Uploaded by User97639

K11 Laporan Projek Praktikum Fisiologi Hewan 113 PBB 2018

advertisement
KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.)
DITINJAU DARI PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN KETAPANG (Terminalia
catappa) PADA MEDIA PERTUMBUHAN
Shabrina Syifa Inayah, Nailam Raatul Mufidah, Anidya Annisa Khansa
Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta
Email: [email protected]
Abstrak
Ikan lele adalah ikan yang dapat hidup di perairan walaupun dengan kondisi air kotor dan miskin
zat O2 selain itu dia mudah dibudidayakan sehingga tidak menutup kemungkinan lele dapat
dipelihara di lingkungan dengan kualitas air rendah, salah satunya adalah perairan dengan pH
tinggi. Dengan kondisi tersebut, maka diperlukan bahan yang dapat mengkondisikan lingkungan
yang mempunyai pH tinggi menjadi lebih baik. Dalam upaya tersebut, penggunaan bahan alami
lebih diutamakan karena hemat biaya dan ramah lingkungan. Salah satu bahan alami yang dapat
digunakan untuk menurunkan pH air adalah daun ketapang. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pemberian daun ketapang pada media pemeliharaan ikan nila
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Desember sampai dengan Januari 2020 dengan metode eksperimental. Berdasarkan hasil
penelitian dapat diketahui bahwa penambahan air rebusan daun ketapang tidak berpengaruh
signifikan terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele.
Kata kunci : Ikan lele (Clarias sp.), Daun ketapang (Terminalia catappa), pH air, Kelangsungan
hidup, Pertumbuhan.
Abstract
Catfish is a fish that can live in waters even with dirty water conditions and lack of O2, besides
that it is easily cultivated so it is possible that catfish can be kept in an environment with low
water quality, one of which is waters with high pH. With these conditions, a material that can
condition an environment with a high pH is needed for the better. In this effort, the use of natural
materials is preferred because it is cost effective and environmentally friendly. One of the natural
ingredients that can be used to lower the pH of water is ketapang leaves. The purpose of this
study was to determine the effect of giving ketapang leaves on tilapia rearing media on growth
and survival. This research was conducted from December to January 2020 with an experimental
method with a completely randomized design. Based on the research results, it can be seen that
the addition of ketapang leaf boiled water has no significant effect on the survival and growth of
catfish.
Keywords: Catfish (Clarias sp.), Ketapang leaves (Terminalia catappa), water pH, survival,
growth.
1. PENDAHULUAN
Ikan air tawar merupakan ikan yang banyak digemari dan dikonsumsi sebagian besar
masyarakat Indonesia. Beberapa jenis ikan air tawar yang banyak digemari oleh masyarakat
Indonesia diantaranya Ikan Gurami (Osphronemus gourami), Ikan Mas (Cyprinus carpio L.),
Lele Dumbo (Clarias Gariepinus), dan Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus). Ikan air tawar
khususnya ikan lele yang ada di Indonesia memiliki nilai konsumsi yang tinggi dari ikan air
tawar lainnya.
Ikan lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan yang bernilai
ekonomis, serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif mencari makan
pada malam hari. Ikan lele memiliki berbagai kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhannya
cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan
kandungan gizinya cukup tinggi (Suyanto 2006).
Ikan lele bisa hidup di perairan yang tenang dan kedalamannya cukup, walaupun kondisi
airnya jelek, kotor dan miskin zat O2. Tetapi perairannya tidak boleh tercemar oleh bahan kimia,
limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang bisa membuat
ikan mati. (Khairuman & Amri, 2012), meskipun ikan lele toleran terhadap rendahnya kualitas
air, perpaduan antara kualitas dan kuantitas air merupakan faktor dominan yang menentukan
produksi hasil pembudidayaan ikan lele. Ada beberapa variabel penting yang berhubungan
dengan kualitas air, antara lain alkalinitas, oksigen terlarut, salinitas, suhu air, pH, dan amoniak
(Carman dan Sucipto 2013).
Ikan lele mudah dibudidayakan sehingga tidak menutup kemungkinan lele dapat dipelihara
di lingkungan dengan kualitas air rendah, salah satunya adalah perairan dengan pH tinggi.
