KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) DITINJAU DARI PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN KETAPANG (Terminalia catappa) PADA MEDIA PERTUMBUHAN Shabrina Syifa Inayah, Nailam Raatul Mufidah, Anidya Annisa Khansa Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta Email: [email protected] Abstrak Ikan lele adalah ikan yang dapat hidup di perairan walaupun dengan kondisi air kotor dan miskin zat O2 selain itu dia mudah dibudidayakan sehingga tidak menutup kemungkinan lele dapat dipelihara di lingkungan dengan kualitas air rendah, salah satunya adalah perairan dengan pH tinggi. Dengan kondisi tersebut, maka diperlukan bahan yang dapat mengkondisikan lingkungan yang mempunyai pH tinggi menjadi lebih baik. Dalam upaya tersebut, penggunaan bahan alami lebih diutamakan karena hemat biaya dan ramah lingkungan. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan untuk menurunkan pH air adalah daun ketapang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian daun ketapang pada media pemeliharaan ikan nila terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember sampai dengan Januari 2020 dengan metode eksperimental. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penambahan air rebusan daun ketapang tidak berpengaruh signifikan terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele. Kata kunci : Ikan lele (Clarias sp.), Daun ketapang (Terminalia catappa), pH air, Kelangsungan hidup, Pertumbuhan. Abstract Catfish is a fish that can live in waters even with dirty water conditions and lack of O2, besides that it is easily cultivated so it is possible that catfish can be kept in an environment with low water quality, one of which is waters with high pH. With these conditions, a material that can condition an environment with a high pH is needed for the better. In this effort, the use of natural materials is preferred because it is cost effective and environmentally friendly. One of the natural ingredients that can be used to lower the pH of water is ketapang leaves. The purpose of this study was to determine the effect of giving ketapang leaves on tilapia rearing media on growth and survival. This research was conducted from December to January 2020 with an experimental method with a completely randomized design. Based on the research results, it can be seen that the addition of ketapang leaf boiled water has no significant effect on the survival and growth of catfish. Keywords: Catfish (Clarias sp.), Ketapang leaves (Terminalia catappa), water pH, survival, growth. 1. PENDAHULUAN Ikan air tawar merupakan ikan yang banyak digemari dan dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Beberapa jenis ikan air tawar yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia diantaranya Ikan Gurami (Osphronemus gourami), Ikan Mas (Cyprinus carpio L.), Lele Dumbo (Clarias Gariepinus), dan Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus). Ikan air tawar khususnya ikan lele yang ada di Indonesia memiliki nilai konsumsi yang tinggi dari ikan air tawar lainnya. Ikan lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan yang bernilai ekonomis, serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Ikan lele memiliki berbagai kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan kandungan gizinya cukup tinggi (Suyanto 2006). Ikan lele bisa hidup di perairan yang tenang dan kedalamannya cukup, walaupun kondisi airnya jelek, kotor dan miskin zat O2. Tetapi perairannya tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang bisa membuat ikan mati. (Khairuman & Amri, 2012), meskipun ikan lele toleran terhadap rendahnya kualitas air, perpaduan antara kualitas dan kuantitas air merupakan faktor dominan yang menentukan produksi hasil pembudidayaan ikan lele. Ada beberapa variabel penting yang berhubungan dengan kualitas air, antara lain