13 Stretegi Peningkatan Mutu Pendidikan -mahsun

advertisement
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah73
STRETEGI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI MANAJEMEN
BERBASIS SEKOLAH
Oleh
H. Mahsun
Dosen dpk di Akpar Mataram
Abstrak: Pemerintah RI melalui kementrian pendidikan nasional telah mencanangkan mutu pendidikan
sebagai skala prioritas utama dalam pengembangan pendidikan. Pemerintah tak henti-hentinya memacu
peningkatan mutu pendidikan, selaras dengan otonomi (desentralisasi) pendidikan/ Dalam laporan Bank
Dunia didentifikasi empat factor yang menjadi penghambat potensial mutu pendidikan di Indonesia
yaitu;(1)kompleksitas pengorganisasian pendidikan,(2)praktek manajemen yang sentralistik,(3) praktek
penganggaran pendidikan yang terpecah,(4)manajemen sekolah yang tidak efektif oleh kepala sekolah
sebagai pelaku utama dalam peningkatan mutu sekolahnya. Dalam upaya mewujudkan mutu pendidkan
yang lebih baik dan signifikan maka pemerintah melalui Dirjen Dikdasmen membuat program strategis yang
namanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS merupakan bentuk alternative pengelolaan sekolah
dalam rangka desentralisasi pendidikan yang ditandai kewenangan pengambilan keputusan yang lebih luas
ditingkat sekolah,partisipasi masyarakat yang relative tinggi dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Adapun tujuan dari program MBS adalah sebagai pendekatan praktis untuk mendisain pengelolaan sekolah
dengan memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi dalam upaya perbaikan
kinerja sekolah yang mencakup kepala sekolah,guru,orang tua dan masyarakat. Sedangkan tahapan dari
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah adalah tahap sosialisasi,piloting dan dan desiminasi. Indikator
mutu dapat ditilik dari tiga rangkaian proses yaitu proses input,proses,dan output.
Kata Kunci: Strategi Peningkatan,Mutu Pendidikan , MBS
Pendahuluan
Konsep kualitas pendidikan merupakan salah
satu unsur dari paradigm baru pengelolaan
pendidikan di Indonesia.Paradigma baru tersebut
mengandung ciri utama yaitu relevan dengan
kebutuhan
masyarakat
dan
pengguna
lulusan,memiliki suasana akademik (academicatmosphere)
dalam
penyelenggaraan
pendidikan,adanya
komitmen
kelembagaan
(institusiomal commitment ) dari unsur pimpinan
dan staf terhadap pengelolaan organisasi yang
efektif dan efisiensiproduktif, keberlanjutan
(sustainability) program pendidikan,serta efisiensi
program secara selektif berdasarkan kelayakan dan
cakupan.Dimensi-dimensi tersebut mempunayai
kedudukan dan funfsi yang sangat strategis untuk
merancang
dan
mengembangkan
usaha
penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi
peningkatan mutu pendidikan pada masa yang akan
dating.
Dari berbagai pengertian yang ada,pengertian
mutu pendidikan adalah sebagai
kemampuan
lembaga pendidikan untuk menghasilkan suasana
pembelajaran yang lebih baikbagi para siswa (better
student learning capacity) (Depdiknas,2004). Dalam
pengertian ini terkandung pertanyaan seberapa jauh
semua komponen masukan instrumental ditata
sedemikian rupa,sehingga secara sinergis mampu
menghasilkan proses,hasil,dan dampak belajar yang
optimal. Yang tergolong masukan instrumental yang
berkaitan langsung dengan better students learning
capacity adalah para gugu,kurikulum dan bahan
ajar,iklim
pembelajaran,media
belajar,fasilitas
belajar. Sedangkan masukan potensial adalah para
siswa
dengan
segala
karakteristiknya
seperti,kesiapan belajar,motivasi,latar belakang
social budaya,bekal ajar awal,gaya belajar,serta
kebutuhan dan harapannnya.
