Uploaded by User97833

Membaca koran Tempo 25 Maret 2017 dengan judul

advertisement
Membaca koran Tempo 25 Maret 2017 dengan judul “Sepulang dari Sillicon valley” dan
“Start-Up yang bikin takjub”, betul membuat rasa wow untuk pertumbuhan perusahaan startup yang sungguh pesat, baik dari sisi jumlah maupun jenis jasa layanan yang ditawarkan.
Ratusan start-up muncul setelah Go-Jek lahir 2010, bahkan di Sillicon Valley banyak
perusahaan berskala rumahan namun berpenghasilan milliaran dollar.
…
Terkait dengan buku ini, Geoffrey G. Parker juga menulis dalam bukunya, “Platform
Revolution”, bahwa Uber “By the end of 2014, the five-year-old company was valued by
investors at $540 billion (up from the $17 billion valuation of just six months earlier)“.
Berapa kali lipatkah itu ? Hanya di era disruption peningkatan pendapatan bisa terjadi
sedemikan besar. Tentang Alibaba.com, ditulisnya mampu meraup dana $25 milyar dari IPO
di tahun 2014. IPO terbesar dalam sejarah.
…
Incumbent terperangah dengan fenomena 3S (surprise, sudden shift, dan speed) yang
disebabkan munculnya para pemain baru, yang menggergaji kaki-kaki mereka. Rhenald
Kasali menjelaskan fenomena tersebut dengat sangat bagus melalui buku terbarunya
“Disruption“.
…
Di bagian awal bukunya, Kasali mengamati bahwa dunia telah sangat berubah di berbagai
bidang, meliputi perkembangan teknologi komunikasi, munculnya generasi millenials,
kebutuhan pola pikir eksponensial, corporate mindset, model bisnis disruptif, dan era internet
of things; “kita menghadapi suatu era baru, era disruption atau ‘peradaban Uber’, yang
membutuhkan disruptive regulation, disruptive culture, disruptive mindset, dan disruptive
marketing”, ujarnya. Berbagai contoh bisnis disruptif dibidang pemerintahan, transportasi,
hospitality, marketing dll.yang fenomenal, juga menjadi pokok bahasan Kasali. Dilanjutkan
pada bab-bab berikutnya mengenai berbagai teori disrupsi, perubahan mindset dan akibatakibat disrupsi.
…
Menurutnya Peradaban Uber ini dicirikan oleh adanya:
1.
2.
3.
4.
5.
Teknologi pengubah peradaban dari time series menjadi real time
Sumberdaya sendiri sebagai modal kerja, berubah menjadi saling-berbagi
Teknologi Big Data memungkinkan percepatan produk dan layanan
Kurva tunggal supply-demand yang tergantikan dengan kerja jaringan
Kompetitor yang tak terlihat dan langsung masuk ke konsumen
…
Seiring waktu, lompatan-lompatan peningkatan pendapatan telah banyak terjadi,
berhubungan dengan munculnya berbagai terobosan teori manajemen, mulai dari manajemen
Jepang yang marak sejak 1980 melalui total quality control, just in time, dan budaya
perusahaan; lalu memasuki era re-enginering (1990-an), change (2000), dan transformasi.
Kini manajemen pada awal abad ke 21 menuntut kita menghadapi disruption dengan agile
management (ketangkasan).
…
Cragun & Sweetman (2016) mengidentifikasi lima pemicu gelombang disruption yang terjadi
sejak 1980. Tercatat hingga 2015, telah melewati sekitar 20 episode kejutan yang dibagi
dalam lima kategori penyebab, yaitu:
1. Teknologi (khususnya IT),
2. Teori Manajemen (metode baru pengelolaan SDM, kepemimpinan, produksi dan
bisnis),
3. Peristiwa Ekonomi (peran negara, bank sentral, fluktuasi penawaran-permintaan),
4. Daya Saing Global, dan
5. Geopolitik (ketegangan antar wilayah).
…
Lalu, apa yang dimaksud dengan Disruption oleh penulis?
Menurut Kasali, disruption adalah sebuah inovasi, yang akan menggantikan seluruh sistem
lama dengan cara-cara baru. Disruption berpotensi menggantikan pemain-pemain lama
dengan yang baru. Disruption menggantikan teknologi lama yang serba fisik dengan
teknologl digital yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru dan lebih efisien, juga
lebih bermanfaat.