alkalinitas, oksigen terlarut, salinitas, suhu air, pH, dan amoniak (Carman dan Sucipto 2013). Ikan lele mudah dibudidayakan sehingga tidak menutup kemungkinan lele dapat dipelihara di lingkungan dengan kualitas air rendah, salah satunya adalah perairan dengan pH tinggi. Menurut Ditjen Perikanan Budidaya (2006) kisaran layak untuk pemeliharaan ikan lele yaitu pad pH 6-9 dengan optimalnya di kisaran pH 5,5 – 7,5 dan dapat bertahan pada suhu minimum 20℃. dengan suhu optimal antara 25-28℃. (Wartono, 2011). Dengan kondisi tersebut, maka diperlukan bahan yang dapat mengkondisikan lingkungan yang mempunyai pH tinggi menjadi lebih baik. Dalam upaya tersebut, penggunaan bahan alami lebih diutamakan karena hemat biaya dan ramah lingkungan. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan untuk menurunkan pH air adalah daun ketapang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiyah (2008) dalam Agus et al. (2014) menunjukkan ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa) dapat menurunkan pH hingga 16,5% setelah 7 jam. Daun ketapang ditengarai dapat menjaga kualitas air dalam pemeliharaan ikan karena mengandung tannin dan flavonoid yang mampu menjadi antibiotik serta asam humic yang berperan salah satunya dapat menurunkan pH. Dengan demikian, daun ketapang dapat dijadikan pilihan dalam menjaga kualitas air sekaligus sebagai bahan untuk antibiotik dalam budi daya ikan nila sehingga pertumbuhan dan kelangsungan hidup menjadi optimal. Namun, dari beberapa penelitian yang dilakukan terdapat ragam pemberian dosis daun ketapang yang diberikan pada media pemeliharaan ikan yang dilakukan. Oleh karena itu dalam studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian daun ketapang pada media pemeliharaan ikan nila terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. 2. METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember sampai dengan Januari 2020. Penelitian dilaksanakan di salah satu rumah peneliti dan Laboratorium Fisiologi Hewan Kampus B Universitas Negeri Jakarta 2.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain kolam terpal berukuran 1m x 1m dengan ketinggian 29 cm, alat ukur pH meter dengan ketelitian 0,1, TDS meter, timbangan dengan ketelitian 0,1 gram, pita meter, saringan, selang, haemometer, paraffin, alat suntik (spuit) 1 mm, pisau bedah, microtube, dan alat tulis. Adapun bahan yang digunakan sebagai penelitian antara lain 8 ikan lele, pakan berupa pelet, dan air rebusan daun ketapang kering. 2.3 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental. Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pemberian daun ketapang pada media pemeliharaan sebagai berikut. A : Kontrol, media hanya berisi air B : Perlakuan pemberian air rebusan daun Ketapang sebanyak 200 ml 2.4 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian meliputi persiapan bak pemeliharaan, persiapan ikan, persiapan pakan, pemberian pakan, dan pemeliharaan ikan lele. Kolam terpal yang sudah dibersihkan kemudian diberi air setinggi 7 cm dan diukur pH airnya. Setelah kolam terpal diisi air, 4 ikan lele dimasukkan pada masing – masing kolam terpal. Pada kolam perlakuan dimasukkan 200 ml air rebusan daun ketapang, setelah pemberian air rebusan daun ketapang selama 24 jam, pH media diukur kembali. Persiapan pakan lele yaitu pelet komersil disiapkan sesuai dengan kebutuhan ikan, yaitu 8 gram pelet untuk masing-masing perlakuan. Pemberian pakan ikan lele pada masing - masing akuarium dengan frekuensi dua kali yaitu pada jam 07.00 dan 17.00 WIB. Pakan yang diberikan disesuaikan pada masing - masing media pemeliharaan. Perlakuan kepada ikan lele dilakukan selama 21 hari. 2.5 Parameter Penelitian Parameter yang diamati selama penelitian terdiri dari parameter uji utama dan parameter uji penunjang. Parameter uji utama terdiri dari laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup, sedangkan