Secara konseptual mutu pendidikan harus
diperlakukan sebagai dimensi kriteria yang berfungsi
sebagai tolok ukur dalam kegiatan penyelenggaraan
pendidikan
maupun
dalam
kegiatan
pengembaprofesi,baik yang berkaitan dengan usaha
penyelenggaraan lembaga pendidikan termasuk
didalamnya kegiatan pembelajaran di kelas.Hal yang
demikian ini diperlukan karena beberapa alas
an,antara lain;(1) Lembaga pendidikan akan
_______________________________________
http://www.lpsdimataram.comVolume 7, No. 6,Desember 2013
74 Media Bina Ilmiah
berkembang secara konsisten dan mampu bersaing
di era informasi dan globalisasi dengan meletakkan
aspek mutu secara sadar dalam kegiatan pendidikan
dan pembelajaran.(2)Mutu pendidikan perlu dikaji
dan secara terus menerus,karena substansi mutu
pada dasarnya terus berkembang secara interaktif
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.(3)
aspek mutu perlu terus mendapatkan perhatian
karena terkait bukan saja pada kegiatan
kependidikan di lingkungan lembaga pendidikan
tetapi juga pengguna lulusan (stake-holders).(4)
suatu bangsa akan mampu bersaing dalam
percaturan internasional jika bangsa tersebut
memiliki keunggula (excellence)yang diakui oleh
banngsa-bangsa lain.(5)kesejahteraan masyarakat di
suatu bangsa akan terwujud jika pendidikan
dibangun atas dasar keadilan sebagai bentuk
tanggung jawab social kemasyarakatan dari bangsa
yang bersangkutan.(Depdiknas,2004)
Salah satu dilemma pendidikan di Indonesia
adalah rendahnya mutu yang dirasakan ada pada
semua jenis dan jenjang pendidikan. Berbagai usaha
telah dilakukan antara lain pelatihan kepala
sekolah,para guru,pengawas,peryubahan kurikulum
termasuk didalamnya pengadaan buku penunjang
dan alat pembelajaran,namun mutu pendidikan
belum
menunjukkan
hasil
yang
signifikan(Zamroni,2000).Laporan Bank Dunia
(Jalal,2002) menunjukkan bahwa ada empat factor
yang diidentifikasi menjadi penghambat potensial
mutu pendidikan di Indonesia;Yaitu,(1)kompleksitas
pengorganisasian
pendidikan
dasan
antara
kementrian pendidikan nasional dan kementrian
dalam
negeri.(2)praktek
manajemen
yang
sentralistik,(3)praktek penganggaran yang terpecah
dan kaku oleh Bappenas,Depdagri dan kementrian
Agama
dalam
menyiapkan
anggaran
pendidikan,(5)manajemen sekolah yang
tidak
efektif oleh kepala sekolah.
Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan
Nasional mengidentifikasi penyebab utama mutu
pendidikan tidak ada [peningkatan yang signifikan
karena;(1)Kebijakan
dan
penyelenggaraan
pendidikan nasional menggunakan pendekatan input
– output analisis yang tidak dilaksanakan secara
konsekuen
dan
konsisten,(2)penyelenggaraan
pendidikan
nasional
secara
birokratis
sentralistik,(3)peran serta warga sekolah khususnya
guru,orang tua siswa dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat
kurang.(Depdiknas 2004)
_______________________________________________
Volume 7, No. 6, Desember 2013
ISSN No. 1978-3787
Pembahasan
Pemerintah Republik Indonesia melalui
Kementrian Pendidikan Nasional,mengembangkan
berbagai kebijakan baru berdasarkan paradigm baru
pula,telah banyak melakukan berbagai program
dalam upaya menjawab persoalan tentang mutu
pendidikan di Indonesia. Dalam kaitan ini
pemerintah tak henti-hentinya memacu peningkatan
mutu pendidikan sejalan denga kebijakan otonomi
(desentralisasi) pendidikan, Pendekatan ini ditempuh
karena sekolah berada di tengah-tengah masyarakat.