Menurut Ditjen Perikanan Budidaya (2006) kisaran layak untuk pemeliharaan ikan lele yaitu pad
pH 6-9 dengan optimalnya di kisaran pH 5,5 – 7,5 dan dapat bertahan pada suhu minimum 20℃.
dengan suhu optimal antara 25-28℃. (Wartono, 2011). Dengan kondisi tersebut, maka diperlukan
bahan yang dapat mengkondisikan lingkungan yang mempunyai pH tinggi menjadi lebih baik.
Dalam upaya tersebut, penggunaan bahan alami lebih diutamakan karena hemat biaya dan ramah
lingkungan. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan untuk menurunkan pH air adalah daun
ketapang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiyah (2008) dalam Agus et al. (2014)
menunjukkan ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa) dapat menurunkan pH hingga 16,5%
setelah 7 jam.
Daun ketapang ditengarai dapat menjaga kualitas air dalam pemeliharaan ikan karena
mengandung tannin dan flavonoid yang mampu menjadi antibiotik serta asam humic yang
berperan salah satunya dapat menurunkan pH. Dengan demikian, daun ketapang dapat dijadikan
pilihan dalam menjaga kualitas air sekaligus sebagai bahan untuk antibiotik dalam budi daya ikan
nila sehingga pertumbuhan dan kelangsungan hidup menjadi optimal. Namun, dari beberapa
penelitian yang dilakukan terdapat ragam pemberian dosis daun ketapang yang diberikan pada
media pemeliharaan ikan yang dilakukan. Oleh karena itu dalam studi ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian daun ketapang pada media pemeliharaan ikan nila terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya.
2. METODE
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember sampai dengan Januari 2020. Penelitian
dilaksanakan di salah satu rumah peneliti dan Laboratorium Fisiologi Hewan Kampus B
Universitas Negeri Jakarta
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain kolam terpal berukuran 1m x 1m
dengan ketinggian 29 cm, alat ukur pH meter dengan ketelitian 0,1, TDS meter, timbangan
dengan ketelitian 0,1 gram, pita meter, saringan, selang, haemometer, paraffin, alat suntik (spuit)
1 mm, pisau bedah, microtube, dan alat tulis. Adapun bahan yang digunakan sebagai penelitian
antara lain 8 ikan lele, pakan berupa pelet, dan air rebusan daun ketapang kering.
2.3 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental. Perlakuan yang
digunakan pada penelitian ini yaitu pemberian daun ketapang pada media pemeliharaan sebagai
berikut.
A : Kontrol, media hanya berisi air
B : Perlakuan pemberian air rebusan daun Ketapang sebanyak 200 ml
2.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi persiapan bak pemeliharaan, persiapan ikan, persiapan pakan,
pemberian pakan, dan pemeliharaan ikan lele. Kolam terpal yang sudah dibersihkan kemudian
diberi air setinggi 7 cm dan diukur pH airnya. Setelah kolam terpal diisi air, 4 ikan lele
dimasukkan pada masing – masing kolam terpal. Pada kolam perlakuan dimasukkan 200 ml air
rebusan daun ketapang, setelah pemberian air rebusan daun ketapang selama 24 jam, pH media
diukur kembali. Persiapan pakan lele yaitu pelet komersil disiapkan sesuai dengan kebutuhan
ikan, yaitu 8 gram pelet untuk masing-masing perlakuan. Pemberian pakan ikan lele pada masing
- masing akuarium dengan frekuensi dua kali yaitu pada jam 07.00 dan 17.00 WIB. Pakan yang
diberikan disesuaikan pada masing - masing media pemeliharaan. Perlakuan kepada ikan lele
dilakukan selama 21 hari.
2.5 Parameter Penelitian
Parameter yang diamati selama penelitian terdiri dari parameter uji utama dan parameter
uji penunjang. Parameter uji utama terdiri dari laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup,
sedangkan parameter uji penunjang yaitu pH, suhu, dan kesadahan.
a. Perhitungan Laju Pertumbuhan Berat
Pengukuran berat ikan menggunakan timbangan digital. Bobot ikan yang telah di timbang
kemudian di catat. Pertumbuhan bobot menggunakan rumus pertumbuhan menurut Effendie
(1997) yaitu:
………………………………………………1)
ΔW = Pertumbuhan mutlak (g); Wt = Berat akhir (g); W0 = berat awal (g)
b. Perhitungan Laju Pertumbuhan Panjang
Pengukuran panjang dilakukan setiap minggunya menggunakan pita meter dan di catat
panjang ikan. Pengukuran panjang ikan menggunakan rumusan pertumbuhan panjang menurut
Effendie (1997) yaitu :
……………………………………………………..2)
L = Pertumbuhan panjang (cm); Lt = Panjang akhir ikan (cm); L0 = Panjang awal ikan (cm)
c. Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup (SR) adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup dari awal
hingga akhir penelitian. Kelangsungan hidup dapat dihitung dengan rumus (Muchlisin et al.,
2016).
