahli
Kurang lengkapnya identitas dalam buku seperti tidak adanya ISBN.
Dalam buku pembanding tidak terlalu luas mengenai manajemen berbasis sekolah.
Dalam buku pembanding menggunakan font dan sampul buku yang biasa saja dan
hanya terdapat tulisan yang menggunakan satu warna dimana tidak menarik
pembaca.
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian
sumberdaya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua
kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara langsung
dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu
sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Tujuan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah secara umum adalah untuk
memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan
(otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah
untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan
masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
B.Rekomendasi
Model MBS menempatkan sekolah sebagai lembaga yang
memiliki
kewenangan dalam menerapkan kebijakan, visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi
yang berdampak terhadap kinerja sekolah. Kinerja sekolah sangat ditentukan oleh
kebijakan yang ditetapkan oleh sekolah, menyangkut pengembangan kurikulum. Ada
delapan model yang telah diklasifikasikan oleh Yin Cheong Cheng dalam
bukunya School
Effectiveness&School-Based
Manajement:
A
Mechanism
For
Development, yaitu Model Tujuan (Goal Model), Model Sumber Daya Masukkan
( Resource-input Model), Model proses ( Process Model ), Model Kepuasan (The
Satisfaction
Model ), Model
Model), Model Ketidakefektifan (The
Legitimasi (The
Ineffectiveness
Model), Model
Legitimacy
Pembelajaran
organisasi ( Organizational Learning Model ) dan Model Manajemen Mutu Total ( The
Total Quality Management Model ).
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu konsep yang menawarkan
otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka
meningkatkan
mutu,
efisiensi,
dan
pemerataan
pendidikan
agar
dapat
mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat
antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Dengan adanya implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang
ada saat ini.
Sistem manajemen entah MBS atau apapun nama konsepnya dalam
implementasinya secara luas dan mendasar yang amat diperlukan adalah dukungan
politik baik itu sekedar political will maupun dalam bentuk peraturan dan
perundang-undangan formal. Pada dasarnya tidak ada satu strategi khusus yang jitu
dan bisa menjamin keberhasilan implementasi MBS di semua tempat dan kondisi.
Oleh karena itu, strategi yang diterapkan di suatu negara satu dengan negara lain bisa
berbeda, bahkan antar sekolah dalam daerah yang sama pun bisa berlainan
strateginya. Dan ke depan hendaknya para praktisi memberikan peran dan andil
nyata sehingga diharapkan MBS akan terwujud bukan sekedar wacana saja
Cover buku
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal.staitapaktuan.ac.id/index.php/fitra/article/view/33/21
Download