parameter uji penunjang yaitu pH, suhu, dan kesadahan. a. Perhitungan Laju Pertumbuhan Berat Pengukuran berat ikan menggunakan timbangan digital. Bobot ikan yang telah di timbang kemudian di catat. Pertumbuhan bobot menggunakan rumus pertumbuhan menurut Effendie (1997) yaitu: ………………………………………………1) ΔW = Pertumbuhan mutlak (g); Wt = Berat akhir (g); W0 = berat awal (g) b. Perhitungan Laju Pertumbuhan Panjang Pengukuran panjang dilakukan setiap minggunya menggunakan pita meter dan di catat panjang ikan. Pengukuran panjang ikan menggunakan rumusan pertumbuhan panjang menurut Effendie (1997) yaitu : ……………………………………………………..2) L = Pertumbuhan panjang (cm); Lt = Panjang akhir ikan (cm); L0 = Panjang awal ikan (cm) c. Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup (SR) adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup dari awal hingga akhir penelitian. Kelangsungan hidup dapat dihitung dengan rumus (Muchlisin et al., 2016). 𝑆𝑅 (100%) = (𝑁𝑜−𝑁𝑡) 𝑁𝑜 𝑥 100 …………………………………………..3) SR = Kelangsungan hidup (%), Nt = Jumlah ikan di akhir penelitian (ekor), No = Jumlah ikan awal penelitian (ekor). d. Perhitungan Kadar Hemoglobin Pengukuran kadar Hemoglobin (Hb) dilakukan dengan metode Sahli yang mengkonversi darah ke dalam bentuk asam hematin setelah darah ditambah dengan HCl. Pertama darah dihisap dengan pipet sahli sampai skala 20 mm3 atau pada skala 0.02 ml, kemudian darah dipindahkan ke dalam tabung Hb-meter yang telah diisi HCl 0.1 N sampai skala 10, aduk dan dibiarkan selama 3- 5 menit. Setelah itu aquades ditambahkan sampai warna darah dan HCl tersebut seperti warna larutan standar yang ada dalam Hb meter tersebut. Skala dibaca dengan melihat permukaan cairan dan dicocokkan dengan skala tabung sahli yang dilihat pada skala jalur gr% (kuning) yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah (Maswan, 2009). e. Faktor Fisika – Kimia Air Pengukuran faktor fisika-kimia air untuk mengetahui kualitas air sebagai media pemeliharaan selama penelitian. Parameter fisika-kimia air yang diamati setiap seminggu sekali yang meliputi pengukuran suhu, pH, dan kesadahan (derajat butiran kasar air). Pengukuran kesadahan (derajat butiran kasar air) dan suhu menggunakan alat TDS-meter. Derajat keasaman pH diukur menggunakan pH-meter. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan berat berkisar antara 55-85 g, pertambahan panjang berkisar antara 21-27 cm, laju pertumbuhan spesifik (SGR) berkisar antara 0,27-0,48 % perhari, tingkat kelangsungan hidup berkisar antara 25-50 %. Nilai tertinggi untuk semua parameter dijumpai pada perlakuan kontrol (P1). Hasil analisis berdasarkan data yang didapatkan menunjukkan bahwa pemberian air rebusan daun ketapang tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat mutlak, pertambahan panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik (SGR) dan tingkat kelangsungan hidup ikan lele. Data selengkapnya dapat dilihat dibawah ini pada (Tabel 1). Kelangsungan Hidup Tabel 1. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele selama perlakuan 21 hari Laju Pertambahan Pertambahan pertumbuhan Tingkat Perlakuan berat mutlak panjang mutlak spesifik kelangsungan (g) (cm) (SGR) (% hidup (%) perhari) P1 (Kontrol) 9,5 g 0,5 cm 0,48% 50% P2 (Ketapang) 5,5 g 0,75 cm 0,27% 25% Pertambahan Berat Mutlak (g) 12 10 8 P1 (Kontrol) 6 P2 (Ketapang) 4 2 0 0 7 14 21 Hari Pengamatan Pertambahan Panjang Mutlak (g) Gambar 1. Pertambahan Berat mutlak ikan Lele selama perlakuan 21 hari 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 P1 (Kontrol) P2 (Ketapang) 0 7 14 21 Hari Pengamatan Gambar 2. Pertambahan Panjang mutlak ikan Lele selama perlakuan 21 hari Hematologi Hemoglobin Tabel 2. Kadar hemoglobin )g/dL) Ikan Lele pada hari ke-28 P1 (Kontrol) P2 (Ketapang) 17 9,8 Kadar Hemoglobin 12,5 9,7 (g/dL) 10 10,8 14 8,8 Rata-rata (g/dL) 13,38 9,78 Kualitas Air Tabel 