Gejala empiric menunjukkan adanya keragaman
karakteristik sekolah dan kemampuan social
ekonomi
masyarakat
yang
mendukung
terselenggaranya sekolah.Untuk itu perlu diberikan
kewenangan yang lebih besar kepada Sekolah
bersama masyarakat untuk mengambil keputusan
konkrit
sesuai kondisi yang ada dan kebutuhan
yang diperlukan dalam mengelola pendidikan dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan. Dalam
mewujudkan upya tersebut pemerintah melakukan
program strategis melalui Dirjen Dikdasmen yaitu
program peningkatan mutu pendidikan melalui
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah
merupakan bentuk alternative pengelolaan sekolah
dalam rangka desentralisasi pendidikan,yang
ditandai pengambilan keputusan yang lebih luas di
tingkat sekolah,partisipasi masyarakat yang relative
tinggi,dalam
kerangka
pendidikan
nasional
(Depdiknas,2001.) Manajemen Berbasis Sekolah
sebagai
pendekatan praktis bertujuan untuk
mendisain pengelolaan sekolah dengan memberikan
kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan
partisipasi dalam upaya perbaikan kinerja sekolah
yang mencakup kepala sekolah, para guru,orang tua
siswa dan masyyarakat. (Fatah,2003). Dalam
kaitannya dengan kebijakan pemerintah untuk
melakukan program MBS menurut Tilaar
mengatakan bahwa desentralisasi pendidikan
merupakan sustu kehaharusan.Manajemen berbasis
sekolah telah dipandang berhasil mengangkat atau
meningkatkan mutu pendidikan di beberapa Negara
maju,seperti
Australia
dan
Amerika
serkat.Manajemen Berbasis Sekolah merupakan
salah satu upaya mencapai keunggulan pendidikan
dan diharapkan dapat dijadikan landasan dalam
pengembangan
pendidikan
di
Indonesia.(Tilaar,2006).
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai salah
satu program pemerintah kea rah pengelolaan
pendidikan yang memberikan keleluasaan kepada
sekolah dan masyarakat untuk mengatur dan
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
melaksanakan berbagai kebijakan secara luas dan
akuntabel,dengan kata lain MBS adalah model
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada sekolah dan mendorong pengambilan
keputusan partisipatif yang melibatkan secara
langsung semua warga sekolah dan masyarakat
untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan
kebijakan pendidikan nasional.(Nursisto,2002)
Tujuan Dan Sasaran Mbs
Adapun tujuan dari Manajemen Berbasis
Sekolah adalah untuk memandirikan atau
memberdayakan sekolah melalui pemberian
kewenangan kepada sekolah dan mendorong kepada
sekolah bersama staf sekolah lainnya untuk
pengambilan keputusan secara partisipatif. Dengan
adanya kemandirisekolah ,maka diharapkan sekolah
sebagai lembaga pendidikan yang telah mengetahui
kekuatan,kelemahan,peluang, dan tantangan bagi
dirinya dapat mengoptimalkan sumber daya yang
tersedia untuk memajukan sekolahnya. Sekolah
dapat mengembangkan sendiri program-program
sesuai kebutuhannya. Sekolah dapat lebih
bertanggung jawab tentang mutu pendidikan yang
ada pada sekolah masing-masing kepada masyarakat
dan pemerintah.Sekolah dapat lebih leluasa
melakukan persangan sehat dengan sekolah lain
untuk upaya peningkatan mutu pendidikan secara
terus menerus dan berkelanjutan. Manajemen
Berbasis Sekolah dalam implemtasinya seyogyanya
terus mengkedepankan transparansi baik secara
internal dalam lingkup sekolah maupun secara
eksternal yaitu dengan masyarakat dan pemerintah.
Setiap kebijaksanaan dan kegiatan sekolah
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat maupun pemerintah.Masyarakat harus
dapa mengetahui apa dan bagaimana kebijaksanaan
sekolah serta implikasinya.Artinya segala program
sekolah
harus
transparan
kepada
masyarakat.(Sufyarma,2003).Transparansi artinya
keterbukaan manajemen dalam pengambilan
keputusan,perencanaan,pelaksanaan evaluasi dan
monitoring ,penggunaan dana,sarana dan prasarana
dan lain-lainnya tang selalu melibatkan pihak terkait
sebagai alat control.(Depdiknas,2004.)
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai solusi
dalam peningkatan mutu pendidikan adalah sangat
tepat dan rasional sesuai kondisi dan situasi saat
ini.MBS yang ditawarkan sebagai bentuk
operasional
desentralisasi
pendidikan
akan
memberikan wawasan baru terhadap system yang
sedang berjalan selama ini. Cerminan dari
Manajemen Berbasis Sekolah adalah antara lain
Media Bina Ilmiah75
bahwa sekolah dapat mengoptimalkan kinerja
organisasi sekolah,proses pembelajaran,pengelolaan
segala sumber daya yang ada dan system
administrasi transparan dan akuntabel.