…
Disruption pada akhirnya menciptakan suatu dunia baru: digital marketplace. Pasar virtual,
konsep yang serasa asing bagi para pelaku usaha lama maupun regulator senior. Kini kaum
muda hidup di dunia yang berbeda, dunia virtual yang tak kelihatan sehingga para regulator
perlu siap adaptif terhadap perubahan ini.
…
Pada era ini, perdagangan melalui dunia maya akan semakin intens, membuat para pendatang
baru menantang korporasi-korporasi besar dan para incumbent. Disruption menjadi sesuatu
yang tak terhindarkan atau sudah menjadi keniscayaan.
…
Selain menghancurkan Kodak, Western Union, Nokkia, Blackberry dan menggergaji taksi
Express, Bluebird dan banyak lagi lainnya, Disruption juga melahirkan platform-platform
baru seperti MOOC (Massive Open Online Course), ekonomi berbagi (sharing economy),
online economy, peer to peer Iending, smart home, fleet management, smart cities/kampong,
surveilIance, dan lain-lain.
…
Owning economy vs sharing economy
Cukup mencengangkan bahwa dalam era kapitalistik, muncul fenomena
ekonomi berbagi (sharing economy). Tidak sepenuhnya salah sepertinya, karena hulu konsep
sharing economy ini tetap lah keuntungan semata. Hanya, di era internet of things sekarang
ini memang mensyaratkan budaya jaringan, baik dalam hal cara berbisnis maupun cara
mendapatkan perolehannya. Idle capacity karena konsekuensi budaya lama penumpukan
kapital (owning economy), akan menjadi beban pemilik, sehingga perlu utilisasi optimal
untuk menghasilkan perolehan.
…
“Buat apa membeli yang baru, kalau barang-barang yang lama saja masih bisa dipakai orang
lain?” Jadi, jutaan barang bekas yang ada di garasi dan gudang rumah dijual kembali via eBay, OLX atau Kaskus. Gila, piringan hitam zaman dulu hidup lagi. Velg-velg mobil yang
sudah langka kini bisa ditemui. Prinsipnya, lebih baik jadi uang daripada rusak tak terawat;
lebih baik murah tapi terpakai penuh ketimbang underutilized.
…
Ketika sharing economy menjadi gejala ekonomi yang marak, gelombang ini akan terjadi:
Deflasi karena harga-harga akan turun, ledakan pariwisata dalam jumlah yang tak terduga
karena banyak pilihan menginap yang murah, aset-aset milik masyarakat yang menganggur
menjadi produktif, dan kerusakan alam lebih terjaga.
…
Sebaliknya, seperti halnya modernisasi, ia juga menimbulkan dampak-dampak negatif:
Pengangguran bagi yang tak lolos dalam seleksi alam (persaingan) dengan business
model baru ini, kerugian-kerugian besar dari sektor-sektor usaha konvensional yang
konsumennya shifting (berpindah), dan kriminalisasi oleh para penegak hukum atau pembuat
kebijakan yang terlambat mengatur.
…
Transportasi on-line vs konvensional
Tentang trasportasi on-line yang sedang marak di negeri ini, bahkan hingga memancing
konflik horizontal antara pemain transportasi konvensional dengan Gojek, Grab, Uber, yang
berbasis internet. Kasali berpendapat bahwa ada beberapa alasan mengapa disruption dalam
industri ini berkembang begitu cepat, mematikan dan membuat kehebohan:
1. Para regulator tidak mampu menyediakan aturan baru yang spesifik untuk
memisahkan kedua jenis industri ini.
2. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 yang mengatur lalu lintas dan angkutan jalan
terlihat begitu banyak ketentuan yang membuat usaha taksi konvensional harus
bergerak dalam suasana yang kaku dan berbiaya tinggi.
3. Minimnya pemahaman tentang disruption dan model bisnis di kalangan pemain lama
(incumbent) menyebabkan para pelaku usaha melihat ‘persaingan’ dalam kacamata
lama.
4. Ketiadaan atau belum adanya aturan baru telah membuat pemain lama dan pemain
baru berjalan menurut cara mereka sendiri-sendiri.
…
Ekspansi dalam regulasi yang seakan-akan sama, membuat incumbent berpikir bahwa
serangan disruption adalah perubahan biasa. Mereka banyak merespons dengan ekspansi
biasa, yaitu meng-online-kan bisnis tradisional. Hal ini, selain tetap beroperasi dengan
struktur biaya tinggi (dan sulit menaklukkan pelaku ekonomi berbagi), mereka juga
mengalami pertarungan internal yang rumit. Incumbent selalu beranggapan digital disruption
adalah menurunkan harga melalui layanan online.