3. Data kisaran hasil pengukuran parameter kualitas air pada wadah pemeliharaan ikan lele selama 28 hari masa penelitian. Kisaran Perlakuan P1 (Kontrol) P2 (Ketapang) Suhu (0C) pH 26,5 – 27,3 26,8 – 27,6 6,5 – 7,2 6,4 – 7,1 Kesadahan (ppm) 274 - 287 235 - 254 Pembahasan Hasil pengamatan pada ikan lele menunjukkan bahwa terdapat pertambahan berat antara 5,5-9,5 gram, kemudian pertambahan panjang mutlak antara 0,5-0,75, dan laju pertumbuhan spesifik (SGR) 0,27%-0,48%, serta tingkat kelangsungan hidup 25%-50%. Dapat dilihat pada tabel, yang memiliki nilai parameter yang lebih tinggi terdapat pada kontrol. Sesuai dengan perhitungan di atas menunjukkan bahwa pemeliharaan ikan lele pada kolam dengan diberi air rebusan ketapang tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak, pertambahan panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik, dan tingkat kelangsungan hidup ikan lele. Pertumbuhan merupakan proses pertambahan volume dan jumlah sel, sehingga rubuh makhluk hidup tersebut bertambah panjang dan beratnya. Pertumbuhan bersifat irrevesibble tau dapat diukur menggunakan alat. Pertumbuhan ikan dapat dipengeruhi oleh kondisi lingkungan dan kualitas dan kuantitas pakan. Dari hasil pengamatan di atas, yaitu terdapat varian yang menunjukkan pertambahan berat mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik (SGR), dan tingkat kelangsungan hidup ikan lele tidak berpengaruh nyata dengan dengan pemberian air rebusan daun ketapang. Hal ini diduga ikan lele diberi pakan dengan jumlah danwaktu yang sama, serta terdapat resirkulasi yang baik pada kolam kontrol dan kolam perlakuan. Menururt Effendi, pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang dan berat pada waktu tertentu dan sebagai indikator yang baik untuk melihat kondisi keseluruhan individu, populasi, dan lingkungan. Menurut Soetjiningsih dan Ranuh, pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, dan juga individu. Istilah pertumbuhan khusus dimaksdukan bagi pertumbuah dalam ukuran badan dan fungsi fisik dan murni. Pertumbuhan pada umumnya dibatasi pada perubahan-perubahan struktural dan fisisologis dalam pembentukan makhluk hidup secara jasmaniah dari saat janin sampai kedewasaan (Sobur, 2013). Nilai tertinggi diantara kontrol dan perlakuan terhadap pertumbuhan ikan lele selama masa pemeliharaan terdapat pada kontrol dibandingkan dengan perlakuan menggunakn rebusan daun ketapang. Pada pengamatan kali ini, derajat kelangsungan hidup ikan lele tertinggin selama 21 hari pemeliharaan yaitu 50% pada kontrol dan yang rendah pada perlakuan pemberian rebusan daun ketapang. Pada pengamatan ini terdapat beberapa ikan yang mati ketika awal masa pemeliharan, hal ini diduga merupakan respon adaptasi ikan terhadap lingkungan barunya. Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kualitas air, pakan, umur ikan, lingkungan, dan kondisi kesehatan dari ikan itu sendiri (Adewolu, 2008). Hematologi (Hemoglobin) Pada akhir masa pengamatan terhadap ikan lele, ikan lele diuji kadar hemoglobin (g/dL), yaitu pada hari ke-28. Sesuai dengan tabel pada hasil pengamatan, menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara konsentrasi air rebusan daun ketapang terhadap kadar hemoglobin ikan lele. Pada penelitian ini rata-rata kadar haemoglobin pada ikan lele setelah 28 hari, yaitu 23,38 g/dL pada kontrol dan 9,78 g/dL pada perlakuan pemberian air rebusan daun ketapang. Dari beberapa penilitian, kadar hemoglobin normal pada ikan lele yaitu 9-13 g/dL, kemudian dari ratarata hasil pengamatan pada kontrol dan perlakuan, kadar hemoglobin ikan tersebut masih termasuk normal. Bastiawan et.al (2001) mengungkapkan bahwa kadar hemoglobin ikan normal yaitu sebesar 12,0 g/dL- 14 g/dL. Menurut Dellman and Brown dalam Fahmi Royan (2014), terdapat faktor yang memengaruhi rendahnya kadar hemoglobin menandakan rendahnya kadar protein pada pakan, defisiensi vitamin dan kualitas air buruk atau ikan memiliki infeksi. Dari hasil data pada pengamatan ikan lele ini hasil dari datanya memiliki hemoglobin yang tergolong normal, hal ini diduga suhu dari lingkungan yang sesuai, serta pakan yang sesuai. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penambahan air rebusan daun ketapang (Terminalia catappa) terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele (Clarias sp.) tidak terlalu menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap pertambahan berat mutlak, pertambahan panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik (SGR) dan tingkat kelangsungan hidup ikan lele. Saran Saran yang dapat di berikan dari hasil penelitian ini yaitu diperlukan penelitian lanjutan terhadap uji air rebusan daun ketapang secara keseluruhan untuk mengetahui keefektifan sebagai antibakteri dan manfaatnya dalam mendukung kelangsungan hidup ikan. 4. REFERENSI Agus RM, A Susilawati, dan DS Damayati. 2014. Efektivitas daun ketapang (Terminalia catappa) dalam menurunkan derajat keasaman (pH), COD dan Fosfat air limbah buatan laundry. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alaudin, Makasar Aprilyana, S. 2014. Pemanfaatakan Bakteri Heterotrof Terhadap SR (Survival Rate) dan Laju Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) dengan Sistem Tanpa Pergantian Air. https://Repository.unair.ac.id Diakses oada 16 Januari 2021, pukul 11.12 WIB. Ayu, A. dkk 2018. Pengaruh Ekoenzim Terhadap Kualitas Air Dalam Pembesaran Ikan Lele (Clarias gariepinus). Journal Of Maquares. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/maquares diakses pada 15 Januari 2021, pukul 10.57 WIB. Bastiawan, D, A. Wahid, M. Alifudin, dan I. Agustiawan. 2001. Gambaran Darah Lele dumbo (Clarias spp.) yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp pada pH yang Berbeda. Jurnal Penelitian Indonesia 7(3): 44- 47. Carman O dan A Sucipto. 2013. Pembesaran nila. Jakarta. Penebar Swadaya. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap DKP, 2006. Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Ikan Dalam Rangka Pengelolaan Perikanan Yang Bertanggung Jawab Sebagai Upaya Penanggulangan Konflik Nelayan. Makalah Seminar, Makassar. Effendie, M I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta Hermawan, A. dkk. 2012. Pengaruh Padat Tebar Terhadap Kelangsungan Hidup Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burch) di Kolam Kali Menir Indramyu. Jurnal Perikanan dan Kelautan. http://jurnal.unpad.ac.id/jpk/article/view/1413 Diakses pada 16 Januari 2021, pukul 11.05 WIB. Khairuman dan K. Amri. 2012. Pembenihan Lele di Kolam Terpal. Agromedia Pustaka, Jakarta. Maswan N.A. 2009. Pengujian Efektivitas Dosis Vaksin DNS dan Korelasinya terhadap Parameter Hematologi secara Kuantitatif. Institut Pertanian Bogor. Bogor Muchlisin, Z.A., A.A. Arisa, A.A. Muhammadar, N. Fadli, I.I Arisa dan M.N. Siti-Azizah. 2016. Growth performance and feed utilization of keureling (Tortambra) fingerlings fed a formulated diet with different doses of vitamin E (alpha-tocopherol). Archives of Polish Fisheries, 23: 47–52. Suyanto, S.R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya. Schneider, O., V. Sereti, M.A.M. Machiels, E. H. Eding, and J.A.J. Verreth. 2006. The potential of producing heterotrophic bacteria biomass on aquaculture waste. Water Research, 40: 2684-2694. Wartono, 2011. Karya Ilmiah tentang Budidaya Ikan Lele. Yogyakarta : STMIK AMIKOM LAMPIRAN Gambar 1. Ikan lele ( Clarias sp.). Gambar 2. Daun Ketapang kering (sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020) (Dokumentasi pribadi, 2020) Gambar 3. Kolam Terpal Gambar 4. Air rebusan daun Ketapang (Dokumentasi pribadi, 2020) (Dokumentasi pribadi, 2020) Gambar 5. Pengukuran Gambar 6. Alat yang Panjang Ikan Lele digunakan (Dokumentasi pribadi, 2020) (Dokumentasi pribadi, 2020)