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Suatu alasana yang meyakinkan kenapa harus
MBS sebagi alternatfif solusi dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan adalah bahwa karena
MBS
merupakan
proses
pemberdayaan.
Pemberdayaan merpakan istilah yang sangat populeh
dalam masa reformasi.Pemberdayaan merupakan
upaya untuk mengangkat harkat dan martabat
masyarakat dalam segala aspek kehidupan termasuk
dalam didang ekonomi dan pendidikan.Manajemen
berbasis sekolah
adalah merupakan konsep
pemberdayaan sekolah dalam rangka peningkatan
mutu dan kemandirian sekolah. Untuk dapat
memahami dan menerapkan manajemen berbasis
sekolah sebagai proses pemberdayaan terdapat
beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian,
diantaranya adalah; antara lain, pemberdayaan
adalah berhubungan dengan upaya peningkata
kemampuan masyarakat untuk memegang control
atas diri dan lingkungannya, Adanya kesamaan dan
kesepadanan kedudukan dalam hubungan kerja,
menggunakan pendekatan partisipatif, semua
program hendaknya menganut prinsip berkeadilan
untuk semua pihak. Semua proses tersebut adalam
merupakan komponen system dari konsep MBS
sebagai
yang
mengedepankan
konsep
pemberdayaan, dan ciri-ciri inilah yang merupakan
tahapan darri proses implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah.
Strategi Implementsi Mbs
Menurut Sufyarma (2003) mempresentasikan
tiga tahapan dalam implementasi
MBS
yaitu;(1)Sosialisasi diarahkan kepada masyarakat
luas,instansi diluar pendidikan dan dunia
usaha.Diharapkan kepada berbagai pihak untuk
berpartisipasi aktif untuk mensukseskan pendidikan
di sekolah,(2)piloting, semua bentuk program
kegiatan harus memenuhi syarat dan mencermenkan
adanya, aseptabilitas (dapat diterima oleh
masyarakat),akuntabilitas
(dapat
dipertanggungjawabkan),replikabilitas (direplikasi
pada sekolah lain),sertta sustainabilitas (berkembang
secara berkelanjutan,dan (3) desiminasi (dilakukan
secara bertahap dan hati-hati).Untuk menyelaraskan
tahapan implementasi MBS,sangat ditentukan oleh
efektifitas anggaran dan fasilitas yang cukup
memadai dari pemerintah,terutama bagi daerah atau
sekolah yang kurang mampu.Oleh karena itu perlu
_______________________________________
http://www.lpsdimataram.comVolume 7, No. 6,Desember 2013
76 Media Bina Ilmiah
pengelompokan sekolah berdasarkan kesamaan
kondisi dan kualifikasi sekolah (baik ,sedang dan
kurang) yang tersebar di lokasi dan wilayah maju,
sedang dan ketinggalan(Ftah,2003) Kondisi ini
mengisyaratkan
bahwa
tingkat
kemampuan
manajemen sekolah yang satu dengan sekolah yang
lainnya berbeda. Adanya perberbedaan kemampuan
manajemen sekolah yang perlu dibedakan dalam
perlakuan
berimplikasi
terhadap
dukungan
pemerintah. Manajemen Berbasis Sekolah dapat
dilaksanakan,jika(1) ada dukungan dari pihak-pihak
yang
berkepentingan,(2)lembaga
pendidikan
memiliki
kemampuan
pembaharuan,(3)proses
pendidikan mampu memberikan nilai tambah bagi
masyarakat,(4)pelayanan
pendidikan
dapat
mengembangkan potensi anak secara maksimal
dengan
memperhatikan
perbedaan
individu,(5)lingkungan social sekolah sekolah
mendukung pencapaian visinya,(6)potensi sumber
daya sekolah dan masysrakat mendukung
tercapainya target yang telah ditetapkan.Diknas
,2001).