…
MODEL BISNIS
Model Bisnis menjadi sorotan penting bagi Kasali untuk menjelaskan perbedaan yang
mematikan antara bisnis konvensional dengan bisnis disruptif. Dalam hal peristiwa politik
pun, telah terjadi perubahan yang tak pernah terjadi sebelumnya di negeri ini, yaitu terjadinya
fenomena Pilkada, jalur independen vs jalur partai, dan suara rakyat pun terdisrupsi.
Beberapa contoh lainnya, adalah:
…
Era disruptif juga telah mengganggu peta perbankan. Ketika semua bank menerapkan bunga
dan fee based, dalam skala global muncul model bisnis disruptif, fintech (financial
technology), yang mempereteli elemen penghasil uang bank satu per satu dengan pendekatan
fee based. KickStarter.com, yang berdiri tahun 2009 misalnya, dikenal sebagai pionir dalam
bidang crowdfunding. Contoh lain adalah Cravar misalnya, produsen produk kerajinan kulit
Indonesia, sebagai pendatang baru ia berhasil mendapatkan dukungan sebesar 30.000 dolar
AS, plus sejumlah pelanggan baru dan feedback. Barangnya tembus pasar Amerika Serikat
sejalan dengan ketersediaan modal. Bukan dari pinjaman bank.
…
Menurutnya, masih banyak model bisnis yang perlu kita pelajari pada abad ke-21 ini, tetapi
intinya adalah:
1. Persaingan abad ini ditandai bukan lagi antara produk dalam industri yang sejenis,
melainkan antara model bisnis dalam industri yang batas-batasnya semakin kabur
2. Model bisnis merevolusi industri, membuat cara yang ditempuh incumbent menjadi
semakin rumit, tetapi inti dari model bisnis adalah bagaimana pelaku usaha
mendapatkan uang dari kegiatan usahanya dengan cara-cara baru.
3. Pengusaha yang cerdik bukanlah pengusaha yang bersikeras dengan model bisnis
lamanya. Seorang pengusaha perlu mempertanyakan kembali fundamental usahanya:
what business are we in? Apakah kita masih harus menjual apa yang semata-mata kita
hasilkan saja, ataukah kita juga bisa memperluasnya?
4. Model bisnis juga mencerminkan siapa yang memegang kendali perusahaan: apakah
generasi tua yang merupakan imigran dalam dunia teknologi (hanya menjadi pemakai/
pengguna) atau generasi millennials (mereka yang berusia 18-32 tahun)? Model bisnis
yang kreatif terkesan memenuhi syarat SDM 30 Under 30, yang artinya terdapat 30%
SDM dari generasi milIennials yang paham tentang generasi mereka (di bawah usia
30 tahun).
…
Sepuluh model bisnis hiper-disruptif (hyper disruptive business model) berjangkauan model
bisnis yang mendunia, selain teknologinya baru atau memanfaatkan terbentuknya peradaban
baru, mereka pun menggunakan cara-cara baru yang tak terpikirkan generasi yang dibesarkan
peradaban manufakturing (Peter F. Drucker,
“The greatest danger in times of turbulence; it is to act with yesterday’s logic”), adalah sbb.:










Subscription Model
Free Model
Freemium Model
Marketplace Model
Hypermarket
Acees over ownership Model
On Demand Model
Experience Model
Pyramid
Ecosystem
…
KONSEKUENSI
Disruption menyandang sejumlah konsekuensi akibat teknologi infomasi dari kehadiran para
wirausaha muda yang beroperasi lintas-batas di dunia global bersama kaum millennials. Hal
ini berdampak luas pada tiga hal berikut ini.
1. Disruption menyerang hampir semua incumbent (pelaku lama, para pemimpin pasar),
baik itu produk-produk atau perusahaan-perusahaan ternama, sekolah atau universitas
terkemuka, organisasi-organisasi sosial, partai politik, maupun jasa-jasa yang sudah
kita kenal.
2. Disruption menciptakan pasar baru yang selama ini diabaikan incumbent, yaitu
kalangan yang menduduki dasar piramida. Klini mereka yang dulu kurang beruntung
sebagai konsumen karena daya beli yang rendah, telah menjadi kekuatan pasar.
Secara keseluruhan, partisipasi pasar pun meningkat. Sekuat apa pun brand loyalty
yang telah dibangun incumbent melalui strategi pemasaran konvensional, posisi
incumbent tetap terancam.