𝑆𝑅 (100%) =
(𝑁𝑜−𝑁𝑡)
𝑁𝑜
𝑥 100
…………………………………………..3)
SR = Kelangsungan hidup (%), Nt = Jumlah ikan di akhir penelitian (ekor), No = Jumlah ikan
awal penelitian (ekor).
d. Perhitungan Kadar Hemoglobin
Pengukuran kadar Hemoglobin (Hb) dilakukan dengan metode Sahli yang mengkonversi
darah ke dalam bentuk asam hematin setelah darah ditambah dengan HCl. Pertama darah dihisap
dengan pipet sahli sampai skala 20 mm3 atau pada skala 0.02 ml, kemudian darah dipindahkan
ke dalam tabung Hb-meter yang telah diisi HCl 0.1 N sampai skala 10, aduk dan dibiarkan selama
3- 5 menit. Setelah itu aquades ditambahkan sampai warna darah dan HCl tersebut seperti warna
larutan standar yang ada dalam Hb meter tersebut. Skala dibaca dengan melihat permukaan cairan
dan dicocokkan dengan skala tabung sahli yang dilihat pada skala jalur gr% (kuning) yang berarti
banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah (Maswan, 2009).
e. Faktor Fisika – Kimia Air
Pengukuran faktor fisika-kimia air untuk mengetahui kualitas air sebagai media
pemeliharaan selama penelitian. Parameter fisika-kimia air yang diamati setiap seminggu sekali
yang meliputi pengukuran suhu, pH, dan kesadahan (derajat butiran kasar air). Pengukuran
kesadahan (derajat butiran kasar air) dan suhu menggunakan alat TDS-meter. Derajat keasaman
pH diukur menggunakan pH-meter.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan berat berkisar antara 55-85 g,
pertambahan panjang berkisar antara 21-27 cm, laju pertumbuhan spesifik (SGR) berkisar antara
0,27-0,48 % perhari, tingkat kelangsungan hidup berkisar antara 25-50 %. Nilai tertinggi untuk
semua parameter dijumpai pada perlakuan kontrol (P1). Hasil analisis berdasarkan data yang
didapatkan menunjukkan bahwa pemberian air rebusan daun ketapang tidak berpengaruh nyata
terhadap pertambahan berat mutlak, pertambahan panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik
(SGR) dan tingkat kelangsungan hidup ikan lele. Data selengkapnya dapat dilihat dibawah ini pada
(Tabel 1).
Kelangsungan Hidup
Tabel 1. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele selama perlakuan 21 hari
Laju
Pertambahan
Pertambahan
pertumbuhan
Tingkat
Perlakuan
berat mutlak
panjang mutlak
spesifik
kelangsungan
(g)
(cm)
(SGR) (%
hidup (%)
perhari)
P1 (Kontrol)
9,5 g
0,5 cm
0,48%
50%
P2 (Ketapang)
5,5 g
0,75 cm
0,27%
25%
Pertambahan Berat
Mutlak (g)
12
10
8
P1 (Kontrol)
6
P2 (Ketapang)
4
2
0
0
7
14
21
Hari Pengamatan
Pertambahan Panjang
Mutlak (g)
Gambar 1. Pertambahan Berat mutlak ikan Lele selama perlakuan 21 hari
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
P1 (Kontrol)
P2 (Ketapang)
0
7
14
21
Hari Pengamatan
Gambar 2. Pertambahan Panjang mutlak ikan Lele selama perlakuan 21 hari
Hematologi
Hemoglobin
Tabel 2. Kadar hemoglobin )g/dL) Ikan Lele pada hari ke-28
P1 (Kontrol) P2 (Ketapang)
17
9,8
Kadar Hemoglobin
12,5
9,7
(g/dL)
10
10,8
14
8,8
Rata-rata (g/dL)
13,38
9,78
Kualitas Air
Tabel 3. Data kisaran hasil pengukuran parameter kualitas air pada wadah pemeliharaan ikan lele
selama 28 hari masa penelitian.