Indikator Mutu Pendidikan
Indikator mutu dapat dilihat dari tiga unsur
komponen
system
yaitu;input,proses
dan
output.Input adalah segala sesuatu yang harus
tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya
proses input yang meliputi sumber daya sekolah
perangkat
lunak,dan
harapan
sekolah(Depdiknas,2004). Input sumber daya
yaitu,kepala sekolah,guru,siswa dan dana, input
perangkat lunak yaitu,perangkat sekolah yang terdiri
dari struktur organisasi,peraturan tatatertib,deskripsi
tugas
pokok
dan
fungsi,
jadwal
dan
kurikulum,sedangkan
input
harapan
adalah
visi,misi,tujuan dan sasaran sekolah.
Proses pembelajaran adalah apa yang
sesungguhnya terjadi di ruang kelas,tempat belajar
lainnya,dan arus aktivitas yang melingkupi
sekitarnya.Jika proses dari kegiatan pembelajaran
dilakukan dengan efektif,obyektif dan produktif
serta berdasarkan prosedur ilmiah,maka kegiatan
yang dirancang dengan baik dan akurat akan sesuai
dengan kebutuhan (tujuan) pembelajaran di
kelas,Sebab inti dari proses pembelajaran adalah
apa yang sesungguhnya terjadi diruang kelas yang
menghasilkan output bermutu.(Zamroni,2004)
Output yaitu kinerja sekolah yang dihasilkan
oleh proses pembelajaran di sekolah.Pada umumnya
output pendidikan diklasifikasikan menjadi;
(1)output prestasi akademik yaitu
penilaian
pengembangan intelektual,(2)output prestasi non
_______________________________________________
Volume 7, No. 6, Desember 2013
ISSN No. 1978-3787
akademik yaitu penilaian pengembangan baik
individual maupun social.
Menurut
pandangan
Noble
(dalam
Hadianto,2004) bahwa MBS diharapkan dapa
meningkatkan;prestasi akademik siswa,akuntabilitas
para pengambil keputusan, dan pemberdayaan kea
rah perbaikan
budaya sekolah karena para
pengambil keputusan di masyarakat benar-benar
mengetahui
apa
yang
diperlukan
demi
pengembangan sekolah.
Penutup
Berdasarkan pembahasan di atas berikut ini
dapat disarikan beberapa hal penting yang menjadi
kesimpulan dari penulisan artikel ini yaitu;
1. Manajemen berbasis sekolah merupakan
bentuk alternative pengelolaan sekolah dalam
rangka desentralisasi pendidikan yang ditandai
dengan kewenangan pengambilan keputusan
yang lebih luas di tingkat sekolah,partisifasi
masyarakat yang relative tinggi dalam kerangka
kebijakan pendidikan nasional.
2. Implementasi MBS adalah bertuan untuk
memandirikan dan memberdayakan sekolah
melalui pemberian wewenang,keluwesan dan
sumber daya untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
3. Indikator mutu pendidikan dapat dicermati
melalui tiga unsur komponen system yaitu
input,proses dan output.
Daftar Pustaka
Anonim,2006.Manajemen
Berbasis
Sekolah,
Direktorat
Jendral
Manajemen
Dikdasmen,Departemen
Pendidikan
Nasional.
Depdiknas,2001. Manajemen Berbasis Sekolah
untuk SD Jakarta,Dirjen Dikdasmen
Depdiknas,2003.Pembelajaran Aktif,Kreatif,Efektif
dan Menyenangkan.Jakarta.
Depdiknas,Peningkatan Kualitas Pembelajaran,
Direktorat Pendidikan Tinggi,Jakarta.
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah77
Fatah,N,2003.Konsep Manajemen Berbasis Sekolah
dan Dewan Sekolah, Bandung,CV Bani
Quraisy.
Hadianto,2004,Mencari
Sosok
Desentralisasi
anajemen Pendidikan di Indonesia.Jakarta:
Rineka Cipta.
Jalal,2002,Reformasi Dalam Konteks
Otonomi
Daerah, Bandung,,Remaja Rosdakarya.
Sam
M
Chan,Tuti T Sam ,2006.Kebijakan
Pendidkan Era Otonomi Daerah.Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada.
_______________________________________
http://www.lpsdimataram.comVolume 7, No. 6,Desember 2013
Download