3. Disruption menimbulkan dampak deflasi (penurunan harga) karena biaya mencari
(searching cost) dan biaya transaksi (transaction cost) praktis menjadi nol rupiah.
Kedua jenis biaya ini umumnya hanya dikenal oleh generasi millennials berkat
teknologi infokom. Selain itu timbul gerakan berbagi (sharing resources) yang
mampu memobilisasi pemakaian barang-barang konsumsi ke dalam kegiatan ekonomi
produktif.
…
Demikianlah disruption bekerja secara cepat pada awal abad ke-21. Peranan dominan televisi
perlahan-lahan dilengkapi oleh internet. Media-media konvensional beralih ke dunia maya.
Cara beriklan berubah. Banyak cara baru yang masih berada di tahap awal penggerusan yang
akan mengubah masa depan perusahaan atau industri yang gagal melakukan self-disruption.
…
Disruption mengantarkan kehidupan baru pada abad ke-21 yang kerap tak terdeteksi dan
teratasi incumbent. Perbedaan generasi telah mengantarkan kehancuran yang besar pada
perusahaan-perusahaan yang amat kita kagumi di masa lalu. Perusahaan-perusahaan multinasional yang dulu dikenal seperti lBM, Exxon, Walmart, P&G, dan Lehman Brothers kini
digantikan Google, Apple, Facebook, Samsung, dan pendatang-pendatang baru dari China,
Korea, dan Rusia.
…
Kehancuran perusahaan-perusahaan besar kelas dunia seperti Pan Am, Kodak, Enron, Arthur
Andersen, Lehman Brothers, Nokia, dan seterusnya juga mengakibatkan industri-industri
keuangan terguncang.
…
Para pelaku usaha start-up itu kemudian mendisrupsi industri, menyerang incumbent dengan
teknologi-teknologi baru sambil menciptakan pasar baru pada kategori low-end. Mereka bisa
saja dikecam pasar dan incumbent karena pada tahap awal itu terjadi banyak
ketidaksempurnaan, baik dalam hal produk maupun manajemen.
…
Apalagi setelah itu muncul metode-metode baru yang membuat biaya transaksi dan biaya
mencari menjadi serendah mungkin. Aplikasi-aplikasi digital yang mempertemukan
permintaan dengan penawaran, membuat pengelolaan usaha berubah sama sekali. Ini
sekaligus menjadi ancaman bagi para incumbent yang terbelenggu aturan-aturan lama,
manajemen birokrasi, fixed cost yang tinggi, biaya transaksi yang mahal, serta metodemetode yang hanya cocok dipakai sebelum dunia mengenal smartphone, aplikasi teknologi,
statistic analytic, big
data, dan uang digital. Terjadilah persaingan tak berimbang antara mereka yang sudah hidup
dalam era (dan memegang data) real time dan mereka yang masih hidup dalam era time
series – antara yang menggunakan Google Maps dan yang masih berpatokan pada argometer.
…
Aset-aset pribadi yang semula digunakan hanya untuk konsumsi, kini pun bisa digunakan
untuk kegiatan usaha, menjadi lebih produktif. Siapapun bisa membuka warung dari rumah,
menaruh taksi di garasi dengan mobil pribadi. ltulah barang-barang konsumsi yang kini bisa
dipakai untuk kegiatan ekonomi produktif. Jadi, inilah saatnya dunia membentuk aturanaturan baru. Bukan semata-mata kapitalisme, melainkan kekuatan gotong-royong, dengan
partisipasi yang luas dan lebih sejahtera. Kekuatan gotong-royong dunia baru itu dikenal
sebagaI ekonomi berbagi (sharing economy).
…
Maraknya pengembangan model bisnis dalam strategi bisnis mengakibatkan perusahaanperusahaan memilih bersaing di bidang model bisnis ketimbang bersaing di bidang produk
semata.
…
Perubahan revolusioner
Banyak pihak yang kurang mengerti bahwa sebuah revolusi tengah terjadi, terutama pada
aspek-aspek tertentu, yaitu:





Teknologi lnformasi – menghubungkan semua orang, baik yang membutuhkan
(demand side) maupun yang menawarkan (supply side).
Deflasi – disruptive innovation dilakukan dengan upaya-upaya serius untuk
memberikan “value” yang lebih besar bagi konsumen dan penyedia jasa melalui
ekonomi biaya rendah. Akibatnya, hadirlah jasa atau produk dengan harga yang relatif
lebih menarik.