Kisaran
Perlakuan
P1 (Kontrol)
P2 (Ketapang)
Suhu (0C)
pH
26,5 – 27,3
26,8 – 27,6
6,5 – 7,2
6,4 – 7,1
Kesadahan
(ppm)
274 - 287
235 - 254
Pembahasan
Hasil pengamatan pada ikan lele menunjukkan bahwa terdapat pertambahan berat antara
5,5-9,5 gram, kemudian pertambahan panjang mutlak antara 0,5-0,75, dan laju pertumbuhan
spesifik (SGR) 0,27%-0,48%, serta tingkat kelangsungan hidup 25%-50%. Dapat dilihat pada
tabel, yang memiliki nilai parameter yang lebih tinggi terdapat pada kontrol. Sesuai dengan
perhitungan di atas menunjukkan bahwa pemeliharaan ikan lele pada kolam dengan diberi air
rebusan ketapang tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak, pertambahan
panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik, dan tingkat kelangsungan hidup ikan lele.
Pertumbuhan merupakan proses pertambahan volume dan jumlah sel, sehingga rubuh
makhluk hidup tersebut bertambah panjang dan beratnya. Pertumbuhan bersifat irrevesibble tau
dapat diukur menggunakan alat. Pertumbuhan ikan dapat dipengeruhi oleh kondisi lingkungan dan
kualitas dan kuantitas pakan. Dari hasil pengamatan di atas, yaitu terdapat varian yang
menunjukkan pertambahan berat mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik
(SGR), dan tingkat kelangsungan hidup ikan lele tidak berpengaruh nyata dengan dengan
pemberian air rebusan daun ketapang. Hal ini diduga ikan lele diberi pakan dengan jumlah
danwaktu yang sama, serta terdapat resirkulasi yang baik pada kolam kontrol dan kolam perlakuan.
Menururt Effendi, pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang dan berat pada
waktu tertentu dan sebagai indikator yang baik untuk melihat kondisi keseluruhan individu,
populasi, dan lingkungan. Menurut Soetjiningsih dan Ranuh, pertumbuhan adalah perubahan yang
bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, dan juga
individu. Istilah pertumbuhan khusus dimaksdukan bagi pertumbuah dalam ukuran badan dan
fungsi fisik dan murni. Pertumbuhan pada umumnya dibatasi pada perubahan-perubahan struktural
dan fisisologis dalam pembentukan makhluk hidup secara jasmaniah dari saat janin sampai
kedewasaan (Sobur, 2013).
Nilai tertinggi diantara kontrol dan perlakuan terhadap pertumbuhan ikan lele selama masa
pemeliharaan terdapat pada kontrol dibandingkan dengan perlakuan menggunakn rebusan daun
ketapang. Pada pengamatan kali ini, derajat kelangsungan hidup ikan lele tertinggin selama 21 hari
pemeliharaan yaitu 50% pada kontrol dan yang rendah pada perlakuan pemberian rebusan daun
ketapang. Pada pengamatan ini terdapat beberapa ikan yang mati ketika awal masa pemeliharan,
hal ini diduga merupakan respon adaptasi ikan terhadap lingkungan barunya. Kelangsungan hidup
ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kualitas air, pakan, umur ikan, lingkungan, dan
kondisi kesehatan dari ikan itu sendiri (Adewolu, 2008).
Hematologi (Hemoglobin)
Pada akhir masa pengamatan terhadap ikan lele, ikan lele diuji kadar hemoglobin (g/dL),
yaitu pada hari ke-28. Sesuai dengan tabel pada hasil pengamatan, menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh interaksi antara konsentrasi air rebusan daun ketapang terhadap kadar hemoglobin ikan
lele. Pada penelitian ini rata-rata kadar haemoglobin pada ikan lele setelah 28 hari, yaitu 23,38
g/dL pada kontrol dan 9,78 g/dL pada perlakuan pemberian air rebusan daun ketapang. Dari
beberapa penilitian, kadar hemoglobin normal pada ikan lele yaitu 9-13 g/dL, kemudian dari ratarata hasil pengamatan pada kontrol dan perlakuan, kadar hemoglobin ikan tersebut masih termasuk
normal.