Ekonomi Berbagi – inovasi tak hanya pada produk, melainkan pada model bisnis,
yaitu cara mencari “daging” usaha. Bentuk yang dipilih antara lain adalah ekonomi
berbagi, yaitu ekonomi gotong-royong, sharing resources, atau terkadang disebut
ekonomi kolaborasi.
TeknoIogi Statistik – menggunakan big data analytics, yaitu statistik big data bukan
time series lagi, melainkan real time sehingga pasokan dapat dikerahkan saat
permintaan bergerak. Ini membuat biaya mencari dan biaya transaksi yang menjadi
beban pelanggan dapat turun.
Partisipasi Aset-Aset Telantar – ekonomi berbagi diusahakan untuk mengaktifkan
aset-aset masyarakat yang tak sepenuhnya terpakai saat konsumsi sedang
berlangsung.
…
SUSTAINING VS. DISRUPTIVE INNOVATION
Dengan menggunakan contoh runtuhnya perusahaan es balok, yang telah banyak melakukan
inovasi, yang tergantikan oleh munculnya kulkas (temuan atas keperluan rumah-tangga), bab
ini menjadi menarik karena mampu menjelaskan fenomena runtuhnya suatu perusahaan,
meskipun telah melakukan berbagai upaya inovasi. Pada umumnya, incumbent hanya tertarik
mengembangkan strategi sustaining innovation, yaitu inovasi-inovasi yang ditujukan untuk
mempertahankan existing market seperti yang diajarkan para guru marketing, yaitu branding,
strategi pelayanan, menurunkan biaya, memperbaiki kinerja mesin atau orang, dan
melakukan perubahan-perubahan kecil. Sementara itu, para pendatang baru menyerang
kelompok pasar di luar teritori incumbent yang berakibat runtuhnya bangunan usaha tanpa
diduga. Dalam hal perusahaan es balok di atas, supermarket yang harusnya membeli es balok
memilih membeli kulkas sendiri berukuran sedang untuk mengawetkan ikan-ikan basah yang
diperdagangkannya.
…
Perubahan yang dilakukan para pendatang baru ini terkesan revolusioner karena amat radikal,
mengubah peta pasar, bahkan menciptakan kebiasaan-kebiasaan baru pada pelanggan.
Awalnya memang mereka menciptakan pasar baru, tetapi pelan-pelan konsumen lama pun
punya potensi ikut berpindah. Itulah yang dlsebut sebagai sudden shift.
…
Penjelasan lebih lanjut tentang Disruption,

Adalah suatu proses. la tidak terjadi seketika. Dimulai dari ide, riset atau eksperimen,
lalu proses pembuatan, pengembangan business model. Ketika berhasil, pendatang





akan mengembangkan usahanya pada titik pasar terbawah yang diabaikan incumbent,
lalu perlahan-lahan menggerus ke atas, ke segmen yang sudah dikuasai incumbent.
Memasuki pasar dengan business model baru, yang berbeda dengan yang sudah
dilakukan pemain-pemain lama. Karena itu, inovasi business model menjadi penting.
Tidak semua disruption sukses menjadi pelaku disruption atau menghancurkan posisi
incumbent.
lncumbent tak harus selalu berubah menjadi disruptor. Ada banyak strategi yang bisa
ditempuh incumbent, temasuk meneruskan sustainable innovation dan membentuk
unit lain yang melayani disruptor.
Teknologi bukan disruptor, tapi enabler. Selain TI, alat-alat baru lain dibutuhkan
untuk mendukung keberhasilan.
Disruption dapat menyebabkan deflasi, harga turun, karena disruptor memulai low
cost strategy.
…
DISRUPTIVE MINDSET
Ini hal yang menarik buat saya karena persoalan mindset ini menjadi sangat penting,
mengingat surprise, sudden shift, dan speed adalah ancaman serius di disruption ini.
…
Mindset
Mindset adalah bagaimana manusia berpikir, yang ditentukan oleh setting awal, yang kita
buat sebelum berpikir dan bertindak.
…
Seperti diketahui bahwa disruption menghancurkan masa depan para incumbent, sedangkan
incumbent selalu melihat dengan “pengalamannya”. Kalau incumbent memiliki disruptive
mindset, ia bisa menjadi kreatif dan tak takut melihat perubahan yang seperti dilakukan anakanak muda tanpa beban masa lalu (entrant). Sebaliknya, kalau ia memiliki steady (fixed)
mindset, ia menjadi sangat takut dan tak menghasilkan perubahan. Ia hanya terkurung oleh
pengalaman masa lalunya dengan menyangkal realitas baru. Karakter disruptive mindset bisa
digambarkan sbb.:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Respons cepat: tidak terhambat.