Bastiawan et.al (2001) mengungkapkan bahwa kadar hemoglobin ikan normal yaitu
sebesar 12,0 g/dL- 14 g/dL. Menurut Dellman and Brown dalam Fahmi Royan (2014), terdapat
faktor yang memengaruhi rendahnya kadar hemoglobin menandakan rendahnya kadar protein
pada pakan, defisiensi vitamin dan kualitas air buruk atau ikan memiliki infeksi. Dari hasil data
pada pengamatan ikan lele ini hasil dari datanya memiliki hemoglobin yang tergolong normal, hal
ini diduga suhu dari lingkungan yang sesuai, serta pakan yang sesuai.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penambahan air rebusan daun ketapang
(Terminalia catappa) terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele (Clarias sp.) tidak
terlalu menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap pertambahan berat mutlak, pertambahan
panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik (SGR) dan tingkat kelangsungan hidup ikan lele.
Saran
Saran yang dapat di berikan dari hasil penelitian ini yaitu diperlukan penelitian lanjutan terhadap
uji air rebusan daun ketapang secara keseluruhan untuk mengetahui keefektifan sebagai
antibakteri dan manfaatnya dalam mendukung kelangsungan hidup ikan.
4.
REFERENSI
Agus RM, A Susilawati, dan DS Damayati. 2014. Efektivitas daun ketapang (Terminalia catappa)
dalam menurunkan derajat keasaman (pH), COD dan Fosfat air limbah buatan laundry.
Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alaudin, Makasar
Aprilyana, S. 2014. Pemanfaatakan Bakteri Heterotrof Terhadap SR (Survival Rate) dan Laju
Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) dengan Sistem Tanpa Pergantian Air.
https://Repository.unair.ac.id Diakses oada 16 Januari 2021, pukul 11.12 WIB.
Ayu, A. dkk 2018. Pengaruh Ekoenzim Terhadap Kualitas Air Dalam Pembesaran Ikan Lele
(Clarias
gariepinus).
Journal
Of
Maquares.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/maquares diakses pada 15 Januari 2021, pukul
10.57 WIB.
Bastiawan, D, A. Wahid, M. Alifudin, dan I. Agustiawan. 2001. Gambaran Darah Lele dumbo
(Clarias spp.) yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp pada pH yang Berbeda. Jurnal
Penelitian Indonesia 7(3): 44- 47.
Carman O dan A Sucipto. 2013. Pembesaran nila. Jakarta. Penebar Swadaya.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap DKP, 2006. Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Ikan
Dalam Rangka Pengelolaan Perikanan Yang Bertanggung Jawab Sebagai Upaya
Penanggulangan Konflik Nelayan. Makalah Seminar, Makassar.
Effendie, M I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta
Hermawan, A. dkk. 2012. Pengaruh Padat Tebar Terhadap Kelangsungan Hidup Pertumbuhan
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burch) di Kolam Kali Menir Indramyu. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. http://jurnal.unpad.ac.id/jpk/article/view/1413 Diakses pada 16
Januari 2021, pukul 11.05 WIB.
Khairuman dan K. Amri. 2012. Pembenihan Lele di Kolam Terpal. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Maswan N.A. 2009. Pengujian Efektivitas Dosis Vaksin DNS dan Korelasinya terhadap
Parameter Hematologi secara Kuantitatif. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Muchlisin, Z.A., A.A. Arisa, A.A. Muhammadar, N. Fadli, I.I Arisa dan M.N. Siti-Azizah. 2016.
Growth performance and feed utilization of keureling (Tortambra) fingerlings fed a
formulated diet with different doses of vitamin E (alpha-tocopherol). Archives of Polish
Fisheries, 23: 47–52.
Suyanto, S.R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya.
Schneider, O., V. Sereti, M.A.M. Machiels, E. H. Eding, and J.A.J. Verreth. 2006. The potential
of producing heterotrophic bacteria biomass on aquaculture waste. Water Research, 40:
2684-2694.
Wartono, 2011. Karya Ilmiah tentang Budidaya Ikan Lele. Yogyakarta : STMIK AMIKOM
LAMPIRAN
Gambar 1. Ikan lele ( Clarias sp.).
Gambar 2. Daun Ketapang kering
(sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)
(Dokumentasi pribadi, 2020)
Gambar 3. Kolam Terpal
Gambar 4. Air rebusan daun Ketapang
(Dokumentasi pribadi, 2020)
(Dokumentasi pribadi, 2020)
Gambar 5. Pengukuran
Gambar 6. Alat yang
Panjang Ikan Lele
digunakan
(Dokumentasi pribadi, 2020)
(Dokumentasi pribadi, 2020)
Download