Real-time: begitu diterima, seketika diolah.
Follow-up: langsung ditindaklanjuti. Tidak ditunda.
Mencari jalan, bukan mati langkah.
Mengendus informasi dan kebenaran, bukan menerima tanpa menguji.
Penyelesaian paralel, bukan serial.
Dukungan teknologi informasi, bukan manual.
24/7 (24 jam sehari, 7 hari seminggu), bukan eight to five (dari pukul delapan pagi
hingga pukul lima sore).
9. Connected (terhubung), bukan terisolasi.
…
Mental disruptive ini tidak terikat oleh pengalaman atau aturan baku yang kaku pada masa
lalu, melainkan sikap terbuka terhadap masa depan. Terhadap sesuatu yang baru, manusia
harus berupaya lagi dan berpikiran terbuka.
…
Akibat lebih lanjut dari disruptive mindset ini adalah terjadinya pertentangan dengan pihak
berkarakter steady mindset, yaitu pertempuran internal antara pemilik fixed mindset yang
merasa hebat serta terikat tradisi, merasa lebih pandai serta akan selalu paling pandai, dan
pemilik growth mindset yang selalu terbuka dan mampu “melihat” kesempatan-kesempatan
baru dalam setiap perubahan. Akan terjadi pertarungan antara mereka yang merasa terancam
atau akan terlihat kurang pandai kalau menjalani perubahan melawan mereka yang tak peduli
dengan penilaian orang lain; antara mereka yang ingin mempertahankan status quo dengan
yang ingin berubah, membangun kompetensi baru pada masa depan. Jadi, akan ada yang
memanipulasi kebenaran, membesarkan kesalahan-kesalahan kecil, menakut-nakuti, dan
menciptakan batu-batu sandungan untuk menghambat self-disruption.
…
Mindset tetap (fixed mindset) berbeda dengan mindset yang tumbuh (growth mindset).
Karena berusaha terus, mereka sangat percaya bahwa suatu saat masa depan baru itu ada
bersama mereka yang hari ini belum tampak hebat. Umumnya orang-orang ini amat suka
tantangan-tantangan baru, dan kalau menghadapi kesulitan, mereka tak mudah menyerah.
Mereka juga pantang mempersoalkan kritik orang lain. Mindset bukan hanya harus dipahami,
melainkan juga harus dilatih.
…
Generasi Millenials
Kasali memberikan perhatian khusus terhadap tumbuhnya Generasi Millenials yang menjadi
ujung tombak disruption, yang berbeda dengan generasi-generasi pendahulunya dalam
banyak hal, yaitu:





Merasa jauh lebih merdeka, baik secara batiniah maupun lahiriah. Merdeka dalam
berpendapat, memilih karier, bepergian, konsumsi, dan menjalin kehidupan.
Amat ekstrover, kurang hati-hati dalam bertindak, terlalu emosional, mudah
berpindah-pindah, ingin cepat “naik kelas”, dan lebih materialistis.
Lebih berpendidikan dan memiliki akses yang besar pada segala sumber daya dan
informasi sehingga memudahkan mereka berkolaborasi.
Masa mukim mereka terhadap segala hal menjadi lebih pendek. Entah itu terhadap
tempat tinggal, keluarga, sekolah, pekerjaan, atau kegiatan-kegiatan yang serius
(semisal ideologi atau hal-hal terkait).
Lebih mengutamakan kebebasan dan kebahagiaan ketimbang aturan-aturan yang
membelenggu.
…
Karena sifat-sifat baru yang seperti itu belum banyak dipahami, kebanyakan perusahaan milik
incumbent pun terganggu. Banyak yang tak menyadari Shifting (Pergeseran atau
perpindahan) dan banyak produsen yang gagal menyediakan area transit bagi pasar kaum
muda ini. Kehadiran generasi millennials mempercepat perubahan tren.
…
Rekomendasi
Buku Disruption ini merupakan buku terbagus dan tidak membosankan untuk dibaca
berulang-kali, karya Rhenald Kasali, yang pernah saya baca. Buku yang berhubungan dengan
bisnis start-up dan platform berbahasa Indonesia dengan contoh-contoh dan analisis yang
lengkap dan rinci. Sangat direkomendasikan. Terimakasih pak Rhenald Kasali.
Bagikan ini:
Download